a. Iklim
Data iklim yang dikumpulkan antara lain: suhu (rata-rata bulanan, maksimum dan
minimum), kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin. Data yang
dikumpulkan dapat berupa sekunder, yang diperoleh dengan cara kompilasi data
dari Instansi teknis terkait, seperti Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) atau
Stasiun Klimatologi / Cuaca setempat yang tersedia.
Analisis data iklim dilakukan untuk mengetahui klasifikasi iklim di lokasi studi
berdasarkan klasifikasi Schmidt & Ferguson yaitu dengan rumus berikut :
Q = (Rata-rata kering / Rata-rata bulan basah) x 100%
Bulan kering yaitu bulan dengan curah hujan < 60 mm/ bulan, dan bulan basah
yaitu bulan dengan curah hujan > 100 mm/ bulan. Nilai Q akan ditentukan
berdasarkan persamaan Schmidt & Ferguson.
b. Kualitas Udara dan Kebisingan
Pengambilan kualitas udara yang meliputi kandungan partikel, gas, dan tingkat
kebisingan dilakukan pada 3 (tiga) titik berdasarkan arah angin, daerah terkena
dampak di lokasi pemukiman sekitar tapak proyek ( stratified purpose sampling),
serta penilaian ahli, yaitu:
Titik 1, Di tapak proyek, mewakili daerah sumber dampak;
Titik 2, Down Windkegiatan pembangunan Gedung Pusat Hiburan Rakyat
ObyekWisata Pantai Lasianamewakili daerah terkena dampak;
Titik 3, pada area pemukiman penduduk sekitar.
Teknik pengambilan contoh udara dilakukan dengan menggunakan alat HVAS
(High Volume Air Sampling). Cara kerja alat tersebut adalah mengalirkan udara
atmosfer melalui pipa plastik yang dilewatkan ke dalam tabung impinger yang
berisikan larutan kimia tertentu. Fungsi larutan kimia adalah untuk menangkap gas
yang akan dianalisis. Tabung impinger dihubungkan dengan air flow meter untuk
mengatur besarnya volume aliran udara yang akan dimasukkan ke tabung ambien
yang telah berisikan larutan gas penangkap. Waktu pengukuran pengambilan
Pengukuran debit aliran air sungai dilakukan dengan mengukur luas penampang
sungai dan kecepatan aliran yang terjadi. Luas penampang sungai dihitung dengan
cara membagi lebar sungai ke dalam beberapa segmen. Lebar tiap - tiap
direncanakan sepertiga dari lebar sungai dan setiap segmen dilakukan pengukuran
kedalaman. Untuk mengetahui kecepatan aliran air akan digunakan alat current
meter atau menggunakan metode pelampung. Jarak tempuh pelampung 10 m
disesuaikan dengan kondisi sungai. Pengukuran kecepatan diulang sebanyak 3 kali,
kemudian diambil nilai rata-rata.
Debit aliran dihitung dengan persamaan :
Q = v A,
dimana v adalah kecepatan dan A adalah penampang sungai yang terendam air.
Lokasi pengukuran debit sungai dilakukan pada Air Badan Air Rencana
Pembuangan yang dapat menggambarkan proses input-output yang masih berada
di dalam batas ekologi yang dikaji, yaitu:
Titik 1 (D-01), air badan air bagian hulu (up stream) Air Badan Air Rencana
Pembuangan, mewakili daerah kontrol;
Titik 2 (D-02), air badan air bagian hilir (down stream) Air Badan Air Rencana
Pembuangan, mewakili daerah terkena dampak.
Pengambilan sampel air badan air dilakukan pada 2 (dua) titik lokasi berdasarkan
arah aliran air permukaan, lokasi kemungkinan terkena dampak ( stratified purpose
sampling) serta penilaian ahli (Professional Judgement), yaitu:
Air badan air bagian hulu (up stream) Air Badan Air Rencana Pembuangan,
mewakili daerah sumber dampak. Air badan air bagian hilir (down stream) Air
Badan Air Rencana Pembuangan, mewakili daerah terkena dampak. Beberapa
parameter yang diukur antara lain: suhu, TDS (jumlah padatan terlarut), Pb, pH,
Mn, DO (oksigen terlarut), BOD, COD, Cu, Zn, Hg, Fe, As, Se, SO4, Ba, Fluorida dan
lain-lain.c.4. Kualitas Air Bersih Pengambilan sampel air bersih / air bawah tanah
dilakukan pada 2 (dua) titik lokasi berdasarkan arah aliran air bawah tanah yang
cenderung menuju ke Utara (laut), lokasi kemungkinan terkena dampak ( stratified
purpose sampling) serta penilaian ahli (Professional Judgement), yaitu :
Air bersih didalam area project; Air sumur penduduk disekitar project.
Data yang akan ditampilkan pada sub-bab ini adalah data tentang tata ruang dan
pemanfaatan lahan di wilayah studi yang seluruhnya merupakan data sekunder.
Data-data ini dikumpulkan dari berbagai sumber maupun pustaka, antara lain :
Rencana Umum atau Rencana Detail Tata Ruang Kupang , data tentang
pemanfaatan lahan diperoleh dari berbagai instansi, baik itu dari Badan Pertanahan
Nasional (BPN), Bappeda atau melalui instansi teknis terkait lainnya. Data-data
sekunder tersebut dapat dilengkapi dengan data primer yang diperoleh melalui
observasi lapangan maupun wawancara dengan pejabat instansional di wilayah
studi, baik itu aparat desa/kelurahan atau kecamatan setempat, tokoh masyarakat
maupun masyarakat setempat.
e. Transportasi
Aspek lalu lintas yang dikaji meliputi aksesibilitas/daya hubung jalan, kondisi dan
prasarana jalan, dan tingkat kepadatan menuju lokasi proyek.
e.1. Aksessibilitas
Data aksesibilitas ini meliputi: jarak ke pusat Kota Kupang, serta akses masuk
keluar lokasi kegiatan. Pengukuran dilakukan menggunakan odometer kendaraan
roda 4 maupun roda 2. Jalur yang diukur merupakan jalur yang umum dilewati
masyarakat bukan merupakan jalan pintas.
e.2. Tingkat Kepadatan Jalan
Pengamatan kondisi jalan meliputi pengamatan klas jalan, lebar jalan, lebar bahu
jalan, tingkat hambatan samping, kondisi jalan (dimensi aspal/tanah) dan tingkat
pelayanan jalan terutama dilihat dari v/c ratio dan tingkat keamanan.
a. Komunitas Flora
dengan penduduk untuk mengenal jenis tumbuhan yang memiliki manfaat khusus
serta mempunyai nilai ekonomis, tumbuhan yang endemik, langka dan dilindungi
oleh Undang-Undang;
Pengamatan petak contoh dilakukan guna mendapat gambaran yang mendekati
kebenaran tentang sifat-sifat populasi suatu vegetasi terhadap petak contoh yang
relatif sedikit dan dipandang dapat mewakili keadaan seluruh vegetasi yang
diamati. Pengamatan petak contoh memakai metode deskriptif sederhana.
b. Komunitas Fauna
Data plankton termasuk data primer. Data-data ini dikumpulkan secara langsung di
lapangan yaitu di badan air menyesuaikan dengan pengambilan sampel kualitas air
permukaan di sekitar tapak proyek. Pengambilan sampel plankton dilakukan
dengan penyaringan air menggunakan plankton net No. 25, kemudian air yang
tersaring dimasukkan botol sampel dan ditambahkan formalin konsentrasi 4% dan
CuSO4 jenuh sebagai bahan pengawet. Identifikasi plankton dilakukan di
Data plankton termasuk data primer. Data-data ini dikumpulkan secara langsung di
lapangan yaitu di badan air menyesuaikan dengan pengambilan sampel kualitas air
permukaan di sekitar tapak proyek. Pengambilan sampel makrobenthos dilakukan
dengan penyaringan lumpur di dasar perairan yang diambil dengan Eckman
Dredge/Grab. Diameter saringannya 0,5 mm. Untuk membedakan bahan organik
(benthos) dan bahan anorganik, material yang terkumpul ditambahkan larutan
rose bengal, di mana bahan organik akan ditunjukkan dengan warna merah.
Makrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur dan material anorganik lainnya,
kemudian dimasukkan dalam botol sampel, ditambahkan formalin 4% sebagai
pengawet. Identifikasi benthos dilakukan di laboratorium dengan acuan APHA
(1992) dan Edmunsond (1964).
Keanekaragaman jenis biota air dihitung dengan rumus Shannon-Wiener Diversity
Index (H’), yang disajikan sebagai berikut :
H' i 1pi x lnpi
n
ni
dimana : pi = N , ni = jumlah individu jenis ke - i , N = jumlah individu semua
jenis, Ln = Log natural (log dalam kalkulator).
3. Nekton
Data nekton diperoleh dari data sekunder yang diperoleh berdasarkan hasil
wawancara dengan penduduk di sekitar sungai serta data statistik potensi produk
perikanan di Kota Dumai. Data yang dapat dihimpun terutama adalah tingkat
a.1. Iklim
Guna mengetahui kondisi iklim tapak proyek dan daerah sekitarnya dilakukan
analisis menggunakan tipe iklim Schmidt dan Fergusson. Berdasarkan tipe iklim ini,
iklim di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan pada nilai Q, yaitu perbandingan
antara jumlah bulan kering (curah hujan <60 mm) dan jumlah bulan basah (curah
hujan >100 mm).
Parameter kualitas udara yang dianalisis meliputi fisik (suhu, kelembaban, arah dan
kecepatan angin), kimia (CO, SO2, Pb, HC, NOx, dan O3), dan kebauan (NH3 dan
H2S. Hasil pengujian disebandingkan dengan baku mutu sesuai Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara .
b. Hidrologi
Nilai debit aliran sungai yang direncanakan sebagai outlet pembuangan limbah cair
saat operasional ataupun yang berpotensi terjadi penurunan kualitas air saat
tahapan konstruksi maupun operasional akan ditentukan dengan menggunakan
rumus (Suyono sosrodarsono, Kensaku Takeda,1977) :
QV xA
(HI hn )
A d h 2 . . . Hn-1
2
Q : Debit aliran (m3/dt)
A : Luas penampang sungai (m2)
V : Kecepatan aliran sungai yang melalui penampang (m/dt)
h : Kedalaman (m)
Pengujian dan analisis sifat fisika-kimia air badan air dilakukan pada laboratorium
yang ditunjuk. Beberapa parameter yang diukur antara lain: suhu, TDS (jumlah
padatan terlarut), Pb, pH, DO (oksigen terlarut), BOD, COD, Cu, Zn, Hg, SO4,
Fluorida dan lain-lain. Hasil analisis laboratorium disebandingkan dengan Baku
Mutu Air sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
b.4. Kualitas Air Bersih
Pengujian dan analisis sifat fisika-kimia air bersih dilakukan pada laboratorium yang
ditunjuk. Hasil analisis laboratorium disebandingkan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/90 tentang Baku Mutu
Air Bersih .
Data ruang dan lahan yang diperoleh dari instansi terkait akan dianalisis dengan
metode deskriptif dan disebandingkan dengan Draft Rencana Tata Ruang Kota
Kupang . Sedangkan data pengamatan lapangan kualitatif terhadap tapak proyek
dan daerah sekitarnya akan dianalisis dengan metode deskriptif.
d. Transportasi
Perhitungan kepadatan lalu lintas dalam satuan mobil penumpang tiap jam
(smp/jam) dilakukan secara kuantitatif berdasarkan faktor jumlah kendaraan yang
lewat (n) dan besaran koreksinya. Perhitungan kapasitas jalan (C) dan derajat
kejenuhan (DS) dilakukan sesuai kondisi existing sesuai persamaan berikut
(MKJI,1997) :
C C o x FVw x FCsp x FCsf x FCcs
Sedangkan data lalu lintas laut / pelayaran didapatkan dari sumber pustaka atau
literatur maupun sejumlah publikasi dari laporan-laporan dan data yang relefan,
yang tersedia dari setiap Dinas maupun Instansi yang terkait.
a. Komunitas Flora
b. Komunitas Fauna
Apabila tersedia data time series, maka akan dilakukan analisis kecenderungan
(trend analysis). Adapun data kualitatif terutama komponen sosial budaya dianalisis
secara deskriptif. Hasil analisis bersifat kategoris kualitatif dan kuantitatif, bukan
merupakan analisis terpisah tetapi bersifat komplementer atau saling menjelaskan.
Perhitungan Pertumbuhan Penduduk:
P0 (1 r) t
Pt
Pt : jumlah penduduk pada tahun ke-t
P0 : jumlah penduduk awal
r : laju tahunan pertumbuhan penduduk
t : periode waktu
D : kepadatan penduduk
P : jumlah penduduk pada waktu acuan
r : laju tahunan pertumbuhan penduduk
t : periode waktu
L : Luas daerah
Perhitungan kesempatan kerja di wilayah setempat :
KT
KK 15- 54
x 100%
P
b. Kesehatan Masyarakat
Analisis data kesehatan masyarakat sebanding dengan analisis sosial ekonomi dan
sosial budaya yaitu dengan Teknik Analisis Frekuensi. Analisis didasarkan pada
jumlah masyarakat yang menderita pada tiap-tiap jenis penyakit yang ada (10
besar penyakit masyarakat). Hasil analisis bersifat kategori kualitatif dan
kuantitatif, bukan merupakan analisis terpisah tetapi bersifat komplementer atau
saling menjelaskan.
5.4.1. Organisasi
5.4.2. Personil
Ruang Kerja/Kantor
Peralatan
Jadwal Peralatan
Jadwal peralatan untuk pekerjaan akan disesuaikan dengan waktu pemakaian, dan
jadwal peralatan ini berkaitan dengan schedule pelaksanaan dan personil untuk
pelaksanaan seluruh kegiatan. Jadwal peralatan dan volume serta waktu
pemakaian tersaji pada Tabel Jadwal Penggunaan Peralatan (Terlampir).
Tabel Jadwal Penggunaan Peralatan
NO ACTIVITY TIME FRAME REMARK
BULAN
1 2 3
I KEGIATAN PRA STUDY
1 Kamera + Alat bantu
2 Kendaraan Operasional
3 Meteran Rol
II KEGIATAN STUDY DAN LAPORAN
1 Gps
2 Sound level meter
3 pH meter
4 Botol sampel
5 Thermometer
6 Counter
7 Pengujian tanah (fisik, kimia)
8 Pengujian kualitas air (fisik, kimia, biologi)
9 Peralatan Kantor