Anda di halaman 1dari 43

PENENTUAN KADAR LOGAM BERAT MERKURI PADA

FILLET IKAN PATIN DENGAN METODE SPEKTROSKOPI


SERAPAN ATOM DI LABORTORIUM
UPT PMHP MEDAN

KARYA ILMIAH

TRY ELISTA SEMBIRING


162401006

PROGRAM STUDI D-III KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


2

PENENTUAN KADAR LOGAM BERAT MERKURI PADA


FILLET IKAN PATIN DENGAN METODE SPEKTROSKOPI
SERAPAN ATOM DI LABORTORIUM
UPT PMHP MEDAN

KARYA ILMIAH

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT


MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA

TRY ELISTA SEMBIRING


162401006

PROGRAM STUDI D-III KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ii

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR LOGAM BERAT MERKURI PADA


FILLET IKAN PATIN DENGAN METODE SPEKTROSKOPI
SERAPAN ATOM DI LABORTORIUM
UPT PMHP MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,
kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan
sumbernya.

Medan, juli 2019

TRY ELISTA SEMBIRING


162401006

Universitas Sumatera Utara


iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat
pada waktunya dengan judul “Penentuan Kadar Logam Berat Pada Fillet Ikan
Patin Dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom Di Laboratorium UPT PMHP
Medan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr.Kerista Sebayang, MS


selaku Dekan FMIPA USU. Terima kasih kepada Ibu Dr.Cut Fatimah Zuhra, M.Si
selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. Terima kasih kepada Bapak
Dr.Minto Supeno, M.S selaku Ketua Program Studi D-III Kimia. Terima kasih
kepada Bapak Darwin Yunus Nasution, MS selaku dosen pembimbing saya yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan karya
ilmiah ini. Terima kasih kepada Kedua orang tua yang sangat saya sayangi
Johannes Sembiring dan Maria BR Tarigan serta kepada Keluarga yang telah
memberi semangat penuh serta doa. Terima kasih kepada Bapak Sakeus Ginting,
A.md selaku Kepala Laboratorium Kimia dan Seluruh pegawai di UPT PMHP
Medan, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan. Terima kasih kepada Teman-teman seperjuangan D-III
Kimia stambuk 2016, Untuk sahabat dan rekan - rekan saya Cristina Sinaga, Indah
Utari Sidabukke, Dedy Renaldi Ketaren dan seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang
diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Medan, Juli 2019

TRY ELISTA SEMBIRING

Universitas Sumatera Utara


iv

PENENTUAN KADAR LOGAM BERAT MERKURI PADA


FILLET IKAN PATIN DENGAN METODE SPEKTROSKOPI
SERAPAN ATOM DI LABORTORIUM
UPT PMHP MEDAN

ABSTRAK

Perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus merupakan


habitat dari berbagai jenis makhluk hidup seperti ikan akan mudah terkontaminasi
bila telah tercemar dengan logam berat seperti merkuri. Bila ikan yang
mengandung logam berat merkuri akan dikonsumsi oleh manusia. Kontaminasi
logam berat merkuri tersebut akan berbahaya bila masuk kedalam metabolisme
tubuh dalam jumlah melebihi ambang batas yang diijinkan. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis kandungan logam berat merkuri (Hg) pada fillet
ikan patin dengan menggunakan spektroskopi serapan atom di laboratorium UPT
PMHP Medan. Dimana kadar merkuri (Hg) yang diperoleh dinyatakan dalam
mg/kg. dari hasil analisis yang diperoleh kadar logam merkuri (Hg) pada fillet
ikan patin: 0,042 mg/kg. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa fillet ikan patin yang dianalisis di laboratorium UPT PMHP
Medan masih dibawah ambang batas kualitas ikan dan olahannya menurut SNI
7387:2009.

Kata Kunci: Fillet ikan patin, Merkuri, Spektroskopi Serapan Atom.

Universitas Sumatera Utara


v

DETERMINATION OF THE LEVEL OF HEAVY METAL


CONTENT IN CATFISH FILLETS BY ATOMIC ABSORPTION
SPECTROSCOPY METHOD IN THE LABORATORY
OF UPTPMHP MEDAN

ABSTRACT

Waters are a complex ecosystem which is also a habitat for various


species of living things such as fish that will be easily contaminated if they have
been contaminated with heavy metals such as mercury. It fish countaining heavy
metals mercury will be consumed by humans. Contamination of heavy metals
mercury will be dangerous if into metabolism in the namber of exceed the
threshold permitted. This research was conducted to analyze the content of heavy
metals mercury (Hg) on filet catfish using spectrophotometer atomic absorption in
the laboratory UPT PMHP Medan. Where the levels of mercury (Hg) obtained
stated in mg/kg. from the analysis result obtained levels metal mercury (Hg) on
filet catfish: 0,042 mg/kg. based examination result can be concluded that filet
catfish analyzet in the laboratory UPT PMHP Medan is still under the threshold
the quality of fish and processed according SNI 7387:2009.

Keywords: CatFish Fillets, Mercury, Atomic Absorption Spectroscopy

Universitas Sumatera Utara


vi

DAFTAR ISI
Halaman

PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 5
1.3 Tujuan 5
1.3 Manfaat 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pencemaran Air 6
2.2 Komponen Pencemar Air 7
2.3 Ikan Patin 8
2.4 Fillet Ikan Patin 9
2.5 Merkuri 10
2.5.1 Sifat-sifat Merkuri 11
2.5.2 Sumber Merkuri Dialam 12
2.5.3 Efek Merkuri Terhadap Lingkungan dan Manusia 13
2.6 Merkuri Diperairan 14
2.7 Spektrofotometer Serapan Atom 16
2.7.1 Prinsip Spektroskopi Serapan Atom 17
2.7.2 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom 17
2.7.3 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometer Serapan Atom 19

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan 20
3.1.1 Alat 20
3.1.2 Bahan 20
3.2 Prosedur Kerja 21
3.2.1 Preparasi Sampel 21
3.2.2 Tahap Digesti 21
3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Hg 22
3.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Hg 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil 23
4.2 Pembahasan 26

Universitas Sumatera Utara


vii

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 28
5.2 Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 30

Universitas Sumatera Utara


viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
4.1 Absorbansi Larutan Standar Merkuri (Hg) 23
4.2 Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk 24
Penentuan Konsentrasi Logam Merkuri (Hg)
Berdasarkan Pengukuran absorbansi Larutan
Standar Merkuri (Hg)
4.3 Hasil Analisis Kadar Merkuri (Hg) 25

Universitas Sumatera Utara


ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.1 Ikan Patin 8

2.2 Sistem Peralatan Spektrofotometer 17

Serapan Atom

4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar 23

Merkuri (Hg)

Universitas Sumatera Utara


x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1 Batas maksimum cemaran merkuri 30
SNI 7387:2009
2 Alat SSA GBC 932 AA 31

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

UPT PMHP Medan mulai beroperasi tahun 1981 sesuai Perda 26/1980
yang berlokasi di Jl.Sei Batugingging No.6 dengan jumlah staf sekitar 7 orang
dan hanya 4 macam parameter uji yang dilayani.
UPT PMHP terbentuk sesuai peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara
No.3 Tahun 2001 tentang Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara dan SK
Gubernur Sumatera Utara No.061.455.K.TA.2002 tentang tugas pokok, fungsi
dan tata kerja Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara. UPT PMHP
beroperasi mulai dari tahun 1981 berdasarkan peraturan daerah Provinsi Sumatera
Utara No.26 TA.1980 tentang pembinaan, pengawasan dan pengujian hasil mutu
perikanan di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Sebagai laboratorium penguji mutu UPT PMHP Medan telah terakreditasi
oleh Komite Akreditas Nasional. Badan Standarisasi Nasional (KAN-BSN) sesuai
standard SNI 17025(Adopsi dari ISO 17025) Tentang Kompotensi Laboratorium
Penguji dengan Sertifikat Akreditas No. LP-124-IDN sejak 6 Februari 2002 yang
diakreditasi setiap 4 tahun sekali Re-akreditasi terakhir UPT PMHP Medan pleh
KAN-BSN dilakukan pada tanggal 11-12 Juni 2015 sesuai dengan surat dari KAN
NO.2994.a/4.a2/LP/05/15 tanggal 29 Mei 2015.
UPT PMHP Medan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Penerapan Mutu
Hasil Perikanan Provinsi Sumatera Utara dan bertanggung jawab secara teknis
kepada Kementrian Kelautan dan Perikanan. Wilayah kerja UPT PMHP Medan
meliputi Provinsi Sumatera Utara.
UPT PMHP Medan melakukan pengawasan dan pengujian mutu hasil
perikanan. Tugas pengawasan menempatkan UPT PMHP Medan sebagai institusi
pengawas mutu hasil perikanan baik kepentingan konsumen dalam negeri maupun
konsumen di luar negeri dalam rangka penyediaan bahan pangan yang aman,
bermutu tinggi. Pelaksanaan pengawasan mutu ini berpedoman kepada Kepmen
No.KEP.011/MEN/2007 tentang persyaratan Jaringan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Tugas Pengujian

Universitas Sumatera Utara


2

Mutu hasil perikanan menempatkan UPT PMHP Medan sebagai Laboratorium


Penguji Mutu sedangkan tugas pengawasan menempatkan UPT PMHP Medan
sebagai Lembaga Inspeksi dan Lembaga Sertifikasi Produk Perikanan. UPT
PMHP juga melakukan pemantauan, pengendalian dan merekam kondisi
lingkungan laboratorium sesuai dengan persyaratan pengujian atau yang dapat
mempengaruhi mutu hasil.
Perubahan lingkungan akibat pencemaran dapat menimbulkan bahaya
keracunan bagi kehidupan manusia dan organisme lainnya dalam artian jika
memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Sumber-sumber pencemar dapat
ditimbulkan dari proses alami berupa pengikisan dari batu mineral disekitar
perairan, partikel-partikel logam dari udara yang ikut bersama dengan air hujan
dan dari hasil kegiatan manusia berupa buangan sisa industri atau dari hasil sisa
buangan rumah tangga (Soemarwoto, 1991).

Perindustrian telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak terjadinya


revolusi industri di daratan Eropa pada abad pertengahan. Perkembangan yang
sangat pesat kemudian ternyata memberikan efek yang buruk bagi manusia.
Kontrol yang hampir tidak pernah dilakukan terhadap buangan atau limbah
industri telah mengakibatkan terjadinya pencemaran yang sangat luas diseluruh
dunia (Palar, 1945).

Bentuk lain dari pencemaran akibat buangan industri adalah pencemaran yang
ditimbulkan oleh limbah industri yang mengandung gugus logam berat. Sebagai
contoh adalah terjadinya peningkatan kadar merkuri (Hg) di perairan Teluk
Jakarta. Kenaikan kadar merkuri diperairan Teluk Jakarta tersebut pertama kali
dikemukakan oleh A.A. Leoddin, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan. Penelitian yang dilakukan pihak LON (Lembaga
Oseanologi Nasional) pada tahun 1983. Ternyata hasilnya mendukung pendapat
A.A. Leoddin. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kadar merkuri dalam
perairan Teluk Jakarta telah mencapai 0,027 ppm (Palar, 1945)

Merkuri (Hg) merupakan senyawa berupa cairan pada suhu kamar yang
mudah menguap jika di panaskan. Merkuri banyak dimanfaatkan dalam industri
seperti oleh pabrik tinta, pabrik kertas, pabrik tekstil, dan perusahaan farmasi.

Universitas Sumatera Utara


3

Sebagian senyawa merkuri yang di lepas ke lingkungan akan mengalami suatu


proses hingga menjadi metil merkuri oleh mikroorganisme dalam air dan tanah.
Metil merkuri dengan cepat akan diakumulasikan ke dalam tubuh ikan atau
tumbuhan air. Efek toksisitas merkuri terjadi terutama pada susunan saraf pusat
dan ginjal (Setiowati.T, 2007).

Pencemaran yang diakibatkan oleh logam berat dalam air juga sangat penting
diperhatikan. Beberapa logam berat sangat toksik untuk manusia dan hewan.
Logam-logam tersebut bersifat sangat tahan lama dan akibat keracunannya juga
bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama. Beberapa sumber logam berat yang
dapat mencemari air antara lain industri logam, industri tambang, pemakaian
logam (Sumardjo, 2006)

Pencemaran ini selanjutnya mencemari manusia melalui ikan, air minum, atau
air sumber irigasi lahan pertanian sehingga tanaman sebagai sumber pangan
manusia tercemar. Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi
rusak dapat disebabkan oleh banyak hal yang paling utama yang menjadi
penyebabnya adalah limbah, antara lain limbah kimia yang mengandung bahan
toksik seperti logam berat (Palar, 1945).

Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna biru-kebiruan. Ikan ini
merupakan jenis ikan liar yang terdapat di sungai-sungai besar dan kecil terutama
di daerah tropis Asia. Di Indonesia ikan patin terdapat banyak sungai-sungai besar
seperti Batanghari (Jambi), Sungai Kampar (Riau) dan Sungai Musi (Palembang).
Ikan ini sangat menyenangi sungai dengan perairan deras meski habitatnya adalah
besar dan pinggir dari perairan tersebut (demersal) sampai tengah perairan. Ikan
patin di alam liar biasanya bersembunyi di lubang-lubang di tepi sungai (Suryana.
D,2013).

Ikan patin di kenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki
harga jual yang tinggi. Hal ini lah yang menyebabkan ikan patin mendapat
perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini
cukup responsip terhadap pemberian makanan tambahan. Ikan patin termasuk

Universitas Sumatera Utara


4

ikan yang beraktifitas pada malam hari. Malam hari ia akan keluar dari lubangnya
dan mencari makan renik yang terdiri dari cacing, serangga, udang sungai, jenis-
jenis siput dan biji-bijian juga. Dari sifat makannya ikan ini juga tergolong ikan
yang sangat rakus karena jumlah makanannya yang besar (Suryana.D, 2013).

Ikan patin baru saja berhasil dibudidayakan dalam beberapa tahun terakhir,
sehingga masih cukup baru di kalangan para konsumen ikan tawar. Namun
sekarang jumlah permintaan di pasar sebagai konsumsi dan di kolam pancing
sebagai ikan pancingan juga meningkat. Ikan yang budidayakan di kolam
pembiakan dapat diberi makan pengganti seperti pellet (Suryana.D, 2013).

Spektroskopi serapan atom atau Atomic Absoption Spectroscopy (AAS)


sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Pada metode
konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi dilakukan
secara termal, maka akan bergantung pada temperature sumber. Sedangkan
dengan nyala, eksitasi unsur-unsur dengn tingkat energi eksitasi yang rendah
dapat dimungkinkan. Metode serapan atom sangatlah spesifik. Logam-logam yang
membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu
diperlukan sumber energi yang besar (Khopkar, 2008).

Universitas Sumatera Utara


5

1.2 Permasalahan

1. Berapakah kadar logam berat merkuri pada fillet ikan patin di


Laboratorium UPT PMHP Medan
2. Apakah kandungan logam berat merkuri pada fillet ikan patin masih
memenuhi standar menurut SNI 7387:2009
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar logam berat merkuri pada fillet ikan patin di
Laboratorium UPT PMHP Medan
2. Unruk mengetahui kandungan logam berat merkuri pada fillet ikan patin
memenuhi standarmenurut SNI 7387:2009
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui kadar logam berat merkuri pada fillet ikan patin di
Laboratorium UPT PMHP Medan
2. Dapat mengetahui kandungan logam berat merkuri pada fillet ikan patin
memenuhi standar menurut SNI 7387:2009

Universitas Sumatera Utara


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air


Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus
merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar
seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil (mikroba) yang
hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Perairan alami mempunyai sifat
yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu selama sistem didalamnya tidak
mengalami gangguan atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran
(Nugroho.S, 2006).

Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut
dan air tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Air dikatakan tercemar jika
tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya walaupun fenomena alam, seperti
gunung meletus, pertumbuhan gulma yang sangat cepat, badai dan gempa bumi
merupakan penyebab utama perubahan kualitas air, namun fenomena tersebut
tidak dapat disalahkan sebagai penyebab pencemaran air. Pencemaran ini dapat
disebabkan oleh limbah industri, perumahan, pertanian, rumah tangga, industri
dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun. Polutan industri antara lain
polutan organik (limbah cair), polutan anorganik (padatan, logam berat), sisa
bahan bakar, tumpahan minyak tanah dan oli merupakan sumber utama
pencemaran air, terutama air tanah (Suratno.F, 1990).

Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan), sampah


anorganik (plastik, gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu baterai) juga
berperan besar dalam pencemaran air, baik air di permukaan maupun air tanah.
Polutan dalam air mencakup unsur- unsur kimia, patogen/bakteri dan perubahan
sifat fisika dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan racun yang
mencemari air. Patogen/bakteri mengakibatkan pencemaran air sehingga
menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang (Suratno.F, 1990).

Universitas Sumatera Utara


7

Seiring dengan meningkatnya kemajuan di sektor industri, semakin


meningkat juga masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri
kedalam suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan
tersebut. Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk
seperti timbulnya bau, menurunnya keanekaragaman dan menggangu estetika juga
menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan makluk hidup seperti ikan-ikan,
karena di dalam air yang tercemar selain mengandung organisme patogen, juga
mengandung banyak komponen-komponen beracun (Nugroho.S, 2006).

2.2. Komponen Pencemaran Air


Jaman sekarang ini manusia telah mengenal banyak sekali jenis-jenis zat
kimia. Sebagian besar sisa zat kimia tersebut dibuang kebadan air atau air tanah.
Seperti pestisida yang digunakan di pertanian, industri rumah tangga, detergen
yang digunakan dirumah tangga. Secara umum jenis-jenis bahan buangan dapat
dikatagorikan sebagai berikut :

1. Bahan buangan padat


Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat atau
bahan buangan yang sudah tidak berguna dan berbentuk benda padat limah
padat dapat berupa kaleng bekas minuman. Buangan tersebut bila dibuang
ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan,
pengendapan ataupun pembentukan koloidal (Palar, 1945).
2. Bahan buangan organik
Bahan buangan organik umumnya semua jenis bahan sisa atau bahan
buangan yang merupakan bentuk-bentuk organik, dalam arti bahan
buangan tersebut berupa limbah yang dapat membusuk dan akan terurai
dan habis dalam tatanan lingkungan dengan adanya organisme-organisme
pengurai, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikan populasi mikro
organisme (Palar, 1945).
3. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorgasnik adalah semua jenis bahan sisa atau bahan
buangan yang tidak dapat terurai dan habis dalam tatanan lingkungan.
Contoh untuk buangan anorganik ini adalah sampah plastik dan umumnya

Universitas Sumatera Utara


8

adalah logam. Apabila masuk ke dalam perairan, maka akan terjadi


peningkatan jumlah ion logam dalam air (Palar, 1945).
4. Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan berminyak yang di buang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak
mengandung senyawa yang volatil, maka akan terjadi penguapan dan luas
permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tertgantung jenis minyak dan waktu. Lapisan
minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama (Suratno.F, 1990).
5. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan
pencemaran air ini akan di kelompokan menjadi :
a. Sabun (detergen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya)
b. Bahan pemberantas hama ( insektisida) (Suratno.F, 1990).

2.3 Ikan Fatin


Ikan patin merupakan salah satu komoditas hasil perikanan yang memiliki
bangsa pasar yang sangat besar, baik dipasar didalam negeri maupun diluar
negeri. Hal ini disebabkan oleh rasanya yang sangat gurih, warna daging yang
putih, juga ikan patin yng tergolong murah. Ikan patin menjadi sangat populer
karena teknik budi daya relatif mudah, pertumbuhannya cepat dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Disamping itu teknik budi daya ikan patin
dapat dilakukan berbagai sistem, baik didalam keramba disungai-sungai, waduk,
(Sularto, 2008).

Gambar 2.1 Ikan Patin

Universitas Sumatera Utara


9

Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut :

1. Ordo : Ostarioplaysi
2. Sub ordo : Siluriodae
3. Family : Pangasidae
4. Genus : Pangasius
5. Spesies : Pangasius hypophihalmus
Ikan patin banyak di jumpai pada habitat atau lingkungan hidup berupa
perairan air tawar, yakni di waduk, sungai-sungai besar, dan muara-muara sungai.
Patin lebih banyak menetap di dasar perairan dari pada di permukaan. Di
Indonesia, ikan patin tersebar di perairan Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
(Mahyuddin.K, 2010).

2.4 Fillet Ikan Patin


Fillet ikan patin merupakan produk olahan ikan yang bebas dari duri, kulit,
dan bahan lainnya yang tidak diinginkan. Produk ini dengan mudah diolah untuk
disajikan sebagai menu harian.Selain itu, nilai gizi yang tinggi menjadikan fillet
ikan patin makin disukai konsumen. Fillet ikan patin kini banyak di jumpai
digerai beku diberbagai swalayan di Indonesia (Suryanti, 2013).

Fillet merupakan bahan setengah jadi dari daging ikan yang akan diolah
lagi menjadi makanan lain seperti abon, bakso, sosis, dan dan juga digunakan
untuk fortifikasi berbagai aneka produk olahan. Secara teknis, proses pengolahan
ikan patin menjadi fillet tidak sulit. Pada prinsipnya, pengolahan fillet dilkukan
dengan mengambil daging ikan, memisahkan dari bahan-bahan yang tidak
diinginkan (tulang, kulit, isi perut, lemak, dan lain-lain), mencuci kemudian
membekukannya. Selanjutnya, fillet dapat di proses menjadi produk olahan
berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


10

Menurut Perangin-angin dalam Martha (2006) fillet memiliki beberapa


keuntungan sebagai bahan baku olahan, antara lain :

1. Dapat digunakan langsung untuk pengolahan produk-produk olahan


makanan seperti bakso, sosis, kamaboko, burger dan lain-lain.
2. Tidak berbau, bebas tulang dan duri, sehingga produk-produk olahannya
mudah dikonsumsi oleh berbagai tingkat usia.
3. Suplai dan harganya relatif stabil karena fillet dapat disimpan lama dan ini
memudahkan perencanaan olahannya.
4. Biaya penyimpanan, distribusi dan transportasi lebih murah, karena fillet
merupalan bagian ikan yang bermanfaat saja.
5. Menghemat waktu dan tenaga kerja karena penanganannya lebih mudah
6. Masalah pembuangan limbah yang relatif lebih mudah diatasai.
Industri fillet ikan patin sebetulnya merupakan industri yang sangat strategis
karena sumber daya bahan bakunya melimpah, pasarnya masih terbuka, dapat
menyerap tenaga kerja yang cukup baik, dan dapat meningkatkan nilai tambah
ikan patin. Dalam rangka mendukung budidya perikanan dan mengimbangi
persaingan perdagangan bebas antar negara, khususnya produk fillet ikan di pasar
domestik, perlu disusun suatu pedoman tenkologi pengolahan produk fillet ikan
patin (Suryanti, 2013).

2.5. Merkuri
Logam merkuri atau raksa mempunyai nama kimia hydragyum yang
berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Merkuri merupakan
salah satu unsur logam transisi dengan golongan IIB dan memiliki nomor atom
80, memiliki bobot atom 200,59 adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair.
Merkuri merupakan elemen alami oleh karena itu sering mencemari lingkungan.
(Nicodemus, 2003).

Merkuri merupakan logam dengan ikatan metalik terlemah di antara


semua logam, dan satu-satunya logam berfase cair pada temperatur kamar.
Lemahnya ikatan metalik mengakibatkan tingginya tekanan uap pada temperatur
kamar, dan ini sangat berbahaya karena merkuri adalah racun dan jika terhisap
oleh makhluk hidup dapat mengakibatkan kematian. Raksa banyak digunakan

Universitas Sumatera Utara


11

dalam thermometer, barometer, panel pengganti listrik, dan lampu pijar raksa
(Sugiyarto, 2010).

Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat


luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatan-
peralatan elektris, digunakan untuk alat-alat ukur dalam dunia pertanian, bahan
kosmetik dan keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri,
mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri
(Palar, 2008).

Tentu saja itu berarti proses perusakan lingkungan dan tingkat peracunan
yang ditimbulkan oleh merkuri baik secara akut maupun kronis menjadi lebih
besar pula. Dari areal pertanian ini sebagian merkuri akan terlarut. Sebagian lagi
akan meresap kedalam tanah dan juga ada yang terbawa oleh aliran permukaan
sehingga masuk dalam aliran perairan seperti ke sungai-sungai dan lain-lain
(Palar, 1945).

2.5.1 Sifat-sifat Merkuri


Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Berwujud cair pada suhu kamar 250C dengan titik beku paling rendah
sekitar -390C.

2. Masih berwujud cair pada suhu 3960C. Pada temperatur 3960C ini telah
terjadi pemuaian secara menyeluruh.
3. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah sehingga menempatkan
merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk mengantarkan arus listrik.
4. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan
logam-logm lainnya.
5. Daya melarutkan bermacam-macam untuk membentuk alloy yang disebut
juga dengan almagan.
6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup. Baik
itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk
persenyawaan (Palar, 2008).

Universitas Sumatera Utara


12

Menurut Fardiaz.S.,(1992) secara umum terdapat 3 bentuk merkuri yaitu


sebagai berikut :

1. Merkuri Metal
Merupakan logam berwarna putih, berkilau dan pada suhu kamar berada dalam
bentuk cairan.pada suhu kamar akan menguap dan membentuk uap merkuri
yang tidak berwarna dan tidak berbau. Makin tinggi suhu makin banyak yng
menguap. Merkuri ini banyak digunakan untuk pemurnian digunkan pada
thermometer.
2. Merkuri Anorgnik (Hg22+)
Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuridikombinasikan dengan
elemen lain seperti klorin, sulfur oksigen. Senyawa ini biasa disebut garam-
garam merkuri. Merkuri anorgnik yang biasa digunakan yaitu dalam bentuk
bubuk putih dan kristal. Bentuk merkuri ini banyak digunakan untuk
pengobatan.
3. Merkuri Organik
Senyawa merkuri organik terjdi ketika merkuri bertemu dengan karbon. Metil
merkuri merupakan bentuk merkuri yang umum. Bentuk ini larut dalam lemak
dan dapat melewati blood brain barrier dan plasenta dengan mudah. Merkuri
organik sebagai contoh metal merkuri yang secara komersial di gunakan
sebagai fungsida, desinfektan, dan sebagai pengawet cat.

2.5.2 Sumber Merkuri Dialam


Untuk dapat masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan, merkuri (Hg)
dapat masuk dari berapamacam jalur dab bermacam-macam sumber, secara global
sumber masuknya unsur logam merkuri (Hg) dalam tatanan lingkungan adalah
secara alamiah dan non alamiah (Palar, 1945).

Secara Alamiah Hg dapat masuk kedalam suatu tatanan lingkungan


sebagai akibat berbagai peristiwa lingkungan dari kegiatan-kegiatan gunung api,
rembesan-rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri. Sumber lain
adalah debu-debu dana tau partikel-partikel Hg ada dalam lapisan udara yang
dibawa turun oleh air hujan ( Palar, 1945).

Universitas Sumatera Utara


13

Secara jalur non alamiah merkuri (Hg) masuk kedalam tatanan lingkungan
sebagai akibat dari kegiatan manusia. Sebagai contoh adalah buangan sisa industri
yang memakai merkuri (Hg) dalam proses produksinya. Industri pulp (bubur
kayu) dan kertas juga merupakan sumber pencemar merkuri terbesar, pada
peralatan listrik merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara itu
dilaboratorium logam merkuri di gunakan sebagai alat ukur sebagai contoh adalah
thermometer (Palar, 1945).

Pada umumnya, merkuri (Hg) diperoleh dari hasil penambangan. Sejumlah


penelitian yang telah dilakuan bahwa setiap batu bara rata-rata mengandung 1
ppm merkuri jumlah ini kelihatan sangat kecil sekali, tetapi penambangan dan
pemakaian batubara di dunia sangat besar. Sampai tahun 1970 diperkirakan
penggunaan batubara di dunia sangat besar. Sampai tahun 1970 diperkirakan
penggunaan batubara telah mencapai 5 x 109 ton. Keadaan ini menunjukan bahwa
minimal 5000 ton merkuri telah dilepas kedalam lingkungan. Selanjutnya air
buangan dari suatu Laboratorium di sinyalir ternyata juga mengandung merkuri.
Keadaan ini memungkinkan karena terdapatnya senyawa merkuri dalam reagen
yang banyak dipakai di Laboratorium-Laboratorium (Palar,1945).

2.5.3 Efek Merkuri (Hg) Terhadap Lingkungan dan Manusia


Sebagian besar merkuri yang terdapat dialam ini dihasilkan oleh sisa
industri dalam jumlah ±10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat
luas dimana ±3.000 jenis kegunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia,
proses pembuatan obat-obatan yang digunkan oleh manusia serta sebagai bahan
dasar pembuatan insektisida untuk pertanian (Crristian, 1970).

Tragedi yang dikenal dengan ‘‘Minamata Disease’’ (penyakit Minamata),


berdasarkan penelitian ditemukan penduduk disekitar kawasan tersebut memakan
ikan yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung merkuri
yang berasal dari buangan sisa industry plastic (Parvenah, 1979). Gejala keanehan
mental dan cacat saraf mulai tampak terutama pada anak-anak. Namun baru
sekitar 25 tahun kemudian sejak gejala penykit tersebut tampak (ditemukan),
pemerintah Jepang menghentikan pembuabgan Hg. Untuk menghilangkan sisa-
sisa bahan pencemar dan melakukan rehabilitas penduduk yang terkena dampak

Universitas Sumatera Utara


14

menahun (kronis), negara ini telah membayar sangat jauh melebihi keuntungan
yang iperoleh dari hasil pengoprasian perusahn Chisso Corporation.

Menurut Palar (1945) Beberapa hal yang terpenting yang dapat dijadikan
patokan terhadap efek yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh, adalah
sebagai berikut :

a. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam
jumlah yang cukup.
b. Senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan krakteristik yang berbeda
pula dalam daya racun, penyebaran, akumulasi dan waktu retensi yang
dimilikinya di dalam tubuh.
c. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dalam
tubuh orgnisme yang hidup telah kemasukan merkuri, di sebabkan oleh
perubahan bentuk atas senyawa-senyawa merkuri dari satu tipe ke tipe
lainnya.
d. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri dalam tubuh adalah
menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding (membran) sel.
Keadaan itu disebabkan karena kemampuan merkuri dalam membentuk
ikatan kuat dengan gugus yang mengandung belerang, yang terdapat
dalam enzim atau dinding sel.
e. Kerusakan yang dikibatkan oleh logam merkuri dalam tubuhumumnya
bersifat permanen. Sampai sekarang belum di ketahui cara efektif untuk
memperbaiki kerusakan fungsi-fungsi itu. Efek merkuri pada kesehatan
terutama berkaitan dengan sistem saraf, yang memang sangat sensitif pada
semua bentuk merkuri.

2.6 Merkuri di Perairan


Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh
buangan industri dan akibat sampingnya dari pengunaan senyawa-senyawa
merkuri dibidang pertanian. Merkuri dilingkungan mengalami siklus biogeokimia,
yaitu siklus yang dipengaruhi oleh sifat biologi, geologi, dan kimia yang terdapat
dialam. Siklus merkuri dilingkungan merupakan hasil dari aktivitas alami dan

Universitas Sumatera Utara


15

aktivitas antropogenik (manusia). Aktivitas antropogenik yang utama adalah


pembakaran minyak dan peleburan. Aktivitas-akivitas tersebut menghasilkan gas
merkuri Hg yang dilepaskan ke atmosfer. Ketika di atmosfer, gas merkuri dapat
beredar sampai selama satu tahun. Unsur gas merkuri mengalami oksidasi
photokimia menjadi merkuri anorganik yang bergabung dengan uap air dan masuk
lagi kepermukaan bagi sebagian hujan (Anonymous,1993).

Logam berat yang dilimpahkan keperairan, baik sungai maupun lautan akan
mengalami paling tidak tiga proses, yaitu pengendapan yaitu apabila konsentrasi
logam lebih besar daripada daya larut terendah komponen yang terbentuk antara
logam dan anion yang ada dalam air seperti carbonat, hydroksil, maka logam
tersebut akan diendapkan. Adsorpsi (berkaitan dengan unsur-unsur) dan absorpsi
(pernyerapan) oleh organisme-organisme perairan naik secara langsung maupun
tidak langsung melalui rantai makanan. Sumber-sumber pencemaran logam berat
dilaut dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber-sumber yang bersifat alami dan
yang bersifat buatan.

Secara alami logam berat keperairan laut berasal dari tiga sumber yaitu:

1. Masuknya dari daerah pantai yang bersal dari sungai-sungai dan hasil dari
abrasi pantai oleh aktivitas gelombang.

2. Masuknya dari laut, meliputi logam-logam yang dibebaskan oleh aktivitas


gunung berapi dilaut yang dalam logam-logam yang dibebaskan dari
partiket atau sedimen-sedimen oleh proses kimiawi.

3. Masuknya dari lingkungan dekat daratan pantai, termasuk logam yang


ditransportasikan ikan dari atmosfer sebagai partikel-partikel debus
sumber-sumber buatan adalah logam-logam yang dibebaskan oleh proses
industri logam dan batu-batuan (Supriharyono,2002).

Adapun sumber-sumber terdapatnya merkuri diperairan melalui sebagai berikut :

1. Kegiatan perindustrian (pabrik, cat, kertas, peralatan listrik, khlorin, dan


coustic soda) dan alat- alat kedokteran (tensimeter dan thermometer) yang
semuanya pasti menghasilkan limbah.

Universitas Sumatera Utara


16

2. Hasil kinerja alam itu sendiri melalui proses bebatuan yang mengandung
merkuri dan peletusan gunung berapi. Akan tetapi pencemaran merkuri
yang di sebabkan oleh kegiatan alam pengaruhnya terhadap biologi
maupun lingkungan ekologi relatif yang tidak mengkhawatirkan.
Selain itu merkuri juga di lepaskan ke atmosfer melalui berbagai kegiatan
manusia dalam bentuk limbah industri, dan khususnya pembakaran bahan bakar
fosil seperti batu bara. Asap yang mengandung merkuri dapat dengan mudah di
transformasikan melalui udara dan kemudian bersama air hujan akhirnya jatuh di
darat, kemudian mengendap didaratan serta berada dalam lingkungan air. Merkuri
yang terdapat dalam limbah di lingkungan perairan di ubah aktivitas
mikroorganisme menjadi komponen methyl merkuri yang bersifat toksik dan daya
ikat yang kuat di samping kelarutannya yang tinggi, yang terutama dalam tubuh
hewan air. Hal tersebut mengakibatkan terakumulasinya merkuri sehingga kadar
merkuri semakin lama semakin meningkat dan dapat mencapai level berbahaya
baik bagi kehidupan hewan air maupun tangkapan hewan tersebut. Merkuri
termasuk kedalam logam berat juga merupakan bahan berbahaya dan beracun
yang dalam konsentrasi kecil pun dapat bersifat toksik (Sukandarrumidi, 2018).

2.7 Spektrofotometri Serapan Atom


Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer .Spektrometer menghasilkan sinar dri spektrum
dengan pajang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsopsi. Jadi spektrofotometri digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Day dan
Underwood, 2002)

Prinsip dasar spektrofotometri serapan atom adalah intraksi antara radiasi


elektromagnetik dengan sampel.Spektrofotometri serapan atom merupakan suatu
metode yng sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar,
1990).

Universitas Sumatera Utara


17

2.7.1 Prinsip Spektroskopi Serapan Atom


Spektroskopi serapan atom adala metode analisis dengan prinsip di mana
sampel yang berbentuk liquid di ubah menjadi bentuk aerosol atau nebulae lalu
bersama campuran gas bahan bakar masuk kedalam nyala, di sini unsur yang di
analisa tadi menjadi atom-atom ke dalam keadaan dasar (graund state). Lalu sinar
yang berasal dari lampu katoda dengan panjang gelombang dengan sesuai unsur
yang di uji, akan di lewatkan ke dalam atom dalam nyala api sehingga elektron
pada kulit terluar dari atom naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau
tereksitasi. Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom
graund state yang berada dalam nyala. Sinar yang tidak di serap oleh atom akan di
serapoleh atom akan di teruskan akan di pancarkan oleh detektor, kemudian di
ubah menjadi sinar yang terukur (Rohman, 2007).

2.7.2 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom


Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar
1. Berikut ini:

Gambar 2.2
Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom.
(sumber:Watson, 1999)
1. Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hallow
cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca yang tertutup yang mengandung
suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari
logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas

Universitas Sumatera Utara


18

mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya
paling sering dipakai karena memberikan intensitas pancaran yang lebih rendah.
Bila antara katoda dan anoda diberikan tegangan yang tinggi (600 volt), maka
katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda
yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan
energi tinggi ini dalam perjalannanya menuju anoda akan bertabrak dengan gas-
gas mulia yang diisikan tadi. Akibat dari tabrakan-tabrakan ini ini membuat
unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan
positif. Ion-ion gas muliayang bermuatan positif selanjutnya akan bergerak ke
katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Sebagaimana disebutkan di
atas pada katoda tersebut terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur-unsur
yang akan dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia.
Akibat tabrakan ini unsur-unsur akan terlempar dari permukaan katoda. Atom-
atom unsur dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ketingkat energi-
energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari
unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Rohman, 2007).

2. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrometri serapan atom, sampel yang akan


dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
gas. Nyala dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-
atomnya dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada cara spektrofotometri emisi
atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar ke
tingkat yang lebih tinggi. Suhu yang dicapai oleh nyala tergantug pada gas-gas
yang digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar
18000C, gas alam-udara 17000C, asetilen-udara 22000C, dan gas asitilen-
dinitrogen oksida sebesar 30000C (Rohman, 2007).

3. Monokromator

Pada spektrofotometri serapan atom, monokromator yang dimaksudkan


untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam
analisis. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat

Universitas Sumatera Utara


19

yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut
dengan chopper (Rohman, 2007).

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui


tempat pengatoman.Biasanya digunakan tabung pengandaan foton
(photomultiplier tube). Ada dua cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi
yaitu yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu
dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007).

5. Readout

Readout merupakan sutu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah
terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan
dapat berupa angka atau dapat berupa kurva dari suatu rekorder yang
menggambarkan absorbansi aatau intensitas emisi (Rohman, 2007).

2.7.3 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Serapan Atom


Kelebihan spektrofotometri serapan atom adalah kecepatan analisisnya;
dapat digunakan untuk konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut
(ketelitiannya sampai tingkat runut/trac) dan sebelum pengukuran tidak perlu
memisahkan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur
dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan lampu katoda berongga yang
diperlukan tersedia. Kekurangan spektrofotometri serapan atom adalah kurang
sensitive untuk pengukuran sampel bukan logam dan adanya gannguan gangguan
(interference) adalah pristiwa-pristiwa yang menyebabkan pembacaan serapan
unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai
dengan konsentrasinya dalam sampel.

Universitas Sumatera Utara


20

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

1. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) GBC 932 AA


2. Timbangan analitik ketelitian 0,0001 gram
3. Pipet volumetri 1 mL, 5 mL, 10 mL, 20 mL,50 mL Pyrex
4. Mikropipet
5. Pipet tetes
6. Wadah polystyrene
7. Labu alas 250 mL Pyrex
8. Labu takar 50 mL,100 mL, 1000 mL Pyrex
9. Corong gelas
10. Penyangga dan statif
11. Blender/homogeniger
12. Oven
13. Refrigenerator
14. Desikator Duran
15. Seperangkat alat dengan flames

3.1.2Bahan
1. Serbuk V2O5
2. Batu didih
3. Air deionisasi
4. HNO3 65%
5. H2SO4 95%-97%
6. H2O2 30%

Universitas Sumatera Utara


21

7. Larutan Standart Hg mg/L


8. HNO3-H2SO4 (1:1) 20%
9. SnCl2.2H2O

3. 2 Prosedur Kerja
3.2.1 Preparasi Sampel
Lumatkan/haluskan sampel hingga homogen dan tempatkan homogenat
dalam wadah polystyrene yang bersih dan tertutup. Jika contoh tidak langsung
diuji, simpan sampel dalam freezer sampai saatnya untuk dianalisa. Pastikan
sampel masih tetap homogen sebelum ditimbang. Jika terjadi pemisahan antara
cairan dan sampel, maka dilakukan pemisahan antara cairan dan sampel.

3.2.2 Tahap Digesti


1. Keringkn labu alas bulat 250 mL dalam oven pada suhu 1030C selama 2
jam.
2. Didinginkan labu alas bulat kedalam desikator selama 30 menit.
3. Timbang produk basah sebanyak 5 g dan catat beratnya.
4. Tambahkan 3 buah-5 buah batu didih.
5. Tambahkan 10 mg -20 mg V2O5.
6. Tambahkan berturut-turut 10 mL HNO3 65% dan 10 mL H2SO4 95% -
97%.
7. Lakukan pemanasan dengan panas yang rendah sampai mendidih sampai
mendidih secara perlahan selama kurang lebih 6 menit (untuk mencegah
tumpahnya sampel), kemudian pemanasan dilanjutkan dengan panas yang
lebih tinggi untuk menghasilkan larutan bewarna coklat kekuningan yang
bening. Goyangkan labu selama digesti berlangsung sampai zat padat idak
ada lagi kecuali apungan lemak yang tampak setelah didinginkan pada
suhu ruangselama kurang lebih 4 menit.
8. Bilas pendingin dengan 15 ml air deionisasi. Tambahkan 2 tetes H2O2 30%
melalui ujung atas pendingin, kemudian bilas pendingin dengan 15 mL air
deionisasi.

Universitas Sumatera Utara


22

9. Didinginkan larutan pada suhu ruang (labu alas bulat dan pendingin harus
tetap bersatu).
10. Angkat labu dari pendingin, bilas leher labu alas bulat dengan air
deionisasi. Pindahkan larutan kedalam labu takar 100 mL kemudian
tempatkan dengan air deionisasi.

3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Hg


1. Larutan standar primer 1000 mg/L (1000 ppm)
2. Larutan standar sekunder (i) 10 mg/L (10 ppm)
Pipet 1 mL dari larutan stok primer 1000 mg/L, masukkan kedalam labu
takar 100 mL dan encerkan dengan HNO3-H2SO4 (1 : 1) 20%

3. Larutan stok sekunder (ii) 1 mg/L (1 ppm)


Pipet 5 mL dari larutan stok I masukkan kedalam labu takar 50 mL dan
encerkan dengan larutan HNO3-H2SO4 (1 : 1) 20%
4. Larutan stok sekunder (iii) 100 µg/L
Pipet 5 ml dan larutan stok sekunder kedua (ii) masukkan kedalam labu
takar 50 ml dan encerkan dengan larutan HNO3 – H2SO4 (1:1) 20%
5. Larutan standar kerja (1 µg/L, 2 µg/L, 3 µg/L, 4 µg/L, 5 µg/L)
Pipet 1 mL,2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL dari larutan stok sekunder ketiga (iii),
masukkan kedalam labu takar 100 dan encerkan dengan larutan HNO3 -
H2SO4 (1:1)20%.
3.2.4 Pembuatan kurva kalibrasi dan menganalisis kadar Hg

a. Siapkan larutan standar minimal dengan lima titik kadar 1 µg/L, 2 µg/L, 3
µg/L, 4 µg/L, dan 5 µg/L.
b. Sampel, dan larutan standar kemudian dibaca pada panjang gelombang
253,7 nm
c. Tentukan kadar sampel berdasarkan kurva kalibrasi

Universitas Sumatera Utara


23

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

4.1.1 Data Absorbansi Larutan Standar Merkuri (Hg)

Tabel 4.1 Absorbansi Larutan Standar Merkuri (Hg)

Konsentrasi Logam Hg (µg/L) Absorbansi

0 0

1 0,01008

2 0,02102

3 0,03188

4 0,04167

5 0,05234

0,06
y = 0,0105x - 7E-05
0,05 R² = 0,9998
0,04
Absorbansi Hg

0,03

0,02

0,01

0
0 1 2 3 4 5 6
-0,01
Konsentrasi Logam Hg µg/L

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Merkuri (Hg)

Universitas Sumatera Utara


24

Tabel 4.2 Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Penentuan


Konsentrasi Logam Merkuri (Hg) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi
Larutan Standar Merkuri (Hg).

No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-


Y)
1 0 0 -2,5 -0,026165 6,25 0,0006846 0,065412
2 1 0,01008 -1,5 -0,016085 2,25 0,0002587 0,024127
3 2 0,02102 -0,5 -0,005145 0,25 0,0000264 0,002572
4 3 00,3188 0,5 0,005715 0,25 0,0000326 0,002857
5 4 0,04167 1,5 0,015505 2,25 0,0002404 0,023257
6 5 0,05234 2,5 0,026175 6,25 0,0006851 0,065437
Σ 15 0,15699 0 0 17,5 0,0019278 0,183665

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan
garis:

y = ax + b

Dimana :

a = slope

b = intersep

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least


sguare sebagai berikut :

( )( )
a=
( )

Universitas Sumatera Utara


25

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.1 pada persamaan ini
maka diperoleh :

b ( )( )

= -0,000075
Maka persamaan garis yang diperoleh adalah

4.3 Penentuan Koefisien Korelasi

Koefesien Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan


sebagai berikut :

( )( )
( ) ( ) )

Koefisien korelasi untuk logam merkuri adalah :

( )( )

= 0,9998

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kadar Merkuri (Hg)

Kons. Vol. Berat


Spl
Kons. Blanko 1/1000 Hasil
Sampel Fp Akhir Sampel
(µg/L) (µg/L) (mL) (mg/kg)
(mL) (g)
Fillet Ikan
2,102 0 1 100 0,001 5,005 0,042
Patin

( ) ( )
( )
( )

Universitas Sumatera Utara


26

Dengan:

D = kadar contoh (µg/L) dari hasil pembacaan SSA

E = kadar blanko contoh (µg/L) dari hasil pembacaan SSA

W = berat contoh (g)

V = volume akhir larutan contoh (mL)

Fp = factor pengenceran

( ) ( )
( )

( )

= 0,042 mg/kg

4.2 Pembahasan

Dari hasil analisis kadar merkuri (Hg) pada fillet ikan patin dengan
menggunakan alat spektroskopi serapan atom dilihat dari tabel 4.1 dari hasil
analisa diperoleh bahwa kadar merkuri (Hg) sebesar 0,042 mg/kg. Dari hasil
analisis kadar merkuri (Hg) masih memenuhi persyaratan ambang batas sesuai
dengan SNI 7387:2009.

Penggunaan merkuri di dalam industri-industri seperti industri klhor-


alkali, industri alat-alat listrik dan kertas sering menyebabkan pencemaran
lingkungan melalui air. Merkuri (Hg) yang terbuang ke sungai, pantai, disekitar
industri-industri kemudian mengkontaminasi ikan-ikan dan makhluk air lainnya.
Ikan-ikan dan hewan-hewan tersebut dikonsumsi tersebut kemudian di konsumsi
oleh manusia dan dapat mengumpulkan merkuri (Hg) dalam tubuhnya.

Pengaruh kesehatan logam berat merkuri (Hg) pada manusia yaitu Semua
senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam jumlah yang

Universitas Sumatera Utara


27

cukup. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri dalam tubuh adalah
menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding (membran) sel.

Universitas Sumatera Utara


28

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis kadar merkuri (Hg) pada fillet ikan patin menggunakan
alat spektrofotometri serapan atom dilihat dari tabel 4.1 dari hasil analisa
diperoleh bahwa kadar merkuri (Hg) sebesar 0,042 mg/kg. Dari hasil analisis
kadar merkuri (Hg) masih memenuhi persyaratan ambang batas sesuai dengan
SNI 7387:2009.

5. 2Saran

Sebaiknya pada pegujian selanjutnya menggunakan metode yang berbeda


dalam penentuan kadar logam merkuri (Hg) agar dapat membandingkan metode
yang paling efektif untuk digunakan.

Universitas Sumatera Utara


29

DAFTAR PUSTAKA

Palar.H.,1945.Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta

Rohman,A.2007. Kimia Farmasi Aanalisis. Yogyakarta. Penerbit Andi

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta

Setiowati, T. 2007. Biologi Interaktif. Azka Press. Jakarta

Sumardjo,D. 2006. Pengantar Kimia. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta
Suryana.D, 2013.Ternak Ikan Patin.All Right Reserved. Jakarta

Sugiyarto, 2010. Kimia Anorganik Logam. Graha Ilmu. Yogyakarta

Soemarwoto ,O. 1991. Beberapa Masalah Mendesak Dalam Pengolahan


Lingkungan Hidup. Widyapura No. 1 Tahun VII/1990. Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Dan Perkotaan Dan Lingkungan DKI. Jakarta
Parvenah, V. 1979. An investigation On The Mercury Contamination Of Persian
Gulf Fish, Bull. Environ. Contam. Toxical, 23: 357-359
Kristanto, 2002. Pengembangan Industri Manufaktur Berwawasan Lingkungan.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Suratno.F, 1990. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta

Universitas Sumatera Utara


30

Lampiran 1. Batas Maksimum Cemaran Merkuri SNI 7387:2009

Universitas Sumatera Utara


31

Lampiran 2. Alat SSA GBC 932 AA

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai