ELISABETHANIA
152401083
ELISABETHANIA
152401083
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan masing – masing disebutkan sumbernya.
ELISABETHANIA
152401083
Disetujui di
Medan, Juli 2018
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan sebaik mungkin dan dengan
waktu yang ditentukan. Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat
akademik dalam menyelesaikan studi program D3 Kimia di Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua saya, bapak M. Sihite dan ibu T. Simamora yang telah memberikan motivasi
dukungan, bantuan moril dan materil serta doa restu demi kesuksesan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih memiliki
kekurangan dalam materi dan cara penyajiaannya dengan kata lain masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih
Penulis
ELISABETHANIA
iii
ABSTRAK
Analisa kadar alkalinitas air ketel uap di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun
Adolina telah dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa. Kadar
alkalinitas total ditentukan dengan cara menganalisa kadar P – alkalinitas dan kadar
M – alkalinitas. Nilai kadar rata – rata P – alkalinitas pada tanggal 1 – 10 Februari
2018 diperoleh 492 ppm, sedangkan nilai kadar rata – rata M – alkalinitas diperoleh
508 ppm.Maka nilai kadar alkalinitas total yang diperoleh adalah 1000 ppm. Nilai
tersebut telah memenuhi kadar standar yang telah ditetapkan oleh PT. Perkebunan
Nusantara IV Kebun Adolina dengan kadar standar maksimum alkalinitas pada air
ketel uap yaitu 1400 ppm.
iv
ABSTRACT
Halaman
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i
PENGHARGAAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Hipotesis 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
vi
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
vii
viii
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk proses pengolahan. Air
ketel uap membutuhkan kemurnian yang memenuhi persyaratan air minum. Sumber
air untuk kualitas tersebut sudah jarang di jumpai di perkebunan kelapa sawit. Oleh
karena itu diperlukan proses pengolahan air pada pabrik kelapa sawit agar air yang
digunakan memenuhi standar. Pengolahanair pabrik kelapa sawit merupakan proses
pemurnian air di dalam ketel uap dengan tujuan untuk mencegah korosi dan
terjadinya carry over. Air ketel dengan analisa kimia dapat diketahui jenis dan
jumlah kandungan zat yang terkandung didalamnya antara lain:
a. Kerak
Kerak di air ketel uap terbentuk dari kotoran – kotoran, biasanya dari campuran
calsium dan magnesium yang tidak larut. Pengaruh dari pada pembentukan kerak
adalah pengembunan atau pembengkokan pipa serta pelepuhan pipa
b. Korosi
Korosi dari air ketel uap terjadi ketika air asam atau pH rendah ditandai dengan
hilangnya logam, oksigen, dan gas – gas korosif yang menyebabkan lobang – lobang
besar pada pipa ketel uap
c. Carry over
Carry over pada ketel uap terjadi karena masuknya uap air balik dan kelebihan solid
yang terlarut dan tidak terlarut, tingginya kadar alkalinitas serta tingginya kandungan
minyak di air ketel uap sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pipa super
heater, berkurangnya efisiensi turbin.
Proses analisa air ketel uap apabila tidak dilakukan dengan baik akan
menimbulkan kerak di dalam dinding pipa pemanas maupun dinding drum. Adanya
kerak ini akan menyebabkan beberapa hal
1. Proses pemanasan air di dalam pipa membutuhkan waktu pemanasan lebih
lama
2. Bahan bakar untuk menaikkan uap diperlukan banyak
3. uap yang dihasilkan kurang, bermutu jelek dan kapasitasnya berkurang yang
di ukur dengan parameter manometer
4. Kemungkinan terjadi pemanasan lokal pada pipa yang akan berakibat over
heating dan dapat menyebabkan ledakan/pecahnya pipa
5. Efesiensi kerja ketel uap rendah (Pardamean, 2014).
Untuk kebutuhan ketel uap, diperlukan air yang bebas dari kandungan
mineral dan kadar alkalinitas harus rendah. Alkalintas menyebabkan terbentuknya
kerak dan korosi pada pipa ketel yang menurunkan kemampuan perpindahan panas
pada pipa sehingga efisiensi kinerja ketel uap menurun (Pahan, 2013)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan analisa
kadar alkalinitas pada air ketel uap dengan menggunakan metode titrasi asam basa di
PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina. Dimana kadar alkalinitas yang
diperoleh 1000 ppmCaCO3dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
1.2.Perumusan masalah
Berapakah kadar alkalinitas pada air ketel uap yang diperoleh dari hasil analisa
yang telah dilakukan dan Apakah kadar alkalinitas tersebut telah memenuhi
persyaratan di PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Adolina ?
1.3.Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengetahuikadar alkalinitas pada air
ketel uap yang diperoleh dari hasil analisa yang telah dilakukan dan untuk
mengetahui kadar alkalinitas tersebuttelah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkandi PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina.
1.4.Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kadar
alkalinitas pada air ketel uap yang diperoleh dari hasil analisa yang telah dilakukan
dan untuk mengetahui kadar alkalinitas tersebut telah memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkandi PT.Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat
padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30%
berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). udara mengandung zat cair (uap air )
sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, 1991).
Air dalam defenisi ilmiah adalah senyawa hidrogen dan oksigen dengan
rumus kimia H2O. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh semua
makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap di
manfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan
air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap
pengguna air (Efendi, 2003).
Pada zaman sekarang ini, IPTEK yang semakin maju dan canggih, kehidupan
manusia diwarnai oleh berbagai aktivitas yang semakin meningkat sebagai akibat
daripada populasi dan kegiatan manusia yang semakin bertambah. Di dalam industri,
air juga memegang peranan penting misalnya, sebagai pendingin, pngangkut limbah,
sebagai bahan baku untuk produksi uap di dalam ketel uap dan lain – lain ( Gultom,
1993).
Peraturan pemerintah No. 20 Tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut kegunaannya. Adapun penggolongan air
menurut kegunaannya yaitu:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu ai yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.
biologis yakni didapat di dalam tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies
kimiawi yang adadi dalam air berjumlah sangat besar. Diversitas adalah
perbandingan antara jumlah spesies dengan jumlah individu. Diversitas ini sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, temperatur, pH, deras aliran, dan lain – lain.
Oleh karena itu pula di dapat berbagai populasi di dalam berbagai lingkungan
perairan. Misalnya kedalaman air menyebabkan terjadinya tratifikasi temperature air,
oksigen terlarut, zat organik, dan lain sebagainya (Slamet, 2013).
2. Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan
laut, waktu, aliran, serta kedalaman badan air. Perbedaan suhu berpengaruh terhadap
proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu
juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air,misalnya gas O2, CO2, N2,
CH4. Namun peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut
sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen
bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi.
3. Kecerahan dan Kekeruhan
Kecerahan air dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan
padatan tersuspensi serta ketelitian dalam melakukan pengukuran. Kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan – bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan
disebabkan oeh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (
misalnya lumpur dan pasir halus ), maupun bahan anorganik dan organik yang
berupa plankon dan mikroorganisme lain. Pengukuran kekeruhan dapat digunakan
dengan Jackson Turbidimetr Unit (JTU), Nephelometric Turbidity Unit (NTU).
4.Warna
Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya
(true color ) dan warna tampak ( apparent color ). Sesungguhnya warna adalahwarna
yang hanya disebabkan oleh bahan – bahan kimia terlarut. Warna perairan
ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik karena keberadaan
plankon, humus, dan ion – ion logam ( misalnya besi dan mangan ) serta bahan –
bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan
oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman, kalsium
karbonat yang berasal dari daerah berkapur menyebabkan air berwarna kehijauan.
Bahan – bahan organik misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari
dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.
5. Konduktivitas
Konduktivitas ( daya hantar listrik ) adalah gambaran numerik dari kemampuan air
untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin
banyak garam – garam terlarutyang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai
konduktivitasnya.
6. Padatan total, Terlarut, dan Tersuspensi
Padatan total (residu ) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami
evaporasi dan pengeringan tertentu. Padatan tersuspensi total (TSS atau Total
Suspensi Solid )adalah bahan – bahan tersuspensi yang tertahan pada saringan
milipore dengan diameter pori 0,45makro meter. TSS terdiri atas lumpur, pasir halus,
dan jasad – jasad renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa oleh badan air. Settleable solid adalah jumlah padatan tersuspensi yang
dapat diendapkan selama periode waktu tertentu dalam wadah yang berbentuk
kerucut terbalik ( imhoff cone ). Padatan terlarut total ( Total Dissolved Solid atau
TDS ) adalah bahan – bahan terlarut dan koloid yang berupa senyawa – senyawa
kimia dan bahan – bahan lain yang tidak tersaring kertas saring berdiameter 0,45
makro meter.
Tabel 2.4 Adapun ion – ion yang terdapat di perairan
Major ion ( ion utama ) Secondary ion (ion sekunder )
(1,0 – 1.000 mg/liter) ( 0,01 – 10,0 mg/liter )
Sodium ( Na) Besi (Fe)
Kalium (Ca) Stronsium (Sr)
Magnesium (Mg) Kalium (K)
Sulfat (SO4) Karbonat (CO3)
Bikarbonat (HCO3) Nitrat (NO3)
Klorida ( Cl ) Fluorida (F)
Boron (B)
Silika (SiO2)
7. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat diperairan. Salinitas
menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi
menjadi oksida, semua bromida, dan ioda digantikan oleh klorida dan semua bahan
organik telah di oksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (%)
(Efendi, 2003)
oleh adanya HCO3-, dan air dengan alkalinitas tinggi mempunyai konsentrasi karbon
organik yang tinggi. Dalam media dengan PH rendah, ion hidrogen dalam air
mengurangi alkalinitas.
2. Aciditas
Pada sistem perairan alami asiditas adalah kapasitas air untuk menetralkan OH-.
Ppenyebab dari asiditas umumnya adalah asam – asam lemah seperti HPO4-, H2PO4-,
CO2, HCO3-, protein dan ion – ion logam bersifat asam terutama Fe3+. Penentuan
asiditas lebih sukar dibandingkan alkalinitas. Hal ini disebabkan oleh adanya dua zat
utama yang berperan yaitu CO2 dan H2S yang keduanya mudah menguap, yang
mudah hilang dari sampel yang diukur.
CO2 + OH- HCO3-
H2S + OH- HS- + H2O
Hal tersebut berakibat terjadinya kesukaran dalam pengawetan contoh air yang baik
terhadap adanya gas –gas tersebut untuk dianalisa. Bila total asiditas ditentukan oleh
situasi dengan basa sampai titik akhir fenolftalein ( PH 8,2), maka untuk titik akhir
indikator metil jingga pada PH 4,3. Sifat asam dari ion – ion logam yang terhidrat
dapat berperan terhadap asiditas seperti : Al(H2O)63+ Al (H2O)5OH2+ + H2O
3.Pembentukan Senyawa Kompleks
Dalam air ion logam dapat bergabung dengan ion negatif, atau dengan senyawa
netral membentuk senyawa kompleks/koordinasi. sebuah kompleks mengandung
sebuah atom logam pusat dimana terikat elektron – elektron yang dimiliki oleh ligan
sebagai donor elektronnya. Ligan – ligan dapat bermuatan negatif atau netral,
kompleks yang dihasilkan dapat bermuatan netral, positif atau negatif. Bilangan
koordinasi dari sebuah atom logam atau ion adalah kelompok donor lektron ligan
yang diikat kepada logam itu koordinasi paling umum adalah 2, 4, atau 6. Senyawa
komplek berinti banyak mengandung dua atau lebih atom – atom logam yang terikat
bersama – sama melalui jembatan ligan, yang sering terjadi adalah OH-. Bila ion
kadnium bergabung dengan ion sianida,
Cd2+ + CN+ Cd ( CN )2
Maka terbentuk ion komplek Cd (CN)2, selanjutnya bila in – ion sianida ditambahkan
akan membentuk senyawa kompleks yang lebih lemah artinya lebih mudah
terdisosiasi. Dalam contoh tersebut ligan sianida disebut sebagai ligan unidentat,
yang berarti hanya mempunyai satu tempat untuk mengadakan ikatan pada ion logam
pusat kadnium. Kompleks ligan unidentat relatif kurang penting dalam larutan di
perairan alami.
4. pH
pH merupakan faktor intensitas, alkalinitas merupakan faktor kapasitas, dimana
kapasitas itu merupakan kapasitas air tersebut untuk menetralkan asam. Oleh karena
itu kadang – kadang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk
mencegah supaya air itu tidak menjadi asam, (Achmad, 2016)
Didalam penyediaan air, pH merupakan faktor yang harus dipertimbangkan
mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas
pengolahan yang dilakukan, misalnya dalam mlakukan koagulasi kimia, desinfektan,
pelunakan air (water softening) dan dalam pencegahan korosi (Alaert, 1984).
bereaksi sebagai asam atau basa. Misalnya titrasi CH3COOH dengan NaOH, sebelum
basa ditambahkan, zat terlarut yang ada hanya asam asetat. Ketika dimulai
penambahan NaOH, maka molekul asam asetat akan berubah menjadi ion asetat
CH3COOH + OH-CH3COO- + H2O
Oleh karena larutan mengandung CH3COOH dan CH3COO- berarti suatu larutan
dapat dihitung PH dari campuran larutan tersebut. Reaksi netralisasinya yaitu:
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Ketika NaOH ditambahkan maka semua asam asetatnya telah netral, tetapi larutan
garamnya CH3COONa yang dihasilkan tidak netral karena mengandung anion dari
asam lemah. Reaksi kesetimbangan anionnya adalah
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Setelah semua asam lemah dinetralkan, penambahan NaOH selanjutnya akan
menekan reaksi anion dan PH hanya tergantung dari konsentrasi OH- yang berasal
dari penambahan NaOH.
mengangkat piston sampai ke puncak. Bila setelah itu diinjeksikan air ke dalam
mesin uap, menjadi turun (vakum) maka piston tertarik kembali kebawah. Sistem ini
akan menimbulkan gerak turun naik dari piston (reciprocating). Tenaga mesin uap ini
dapat menggerakkan pompa.
minum. Air tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan, seperti klarifikasi
dan cleaning. Namun, untuk penggunaan ketel uap, air dilakukan pengolahan lebih
lanjut. Hal ini dikarenakan masih mengandung zat – zat padatan terlarut (garam
kalsium, magnesium dan silika). Zat – zat tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu
melalui pertukaran ion. Pada proses ini dilakukan penambahan zat kimia untuk
memenuhi kebutuhan air ketel dan menjaga atau mencegah terjadinya kerak, korosi,
dan terjadinya pembentukan deposit yang dapat memperkecil diameter pipa ketel.
Bahan kimia yang digunakan sebagai berikut.
1. catalized sulfid yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan gas – gas lain
yang masih terikut dalam air ketel serta mencegah terjadinya korosi pada
prmukaan logam, khususnya bagian dalam pipa - pipa
2. Adjunct HL yang difungsikan sebagai pengontrol alkali dan pH air ketel
3. Advantage yang berfungsi untuk melindungi permukaan bagian dalam pipa
dan drum dengan membentuk lapisan film sehingga terhindar dari korosi dan
deposit. Selain itu berfungsi untuk melarutkan lapisan kerak yang sudah
terbentuk pada permukaan dalam pipa dan drum seperti silika (pardamean,
2014).
2.7. Demineralisasi
Sistem demineralisasi sangat banyak digunakan, bukan saja untuk pengolahan
air ketel uap tekanan tinggi,tetapi juga untuk berbagai jenis air proses dan air cuci.
Pemilihan sistem penukar ion untuk ini bergantung pada komposisi air mentah.
Penyingkiran garamatau demineralisasi parsial atau total air yang berkadar garam
tinggi seperti air laut (Austin, 1996).
Demineralisasi merupakan tempat penukar ion. Demineralisasi terdiri dari
dua jenis yaitu:
a. Penukar Kation
Unit penukar kation mengandung asam kuat dan asam lemah yang berikatan dengan
resin sebagai bahan dasar. Penukar ion terbentuk padatan dengan spesifikasi sebagai
berikut:
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Sampel
Hasil
Sampel
Hasil
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1. Hasil Analisa alkalinitas Dari Air Ketel Uap
Tanggal Sampel V H2SO4 P-Alkalinitas V H2SO4 M–Alkalinitas
percobaan (ml) (ppm) (ppm)
1 Februari 2018 Air 19 380 20 400
3 Februari 2018 Ketel 22 440 23 460
6 Februari 2018 Uap 24 480 26 520
8 Februari 2018 28 560 28 560
10 Februari2018 30 600 30 600
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisa alkalinitas pada air ketel
uap dapat diketahui bahwa jumlah kadar P – alkalinitas pada tanggal 1 – 10 Februari
2018 diperoleh 380 ppm; 440 ppm; 480 ppm; 560 ppm; dan 600 ppm. Sedangkan
jumlah kadar M – alkalinitas pada tanggal 1 – 10 Februari 2018 diperoleh 400 ppm;
460 ppm; 520 ppm; 560 ppm; dan 600 ppm. Maka kadar alkalinitas total yang
diperoleh yaitu 1000 ppm.
Pada penentuan nilai alkalinitas secara titrasi asam basa, diasumsikan bahwa
titran yang berupa asam hanya akan bereaksi dengan garam – garam karbonat. Tahap
awal dari penentuan alkalinitas adalah dengan penambahan indikator phenolftalein.
Jika terbentuk warna merah muda, berarti di dalam larutan tersebut terdapat
karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Selanjutnya dilakukan titrasi hingga warna
terang tepat menghilang pada PH sekitar 8,3 pada kondisi ini terjadi reaksi:
pada penentuan nilai alkalinitas phenolftalein dengan jumlah titran pada penentuan
nilai alkalinitas methyl orange merupakan nilai alkalinitas total (Efendi, 2003).
Dari uraian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa analisa yang dilakukan
selama periode 1 – 10 Maret 2018 terhadap air ketel uap dengan metode titrasi asam
basa dengan menggunakan larutan standar H2SO4 diperolehkadar rata – rata P –
alkalinitas yaitu 492 ppm dan kadar rata rata M – Alkalinitas yaitu 508 ppm. Dimana
kadar tersebut masih sesuai dengan yang ditetapkan oleh pabrik kelapa sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina, dengan kadar maksimum alkalinitas yang
diperbolehkan yaitu 1400 ppm. Apabila kadar alkalinitas melampaui batas yang telah
ditetapkan maka akan terbentuk kerak atau pengendapan pada pipa sehingga akan
menyebabkan korosi pada ketel. Korosi dapat disebabkan karena adanya asam atau
pH rendah, adanya oksigen yang mudah terlarut pada air, dan adanya ion bikarbonat
yang dapat bereaksi dengan logam dan besi membentuk garam bikarbonat karena
terjadinya pemanasan dan tekanan yang tinggi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar alkalinitas
pada air ketel uap yang diperoleh dimana kadar rata – rata P – alkalinitas yaitu 492
ppm, kadar rata – rata M – alkalinitas yaitu 508 ppm, sehingga kadar total alkalinitas
yang diperoleh yaitu 1000 ppm.Maka kadar alkalinitas tersebut telah memenuhi
kadar standar yang telahditetapkanPT.Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina
yaitu 1400 ppm.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Achmad R. 2016. Kimia Lingkungan. Andi.Yogyakarta
Alaert. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya
Austin T. G. 1996. Industri Proses. Jilid I. Edisi V. Erlangga. Jakarta
Brady J. E. 1997. Kimia Universitas. Jilid II. Binarupa Aksara.Tangerang
Efendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisinus.Yogyakarta
Gabriel J. F. 1999. Fisika Lingkungan. Hipokrates.Jakarta
GultomJ. 1993. Metode Dan Teknik Analisa Kualitas Air. USU press.Medan
Linsley R. K. 1995. Teknik Sumber Daya Air. Edisi III. Jilid II. Erlangga.Jakarta
Naibaho P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian. Medan
Kelapa Sawit.
Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swaday.Jakarta
Pardamean M. 2014. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta:
Slamet J. S. 2013. Kesehatan Lingkungan. Institute Teknologi Bandung. Bandung
Syamsir, M. 1988. Pesawat – Pesawat Konversi Energi (Ketel Uap). Edisi I. Rajawali
Jakarta