SKRIPSI
OKTAVIANI PUTRI F
090802056
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
2
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
OKTAVIANI PUTRI F
090802056
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
ii
PERSETUJUAN
Disetujui di
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Diketahui/Disetujui oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Oktaviani Putri F
090802056
iv
PENGHARGAAN
Syalom,
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya saya
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains dengan baik.
Dalam hal ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan terbesar kepada
kedua orang tua yang saya sayangi, Jonggianus Saragih dan dr. Friska Gultom
atas semua dukungan dan kepercayaan yang telah diberikan meskipun beliau
berada jauh di Jakarta. Terima kasih kepada adik – adik ku, Jein Shintya Frisgi,
Silvia Morina Roito Frisgy dan Samuel Vande Diraja Frisgy yang selalu memberi
semangat dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M. Sc selaku wali dan dosen
pembimbing 1 dan Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar M. Sc, M. Phill selaku dosen
pembimbing 2 yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan serta
bimbingannya hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa juga
saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst. MS dan Bapak
Drs. Albert Pasaribu, M. Sc selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia
FMIPA USU. Dan juga saya ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen di
Departemen Kimia FMIPA USU atas ilmu dan petunjuk yang diberikan saat
menjalani perkuliahan.
Untuk seluruh teman – teman saya stambuk 2009, terkhusus Desta, Jennifer,
Asmi, Riana, Satriani, Pravil, Despita dan unnie ku Mira, saya ucapkan terima
kasih atas dukungan dan perhatian yang diberikan. Serta adik Nami dan teman ku
Rina khususnya yang telah membantu penulis dalam penelitian, saya ucapkan
terima kasih.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan skripsi
ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
v
ABSTRAK
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk semua makhluk hidup
sehingga muncul berbagai industri air minum baik dalam kemasan ataupun air
minum isi ulang. Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar unsur
Natrium (Na) dan Kadmium (Cd) pada air baku, air hasil olahan dan air buangan
dari depot air minum dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA). Sampel yang dianalisa adalah air baku, air hasil olahan dan air
buangan dari depot air minum yang menggunakan membran reverse osmosis.
Pengambilan sampel dilakukan pada hari keenam dan di destruksi dengan HNO3
(p) hingga sisa volume 15 mL. Kemudian ditentukan konsentrasi unsur Natrium
(Na) dan Kadmium (Cd) dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom
melalui kurva kalibrasi. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Natrium
sebesar 42,04 mg/L dan konsentrasi Kadmium sebesar 0,0023 mg/L pada air
baku, konsentrasi Natrium sebesar 0,59 mg/L dan konsentrasi Kadmium sebesar
0,0008 mg/L pada air hasil olahan dan konsentrasi Natrium sebesar 28,45 mg/L
dan konsentrasi Kadmium sebesar 0,0013 mg/L pada air buangan dalam hal ini
kandungan Natrium dan Kadmium masih memenuhi standar air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010.
vi
ABSTRACT
Water is a natural resource that is necessary for all living organism so it is appears
in different industries both packaged drinking water or drinking water refill. A
Research on determination element’s content Sodium and Cadmium of raw water,
processed water and waste water from Depot drinking water by using Atomic
Adsorption Spectrophotometry (AAS) methods has been carried out. Samples
were analyzed are raw water, processed water and waste water from Depot
drinking water using reverse osmosis membranes. Sampling on Sixth day was
carried out and destructed by using Concentrated Nitric Acid until 15 mL of
volume. Then element’s content Sodium (Na) and Cadmium (Cd) was determined
by using Atomic Adsorption Spectrophotometry through a calibration curve. The
result showed that contents of Sodium is 42,04 mg/L and Cadmium is 0,0023
mg/L of raw water, contents of Sodium is 0,59 mg/L and Cadmium is 0,0008
mg/L of processed water and contents of Sodium is 28,49 mg/L and Cadmium is
0,0013 mg/L of waste water in this terms the content of Sodium and Cadmium
still fulfilled the water standards drinking according to Regulation Minister of
Health No. 492/Menkes/Per/VII/2010.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Pembatasan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 4
1.6. Lokasi Penelitian 4
1.7. Metodologi Penelitian 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka 5
2.1. Air 5
2.1.2. Air Tanah 5
2.2. Air Minum Isi Ulang 7
2.3. Depot Air Minum 7
2.4. Pencemaran Air 8
2.5. Logam 10
2.6. Natrium (Na) 11
2.6.1. Efek Toksik Unsur Natrium (Na) 12
2.7. Kadmium(Cd) 12
2.7.1. Efek Toksik Unsur Kadmium (Cd) 13
2.8. Reverse Osmosis 13
2.8.1. Cara Kerja Filter Osmosis 14
2.8.2. Membran Reverse Osmosis 15
2.9. Spektrofotometri Serapan Atom 17
2.9.1. Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom 18
2.9.2. Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom 18
3.1.1. Alat 21
3.1.2. Bahan 21
3.2. Prosedur Penelitian 22
3.2.1. Pengawetan dan Preparasi Sampel 22
3.2.2. Pembuatan Larutan Standar Natrium (Na) 100 mg/L 22
3.2.3. Pembuatan Larutan Standar Natrium (Na) 10 mg/L 22
3.2.4. Pembuatan Larutan Seri Standar Natrium (Na) 0,2; 0,4;
0,6; 0,8; 1,0 mg/L 22
3.2.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi Unsur Natrium 22
3.2.6. Pengukuran Kadar Unsur Natrium dalam Sampel 23
3.2.7. Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 100 mg/L 23
3.2.8. Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 10 mg/L 23
3.2.9. Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 1 mg/L 23
3.3.10.Pembuatan Larutan Seri Standar Kadmium (Cd) 0,001;
0,002; 0,003; 0,004; dan 0,005 mg/L 23
3.3.11.Pembuatan Kurva Kalibrasi Unsur Kadmium (Cd) 23
3.3.12.Pengukuran Kadar Unsur Kadmium dalam Sampel 24
3.3. Bagan Penelitian 25
3.3.1. Pembuatan Larutan Seri Standar Unsur Natrium 0,0;
0,20; 0,40; 0,60; 0,80 dan 1,0 mg/L dan Pembuatan
Kurva Kalibrasi Unsur Natrium 25
3.3.2. Pembuatan Larutan Seri Standar Unsur Kadmium 0,001;
0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L dan Pembuatan
Kurva Kalibrasi Unsur Kadmium 26
3.3.3. Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Natrium (Na)
pada Sampel 27
3.3.4. Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Kadmium (Cd)
pada Sampel 28
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 29
4.1.Hasil Penelitian 29
4.1.1. Unsur Natrium (Na) 29
4.1.2. Pengolahan Data Unsur Natrium (Na) 30
4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
Metode Least Square 30
4.1.2.2. Koefisien Korelasi 32
4.1.2.3. Penentuan Konsentrasi 32
4.1.3. Unsur Kadmium (Cd) 34
4.1.4. Pengolahan Data Unsur Kadmium (Cd) 36
4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
Metode Least Square 36
4.1.4.2. Koefisien Korelasi 37
4.1.4.3. Penentuan Konsentrasi 38
ix
4.2. Pembahasan 40
Daftar Pustaka 43
Lampiran 46
x
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB 1
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Pemanfaatan air untuk berbagai
kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Saat ini masalah
utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk
keperluan domestik yang semakin menurun.
Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan
air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa
macam logam baik logam ringan maupun logam berat jumlahnya sangat sedikit
dalam air.
peranannya belum diketahui dengan jelas bagi makhluk hidup dimana jika
terkonsumsi terus – menerus akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan
paru – paru, meningkatkan tekanan darah, dan mengakibatkan kemandulan pada
pria dewasa.
payau menjadi air bersih dengan menggunakan membran Reverse Osmosis oleh
Yusuf, E., et al., (2009) dan aplikasi teknologi Reverse Osmosis untuk pemurnian
air skala rumah tangga oleh Ariyanti, D dan Widiasa, I. N., (2011) menunjukkan
pengolahan air menggunakan membran reverse osmosis telah menjamur di
kalangan masyarakat padahal dahulunya hanya digunakan untuk desalinasi air
laut. Oleh sebab itu penulis tertarik ingin melakukan penelitian terhadap
kandungan mineral seperti Natrium (Na) dan logam Kadmium (Cd) pada air baku,
air hasil olahan dan air buangan dari Depot Air Minum daerah Binjai.
1.2 Permasahalahan
Bagaimanakah kandungan logam pada air baku, air hasil olahan dan air buangan
melalui proses Reverse Osmosis, Apakah kandungan logam Natrium (Na) dan
Kadmium (Cd) pada air hasil olahan yang digunakan sudah memenuhi
persyaratan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/VII/2010 tentang kualitas air, dan apakah mesin Reverse
Osmosis yang digunakan memiliki kesamaan dengan mesin Reverse Osmosis
pada pengolahan air laut.
Penelitian ini dibatasi pada pengukuran kadar logam Natrium (Na) dan Kadmium
(Cd) dengan instrument SSA yang digunakan bertipe nyala merek Shimadzu seri
AA-6300 terhadap sampel air baku, air hasil olahan dan air buangan melalui
proses Reverse Osmosis dan jenis mesin Reverse Osmosis (RO) yang digunakan
adalah RO merk Kemflo F5633/C.
Mengetahui kandungan logam Natrium (Na) dan Kadmium (Cd) pada air baku, air
hasil olahan dan air buangan dari Depot air minum daerah Binjai dengan
menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi
masyarakat tentang kandungan logam Natrium (Na) dan Kadmium (Cd) pada
Depot air minum daerah Binjai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi kebutuhan makhluk hidup,
sehingga perlu dilindungi agar tetap bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup.
Hal ini berarti bahwa pemanfaatan dari air harus efisien mungkin dan
berkelanjutan (Hasibuan, E. N. F. 2011).
Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup kira –
kira 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Akhir – akhir ini pemanfaatan air
tanah meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat eksploitasinya
sudah sampai tingkat yang membahayakan. Kecenderungan memilih air tanah
sebagai sumber air bersih disbanding air permukaan, mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
a. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga kebutukan
bangunan pembawa/distribusi lebih murah.
b. Debit (produksi) sumur biasanya relatif stabil.
6
Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan
membuat sumur gali (dug wells) dengan kedalaman lebih rendah dari posisi
permukaan air tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidah lebih
dari 5 – 8 meter di bawah permukaan tanah (Suripin. 2002).
Sumur gali adalah salah satu konstruksi sumur yang paling umum dan
meluas dan dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan
rumah perorangan, sedangkan sumur bor adalah jenis sumur dengan cara
pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh
dari permukaan tanah sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi.
A. Sumur Bor
Lubang sumur bor dapat dikerjakan secara manual dan mesin. Kedalaman
lubang sumur bor biasanya tergantung struktur dan lapisan tanah (Gabriel, J.
F. 2001) :
a. Tanah berpasir : biasanya kedalaman 30 – 40 meter sudah memperoleh air.
Biasanya air naik sampai 5 – 7 meter dari permukaan tanah.
b. Tanah liat : biasanya kedalaman 40 – 60 meter akan diperoleh air yang
baik dan air akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah.
c. Tanah berkapur : biasanya sumur dibuat dengan kedalaman di atas 60
meter kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar
atau tidak bisa naik ke atas dengan sendirinya.
d. Tanah berbukit : biasanya sumur dibuat di atas 100 meter atau 200 meter,
kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh sukar
/ tidak bisa naik ke atas dengan sendirinya.
Merebaknya peluang usaha yang umumnya disebut sebagai depot air minum
isi ulang tidak terlepas dari krisis yang dialami masyarakat Indonesia, sehingga
masyarakat mencari alternatif – alternatif dalam membangun suatu usaha dengan
biaya relatif ringan tetapi cepat kembali modalnya, ataupun para konsumen air
minum yang mengurangi biaya kebutuhan sehari – hari.
Hal tersebut disebabkan antara lain, dari segi harganya AMIU ini lebih
murah yaitu 1/3 dari harga air minum dalam kemasan yang diproduksi resmi
industri besar, akan tetapi beberapa anggota masyarakat masih ragu akan hal
kualitasnya sehingga dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi (Kacaribu, K. 2008).
Depot Air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air
baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Adapun air
minum yang dimaksud merupakan air baku yang telah diproses dan aman untuk di
minum. Sementara air baku adalah air yang belum diproses atau sudah diproses
8
menjadi air bersih yang memenuhi persyaratan mutu sesuai peraturan Menteri
Kesehatan untuk diolah menjadi produk air minum.
Setiap depot air minum menurut Keputusan Memperindag No. 651 Tahun
2004 harus berpedoman pada cara produksi air minum yang baik pada seluruh
mata rantai produksi air minum, mulai dari pengadaan bahan sampai penjualan ke
konsumen, seperti terinci dalam bagian – bagian berikut ;
a. Desain dan Konstruksi Depot
b. Bahan baku, Mesin dan Peralatan Produksi
c. Proses Produksi
d. Produk Air Minum
e. Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program Sanitasi
f. Karyawan dan
g. Penyimpanan Air baku dan Penjualan
Untuk wilayah kota medan berdasarkan data dari Disperindag Kota Medan,
saat ini tercatat 200 usaha depot AMIU. Namun hanya sekitar 75 depot yang
mendaftarkan usahanya selbihnya tidak memiliki izin (Kacaribu, K. 2008).
2.5. Logam
Pada tubuh makhluk hidup termasuk manusia logam dan mineral mengalami
proses biokimiawi dalam membantu proses fisiologis atau sebaliknya
menyebabkan toksisitas. Dalam sistem fisiologis manusia, unsur tersebut juga
dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen, yang ditemukan dalam jumlah
relatif besar (lebih dari 0,005% dari berat badan) dan mikroelemen yang
ditemukan dalam jumlah relatif kecil (kurang dari 0,005% dari berat badan).
Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar
rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan,
termasuk manusia. (Notohadiprawiro, T. 1993).
11
Logam berat jika sudah terserap kedalam tubuh maka tidak dapat
dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga nantinya dibuang
melalui proses ekskresi. Logam berat ini menimbulkan efek kesehatan bagi
manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh.
Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga
proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan
bertindak sebagai penyebab alergi, karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya
adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.
Kontaminasi logam berat ini dapat berasal dari faktor alam seperti kegiatan
gunung berapi dan kebakaran hutan atau faktor manusia seperti pembakaran
minyak bumi, peleburan, pertambangan, proses industri, kegiatan pertanian,
kehutanan dan pertanian, serta limbah buangan termasuk sampah rumah tangga
(Putra, J. A. 2006).
Natrium adalah logam putih – perak yang lunak, yang melebur pada 97,5 oC.
Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan
terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Dengan garam – garamnya,
Natrium berada sebagai kation monovalen Na +. Garam – garam ini membentuk
larutan tak berwarna kecuali jika anionnya berwarna (Vogel. 1990).
Natrium (Na) adalah salah satu unsur alkali utama yang ditemukan di
perairan dan merupakan kation penting yang mempengaruhi kesetimbangan
keseluruhan kation di perairan. Hampir semua senyawa natrium mudah larut
dalam air dan bersifat sangat reaktif.
kurang dari 50 mg/liter. Sedangkan kadar natrium pada air minum sebaiknya tidak
lebih dari 200 mg/liter (Effendi, H. 2003).
Mineral adalah bahan anorganik, bahan kimia yang didapat makhluk dari alam,
yang asalnya adalah dari tanah. Mineral biasanya masuk ke tubuh dalam bentuk
garam, dan digunakan dalam bentuk elektrolit. Elektrolit ialah bentuk ion dari
mineral itu, bermuatan positif (+) dan negatif (-). Natrium biasa di dapat tubuh
dari makanan laut, dalam senyawa dengan Cl (Khlor) berupa garam dapur (NaCl).
Jika kelebihan mineral ini, dapat menyebabkan hipertensi, gangguan
kardiovaskuler, ginjal, dan sirosis hati (Hasibuan, E. N. F. 2011).
Kadmium adalah logam putih keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Ia melebur
pada 321 oC. Kadmium melarut dengan lambat dalam asam encer dengan
melepaskan hidrogen. Kadmium membentuk ion bivalen yang tak berwarna
(Vogel. 1990).
Garam – garam kadmium (klorida, nitrat, dan sulfat) dapat berupa senyawa
kompleks organik dan anorganik, atau terserap ke dalam bahan – bahan
tersuspensi dan sedimen dasar. Kadmium karbonat dan kadmium hidroksida
memiliki sifat kelarutan yang terbatas. Pada pH yang tinggi kadmium mengalami
presipitasi/pengendapan. Di dalam air, kadmium (Cd) terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar kadmium pada
13
kerak bumi sekitar 0,2 mg/Kg. Kadar kadmium pada perairan tawar alami sekitar
0,0001 – 0,001 mg/liter, sedangkan pada perairan laut sekitar 0,0001 mg/liter.
Menurut WHO, kadar kadmium maksimum pada air yang diperuntukkan bagi air
minum adalah 0,005 mg/liter (Effendi, H. 2003).
Analisis kadmium pada air minum juga pernah dilakukan oleh Susanti, W.
(2010) dalam air minum kemasan galon dan air minum kemasan galon isi ulang
dan Ritongan, N. I. (2010) dalam air minum kemasan dengan menggunakan
metode yang sama yaitu metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Kadmium bersifat kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena dapat
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan paru – paru, meningkatkan tekanan
darah, dan mengakibatkan kemandulan pada pria dewasa. Kadmium juga bersifat
sangat toksik dan bioakumulasi terhadap organisme. Toksisitas kadmium
dipengaruhi oleh pH dan kesadahan. Selain itu, keberadaan zinc dan timbal dapat
meningkatkan toksisitas kadmium (Effendi, H. 2003).
Keracunan Cd dalam jangka waktu yang lama ini bersifat toksik terhadap
beberapa macam organ, yaitu paru – paru, tulang hati, dan ginjal. Penelitian pada
orang dan hewan percobaan menunjukkan bahwa logam ini juga bersifat
neurotoksin. Orang yang keracunan Cd melalui debu secara kronis dapat
menyebabkan kekurangan indera penciuman dan akan kembali normal jika toksik
dari debu tersebut dihentikan (Darmono. 1995)
Pengertian Reverse Osmosis atau osmosis balik merupakan proses yang dilakukan
dengan memberikan tekanan atau dorongan, menahan semua ion, melepaskan air
murni dan membuang air kotor. Membran Reverse Osmosis memiliki ukuran pori
persepuluh ribu mikron dan dapat menghilangkan zat organik, bakteri, pirogen,
14
juga koloid yang tertahan oleh struktur pori yang berfungsi sebagai penyaring.
Reverse osmosis baik untuk TDS rendah maupun tinggi, dimana padatan total
terlarut dapat diturunkan sampai tinggal beberapa persen saja dan zat organiknya
juga bisa diturunkan (Juliardi, N. R. 2005)
Menurut Metcalf & Eddy (2003), membran Reverse Osmosis tidak membunuh
mikroorganisme melainkan hanya membuang dan menghambatnya. Pada desain
sistem membran RO terdapat beberapa parameter – parameter kritis yang harus
diuji secara cermat, yaitu : kalsium, magnesium, kalium, mangan, natrium, besi,
sulfat, barium, klorida, ammonia, fosfat, nitrat, stronsium, dan sebagainya
(Hartomo & Widiatmoko. 1994).
Prinsip kerja filter Reverse Osmosis adalah berdasarkan pada peristiwa osmosis
yang terjadi di alam. Osmosis adalah peristiwa bergeraknya air dari larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih rendah melalui membran semi permeabel ke larutan
yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi sampai tercapainya keseimbangan.
15
Keterangan :
Gambar 2.1. Mekanisme Kerja Reverse Osmosis (Yusuf, E., et al. 2009)
Gambar 2.1 diatas menunjukkan diagram suatu filter Reverse Osmosis. Dalam hal
ini, air yang mengandung garam-garaman (atau air dengan konsentrasi yang
tinggi) dimasukan dengan tekanan tertentu, sehingga melebihi tekanan
osmotiknya, kedalam ruangan di bagian kiri. Maka air (murni) akan berjalan
melewati membran semi permeabel dan tertampung di ruangan sebelah kanan.
Tidak semua air bisa dilewatkan melalui membran tersebut, hal ini tergantung
pada tekanan yang diberikan dan karakter dari membran. Oleh karena itu, dalam
filter Reverse Osmosis akan dihasilkan air limbah (reject), yaitu air yang
mengandung garam-garaman konsentrasi tinggi (Yusuf, E., et al. 2009).
dari sifat – sifat tersebut dalam periode waktu dan kondisi tertentu dapat
didefinisikan sebagai umur membran yang biasanya berkisar antara 3 – 5 tahun.
Terdapat dua jenis polimer yang dapat digunakan sebagai membran reverse
osmosis: selulosa asetat (CAB) dan komposit poliamida (CPA). Pada aplikasi
reverse osmosis, konfigurasi modul membran yang digunakan yaitu spiral wound.
Pada konfigurasi spiral wound, dua buah lembaran membran dipisahkan oleh
saluran pengumpul permeat dan membentuk daun. Perakitannya adalah dengan di
lem pada tiga sisi dan sisi yang keempat (dekat pipa berlubang) dibiarkan terbuka
sebagai saluran permeat keluar. Elemen membran spiral wound yang digunakan
memliki panjang sekitar ± 100 – 150 cm dan diameter sekitar ± 10 – 20 cm
(Ariyanti, D. dan Widiasa, I. N. 2011).
Tabel 2.1. Konfigurasi Hollow Fiber untuk Skala Laboratorium (Yusuf, E.,
et al. 2009)
Jenis Hollow Fiber mempunyai ukuran diameter membran yang sangat kecil
2 3
(berukuran sekitar < 1 mm), memiliki massa jenis sekitar 30.000 m /m ,
ukurannya lebih kecil dari kapasitas modul yang lain. Jenis ini merupakan bundel
mampat ribuan serat tipis yang sejajar mengitari inti distribusi air umpan. Tiap
serabut serat diletakkan dalam bentuk U atau O dan ujung – ujungnya dibungkus
wadah pipa resin epoksi. Lalu bundel dibungkus kain dan kasa, diletakkan dalam
bejana tahan tekanan tinggi terbuat dari baja stainless dilapisi epoksi.
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari penggunaan membran hollow fiber .
Kelebihan membran hollow fiber :
1. Biaya operasi murah
2. Fleksibel
3. Unit volume permukaan lebih besar
Kekurangan dari membran hollow fiber ini adalah :
1. Hasil penelitian kurang spesifik
2. Membrannya berbau
(Yusuf, E., et al. 2009)
disukai diasamkan atau kalau dilebur dengan alkali tanah terakhir harus
diasamkan lagi.
2. Hindari pemakaian pelarut aromatik atau halogenida. Hendaklah dipakai
pelarut – pelarut untuk analisis (p.a).
(Mulja, M. 1995)
serapan yang dibutuhkan oleh atom – atom dalam contoh. Sumber sinar
yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hallow chatode lamp).
2. Tempat Sampel
a. Nyala (Flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau
cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk
atomisasi.
3. Monokromator
Dalam spektroskopi serapan atom fungsi monokromator adalah untuk
memisahkan garis resonansi dari semua garis yang tak diserap yang
dipancarkan oleh sumber radiasi.
20
4. Detektor
Detektor pada spektrofotometer serapan atom berfungsi mengunggah
intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometer
serapan atom yang umum dipakai sebagai detektor adalah tabung
penggandaan foton (PMT = Photo Multiplier Tube Detector) (Mulja, M.
1995).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.1. Alat
3.1.2. Bahan
3.2.10. Pembuatan Larutan Seri Standar Kadmium 0,001; 0,002; 0,003; 0,004
dan 0,005 mg/L
Sebanyak 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mL larutan standar logam Kadmium 1 mg/L
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan dengan larutan
pengencer sampai garis batas dan diaduk sampai homogen. (SNI 06-6989.16-
2004)
Hasil
26
Hasil
27
3.3.3 Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Natrium (Na) pada Sampel
(SNI 06-2412-1991)
Hasil
Catatan : dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel Air Hasil Olahan dan Air
Buangan
28
3.3.4 Preparasi dan Penentuan Kadar Unsur Kadmium (Cd) pada Sampel
(SNI 06-6989.16-2004)
Hasil
Catatan : dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel Air Hasil Olahan dan Air
Buangan
29
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
1,0
0,4
0,2
0,0
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2
Konsentrasi Unsur Natrium (mg/L)
Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar unsur Natrium (Na) pada tabel
4.1 diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linear.
Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least
Square dengan data pada tabel 4.2.
∑Xi 3,0
𝑋𝑋 = = = 0,50
𝑛𝑛 6
∑Yi 2,4023
𝑌𝑌 = = = 0,4004
𝑛𝑛 6
Persamaan garis regresi untuk kurva dapat diturunkan dari persamaan garis:
y = ax + b
dimana:
a = slope
b = intersept
∑(Xi − X)(Yi − Y)
𝑎𝑎 =
∑ (Xi − X)2
𝑏𝑏 = 𝑦𝑦 − 𝑎𝑎𝑎𝑎
Dengan mensubtitusikan harga – harga yang tercantum pada Tabel 4.2 pada
persamaan di atas maka diperoleh :
0,516670
𝑎𝑎 = = 0,7381
0,70
𝑏𝑏 = 0,4004 − (0,7381 𝑥𝑥 0,50)
𝑏𝑏 = 0,0313
Untuk menghitung konsentrasi dari unsur Natrium (Na), maka diambil data hasil
pengukuran absorbansi unsur Natrium (Na) dalam air baku, air hasil olahan dan
air buangan. Data selengkapnya pada Tabel 4.3 .
33
Tabel 4.3. Data Absorbansi Unsur Natrium (Na) dalam Sampel Yang
Diukur sebanyak 3 kali
∑(Xi – X)2
𝑆𝑆𝑆𝑆 = �
𝑛𝑛 − 1
59,96401
𝑆𝑆𝑆𝑆 = �
2
= 5,4755
Konsentrasi unsur Natrium (Na) pada air sumur bor Depot Air Minum adalah
[𝑁𝑁𝑁𝑁] = 𝑋𝑋 + 𝑆𝑆𝑆𝑆
[𝑁𝑁𝑁𝑁] = 42,04 ± 5,4755 (𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿)
Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi unsur Natrium (Na) dalam
air hasil olahan dan air buangan Depot Air Minum. Data selengkapnya pada Tabel
4.5 .
Absorbansi
Sampel Konsentrasi Unsur Natrium
Bulan 1 Bulan 3 Bulan 6 (Na)
A
Air Baku 0,2186 0,2238 0,2441 0,2288 42,04 ± 5,4755 (𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿)
0,000; 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; dan 0,005 mg/L, kemudian diukur
absorbansinya dengan alat SSA (kondisi alat pada lampiran 2). Data absorbansi
untuk larutan standar Kadmium (Cd) dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
0,008
Absorbansi Unsur Kadmium
Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar unsur Kadmium (Cd) pada Tabel
4.6. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linier.
Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least
Square dengan data pada tabel 4.7.
∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋
0,015
𝑥𝑥 = == 0,0025
𝑛𝑛 6
∑ 𝑌𝑌𝑌𝑌 0,0236
𝑦𝑦 = = = 0,0039
𝑛𝑛 6
Persamaan garis regresi untuk kurva dapat diturunkan dari persamaan garis :
𝑦𝑦 = 𝑎𝑎𝑎𝑎 + 𝑏𝑏
dimana :
𝑎𝑎 = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑏𝑏 = 𝑦𝑦 − 𝑎𝑎𝑎𝑎
37
∑ (Xi − X) (Yi − Y)
𝑎𝑎 =
∑ (Xi − X)2
𝑏𝑏 = 𝑦𝑦 − 𝑎𝑎𝑎𝑎
Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.7. pada
persamaan ini maka diperoleh :
25,4 𝑥𝑥 10−6
𝑎𝑎 = = 1,4500
17,5 𝑥𝑥 10−6
𝑏𝑏 = 0,0039 − (1,4500𝑥𝑥 0,0025)
𝑏𝑏 = 0,0039 − 0,0036
= 0,0003
25,4 𝑥𝑥 10−6
𝑟𝑟 = 1
[(17,5 𝑥𝑥 10−6 )(37,1 𝑥𝑥 10−6 )]2
38
25,4 𝑥𝑥 10−6
= 1
[6,48 𝑥𝑥10−10 ]2
25,4 𝑥𝑥 10−6
=
2,55 𝑥𝑥 10−5
= 0,9975
Untuk menghitung konsentrasi dari unsur Kadmium (Cd), maka diambil data hasil
pengukuran absorbansi unsur Kadmium (Cd) dalam air baku, air hasil olahan dan
air buangan. Data selengkapnya pada tabel 4.8 .
Tabel 4.8 Data absorbansi unsur Kadmium (Cd) dalam sampel yang
diukur sebanyak 3 kali
∑(Xi – X)2
𝑆𝑆𝑆𝑆 = �
𝑛𝑛 − 1
14,0 x 10−8
= �
2
= 0,0003
Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi unsur Kadmium (Cd) dalam
air hasil olahan dan air buangan. Data selengkapnya pada tabel 4.10.
40
4.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur konsentrasi unsur Natrium (Na) dan
Kadmium (Cd) dalam sampel air baku, air hasil olahan dan air buangan pada
depot air minum yang menggunakan membran reverse osmosis.
Pengambilan sampel dilakukan pada minggu pertama pada bulan 1, 3
dan 6 sebelum membran reverse osmosis diganti karena waktu penggantian
membran reverse osmosis hanya enam bulan sekali. Sampel kemudian di
destruksi lalu ditentukan nilai absorbansi dan konsentrasi dengan menggunakan
alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang tertentu.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar Natrium pada air baku 42,04 mg/L,
air hasil olahan 0,59 mg/L dan air buangan 28,45 mg/L. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi penurunan konsentrasi unsur Natrium yang cukup besar yakni 41,45
mg/L atau sekitar 99%. Sedangkan kadar Kadmium yang diperoleh pada air baku
0,0023 mg/L, air hasil olahan 0,0008 mg/L dan air buangan 0,0013 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi yang sedikit yakni 0,0015
mg/L atau sekitar 65%.
41
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kadar unsur Natrium (Na) dalam
air baku 42,04 𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿, air hasil olahan 0,59 𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿 dan air buangan 28,49 𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿
pada Depot air minum sedangkan kadar unsur Kadmium dalam air baku
0,0023 𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿, air hasil olahan 0,0008 𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿 dan air buangan 0,0013 𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿 pada
Depot air minum. Dan kandungan unsur Natrium (Na) dan Kadmium (Cd) pada
air hasil olahan masih memenuhi standar air minum menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/VII/2010.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kandungan logam lain seperti K,
Pb, Hg, As dan logam berat lainnya serta kelayakan air buangan untuk dikonsumsi
sebagai air minum.
43
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press.
Jakarta: Erlangga.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
(Cd2+) Dan Ion Natrium (Na+) Dari Air Muara Sungai Asahan Tanjung
Repository.
Kacaribu, K. 2008. Kandungan Kadar Seng (Zn) dan Besi (Fe) Dalam Air Minum
Dari DEPOT Air Minum Isi Ulang Air Pegunungan Sibolangit Kota
Metcalf and Eddy. 2003. Waste Water Engineering Treatment Disposal Reuse.
2012.
2012.
Rasyid, R., Mahyuddin., dan Agustin, M. 2011. Pemeriksaan Kadar Kalium dan
Ritongan, N. I. 2010. Analisis Kadar Unsur Nikel (Ni), Kadmium (Cd) Dan
Minum Terhadap Penurunan Kadar Ion Besi (Fe3+), Tembaga (Cu2+) Dan
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Yogyakarta: Andi.
Susanti, W. 2010. Analisa Kadar Ion Besi, Kadmium Dan Kalsium Dalam Air
Minum Kemasan Galon Dan Air Minum Kemasan Galon Isi Ulang
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro.
Yusuf, E., Rachmanto, T. A., dan Laksmono, R. 2009. Pengolahan Air Payau
LAMPIRAN
47
1. PARAMETER WAJIB
Kadar
No Jenis Parameter Satuan maksimum yang
diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1). E. Coli Jumlah per 100 0
mL sampel
2). Total bakteri Koliform Jumlah per 100 0
mL sampel
b. Kimia Anorganik
1). Arsen mg/L 0,01
2). Fluorida mg/L 1,5
3). Total Kromium mg/L 0,05
4). Kadmium mg/L 0,003
5). Nitrit, (sebagai NO2) mg/L 3
6). Nitrat, (sebagai NO3) mg/L 50
7). Sianida mg/L 0,07
8). Selenium mg/L 0,01
Kadar
No Jenis Parameter Satuan maksimum yang
diperbolehkan
1. KIMIAWI
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/L 0,001
Antimon mg/L 0,02
Barium mg/L 0,7
Boron mg/L 0,5
Molybdenium mg/L 0,07
Nikel mg/L 0,07
Sodium mg/L 200
Timbal mg/L 0,01
Uranium mg/L 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KMnO4) mg/L 10
Deterjen mg/L 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/L 0,004
Dichloromethane mg/L 0,02
1,2-Dichloroethane mg/L 0,05
Chloronated ethenes
1,2-Dichloroethene mg/L 0,05
Trichloroethene mg/L 0,02
Tetrachloroethene mg/L 0,04
Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/L 0,01
Toluene mg/L 0,7
Xylenes mg/L 0,5
Ethylbenzene mg/L 0,3
Styrene mg/L 0,02
Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCH) mg/L 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCH) mg/L 0,3
Lain-lain
Di(2-ethylexyl)phthalate mg/L 0,008
Acrylamide mg/L 0,0005
Epichlorohydrin mg/L 0,0004
49
c. Pestisida
Alachlor mg/L 0,02
Aldicarb mg/L 0,01
Aldrin dan dieldrin mg/L 0,00003
Atrarine mg/L 0,002
Carbofuran mg/L 0,007
Chlordane mg/L 0,0002
Chlorotoluron mg/L 0,03
DDT mg/L 0,001
1,2-Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/L 0,001
2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4- mg/L 0,03
D)
1,2-dichloropropane mg/L 0,04
Isoproturon mg/L 0,009
Lindane mg/L 0,002
MCPA mg/L 0,002
Methoxychlor mg/L 0,02
Metolachor mg/L 0,01
Molinate mg/L 0,006
Pendimethaline mg/L 0,02
Pentachlorophenol (PCP) mg/L 0,009
Permethrin mg/L 0,3
Simarine mg/L 0,002
Trifluralin mg/L 0,02
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D
dan MCPA
2,4-DB mg/L 0,090
Dicholoroprop mg/L 0,10
Fenoprop mg/L 0,009
Mecoprop mg/L 0,001
2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg/L 0,009
2. RADIOAKTIFITAS
Menteri Kesehatan RI
Ttd.