Abstract
Industri agar-agar merupakan salah satu industri pangan yang menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar terutama dari proses pencucian
bahan baku. Berdasarkan Pergub Jatim no. 72 tahun 2013 terdapat 6 parameter baku mutu air limbah yang harus dipenuhi sebelum membuang
limbah ke badan air, yaitu BOD, COD, TSS, pH, ammonia dan sisa klor. Pada study ini digunakan data primer yang berasal dari industri agar-
agar X yang berlokasi di Kabupaten Malang. Sampel diambil dengan menggunakan metode Integrated Sampling. Data acuan perencanaan
berasal dari outlet 1 dan 2 yang tidak memenuhi ambang baku mutu dengan nilai BOD 514,4 mg/l, COD 1710,59 mg/l, dan TSS 269,26 mg/l.
Sedangkan untuk parameter pencemar lainnya sudah memenuhi baku mutu. Unit IPAL yang direncanakan merupakan unit-unit pengolahan
fisik-kimia yang terdiri dari bar screen, bak ekualisasi, prasedimentasi, koagulasi-flokulasi, sedimentasi dan filter dengan media zeolite.
Perhitungan BOQ dan RAB menggunakan HSPK Kota Malang 2015 dan didapatkan angka sebesar Rp 141.665.444,00 untuk pembangunan
seluruh unit IPAL.
1. Pendahuluan
Sektor Industri merupakan sektor yang seringkali dijadikan acuan tolak ukur kemajuan suatu negara. Salah satu industri yang
sedang pesat perkembangannya adalah industri pengolahan rumput laut. Industri rumput laut merupakan suatu industri yang
memproses bahan baku rumput laut menjadi suatu makanan atau minuman, dan juga menghasilkan limbah yang disebabkan
pencucian rumput laut karena dicuci dengan menggunakan air dan bahan-bahan kimia seperti NaOH, H2O2, KOH, KCl. [1].
Berdasarkan UU RI No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup [2], maka setiap industri
maupun instansi/ badan usaha harus ber-tanggung jawab terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatannya.
Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan membangun suatu IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang efektif dengan
menyesuaikan pada karakteristik limbah dan beban pencemar. Oleh karena itu akan dilakukan perencanaan desain IPAL untuk
industri agar-agar yang sesuai dengan kriteria desain dengan tidak mengabaikan karakteristik limbah dan beban pencemar yang
terdapat pada air limbah. Perencanaan melingkupi observasi lapangan terkait karakteristik dan pola timbulan air limbah, hingga
perhitungan Detail Engineering Design (DED) serta Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari masing-
masing unit IPAL yang digunakan.
2. Metode Perencanaan
2.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam perencanaan. Terdapat 2 sumber data yang
digunakan yakni data primer dan data sekunder. Data-data yang diperlukan meliputi :
A. Data Primer
Pengukuran karakteristik limbah cair yang dilakukan dengan metode pengambilan sampel yakni metode Integrated
Sample di 3 outlet yang berbeda.
Perhitungan luas lahan dengan menggunakan roll meter.
B. Data Sekunder
Gambaran umum perusahaan yang didapat dari profil perusahaan
Debit harian pada jam normal dan jam puncak
Baku mutu air limbah untuk kegiatan/usaha pengolahan rumput laut yang didapat dari PerGub Jatim no. 72 Tahun
2013[3]
Harga Satuan Pokok Kerja (HSPK) Kota Malang tahun 2015[4]
2.2. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi perhitungan debit, penetapan baku mutu effluent air limbah yang disesuaikan dengan PerGub Jatim
No. 72 tahun 2013 [3], perhitungan dimensi unit IPAL, penggambaran DED (Detail Engineering Design) menggunakan software
AutoCAD, perhitungan BOQ (Bill of Quantity) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya) untuk unit IPAL.
3. Pembahasan
3.1 Gambaran Umum IPAL Eksisting
Kondisi eksisting IPAL di Industri X, Kab. Malang yang merupakan tempat pengambilan sampel hanya mengolah 2 outlet
saja yang mengalir menuju IPAL eksisting.Yakni outlet 2 dan 3. Outlet pertama bersumber dari proses pra-ekstraksi alkali dan
pencucian tahap 1 dan 2. Outlet yang kedua bersumber dari proses produksi lanjutan pencucian tahap lanjutan sedangkan outlet
ketiga bersumber dari proses pencucian lanjutan hingga pemasakan. Oleh karena itu akan dilakukan perencanaan ulang desain
IPAL yang sesuai untuk ketiga outlet.
3.2 Penentuan Kualitas Limbah Industri Agar-agar
Pada perencanaan kali ini penentuan kualitas air limbah dilakukan pada sampel yang berasal dari outlet 1, 2 dan 3. Pengujian
kualitas sampel dilakukan di laboratorium lingkungan Perum Jasa Tirta I Malang. Pada Tabel-tabel berikut merupakan data
karakteristik masing-masing outlet pada Industri Agar-agar X:
Dari hasil uji laboratorium di atas, dapat dilihat bahwa parameter yang belum memenuhi baku mutu hanyalah BOD, COD
dan TSS. Sedangkan untuk salinitas, tidak tercantum pada baku mutu yang digunakan menurut Pergub Jatim no. 72 tahun
2013[3]. Untuk hasil uji laboratorium pada outlet 3, seluruh parameter sudah memenuhi baku mutu.
Dengan berdasarkan pada hasil analisis itulah, untuk perencanaan IPAL kali ini akan merancang IPAL yang sesuai untuk air
limbah yang bersumber dari outlet 1 dan 2, sedangkan air limbah yang bersumber dari outlet 3 akan dipisahkan pengolahannya
menggunakan pengolahan air bersih untuk menurunkan kadar salinitasnya saja. Untuk unit pengolahan air bersih, tidak akan
dijelaskan karena dianggap tidak sesuai dengan ruang lingkup perencanaan.
3.3 Penentuan Debit Limbah Industri Agar-agar
Penentuan debit air limbah pada Tugas Akhir kali ini, dilakukan dengan pengambilan data sekunder. Data sekunder yang
digunakan merupakan hasil uji milik perusahaan X pada inlet 1 dan 2. Didapat debit puncak per hari sebesar 192m 3.
3.4 Perhitungan Detail Engineering Desain
Perhitungan yang dilakukan meliputi perhitungan unit bangunan pre-treatment yaitu bar screen, bak ekualisasi, dan
prasedimentasi, hingga unit bangunan pengolahan utama. Perhitungan bersumberkan dari berbagai literatur dengan mengacu
pada SNI 6774:2008 mengenai Tata Cara Perencanaan Unit Paket Pengolahan Air [1]. Pengolahan yang terpilih disusun menjadi
kompak seperti yang terlihat pada layout di bawah ini.
176
Untuk mengalirkan air dari bak ekualisasi menuju pengolahan selanjutnya digunakan pompa submersible dengan
perhitungan diameter pipa sebesar 50mm. Pompa yang digunakan adalah pompa submersible.
Dari percobaan jartest tersebut didapatkan dosis optimum penambahan PAC sebesar 150 mg/L sehingga mampu mereduksi
kadar kekeruhan paling tinggi.
Pembubuhan menggunakan dosing pump.Selanjutnya air limbah akan masuk ke dalam bangunan flokulasi. Pada bangunan
flokulasi akan terbentuk flok-flok yang lebih besar dan stabil. Perhitungan dimensi bangunan flokulasi akan dijelaskan sebagai
berikut:
Tipe flokulasi yang digunakan adalah flokulasi mekanis berbentuk paddle dengan 3 kompartemen. Luas total blade =
15% - 25%, diameter paddle = 50% lebar bak dan rotasi = 5 – 100 rpm.
Bak terdiri dari 3 kompartemen dengan G masing-masing: G1 = 50/det; G2 = 20/det; G3 = 10/det. Maka gradient rata-
ratanya adalah 26,67/det
Dimensi Flokulasi :
Pipa inlet flokulasi = pipa outlet koagulasi
Kompartemen 2
Volume bak = Q x td
G1 = 20/det
= 0,0022 m3/det x 1800 detik = 3,96 m3
V = 1,38 m3
Tinggi (H) = 1 meter + freeboard (0,5 m)
P = 0,45 watt
Luas bak (A) = V/H = 3,96 /1.5 = 2,64 m2
P:L =2:1
A =PxL
2,64 = 2L2
L = 1,2 m
Sehingga putaran:
P =3xL
P = 2,3 m
H = 1,5 m Kompartemen 3
L tiap kompartemen = 0,4 m G1 = 10/det
Diameter paddle = 0.12 m V = 1,38 m3
Lebar paddle = 0,06 cm P = 0,114 watt
Panjang paddle = 0,3 cm
Pada bak flokulasi terdiri dari 3 kompartemen, dengan
kecepatan 5 – 100 rpm dan Cd = 1,2
Kompartemen 1
G1 = 50/det Sehingga putaran
V = 1,38 m3
P = 2,8 watt
Sehingga putaran:
180
e. Unit Sedimentasi
Dimensi Bak Sedimentasi Vh = 0,001 m/s
Volume = 16 m3 R = 0,025
Luas = 8 m2 Dimensi Ruang Lumpur
Panjang : lebar =3:1 Luas permukaan (A1) = 8 m2
Lebar = 1,6 m Luas permukaan (A2) = 3.92 m2
Panjang = 4,8 m Volume sludge selama pengurasan = 1.4 m3
Cek Bilangan Reynolds & Bilangan Fraude Kedalaman (h) =1m
Vh = 0,0007 m/s Volume ruang lumpur = 5.4 m3
Vsc =0,0838 m/s Zona Inlet
Vh < Vsc , maka tidak terjadi penggerusan V inlet outlet = 0,9 m/s
Jari-jari hidrolis (R) = 0,58 n (kekasaran) = 0,015
Nre = 511 (< 2000) Jari-jari hidrolis = 2,1 m
Nfr = 0,8 x 10-7 Slope = 0,00008
Perforated Baffle Hf = 0,000024 m
D lubang = 0,1m Head kecepatan = 0,04895 m
Panjang baffle =2m Headloss total = 0,00002 m+ 0,04895 m
Tinggi baffle =2m = 0,04897 m
V asumsi = 0,3 m/s Zona Outlet
Luas tiap lubang = 0,008 m2 Jumlah gutter = 8 buah
Luas baffle terendam = 3 m2 Q tiap gutter = 0,0022 m3/s
Luas total lubang = 0,01 m2 Panjang gutter = 0,3 m
Jumlah lubang = 2 buah Lebar gutter = 0,5 m
Vertikal = 1, horizontal = 2 Tinggi gutter = 0,6 m
Jarak horizontal antar lubang = 0,48 m Tebal weir = 0,1 m
Jarak vertical antar lubang = 0,95 m
181
f. DED Filter
Bangunan filter ini dirancang menggunakan jenis filter Rapid Sand Filter single media. Media yang digunakan adalah batu
zeolit. Zeolit dipilih sebagai media dikarenakan kemampuan dari zeolite untuk mereduksi kadar salinitas pada air. Adapun
efisiensi removal zeolit sebesar 27,31% dalam menurunkan salinitas [5]. Perhitungan bangunan filter dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Dimensi Bak : Pe = 0.7
Jumlah bak = 2 bak Q bw = V bw x A bak
Q tiap bak = 0,0011 m3/s = 0.01 m3/s
Luas tiap bak = 0,6667 m2 volume bw = 4m3
L = 0,6 m
P = 1,2 m
H =3m
Perhitungan Dimensi Underdrain
Luas bukaan orifice (Ao) = 0.00013 m2
Jumlah lubang orifice tiap bak = 13 lubang
Luas bukaan lateral (A lat) = 0.003 m2
Luas total manifold (A man) = 0.01 m2
Diameter manifold (Dman) = 0.080 m
panjang manifold = 1.2 m
Jumlah pipa lateral = 10 buah
jumlah lateral tiap sisi = 5 buah
Panjang pipa lateral tiap sisi = 0.270 m
Diameter lateral (Dlat) = 0.0206 m
Jumlah orifice tiap lateral = 2 Lubang
% ekspansi = 140%
Le zeolit (Tinggi
Ekspansi) = 1.6
Le kerikil = 0.23
182
Daftar Pustaka
[1] B. Sedayu, W. B., J. T. N., Basmal, and B. S. B. Utomo, “Pemanfaatan Limbah Padat Pengolahan Rumput Laut
Gracilaria sp. untuk Pembuatan Papan Partikel.,” J. Pascapanen dan Bioteknol. Kelaut. dan Perikan., vol. 3, no. 1, pp. 1–
9, 2007.
[2] SNI 6774:200, “Tata Cara Perencanaan Unit Paket Pengolahan Air.”
[3] A. Masduqi and A. Abdu F., Operasi dan Proses Pengolahan Air. Surabaya: ITS Press, 2012.
[4] Anonymous, “Harga Satuan Pokok Kerja (HSPK) Kota Malang,” Malang, 2015.
[5] Darmawansa, “Desalinasi Air Payau dengan Media Adsorben Zeolit di Daerah Pesisir Pantai,” Pontianak, 2014.