Anda di halaman 1dari 5

National Conference Proceeding on Waste Treatment Technology ISSN No.

2623 - 1727
Program Studi D4 Teknik Pengolahan Limbah – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri


Bleaching Tekstil

Sarah Puteri Berliani1*, Adhi Setiawan1, dan Ayu Nindyapuspa1


1
Program Studi Teknik Pengolahan Limbah, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya, Surabaya 60111

*E-mail: berlianisarah@gmail.com

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi menjadikan industri tekstil juga semakin berkembang. Limbah yang dominan
dihasilkan oleh industri tekstil adalah air limbah. PT SL Tekstil merupakan salah satu perusahan tekstil yang
bergerak pada bidang bleaching tekstil. Air limbah yang dihasilkan kemudian dilakukan pengolahan dengan
bak ekualisasi dan bak sedimentasi. Pengolahan yang belum sesuai menjadikan air limbah yang keluar masih
melebihi baku mutu. Unit IPAL yang direncanakan merupakan unit-unit pengolahan fisik-kimia yang terdiri
dari bar screen, bak ekualisasi, aerasi, sedimentasi, koagulasi-flokulasi, dan sludge drying bed. Perhitungan
BOQ dan RAB menggunakan Keputusan Walikota Pasuruan Nomor 188/243.031/2016 dan didapatkan
angka sebesar Rp Rp1.339.734.318,40 untuk pembangunan seluruh unit IPAL.
Keywords: Air limbah, Desain IPAL, Industri bleaching tekstil

1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan industri tekstil semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Jumlah industri
tekstil berdasarkan data Badan Pusat Statistik di Jawa Timur (2019), sebanyak 519 buah. Meningkatnya
pertumbuhan industri tekstil mengakibatkan meningkatnya limbah cair. Limbah cair merupakan limbah yang
dominan dihasilkan oleh industri tekstil. Proses industri tekstil salah satunya adalah bleaching. PT SL Tekstil
merupakan salah satu industri yang menyediakan jasa bleaching tekstil. Air limbah industri tekstil umumnya
bersifat sangat basa, BOD tinggi, TSS tinggi, dan suhu yang tinggi (Tiara dan Astuti, 2008). Pengolahan air
limbah yang akan dibuang harus memenuhi baku mutu yang berlaku, yaitu PERGUB JATIM No. 72 Tahun
2013.
Proses pengolahan air limbah pada PT SL Tekstil terdiri dari bak ekualisasi dan bak sedimentasi.
Pengolahan tersebut belum efektif menurunkan kadar polutan dalam air limbah. Berdasarkan kinerja yang
kurang baik, maka dibutuhkan alternatif yang tepat untuk memperbaiki kualitas air limbah. Perencanaan
IPAL untuk industri bleaching tekstil dilakukan sesuai dengan karakteristik dan beban pencemar.
Perencanaan desain IPAL disesuaikan dengan kriteria desain dengan tidak mengabaikan karakteristik dan
beban pencemar pada air limbah. Perencanaan meliputi perhitungan Detail Engineering Design (DED), serta
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari IPAL.

2. METODE
Sebelum perencanaan dimulai, terlebih dahulu dibuat kerangka perencanaannya. Kerangka perencanaan
adalah sebuah diagram yang terdiri dari urutan pelaksanaan penelitian. Kerangka perencanaan ini terdiri dari
identifikasi karakteristik limbah tekstil, pengumpulan data sekunder berupa debit limbah tekstil, pemilihan
alternatif unit IPAL yang akan direncanakan, studi literatur tentang unit pengolahan limbah yang akan
direncanakan, perhitungan Detail Engineering Design (DED), menggambar desain unit IPAL yang telah
direncanakan, dan perhitungan BOQ dan RAB.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Debit dan Karakteristik Air Limbah
Debit air limbah yang digunakan dalam perencanaan adalah debit rata-rata yang dikeluarkan dari 6
unit mesin proses. Kapasitas setiap mesinnya adalah sama yaitu 450 Liter dengan lama maksimum
pemakaian adalah 8 jam/hari. Proses produksi meliputi pembilasan awal, bleaching, pencucian,
pembilasan, dan pemberian pelembut. Debit maksimal yang dikeluarkan oleh satu unit alat proses
sebanyak 9450 L/hari. Debit rata-rata yang dihasilkan dalam satu hari :
Qave = Debit max × Jumlah alat proses × 80%
= 9450 L/hari × 6 unit × 80%

215
National Conference Proceeding on Waste Treatment Technology ISSN No. 2623 - 1727
Program Studi D4 Teknik Pengolahan Limbah – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

= 45360 L/hari
≈ 5,25 × 10-4 m3/detik

Karakteristik air limbah yang dihasilkan oleh PT SL Tekstil digunakan sebagai data primer untuk
menganalisis serta perencanaan alternatif IPAL. Baku Mutu yang digunakan pada uji laboratorium
menggunakan Pergub Jatim No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Industri Tekstil. Hasil uji
laboratorium yang didapatkan terdapat pada Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium


Parameter Hasil Effluent Baku Mutu Unit Keterangan
COD 945 150 mg/L Tidak sesuai
BOD 393,98 60 mg/L Tidak sesuai
TSS 135 50 mg/L Tidak sesuai
Krom total 4,43 1 mg/L Tidak sesuai
Amonia total <0,14 8 mg/L Sesuai
Sulfida 0,02 0,3 mg/L Sesuai
Minyak & lemak 1,58 3 mg/L Sesuai
pH 7,26 6-9 Sesuai

Dari hasil uji laboratorium di atas, dapat dilihat bahwa parameter yang belum memenuhi baku mutu
hanyalah BOD, COD, TSS dan Krom. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai acuan perencanaan
IPAL.
B. Perhitungan Detail Engineering Design
Perhitungan DED dilakukan dari unit bangunan pre-treatment hingga pengolahan utama. Perhitungan
bersumberkan dari berbagai literatur dengan mengacu pada SNI 6774:2008 mengenai Tata Cara
Perencanaan Unit Paket Pengolahan Air.
1) Bar Screen
Bar screen berfungsi sebagai pengolahan pertama dalam unit IPAL. Bar screen digunakan untuk
menangkap benda-benda yang lebih besar agar tidak ikut terbawa menuju pengolahan selanjutnya.

Tabel 2. Dimensi Bar Screen


Komponen Satuan
Bentuk screen Bulat
Lebar saluran 1 m
Tebal bar 10 mm
Jarak antar bar 50 mm
Jumlah batang 19 buah
Kemiringan 45

Berdasarkan perhitungan dimensi, Gambar 1. Bar screen (tanpa skala)


didapatkan desain bar screen seperti pada
Gambar 1.

2) Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi berfungsi sebagai penampung air limbah sebelum menuju unit pengolahan utama.
Air limbah dihomogenkan terlebih dahulu dalam bak ekualisasi baik karakteristik maupun debitnya
(Sari dan Yuniarto, 2016). Unit bak ekualisasi ini direncanakan tidak ada penurunan pencemar
sehingga tidak ada endapan pada bak ekualisasi. Sesuai dengan fungsi bak ekualisasi menurut Metcalf
dan Eddy (2014), bak ekualisasi merupakan unit yang tidak memiliki persentase removal.
Tabel 3. Dimensi Bak Ekualisasi Kedalaman 2 m
Komponen Satuan Freeboard 0,3 m
Rasio P:L 1:1 Berdasarkan perhitungan dimensi, didapatkan
Panjang 2 m desain bak ekualisasi seperti pada Gambar 2.
Lebar 2 m

216
National Conference Proceeding on Waste Treatment Technology ISSN No. 2623 - 1727
Program Studi D4 Teknik Pengolahan Limbah – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Gambar 2. Bak ekualisasi (tanpa skala)

3) Aerasi
Peletakan bak aerasi setelah bak ekualisasi dan bar screen disebabkan karena rasio BOD/COD
yang sesuai. Menurut Titiresmi (2011), pengolahan biologi sesuai pada karakteristik limbah cair yang
keruh dan rasio BOD/COD berkisar 0,3 – 0,5. Rasio BOD/COD pada karakteristik limbah PT SL
Tekstil adalah 0,424 sehingga sesuai untuk dilakukan pengolahan biologis. Pemilihan aerasi
dikarenakan faktor penyisihan yang tinggi terhadap pencemar logam berat (Putra, dkk., 2018). Alasan
lain adalah karena biaya operasional dari bak aerasi murah.

Tabel 4. Dimensi Bak Aerasi


Komponen Satuan
Rasio P:L 1 : 1 - 2,2 : 1
Panjang 6 m
Lebar 3 m
Kedalaman 2 m
Freeboard 0,3 m
F/M Rasio 0,27 /hari
Vol. udara per Kg BOD5 teremoval 16,23

4) Bak Sedimentasi
Fungsi dipasanganya bak sedimentasi ini adalah untuk mengendapkan flok dari mikrobiologis.
Bak sedimentasi direncanakan berbentuk Rectangular.
a) Dimensi Bak Sedimentasi
Volume = 112,4 m3 Vsc = 2,139 m/hari
Luas = 21,2 m 2 Vh < Vsc , maka tidak terjadi penggerusan
P:L =2:1 R = 1,467 m
Nre = 3,296 < 1000
Lebar =4 m
Nfr = 0,598 < 11
Panjang =8 m
c) Dimensi Ruang Lumpur
Td = 2,48 jam
b) Cek Bilangan Reynolds dan Bilangan Luas permukaan atas = 16 m2
Fraude Luas permukaan bawah =4 m2
Kedalaman =1 m
Vh =2 m/s

Berdasarkan perhitungan dimensi, didapatkan desain bak sedimentasi seperti pada Gambar 3.

217
National Conference Proceeding on Waste Treatment Technology ISSN No. 2623 - 1727
Program Studi D4 Teknik Pengolahan Limbah – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Gambar 3. Bak sedimentasi (tanpa skala)

5) Koagulasi dan Flokulasi


Bak koagulasi digunakan untuk meratakan koagulan yang dibubuhkan ke dalam limbah cair.
Koagulan yang akan digunakan adalah PAC (Poly Aluminum Chloride). PAC dipilih karena
keuggulannya dalam efisiensi pengolahan yang tinggi dengan konsentrasi yang rendah (Devega, dkk.,
2016). Penambahan koagulan diiringi dengan pengadukan cepat pada bak koagulasi dengan kecepatan
optimum 100 rpm (Afdal dan Fadhilah, 2020). Limbah cair kemudian dialirkan menuju bak flokulasi
untuk dilakukan pengadukan lambat. Pengadukan lambat bertujuan untuk membentuk flok yang lebih
besar dan mudah mengendap.
Dimensi Bak Koagulasi: Waktu re-supply = 14,167 jam
Volume = 0,158 m3
H rencana = 0,5 m Dimensi Bak Flokulasi:
A surface = 0,394 m2 Volume = 0,945 m3
Panjang : lebar =1:1 H rencana = 0,7 m
Lebar = 0,7 m A surface = 0,945 m2
Panjang = 0,7 m Panjang : lebar =1:1
Kedalaman + fb = 0,8 m Lebar =1 m
D. impeller = 0,452 m Panjang =1 m
Nre cek = 346787,4 > 1000 (OK) Kedalaman + fb = 1,2 m
Kebutuhan Koagulan : D. impeller = 0,062 m
Dosing koagulan = 19,7 ml/detik Nre cek = 0,394 < 10 to 20 (OK)
Kebutuhan Koagulan = 5,906 Liter

Berdasarkan perhitungan dimensi, didapatkan desain bak koagulasi dan bak flokulasi seperti pada
Gambar 4.

(b)
(a)

Gambar 4. Bak koagulasi (a) dan flokulasi (b) (Tanpa Skala)

6) Sludge Drying Bed


Unit sludge drying bed atau dikenal sebagai SDB merupakan unit pengolah yang dikhususkan
untuk pengolahan lumpur. Pemilihan unit SDB sebagai unit pengolahan lumpur adalah mudahnya
pengoperasian.
Desain SDB
Waktu pengeringan =2 hari Total tebak cake dalam bed
Massa lumpur = 6,485 kg/hari Ketinggian lumpur = 0,5 m
Lebar =8 m Ketinggian pasir = 0,2 m
Panjang = 27 m

218
National Conference Proceeding on Waste Treatment Technology ISSN No. 2623 - 1727
Program Studi D4 Teknik Pengolahan Limbah – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Ketinggian kerikil = 0,3 m Diameter pipa lumpur = 75 mm


Ketinggian total + fb = 1,5 m Diameter pipa drainage = 35 mm

Gambar 5. Sludge drying bed (tanpa skala)

Berdasarkan pemilihan alternatif tersebut dihitung konsentrasi effluent. Hasil perhitungan adalah
sebagai berikut,
Tabel 5. Konsentrasi Effluent Alternatif IPAL
Parameter Effluent Baku Mutu Satuan Keterangan
COD 46,90 150 mg/L Memenuhi
BOD 12,92 60 mg/L Memenuhi
TSS 2,36 50 mg/L Memenuhi
Krom 0,51 1 mg/L Memenuhi

C. Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) didasarkan pada Keputusan Walikota Pasuruan Nomor
188/243.031/2016 tentang Standar Harga Satuan Bahan Bangunan dan Upah Kerja. Didapatkan
rekapitulasi biaya sebesar Rp1.339.734.318,40.

4. KESIMPULAN
Pengolahan yang dipilih berupa pengolahan fisik kimia. Unit yang dipilih adalah bar screen, bak
ekualisasi, aerasi, sedimentasi, koagulasi dan flokulasi, dan SDB. Unit pengolahan tersebut efektif digunakan
sebagai pengolahan air limbah industri bleaching tekstil. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
menggunakan Keputusan Walikota Pasuruan Nomor 188/243.031/2016. Biaya investasi dari alternatif IPAL
tersebut adalah sebesar Rp1.339.734.318,40.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih oleh penulis disampaikan kepada Allah SWT, serta keluarga yang selalu
memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA
Afdal, R., dan Fadhilah., 2020. Optimasi Penggunaan Koagulan PC3000 dan Flokulan A100 untuk Proses
Pengolahan Air Limbah Tambang di WWTP01 PT. Mitrabara Adiperdana, Tbk. Jurnal Bina
Tambang, Vol. 5 No. 1.
Badan Pusat Statistik, 2019. Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Kode 2 Digit. Jawa Timur:
Badan Pusat Statistik Jawa Timur.
Devega, L., Darundiati, Y. H., Setiani, O., & Awang, H., 2016. Treatment of Biodiesel Wastewater by
Coagulation Flocculation Process Using Polyaluminium Chloride (PAC) and Polyelectrolyte
Anionic. Journal of Engineering and Applied Sciences, Vol. 11, 11855 - 11859.
Metcalf dan Eddy., 2014. Wastewater Engineering : Treatment and Resource Recovery, Fifth Edition. New
York: McGraw-Hill Education.
Putra, A. D., Hadisoebroto, R., & Astono, W., 2018. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum di
Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Kota
Berkelanjutan. Jakarta: Universitas Trisakti, 207-217
Sari, A. P., dan Yuniarto., 2016. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Agar-agar.
Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pembangunan Infrastruktur Indonesia, 174-182.
Titiresmi., 2011. Penurunan Bahan Organik Air Limbah Industri Permen dengan Menggunakan Reaktor
Packed Bed Berdasarkan Variasi Waktu Tinggal. Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 12 No. 3, 283-
290.

219

Anda mungkin juga menyukai