Berdasarkan arahan pengelolaan lingkungan dari hasil Studi Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL) Pembangunan Bendungan Teritip, maka pemantauan terhadap pengelolaan
lingkungan pada Tahap Konstruksi terutama dampak dari kegiatan:
b. Sumber Dampak
Kebutuhan dan rekrutmen tenaga kerja konstruksi, dengan jumlah dan spesifikasi yang
diperlukan pada pembangunan konstruksi Bendungan Teritip.
Tabel 2.1. Metode Pengambilan dan Analisis Data Kualitas Udara dan Kebisingan
Kualitas Udara & Metode Baku Mutu
No. Unit
Kebisingan Ambien Pengukuran Analisis PP 41/1999
Sampling udara: NDIR/
1 Karbon Monoksida (CO) ug/Nm3 30.000
Hi vol- sampler Spektrofotometrik
Sampling udara: Saltzman/
2 Nitrogen Oksida (NOx) ug/Nm3 400
Gas Detector Spektrofotometrik
Sampling udara: Pararosanilin/
3 Sulfur Dioksida (SOx) ug/Nm3 900
Gas Detector Spektrofotometrik
Sampling udara: AAS/
4 Timbal (PbO) ug/Nm3 235
Hi vol- sampler Spektrofotometrik
Sampling udara: AAS/
5 Hidrokarbon (HC) ug/Nm3 160
Gas Detector Spektrofotometrik
Sampling udara:
6 Debu (TSP) ug/Nm3 Gravimetrik 230
Gas Detector
Baku Mutu: KepMen LH No. 48/1996
Pengukuran langsung Pencatatan & Permukiman
9 Bising - dBA
Soundlevel-meter tabulasi data : 55
Sumber: PP No. 41/1999 dan Kep Men KLH No. 48/1996.
b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pekerjaan pada tahap konstruksi, yang meliputi:
1) Pembangunan sarana prasarana konstruksi;
2) Kegiatan pembersihan, pematangan dan perataan tanah (land clearing dan land
grading);
3) Pekerjaan sipil konstruksi: saluran Pengelak, Bendungan, Pelimpah (Spillway),
Penutupan Saluran Pengelak, Intake, Konstruksi Jalan dan Jembatan.
c. Tolok Ukur/Indikator Dampak
1) Pemanfaatan Ruang dan Lahan
Garis sempadan sungai dan waduk sesuai Kepres No. 32 tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung Pasal 18: yaitu 50 – 100 m;
Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. 21 tahun 2001 tentang Revisi RUTR Kota
Balikpapan tahun 1999 – 2004.;
Bestek pekerjaan konstruksi dalam DED yang telah direkomendasikan.
Rancang-bangun bendungan berdasarkan SID dan DED
Sertifikasi keamanan bendungan.
2) Tutupan Vegetasi/Coverage
PP No. 7/1999: Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa: pelestarian jenis kantung
semar (Nepenthes mirabilis).
Pelestarian Jenis tanaman langka kerabat jenis durian lai (Durio kutejenis).
3) Hidrologi: Debit Limpasan terhadap Erosi dan Sedimentasi serta Kekeruhan Air
Sungai
Debit limpasan Kondisi Rona Awal: DAS Teritip dan Sungai di As Bendungan
Berdasarkan perhitungan debit banjir (aliran andalan) periode ulang 5-50 tahunan
(R5-50), maka fluktuasi debit banjir rona awal sub DAS Teritip bagian hulu adalah
11,70– 20,58 m3/detik atau rata-rata 16,14 m3/detik.
Hasil kajian Studi SID (2006) bahwa debit aliran dasar (aliran rendah) Sungai Teritip
pada musim kering yang terukur di lokasi rencana as bendungan Teritip adalah 100 –
850 ltr/detik atau 0,1 – 0,85 m3/detik. Pada saat debit rendah tidak dapat memenuhi
kebutuhan air.
Pola Aliran (Tata Air) DAS Teritip
Kondisi awal pola aliran DAS Teritip dendritik alami menjadi tidak alami.
Erosi rona awal (kelas sedang) 15-60 dan Sedimentasi < 13 ton/tahun.
Tingkat kekeruhan air S. Teritip mengacu kepada PP No. 82/2001 (BML < 30 NTU)
dan TSS (BML 400 mg/l).
Laju sedimentasi di sekitar inlet dan outlet drainase proyek pada S. Teritip.