Anda di halaman 1dari 45

i

ANALISA KADAR ALKALINITAS PADA AIR KETEL UAP


DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASAM
BASA DI PT. PERKEBUNANNUSANTARA IV
KEBUN ADOLINA

LAPORAN TUGAS AKHIR

ELISABETHANIA
152401083

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

ANALISA KADAR ALKALINITAS PADA AIR KETEL UAP


DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASAM
BASA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
KEBUN ADOLINA

LAPORAN TUGAS AKHIR

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT


MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA

ELISABETHANIA
152401083

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

PERNYATAAN

ANALISA KADAR ALKALINITASPADA AIR KETEL UAP DENGAN


MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASAM – BASA DI PT
PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN ADOLINA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2018

ELISABETHANIA
152401083

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : Analisa Kadar Alkalinitas Pada Air Ketel Uap


Dengan Menggunakan Metode Titrasi Asam Basa Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina
Kategori : Laporan Tugas Akhir
Nama : Elisabethania
Nomor Induk Mahasiswa : 152401083
Program Studi : Diploma Tiga (D3) Kimia
Fakultas : MIPA – Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Juli 2018

Ketua Prodi D3 Kimia Pembimbing,

Dr. Minto Supeno. MS Dr. Sovia Lenny, M.Si


NIP.196105091987031002 NIP.197510182000032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan sebaik mungkin dan dengan
waktu yang ditentukan. Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat
akademik dalam menyelesaikan studi program D3 Kimia di Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU Medan.

Adapun judul tugas akhir ini adalah “ANALISA KADAR ALKALINITAS


PADA AIR KETEL UAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI
ASAM BASA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN ADOLINA”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua saya, bapak M. Sihite dan ibu T. Simamora yang telah memberikan motivasi
dukungan, bantuan moril dan materil serta doa restu demi kesuksesan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,


arahan dan bantuan dari pihak yang sangat mendukung. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada:

1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera
Utara
3. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
Sumatera Utara.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Ibu Dr. Sovia Lenny M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya dan banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Seluruh Staff Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
membimbing kepada saya selama duduk dibangku kuliah.
6. Bapak Dasam Marwan Saragih selaku Manager PTPN IV Kebun Adolina.
7. Bapak Susilowanto selaku Masinis Kepala Pengolahan, Bapak Tinton Tonika
Surbaksi selaku asisten asisten pengolahan yang telah memberikan izin dan
masukan yang bermanfaat untuk saya selama melakukan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) hingga dalam menyelesaikan Laporan Kerja Lapangan
Penulis
8. Seluruh karyawan/karyawati dan staff di PTPN IV Kebun Adolina yang telah
banyak memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah memberikan
dukungan dan membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih memiliki
kekurangan dalam materi dan cara penyajiaannya dengan kata lain masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih

Medan, Juli 2018

Penulis

ELISABETHANIA

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISA KADAR ALKALINITAS PADA AIR KETEL UAP DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASAM -- BASA DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN ADOLINA

ABSTRAK

Analisa kadar alkalinitas air ketel uap di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun
Adolina telah dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa. Kadar
alkalinitas total ditentukan dengan cara menganalisa kadar P – alkalinitas dan kadar
M – alkalinitas. Nilai kadar rata – rata P – alkalinitas pada tanggal 1 – 10 Februari
2018 diperoleh 492 ppm, sedangkan nilai kadar rata – rata M – alkalinitas diperoleh
508 ppm.Maka nilai kadar alkalinitas total yang diperoleh adalah 1000 ppm. Nilai
tersebut telah memenuhi kadar standar yang telah ditetapkan oleh PT. Perkebunan
Nusantara IV Kebun Adolina dengan kadar standar maksimum alkalinitas pada air
ketel uap yaitu 1400 ppm.

Kata kunci: Ketel Uap, M – alkalinitas, P – alkalinitas, Titrasi

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALYSIS OF ALKALINITY CONTENT OF BOILER WATER
BY USINGACIDBASE TITRATION METHOD AT
PT. PLANTATION ARCHIPELAGOIV
ADOLINAGARDENS

ABSTRACT

Analysis of alkalinity content of boiler water in PT. Plantation Nusantara IV Adolina


Garden has been performed by using acid base titration method. Total alkalinity
content is done by analyzing P – alkalinity and M – alkalinity levels. The average
grade value of P – alkalinity on 1 – 10 February 2018 obtained 492 ppm, while the
average value M – alkalinity obtained 508 ppm. Then the total alkalinity value
obtained is 1000 ppm. The value has met the standard content which has been set by
PT. Plantation Archipelago IV Adolina Garden with maximum standard content of
alkalinity in boiler water is 1400 ppm.

Key words: steam boiler, M – Alkalinity, P – Alkalinity, titration

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i
PENGHARGAAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Hipotesis 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Air 4
2.2 Sifat Umum Air 5
2.2.1. Sifat Fisik Air 5
2.2.2. Sifat Kimia Air 5
2.3Sumber Air 6
2.3.1. Air Laut 6
2.3.2. Air Hujan 6
2.3.3. Air Tanah 7
2.4. Parameter Kualitas Air 9
2.4.1 Parameter Fisika 9
2.4.2 Parameter Kimia 12
2.5 Titrasi Asam Basa 14
2.5.1 Titrasi Asam Kuat Dengan Basa Kuat 15
2.5.2 Titrasi Asam Lemah Dengan Basa Kuat 15
2.5.3 Titrasi Basa Lemah Dengan Asam Kuat 15
2.5.4 Indikator Asam Basa 16
2.6 Ketel Uap 16
2.6.1 Sejarah Perkembangan Ketel Uap 16
2.6.2 Fungsi Ketel Uap 17
2.6.3 Proses Pengolahan Air Pada Ketel Uap 17
2.6.4 Masalah pada Ketel Uap 19
2.6.5 Perawatan Ketel Uap 20

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.7 Demineralisasi 21

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat 22
3.2 . Metode Penelitian 22
3.2.1 Alat 22
3.2.2 Bahan 22
3.3. Prosedur Percobaan 22
3.3.1 Penentuan P – Alkalinity 22
3.2.2 Penentuan M – Alkalinity 23
3.4. Bagan Percobaan 23
3.4.1 Penentuan P – Alkalinity 23
3.4.2 Penentuan M – Alkalinity 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil 24
4.1.1. Analisa Hasil 24
4.2 Pembahasan 25

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 26
5.2 Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Normor Judul Halaman


Tabel

2.4 Adapun ion – ion yang terdapat di perairan 11


2.5 Indikator Asam – Basa 16
2.6 Standar Air Ketel Uap 18
4.1 Hasil Analisa Alkalinity Pada Air Ketel Uap 24

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran

1 Diagram Pengolahan Air 29


2 Gambar Pengolahan Air 30
3 Perhitungan Kadar Alkalinitas Air ketel uap 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR SINGKATAN

M – Alkalinitas = Methyl Orange – Alkalinitas


P – Alkalinitas = Phenolftalein – Alkalinitas
V = Volume
N = Normalitas
BM = Berat Molekul
Ppm = Part Per Milion

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakanzat yang sangat dibutuhkan disetiap sektor industri termasuk
pemanfaatan untuk kebutuhan energi dan pemanasan. Kebutuhan energi dan
pemanasan di industri umumnya dipenuhi dengan cara memanfaatkan uap yang
dihasilkan pada sebuah ketel uap (Linsley,1995)
Pada proses industri, air yang digunakan adalah air sungai, air waduk, air
danau, rawa – rawa, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Air sering di cemari
oleh sampah rumah tangga, kotoran hewan, limbah industri, sehingga dalam
mengkonsumsi air perlu hati – hati. Dari hasil penelitian/analisis, elemen atau
mineral yang terkandung di dalam air permukaan sebagai berikut :
1. Hardnes (120 mg/l sebagai CaCO3)
2. Calsium (80 mg/l sebagai CaCO3)
3. Magnesium (40 mg/l sebagai CaCO3)
4. Sodium dan potasium (19 mg/l sebagai Na)
5. Bicarbonat (106 mg/l sebagai CaCO3)
6. Chlorida (23 mg/l sebagai Cl )
7. Sulfat (38 mg/l sebagai SO4)
8. Nitrate (0,44 mg/l sebagai N )
9. Besi (0.3 mg/l sebagai Fe)
10. Silica (13 mg/l sebagai SiO2)
11. Karbon dioksid (4 mg/l sebagai CaCO3)
12. PH 7,8(Gabriel,1999).
Alkalinitas dalam air digunakan untuk menetralkan asam yang disebabkan
oleh ion – ion karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3), hidroksida (OH), borat (BO33-),
fosfat (PO43-) dan silikat (SiO4). Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa.
Dengan menggunakan larutan asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) dan klorida
(HCl) untuk menetralkan zat – zat alkalinitas yang merupakan zat basa sampai titik
akhir titrasi pada PH sekitar 8,3 dan PH 4,5 ( Alaert, 1984).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk proses pengolahan. Air
ketel uap membutuhkan kemurnian yang memenuhi persyaratan air minum. Sumber
air untuk kualitas tersebut sudah jarang di jumpai di perkebunan kelapa sawit. Oleh
karena itu diperlukan proses pengolahan air pada pabrik kelapa sawit agar air yang
digunakan memenuhi standar. Pengolahanair pabrik kelapa sawit merupakan proses
pemurnian air di dalam ketel uap dengan tujuan untuk mencegah korosi dan
terjadinya carry over. Air ketel dengan analisa kimia dapat diketahui jenis dan
jumlah kandungan zat yang terkandung didalamnya antara lain:
a. Kerak
Kerak di air ketel uap terbentuk dari kotoran – kotoran, biasanya dari campuran
calsium dan magnesium yang tidak larut. Pengaruh dari pada pembentukan kerak
adalah pengembunan atau pembengkokan pipa serta pelepuhan pipa
b. Korosi
Korosi dari air ketel uap terjadi ketika air asam atau pH rendah ditandai dengan
hilangnya logam, oksigen, dan gas – gas korosif yang menyebabkan lobang – lobang
besar pada pipa ketel uap
c. Carry over
Carry over pada ketel uap terjadi karena masuknya uap air balik dan kelebihan solid
yang terlarut dan tidak terlarut, tingginya kadar alkalinitas serta tingginya kandungan
minyak di air ketel uap sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pipa super
heater, berkurangnya efisiensi turbin.
Proses analisa air ketel uap apabila tidak dilakukan dengan baik akan
menimbulkan kerak di dalam dinding pipa pemanas maupun dinding drum. Adanya
kerak ini akan menyebabkan beberapa hal
1. Proses pemanasan air di dalam pipa membutuhkan waktu pemanasan lebih
lama
2. Bahan bakar untuk menaikkan uap diperlukan banyak
3. uap yang dihasilkan kurang, bermutu jelek dan kapasitasnya berkurang yang
di ukur dengan parameter manometer
4. Kemungkinan terjadi pemanasan lokal pada pipa yang akan berakibat over
heating dan dapat menyebabkan ledakan/pecahnya pipa
5. Efesiensi kerja ketel uap rendah (Pardamean, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Untuk kebutuhan ketel uap, diperlukan air yang bebas dari kandungan
mineral dan kadar alkalinitas harus rendah. Alkalintas menyebabkan terbentuknya
kerak dan korosi pada pipa ketel yang menurunkan kemampuan perpindahan panas
pada pipa sehingga efisiensi kinerja ketel uap menurun (Pahan, 2013)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan analisa
kadar alkalinitas pada air ketel uap dengan menggunakan metode titrasi asam basa di
PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina. Dimana kadar alkalinitas yang
diperoleh 1000 ppmCaCO3dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

1.2.Perumusan masalah
Berapakah kadar alkalinitas pada air ketel uap yang diperoleh dari hasil analisa
yang telah dilakukan dan Apakah kadar alkalinitas tersebut telah memenuhi
persyaratan di PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Adolina ?

1.3.Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengetahuikadar alkalinitas pada air
ketel uap yang diperoleh dari hasil analisa yang telah dilakukan dan untuk
mengetahui kadar alkalinitas tersebuttelah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkandi PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina.

1.4.Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kadar
alkalinitas pada air ketel uap yang diperoleh dari hasil analisa yang telah dilakukan
dan untuk mengetahui kadar alkalinitas tersebut telah memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkandi PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat
padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30%
berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). udara mengandung zat cair (uap air )
sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, 1991).
Air dalam defenisi ilmiah adalah senyawa hidrogen dan oksigen dengan
rumus kimia H2O. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh semua
makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap di
manfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan
air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap
pengguna air (Efendi, 2003).
Pada zaman sekarang ini, IPTEK yang semakin maju dan canggih, kehidupan
manusia diwarnai oleh berbagai aktivitas yang semakin meningkat sebagai akibat
daripada populasi dan kegiatan manusia yang semakin bertambah. Di dalam industri,
air juga memegang peranan penting misalnya, sebagai pendingin, pngangkut limbah,
sebagai bahan baku untuk produksi uap di dalam ketel uap dan lain – lain ( Gultom,
1993).
Peraturan pemerintah No. 20 Tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut kegunaannya. Adapun penggolongan air
menurut kegunaannya yaitu:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu ai yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

2.2 Sifat Umun Air


2.2.1 Sifat Fisik Air
1. Titik beku 0oC
2. Massa jenis es (0oC) 0,92 g/cm3
3. Massa jenis air (0oC) 1,00 g/cm3
4. Panas lebur 80 kal/gram
5. Titik didih 100oC
6. Panas penguapan 540 kal/gram
7. Temperatur kritis 347oC
8. Tekanan kritis 217 Atm
9. Konduktivitas listrik spesifik (25oC) 1×10-17 / ohm-cm
10. Konstanta dielektrikum (25oC) 78

2.2.2 Sifat Kimia Air


Baik air laut, air hujan, maupun air tanah/ air tawar mengandung mineral.
Macam – macam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung
struktur tanah dimana air itu diambil. Sebagai contoh mineral yang terkandung dalam
air itu bukan melalui suatu reaksi kimia melainkan terlarut dari suatu substansi
misalnya dari batu andesit (dari batu vulkanis). Sifat yang lain yaitu konduktivitas
listrik pada air paling sedikit 1000 kali lebih besar dari pada cairan non metalik pada
suhu ruangan.
a. Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik dengan reaksi:
H2O H+ + OH-
b. Air merupakan pelarut yang baik
c. Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan asam kuat
d. Air bereaksi dengan berbagai substansi membentuk seenyawa padat dimana
air terikat dengannya, misalnya senyawa hidrat (Gabriel, 1999)
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air tersusun atas
dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar. Air yang bersih
mempunyai pH = 7, dan oksigen terlarut jenuh pada 9 ml/l. Air merupakan pelarut
universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air. Air juga merupakan caian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

biologis yakni didapat di dalam tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies
kimiawi yang adadi dalam air berjumlah sangat besar. Diversitas adalah
perbandingan antara jumlah spesies dengan jumlah individu. Diversitas ini sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, temperatur, pH, deras aliran, dan lain – lain.
Oleh karena itu pula di dapat berbagai populasi di dalam berbagai lingkungan
perairan. Misalnya kedalaman air menyebabkan terjadinya tratifikasi temperature air,
oksigen terlarut, zat organik, dan lain sebagainya (Slamet, 2013).

2.3 Sumber Air


2.3.1 Air Laut
Air yang di jumpai di alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya
berupa air tanah/daratan, es, salju, dan hujan. Air laut turut menentukan iklim dan
kehidupan di bumi. beberapa fungsi dari air laut yaitu:
1. Sebagai suatu unsur keseimbangan darat, laut, dan udara
2. Sebagai tempat hidupnya binatang dan tumbuh – tumbuhan laut. Ada dua
macam elemen nutrisi yaitu, pertama elemen nutrisi utama (mayor), misalnya
nitrogen, phosporous, dan silikon. Kedua elemen nutrisi mikro yaitu, Fe, Mn,
Zn, kobalt, Mg, dan Cu.
3. Sebagai sumber air hujan
4. Alat transportasi
5. Dipakai sebagai sarana olah raga, sarana wisata dan sumber mata pencaharian
nelayan
6. Sebagai sumber deviasi negara, misalnya melakukan budi daya
mutiara,udang, ikan, teripang, dan lain – lain

2.3.2. Air Hujan


Menurut teori Bergeron awan yang terletak diatas dari uap air, mengandung
kristal es, sedangkan uap air dalam fase dibawah titik beku disebut dalam keadaan
super coated, sehingga air cenderung sublimasi langsung diatas kristal es. Kristal es
tumbuh menjadi besar dan oleh karena gaya gravitasi es akan jatuh ke bumi. Namun
karena suhu udara di bawah awan berada diatas titik beku es, maka kristal es akan
mencair dan jatuh sebagai hujan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Teori Collision ( teori tumbukan dan penyatuan ). Teori ini menjelaskan


bahwa uap air itu saling bertumbukan dan kemudian terjadi penyatuan sehingga
terbentuk uap air/bintik – bintik yang lebih besar dan karena pengaruh gaya gravitasi,
butir – butir air itu akan jatuh sebagai hujan.
a. Dampak air hujan
Dampak positif hujan adalah:
1. Air hujan mempengaruhi iklim/cuaca, cuaca panas akan berubah menjadi
cuaca dingin, kadar uap air di dalam atmosfer akan meningkat
2. Memberi suplai/asupan nutrisi kepada tanaman, terutama tanaman berumbi
oleh karena air hujan mengandung nitrogen (NH3)
3. Merupakan salah satu alternatif dari sumber air minum
4. Air hujan mengisi air sungai yang dangkal dan mengisi air sumur yang
kering
5. Mengurangi polusi udara oleh karena butir – butir materi yang ada di dalam
udara akan turun bersama hujan.
Dampak negatif air hujan
1. Air hujan menyebabkan karat dan korosif terhadap logam oleh karena
mengandung NH3
2. Air hujan mengganggu penerbangan
3. Air hujan membatasi gerakan nelayan, para nelayan tidak dapat melaut
4. Air hujan dapat menyebabkan malapetaka bagi pelayaran
5. Air ujan dapat menyebabkan sungai meluap dan banjir (Gabriel, 1999).

2.3.3 Air Tanah


Air tanah disebut juga air tawar. Berdasarkan lokasi air, maka air tanah dapat
dibagi menjadi dua bagian antara lain:
1. Air permukaan tanah
Air permukaan tanah adalah air yang berasal dari sungai, rawa, danau atau waduk.
Air ini sering kali tercemar oleh sampah keluarga, kotoran hewan, dan limbah
industri rumah tangga maupun industri besar. Air permukaan tanah dapat digunakan
asalkan belum tercemar berat. Artinya pilih yang terdapat dibagian hulu, lebih baik
lagi bila air ini diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam sebelum dipakai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2.Air jauh dari permukaan tanah/air tertekan


Disebut pula air tertekan yaitu air yang tersimpan di dalam lapisan tanah. Dibagi
menjadi beberapa bagian antara lain:
a. Sumur Gali
Diameter sumur gali antara 0,8 – 1 meter, lazim 0,8 meter, kedalaman sumur gali
tergantung lapisan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, ada tidaknya air bebas
dibawah lapisan tanah. Umumnya:
1. Tanah sawah: sumur gali cukup 3 – 5 meter telah memperoleh air bebas
2. Tanah berpasir: sumur gali cukup 6 – 8 meter telah memperoleh air bebas
3. Tanah liat/berpadas: kedalaman sumur ≥ 12 meter baru memperoleh air bebas
4. Tanah kapur/berbukit: umumnya sumur gali harus ≥ 40 meter baru di peroleh
air bebas.
Keadaan/sifat air sumur gali:
1. Ketinggian air bebas umumnya sekitar 1 – 3 meter dari dasar sumur
2. Ketinggian air bebas bervariasi, tergantung jumlah air yang di ambil
tergantung musim
3. Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada, tanah sawah airnya
kekuning – kuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasa sejuk, tanah
liat/padas airnya terasa sedikit sepat, tanah kapur airnya terasa sedikit sepat
dan warnanya kehijau – hijauan
4. Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur
5. Mengandung alga dalam jumlah sedikit
6. Mengandung bakteri yang cukup.
b. Sumur Bor
Sumur yang terbentuk melalui pengeboran disebut sumur bor. Alat yang dipakai
dalam membuat sumur bor: secara manual menggunakan mata bor baja dan secara
mesin menggunakan mata bor fidia atau mata bor intan. Lubang sumur bor biasanya
4 dim atau 5 dim dan kedalaman sumur bor tergantung struktur dan lapisan tanah.
1. Tanah berpasir, biasanya kedalaman 30 – 40 meter sudah diperoleh air.
Biasanya airnya naik 5 – 7 meter dari permukaan tanah
2. Tanah liat/padas, biasanya kedalaman 40 – 60 meter akan diperoleh air yang
baik dan air akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

3. Tanah berkapur, biasanya sumur dibuat dengan kedalaman diatas 60 meter


kemmungkinan baru mendapatkan air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak
bisa naik keatas dengan sendirinya
4. Tanah berbukit, biasanya sumur di buat diatas 100 meter atau 200 meter,
kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh
sukar/tidak bisa naik keatas dengan sendirinya.
Keadaan/sifat air sumur bor:
1. Air jenih dan rasa sejuk
2. Pencemaran air tidak terjadi/sukar terjadi
3. Jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali
4. Jumlah alga didalam air sumur bor jauh lebih banyak dibandingkan dengan
air sumur gali (Gabriel, 2001).

2.4 Parameter Kualitas Air


2.4.1 Parameter Fisika
Parameter – parameter fisika yang bisa digunakan untuk menentukan kualitas
air meliputi cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan
total, padatan terlarut, padatan tersuspensi, dan salinitas.
1. Cahaya
Radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi ±1.350 watt. Dengan
kecepatan sekitar 186.000 mil/detik. Radiasi dengan panjang gelombang antara
400nm - 700 nm digunakan pada proses fotosintesis. Radiasi tersebut dikenal dengan
istilah photosyntetically active radiation (PAR) atau dikenal juga dengan cahaya
tampak yaitu cahaya yang dapat di deteksi oleh mata. Radiasi dengan panjang
gelombang < 400 nm disebut radiasi ultra violet dan radiasi dengan panjang
gelombang > 700 nm disebut radiasi infra merah. Jumlah radiasi yang mencapai
permukaan perairan sangat dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan laut,
letak geografis dan musim. Penetrasi cahaya kedalam air sangat dipengaruhi oleh
intensitas dan sudut datang cahaya, kondisi permukaan air dan bahan – bahan yang
terlarut dan tersuspensi di dalam air. Cahaya matahari yang mencapai permukaan
perairan tersebut sebagian diserap dan sebagian direfleksikan kembali. Beberapa
jenis molekul misalnya O2, O3, H2O, dan CO2 dapat menyerap energi panas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

2. Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan
laut, waktu, aliran, serta kedalaman badan air. Perbedaan suhu berpengaruh terhadap
proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu
juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air,misalnya gas O2, CO2, N2,
CH4. Namun peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut
sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen
bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi.
3. Kecerahan dan Kekeruhan
Kecerahan air dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan
padatan tersuspensi serta ketelitian dalam melakukan pengukuran. Kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan – bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan
disebabkan oeh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (
misalnya lumpur dan pasir halus ), maupun bahan anorganik dan organik yang
berupa plankon dan mikroorganisme lain. Pengukuran kekeruhan dapat digunakan
dengan Jackson Turbidimetr Unit (JTU), Nephelometric Turbidity Unit (NTU).
4.Warna
Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya
(true color ) dan warna tampak ( apparent color ). Sesungguhnya warna adalahwarna
yang hanya disebabkan oleh bahan – bahan kimia terlarut. Warna perairan
ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik karena keberadaan
plankon, humus, dan ion – ion logam ( misalnya besi dan mangan ) serta bahan –
bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan
oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman, kalsium
karbonat yang berasal dari daerah berkapur menyebabkan air berwarna kehijauan.
Bahan – bahan organik misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari
dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

5. Konduktivitas
Konduktivitas ( daya hantar listrik ) adalah gambaran numerik dari kemampuan air
untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin
banyak garam – garam terlarutyang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai
konduktivitasnya.
6. Padatan total, Terlarut, dan Tersuspensi
Padatan total (residu ) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami
evaporasi dan pengeringan tertentu. Padatan tersuspensi total (TSS atau Total
Suspensi Solid )adalah bahan – bahan tersuspensi yang tertahan pada saringan
milipore dengan diameter pori 0,45makro meter. TSS terdiri atas lumpur, pasir halus,
dan jasad – jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa oleh badan air. Settleable solid adalah jumlah padatan tersuspensi yang
dapat diendapkan selama periode waktu tertentu dalam wadah yang berbentuk
kerucut terbalik ( imhoff cone ). Padatan terlarut total ( Total Dissolved Solid atau
TDS ) adalah bahan – bahan terlarut dan koloid yang berupa senyawa – senyawa
kimia dan bahan – bahan lain yang tidak tersaring kertas saring berdiameter 0,45
makro meter.
Tabel 2.4 Adapun ion – ion yang terdapat di perairan
Major ion ( ion utama ) Secondary ion (ion sekunder )
(1,0 – 1.000 mg/liter) ( 0,01 – 10,0 mg/liter )
Sodium ( Na) Besi (Fe)
Kalium (Ca) Stronsium (Sr)
Magnesium (Mg) Kalium (K)
Sulfat (SO4) Karbonat (CO3)
Bikarbonat (HCO3) Nitrat (NO3)
Klorida ( Cl ) Fluorida (F)
Boron (B)
Silika (SiO2)

7. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat diperairan. Salinitas
menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

menjadi oksida, semua bromida, dan ioda digantikan oleh klorida dan semua bahan
organik telah di oksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (%)
(Efendi, 2003)

2.4.2 Parameter Kimia


Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul – betul murni.
Ketika air mengembun di udara dan jatuh ke permukaan bumi, air tersebut telah
menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbon dioksida, dan berbagai jenis gas
lainnya. Selain itu, sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrat, nitrit,
amoniak dan karbon dioksida akan larut di dalamnya. Maka dari itu gambaran yang
tepat dari sifat kimia perairan didasarkan pada alkalinitas/asiditas, kelarutan,
konstanta pembentukan kompleks, petensial redoks, dan pH
1. Alkalinitas
Kapasitas air untuk menerima protein disebut alkalinitas. Alkalinitas penting dalam
perlakuan air seperti pada proses pengolahan air limbah industri atau limbah
domestik. Dengan mengetahui alkalinitas dapat dihitung jumlah bahan kimia yang
harus ditambahkan dalam pengolahan air. Air yang sangat alkali ataubersifat basa
sering mempunyai PH tinggi dan umumnya mengandung padatan terlarut yang
tinggi. Sifat – sifat ini dapat menurunkan kegunaannnya untuk keperluan dalam
tangki uap, prosesing makanan dan system saluran air dalam kota. Pada umumnya,
komponen utama yang memengang peran dalam menentukan alkalinitas perairan
adalah ion karbonat dan ion hidroksil.
HCO3- + H+ CO2 + H2O
CO32- + H+ HCO3
OH- + H+ H2O
Yang lainnya yang sedikit menyumbangkan alkalinitas adalah ammonia dan
konyugat asam – asam fosfat, silikat, borat dan asam – asam organik. Alkalinitas
umumnya dinyatakan sebagai alkalinitas fenolftalein yaitu proses situasi dengan
asam untuk mencapai PH 8,3 dimana HCO3- merupakan ion terbanyak dan
alkalinitas total yang menyatakan situasi dengan asam menuju titik akhir indikator
metal jingga ( PH 4,3 ) yang ditunjukkan oleh berubahnya kedua jenis ion karbonat
dan bikarbonat menjadi CO2. Dalam kebanyakan air alami alkalinitas disebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

oleh adanya HCO3-, dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon
organik yang tinggi. Dalam media dengan PH rendah, ion hidrogen dalam air
mengurangi alkalinitas.
2. Aciditas
Pada sistem perairan alami asiditas adalah kapasitas air untuk menetralkan OH-.
Ppenyebab dari asiditas umumnya adalah asam – asam lemah seperti HPO4-, H2PO4-,
CO2, HCO3-, protein dan ion – ion logam bersifat asam terutama Fe3+. Penentuan
asiditas lebih sukar dibandingkan alkalinitas. Hal ini disebabkan oleh adanya dua zat
utama yang berperan yaitu CO2 dan H2S yang keduanya mudah menguap, yang
mudah hilang dari sampel yang diukur.
CO2 + OH- HCO3-
H2S + OH- HS- + H2O
Hal tersebut berakibat terjadinya kesukaran dalam pengawetan contoh air yang baik
terhadap adanya gas –gas tersebut untuk dianalisa. Bila total asiditas ditentukan oleh
situasi dengan basa sampai titik akhir fenolftalein ( PH 8,2), maka untuk titik akhir
indikator metil jingga pada PH 4,3. Sifat asam dari ion – ion logam yang terhidrat
dapat berperan terhadap asiditas seperti : Al(H2O)63+ Al (H2O)5OH2+ + H2O
3.Pembentukan Senyawa Kompleks
Dalam air ion logam dapat bergabung dengan ion negatif, atau dengan senyawa
netral membentuk senyawa kompleks/koordinasi. sebuah kompleks mengandung
sebuah atom logam pusat dimana terikat elektron – elektron yang dimiliki oleh ligan
sebagai donor elektronnya. Ligan – ligan dapat bermuatan negatif atau netral,
kompleks yang dihasilkan dapat bermuatan netral, positif atau negatif. Bilangan
koordinasi dari sebuah atom logam atau ion adalah kelompok donor lektron ligan
yang diikat kepada logam itu koordinasi paling umum adalah 2, 4, atau 6. Senyawa
komplek berinti banyak mengandung dua atau lebih atom – atom logam yang terikat
bersama – sama melalui jembatan ligan, yang sering terjadi adalah OH-. Bila ion
kadnium bergabung dengan ion sianida,
Cd2+ + CN+ Cd ( CN )2
Maka terbentuk ion komplek Cd (CN)2, selanjutnya bila in – ion sianida ditambahkan
akan membentuk senyawa kompleks yang lebih lemah artinya lebih mudah
terdisosiasi. Dalam contoh tersebut ligan sianida disebut sebagai ligan unidentat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

yang berarti hanya mempunyai satu tempat untuk mengadakan ikatan pada ion logam
pusat kadnium. Kompleks ligan unidentat relatif kurang penting dalam larutan di
perairan alami.
4. pH
pH merupakan faktor intensitas, alkalinitas merupakan faktor kapasitas, dimana
kapasitas itu merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh karena
itu kadang – kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk
mencegah supaya air itu tidak menjadi asam, (Achmad, 2016)
Didalam penyediaan air, pH merupakan faktor yang harus dipertimbangkan
mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas
pengolahan yang dilakukan, misalnya dalam mlakukan koagulasi kimia, desinfektan,
pelunakan air (water softening) dan dalam pencegahan korosi (Alaert, 1984).

2.5 Titrasi Asam Basa


Titrasi adalah cara yang sangat berguna untuk menentukan konsentrasi dari
larutan asam – asam dan basa – basa asal saja titik ekuivalennya dapat ditentukan.

2.5.1 Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat


Titrasi yang dilakukan dengan penambahan asam kuat dengan basa kuat. Sebagai
contoh umum yang digunakan pada titrasi asam kuat dengan basa kuat yaitu dengan
titrasi HCl dengan NaOH, secara matematika dapat ditentukan harga PH pada saat
titrasi berlangsung dengan cara menghitung konsentrasi H+ yang ada dalam labu
titrasi, tiap kali sejumlah NaOH ditambahkan pada HCL. Dari perhitungan terlihat
PH mula – mula akan naik secara perlahan, kemudian mendekati titik ekuivalen akan
naik dengan cepat dan akhirnya sesudah titik ekuivalen akan sama. Titik ekuivalen
akan terjadi pada PH = 7. Pada titik ekuivalen ini larutan netral karena tidak ada ion
– ion dari garam (NaCl) yang terbentuk akan mengalami hidrolisis. Reaksi
netralisasinya yaitu
HCl + NaOH NaCl + H2O
2.5.2 Titrasi Asam lemah Dengan Basa Kuat
Dalam titrasi asam – basa dimana salah satu zat kuat dan lainnya lemah pada titik
ekuivalennya, larutan netral karena salah satu ion dari garam yang terbentuk dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

bereaksi sebagai asam atau basa. Misalnya titrasi CH3COOH dengan NaOH, sebelum
basa ditambahkan, zat terlarut yang ada hanya asam asetat. Ketika dimulai
penambahan NaOH, maka molekul asam asetat akan berubah menjadi ion asetat
CH3COOH + OH-CH3COO- + H2O
Oleh karena larutan mengandung CH3COOH dan CH3COO- berarti suatu larutan
dapat dihitung PH dari campuran larutan tersebut. Reaksi netralisasinya yaitu:
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Ketika NaOH ditambahkan maka semua asam asetatnya telah netral, tetapi larutan
garamnya CH3COONa yang dihasilkan tidak netral karena mengandung anion dari
asam lemah. Reaksi kesetimbangan anionnya adalah
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Setelah semua asam lemah dinetralkan, penambahan NaOH selanjutnya akan
menekan reaksi anion dan PH hanya tergantung dari konsentrasi OH- yang berasal
dari penambahan NaOH.

2.5.3 Titrasi Basa Lemah Dan Asam Kuat


Ketika suatu basa dititrasi oleh asam kuat, kurva titrasi yang dibuat akan sama
bentuknya dengan kurva asam lemah dan basa kuat. Selama penambahan asam mula
– mula, larutan mengandung basa lemah yang belum bereaksi dan asam
konjugasinya. Pada titik ekuivalen, larutan mengandung garam yang berasal dari
basa lemah dan pH campuran ditentukan oleh hidrolisis asam konjugasinya (kation).
Akhirnya, sesudah titik ekuivalen dilampaui, PH larutan ditentukan oleh kelebihan
ion hidrogen dari asam kuat. Contohnya titrasi NH4OH dengan HCl. Reaksi
netralisasinya yaitu:
NH4OH + HCl NH4Cl + H2O
PH titik ekuivalen titrasi ini < 7 yang sangat khas untuk titrasi basa lemah dengan
asam kuat.

2.5.4 Indikator Asam – Basa


Salah satu prinsip penggunaan indikator asam - basa pada titrasi adalah untuk
menentukan titik ekuivalennya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Tabel 2.5 Indikator Asam – Basa


Indikator Perubahan Warna Trayek PH
Timol biru Merah – Kuning 1,2 – 2,8
Bromfenol biru Kuning – Biru 3,0 – 4,6
Merah kongo Biru – Merah 3,0 – 5,0
Metil jingga Merah – Kuning 3,2 – 4,4
Bromkesol hijau Kuning – Biru 3,8 – 5,4
Metil merah Merah – Kuning 4,8 – 6,0
Bromkesol ungu Kuning – ungu 5,2 – 6,8
Bromtimol biru Kuning – Biru 6,0 – 7,6
Kresol merah Kuning – Merah 7,0 – 8,8
Timol biru Kuning – Biru 8,0 – 9,6
Fenolftalein Tak berwarna – Merah muda 8,2 – 10,0
Alizarin kuning Kuning – Merah 10,1 – 12,0
(Brady, 1997).

2.6 Ketel Uap


2.6.1 Sejarah Perkembangan Ketel Uap
Uap (steam)yaitu gas yang timbul akibat perubahan fase cair mnjadi uap (gas)
dengan cara pendidihan (boiling).
Tahun 1641 Galileo seorang saintis besar terkenal dengan teleskopnya, pendulum
dan percobaan dengan grafitasi, menyatakan bahwa air hanya dapat dipompa dari
kedalaman 28 kaki (8,5344 m).
Tahun 1643 Evangelista Torricelli, salah seorang murid Galileo, meneruskan
percobaan Galileo bahwa tekanan atmosfir dapat menahan kolom air setinggi 32 kaki
(9,7536 m) bila diatas permukaan air tersebut keadaan vakum. Dia juga melakukan
percobaan air raksa, ternyata tekanan atmosfir dapat menahan 76 cm air raksa bila
diatas permukaan air tersebut vakum, kalau kolom air maka sama dengan 10.336 m.
Tahun 1698, Thomas Savery memperoleh hak patent dari sebuah mesin pompa yang
dengan sistem vakum dengan memakai ketel uap dan pesawat kondensor.
Tahun 1712 Thomas Newcomen dan Jhon Calley, membuat mesin uap yang pertama
dengan sukses. Uap yang dihasilkan boiler, dialirkan kedalam mesin uap lalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

mengangkat piston sampai ke puncak. Bila setelah itu diinjeksikan air ke dalam
mesin uap, menjadi turun (vakum) maka piston tertarik kembali kebawah. Sistem ini
akan menimbulkan gerak turun naik dari piston (reciprocating). Tenaga mesin uap ini
dapat menggerakkan pompa.

2.6.2 Fungsi Ketel Uap


Ketel uap berfungsi sebagai pesawat konversi energi yang mengkonversikan
energi kimia (potensial) dari bahan bakar menjadi energi panas. Ketel uap terdiri dari
dua komponen utama yaitu:
1. Dapur, sebagai alat untuk mengubah energi kimia menjadi energi panas.
2. Alat penguap (evaporator) yang mengubah energi pembakaran (energi panas)
menjadi energi potensial uap (gas)
Kedua komponen tersebut diatas telah dapat untuk memungkinkan sebuah ketel uap
untuk berfungsi. Sedangkan komponen lainnya adalah:
1. Corong asap dengan sistem tarikan gas asapnya, memungkinkan dapur
berfungsi secara efektif.
2. Sistem pemipaan, seperti pipa – pipa api, pada ketel pipa – pipa api, pipa –
pipa air, pada ketel pipa – pipa air memungkinkan sistem penghantar kalor
yang efektif antara nyala api atau gas panas dengan air ketel
3. Sistem pemanas uap lanjut, sistem pemanas udara pembakaran serta sistem
pemanas air pengisi ketel, berfungsi sebagai alat untuk menaikkan efesiensi
ketel (Syamsir, 1988).

2.6.3 Proses Pengolahan Air Pada Ketel Uap


Proses pengolahan air pada ketel uap untuk mengurangi dan menghilangkan
pengotor yang terdapat dalam air sehingga memenuhi syarat – syarat mutu yang di
perlukan dalam penggunaanya. Air baku yang dipergunakan di PKS diperoleh dari
pengolahan air sungai. Adapun persyaratan mutu airnya sebagai berikut:
1. Air untuk konsumsi dan proses tidak berwarna/jernih, tidak berbau/netral,
tidak mengandung zat – zat yang membahayakan tubuh manusia/bakteri
2. Air ketel uap dengan standar sebagai berikut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Tabel 2.6 standar air ketel uap


Parameter Satuan Standar
pH - 10,5 – 11,5
TDS Ppm Maksimal 1500
Silika Ppm SiO2 Maksimal 150
Hardness total Ppm CaCO3 Tidak normal
Alkalinitas – P Ppm CaCO3 Maksimal 750
Alkalinitas – M Ppm CaCO3 Maksimal 650
Alkalinitas total Ppm CaCO3 Maksimal 1400
Sulfit Ppm 30 – 80
Proses pengolahan air untuk keperluan pabrik kelapa sawit dapat dipisahkan menjadi
external treatment dan internal treatment. Ekxternal treatment terdiri dari proses
penjernihan, penyaringan, dan proses demineralisasi. Sementara itu proses internal
treatment terdiri dari aerasi dan penambahan bahan kimia lainnya.
a. External treatment
External treatment adalah proses menghilangkan kesadahan dan partikel – partikel
asing dalam air. Pengendalian mutu air tergantung tujuan penggunaan air. Umumnya
air diproses untuk keperluan dengan persyaratan tertentu.
1. Air pengolahan memerlukan air yang bebas dari logam – logam katalisator
perusak minyak sawit dan senyawa – senyawa yang dapat menurunkan mutu
minyak sawit, seperti suspensi koloid.
2. Air ketel. Memerlukan mutu khusus, yakni bebas dari logam alkali tanah
yang dapat menyebabkan pembentukan kerak pada ketel. Oleh karena itu,
perlu di kontrol kesadahan air yang keluar dari tangki anion. Bebas dari
logam oksidator penyebab korosi dan bebas dari lumpur yang dapat
merangsang pembentukan kerak serta dapat mengurangi perpindahan panas.
b. Internal Treatment
Internal treatment bertujuan untuk melakukan pengolahan lebih lanjut dari hasil
eksternal treatment sebagai metode perlindungan ketel uap dalam proses
pembentukan uap. Air yang telah dilakukan pengendapan di clarifier pond
Dipompakan ke sand filter menuju tower filtered water tank. Melalui sand filter,
kotoran halus akan tersaring sehingga air yang keluar sudah memenuhi standar air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

minum. Air tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan, seperti klarifikasi
dan cleaning. Namun, untuk penggunaan ketel uap, air dilakukan pengolahan lebih
lanjut. Hal ini dikarenakan masih mengandung zat – zat padatan terlarut (garam
kalsium, magnesium dan silika). Zat – zat tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu
melalui pertukaran ion. Pada proses ini dilakukan penambahan zat kimia untuk
memenuhi kebutuhan air ketel dan menjaga atau mencegah terjadinya kerak, korosi,
dan terjadinya pembentukan deposit yang dapat memperkecil diameter pipa ketel.
Bahan kimia yang digunakan sebagai berikut.
1. catalized sulfid yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan gas – gas lain
yang masih terikut dalam air ketel serta mencegah terjadinya korosi pada
prmukaan logam, khususnya bagian dalam pipa - pipa
2. Adjunct HL yang difungsikan sebagai pengontrol alkali dan pH air ketel
3. Advantage yang berfungsi untuk melindungi permukaan bagian dalam pipa
dan drum dengan membentuk lapisan film sehingga terhindar dari korosi dan
deposit. Selain itu berfungsi untuk melarutkan lapisan kerak yang sudah
terbentuk pada permukaan dalam pipa dan drum seperti silika (pardamean,
2014).

2.6.4. Masalah Pada ketel uap


Air yang digunakan pada boiler yang kurang memenuhi standar yang
ditentukan akan menimbulkan masalah – masalah sebagai berikut :
1. Pembentukan deposit, disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi yang
terdapat pada air umpan boiler dan juga disebabkan oleh kontaminasi uap dari
hasil produksi. Dimana pencegahan deposit ini dapat dilakukan dengan
meminimalkan masuknya zat – zat teruspensi yang terdapat pada air umpan
ketel
2. Pembentukan kerak yakni dapat pula disebabkan oleh ion – ion kesadahan
yang terdapat pada air umpan ketel, dimana pembentukan kerak ini dapat
ditanggulangi dengan mengurangi ion – ion kesadahan pada air ketel dan
menggunakan blowdown secara teratur jumlahnya
3. pembentukan korosi yakni dapat disebabkan karena terjadi peristiwa
pembentukan kembali logam – logam kebentuk aslinya. Ini dapat diatasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

dengan mengurangi logam – logam yang menyebabkan korosi, mengatur PH


dan alkalinitas air ketel (Pusdiklat PT. Perkebunan Nusantara III. 2005)

2.6.5. Perawatan Ketel Uap


Didalam pesawat ketel uap dapat dilakukan dengan memperhatikan kualitas
air. Air yang dipergunakan harus memenuhi standar yang sudah ditentukan. Selain
itu volume air ketel tidak melebihi batas yang sudah ditentukan, (Naibaho, 1998)
Ada empat cara untuk mengolah atau mempebaiki mutu air yang akan digunakan
pada ketel uap yaitu:
1. Penambahan bahan kimia pada air mentah sebelum dimasukkan kedalam
ketel uap
2. Melunakkan air mentah dengan mengalirkannya melalui zeolit base
exchanger
3. Penambahan beberapa jenis senyawa kimia kedalam air didalam ketel seperti
natrium fosfat yang mampu menyebabkan garam kalsium yang larut,
mengendap dan ditampung kemudian dibuang
4. Dilakukan dekonsentrasi atau blowdown dari ketel uap pada waktu sering
terjadi pemanasan, dimana tekanan ketel uap digunakan untuk memaksa air
yang mengandung suspensi kotoran keluar dari ketel (Walid,1989).

2.7. Demineralisasi
Sistem demineralisasi sangat banyak digunakan, bukan saja untuk pengolahan
air ketel uap tekanan tinggi,tetapi juga untuk berbagai jenis air proses dan air cuci.
Pemilihan sistem penukar ion untuk ini bergantung pada komposisi air mentah.
Penyingkiran garamatau demineralisasi parsial atau total air yang berkadar garam
tinggi seperti air laut (Austin, 1996).
Demineralisasi merupakan tempat penukar ion. Demineralisasi terdiri dari
dua jenis yaitu:
a. Penukar Kation
Unit penukar kation mengandung asam kuat dan asam lemah yang berikatan dengan
resin sebagai bahan dasar. Penukar ion terbentuk padatan dengan spesifikasi sebagai
berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

1. Mengandung ion sebagai tempat pertukaran ion


2. Tidak larut dalam air
3. Memiliki pori – pori sebagai tempat keluar masuk ion
4. Pertukaran kation memiliki muatan negatif dan penukar anion memiliki muatan
positif dalamkerangka resin
Apabila resin telah jernih maka perlu dilakukan regenerasi dengan penambahan Na+,
sehingga resin aktif kembali sebagai penukar ion. Didalam penukar kation
mengurangi kesadahan air yang disebabkan oleh garam – garam kalsium dan
magnesium.
2R-H + Ca2+R2Ca + 2H+
2R-H + Mg2+ R2Mg + 2H+
b. Penukar Anion
Unit ini hampir sama dengan penukar kation, dimana alat ini menukar anion
yang terdapat didalam air. Bahan dasarnya adalah resin sebagai tempat pertukaran
ion. Pada alat ini menyerap anion dari asam karbonat, sulfat, silikat yang dihasilkan
dari kation, disamping itu juga mengurangi garam – garam alkali.
2R-OH + SO42- R2SO4 + 2OH-
2R-OH + Cl-RCl + 2OH-(Naibaho, 1998)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2018 di PT.
Perkebunan IV kebun Adolina dan dilaboratorium Pabrik Kelapa Sawit Adolina
Perbaungan Sumatera Utara

3.2 Metode Penelitian


3.2.1. Alat
1. Beaker glass 250 ml pyrex
2. Erlenmeyer 250 ml pyrex
3. Gelas ukur 10 ml pyrex
4. Buret 50 ml pyrex
5. Labu takar 1000 ml pyrex
6. Pipet tetes
7. Statif dan klem
8. Botol aquadest
3.2.2 Bahan
1. Air ketel uap
2. Aquadest
3. H2SO4 0,02N p.a E’Merch
4. Indikator phenolftalein p.a E’Merch
5. Indikator metyl orange p.a E’Merch

3.3. Prosedur Percobaan


3.3.1. Penentuan P – alkalinitas
1. Air ketel uap diukur sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
2. Kemudian ditambahkan 4 tetes indikator phenolftalein
3. Lalu dititrasi air ketei uap dengan H2SO4 0,02 N hingga terjadi perubahan
warna dari merah lembayung menjadi bening
4. Dicatat volume H2SO4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

3.3.2. Penentuan M – Alkalinitas


1. Air ketel uap diukur sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
2. Kemudian ditambahkan 4 tetes indikator metyl orange
3. Lalu dititrasi air ketel uap dengan H2SO4 O,O2 N hingga terjadi perubahan
warna merah muda
4. Dicatat volume H2SO4 yang terpakai.

3.4 Bagan Percobaan


3.4.1. penentuan P – Alkalinitas

Sampel

Air ketel uap diukur sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke


dalam erlenmeyer
kemudian ditambahkan 4 tetes indikator phenolftalein
lalu dititrasi dengan H2SO4 0,02 N hingga terjadi perubahan
warna dari merah lembayung menjadi bening

Dicatat volume H2SO4 yang terpakai

Hasil

3.3.2. penentuan M – Alkalinitas

Sampel

Air ketel uap diukur sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke


dalam erlenmeyer
Kemudian ditambahkan 4 tetes indikator metyl orange
lalu dititrasi dengan H2SO4 0,02 N hingga terjadi perubahan
warna dari merah muda

Dicatat volume H2SO4 yang terpakai

Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1. Hasil Analisa alkalinitas Dari Air Ketel Uap
Tanggal Sampel V H2SO4 P-Alkalinitas V H2SO4 M–Alkalinitas
percobaan (ml) (ppm) (ppm)
1 Februari 2018 Air 19 380 20 400
3 Februari 2018 Ketel 22 440 23 460
6 Februari 2018 Uap 24 480 26 520
8 Februari 2018 28 560 28 560
10 Februari2018 30 600 30 600

4.1.1. Analisa Hasil


Menentukan kadar alkalinitas pada air ketel uap
V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
keterangan : V H2SO4 : volume asam sufat
N H2SO4 : Normalitas asam sulfat
BM CaCO3 : Berat Molekul CaCO3
Volume sampel : volume air ketel uap

Perhitungan kadar P – alkalinitas dan M – Alkalinitas


Tanggal 1 Februari 2018 :
V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑃 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

19 × 0,02 × 100 × 1000


=
100
= 380 ppm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000


𝑀 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
20 × 0,02 × 100 × 1000
=
100
= 400 ppm

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisa alkalinitas pada air ketel
uap dapat diketahui bahwa jumlah kadar P – alkalinitas pada tanggal 1 – 10 Februari
2018 diperoleh 380 ppm; 440 ppm; 480 ppm; 560 ppm; dan 600 ppm. Sedangkan
jumlah kadar M – alkalinitas pada tanggal 1 – 10 Februari 2018 diperoleh 400 ppm;
460 ppm; 520 ppm; 560 ppm; dan 600 ppm. Maka kadar alkalinitas total yang
diperoleh yaitu 1000 ppm.
Pada penentuan nilai alkalinitas secara titrasi asam basa, diasumsikan bahwa
titran yang berupa asam hanya akan bereaksi dengan garam – garam karbonat. Tahap
awal dari penentuan alkalinitas adalah dengan penambahan indikator phenolftalein.
Jika terbentuk warna merah muda, berarti di dalam larutan tersebut terdapat
karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Selanjutnya dilakukan titrasi hingga warna
terang tepat menghilang pada PH sekitar 8,3 pada kondisi ini terjadi reaksi:

H2SO4 + Ca(OH)2CaSO4 + 2H2O (1)


H2SO4 + CaCO3CaSO4 + H2CO3 (2)
Pada persamaan (1) semua ion OH- telah mengalami konversi secara
sempurna. Pada persamaan (2) setiap ion karbonat bereaksi dengan satu ion hidrogen
untuk menghasilkan ion bikarbonat. H2CO3merupakan ion penyusun alkalinitas. Jadi
konversi karbonat pada PH 8,3 ini hanya berlangsung setengahnya sehingga perlu
ditambahkan asam (titran) untuk mengkonversi bikarbonat menjadi asam karbonat.
Kemudian titrasi dilanjutkan dengan bantuan indikator methyl orange, perubahan
warna akan terjadi pada PH 4,4. Reaksi yang terjadi ditunjukkan dalam persamaan
reaksi
H2SO4 + Ca(HCO3)2 CaSO4 + 2H2CO3
Pada persamaan reaksi setiap ion bikarbonat berikatan dengan satu ion
hidrogen membentuk asam karbonat. Penjumlahan dari jumlah titran yang terpakai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

pada penentuan nilai alkalinitas phenolftalein dengan jumlah titran pada penentuan
nilai alkalinitas methyl orange merupakan nilai alkalinitas total (Efendi, 2003).
Dari uraian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa analisa yang dilakukan
selama periode 1 – 10 Maret 2018 terhadap air ketel uap dengan metode titrasi asam
basa dengan menggunakan larutan standar H2SO4 diperolehkadar rata – rata P –
alkalinitas yaitu 492 ppm dan kadar rata rata M – Alkalinitas yaitu 508 ppm. Dimana
kadar tersebut masih sesuai dengan yang ditetapkan oleh pabrik kelapa sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina, dengan kadar maksimum alkalinitas yang
diperbolehkan yaitu 1400 ppm. Apabila kadar alkalinitas melampaui batas yang telah
ditetapkan maka akan terbentuk kerak atau pengendapan pada pipa sehingga akan
menyebabkan korosi pada ketel. Korosi dapat disebabkan karena adanya asam atau
pH rendah, adanya oksigen yang mudah terlarut pada air, dan adanya ion bikarbonat
yang dapat bereaksi dengan logam dan besi membentuk garam bikarbonat karena
terjadinya pemanasan dan tekanan yang tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar alkalinitas
pada air ketel uap yang diperoleh dimana kadar rata – rata P – alkalinitas yaitu 492
ppm, kadar rata – rata M – alkalinitas yaitu 508 ppm, sehingga kadar total alkalinitas
yang diperoleh yaitu 1000 ppm.Maka kadar alkalinitas tersebut telah memenuhi
kadar standar yang telahditetapkanPT.Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina
yaitu 1400 ppm.

5.2. Saran

Sebaiknya perlu dilakukan analisa alkalinitas secara rutin dan berkelanjutan,


agar hasil yang diperoleh dapat seminimal mungkin, sehingga dapat mengefisiensi
proses korosi pada pipa ketel yang digunakan, dan perlu dilakukan analisa untuk
parameter yang lain seperti kesadahan, silika, zat – zat organik dan lain – lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

DAFTAR PUSTAKA
Achmad R. 2016. Kimia Lingkungan. Andi.Yogyakarta
Alaert. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya
Austin T. G. 1996. Industri Proses. Jilid I. Edisi V. Erlangga. Jakarta
Brady J. E. 1997. Kimia Universitas. Jilid II. Binarupa Aksara.Tangerang
Efendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisinus.Yogyakarta
Gabriel J. F. 1999. Fisika Lingkungan. Hipokrates.Jakarta
GultomJ. 1993. Metode Dan Teknik Analisa Kualitas Air. USU press.Medan
Linsley R. K. 1995. Teknik Sumber Daya Air. Edisi III. Jilid II. Erlangga.Jakarta
Naibaho P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian. Medan
Kelapa Sawit.
Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swaday.Jakarta
Pardamean M. 2014. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta:
Slamet J. S. 2013. Kesehatan Lingkungan. Institute Teknologi Bandung. Bandung
Syamsir, M. 1988. Pesawat – Pesawat Konversi Energi (Ketel Uap). Edisi I. Rajawali
Jakarta

Walid M. 1989. Pengendalian AirUmpan Ketel. LPP Kampus. Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Lampiran 1. Diagram Pengolahan Air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Lampiran 2. Gambar Pengolahan Air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Kadar Alkalinitas Air Ketel Uap

Tanggal 3 Februari 2018 :


V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑃 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

22 × 0,02 × 100 × 1000


=
100
= 440 ppm
V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑀 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
23 × 0,02 × 100 × 1000
=
100
= 460 ppm
Tanggal 6 Februari 2018 :
V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑃 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

24 × 0,02 × 100 × 1000


=
100
= 480 ppm
V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑀 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
26 × 0,02 × 100 × 1000
=
100
= 520 ppm
Tanggal 8 Februari 2018 :
V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑃 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

28 × 0,02 × 100 × 1000


=
100
= 560 ppm
V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑀 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
28 × 0,02 × 100 × 1000
=
100
= 560 ppm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Tanggal 10 Februari 2018 :


V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑃 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

30 × 0,02 × 100 × 1000


=
100
= 600 ppm
V 𝐻2 𝑆𝑂4 × 𝑁 𝐻2 𝑆𝑂4 × BM CaCO3 × 1000
𝑀 − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
30 × 0,02 × 100 × 1000
=
100
= 600 ppm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai