Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN


INDRAMAYU

Oleh:

Aditya Eka Ramdhani (171420003)


Andre Syahputra (171420009)
Nando Vanny Farsin (171420042)

Program Studi : Teknik Pengolahan Migas


Bidang Minat : Refinery

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM Akamigas)

Cepu, Februari 2021


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Indramayu. Praktik Kerja Lapangan ini merupakan kegiatan untuk mengenalkan
pada dunia kerja.
Dalam menyusun laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan
sumbangan baik berupa ide, materi pembahasan dan juga bantuan lainnya yang
tidak dapat dijelaskan satu persatu. Oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah ‫ﷻ‬.
2. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada Penulis.
3. Bapak Prof. Dr. R.Y Perry Burhan, Msc selaku Direktur PEM Akamigas
Cepu
4. Bapak Arif Nurrahman, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Pengolahan Minyak dan Gas.
5. Ibu Ir. Woro Rukmi Hatiningrum, M.Eng., Sc selaku Pembimbing Skripsi
yang dengan sabar mengarahkan.
6. Bapak Zami Furqon, M.T selaku Pembimbing Skripsi yang dengan sabar
mengarahkan.
7. Bapak D. Subyar Mujihandono, S.T., M.I.L selaku Pembimbing Praktik
Kerja Lapangan yang dengan sabar mengarahkan.
8. Bapak Ibu Dosen PEM Akamigas khususnya dari konsentrasi Refinery.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga terselesaikan Laporan
Praktik Kerja Lapangan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan di
masa yang akan datang.

Indramayu, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan .................................................... 5
I.3 Manfaat ......................................................................................... 5

II. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


II.1 Gambaran Perusahaan ................................................................... 6
II.1.1 Sejarah Perusahaan ........................................................... 6
II.1.2 Tugas dan Fungsi Perusahaan............................................ 7
II.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan......................................... 8
II.1.4 Sarana dan Fasilitas ........................................................... 8
II.2 Deskripsi Kegiatan ........................................................................ 8
II.3 Hasil Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan .................................. 10
II.3.1 Sumber Air Limbah .......................................................... 10
II.3.2 Instalasi Pengolahan Air Limbah ...................................... 11
II.3.3 Baku Mutu Air Limbah Domestik .................................... 19
II.3.4 Studi Kasus ....................................................................... 21
II.4 Keselarasan Teori dan Praktik ...................................................... 22
II.4.1 Tinjauan Teori ................................................................... 22
II.4.2 Pembahasan ....................................................................... 36
II.4.3 Analisis Tugas Akhir ........................................................ 40

III. PENUTUP
III.1 Simpulan ....................................................................................... 40
III.2 Saran ............................................................................................. 41
Daftar Pustaka

ii
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia industri saat ini menunjukan bahwa masalah mutu dan

lingkungan sudah menjadi target yang harus dicapai dalam menjalankan

kegiatannya. Negara Indonesia yang dikenal sebagai negara yang kaya akan

sumber daya alamnya dituntut oleh dunia internasional untuk membuka pasarnya

dan dapat bersaing baik dalam negeri (lokal) maupun mancanegara. Tuntutan

yang harus dicapai tersebut selain mengenai mutu produk juga masalah

lingkungan, diantaranya yaitu mengenai sisa hasil proses produksi yang

dihasilkan. Pihak industri harus melakukan berbagai upaya agar limbah yang

dibuang dapat seminimal mungkin dan limbah yang dilepas ke lingkungan harus

sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Limbah cair industri merupakan salah satu pencemaran air yang berdampak

pada masyarakat. Semakin besar proses produksi yang dilakukan industri, maka

semakin besar pula limbah cair yang dihasilkan. Limbah cair dalam jumlah yang

besar sangat berpotensi mengganggu fungsi lingkungan. Sehingga setiap industri

yang menghasilkan limbah cair memerlukan instalasi pengolahan air limbah agar

kualitas air limbah seperti kandungan biological oxygen demand (BOD), chemical

oxygen demand (COD), total suspended solid (TSS), dan kadar amonia (NH 3)

pada air limbah yang dibuang memenuhi baku mutu air limbah.

Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki

banyak industri – industri besar dengan berbagai bidang mulai dari Makanan dan

minuman, Tekstil, Otomotif, Minyak dan Gas Bumi hingga Petrokimia. Hal ini

1
menjadikan Pemerintah Kabupaten Indramayu harus memiliki badan kedinasan

yang dapat mengatur tata kelola limbah, khususnya limbah cair industri dan

limbah cair domestik. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menjadi suatu badan yang

bertanggung jawab dalam mengatur pengelolaan limbah cair dari seluruh industri

yang berada di Kabupaten Indramayu. DLH berperan sebagai kontrol terhadap

limbah cair yang dihasilkan dan cara penanganannya. Terdapat dua industri

pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas) yang tata

pengelolaan limbahnya diawasi langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Indramayu untuk memudahkan penyebutan, penulis menamakannya

dengan perusahaan A dan perusahaan B.

Limbah cair domestik yang dihasilkan dari kedua industri ini harus melalui

serangkaian proses pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Kedua

perusahaan tersebut diwajibkan melaporkan hasil uji limbah cair domestik yang

dihasilkan, ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu sebagai syarat

utama dari kelayakan pembuangan limbah ke lingkungan.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupatean Indramayu memiliki peran

langsung dalam pengawasan pengelolaan limbah cair domestik dari kedua

perusahaan tersebut, mulai dari hasil uji limbah cair domestik sebelum memasuki

proses dan sesudah proses, serta pemenuhan standar kelayakan Instalasi

Pengolahaan Air Limbah yang digunakan.

Sungai Cimanuk yang merupakan sungai terbesar di Kabupaten Indramayu

menjadi tolak ukur tingkat pencemaran limbah yang dihasilkan oleh industri –

industri yang ada di kabupaten Indramayu. Hasil uji kualitas air dari sungai

2
Cimanuk menjadi fokus dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu

dalam mengawasi pengolahan limbar cair dari industri – industri terkait. Berikut

merupakan tabel hasil uji air sungai Cimanuk yang dilakukan oleh DLH.

Tabel 1.1 Hasil Uji Air Sungai Cimanuk


Satuan Baku Mutu Metode Acuan Hasil Pengujian Skor
No Parameter Rata -
Unit Spesifikasi Maksimum Minimum
rata
FISIKA
SNI 06-6989.3-
1 TSS mg/L 400 5 4 2.2619 0
2004
KIMIA
SNI
2 BOD5 mg/L 6 11.5 2.58 7.0844 -16
6989.72:2009
SNI
3 COD mg/L 50 33.1303 8.3761 21.5923 0
6989.2:2009
APHA 4500 P-
4 Total Fosfat Sebagai P mg/L 1 0.8922 0.0136 0.2544 0
D-2012**
SNI
5 Nitrat (NO3-N) mg/L 20 2.0093 0.2736 0.8030 0
6989.79:2011
SNI 06-
6 Amonia (NH3-N) mg/L - 0.1932 0.0052 0.0775
6989.30-2005
SNI 06-6989.9-
7 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0.3832 0.0115 0.1263 -16
2004
SNI
8 Belerang sebagai H2S mg/L 0.002 0.016 0.0013 0.0033 -16
6989.70:2009
SNI
9 Minyak dan Lemak mg/L 1 0.94 0.94 0.9400 0
6989.10:2011
SNI 06-
10 Deterjen (MBAS) mg/L 0.2 0.8707 0.0181 0.2842 -16
6989.51-2005
SNI 06-
11 Fenol mg/L 0.001 0.0005 0.00018 0.0002 0
6989.21-2004
SK Gub KDH
12 Nitrogen Total mg/L - TK I Jabar No 6 2.2347 0.4605 0.8829
Thn 1999***
MICROBIOLOGI
Jml/100 -
13 E.Coli APHA 9221 F 48 20 32.0357
mL
Jumlah -64
Kelas C
Cemar
Ringan
Sumber: Laporan Akhir Dinas Lingkungan Hidup 2018

Beberapa parameter diatas yang tidak memenuhi baku mutu merupakan

limbah yang berasal dari kegiatan/aktivitas manusia. Nilai/kandungan Nitrit ada

dalam air sungai berasal dari limbah pertanian, perkebunan, industri kecil dan

limbah domestik. Perairan alami, mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L dan

sebaiknya tidak melebihi baku mutu yaitu 0,06 mg/L. Parameter kedua, yaitu

belerang yang berasal dari air limbah pertanian, perkebunan, industri kecil dan

limbah domestik. Biasanya adanya kandungan belerang dapat diketahui dari ciri

air yang mengeluarkan gas berbau busuk yang di sebabkan oleh gas sulfur yang

3
menguap dari air ke atmosfer pada pH rendah. Sisa-sisa bahan organik yang

membusuk biasanya menjadi faktor utama dari penyumbang gas belerang

terutama limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga. Parameter terakhir yang

melebihi baku mutu merupakan parameter deterjen. Parameter ini berasal dari

limbah pertanian, perkebunan, industri kecil dan limbah domestik terutama

kegiatan cuci yang hasil akhirnya merupakan cairan yang mengandung sabun.

Beberapa parameter yang kandungannya melewati atau tidak sesuai dengan

baku mutu yang ada membuat kualitas air sungai menjadi menurun. Kualitas air

yang menurun memiliki efek samping terhadap segala mahluk hidup bahkan jenis

usaha yang menggunakan air sebagai dasar keberlangsungan hidup atau proses

produksinya. Kualitas air yang menurun membuat air tersebut tidak layak untuk

digunakan untuk kegiatan normal manusia. Kandungan Belerang pada air yang

tidak sesuai dengan baku mutu juga memiliki efek samping terhadap makhluk

hidup. Gas hidrogen sulfida (H2S) dapat menimbulkan efek kesehatan yang

bervariasi tergantung dari durasi paparan.

Beberapa efek samping dan penyakit yang ditimbulkan akibat kualitas air

yang memburuk dapat dijadikan suatu acuan oleh pihak pemerintah dalam rencana

tata ruang wilayah di Kabupaten Indramayu terutama kecamatan yang berdampak

langsung terhadap kualitas buruk air sungai Cimanuk segmen 4 Kabupaten

Indramayu. Sehingga diperlukan pengkajian kualitas air sungai Cimanuk untuk

mempertahankan kelestarian lingkungan kabupaten Indramayu.

4
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktik ini adalah untuk menganalisa

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terdapat di dua industri pengolahan

dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas). Adapun tujuan kerja praktik

ini yaitu:

a. Mengetahui pengolahan limbah cair yang terdapat pada kedua industri

pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas) tersebut.

b. Mengetahui sumber air limbah produksi yang terdapat pada kedua industri

pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas) tersebut.

c. Mempelajari, mengamati dan menganalisa secara teori dan lapangan

pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan mengenai IPAL di kedua

industri pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas).

I.3 Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh dari kerja praktik ini, adalah sebagai berikut:

a. Menghasilkan suatu kajian yang bisa dijadikan sebagai referensi analisa

perbandingan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik dari kedua

industri pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas)

tersebut.

b. Dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada proses

pengolahan air limbah.

c. Dapat mendorong perkembangan teknologi pengolahan air limbah domestik


di kedua industri pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum
Gas) tersebut.

5
II. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

II.1 Gambaran Perusahaan

2.1.1 Sejarah Perusahaan

Kabupaten Indramayu secara resmi menjadi salah satu kabupaten di Jawa

Barat melalui sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II pada tanggal 24

Juni 1977. Indramayu memiliki luas daerah ±2.040 km2, kabupaten yang terletak

di pesisir utara Pulau Jawa ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa sebelah

utara dan timur, Kabupaten Cirebon, Majalengka dan Sumedang sebelah selatan

serta Kabupaten Subang disebelah barat.

Berdasarkan sensus pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten

Indramayu mencapai ±1.795.372 jiwa dengan kepadatan ±904 jiwa/km 2. Lokasi

Indramayu yang terletak di jalur utama pantai utara pulau Jawa membuat

Indramayu berpotensi menjadi salah satu kabupaten yang maju di Jawa Barat, hal

ini juga didukung dengan banyaknya industri dari berbagai bidang yang terdapat

di Indramayu.

Beberapa perusahaan besar dari berbagai bidang industri yang turut

mengembangkan kabupaten Indramayu diantaranya:

1. PT. Pertamina RU VI Balongan

2. PT. Polytama Propindo

3. PT. Jasa Kita Bersama

4. PT. USI Indramayu

5. PT. Nenggala Wira Pratama

6
Dengan adanya perusahaan-perusahaan tersebut kualitas lingkungan

menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan, sehingga diperlukan suatu

badan yang mengawasi tata kelola limbah dari industri-industri tersebut

khususnya limbah cair. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu

merupakan salah satu badan yang bertanggung jawab untuk memberikan

pelayanan publik bidang lingkungan hidup yang mengelola limbah khususnya

limbah cair.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Perusahaan

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Indramayu mempunyai tugas

pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Daerah di

bidang lingkungan hidup. Sedangkan untuk menyelenggarakan tugas tersebut,

DLH Kabupaten Indramayu mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang lingkungan hidup

d. Pelaksanaan administrasi Dinas di bidang lingkungan hidup

e. Pelaksanaan pengelolaan UPT

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan

fungsinya.

7
2.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugasnya dibantu

oleh 1 (satu) orang sekretaris, 4 (empat) Bidang, 3 (tiga) Sub Bidang dan 12 (dua

belas) Seksi. Ditambah 1 UPT. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini:

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

JABATAN
FUNGSIONAL

KEPALA SUB BAGIAN KEPALA BAGIAN SUB


KEPALA SUB BAGIAN
PERANCANAAN DAN UMUM DAN
KEUANGAN
EVALUASI KEPEGAWAIAN

KEPALA KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG


PENGELOLAAN PENGENDALIAN PENATAAN DAN
KEPALA BIDANG TATA
SAMPAH LIMBAH DAN PENCEMARAN DAN PENINGKATAN
LINGKUNGAN
BAHAN BERBAHAYA KERUSAKAN KUALITAS
BAGI LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN HIDUP

KEPALASEKSI PENGADUAN
KEPALA SEKSI PENGURANGAN KEPALASEKSI PEMANTAUAN
KEPALA SEKSI PERENCANAAN DAN PENYELESAIAN
SAMPAH LINGKUNGAN SENGKETA LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP

KEPALA SEKSI PENANGANAN KEPALA SEKSI PENCEMARAN KEPALA SEKSI PENGAKUAN


KEPALA SEKSI KAJIAN
SAMPAH LINGKUNGAN HUKUM LINGKUNGAN
DAMPAK LINGKUNGAN

KEPALA SEKSI PENINGKATAN


KEPALA SEKSI LIMBAH BAHAN KEPALA SEKSI KERUSAKAN KAPASITAS DAN KERJASAMA
KEPALA SEKSI KONVERSI
BERBAHAYA DAN RACUN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP

UPT

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Indramayu

2.1.4 Sarana dan Fasilitas Perusahaan

Bidang sarana dan fasilitas merupakan Unit Kerja Dinas Lingkungan Hidup

dalam pengadaan, penyimpanan dan penyaluran serta pemeliharaan sarana dan

fasilitas. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu menyediakan sarana dan

fasilitas umum, pengelolaan sampah serta instalasi pengolahan air limbah.

II.2 Deskripsi Kegiatan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dan berfokus pada tata pengelolaan limbah cair

8
dari industri – industri yang ada di Indramayu. Praktik kerja lapangan

dilaksanakan mulai dari 25 Januari s/d 25 April 2021, yang memiliki tujuan utama

yaitu menganalisa dan membandingkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

dari kedua industri pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum

Gas) tersebut.

Secara garis besar, praktik kerja lapangan dapat dikelompokkan menjadi 3

kegiatan utama yaitu:

1. Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung dilakukan dengan mengamati dan menganalisis secara

langsung pada lingkungan kerja untuk mendapatkan informasi yang

diinginkan.

2. Praktik Kerja

Pelaksanaan praktik kerja dilakukan pada lingkungan kerja Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Indramayu.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mendukung keperluan mengerjakan

laporan praktik kerja lapangan.

Untuk rincian kegiatan harian dari praktik kerja lapangan ini akan dimuat

dalam sub-bab selanjutnya.

9
II.3 Hasil Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

II.3.1Sumber Air Limbah

Air limbah domestik dari kedua industri pengolahan dan pendistribusian

LPG (Liquified Petroleum Gas) tersebut berasal dari limbah cair rumah tangga

dan komplek perkantoran yang berada di kedua kawasan industri tersebut.

Karakteristik kimiawi air limbah yang dihasilkan tergolong sebagai “Medium

Strenght Domestic Wastewater” serta baku mutu efluen yang tergolong moderat,

maka untuk mengolah limbah cair tersebut digunakan proses biologi

“Conventional Activated Sludge with Nitrification” dan proses fisika “Filtrasi”.

Proses tersebut memiliki efisiensi pengolahan yang cukup tinggi, proses yang

sederhana dan mudah untuk dioperasikan.

Hasil uji laboratorium dari kualitas air limbah yang dihasilkan dari dua
industri pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas) tersebut,
akan ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Hasil Uji Air Limbah Perusahaan A
Testing Sample Regulatory
No. Unit Methods
Parameter Result Limit
Physical Parameter
Total
APHA 2540D Ed 23-
1 Suspended 29.7 30 mg/L
2017
Solids (TSS)
Chemical Parameter
SNI 06-6989.11-
1 pH 7.80 6.0-9.0 -
2004
2 BOD 73 30 mg/L SNI 6989.72.2009
3 COD 242 100 mg/L SNI 06-6989.2-2009
Ammoniac SNI 06-6989.30-
4 <0.1 10 mg/L
(NH3) 2005
5 Oil & Grease <0.1 5 mg/L SNI 6989.10-2011
6 Debit - 100 L/Orang/hari Direct Reading
Microbiology Parameter

10
IKM.AA.7.2.36.MI
1 Total Coliform 35000 3000 MPN/100 ml
(Kuantitatif)
Sumber: Data Lapangan

Tabel 2.2 Hasil Uji Air Limbah Perusahaan B


Kadar
No. Parameter Hasil Satuan Metode
Maksimum
SNI 06-6989.11-
1 pH (Insitu) 7.8 6-9 -
2004
Zat Padat UP.IK.21.01.07
2 10 30 mg/L
Tersuspensi (TSS) (Spektrofotometri)
SNI 06-6989.30-
3 Amoniak (NH3-N) 0.3 10 mg/L
2005
SNI 06-6989.15-
4 COD 76 100 mg/L
2004
5 BOD5 <3 30 mg/L SNI 6989.72-2009
6 Minyak & Lemak <2 5 mg/L SNI 6989.10-2011
Jumlah/100 APHA Ed. 2rd
7 Total Koliform 2.700 3000
mL 9221.B-2017
1
8 Debit air 100 L/orang/hari Insitu
m3/bulan
Sumber: Data Lapangan

II.3.2Instalasi Pengolahan Air Limbah

1. Perusahaan A

Gambar 2.2 Instalasi Pengolahan Air Limbah Perusahaan A


Sumber : Data Lapangan

Spesifikasi Unit Proses Pengolahan (untuk 1 set Sewage Treatment Plant)

a. Aeration Tank Section

11
Fungsi : Sebagai reaktor biologis dalam menurunkan COD,

BOD, Amonia dan parameter pencemar lainnya

Type : Complete Mixed Activated Sludge Process

Volume : ±3,75 m2

Detention Time : ±18 jam (rata-rata)

Desain Cod influen : 600 mg/liter

Desain Cod influen : 50 mg/liter

Kebutuhan Udara : 0,15 m3/menit

Mi.Ss : 2.750 mg/liter

Beban Volumetrik : 0,95 kg BODs/m3.d

F/M ratio : 0,37 kg BODs applied/kg MLVSS.d

Material Tangki : Plate besi tebal 4 mm (Zinc Chromate Primer &

Paint Coating)

Material Tank : Plate besi tebal 3 mm dinding luar, plat besi tebal

mm sekat dalam dari Finishing Coated Epoxy

Epodure.

Jumlah : 1 unit

b. Secondary Clarifier

Fungsi : Mendapatkan lumpur yang dihasilkan dalam

proses

biologi

Type : Conventional Gravity Tube Settler settler with

12
pyramidal bottom.

Kapasitas : 500 liter/jam (max)

Area Pengendapan : ±1,44 m2

Volume Basah : ±1,4 m3

Waktu Tinggal : 2,8 jam (max)

Underflow Conc. : 10.000 mg/l

Material Tangki : Mild Steel tebal 4 mm (Zinc Chromate Primer &

Paint Coating)

Asesoris : Internal Piping, Centerwell, Gutter, Effluent Weir.

Jumlah : 1 unit

c. Clear Well Tank

Fungsi : Penampungan efluen secondary clarifier sebelum

dipompa menuju carbon filter

Type : Cilindrical Plastik Tank

Merk : Penguin

Model : TB 50

Volume Basah : ±0,5 m3

Waktu Tinggal : ±45 menit

Material : Plastic

Asesoris : Tank Cover

Jumlah : 1 unit

d. Carbon Filter

Fungsi : Menyaring sisa padatan tersuspensi dan

13
mempertinggi kejernihan air hasil olahan

Type : Pressure Carbon Filter

Merk :Visco/nanotec

Kapasitas : 1,5 m3/jam (maksimum)

Material : Fiber Reinforced Plastic (FRP)

Dimensi : 10 Dia x 72 H

Media : Carbon Aktif

Jumlah : 1 unit

e. Chemical Tank

Fungsi : Menampung bahan kimia Caustic & Hypo

Chloried

(adjusment pH)

Hypochloride untuk Disinfeksi Effluent Air

Limbah

Type : Cilindrical Plastic Tank

Merk : Profil Tank

Model : TC 15

Kapasitas : 150 liter

Jumlah : 2 unit

Spesifikasi Peralatan dan Instalasi (untuk 1 set Sewage Treatment Plant)

a. Intake Pump

Fungsi : Memompa air dari equalizing tank menuju

Aeration

14
tank

Merk : APP Kenji/Arwana (atau setara)

Type : Submersible Pump

Model : JDS 05

Kapasitas : 100 L/min (max)

Head : 8 m (max)

Power : 0,37 KW, 1 phase, 220 V, 50 Hz

Asesoris : Piping, valve, level controller.

Jumlah : 1 unit

b. RAS Pump

Fungsi : Memompa air dari dasar secondary clarifier

menuju

aeration tank

Merk : Nasional/Shinoll (atau setara)

Type : Submersible Pump

Model : WSD 8-7, 0,18C

Kapasitas : 135 L/min (max)

Head : 9 m (max)

Power : 180 watt, 1 phase, 220 V, 50 Hz

Asesoris : Piping, valve, level controller

c. Airlift Scum Pump

Fungsi : Memompa lumpur aktif dari permukaan secondary

clarifier menuju aeration tank

15
Merk : Fabrikasi lokal

Type : Airlift Pump

Size : 2̎

Material : PVC

Kapasitas : ±20 L/min (max)

Head : 1 (max)

Jumlah : 1 unit

d. Filter Pump

Fungsi : Memompa air dari clear well tank menuju Carbon

Filter

Merk : Mosweel/Honora

Type : Semi Jet Pump

Mode Operasi : Manual-Automatic (by level controller)

Model : JET-100

Kapasitas : ±1,5 m3/jam

Pada Total Head : 34 m

RPM : 2.900 rpm

Power : 320 watt, 1 phase, 220 V, 50 Hz

Asesoris : Check valve, gate valve, header

Jumlah : 1 unit

e. Filter Pump

Fungsi : Memompa air dari clear well tank menuju Carbon

Filter

16
Merk : Mosweel/Honora

Type : Semi Jet Pump

Mode Operasi : Manual-Automatic (by level controller)

Model : JET-100

Kapasitas : ±1,5 m3/jam

Pada Total Head : 34 m

RPM : 2.900 rpm

Power : 320 watt, 1 phase, 220 V, 50 Hz

Asesoris : Check valve, gate valve, header

Jumlah : 1 unit

f. Jet Aerator

Fungsi : Penyedia udara utama bagi biological aeration tank

Merk : APP (atau setara)

Type : JA-10

Kapasitas : ±0,3 m3/min (max)

Total Head : 1.000 mm aq.

RPM : 1.200 rpm

Power : 1 HP/ 380 V/ 3 phase

Jumlah : 2 unit

g. pH Controller (pHC)

Fungsi : Pengendalian dosis caustic serta monitoring pH

pada Aeration Tank

Merk : Lutron (atau setara)

17
Range pH : 0 – 14 pH

Resolusi : ±0,01 pH

Display : LCD

Mounting : Panel Mounting

Power : 220 V, 1 phase

Jumlah : 1 unit

h. Chemical Dosing Pump

Fungsi : Memompa bahan kimia caustic menuju Aeration

Tank dan chlorin cair untuk disinfeksi effluent air

limbah pada clearwell

Merk : Rotor/ALIPU (atau setara)

Type : Mecanical Actuated Diaphragm Pump

Kapasitas : 10 liter/jam (maks)

Total Head : 3,5 bar

Power : 0,1 KW, 1 phase, 220 V, 50 Hz

Asesoris : Ball check valve & strainer

Jumlah : 2 unit

i. Aerator Airlift Pump

Fungsi : Penyedia udara airlift scum pump

Merk : YAMANO (atau setara)

Type : LP-60

Kapasitas : ±0,04 m3/min (max) per unit

±0,24 m3/min (max) total 6 unit

18
Total Head : 800 mm aq.

Power : 100 watt, 220 V, 1 phase

Jumlah : 1 unit

j. Chlorinator

Fungsi : Mereaksikan cairan chlorin sebagai disinfektan

supaya kontak dengan air limbah effluent

Type : CSTR

Asesoris : Chemical dosing pump & chemical tank

Jumlah : 1 set

k. Flow Meter

Fungsi : Mengukur debit flow air limbah

Merk : Amico/setara

Type : Horizontal (Analog)

Size : 25 mm (1̎)

Nom. Flow : 3,5 m3/h

Min-Max Reading : 0,1 – 999999,99

Working Pressure : 10 bar

Dimensi : (225 x 104) mm

Jumlah : 1 unit

2. Perusahaan B

Air limbah domestik yang diolah berasal dari komplek perumahan dan

perkantoran, berikut merupakan blok diagram pengolahan limbah cair dari

perusahaan B:

19
Unit Pengolahan Air Limbah
Air Limbah
Domestik (Bata, Arang, Ijuk, Outlet
Domestik
Bak Kontrol)

Gambar 2.3 Diagram Alir Pengolahan Limbah Cair Domestik Perusahaan B


Sumber: Data Lapangan

Gambar 2.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah Perusahaan B


Sumber : Data Lapangan

Hasil pengujian air limbah domestik meliputi beberapa parameter seperti

pH, BOD, COD, Zat Padat Tersuspensi (TSS), Minyak dan lemak, Amoniak dan

20
Total koliform. Parameter – parameter tersebut harus memenuhi baku mutu

lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Republik Indonesia Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku

Mutu Air Limbah Domestik.

II.3.3Baku Mutu Air Limbah Domestik

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik

Indonesia Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air

Limbah Domestik dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi. Air limbah yang akan dibuang ke

lingkungan harus memenuhi beberapa parameter seperti pH, BOD (Biological

Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), Zat Padat Tersuspensi

(TSS), Minyak dan lemak, Amoniak dan Total Coliform. Berikut merupakan

kadar maksimum parameter – parameter dari air limbah yang dikeluarkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Tabel 2.3 Kadar Maksimum Limbah Cair Domestik


Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6–9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak & Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

21
Melalui hasil pengolahan limbah cair domestik dari kedua industri

pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas) tersebut

diperoleh kualitas limbah cair sebagai berikut:

Tabel 2.4 Hasil Uji Outlet Air Limbah Perusahaan A


No Testing Sample Regulator
Unit Methods
. Parameter Result y Limit
Physical Parameter
Total
Suspended APHA 2540D Ed
1 12.1 30 mg/L
Solids 23-2017
(TSS)
Chemical Parameter
SNI 06-6989.11-
1 pH 7.64 6.0-9.0 -
2004
2 BOD 6 30 mg/L SNI 6989.72.2009
SNI 06-6989.2-
3 COD 22 100 mg/L
2009
Ammoniac SNI 06-6989.30-
4 <0.1 10 mg/L
(NH3) 2005
Oil &
5 <0.1 5 mg/L SNI 6989.10-2011
Grease
6 Debit - 100 L/Orang/hari Direct Reading
Microbiology Parameter
Total IKM.AA.7.2.36.MI
1 78 3000 MPN/100 ml
Coliform (Kuantitatif)
Sumber: Data Laboratorium
Tabel 2.5 Hasil Uji Outlet Air Limbah Perusahaan B
No Kadar
Parameter Hasil Satuan Metode
. Maksimum
SNI 06-
1 pH (Insitu) 7.3 6-9 -
6989.111-2019
Zat Padat SNI 06-6989.3-
2 <2 30 mg/L
Tersuspensi (TSS) 2019
APHA 23rd
3 Amoniak (NH3-N) <0.080 10 mg/L Edition, 4500-
NH3 F, 2007
MU/7.2/AIR62
4 COD <5 100 mg/L
(COD)
MU/7.2/AIR63
5 BOD5 <3 30 mg/L
(BOD)
SNI 6989.10-
6 Minyak & Lemak <2 5 mg/L
2011
7 Total Koliform <2 3000 Jumlah/100 APHA ed. 22nd

22
No Kadar
Parameter Hasil Satuan Metode
. Maksimum
mL 9221.B-2012
1
8 Debit air 100 L/orang/hari Insitu
m3/bulan
Sumber: Data Laboratorium
II.3.4Studi Kasus

Proses pengolahan limbah cair domestik pada Perusahaan A memiliki

peralatan yang lebih kompleks dibandingkan dengan proses pengolahan

limbah cair domestik dari Perusahaan B, dengan jenis air limbah yang sama

dan karakteristik air limbah yang hampir sama, kedua perusahaan harus

memenuhi baku mutu air limbah domestik yang ditetapkan oleh Kementerian

Lingkungan dan Kehutanan.

Perusahaan B yang memiliki peralatan pengolahan limbah cair

domestik lebih sederhana bisa memenuhi ketentuan baku mutu tersebut

dikarenakan, pada Perusahaan B total coliform yang merupakan parameter

mikrobiologi dalam air limbah tergolong rendah yaitu 2700 jumlah/100 mL.

Sedangkan pada Perusahaan A total coliform yang terdapat dalam air limbah

sangat tinggi yaitu 35000 jumlah/100 mL.

Total coliform menjadi parameter mikrobiologi yang mengindikasi

adanya kelompok spesies bakteri patogen seperti Enterobacter, Klebsiella,

Aeromonas, dan Escherichia Coli, keberadaan bakteri – bakteri tersebut di air

sungai harus berada di bawah 3000 jumlah/100 mL air, dikarenakan sifatnya

merugikan apabila terkontaminasi dengan air konsumsi manusia. Beberapa

penyakit yang bisa timbul diantaranya demam tifus, kolera, disentri dan

23
diare, sehingga pada Perusahaan A dibutuhkan proses pengolahan limbah

secara biologi untuk menurunkan total coliform yang terkandung.

II.4 Keselarasan Teori & Praktik

II.4.1Tinjauan Teori

Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat (solid wastes), cair

(liquid wastes), maupun gas (gaseous wastes), yang merupakan bahan buangan

yang berasal dari aktifitas perorangan, maupun aktivitas kegiatan lainnya

(industri, rumah sakit, laboratorium, raktor nuklear dll). Limbah yang diolah di

Dinas Lingkungan Hidup Indramayu adalah limbah cair domestik yang

merupakan limbah dari hasil kegiatan perorangan seperti, mencuci pakaian,

pencucian bahan makanan/sayuran, limbah kamar mandi, kotoran manusia (tinja,

air seni), sampah dapur, dsb.

Karakteristik limbah cair terbagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik

secara fisik, kimiawi dan biologis:

a. Sifat Fisik Limbah Cair

- Suhu: 10 – 15 o C diatas suhu ambien

- Warna: disebabkan adanya asam humic atau fumic dari tanah humus atau

dari logam tembaga. Satuan pengukuran Skala Pt-Co

- Bau: disebabkan oleh gas – gas hasil dekomposisi zat organik. Bau khas

berasal dari gas H2S

- Kekeruhan: disebabkan oleh partikel halus (10 nano m s/d 10 um seperti

clay, silt, sisa tanaman, ganggang). Satuan mgr SiO2/lt, Skala FtU, Ntu

- Ukuran partikel dalam air:

24
10-4 s/d 10 -3
m: Partikel tersuspensi kasar, merupakan partikel yang masih

dapat mengendap

5 x 10-6 s/d 10-4 m: partikel tersuspensi halus (bakteri, quartz)

5 x 10-8 s/d 10-6 m: partikel kolloid (clay, protein)=penyebab kekeruhan

Lebih kecil 5 x 10-8 m: molekul atau larutan

- Kandungan zat padat total (TS): seluruh material yang merupakan residu

pada penguapan suhu 103 oC – 105 oC

- Kandungan zat padat tersuspesi(TSS): terdiri dari quartz dan clay

- Kandungan zat padat terlarut(TDS):seperti garam dan zat organik

- Satuan: mgr/lt

b. Sifat Kimia Limbah Cair

- pH: tinggi rendahnya keasaman/kebasaan suatu larutan. pH rendah berarti

kelebihan ion H+, pH tinggi , berarti kelebihan OH-

- Alkalinitas: Ketahanan air limbah untuk menerima ion H+ tanpa merubah

harga pH. Alkalinity disebabkan oleh kandungan OH, Carbonate, dan

Bicarbonat dari Ca, Mg, Na, K dan Ammonia.

c. Sifat Biologi Limbah Cair

- Kandungan zat organik: umumnya senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen,

nitrogen. Sering senyawa organik dalam air mengandung belerang,

phosphor dan besi. Senyawa minyak hanya dapat diuraikan oleh

mikroorganisme tertentu. Sedangkan kandungan phenol merupakan

senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme

25
- Pada konsentrasi s/d 6 ppm phenol masih dapat diuraikan oleh

mikroorganisme, > 6 ppm phenol bersifat racun thd mokroorganisme.

- BOD: Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan

hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat organik yang

tersuspensi dalam air.

- COD: banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

organik yang ada dalam 1 lt contoh. Digunakan K2Cr2O7 sebagai zat

pengoksidasi.

Pengolahan limbah cair dapat diklasifikasikan ke dalam tiga metode yaitu

pengolahan fisika, kimia dan biologi. Penerapan masing – masing metode

tergantung pada kualitas air baku dan kondisi fasilitas yang tersedia. Dalam tabel

berikut ditampilkan kontaminan yang umum ditemukan air limbah serta

pengolahan yang sesuai untuk menghilangkannya.

Tabel 2.6 Sistem Pengolahan Bahan Pencemar Dalam Air Limbah


Kontaminan Sistem Pengolahan Klasifikasi

Padatan
Screening dan communition Fisika
tersuspensi
Sendimentasi Fisika
Flotasi Fisika
Filtrasi Fisika
Koagulasi Kimia/Fisika
Land treatment Fisika
Biodegradable
Lumpur aktif Biologi
organics
Trickling filters Biologi
Rotating biological contactors Biologi
Aerated lagoons (kolam aerasi) Biologi
Saringan pasir Fisika/Biologi
Land treatment Biologi/Kimia/Fisika
Pathogens Khlorinasi Kimia

26
Kontaminan Sistem Pengolahan Klasifikasi
Ozonisasi Kimia
Land treatment Fisika
Suspended-growth nitrification
Nitrogen Biologi
and denitrification
Fixed-film nitrification and
Biologi
denitrification
Ammonia stripping Kimia/Fisika
Ion exchange Kimia
Breakpoint khlorinasi Kimia
Land treatment Biologi/Kimia/Fisika
Phospor Koagulasi garam logam Kimia/Fisika
Koagulasi kapur Kimia/Fisika
Biological/Chemical
Biologi/Kimia
phosphorus removal
Land treatment Kimia/Fisika
Refractory
Adsorpsi karbon Fisika
organics
Tertiary ozonation Kimia
Sistem land treatment Fisika
Logam berat Pengendapan kimia Kimia
Ion Exchange Kimia
Land treatment Fisika
Padatan inorganic
Ion Exchange Kimia
terlarut
Reverse Osmosis Fisika
Elektrolisis Kimia
Sumber: Teknologi Pengolahan Limbah Cair (2018)

a. Pengolahan Limbah Cair Secara Fisika

Metode pengolahan limbah dengan proses fisika, merupakan salah satu dari

beberapa tiga metode pengolahan limbah. Banyak instalasi pengolahan limbah

menerapkan seluruh metode secara berurutan untuk memperoleh produk akhir

yang memenuhi syarat untuk dibuang ke lingkungan. Tetapi biasanya pengolahan

limbah dengan proses fisika seringkali dipadukan dengan proses secara kimiawi

dan gabungan dari keduanya disebut Physicho-Chemical Treatment. Berikut

merupakan beberapa proses pengolahan limbah cair secara fisika.

27
1. Screening

Proses penyaringan awal (screening) bertujuan untuk menghilangkan

sampah/benda padat yang besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah

ditangani. Dengan hilangnya sampah – sampah padat besar maka transportasi

limbah cair tidak akan terganggu. Perangkat pemroses penyaringan kasar yang

biasa digunakan disebut bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya diletakkan

pada intake bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar

seperti kayu dan dedaunan. Umumnya jarak antara bar yang tersusun pada rack

bervariasi antara 20 mm hingga 75 mm, bergantung pada tingkat kapasitas dan

kinerja pompa.

2. Aerasi

Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan

cairan dengan udara. Agar transfer sesuatu zat/komponen dari satu medium ke

medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang terpenting adalah

terjadinya turbulensi antara cairan dengan udara, sehingga tidak terjadi interface

yang diam antara cairan dan udara yang dapat menyebabkan laju perpindahan

terhenti. Untuk memperoleh keadaan tersebut, terdapat beberapa prinsip dasar alat

aerasi yaitu:

 Aerator air terjun,

 Sistem aerasi difusi udara,

 Aerator mekanik.

Sistem aerator air terjun yang umum digunakan adalah: Aerator Spray,

Aerator Cascade dan Aerator Multiple-Tray. Pada aerator spray, air dipaksakan

28
masuk melalui nozzle. Pada aerator cascade air disebarkan dengan cara

mengalirkan pada lempengan tipis yang disusun seperti tangga atau sekat agar

terjadi turbulensi untuk mencampurkan udara yang terabsorpsi dalam cairan dan

agar cairan terangkat ke permukaan sehingga terjadi kontak dengan udara. Pada

aerator multiple-tray cairan dialirkan ke bagian atas dari beberapa tahap tray yang

berisi butiran medium seperti arang, batu atau butiran keramik.

Pada sistem difusi udara, udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan

diaerasi dalam bentuk gelembung – gelembung yang naik melalui cairan tersebut.

Ukuran gelembung bervariasi dari yang besar hingga yang halus, tergantung pada

alat aerasi. Alat aerasi yang umum adalah difuser porous, difuser non-porous dan

difuser U-tube.

Aerator mekanik dihasilkan dengan cara memecah permukaan air limbah

secara mekanik. Dengan timbulnya interface cairan-udara yang besar, maka

terjadi perpindahan oksigen dari atmosfir ke dalam air. Pada sistem ini digunakan

turbin sistem hybrid yang melibatkan impeler dan sumber udara. Udara yang

keluar dari bagian bawah impeler, dipecah menjadi gelembung yang halus dan

merembes ke seluruh tangki akibat gerakan pompa pada impeler.

3. Mixing

Pencampuran diperlukan apabila ada suatu materi harus bercampur dengan

materi lain secara sempurna. Disamping itu proses pencampuran diperlukan

apabila dalam suatu reaktor harus dijaga konsentrasi atau temperatur yang merata.

Proses mixing umumnya digunakan pada pencampuran bahan koagulan dengan air

dan pada penambahan khlor untuk disinfeksi. Pada pengolahan air limbah, mixing

29
diperlukan pada proses pengolahan biologi yang memerlukan pencampuran yang

terus menerus, sehingga proses biologi dapat terjadi lebih efektif. Alat atau

metode pencampuran dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

 Turbin atau padle mixer

 Propeler mixer

 Pneumatic mixer

 Hydraulic mixing

 In-line hydraulic dan static mixing

4. Flokulasi

Flokulasi adalah proses penggabungan partikel – partikel kecil menjadi

partikel yang besar dengan memanfaatkan tenaga hidrodinamik. Umumnya jenis

alat flokulasi yang digunakan adalah rotating paddles. Partikel – partikel secara

bertahap akan bergabung melalui proses flokulasi perikinetic yang terjadi akibat

gerakan Brown, namu proses ini sangat lambat. Proses tersebut dapat dipercepat

dengan memberikan kecepatan gradien yang menghasilkan flokulasi orthokinetic.

Dengan kata lain flokulasi Orthokinetic dapat meningkat dengan cara memberikan

kecepatan gradien pada cairan.

5. Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi

tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan

air limbah umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan

proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan yang terbentuk pada proses

koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan – gumpalan kecil ini akan terus saling

30
bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi. Dengan

terbentuknya gumpalan – gumpalan besar, maka beratnya akan bertambah,

sehingga karena gaya beratnya gumpalan – gumpalan tersebut akan bergerak ke

bawah dan mengendap pada bagian tangki sedimentasi.

6. Filtrasi

Tujuan filtrasi adalah untuk memisahkan padatan tersuspensi dari dalam air

yang diolah. Pada penerapannya filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa

padatan tersuspensi yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi. Pada

pengolahan air buangan, filtrasi dilakukan setelah pengolahan kimia-fisika atau

pengolahan biologi.

Ada dua jenis proses penyaringan yang umum digunakan, yaitu penyaringan

lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah penyaringan dengan

memanfaatkan gaya gravitasi. Penyaringan ini dilakukan secara terbuka dengan

tekanan atmosferik. Sedangkan penyaringan cepat menggunakan tekanan yang

melebihi tekanan atmosfir. Berdasarkan jenis media filter yang digunakan,

penyaringan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu filter media granular

(butiran) dan filter permukaan.

7. Adsorpsi

Adsorpsi adalah permukaan materi pada interface antara dua fasa. Pada

umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan

fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent

yang digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering

digunakan karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan

31
menarik air sehingga kerjanya kurang efektif. Pori – pori pada karbon dapat

mencapai ukuran 10 angstrom. Total luas permukaan umumnya antara 500 – 1500

m2/gr. Berat jenis kering lebih kuran 500 kg/m3.

8. Gas Stripping

Zat – zat yang umum pada gas stripping adalah amonia, hidrogen sulfida,

sulfur dioxide dan phenol. Pada proses stripping air dialirkan ke bawah melalui

media ring atau pada permukaan yang beralur. Sementara udara bersih atau gas

lain dialirkan berlawanan arah. Sistem ini disebut teknik packed column. Pada

sistem ini, aliran gas ke atas (stripping gas) mengambil gas – gas terlarut yang

akan dihilangkan dalam cairan.

Pada saat cairan turun di dalam kolom, cairan mengeluarkan gas terlarut

sementara gas pada fase gas masuk ke dalam air. Perpindahan gas terjadi karena

adanya ketetapan hukum mass transfer gas dan cairan. Efisiensi perpindahan

tergantung pada:

 Distribusi atau penyebaran air ke seluruh permukaan kolom

 Luas area interface gas-cairan

 Kemurnian dari stripping gas, untuk mencegah pengotoran air yang diolah

 Distribusi gas stripping dalam kolom

9. Flotasi

Kebalikan dari proses pengendapan, flotasi adalah proses pemisahan

padatan-cairan atau cairan-cairan yang dalam hal ini partikel atau cairan yang

dipisahkan mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada cairan. Apabila

32
perbedaan berat jenis secara alamiah cukup untuk dilakukan pemisahan, maka

proses flotasi dinamakan “flotasi alamiah” (natural flotation).

Apabila ditambahkan sesuatu ditambahkan untuk mempercepat pemisahan

partikel, walaupun secara alamiah berat jenis partikel tersebut lebih ringan dari

pada cairan, dinamakan “aided flotation”. Induced flotation diterapkan pada

keadaan berat jenis partikel secara alamiah lebih besar dari pada cairan, namun

dibuat agar berat jenisnya lebih kecil. Sebagai contoh penggabungan gas-partikel

sehingga berat jenisnya lebih kecil dari cairan.

10. Proses Membran

Padatan terlarut dapat dipisahkan dari air atau air limbah melalui

penggunaan membran semipermiable yang mempunyai diameter pori berukuran 3

angstorm. Apabila pemisahan terjadi dengan melewatkan air melalui membran

maka proses disebut osmosis atau hyperfiltration. Proses sebaliknya yaitu

melewatkan molekul atau ion terlarut melalui membran disebut proses dialysis.

Sebagai tenaga penggeraknya dapat berupa fisika (tekanan), kimia (konsentrasi),

panas (temperatur) atau listrik. Penerapan proses membran adalah desalinasi air

untuk penggunaan air domestik dan air industri.

b. Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia

Metode pengolahan limbah secara kimia yang sering diterapkan adalah

disinfeksi, pengendapan materi terlarut (presipitasi), koagulasi (destabilisasi)

koloid, oksidasi dan ion exchange.

1. Desinfekasi

33
Proses disinfeksi pada industri, umumnya untuk menghambat pertumbuhan

mikroorganisme dalam pipa-pipa, pada industri makanan untuk menghambat

pertumbuhan bakteri. Dalam disinfeksi pada pengolaha air limbah terjadi

penghancuran antara bahan penghancur dengan organisme. Pada umumnya terjadi

penghancuran virus, bakteri dan protozoa yang terdapat dalam air. Beberapa

metode disinfeksi yaitu:

a. Penambahan zat kimia

b. Penggunaan materi fisik, seperti panas dan cahaya

c. Penggunaan mekanik

d. Penggunaan elektromagnetik, akustik dan radiasi

Metode yang paling banyak digunakan adalah metode penambahan bahan

kimia. Penggunaan zat khlor (klorinasi), penggunaan ozone, dan radiasi

ultraviolet.

 Khlorinasi

 Ozonisasi

 Radiasi Ultraviolet

2. Presipitasi

Proses presipitasi pada industri untuk pelunakan air, penghilangan besi dan

penghilangan ion terlarut seperti PO4-3 dan logam berat. Pemisahan zat organik

terlarut tertentu dapat dilakukan dengan penambahan suat reagen yang sesuai

untuk merubah anorganik terlarut menjadi presipitat/endapan, sehingga dapat

dipisahkan dengan cara pengendapat/sedimentasi. Proses presipitasi banyak

diterapkan dalam pengolahan limbah industri, misalnya untuk memisahkan metal-

34
metal yang tdak dikehendaki, misalnya penghilangan kesadahan dan penghilangan

phospat.

 Penghilangan Kesadahan

 Proses Kapur Soda

 Penghilangan Phospat

3. Koagulasi

Koagulasi diterapkan untuk destabilisasi partikel koloid yang umumnya juga

terdapat pada air limbah. Melalui proses koagulasi terjadi destabilisasi, sehingga

partikel-partikel koloid bersatu dan mejadi besar. Dengan demikian partikel-

partikel koloid yang pada awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses

koagulasi akan menjadi kumpulan partikel yang lebih besar sehingga mudah

dipisahkan dengan cara sedimentasi, filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang

lebih muda. Bahan kimia yang sering digunakan untuk proses koagulasi umumnya

diklasifikasikan menjadi empat golongan yaitu:

 Koagulan

 Zat Koagulan Pembantu

 Bak Koagulasi

 Bak Pencampur Cepat

4. Oksidasi Kimia

Oksidasi kimia seperti khlorinasi dan ozonisasi, diterapkan untuk

menghilangkan atau memecah ion-ion seperti Fe+2, Mn+2 dan CN-. Bahan kimia

seperti oksigen, khlorine, permanganat, ozon dan hidrogen peroksida digunakan

sebagai zat pengoksidasipada proses pengolahan air limbah.

35
5. Ion Exchange

Proses ion exchange dilakukan untuk menghilangkan ion-ion yang tidak

diinginkan seperti Ca+2, Mg+2, Fe+2 dan NH4+. Media penukar adalah fasa

padat terbuat dari bahan mineral atau resin sintetik yang terdiri dari ion bergerak

yang menempel pada grup fungsional tetap, yang dapat bersifat asam atau basa.

Pada proses penukaran, ion bergerak ditukar dengan ion terlarut yang terdapat

dalam air.

 Regenerasi

 Kapasitas Penukaran

c. Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi

Proses pengolahan air limbah khususnya yang mengandung polutan

senyawa organik, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan aktifitas

mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan organik tersebut. Proses

pengolahan air limbah dengan mikro-organisme biasa disebut dengan “Proses

Biologi”.

Proses pengolahan air limbah secara biologi tersebut dapat dilakukan pada

kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi

anaerobik dan aerobik. Proses biologi aerobik biasanya digunakan untuk

pengolahan air limbah dengan beban BOD (Biological Oxygen Demand) yang

tidak terlalu besar, sedangkan proses biologi anaerobik digunakan untuk

pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi.

Proses biologi dalam pengolahan air limbah secara garis besar dapat dibagi

menjadi tiga yakni proses biologi dengan biakan tersuspensi (suspended culture),

36
proses biologi biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan

sistem lagoon atau kolam.

Proses biologi dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan

menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan

yang ada di dalam air dan mikro-organisme yang digunakan dibiakkan secara

tersuspensi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan

sistem ini antara lain: proses lumpur aktif standar (standard activated sludge),

step aeration, contact aeration, extended aeration dan oxidation ditch (kolam

oksidasi).

Attached culture merupakan pengolahan limbah dimana mikro-organisme

yang digunakan, akan dibiakkan pada suatu media sehingga mikro-organisme

tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut juga dengan proses

film mikrobiologis atau proses biofilm. Beberapa contoh teknologi pengolahan air

limbah dengan cara ini antara lain: trickling filter, biofilter, rotating biological

contactor dan contact aeration/oxidation.

Proses pengolahan air limbah secara biologi dengan lagoon atau kolam

adalah dengan menampung air pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal

yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara

alami, senyawa polutan yang ada di dalam air akan terurai. Untuk mempercepat

proses penguraian senyawa polutan atau mempersingkat waktu tinggal dapat juga

dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan

cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond).

37
Berikut ini merupakan blok diagram berdasarkan sistem pengolahan secara

biologis:

Lumpur Aktif

Trickling Filter
Pengolahan
Aerobik Rotating Biological
Contractor

Biofilter

UASB
Pengolahan Pengolahan
Biofilter
Biologis Anaerobik
CSTR

Kolam Oksidasi
Pengoahan
Proses lainnya
Lagoon

Gambar 2.5 Blok Diagram Sistem Pengolahan Secara Biologis


Sumber: Teknologi Pengolahan Limbah Cair “Biologi” (2018)

II.4.2 Pembahasan

Instalasi pengolahan air limbah yang diterapkan oleh Perusahaan A dan

Perusahaan B menggunakan proses pengolahan air limbah secara fisika dan

biologi.

1. Perusahaan A

Pada pengolahan limbah cair yang dihasilkan, menggunakan proses

biologi lumpur aktif dengan beberapa tahapan proses sebagai berikut:

a. Proses Biologi (Conventional Activated Sludge with Nitrification)

38
Proses ini dilakukan pada aeration dan bertujuan untuk menurunkan COD,

BOD, Ammonia, Nitrate, dan Nitrit serta senyawa organik lainnya. Dalam proses

biologi, limbah cair diolah secara biologis oleh koloni dari bermacam – macam

mikroorganisme yang memanfaatkan bahan pencemar dalam air limbah untuk

sumber energi dan perkembangannya (oksidasi biologis).

Aeration tank ini dirancang untuk memiliki SRT (Sludge Retention Time)

yang cukup tinggi untuk memungkinkan terjadinya proses Nitrifikasi (Perubahan

amonia menjadi nitrat) penurunan pH yang terjadi karena proses nitrifikasi

dikendalikan dengan penambahan kaustik soda secara berkala.

b. Proses Pengendapan Lumpur Aktif

Sebagian dari air limbah dialirkan menuju secondary clarifier untuk

memisahkan air yang telah bebas dari pencemar dengan lumpur aktif. Dalam

secondary clarifier, lumpur aktif akan mengendap dan dengan R.A.S Pump

endapan tadi dikembalikan ke dalam aeration tank sedangkan kelebihan lumpur

aktif dialirkan menuju equalizing tank untuk diolah kembali. Air yang telah diolah

dapat langsung dibuang ke saluran umum.

c. Proses Desinfektan

Air hasil olahan dari carbon filter akan menjalani proses desinfektan dimana

sisa mikroba dalam air akan dibunuh dengan menggunakan kaporit tablet. Proses

ini bertujuan untuk menurunkan kadar total koliform dalam air limbah sehingga

aman untuk dibuang ke saluran.

d. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

39
Secondary treatment berfungsi menurunkan COD, BOD, Amonia dan

parameter pencemar lainnya dari air limbah domestik dengan menggunakan

metode pengolahan biologi (Biologi Activated Sludge Process) dengan kapasitas

maksimum 15.000 Liter/hari.

Proses pengolahan dengan sistem Moving Bed Biofilm Reactor merupakan

proses biologi dimana bahan pencemar dalam air limbah diuraikan oleh

mikroorganisme yang menempel pada suatu media (Attached Growth Process).

Mikroorganisme pengolah air limbah tumbuh secara menempel dan membentuk

biofilm pada permukaan media dan secara aktif menguraikan bahan pencemar

yang ada. Berbeda dengan sistem Fixed Bed Media dimana media pertumbuhan

bakteri dipasang secara tetap didalam reaktor, pada MBBR biofilm media diaduk

dalam keadaan melayang dan bergerak di dalam air limbah. Dengan gerakan

tersebut maka tidak akan terjadi penyumbatan pada media yang merupakan faktor

paling berpengaruh pada kegagalan proses pada fixed bed reactor.

Kelebihan lumpur biologi yang timbul selama proses secara otomatis akan

terlepas dari media dan mengalir menuju secondary clarifier, sedangkan pada

fixed media lumpur tersebut akan tertimbun terus menerus dan bertambah tebal

pada permukaan media sehingga media akan mengalami penyumbatan dan proses

biologi mengalami kegagalan. Dengan proses Biological Activated Sludge

Reactor ini maka konsentrasi mikroorganisme dalam reaktor dapat ditingkatkan

beberapa kali dari proses konvensional tanpa adanya resiko penyumbatan yang

berlebihan. Dengan tingginya konsentrasi mikroorganisme pengolah air limbah

40
maka untuk kapasitas yang sama ukuran dari IPAL dapat diperkecil 3 – 5 kali lipat

dari pengolahan konvensional.

2. Perusahaan B

Pada pengolahan limbah cair domestik yang dihasilkan, menggunakan

proses filtrasi sederhana dengan beberapa tahapan proses yang dimulai dari

masuknya limbah domestik cair ke unit pengolahan air limbah yang terdiri dari

bata, arang dan ijuk secara berurutan, proses ini dipilih dikarenakan berdasarkan

kandungan air limbah (tabel 2.5), semua parameter uji yang dihasillkan masih

berada dibawah batas maksimum yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan. Aliran limbah cair domestik yang telah melewati unit

pengolahan air limbah, selanjutnya akan ditampung di bak kontrol sebagai

pengujian terakhir sebelum dibuang ke lingkungan.

II.4.3 Analisis Tugas Akhir (Prarancangan Pabrik Green Metanol)

Gas Conditioning Green Metanol


Pretreatment Unit Gasification Unit
Unit Synthesis Unit

Gambar 2.6. Blok Diagram Pembuatan Green Metanol


Sumber : Data Diolah

Pabrik Green Metanol ini merupakan pabrik yang mengolah bahan baku berupa

biomass limbah sekam padi dan jerami untuk dijadikan produk Green Metanol dengan

kapasitas 130.000 ton per tahun. Pabrik ini terdiri dari 4 unit utama, yaitu Pretreatment

Unit, Gasification Unit, Gas Conditioning Unit, dan Green Metanol Synthesis Unit.

Proses pengolahan biomass tersebut dimulai dari Pretreatment Unit. Pada unit ini,

bahan baku yang berasal dari limbah pertanian mengandung air sebesar 11% dan

berbentuk padatan (solid) sehingga unit ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air

41
serta mempersiapkan bahan baku menjadi serbuk agar mudah dalam penguraian proses

selanjutnya.

Kemudian, Gasification Unit bertujuan untuk mengkonversi padatan menjadi gas

sehingga dihasilkan Synthesis Gas (Syngas) yang menjadi bahan utama dalam proses

pembuatan Green Metanol. Syngas yang terbentuk tersebut akan di-treatment pada Gas

Conditioning Unit untuk menghilangkan H2S serta polutan yang masih terikut. Didalam

unit Gas Conditioning inilah banyak limbah seperti Ash dan Tar akan dikelola menurut

Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3. Pemerintah

akan meninjau melalui Dinas Lingkungan Hidup terkait limbah tersebut kemudian akan

meneruskan secara khusus terkait pengelolaannya kepada perusahaan dibawah kendali

pemerintah secara langsung.

Setelah didapatkan Clean Syngas, akan diproses menjadi Green Metanol dengan

menggunakan reaktor eksotermik. Metanol yang didapatkan tersebut kemudian akan

dimurnikan dengan mengalirkannya pada kolom distilasi metanol. Hasil dari kolom

distilasi metanol tersebut adalah metanol murni 99,85% grade AA yang telah siap

dipasarkan keseluruh Indonesia.

III. PENUTUP

III.1 Simpulan

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Indramayu, setelah menganalisa Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) yang terdapat di Perusahaan A dan Perusahaan B, dapat

disimpulkan bahwa:

42
a. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupatean Indramayu memiliki peran

langsung dalam pengawasan pengelolaan limbah cair domestik dari

Perusahaan A dan Perusahaan B yang bergerak pada bidang industri

pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas).

b. Karakteristik kimiawi air limbah yang dihasilkan Perusahaan A tergolong

sebagai “Medium Strenght Domestic Wastewater” serta baku mutu efluen

yang tergolong moderat, maka untuk mengolah limbah cair tersebut

digunakan proses biologi “Conventional Activated Sludge with

Nitrification”. Proses ini memiliki efisiensi pengolahan yang cukup tinggi,

proses yang sederhana dan mudah untuk dioperasikan.

c. Perusahaan B menghasilkan limbah cair domestik yang didominasi dari

kawasan komplek perkantoran, dengan menggunakan proses fisika yaitu

filtrasi sederhana yang bertujuan untuk memenuhi baku mutu lingkungan.

d. Pengolahan limbah cair domestik yang dihasilkan dari Perusahaan A dan

Perusahaan B, telah memenuhi syarat batas maksimum kandungan limbah

yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

III.2 Saran

Dari pelaksanaan praktik kerja lapangan yang dilakukan, saran yang dapat

diberikan terhadap pengolahan limbah cair domestik adalah sebagai berikut:

a. Perlu terus dilakukan perawatan rutin terhadap unit pengolahan air limbah

domestik agar hasil pengelolaan air limbah domestik tetap memenuhi baku

mutu.

43
b. Keselamatan kerja agar dilaksanakan dengan baik dan benar oleh semua

karyawan agar terhindar dari bahaya dan resiko kecelakaan kerja yang tidak

diharapkan. Rambu – rambu, slogan dan petunjuk harus ditaati oleh semua

karyawan yang bekerja.

c. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk pengolahan limbah cair domestik di

Perusahaan A sehingga dapat diperoleh hasil pengolahan limbah yang lebih

maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adrianto R. 2018. Pemantauan Jumlah Bakteri Coliform di Perairan Sungai


Provinsi Lampung. Balai Riset dan Standardisasi Industri. Lampung
2. Nurrohman A, Suprayogi S, Widyastuti M. 2019. Evaluation of Water Quality
Using Pollution Index in Cimanuk Watershed. Ecotrophic Journal of
Environmental Science

44
3. Rahardjo, Nugro. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair “Fisika”. BPPT.
Indonesia
4. Rahardjo, Nugro. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair “Kimia”. BPPT.
Indonesia
5. Rahardjo, Nugro. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair “Biologi”. BPPT.
Indonesia
6. Sutriati, Armaita. 2011. Penilaian Kualitas Air Sungai dan Potensi
Pemanfaatannya Studi Kasus: Sungai Cimanuk. Puslitbang Sumber Daya Air.
Bandung
7. ---------. 2016. Peraturan Menteri P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Baku
Mutu Air Limbah Domestik. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Jakarta
8. ---------. 2018. Kajian Pantuan Kualitas DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu.
Dinas Lingkungan Hidup Indramayu. Indramayu

45

Anda mungkin juga menyukai