Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN LENGKAP PENCEMARAN LAUT

ANALISIS DAN PENENTUAN TINGKAT PENCEMARAN LAUT DI BEBERAPA


PERAIRAN KOTA MAKASSAR

OLEH :
NURHASANAH (L011181328)

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PENDAHULUAN

Latar Bekakang
Pencemaran laut saat ini menjadi masalah sangat besar yang terjadi di Indonesia,
produksi limbah akibat aktivitas industri, perkantoran, rumah sakit, pertanian, rumah tangga,
maupun hasil cucian kapal-kapal nelayan, hal tersebut menjadi sumber pencemar terbesar
yang terjadi di perairan yang membuat kualitas semakin menurun, hampir semua pesisir
mengalami penuruna kualitas perairan, sehingga pencemaran laut merupakan suatu
ancaman yang benar-benar harus ditangani secara sungguh-sungguh. Hal ini berdampak
terhadap manusia maupun biota laut dimana terjadi akumulasi dalam tubuh akibat
pencemaran yang terjadi di perairan melalui rantai makanan (Haryono, 1998 dalam
Damaianto, 2014).
Pencemaran laut didefinisikan sebagai masuknya zat atau energi, secara langsung
maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut termasuk daerah
pesisir pantai, sehingga menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumberdaya
alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan
dan penggunaan lain-lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air laut serta
menurunkan kualitas tempat tinggal dan rekreasi (Santosa, 2013).
Pencemaran laut semakin meningkat dengan perkembangan industri yang pesat dan
kegiatan pertambangan yang ekstraktif serta meningkatnya urbanisasi terutama pada
daerah pesisir tanpa menggunakan fasilitas penanganan limbah akan menambah dampak
buruk terhadap lingkungan terutama pesisir dan lautan, sehingga pencemaran yang terjadi
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut. Laut juga merupakan tempat
pembuangan langsung sampah atau limbah dari berbagai aktivitas manusia dengan cara
yang murah dan mudah. Dengan demikian maka di laut akan dijumpai berbagai jenis
sampah dan bahan pencemar terutama logam (Siahainenia, 2001 dalam Damaianto, 2014).
Berdasarkan uraian diatas yang menerangkan masalah-masalah pencemaran yang
terjadi, hal yang menjadi latar belakang dilakukannya analisis kondisi perairan beberapa
lokasi di, Kota Makassar yaitu untuk mengetahui kondisi fisika maupun kimia dari perairan
tersebut sehingga diperoleh data kualitas perairan yang dapat digunakan untuk
menganalisis tingkat pencemaran pada wilayah tersebut.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran menggunakan
indeks Pencemaran beberapa lokasi di Kota Makassar berdasarkan parameter fisika dan
kimia air laut.
METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktik ini, erlenmeyer untuk tempat titrasi larutan sampel,
botol sampel gelap digunakan dalam pengambilan sampel air untuk pengukuran BOD, botol
putih digunakan dalam pengambilan sampel air untuk pengukuran sampel di lapangan,
spidol untuk penanda pada botol sampel, gelas ukur untuk mengukur larutan yang akan
dititrasi, handrefraktometer untuk mengukur kadar Amonium, buret sebagai alat titrasi dan
mengeluarkan larutan dalam dengan volume tertentu, corong untuk memasukkan air di
dalam wadah, statif sebagai tempat buret, tabung reaksi sebagai tempat untuk mencampur
larutan kimia, pompa vacum sebagai alat penyaring, pipet tetes untuk mengambil larutan
dengan ukuran tertentu dan gelas kimia sebagai wadah untuk menampung larutan, rak
tabung untuk menyimpan tabung reaksi, dan desikator untuk mendinginkan kertas saring,
dan indeks pencemaran (pollution indeks)
Bahan yang digunakan pada praktik ini adalah sampel air laut yang digunakan sebagai
bahan utama, aquades untuk mensterilkan alat serta mengencerkan larutan, kertas saring
digunakan pada pengukuran TSS, larutan Fenol 5%, Natrium nitro prusside, Bayclin, tri
Natrium sitrat, Natrium hidroksida sebagai larutan pada pengukuran parameter NH3, larutan
natrium kalium tartarat 50% sebagai pereaksi pada pengukuran parameter amoniak,
pereaksi nessler sebagai larutan pereaksi pada pengukuran parameter amoniak,
lakban/label untuk penanda pada botol sampel dan data hasil pengukuran parameter fisik
kimia perairan laut di lapangan dan Analisa di laboratorium.

Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktik ini yaitu:

1. BOD (Biological Oxygen Demand) dan DO (Dissolved Oxygen)


Mengambil sampel dengan menggunakan botol DO terang dan DO gelap dengan
pengambilan sampel di dalam perairan (jangan sampai terjadi gelembung udara).
Menambahkan 2 mL Mangan sulfat (MnSO4) lalu homogenkan dengan membolak-balik botol
± 8 kali, tambahkan Alkali Iodida 2 mL lalu homogenkan lagi dengan membolak-balik botol ±
8 kali hingga terjadi endapan coklat terbentuk dengan sempurna. Menambahkan 2 mL
H2SO4 pekat dengan hati-hati (gunakan ruang asam), mengaduk dengan cara yang sama
hingga semua endapan larut. Mengambil 100 ml air dari botol BOD tersebut dengan
menggunakan gelas ukur lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer. Titrasi dengan Na-
Thiosulfat 0,025 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua ke kuning muda.
Menambahkan 5 tetes indikator amylum hingga terbentuk warna biru. Lanjutkan titrasi
dengan Na-Thiosulfat hingga tepat tidak berwarna (bening).
2. Amoniak (NH3)
Prosedur kerja penentuan amonia adalah dengan menyaring secukupnya air sampel
dengan kertas saring Whatman no. 42 kemudian mengambil 25 mL air sampel yang telah
disaring dengan menggunakan pipet tetes, selanjutnya memasukkan ke dalam gelas kimia.
Selanjutnya menambahkan 2 mL pereaksi, lalu homogenkan. Kemudian menambahkan 2
mL alkaline bycline (campuran dari alkaline dan bycline). Kemudian menambahkan 2 mL
fenol. Kemudian homogenkan sampai warna larutan berubah. Selanjutnya memasukkan ke
dalam tabung reaksi secukupnya lalu diamkan. Selanjutnya mengukur kadar Fosfat dengan
menggunakan Spektrofotometer DREL 2800 dalam satuan mg/L dan µg/l pada panjang
gelombang 420 nm. Terakhir mencatat nilai amonia yang tertera di layar Spektrofotometer.

3. TSS (Total Suspended Solid)


Mengeringkan kertas saring dengan menggunakan oven pada temperatur 103-1050C
selama 1 jam, lalu dinginkan dalam desikator selama 10 menit, menimbang dengan neraca
analitik.
Penyaringan sampel air dilakukan dengan menyiapkan kertas saring yang telah
diketahui berat kosongnya pada alat penyaring. menyaring contoh air sebanyak ±500 mL,
mengambil kertas saring yang berisi endapan dengan menggunakan pinset lalu keringkan di
dalam oven pada suhu 103-1050C selama 2 jam, mendinginkan dalam desikator selama 15
menit, menimbang kertas saring yang berisi endapan dengan menggunakan neraca analitik.

Analisis Data

Adapun analisis data dari parameter yang dihitung adalah sebagai berikut:

1. Biological Oxigen Demand (BOD)

BOD3 (ppm) = (DO1-DO5)

2. Padatan Tersuspensi Total (TSS)

TSS (mg/l) =(A-B)


1000
ml air contoh

Dimana:

B : Berat kertas saring akhir

A : Berat kertas saring kosong

C : 1000 ml
3. Indeks Pencemaran

PIj =

Ci 2 Ci 2

√ (
Lij
) M +( ) R
2
Lij
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Tabel 1. Hasil Pengukuran Analisis Data Kualitas Perairan Pada Beberapa Lokasi Di Kota
Makassar

NO3 PO4 NH3 TSS BOD


STASIUN ULANGAN
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 0,67 0,018 0,783 90,909 2,2
PELABUHAN 2 0,8 0,024 0,579 93,126 2,9
3 0,6 0,022 0,751 91,314 2,1
1 1,1 0,024 0,699 98,131 2,9
WISATA PANTAI 2 0,9 0,019 0,608 99,307 3,8
3 1,2 0,014 0,692 100,917 3,3
1 2,6 0,21 0,597 96,471 1,8
PEMUKIMAN 2 3,43 0,3 0,72 98,361 1,9
3 2,5 0,27 0,643 81,933 2,1

PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Damaianto. B dan Masduqi, A. 2014. Indeks Pencemaran Air Laut Pantai Utara Kabupaten
Tuban dengan Parameter Logam.Jurnal Teknik PomitsVol. 3, No.1

Santosa, R.W. 2013. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh Perusahaan


Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional. Lex Administratum, Vol. I, No.2, Hal.
65-78

Anda mungkin juga menyukai