Anda di halaman 1dari 25

BAB III

METODA STUDI

3.1. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA


Berdasarkan rencana kegiatan, sumber dampak dan hasil identifikasi dampak
potensial sebelumnya, maka akan dlakukan pengumpulan data primer dan juga
data sekunder komponen lingkungan hidup. Data primer meliputi hasil
pengukuran, pengamatan dan hasil analisa laboratorium, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi pemerintah atau sumber lainnya yang relevan.
3.1.1 Data Primer Komponen Lingkungan
Data primer komponen lingkunga hidup yang akan dikumpulkan untuk pekerjaan
penyusunan AMDAL adalah Fisika, Kimia, Biologi dan Sosial masyarakan, sesuai
dengan peluang dampak hipotetik lokasi contoh (sample).
1. Data primer komponen aspek lingkungan fisik, kimia dan biologi dikumpulkan
secara langsung pada wilayah studi melalui survei, pengukuran, pengamatan
atau pengambilan contoh (sample) kemudian dilanjutkan analisis pemeriksaan
laboratorium.
2. Data primer komponen Sosial masyarakat dikumpulkan memperhatikan
muatan Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-299/BAPEDAL/11/1996, tentang
Pedoman Teknis Kajian aspek Sosial dalam Analisis Mengenai Dampak
lingkungan (AMDAL).
A. Komponen Fisik-Kimia
1. Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Parameter dan Pengambilan Contoh (Sample)
 Sebagaimana rencana kegiatan, diantaranya mobilisasi material
sekaligus penggalian dan penimbunan, parameter pemeriksaan
kualitas udara meliputi kandungan debu total, konsentrasi gas SO2,
NO2, CO, hidrokarbon dan kebisingan di lingkungan hunian.
 Pekerjaan pengambilan contoh dan prosedur kerja dilaksanakan
melalui kerjasama dengan laboratorium yang terakreditasi.

51
b. Lokasi Contoh (Sample)
Lokasi contoh sebagaimana kompilasi pada tabel 3.2 ditetapkan
secara random sampling, dengan memperhatikan keberadaan
pemukiman dan aspek kegiatan mobilisasi material selama tahap
konstruksi.

Tabel 3.1 Prosedur Kerja Pengambilan Contoh (sample) Kulitas Udara dan
Kebisingan
PARAMETER WAKTU SPESIFIKASI BAKU MUTU
No.
PEMERIKSAAN PENGUKURAN METODA AMBANG BATAS
1. Kandungan Debu (TSP) 1,0 Jam Gravimetri 230,00 µg.Nm3
2. Gas Sulfur Dioksida (SO2) 1,0 Jam SNI 19-7119.7-2005 900,00 µg.Nm3
3. Gas Nitrogen Dioksida (NO2) 1,0 Jam Salizman 400,000 µg.Nm3
4. Gas Karbon Monoksida (CO) 1,0 Jam Spektrophotometri 30.000,00 µg.Nm3
5. Gas Hidro Karbon (HC) 1,0 Jam Spektrophotometri 160,00 µg.Nm3
6. Kebisingan 1,0 Jam Sound Level Metre 55,00 dB (A)
Sumber : Tugas Besar Kerangka Acuan

Tabel 3.2 Lokasi Contoh (sample) Kualitas Udara dan Kebisingan


LOKASI CONTOH KUALITAS UDARA
No. HUNIAN KETERANGAN
KELURAHAN KECAMATAN
1. Balai Gadang Koto Tangah Irigasi Eksisting dan peningkatan
2. Batang Kabung Koto Tangah Irigasi Eksisting dan peningkatan
3. Bungo Pasang Koto Tangah peningkatan
4. Padang Sarai Koto Tangah peningkatan
5. Parupuk Tabing Koto Tangah peningkatan
Sumber : Tugas Besar Kerangka Acuan

c. Alat dan Bahan


 Alat pengambilan contoh diantaranya High Volume Ash Sampler
(HVAS) untuk debu, pompa Impinger (contoh gas), permissible,
Sound Level Meter (alat ukur kebisingan).
 Bahan diantaranya kertas saring dan reagen (saltman,
pararosaniline dan NDIR).
d. Analisis Contoh (sample) dan Data
 Analisi debu total menggunakan metoda gravimetri, konsentrasi
gas SO2 sesuai SNI 19-7119.7-2005, gas NO2 metode Saltman, gas
CO metoda Spektrophotometri.
 Analisis data tingkat kebisingan dilakukan secara matematis.

52
e. Evaluasi Data
 Evaluasi data kandungan debu total serta konsentrasi gas (SO2,
NO2, dan CO) mengacu Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999,
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
 Evaluasi data tingkat kebisingan mengacu Baku Mutu Tingkat
Kebisingan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-
48/MENLH/11/1996).
2. Hidrologi
a. Parameter dan Pengambilan Contoh (Sample)
 Pemeriksaan kualitas beberapa parameter Fisika, Kimia dan
Mikrobiologi air permukaan terdapat pada tabel 3.3 dibawah ini.
 Debit pengaliran sesaat, kecepatan aliran dan luas penampang
aliran permukaan.
 Beban sedimen layang.
Pekerjaan pengambilan contoh (sample) dilakukan melalui kerjasama
dengan laboratorium yang terakreditasi. Untuk badan air atau aliran
mata air yang cukup panjang (panjang lebih dari 500m), pengambilan
sampel dilakukan pada 2 (dua) lokasi – hulu dan hilir.
Tabel 3.3 Kompilasi Parameter Pemeriksaan Kualitas Air Permukaan
PARAMETER KLASIFIKASI MUTU
No. SATUAN SPESIFIKASI METODA
PEMERIKSAAN AIR KELAS 2
A FISIKA
1. Suhu °C Normal SNI 06-6989(1) 23-2005
2. Zat Padat Terlarut mg/L 1.000 SNI 06-6989(1) 26-2005
3. Zat padat Tersuspensi mg/L 50 SNI 06-6989.3-2004
B KIMIA
1. pH - 6–9 SNI 06-6989.11-2004
2. DO mg/L >4 SNI 06-6989.14-2004
3. BOD5 mg/L 3 SNI 06-2503-1991
4. COD mg/L 25 SNI 06-6989.15-2004
5. Amoniak Bebas (NH3) mg/L - SNI 06-6989.30-2005
6. Nitrat sebagai N mg/L 10 SNI 19-6964.7-2004
7. Nitrit sebagai N mg/L 0,06 SNI 06-6989.9-2004
8. Deterjen sebagai MBAS mg/L 0,002 SNI 06-6989.51-2005
9. Tembaga (Cu) mg/L 0,02 SNI 06-6989.5-2004
10. Posfat (PO4-P) mg/L 0,20 SNI 06-6989.31-2005
11. Minyak dan Lemak mg/L 0,75 SNI 06-6989.10-2004
12. Fenol mg/L 0,002 SNI 06-6989.21-2004
13. Endrin µg/L 4,00 SNI 06-6990.1-2004

53
14. Chlordane µg/L - SNI 06-6990.1-2004
C MIKROBIOLOGI
1. Koliform Tinja MPN 1,000 Tabung Ganda
2. Total Koliform MPN 5,000 Tabung Ganda
Sumber : Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 5 Tahun 2008
Catatan : - = Tidak Dipersyaratkan.

b. Lokasi Pengambilan Contoh (sample)


Lokasi contoh (sample) ditetapkan secara random sampling di
lingkungan badan perairan setempat dengan memperhatikan segmen
rencana kegiatan Tahap konstruksi dan Tahap Pasca Konstruksi.
c. Alat dan Bahan
 Peralatan yang diperlukan meliputi termometer raksa/alkohol,
dirigen atau botol contoh, kertas pH, meteran, stopwatch,
peralatan titrasi dan lainnya sesuai dengan kebutuhan untuk
pekerjaan contoh (sampel) di lapangan.
 Bahan yang dibutuhkan diantaranya senyawa kimia berupa reagen
untuk pengawet contoh air, parameter BOD5, COD dan juga DO.
Semenjak di lapangan hingga dilakukan analisa laboratorium.
d. Analisis Contoh (sampel) dan Data
 Analisi contoh dilakukan melalui suatu kerjasama dengan
laboratorium terakreditasi. Prosedur mengacu Standar Nasional
Indonesia (SKSNI pemeriksaan air).
 Debit pengaliran sesaat suatu aliran permukaan diketahui melalui
formula berikut.
Q =VxA
Dimana :
Q = Debit Aliran sesaat (m3/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang sungai (m2)
 Besaran volume sedimen layang, berdasarkan nilai parameter zat
padat tersuspensi dan debit pengaliran sesaat, dapat diketahui
dengan menerapkan formula matematis sebagai berikut.
Qs = 0,0864 x C Q

54
Dimana :
Qs = debit sedimen (ton/hari)
C = Konsentrasi sedimen (mg/L)
Q = Debit aliran Sungai (m3/detik)
e. Evaluasi Data
 Evaluasi data kualitas air permukaan mengacu pada Klasifikasi
Mutu Air Kelas 2 sesuai muatan dari Peraturan Gubernur Sumater
Barat No 5 Tahun 2008, tentang Penetapan Kriteria Mutu Air
Sungai di Propinsi Sumatera Barat.
 Penafsiran kecenderungan perubahan dan fluktuasi besaran
sedimen layang dari kegiatan Tahap Konstruksi dilakukan
berdasarkan debit pengaliran dan kandungan parameter
3. Tanah dan lahan (KualitasTanah)
a. Parameter dan Pengambilan Cotoh (Sampel)
 Parameter pemeriksaan beberapa kualitas Fsiska Kimia tanah
mengacu pada muatan dari Peraturan Pemerintah No. 150 tahun
2000, tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi
Biomassa, kompilasi pada Tabel 3.4 berikut ni .
 Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random) di wilayah
rencana kegiatan.

Tabel 3.4 Kompilasi Parameter Pemeriksaan dari Kriteria Penilaian Fisika-Kimia


Tanah di Lahan Kering
NO. PARAMETER SATUAN AMBANG KRITIS
1. Ketebalan Solum Tanah cm < 20,00
2. pH (H2O) - < 4,50 - >8,50
Komposisi Fraksi (Koloid dan pasir <18,00 % Koloid > 80,00 % Pasir
3. %
Kuarsik) Kuarsik
4. Berat Isi g/cm3 > 1,40
5. Porositas Total % < 30,00 – 70,00
6. Permeabilitas (derajat Pelulusan Air) cm/jam < 0,70 dan > 8,00
Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Indonesia No. 150 Tahun 2000

55
b. Lokasi Contoh (sampel)
Lokasi contoh (sampel) ditetapkan secara random sampling
berdasarkan atas segmen rencana kegiatan pembangunan saluran
pembawa, saluran pembuang primer dan alur primer.
c. Alat dan Bahan
 Alat kerja yang digunakan meliputi ring contoh, cangkul atau
parang, meteran dan lain sebagainya sesuai kebutuhan.
 Bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan lapangan diantaranya
kantong plastik, alat tulis dan lain sebagainya.
d. Analisis Contoh (sampel) dan Data
Analisi contoh (sampel) tanah dilaksanakan melalui suatu kerjasama
dengan laboratorium tanah pada Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Prov Sumbar yang berada di Sukarami Kab.Solok.
e. Evaluasi Data
 Evaluasi data kualitas tanah mengacu muatan Peraturan
Pemerintah No. 150 tahun 2000, tentang Pengendalian Kerusakan
Tanah untuk Produksi Biomassa.
 Perhitungan laju erosi permukaan lahan dilakukan dengan
menerapkan formula Universal Soil Loss Equation (USLE) sebagai
berikut.
E = R x K x Ls x C x P
Dimana:
E = Besarnya Erosi
Ls = Faktor lereng
R = Indek Erosivitas Hujan
C = Faktor Penutupan Lahan
K = Erodibisitas Tanah
P = Konservasi
Hasil perhitungan laju erosi lahan dibandingkan dengan Kelas
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dari departemen Kehutanan (1985)

56
sebagaiman Tabel 3.5 dan baku kerusakan tanah di lahan kering,
penilaian pada tabel 3.6 berikutnya.

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Bahaya Erosi (depatemen kehutanan 1985)


KELAS BAHAYA EROSI (Ton/Ha/Tahun)
NO. SOLUM TANAH (CM) I II III IV V
< 15 15-40 60-180 180-480 > 480
1. Dalam (>90,00) SR R S B SB
2. Sedang (60,00 – 90,00) R S B SB SB
3. Dangkal (30,00 – 60,00) S B SB SB SB
4. Sangat Dangkal (<30,00) B SB SB SB SB
Ket : SR (sangat rendah), R (rendah), S (sedang), B (besar), SB (sangat besar)

Tabel 3.6 Kriteria Baku Kerusakan anah di Lahan Kering


AMBANG KRITIS EROSI
No. TEBAL TANAH (CM)
Ton/Ha/Tahun Mm/10Tahun
1. < 20,00 > 0,10 - <1,00 >0,20 -<1,30
2. 20,00 - < 50,00 1,0 - <3,0 1,3 - < 4,0
3. 50,00 - < 100,00 3,0 - < 7,0 4,0 - >9,0
4. 100,00 – 150,00 7,00 – 9,00 9,00 – 12,00
5. > 150,00 > 9,00 > 12,00
Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000

B. Komponen Biologi
1. Tumbuhan (Flora)
a. Parameter pengamatan dan pengambilan contoh (sampel)
Sesuai peluang dampak, parameter pengamatan adalah berbagai
jenis tumbuhan permudaan dan anakan disekitar lokasi rencana
kegiatan.
 Pengamatan dan pendataan secara kualitatif (taksiran
kelimpahan) dari jenis tumbuhan disekitar saluran pembawa,
saluran pembuang dan alur pembuang.
 Pengamatan komunitas tumbuhan pada kawasan hutan daerah
aliran sungai dengan menerapkan metoda Transek (jalur) transek
ditempatkan tegak lurus terhadap garis kontur. Pengamatan dan
pendataan berbagai jenis pohon, pemudaan dan juga anakan
dilakukan di dalam petak contoh (plot) berukuran 10 x 10m –
pohon dalam plot ukuran 10 x 10 m, permudaan ukuran plot 5 x5
m dan anakan berukuran 2x2m.

57
b. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan ditetapkan secara random sampling berdasarkan
segmen rencana kegiatan.
c. Alat dan Bahan
 Teropong, gunting tanaman atau cutter stick.
 Kantong contoh, alat tulis, bahan pengawet dan lain sebgainya.
d. Analisis Contoh (sampel) dan Data
Analisis contoh dan identifikasi berbagai jenis tumbuhan dilakukan
menggunakan beberapa literatur Botany sebagaimana dibawah ini
atau spesomen herbarium ANDALAS.
 Flora of java (backer, AC van den Brink. 1963)
 The Flora of The Malay Peninsula (Ridley, H, N 1922)
 Tree Flora of Malaya (whitmore, T.C, 1972)
1) Analisis Data Taksiran Kelimpahan
Analisi data dilakukan untuk mengungkapkan skala kehadiran
suatu jenis tumbuhan dengan beberapa kriteria sebagai
berikut.
 Kelimpahan jarang sekali, jika temuan jenis 0,00- 20,00 %.
 Kelimpahan kadang-kadang, jika temuan jenis 21,00- 40,00
%.
 Kelimpahan jarang , jika temuan jenis 41,00- 60,00 %.
 Kelimpahan sering, jika temuan jenis 61,00- 80,00 %.
 Kelimpahan rapat, jika temuan jenis 81,00-100,00 %.
2) Analisa Data Vegetasi
Untuk mengetahui penguasaan jenis tumbuhan pada suatu
komunitas hutan bagian dari kawasan hutan lindung pada
daerah Aliran Sungan Aia Dingin, maka analisis data dilakukan
secara kuantitatif. Parameter dan formula yang akan digunakan
sebagai berikut.

58
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑒𝑛𝑖𝑠
Kerapatan Relatif (KR) = x 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑒𝑛𝑖𝑠
Frekuensi Relatif (FR) = x 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑒𝑛𝑖𝑠
Dominansi Relatif (DR) = x 100%
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝑁𝑖 𝑁𝑖
Indek keanekaragaman (H)= -− ∑[{ 𝑁 } . log { 𝑁 }]
Sumber : Dombois & Mueller – Aims and Methods of Vegetation Ecology
(1974)

e. Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan mempertimbangkan nilai kelangkaan
atau perlindungan jenis flora (tumbuhan) sesuai peraturan dan
perundang-undangan berikut.
 Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990, tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
 Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1994, tentang
pengesahan United Nation Cenvention on Biologycal Diversity.
Evaluasi data mengemukakan kemantapan tegakan sesuai indeks
keanekaragan jenis mengacu skala yang ditetapkan Saminga (1990) –
kompilasi pada tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Kompilasi Kriteri Kemantapan Tegakan
No. SKALA KATEGORI INDEK KERAGAMAN JENIS KETERANGAN
1. 1 Sangat baik > 3,50 Sangat Mantap
2. 2 Baik 2,50 – 3,50 Mantap
3. 3 Sedang 1,60 – 2,40 Cukup Mantap
4. 4 Buruk 1,00 – 1,50 Kurang Mantap
5. 5 Sangat buruk < 1,00 Tidak Mantap
Sumber : Samingan, 1990

2. Fauna Darat (Satwa Liar)


a. Parameter Pengamatan dan Pengambilan Contoh (sampel)
 Parameter meliputi kehadiran dari jenis burung (aves), menyusui
(mamalia), reptilia dan amphibia disekitar lokasi rencana kegiatan.
 Pengamatan dan pendataan dilakukan secara kualitatif (taksiran
populasi suatu jenis).

59
b. Lokasi Contoh (sampel)
Lokasi contoh (sampel) ditetapkan secara random sampling sesuai
segmen rencana kegiatan.
c. Alat dan bahan
 Alat yang digunakan teropong, alat tulis, kantong plastik, kamera,
botol contoh.
 Bahan yang dibutuhkan meliputi bahan pengawet formalin 40%.
d. Analisis Contoh (Sampel) dan data
Identifikasi berbagai jenis fauna dilakukan menggunakan awetan
spesimen laboratorium jurusan Biologi Universitas Andalas serta
memperhatikan beberapa literatur dibawah ini.
 Conservation of Amphibians and Reptiles in Indonesia : Issues and
problems (iskandar.djoko.T nd Walker R, Erdelen, 2006)
 The wild mammals of malay – peninsular malaysia (lord, medway,
1978)
 Burung-burung di sumatera, jawa, bali dan kalimantan – termasuk
sabah, serawak dan brunei darusssalam (MacKinnon,J,,K.Philips
dan B.van Ballen , 1994)
 Paduan lapangan burung-burung Agroforest di Sumatera (Asep
Ayat, 2011)
 Beberapa jenis mamalia (LIPI, 1982)
Kemudian analisis data dilakukan dengan mngungkapkan
kelimpahan suatu jenis fauna darat rapat, sering, jarang, kadang-
kadang atau jarang sekali.
e. Evaluasi Data
 Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990, tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
 Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1994, tentang
Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai
Keanekaragaman Hayati.

60
 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 43 Tahun 1978,
tentang Pengesahan Convention on Interantional Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora.
3. Ikan
a. Parameter Pengamatan dan Pengambilan Contoh (Sampel)
 Parameter pengamatan adalah keberadaan berbagai jenis ikan
pada badan perairan.
 Pengumpulan data dilaksanakan secara kualitatif melalui
identifikasi dan inventarisasi termasuk informasi dari masyarakat
setempat.
b. Lokasi Contoh (sampel)
Lokasi contoh (sampel) ditetapkan secara random sampling di
lingkungan badan periran.
c. Alat dan Bahan
 Peralatan yang diperlukan diantaranya botol contoh, kantong
plastik, pinset, jaring atau jala dan sebagainya.
 Bahan yang dibutuhkan adalah bahan pengawet berupa formalin
40%.
d. Analisis Contoh (sampel) dan data
 Pekerjaan identifikasi berbagai jenis ikan dilakukan dengan
menggunakan awetan spesimen Laboratorium Jurusan Biologi
Universitas Andalas ataupun beberapa literatur sebagai berikut.
 Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I dan II (saanin H., 1984)
 Appendices I, II and III. Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora.
 Analisis data dilakukan dengan mengungkapkan kelimpahan suatu
jenis rapat, sering, jarang, kadang-kadang atau jarang sekali.
e. Evalusi Data
Evaluasi data berbagai jenis fauna aquatis (ikan) dilakukan dengan
mengacu beberapa peraturan dan perundang-undangan berikut.

61
 Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990, tentang
Konservasi Sumberdaya Aam Hayati dan Ekosistemnya.
 Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1994, tentang
Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai
Keanekaragaman Hayati.
 Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 7 tahun 1999,
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 43 Tahun 1978,
tentang Pengesahan Conventation on International Trade
Endangered Spesies of wild Fuana and Flora.
4. Plankton dan Benthos
a. Parameter dan Pengambilan Contoh (sampel)
 Pengambilan contoh plankton dilakukan menggunakan saringan
net plankton dengan ukuran mesh no. 25, kemudian diawetkan
dengan formalin 40%. Contoh atau sampel diambil sebanyak 2-3
kali sebagai ulangan.
 Karena substrat berbatu (keras) mengalir dan juga dangkal (<1,0
m), contoh benthos diambil menggunakan surber net (ukuran
30cmx30cm). Pengambilan contoh disetiap lokasi sebanyak 2-3
kali sebagai ulangan, kemudian diawetkan dengan formalin 40%
hingga menjadi 4% didalam larutn contoh.
b. Lokasi Contoh
Lokasi Contoh (sampel) ditetapkan secara random sampling di
lingkunga badan perairan setempat.
c. Alat dan Bahan
 Peralatan meliputi cekman dradge, surber net, ember, sikat atau
gundar, pinset, kertas label, mesh 250 µm, alat-alat tulis dan botol
koleksi.
 Bahan yang dibutuhkan adalah formalin 40% dan lugol.

62
d. Analisis contoh (sampel) dan Data
Identifikasi jenis Plankton, periphyton dan benthos menggunakan
spesimen laboratorium jurusan biologi UNAND atau kunci
determinasi berikut.
 Algae of the western great lake area (precott, G.W 1975)
 How to Know Algae (Prescot, GW 1978)
 Diatom From Alsea Bay Oregon USA (sawai, Y dan T Nagumo,
2003)
 Diatom of the Kiso (Fukushima.H, T, Kimura and T.Ko-bayashi,
1973)
 Fresh water Biology (edmondson WT, 1966)
 Fresh-water invertebrates of the united states (pennak, R, 1978)
Untuk mengungkapkan indek diversitas (keanekaragaman) jenis
plankton atau periphyton dan benthos diterapkan formula
Shannon-Winner berikut ini.
𝑁𝑖 𝑁𝑖
H = -− ∑ [{ 𝑁 } . log { 𝑁 }]

Dimana :
H = Indeks Diversitas
Ni = Nilai Penting suatu jenis
N = Nilai penting seluruh jenis
e. Evaluasi data
Analisis data (indek diversitas plankton, periphyton dan benthos)
mengacu Kriteria indeks Diversitas Lee (1986) sebagaimana Tabel 3.8.
Selain mengungkapkan kesuburan badan perairan, evaluasi data juga
mengemukakan indikator ekologis perairan.
Tabel 3.8 Kategori Kondisi Periaran menurut kriteria Indeks Diersitas Lee (1986)
No. INDEKS DIVERSITAS KATEGORI KONDISI PERAIRAN SKALA KUALITAS
1. < 1,00 Perairan tercemar berat Sangat jelek
2. 1,00 – 1,50 Perairan tercemar sedang ke arah berat Jelek
3. > 1, 50 – 2,00 Perairan tercemar sedang Sedang
4. > 2,00 – 2,50 Perairan tercemar ringan Baik
5. > 2,50 Perairan tidak tercemar Sangat baik
Sumber : C.D Lee, S. E. Wan dan C.L.Kuo, 1978

63
C. Komponen Sosial Masyarakat
1. Pendapatan dan Persepsi Masyarakat
a. Parameter dan Pengambilan Data
1) Parameter
 Pendapatan anggota masyarakat beberapa Rumah Tangga,
masyarakat petani diwilayah rencana kegiatan dan pola
penguasaan lahan.
 Persepsi, tanggapan, aspirasi, harapan atau kekhawatiran
anggota masyarakat.
2) Pengambilan Data
i. Tingkat Pendapatan Masyarakat
Parameter utama adalah data pendapatan dari Rumah Tangga
petani pada wilayah rencana kegiatan. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara berstruktur dan pemilihan
responden menerapkan metoda random sampling.
Materi atau muatan dari wawancara sehubungan dengan
tingkat pendapatan, diantaranya sebagai berikut.
 Jumlah pengeluaran per-bulan (rata-rata Rp) (c)
 Jumlah ditabung per-bulan (rata-rata Rp) (s)
ii. Persepsi Masyarakat
Data persepsi masyarakat setempat dikumpulkan dengan
menerapkan wawancara berstruktur (kuisioner) dan focus
group discussion (FGD).
(1) Wawancara Berstruktur
 Pengumpulan data melalui wawancara berstruktur atau
kuisioner ditujukan bagi masyarakat petani setempat
terkait dengan pengusahaan lahan pada lokasi rencana
saluran sekunder dan saluran pembuang.
 Pemilihan responden menerapkan metoda random
sampling. Oleh karena masyarakat setempat memiliki

64
budaya yang sama, dalam hal ini minangkabau dan mata
pencaharian yang dominan adalah petani, maka jumlah
responden ditetapkan 2,0 % dari jumlah Kepala Keluarga
(KK).
(2) Focus Group Discussion
 Pengumpulan data melaui diskusi berkelompok atau FGD
ditujukan untuk pendalaman persepsi, aspirasi atau
harapan dan kekhawatiran masyarakat terhadap rencana
kegiatan.
 Peserta diskusi berkelompok atau FGD ditetapkan
sebanyak 10 (sepuuh) orang masyarakat petani dari
setiap Nagari di wilayah rencan kegiatan.
b. Lokasi Pendataan
Lokasi pendataan (domisili responden) ditetapkan secara random
sampling diwilayah rencana kegiatan.
c. Alat dan Bahan
 Peralatan yang digunakan diantaranya alat tulis dan tape recorder
(alat perekam).
 Bahan meliputi kuisioner (materi wawancara berstruktur) dan
panduan materi FGD.
d. Analisis Data
1) Tingkat Pendapatan Masyarakat
Analisis data secara matematis, dalam hal ini untuk mengetahui
tingkat pendapatan Rumah Tangga digunakan formula berikut.
Y =c+s
Dimana :
Y = Jumlah pendapatan Rumah tangga per-bulan (rata-rata
Rp per-bulan)
c = Jumlah pengeluaran rumah tangga (rata-rata Rp. Per-
satuan waktu)

65
s = Jumlah ditabung Rumah Tangga (rata-rata Rp. Per-satuan
waktu)
2) Persepsi Masyarakat
Untuk mengetahui kuantifikasi atau nilai dari parameter yang
terkait dengan persepsi, aspirasi atau tanggapan, dilakukan
analisis menggunakan program SPSS.
e. Evaluasi Data
 Evaluasi tingkat pendapata Rumah Tangga penduduk dilakukan
secara deskriptif.
 Evaluasi persepsi, tanggapan ataupun aspirasi masyarakat
terhadap rencana kegiatan dilakukan secara deskriptif, kemudian
disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
2. Volume Lalu Lintas
a. Parameter dan Pengambilan Data
 Parameter meliputi jumlah kendaraan per-satuan waktu pada ruas
jalan lingkungan diwilayah rencana kegiatan.
 Pengumpulan data dilakasanakan melalui perhitungan jumlah
kendaraan, arah datang dan kembali selama 24 jam .
b. Lokasi Pendataan
Lokasi contoh (sampel) ditetapkan secara radom sampling
dilingkungan hunian sesuai segmen rencana kegiatan.
c. Alat dan Bahan
 Peralatan yang digunakan diantaranya hand counter dan
stopwach.
 Bahan yng dibutuhkan lembar kerja perhitungan (tally sheet) dan
alat tulis.
d. Analisis Data
Untuk mengetahui volume lalu lintas suatu ruas jalan eksisting,
dilakukan analisa secara matematis tehadap jenis kendaraan yang
terhitung.

66
e. Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui volume
lalu lintas kendaraan pada ruas jalan lingkungan eksisting.

3.1.2 Data Sekunder Komponen Lingkungan


A. Iklim (Curah Hujan)
Data sekunder curah hujan untuk 5 (lima) tahun diperoleh dari instansi
terkait pihak lain yang relevan di wilayah Kota Padang.
B. Fisiografi
Kebutuhan peta Topografi (skala 1 : 50.000) dan peta Geologi (skala 1 :
250.000) wilayah rencana kegiatan diperoleh dari Satuan Kerja Balai
Wilayah Sungai (BWS) Sumater V.
C. Hidrologi
Data hidrologi yang dibutuhkan bagi studi AMDAL, meliputi penggunaan
sungai dan pemanfaatan air permukaan oleh masyarakat, diperoleh dari
Kantor Camat sekitar.
D. Ruang Tanah dan Lahan
Data sekunder Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) diharapkan diperoleh
dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Padang.
E. Sosial Masyarakat
 Data sekunder sosial Ekonomi msyarakat diperoleh dari Kantor Lurah
dan Kantor Camat setempat.
 Data sosial Budaya masyarakat adat istiadat, religius dan sebagainya
diperoleh dari Kantor Lurah dan Kantor Camat, lembaga sosial
masyarakat dan sumber lain yang relevan.
F. Kesehatan Masyarakat
Kebutuhan beberapa data diharapkan dari Pos Kesehatan, Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS) Pembantu atau PUSKESMAS setempat. Data
dimaksud sebagai berikut.
 Kasus penyakit dominan

67
 Cakupan air bersih masyarakat
 Tenaga kesehatan
 Jamban masyarakat
 Sarana prasarana kesehatan
G. Sarana Prasarana Umum
Berbagai data sarana dan prasarana umum diharapkan diperoleh dari
Kantor Lurah setempat atau Monografi Kecamatan dalam angka tahun
2014.

3.1.3 Data Sekunder Komponen Rencana Kegiatan


Data Sekunder dari komponen rencana kegiatan diharapkan diperoleh dari
Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V ataupun hasil diskusi
dengan narasumber.

3.2 METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


3.2.1 Metode Formal (Matematis)
A. Perkiraan Dampak Penurunan Kualitas Air Permukaan
1. Kegiatan BaseCamp
Penurunan kualitas air permukaan akibat aktifitas yang akan
berlangsung pada lokasi basecamp atau workshop peralatan dan
kendaraan, ceceran minyak pelumas bekas ataupun kegiatan penggalian
dan penimbunan diketahui dari penerapan model prakiraan cepat
(WHO) 1982 dalam Soemarwoto (2005), sebagaimana formula berikut.
C = (Cdp – Ctp)
∑𝑛 𝑛
𝑗=1(𝑄1)𝑗 ∑𝑗=1(𝐶1)𝑗
C = 𝑄𝑛+ ∑𝑛
𝑗=1(𝑄1)𝑗

Dimana :
C = Kadar zat pencemar dalam sungai bagian hilir
Qo = Debit aliran sungai (m3/detik)
Co = Kadar zat pencemar dalam sugai bagian hulu (mg/L)
Q1 = Debit aliran (m3/cetik)

68
C1 = Kadar zat pencemar dalam limbah
j = Jenis sumber pencemaran (workshop peralatan dan kendaraan,
serta penggalian dan penimbunan)
dp = dengan rencana kegiatan
tp = Tanpa rencana kegitan
2. Kegiatan Penyiapan dan Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan akan meningkatkan air larian (run-off) serta
pelumpuran perairan. Faktor peubah (variabel) perkiraan dampak
adalah nilai C (konsentrasi zat padat tersusensi) yang diasumsikan
berbanding lurus atau linear dengan peningkatan laju erosi permukaan
lahan.
Formula yang digunakan sebagai berikut.
Qs = 0,0854 x C x Q
Dimana :
Qs = Debit Sedimen (ton/hari)
C = Konsentrasi Sedimen (mg/L)
Q = Debit Aliran Sungai (m3/detik)
Sementara itu, peningkatan laju erosi permukaan lahan akibat
pembersihan lahan didasarkan perubahan nilai C (faktor penutupan
lahan dari semak belukar menjadi areal atau lahan kosong tidak diolah).
Formula matematis yang akan digunakan berikut ini.
Edp – Etp = R x K x Ls x (CPdp – CPtp)
Dimana :
Edp = Laju erosi permukaan lahan dengan adanya kegiatan
Etp = Laju erosi permukaan lahan tanpa adanya kegiatan
CPdp = Nilai C dan P dengan adanya kegiatan
CPtp = Nilai C dan P tanda adanyakegiatan

69
B. Prakiraan Penurunan Kualitas Udara
Perkiraan dampak penurunan kualitas udara didasarkan atas rencana
kegiatan yang berpeluang menimbulkan dampak serta kecepatan angin
sesbagai media penyebar.
1. Emisi Gas dan Debu Transportasi
Besaran emisi gas dan debu peralatan dan kendaraan angkut dihitung
berdasarkan persentase dan sulfur dalam bahan bakar, load gas NO dan
load CO, jenis bahan bakr, jumlah peralatan, jumlah peralatan, jumlah
kendaraan angkut dan panjang ruas jalan yang ditempuh kendaraan.
Load Gas Buang NO2 = Q (NO2) = (Fn1 x N1 + fN3 x N3)NO2 x L
Load Gas Buang CO = Q (CO) = (Fn1 x N1 + fN3 x N3)CO x L
Dimana :
Q(NO2) = Load Gas NO2 akibat Transportasi (gram)
Q(CO) = Load Gas CO akibat Transportasi (gram)
fN1 = Koefisien Load Gas NO2 dan CO untuk Kendaraan Golong I
fN3 = Koefisien Load Gas NO2 dan CO untuk Kendaraan Golong III
N1, N3 = Jumlah kendaraan Golong I dan Kendaraan Golong III
L = Panjang jalan yang ditempuh (m)
Sementara itu, emisi SO2, dan debu yang dihasilkan akibat operasional
kendaraan, dapat pula dihitung dengan formula sebagai berikut.
SO2 = 2xaxpxV
Debu = bxpxV
Dimana :
a = persentase Sulfur dalam Bahan Bakar (%)
b = persentase partikulat dalam Bahan Bakar (%)
p = Berat jenis bahan bakar yan digunakan (gram/L)
V = Volume Bahan Bakar (Liter)
2. Dipersi Debu dan Gas Transportasi
Perkiraan sebaran dispersi emisi atau gas buang dari alat berat pada
media lingkungan dilakukan menggunakan model Gaussian untuk

70
sumber polutan berbentuk garis (line sound) dengan formula dibawah
ini.
2 𝑄/𝐿
C (x,y) = exp (-z2 . 2Õz2)
(2Õ¶)1/2 µÕ2

Dimana :
C(x,y) = Konsentrasi zat pencemar (gr/m3) pada posisi x,y
Q/L = Kekuatan sumber (gr/det) emisi persatuan panjang jalan
µ = Kecepatan angin rata-rata pada arah x (m/det)
ÕZ = Koefisien dispersi vertikal (m)
z = Posisi vertikal (m)
C. Perkiraan Peningkatan Kebisingan
1. Kebisingan Alat Berat
Intensitas kebisingan akibat operasional alat berat mencapai 73 – 95
dBA pada jarak 15,24 m (Canter, 1977). Perhitungan kebisingan pada
jarak tertentu, digunkan formula berikut.
LP2 = LP1 - 10.log (r2/r1)
Dimana :
LP2 = Tingkat bising pada jarak r2 dari tapak proyek atau sumber
bising (dBA)
LP1 = Tingkat bising sumber bising (73-95dBA) pada jarak R1 (15,24 m)
r1,r2 = Jarak dari sumber bising (m)
2. Kebisingan Kendaraan Angkut
Untuk mengetahui intensitas kebisingan yang ditimbulkan kendaraan
angkut material dilakukan dengan menerapkan rumus dari Rau dan
Wooten (1980) di bawah ini.
Leq = Loi + log (15/d) + 0,3 – 13
Dimana :
Loi = tingkat kebisinga kendaraan tipe 1 = 80dBA
Ni = Jumlah kendaraan (truk)yang lewa per-jam
Si = Kecepatan rata-rata truk
d = jarak sumber bising tehadap reseptor

71
D. Perkiraan Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja selama tahap kontruksi akan timbul seiring dengan
kegiatan mobilisasi tenaga kerja. Untuk menghitung besaran peluang
dampak digunakan formula matematis berikut.
𝑇𝐾
KS = x 100%
𝐴𝐾

Dimana :
KS = Kesempatan Kerja (%)
TK = Jumlah kebutuhan tenaga kerja
AK = jumlah angkatan kerja
E. Perkiraan Gangguan Lalu Lintas
Perkiraan gangguan lalu lintas pada ruas jalan eksisting, dapat diketahui
dari fluktuasi kecepatan perjalanan kendaraan menggunakan metode
kecepatan mengambang sebagai berikut.
V = L/t
Dimana :
V = Kecepatan perjalanan (Km/Jam)
L = Jarak (Km)
t = Waktu perjalana – waktu tempuh (detik)
F. Perkiraan Gangguan Habitat Biota Aquatis
Untuk mengetahui besaran gangguan habitat biota aquatis, plankton dan
benthos, dihitung secara linear atau berbanding lurus terhadap penurunan
kualitas air permukaan tanpa kegiatan (tp) dan dengan rencana kegiatan
(dp) sebagai berikut.
H = Hdp – Htp
Dimana :
H = Besaran penurunan indek Diversitas
Hdp = Indek Diversitas dengan adanya kegiatan
Htp = Indek Diversitas tanpa adanya kegiatan

72
G. Perkiraan Penurunan Nilai Pendapatan Masyarakat
Peluang penurunan nilai pendapatan masyarakat setelah pembebasan
lahan dihitung berdasarkan penurunan hasil pertanian sawah tadah hujan
dan kebun campuran dengan model berikut.
Pro = ∑𝑛𝑗=1 𝐿𝑗 𝑃𝑟𝑗
Ptp = ∑𝑛𝑗=1 𝐿𝑡𝑝𝑗 𝑃𝑟𝑡𝑝𝑗
Ptp = ∑𝑛𝑗=1(𝐿𝑡𝑝𝑗 − 𝐿𝑖𝑗) 𝑃𝑟𝑡𝑝𝑗
Pr = Prdp – Prtp
Dimana :
Pr = Besaran penurunan produksi hasil pertanian
Pro = Produksi hasil pertanian saat ini (Rp per Ha)
Prtp = Produksi hasil pertanian tanpa kegiatan (Rp per Ha)
Prdp = Produksi hasil pertanian dengan adanya kegiatan (Rp per Ha)
L = Luas lahan pertanian (Ha)
Li = Luas lahan pertanian yang dibebaskan (Ha)
j = Jenis tanaman dan harga per-satuan (Rp)

3.2.2 Metoda Internal


A. Analogi
Penerapan metoda analogi dilakukan berdasarkan atas anggapan bahwa
berbagai nasalah yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan yang sejenis
pada daerah lain dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau
perbandingan dalam perkiraan dampak diantaranya dapat dilakukan untuk
beberapa dampak berikut ini.
 Perubahan musim tanam
 Konflik pemakaian air
 Penggelontoran sampah rumah tangga
 Peningkatan populasi gulma

73
B. Proffesional Judgement (Kesepakatan Tenaga Ahli)
Metoda berupa kesepakatan tenaga ahli akan diterapkan jika data atau
informasi komponen lingkungan kurang memadai atau tidak tersedia
formulasi untuk mengetahui peluang perubahan lingkungan akibat
pelaksanaan suatu rencana kegiatan.
Penerapan metoda kesepakatan tenaga ahli bagi perkiraan dampak,
diantaranya dilakukan untuk perkiraan beberapa dampak berikut ini.
 Kerseahan masyarakat akibat pembebasan lahan
 Perubahan penguasaan lahan
 Gangguan aksesibilitas masyarakat menuju lahan pertanian sawah dan
atau kebun campuran
 Gangguan aktifitas pertanian sawah
 Timbulan sampah dari kegiatan basecamp
 Kerusakan ruas jalan akibat kegiatan mobilitas material
 Jaminan ketersediaan air

3.2.3 Penilaian Kepentingan Dampak


Rumus kepentingan suatu dampak didasarkan pada beberapa kriteria
sesuai Pasal 22 (2) dari Undang – Undang Republik Indonesia No.32 Tahun
2009, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kriteria
yang dimaksud sebagaimana uraian dibawah ini.
 Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
 Luas wilayah persebaran dampak
 Intensitas dan lama dampak berlangsung
 Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
 Sifat kumulatif dampak
 Berbalik atau tidak terbalik suatu dampak

74
3.3. METODA EVALUASI DAMPAK PENTING
3.3.1. Sasaran Evaluasi Dampak
sasaran evaluasi dampak penting akibat pelaksanaan suatu rencana
kegiatan terhadap komponen – komponen aspek lingkungan hidup,
diantaranya sebagai berikut.
 Merumuskan peluang besaran perubahan kualitas lingkungan hidup
akibat rencana kegiatan pada Tahap Pra-Kontruksi, Kontruksi dan Tahap
Pasca Kontruksi.
 Melakukan evaluasi sebab akibat untuk merumuskan mitigasi dampak
yang menjadi dasar bagi arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
 Memberikan penilaian kelayakan lingkungan hidup rencan kegiatan.

3.3.2. Metoda Evaluasi Dampak


Evaluasi dampak ditujukan untuk mengetahui perubahan kualitas
komponen lingkungan hidup secara kuantitatif dari setiap tahapan rencana
kegiatan. Metoda yang digunakan adalah leopold yang dimodifikasi.
Evaluasi dampak juga mengungkapkan telaah penting secara holistik.
Artinya, berbagai komponen lingkungan hidup yang menerima dampak
rencana kegiatan akan ditelaah sebagai suatu kesatuan yang saling terkait
dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemudian, dikemukakan pula
perimbangan dampak menguntungkan rencana kegiatan dengan dampak
bersifat merugikan.

75

Anda mungkin juga menyukai