Anda di halaman 1dari 10

TAHAP KONSTRUKSI RPL

Berdasarkan arahan pengelolaan lingkungan dari hasil Studi Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL) Pembangunan Bendungan Teritip, maka pemantauan terhadap pengelolaan
lingkungan pada Tahap Konstruksi terutama dampak dari kegiatan:

1. Rekrutmen Tenaga Kerja


a. Komponen/Aspek Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen sosekbud, terutama penerimaan tenaga kerja setempat yang dapat
mengurangi angka pengangguran dan peluang usaha terkait bagi warga sekitar.

b. Sumber Dampak
Kebutuhan dan rekrutmen tenaga kerja konstruksi, dengan jumlah dan spesifikasi yang
diperlukan pada pembangunan konstruksi Bendungan Teritip.

c. Tolok Ukur/Indikator Dampak


1) Jumlah dan persentase penyerapan tenaga kerja setempat (dari Kelurahan Teritip
dan Lamaru) sesuai spesifikasi keahlian;
2) Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku di Kota Balikpapan;
3) Persepsi yang timbul dari rekrutmen tenaga kerja yang dilakukan pemrakarsa melalui
kontraktor pelaksananya;
4) Tingkat penerimaan dan/atau potensi konflik berupa kecemburuan sosial terhadap
tenaga kerja pendatang;
5) Intensitas gangguan kamtibmas yang timbul, yang berkaitan dengan interaksi antara
masyarakat dengan tenaga kerja pendatang;
6) Pertumbuhan sektor usaha (formal dan/atau informal) terkait kegiatan kontruksi di
sekitar proyek.

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan


1) Mengetahui tingkat penyerapan angkatan kerja lokal di sekitar proyek;
2) Mengetahui tingkat persepsi masyarakat terhadap rekrutmen tenaga kerja;
3) Mengetahui tingkat peluang usaha yang timbul yang dapat dimanfaatkan masyarakat
sekitar;
4) Mengevaluasi efektifitas pengelolaan rekrutmen tenaga kerja yang dilakukan.

e. Metode/Cara Pemantauan Lingkungan


1) Wawancara langsung dengan tenaga kerja setempat;
2) Tabulasi data ketenaga-kerjaan dari pihak kontraktor pelaksana;
3) Wawancara dengan tokoh masyarakat formal dan informal.

f. Lokasi, Waktu dan Pelaksana Pemantauan:


1) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Tapak proyek dan sekitarnya (Kelurahan Teritip & Lamaru; lihat Lampiran RPL-2).
2) Periode Waktu Pemantauan Lingkungan
Dilakukan satu kali, dari tahap persiapan konstruksi hingga akhir konstruksi.
3) Pelaksana, Pembiayaan, Pengawas dan Penerima Laporan Pemantauan
Pelaksana & Pembiayaan : Satker Departemen PU, Ditjen Sumberdaya Air.
Instansi Pengawas : Disnaker dan Bapedalda Kota Balikpapan.
Penerima Laporan : Disnaker & Bapedalda Balikpapan dan PU Prov. Kaltim.

2. Mobilisasi Alat Berat, Bahan dan Material


a. Komponen/Aspek Lingkungan yang Terkena Dampak
1) Arus lalulintas kendaraan akibat mobilisasi alat berat, bahan dan material;
2) Kerusakan jalan pada rute mobilisasi alat berat, bahan dan material;
3) Perubahan kualitas udara ambien dan kebisingan (dari sumber bergerak);
4) Keluhan warga pengguna akses jalan pada rute mobilisasi.
b. Sumber Dampak
Kegiatan mobilisasi alat berat, bahan dan material konstruksi, melalui akses jalan utama
(Manggar-Gunung Tembak) dan jalan masuk yang melalui Kampung Jembatan Besi
adalah berbentuk simpangan 3-kaki (simpang tiga).
c. Tolok Ukur/Indikator Dampak
1) Kelancaran lalulintas di sekitar akses ke/dari lokasi kegiatan;
2) Kinerja lalulintas, rasio Q= C/V) adalah < 0,2 pada rona awal;
3) Jumlah mobilisasi maksimum 10 truk/hari;
4) Intensitas keluhan pengguna jalan dan persepsi masyarakat yang timbul;
5) Ada/tidaknya kerusakan ruas jalan dan/atau jembatan pada rute mobilisasi;
6) Tingkat kasus kecelakaan lalulintas pada ruas jalan ke/dari lokasi kegiatan;
7) Kualitas udara (PP No. 41/1999) dan kebisingan (KepMenLH No. 48/1996);
8) Penerapan SOP alat angkut dan prosedur K-3 bongkar-muat.
d. Tujuan Pemantauan Lingkungan
1) Mengetahui tingkat kelancaran lalulintas pada saat mobilisasi;
2) Mengetahui tingkat kerusakan jalan akses mobilisasi;
3) Mengetahui tingkat perubahan kualitas udara dan kebisingan pada akses utama
mobilisasi (pada permukiman penduduk);
4) Mengetahui ada/tidaknya keluhan masyarakat dan persepsi negatif yang timbul;
5) Mengetahui tingkat kenyamanan pengguna jalan pada akses utama mobilisasi;
6) Mengetahui tingkat pelaksanaan SOP alat angkut dan prosedur bongkar muat;
7) Mengevaluasi hasil pengelolaan yang dilakukan.
e. Metode/Cara Pemantauan Lingkungan
1) Tabulasi data penjadwalan dan jumlah rotasi harian mobilisasi dari kontraktor
pelaksana;
2) Kelengkapan dokumen kir/uji emisi alat berat yang digunakan;
3) Pengamatan langsung/visual terhadap tingkat kelancaran lalulintas pada akses
utama mobilisasi, batas kecepatan kendaraan, pengaturan sirkulasi bongkar muat
dan pengaturan lalulintas;
4) Wawancara langsung dengan masyarakat pada permukiman yang berbatasan langsung
dengan akses utama mobilisasi (Kelurahan Teritip dan Lamaru);
5) Sampling kualitas udara dengan Hi-vol sampler untuk analisis laboratorium dan
pengukuran kebisingan (langsung) dengan soundlevel-meter (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Metode Pengambilan dan Analisis Data Kualitas Udara dan Kebisingan
Kualitas Udara & Metode Baku Mutu
No. Unit
Kebisingan Ambien Pengukuran Analisis PP 41/1999
Sampling udara: NDIR/
1 Karbon Monoksida (CO) ug/Nm3 30.000
Hi vol- sampler Spektrofotometrik
Sampling udara: Saltzman/
2 Nitrogen Oksida (NOx) ug/Nm3 400
Gas Detector Spektrofotometrik
Sampling udara: Pararosanilin/
3 Sulfur Dioksida (SOx) ug/Nm3 900
Gas Detector Spektrofotometrik
Sampling udara: AAS/
4 Timbal (PbO) ug/Nm3 235
Hi vol- sampler Spektrofotometrik
Sampling udara: AAS/
5 Hidrokarbon (HC) ug/Nm3 160
Gas Detector Spektrofotometrik
Sampling udara:
6 Debu (TSP) ug/Nm3 Gravimetrik 230
Gas Detector
Baku Mutu: KepMen LH No. 48/1996
Pengukuran langsung Pencatatan & Permukiman
9 Bising - dBA
Soundlevel-meter tabulasi data : 55
Sumber: PP No. 41/1999 dan Kep Men KLH No. 48/1996.

f. Lokasi, Waktu dan Pelaksana Pemantauan:


1) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Jalan utama (Manggar-Gunung Tembak) dan jalan masuk yang melalui Kampung
Jembatan Besi adalah berbentuk simpangan 3-kaki/simpang tiga (lihat Lampiran RPL-
2).

2) Periode Waktu Pemantauan Lingkungan


Setiap penjadwalan mobilisasi, selama konstruksi berlangsung.
3) Pengelola, Pembiayaan, Pengawas dan Penerima Laporan Pemantauan
Pengelola & Pembiayaan : Satker Departemen PU, Ditjen Sumberdaya Air.
Instansi Pengawas : DLLAJ & Polsek Balikpapan Timur Kota Balikpapan.
Penerima Laporan : Dishub dan Bapedalda Kota Balikpapan.

3. Pekerjaan Sipil: Pembangunan Sarana dan Prasarana, Pematangan Lahan, Konstruksi:


Saluran Pengelak, Bendungan, Pelimpah (Spillway), Penutupan Saluran Pengelak,
Intake, Konstruksi Jalan dan Jembatan
a. Komponen/Aspek Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan pematangan dan perataan
lahan dan kegiatan konstruksi bendungan adalah:
1) Komponen Ruang dan lahan (dampak primer)
 Sebagai akibat Pembangunan Bendungan ini (mulai dari landclearing dan
pengurukan hingga pekerjaan konstruksi selesai, akan menyebabkan perubahan
ruang/lahan sebesar 100% pada areal genangan (94,6 ha).
 Perubahan ruang dan lahan ini akan merubah fungsi ruang/lahan sebagai
resapan, perubahan daerah pelimpasan air.
2) Komponen Biologi: Tutupan Vegetasi/Coverage (dampak primer)
Sebagai akibat pembersihan, pematangan dan perataan tanah di lokasi proyek, akan
menyebabkan perubahan tutupan vegetasi/coverage:
 Pada pembersihan vegetasi semak belukar dapat berdampak langsung pada
terkupasnya jenis tumbuhan unik dilindungi PP No. 7/1999, yaitu kantung semar
(Nepenthes mirabilis) pada asosiasi resam dan alang-alang. Dimana tumbuhan
ini merupakan “maskot” Kota Balikpapan;
 Pada pembersihan vegatasi kebun campuran dapat berdampak langsung pada
terkupasnya tanaman buah langka jenis durian lay (Durio kutejenis), yang
merupakan tanaman maskot provinsi Kalimantan Timur.
3) Komponen Geofisik-kimia (dampak turunan)
Perubahan coverage vegetasi akan menyebabkan dampak turunan pada komponen
geofisik-kimia:
 Penurunan kualitas iklim mikro (suhu dan kelembaban) karena perubahan
coverage vegetasi alami;
 Perubahan tata Air DAS Teritip, debit dan pola aliran hilir bendungan;
 Limpasan/run off memberikan dampak berupa erosi dan sedimentasi serta
penurunan kualitas (kekeruhan) serta perubahan diversitas biota air;
 Kualitas air sungai karena perubahan coverage vegetasi alami.
4) Komponen Sosekbud (dampak turunan)
 Persepsi masyarakat sekitar tapak proyek terhadap konstruksi bendungan,
berkaitan dengan isolasi ke/dari lahan garapan di sekitar bendungan;
 Persepsi masyarakat di bagian bawahan-nya (hilir) bendungan terhadap
konstruksi bendungan, berkaitan dengan perubahan debit dan kualitas S. Teritip
selama konstruksi;
5) Komponen Kesehatan Masyarakat
 Sanitasi lingkungan yang berkaitan dengan terbentuknya habitat vektor serta
perubahan pola penyakit;
 Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pekerja konstruksi.

b. Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pekerjaan pada tahap konstruksi, yang meliputi:
1) Pembangunan sarana prasarana konstruksi;
2) Kegiatan pembersihan, pematangan dan perataan tanah (land clearing dan land
grading);
3) Pekerjaan sipil konstruksi: saluran Pengelak, Bendungan, Pelimpah (Spillway),
Penutupan Saluran Pengelak, Intake, Konstruksi Jalan dan Jembatan.
c. Tolok Ukur/Indikator Dampak
1) Pemanfaatan Ruang dan Lahan
 Garis sempadan sungai dan waduk sesuai Kepres No. 32 tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung Pasal 18: yaitu 50 – 100 m;
 Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. 21 tahun 2001 tentang Revisi RUTR Kota
Balikpapan tahun 1999 – 2004.;
 Bestek pekerjaan konstruksi dalam DED yang telah direkomendasikan.
 Rancang-bangun bendungan berdasarkan SID dan DED
 Sertifikasi keamanan bendungan.
2) Tutupan Vegetasi/Coverage
 PP No. 7/1999: Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa: pelestarian jenis kantung
semar (Nepenthes mirabilis).
 Pelestarian Jenis tanaman langka kerabat jenis durian lai (Durio kutejenis).

3) Hidrologi: Debit Limpasan terhadap Erosi dan Sedimentasi serta Kekeruhan Air
Sungai
 Debit limpasan Kondisi Rona Awal: DAS Teritip dan Sungai di As Bendungan
Berdasarkan perhitungan debit banjir (aliran andalan) periode ulang 5-50 tahunan
(R5-50), maka fluktuasi debit banjir rona awal sub DAS Teritip bagian hulu adalah
11,70– 20,58 m3/detik atau rata-rata 16,14 m3/detik.
Hasil kajian Studi SID (2006) bahwa debit aliran dasar (aliran rendah) Sungai Teritip
pada musim kering yang terukur di lokasi rencana as bendungan Teritip adalah 100 –
850 ltr/detik atau 0,1 – 0,85 m3/detik. Pada saat debit rendah tidak dapat memenuhi
kebutuhan air.
 Pola Aliran (Tata Air) DAS Teritip
Kondisi awal pola aliran DAS Teritip dendritik alami menjadi tidak alami.
 Erosi rona awal (kelas sedang) 15-60 dan Sedimentasi < 13 ton/tahun.
 Tingkat kekeruhan air S. Teritip mengacu kepada PP No. 82/2001 (BML < 30 NTU)
dan TSS (BML 400 mg/l).
 Laju sedimentasi di sekitar inlet dan outlet drainase proyek pada S. Teritip.

4) Iklim Mikro, Kualitas Udara & Kebisingan


 Iklim mikro mengacu kepada kondisi rona awal (suhu: 32 - 33C dan kelembaban nisbi
%Rh: 80 – 86%)
 Kualitas udara mengacu baku mutu PP No. 41 tahun 1999 untuk parameter debu
(BML: 230 ug/Nm3).
 Kualitas kebisingan mengacu baku mutu KepMenLH. No. 48/1996 untuk wilayah
permukiman (55 dBA);
5) Persepsi Masyarkat
 Tingkat persepsi/tanggapan/keluhan masyarakat terhadap kegiatan mobilisasi dan
pekerjaan sipil konstruksi.
6) Kesehatan Masyarakat, K-3 & Persepsi Masyarkat
 Intensitas kejadian penyakit ISPA dan iritasi mata di sekitar lokasi kegiatan;
 Tingkat keselamatan kerja K-3 konstruksi dan SOP konstruksi yang diterapkan oleh
kontraktor.
d. Tujuan Pemantauan Lingkungan
1) Mengetahui optimalisasi pemanfaatan ruang, lahan sesuai dengan potensi daya
dukung lingkungan sesuai arahan dalam SID dan DED Bendungan Teritip;
2) Mengetahui pelestarian jenis tumbuhan dilindungi dan tanaman langka;
3) Mengetahui tingkat perubahan tutupan lahan dan debit limpasan, erosi dan
sedimentasi serta kualitas air S. Teritip (kekeruhan);
4) Mengetahui tingkat perubahan iklim mikro dan kualitas udara;
5) Mengetahui tingkat persepsi negatif/positif masyarakat;
6) Mengetahui tingkat resiko kecelakaan kerja selama konstruksi;
7) Mengevaluasi pengelolaan yang telah dilakukan.
e. Metode/Cara Pemantauan Lingkungan
1) Pemanfaatan ruang dan lahan:
 Membandingkan bestek pekerjaan konstruksi dengan ketentuan pemanfaatan ruang
dan lahan bendungan dalam DED yang disetujui.
2) Tutupan vegetasi/coverage :
 Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan penghijauan/revegetasi bufferzone
dengan lebar 100 m;
 Pengamatan langsung terhadap pemindahan jenis kantung semar (Nephentes
mirabilis) dan penanaman kembali bibit lai (Durio kutejensis), untuk dipergunakan
sebagai tanaman pengisi pada penataan lansekap.
3) Hidrologi: debit limpasan terhadap erosi dan sedimentasi serta kekeruhan air
sungai
 Pengamatan secara visual-kualitatif (pada saat hujan) kekeruhan air sungai;
 Pengukuran laju erosi dan sedimentasi pada S. Teritip pada hilir bendungan;
 Pengambilan sampel air dan analisis laboratorium terhadap parameter kunci
kekeruhan dan TSS dan membandingkan dengan baku mutu-nya.
4) Iklim mikro, kualitas udara dan kebisingan:
o Pengukuran lansung terhadap faktor iklim mikro (suhu; dengan termometer udara;
kelembaban dengan higrometer) di tapak proyek, kemudian membandingkan
dengan kondisi pada rona awal;
o Pengamatan langsung (visual-kualitatif) sebaran debu pada lokasi kegiatan;
o Sampling kualitas udara dengan Hi-vol dan gas sampler di dalam tapak proyek dan
permukiman terdekat (pada arah angin dominan), untuk analisis laboratorium
parameter kunci kualitas udara ambien (COx, SOx, NOx, PBO, HC dan debu).
Kemudian membandingkan dengan baku mutunya;
o Pengukuran tingkat kebisingan konstruksi di dalam dan sekitar kegiatan
(permukiman terdekat pada arah angin dominan) dengan soundlevel-meter.
Kemudian membandingkan dengan baku mutunya.
5) Persepsi masyarakat
o Wawancara langsung dengan penduduk yang berbatasan langsung dengan lokasi
kegiatan (pada arah angin dominan) terhadap intensitas gangguan kenyamanan dan
kesehatan yang berkaitan dengan kegiatan konstruksi bendungan.
6) Kesehatan Masyarakat dan K-3:
o Tabulasi data sekunder jenis penyakit ISPA dari Puskesmas terdekat;
o Pengamatan secara langsung/inspeksi terhadap pelaksanaan prosedur kerja
konstruksi berdasarkan acuan standard operational procedure (SOP) masing-masing
jenis kegiatan;
o Pengamatan secara langsung/inspeksi terhadap tingkat kedisiplinan kerja dalam
ketentuan K-3 (penggunaan perlengkapan K-3 seperti: helm safety, safety-shoes,
sarung tangan-kerja, ear-muff dan masker);
o Pengecekan jaminan asuransi Jamsostek para pekerja konstruksi dan tabulasi data
angka/tingkat kecelakaan kerja pada jam kerja selama konstruksi;
o Pemasangan rambu-rambu peringatan K-3 di areal tapak proyek.

f. Lokasi, Waktu dan Pelaksana Pemantauan:


1) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Di lokasi tapak proyek Pembangunan Bendungan Teritip (lihat Lampiran RPL-2).
2) Periode Waktu Pemantauan Lingkungan
Setiap sebulan sekali hingga selama kegiatan konstruksi.
3) Pelaksana, Pembiayaan, Pengawas dan Penerima Laporan Pemantauan
Pelaksana & Pembiayaan : Satker Departemen PU, Ditjen Sumberdaya Air.
Instansi Pengawas : Disnaker, Dishutbun dan Bapedalda Kota Balikpapan.
Penerima Laporan : Bapedalda Balikpapan dan PU Prov. Kaltim.

4. Pekerjaan Landscaping & Penghijauan Bufferzone


a. Komponen/Aspek Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan landscaping dan penghijauan
bufferzone adalah perubahan estetika ruang dan lahan serta coverage vegetasi sekitar
tapak bendungan.
b. Sumber Dampak
Kegiatan penataan lansekap (landscaping) sekitar bendungan dan intake serta
penghijauan bufferzone bendungan (lebar sempadan 100 m).
c. Tolok Ukur/Indikator Dampak
 PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
 Kepres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung: garis sempadan
sungai dan waduk: 50 – 100 m;
 Presentase coverage vegetasi dan lebar bufferzone dan estetika lansekap;
 Tingkat keberhasilan penghijauan (presentase kemampuan/kelulusan hidup vegetasi
yang digunakan dalam penghijauan  75%);
 Pemilihan dan keragaman jenis vegetasi penghijauan bufferzone dan landscaping;

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan


1) Mengetahui tingkat keberhasilan penghijauan/revegetasi bufferzone dan
landscaping;
2) Mengetahui dampak turunan penghijauan bufferzone dan landscaping terhadap:
peningkatan coverage vegetasi, fungsi resapan, pengendalian erosi-sedimentasi,
ameliorasi iklim mikro dan estetika/keasrian bendungan;
3) Mengevaluasi pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan.
e. Metode/Cara Pemantauan Lingkungan
o Tabulasi data dari pelaksanaan penghijauan dan data pelaksanaan koordinasi dengan
instansi terkait (Dishutbun) pada pemilihan jenis yang akan digunakan untuk
penghijauan bufferzone;
o Pengamatan langsung secara visual-kualitatif terhadap tingkat estetika/ keasrian
lansekap bendungan.
o Pengamatan langsung terhadap pemindahan jenis kantung semar (Nephentes
mirabilis) dan penanaman bibit Lay (Durio kutjeinensis) serta pemindahan hutan
rakyat/hasil reboisasi yang terendam (60% dari 10 ha), sebagai tanaman lansekap
mulai as bendungan hingga bufferzone.

f. Lokasi, Waktu dan Pelaksana Pemantauan:


1) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Ruang terbuka (taman) di sekitar area bendungan dan daerah bufferzone bendungan
(lihat Lampiran RPL-2).
2) Periode Waktu Pemantauan Lingkungan
Dari akhir konstruksi hingga tahap operasi, secara berkala setiap 3 bulan-an pada
penanaman tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
3) Pelaksana, Pembiayaan, Pengawas dan Penerima Laporan Pemantauan
Pelaksana & Pembiayaan : Satker Departemen PU, Ditjen Sumberdaya Air.
Instansi Pengawas : Dinas Kehutanan-Perkebunan & Pertanian Balikpapan.
Penerima Laporan : Bapedalda Kota Balikpapan.
5. Demobilisasi Alat Berat dan Tenaga Kerja Konstruksi
a. Komponen/Aspek Lingkungan yang Terkena Dampak
1) Arus lalulintas kendaraan pada demobilisasi alat berat, sisa bahan dan material;
2) Kerusakan jalan pada rute demobilisasi;
3) Perubahan kualitas udara ambien dan kebisingan (dari sumber bergerak);
4) Keluhan warga pengguna akses jalan pada rute demobilisasi;
5) Berakhirnya kontrak masa kerja tenaga kerja konstruksi.
b. Sumber Dampak
1) Kegiatan mobilisasi alat berat, bahan dan material konstruksi, melalui akses jalan
utama (Manggar-Gunung Tembak) dan jalan masuk yang melalui Kampung Jembatan
Besi adalah berbentuk simpangan 3-kaki (simpang tiga);
2) Demobilisasi tenaga kerja konstruksi.
c. Tolok Ukur/Indikator Dampak
1) Kelancaran lalulintas di sekitar akses ke/dari lokasi kegiatan;
2) Kinerja lalulintas, rasio Q= C/V) adalah < 0,2 pada rona awal;
3) Jumlah mobilisasi maksimum 10 truk/hari;
4) Intensitas keluhan pengguna jalan dan persepsi masyarakat yang timbul;
5) Ada/tidaknya kerusakan ruas jalan dan/atau jembatan pada rute mobilisasi;
6) Tingkat kasus kecelakaan lalulintas pada ruas jalan ke/dari lokasi kegiatan;
7) Kualitas udara (PP No. 41/1999) dan kebisingan (KepMenLH No. 48/1996);
8) Penerapan SOP alat angkut dan prosedur K-3 bongkar-muat;
9) Jumlah tenaga kerja setempat yang telah direkrut selama konstruksi.
d. Tujuan Pemantauan Lingkungan
1) Mengetahui tingkat kelancaran lalulintas pada saat demobilisasi;
2) Mengetahui tingkat kerusakan jalan akses demobilisasi;
3) Mengetahui tingkat perubahan kualitas udara dan kebisingan pada akses utama
demobilisasi (pada permukiman penduduk);
4) Mengetahui ada/tidaknya keluhan masyarakat dan persepsi negatif yang timbul;
5) Mengetahui tingkat kenyamanan pengguna jalan pada akses utama mobilisasi;
6) Mengetahui tingkat pelaksanaan SOP alat angkut dan prosedur bongkar muat;
7) Mengetahui peningkatan pengalaman kerja tenaga kerja konstruksi;
8) Mengevaluasi hasil pengelolaan yang dilakukan.
e. Metode/Cara Pemantauan Lingkungan
1) Tabulasi data penjadwalan dan jumlah rotasi harian demobilisasi dari kontraktor
pelaksana;
2) Kelengkapan dokumen kir/uji emisi alat berat yang digunakan;
3) Pengamatan langsung/visual terhadap tingkat kelancaran lalulintas pada akses
utama demobilisasi, batas kecepatan kendaraan, pengaturan sirkulasi bongkar muat
dan pengaturan lalulintas;
4) Wawancara langsung dengan masyarakat pada permukiman yang berbatasan langsung
dengan akses utama demobilisasi (Kelurahan Teritip dan Lamaru);
5) Wawancara langsung dengan tenaga kerja setempat yang direkrut selama konstruksi
terhadap pengalaman yang diperoleh selama konstruksi bendungan.
f. Lokasi, Waktu dan Pelaksana Pemantauan:
1) Lokasi Pemantauan Lingkungan
 Demobilisasi tenaga kerja konstruksi: lokasi tapak proyek bendungan pada kantor
administrasi proyek (lihat Lampiran RPL-2);
 Demobilisasi alat berat: pada akses jalan utama (Manggar-Gunung Tembak) dan jalan
masuk yang melalui Kampung Jembatan Besi adalah berbentuk simpangan 3-
kaki/simpang tiga (lihat Lampiran RPL-2);

2) Periode Waktu Pemantauan Lingkungan


Setiap penjadwalan demobilisasi alat berat, pada akhir konstruksi berlangsung.
3) Pelaksana, Pembiayaan, Pengawas dan Penerima Laporan Pemantauan
Pelaksana & Pembiayaan : Satker Departemen PU, Ditjen Sumberdaya Air.
Instansi Pengawas : DLLAJ & Polsek Balikpapan Timur Kota Balikpapan.
Penerima Laporan : Dishub dan Bapedalda Kota Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai