Oleh:
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Indramayu. Praktik Kerja Lapangan ini merupakan kegiatan untuk mengenalkan
pada dunia kerja.
Dalam menyusun laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan
sumbangan baik berupa ide, materi pembahasan dan juga bantuan lainnya yang
tidak dapat dijelaskan satu persatu. Oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah ﷻ.
2. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada Penulis.
3. Bapak Prof. Dr. R.Y Perry Burhan, Msc selaku Direktur PEM Akamigas
Cepu
4. Bapak Arif Nurrahman, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Pengolahan Minyak dan Gas.
5. Ibu Ir. Woro Rukmi Hatiningrum, M.Eng., Sc selaku Pembimbing Skripsi
yang dengan sabar mengarahkan.
6. Bapak Zami Furqon, M.T selaku Pembimbing Skripsi yang dengan sabar
mengarahkan.
7. Bapak D. Subyar Mujihandono, S.T., M.I.L selaku Pembimbing Praktik
Kerja Lapangan yang dengan sabar mengarahkan.
8. Bapak Ibu Dosen PEM Akamigas khususnya dari konsentrasi Refinery.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga terselesaikan Laporan
Praktik Kerja Lapangan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan di
masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan .................................................... 5
I.3 Manfaat ......................................................................................... 5
III. PENUTUP
III.1 Simpulan ....................................................................................... 40
III.2 Saran ............................................................................................. 41
Daftar Pustaka
ii
I. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia industri saat ini menunjukan bahwa masalah mutu dan
kegiatannya. Negara Indonesia yang dikenal sebagai negara yang kaya akan
sumber daya alamnya dituntut oleh dunia internasional untuk membuka pasarnya
dan dapat bersaing baik dalam negeri (lokal) maupun mancanegara. Tuntutan
yang harus dicapai tersebut selain mengenai mutu produk juga masalah
dihasilkan. Pihak industri harus melakukan berbagai upaya agar limbah yang
dibuang dapat seminimal mungkin dan limbah yang dilepas ke lingkungan harus
Limbah cair industri merupakan salah satu pencemaran air yang berdampak
pada masyarakat. Semakin besar proses produksi yang dilakukan industri, maka
semakin besar pula limbah cair yang dihasilkan. Limbah cair dalam jumlah yang
yang menghasilkan limbah cair memerlukan instalasi pengolahan air limbah agar
kualitas air limbah seperti kandungan biological oxygen demand (BOD), chemical
oxygen demand (COD), total suspended solid (TSS), dan kadar amonia (NH 3)
pada air limbah yang dibuang memenuhi baku mutu air limbah.
banyak industri – industri besar dengan berbagai bidang mulai dari Makanan dan
minuman, Tekstil, Otomotif, Minyak dan Gas Bumi hingga Petrokimia. Hal ini
1
menjadikan Pemerintah Kabupaten Indramayu harus memiliki badan kedinasan
yang dapat mengatur tata kelola limbah, khususnya limbah cair industri dan
limbah cair domestik. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menjadi suatu badan yang
bertanggung jawab dalam mengatur pengelolaan limbah cair dari seluruh industri
limbah cair yang dihasilkan dan cara penanganannya. Terdapat dua industri
Limbah cair domestik yang dihasilkan dari kedua industri ini harus melalui
perusahaan tersebut diwajibkan melaporkan hasil uji limbah cair domestik yang
perusahaan tersebut, mulai dari hasil uji limbah cair domestik sebelum memasuki
menjadi tolak ukur tingkat pencemaran limbah yang dihasilkan oleh industri –
industri yang ada di kabupaten Indramayu. Hasil uji kualitas air dari sungai
2
Cimanuk menjadi fokus dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu
dalam mengawasi pengolahan limbar cair dari industri – industri terkait. Berikut
merupakan tabel hasil uji air sungai Cimanuk yang dilakukan oleh DLH.
dalam air sungai berasal dari limbah pertanian, perkebunan, industri kecil dan
limbah domestik. Perairan alami, mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L dan
sebaiknya tidak melebihi baku mutu yaitu 0,06 mg/L. Parameter kedua, yaitu
belerang yang berasal dari air limbah pertanian, perkebunan, industri kecil dan
limbah domestik. Biasanya adanya kandungan belerang dapat diketahui dari ciri
air yang mengeluarkan gas berbau busuk yang di sebabkan oleh gas sulfur yang
3
menguap dari air ke atmosfer pada pH rendah. Sisa-sisa bahan organik yang
terutama limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga. Parameter terakhir yang
melebihi baku mutu merupakan parameter deterjen. Parameter ini berasal dari
kegiatan cuci yang hasil akhirnya merupakan cairan yang mengandung sabun.
baku mutu yang ada membuat kualitas air sungai menjadi menurun. Kualitas air
yang menurun memiliki efek samping terhadap segala mahluk hidup bahkan jenis
usaha yang menggunakan air sebagai dasar keberlangsungan hidup atau proses
produksinya. Kualitas air yang menurun membuat air tersebut tidak layak untuk
digunakan untuk kegiatan normal manusia. Kandungan Belerang pada air yang
tidak sesuai dengan baku mutu juga memiliki efek samping terhadap makhluk
hidup. Gas hidrogen sulfida (H2S) dapat menimbulkan efek kesehatan yang
Beberapa efek samping dan penyakit yang ditimbulkan akibat kualitas air
yang memburuk dapat dijadikan suatu acuan oleh pihak pemerintah dalam rencana
4
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terdapat di dua industri pengolahan
dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas). Adapun tujuan kerja praktik
ini yaitu:
b. Mengetahui sumber air limbah produksi yang terdapat pada kedua industri
I.3 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari kerja praktik ini, adalah sebagai berikut:
tersebut.
5
II. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Barat melalui sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II pada tanggal 24
Juni 1977. Indramayu memiliki luas daerah ±2.040 km2, kabupaten yang terletak
di pesisir utara Pulau Jawa ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa sebelah
utara dan timur, Kabupaten Cirebon, Majalengka dan Sumedang sebelah selatan
Indramayu yang terletak di jalur utama pantai utara pulau Jawa membuat
Indramayu berpotensi menjadi salah satu kabupaten yang maju di Jawa Barat, hal
ini juga didukung dengan banyaknya industri dari berbagai bidang yang terdapat
di Indramayu.
6
Dengan adanya perusahaan-perusahaan tersebut kualitas lingkungan
menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan, sehingga diperlukan suatu
limbah cair.
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan
fungsinya.
7
2.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
oleh 1 (satu) orang sekretaris, 4 (empat) Bidang, 3 (tiga) Sub Bidang dan 12 (dua
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
JABATAN
FUNGSIONAL
KEPALASEKSI PENGADUAN
KEPALA SEKSI PENGURANGAN KEPALASEKSI PEMANTAUAN
KEPALA SEKSI PERENCANAAN DAN PENYELESAIAN
SAMPAH LINGKUNGAN SENGKETA LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
UPT
Bidang sarana dan fasilitas merupakan Unit Kerja Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dan berfokus pada tata pengelolaan limbah cair
8
dari industri – industri yang ada di Indramayu. Praktik kerja lapangan
dilaksanakan mulai dari 25 Januari s/d 25 April 2021, yang memiliki tujuan utama
Gas) tersebut.
1. Pengamatan Langsung
diinginkan.
2. Praktik Kerja
3. Pengumpulan Data
Untuk rincian kegiatan harian dari praktik kerja lapangan ini akan dimuat
9
II.3 Hasil Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
LPG (Liquified Petroleum Gas) tersebut berasal dari limbah cair rumah tangga
Strenght Domestic Wastewater” serta baku mutu efluen yang tergolong moderat,
Proses tersebut memiliki efisiensi pengolahan yang cukup tinggi, proses yang
Hasil uji laboratorium dari kualitas air limbah yang dihasilkan dari dua
industri pengolahan dan pendistribusian LPG (Liquified Petroleum Gas) tersebut,
akan ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Hasil Uji Air Limbah Perusahaan A
Testing Sample Regulatory
No. Unit Methods
Parameter Result Limit
Physical Parameter
Total
APHA 2540D Ed 23-
1 Suspended 29.7 30 mg/L
2017
Solids (TSS)
Chemical Parameter
SNI 06-6989.11-
1 pH 7.80 6.0-9.0 -
2004
2 BOD 73 30 mg/L SNI 6989.72.2009
3 COD 242 100 mg/L SNI 06-6989.2-2009
Ammoniac SNI 06-6989.30-
4 <0.1 10 mg/L
(NH3) 2005
5 Oil & Grease <0.1 5 mg/L SNI 6989.10-2011
6 Debit - 100 L/Orang/hari Direct Reading
Microbiology Parameter
10
IKM.AA.7.2.36.MI
1 Total Coliform 35000 3000 MPN/100 ml
(Kuantitatif)
Sumber: Data Lapangan
1. Perusahaan A
11
Fungsi : Sebagai reaktor biologis dalam menurunkan COD,
Volume : ±3,75 m2
Paint Coating)
Material Tank : Plate besi tebal 3 mm dinding luar, plat besi tebal
Epodure.
Jumlah : 1 unit
b. Secondary Clarifier
proses
biologi
12
pyramidal bottom.
Paint Coating)
Jumlah : 1 unit
Merk : Penguin
Model : TB 50
Material : Plastic
Jumlah : 1 unit
d. Carbon Filter
13
mempertinggi kejernihan air hasil olahan
Merk :Visco/nanotec
Dimensi : 10 Dia x 72 H
Jumlah : 1 unit
e. Chemical Tank
Chloried
(adjusment pH)
Limbah
Model : TC 15
Jumlah : 2 unit
a. Intake Pump
Aeration
14
tank
Model : JDS 05
Head : 8 m (max)
Jumlah : 1 unit
b. RAS Pump
menuju
aeration tank
Head : 9 m (max)
15
Merk : Fabrikasi lokal
Size : 2̎
Material : PVC
Head : 1 (max)
Jumlah : 1 unit
d. Filter Pump
Filter
Merk : Mosweel/Honora
Model : JET-100
Jumlah : 1 unit
e. Filter Pump
Filter
16
Merk : Mosweel/Honora
Model : JET-100
Jumlah : 1 unit
f. Jet Aerator
Type : JA-10
Jumlah : 2 unit
g. pH Controller (pHC)
17
Range pH : 0 – 14 pH
Resolusi : ±0,01 pH
Display : LCD
Jumlah : 1 unit
Jumlah : 2 unit
Type : LP-60
18
Total Head : 800 mm aq.
Jumlah : 1 unit
j. Chlorinator
Type : CSTR
Jumlah : 1 set
k. Flow Meter
Merk : Amico/setara
Size : 25 mm (1̎)
Jumlah : 1 unit
2. Perusahaan B
Air limbah domestik yang diolah berasal dari komplek perumahan dan
perusahaan B:
19
Unit Pengolahan Air Limbah
Air Limbah
Domestik (Bata, Arang, Ijuk, Outlet
Domestik
Bak Kontrol)
pH, BOD, COD, Zat Padat Tersuspensi (TSS), Minyak dan lemak, Amoniak dan
20
Total koliform. Parameter – parameter tersebut harus memenuhi baku mutu
Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi. Air limbah yang akan dibuang ke
(TSS), Minyak dan lemak, Amoniak dan Total Coliform. Berikut merupakan
kadar maksimum parameter – parameter dari air limbah yang dikeluarkan oleh
21
Melalui hasil pengolahan limbah cair domestik dari kedua industri
22
No Kadar
Parameter Hasil Satuan Metode
. Maksimum
mL 9221.B-2012
1
8 Debit air 100 L/orang/hari Insitu
m3/bulan
Sumber: Data Laboratorium
II.3.4Studi Kasus
limbah cair domestik dari Perusahaan B, dengan jenis air limbah yang sama
dan karakteristik air limbah yang hampir sama, kedua perusahaan harus
memenuhi baku mutu air limbah domestik yang ditetapkan oleh Kementerian
mikrobiologi dalam air limbah tergolong rendah yaitu 2700 jumlah/100 mL.
Sedangkan pada Perusahaan A total coliform yang terdapat dalam air limbah
penyakit yang bisa timbul diantaranya demam tifus, kolera, disentri dan
23
diare, sehingga pada Perusahaan A dibutuhkan proses pengolahan limbah
II.4.1Tinjauan Teori
Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat (solid wastes), cair
(liquid wastes), maupun gas (gaseous wastes), yang merupakan bahan buangan
(industri, rumah sakit, laboratorium, raktor nuklear dll). Limbah yang diolah di
- Warna: disebabkan adanya asam humic atau fumic dari tanah humus atau
- Bau: disebabkan oleh gas – gas hasil dekomposisi zat organik. Bau khas
clay, silt, sisa tanaman, ganggang). Satuan mgr SiO2/lt, Skala FtU, Ntu
24
10-4 s/d 10 -3
m: Partikel tersuspensi kasar, merupakan partikel yang masih
dapat mengendap
- Kandungan zat padat total (TS): seluruh material yang merupakan residu
- Satuan: mgr/lt
25
- Pada konsentrasi s/d 6 ppm phenol masih dapat diuraikan oleh
hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat organik yang
pengoksidasi.
tergantung pada kualitas air baku dan kondisi fasilitas yang tersedia. Dalam tabel
Padatan
Screening dan communition Fisika
tersuspensi
Sendimentasi Fisika
Flotasi Fisika
Filtrasi Fisika
Koagulasi Kimia/Fisika
Land treatment Fisika
Biodegradable
Lumpur aktif Biologi
organics
Trickling filters Biologi
Rotating biological contactors Biologi
Aerated lagoons (kolam aerasi) Biologi
Saringan pasir Fisika/Biologi
Land treatment Biologi/Kimia/Fisika
Pathogens Khlorinasi Kimia
26
Kontaminan Sistem Pengolahan Klasifikasi
Ozonisasi Kimia
Land treatment Fisika
Suspended-growth nitrification
Nitrogen Biologi
and denitrification
Fixed-film nitrification and
Biologi
denitrification
Ammonia stripping Kimia/Fisika
Ion exchange Kimia
Breakpoint khlorinasi Kimia
Land treatment Biologi/Kimia/Fisika
Phospor Koagulasi garam logam Kimia/Fisika
Koagulasi kapur Kimia/Fisika
Biological/Chemical
Biologi/Kimia
phosphorus removal
Land treatment Kimia/Fisika
Refractory
Adsorpsi karbon Fisika
organics
Tertiary ozonation Kimia
Sistem land treatment Fisika
Logam berat Pengendapan kimia Kimia
Ion Exchange Kimia
Land treatment Fisika
Padatan inorganic
Ion Exchange Kimia
terlarut
Reverse Osmosis Fisika
Elektrolisis Kimia
Sumber: Teknologi Pengolahan Limbah Cair (2018)
Metode pengolahan limbah dengan proses fisika, merupakan salah satu dari
limbah dengan proses fisika seringkali dipadukan dengan proses secara kimiawi
27
1. Screening
sampah/benda padat yang besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah
limbah cair tidak akan terganggu. Perangkat pemroses penyaringan kasar yang
biasa digunakan disebut bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya diletakkan
pada intake bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar
seperti kayu dan dedaunan. Umumnya jarak antara bar yang tersusun pada rack
kinerja pompa.
2. Aerasi
cairan dengan udara. Agar transfer sesuatu zat/komponen dari satu medium ke
medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang terpenting adalah
terjadinya turbulensi antara cairan dengan udara, sehingga tidak terjadi interface
yang diam antara cairan dan udara yang dapat menyebabkan laju perpindahan
terhenti. Untuk memperoleh keadaan tersebut, terdapat beberapa prinsip dasar alat
aerasi yaitu:
Aerator mekanik.
Sistem aerator air terjun yang umum digunakan adalah: Aerator Spray,
Aerator Cascade dan Aerator Multiple-Tray. Pada aerator spray, air dipaksakan
28
masuk melalui nozzle. Pada aerator cascade air disebarkan dengan cara
mengalirkan pada lempengan tipis yang disusun seperti tangga atau sekat agar
terjadi turbulensi untuk mencampurkan udara yang terabsorpsi dalam cairan dan
agar cairan terangkat ke permukaan sehingga terjadi kontak dengan udara. Pada
aerator multiple-tray cairan dialirkan ke bagian atas dari beberapa tahap tray yang
Pada sistem difusi udara, udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan
diaerasi dalam bentuk gelembung – gelembung yang naik melalui cairan tersebut.
Ukuran gelembung bervariasi dari yang besar hingga yang halus, tergantung pada
alat aerasi. Alat aerasi yang umum adalah difuser porous, difuser non-porous dan
difuser U-tube.
terjadi perpindahan oksigen dari atmosfir ke dalam air. Pada sistem ini digunakan
turbin sistem hybrid yang melibatkan impeler dan sumber udara. Udara yang
keluar dari bagian bawah impeler, dipecah menjadi gelembung yang halus dan
3. Mixing
apabila dalam suatu reaktor harus dijaga konsentrasi atau temperatur yang merata.
Proses mixing umumnya digunakan pada pencampuran bahan koagulan dengan air
dan pada penambahan khlor untuk disinfeksi. Pada pengolahan air limbah, mixing
29
diperlukan pada proses pengolahan biologi yang memerlukan pencampuran yang
terus menerus, sehingga proses biologi dapat terjadi lebih efektif. Alat atau
Propeler mixer
Pneumatic mixer
Hydraulic mixing
4. Flokulasi
alat flokulasi yang digunakan adalah rotating paddles. Partikel – partikel secara
bertahap akan bergabung melalui proses flokulasi perikinetic yang terjadi akibat
gerakan Brown, namu proses ini sangat lambat. Proses tersebut dapat dipercepat
Dengan kata lain flokulasi Orthokinetic dapat meningkat dengan cara memberikan
5. Sedimentasi
tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan
koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan – gumpalan kecil ini akan terus saling
30
bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi. Dengan
6. Filtrasi
Tujuan filtrasi adalah untuk memisahkan padatan tersuspensi dari dalam air
pengolahan biologi.
Ada dua jenis proses penyaringan yang umum digunakan, yaitu penyaringan
penyaringan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu filter media granular
7. Adsorpsi
Adsorpsi adalah permukaan materi pada interface antara dua fasa. Pada
fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent
yang digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering
digunakan karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan
31
menarik air sehingga kerjanya kurang efektif. Pori – pori pada karbon dapat
mencapai ukuran 10 angstrom. Total luas permukaan umumnya antara 500 – 1500
8. Gas Stripping
Zat – zat yang umum pada gas stripping adalah amonia, hidrogen sulfida,
sulfur dioxide dan phenol. Pada proses stripping air dialirkan ke bawah melalui
media ring atau pada permukaan yang beralur. Sementara udara bersih atau gas
lain dialirkan berlawanan arah. Sistem ini disebut teknik packed column. Pada
sistem ini, aliran gas ke atas (stripping gas) mengambil gas – gas terlarut yang
Pada saat cairan turun di dalam kolom, cairan mengeluarkan gas terlarut
sementara gas pada fase gas masuk ke dalam air. Perpindahan gas terjadi karena
adanya ketetapan hukum mass transfer gas dan cairan. Efisiensi perpindahan
tergantung pada:
Kemurnian dari stripping gas, untuk mencegah pengotoran air yang diolah
9. Flotasi
padatan-cairan atau cairan-cairan yang dalam hal ini partikel atau cairan yang
dipisahkan mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada cairan. Apabila
32
perbedaan berat jenis secara alamiah cukup untuk dilakukan pemisahan, maka
partikel, walaupun secara alamiah berat jenis partikel tersebut lebih ringan dari
keadaan berat jenis partikel secara alamiah lebih besar dari pada cairan, namun
dibuat agar berat jenisnya lebih kecil. Sebagai contoh penggabungan gas-partikel
Padatan terlarut dapat dipisahkan dari air atau air limbah melalui
melewatkan molekul atau ion terlarut melalui membran disebut proses dialysis.
panas (temperatur) atau listrik. Penerapan proses membran adalah desalinasi air
1. Desinfekasi
33
Proses disinfeksi pada industri, umumnya untuk menghambat pertumbuhan
penghancuran virus, bakteri dan protozoa yang terdapat dalam air. Beberapa
c. Penggunaan mekanik
ultraviolet.
Khlorinasi
Ozonisasi
Radiasi Ultraviolet
2. Presipitasi
Proses presipitasi pada industri untuk pelunakan air, penghilangan besi dan
penghilangan ion terlarut seperti PO4-3 dan logam berat. Pemisahan zat organik
terlarut tertentu dapat dilakukan dengan penambahan suat reagen yang sesuai
34
metal yang tdak dikehendaki, misalnya penghilangan kesadahan dan penghilangan
phospat.
Penghilangan Kesadahan
Penghilangan Phospat
3. Koagulasi
terdapat pada air limbah. Melalui proses koagulasi terjadi destabilisasi, sehingga
partikel koloid yang pada awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses
koagulasi akan menjadi kumpulan partikel yang lebih besar sehingga mudah
dipisahkan dengan cara sedimentasi, filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang
lebih muda. Bahan kimia yang sering digunakan untuk proses koagulasi umumnya
Koagulan
Bak Koagulasi
4. Oksidasi Kimia
menghilangkan atau memecah ion-ion seperti Fe+2, Mn+2 dan CN-. Bahan kimia
35
5. Ion Exchange
diinginkan seperti Ca+2, Mg+2, Fe+2 dan NH4+. Media penukar adalah fasa
padat terbuat dari bahan mineral atau resin sintetik yang terdiri dari ion bergerak
yang menempel pada grup fungsional tetap, yang dapat bersifat asam atau basa.
Pada proses penukaran, ion bergerak ditukar dengan ion terlarut yang terdapat
dalam air.
Regenerasi
Kapasitas Penukaran
Biologi”.
Proses pengolahan air limbah secara biologi tersebut dapat dilakukan pada
kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi
pengolahan air limbah dengan beban BOD (Biological Oxygen Demand) yang
Proses biologi dalam pengolahan air limbah secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga yakni proses biologi dengan biakan tersuspensi (suspended culture),
36
proses biologi biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan
yang ada di dalam air dan mikro-organisme yang digunakan dibiakkan secara
sistem ini antara lain: proses lumpur aktif standar (standard activated sludge),
step aeration, contact aeration, extended aeration dan oxidation ditch (kolam
oksidasi).
tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut juga dengan proses
film mikrobiologis atau proses biofilm. Beberapa contoh teknologi pengolahan air
limbah dengan cara ini antara lain: trickling filter, biofilter, rotating biological
Proses pengolahan air limbah secara biologi dengan lagoon atau kolam
adalah dengan menampung air pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal
yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara
alami, senyawa polutan yang ada di dalam air akan terurai. Untuk mempercepat
proses penguraian senyawa polutan atau mempersingkat waktu tinggal dapat juga
dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan
cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond).
37
Berikut ini merupakan blok diagram berdasarkan sistem pengolahan secara
biologis:
Lumpur Aktif
Trickling Filter
Pengolahan
Aerobik Rotating Biological
Contractor
Biofilter
UASB
Pengolahan Pengolahan
Biofilter
Biologis Anaerobik
CSTR
Kolam Oksidasi
Pengoahan
Proses lainnya
Lagoon
II.4.2 Pembahasan
biologi.
1. Perusahaan A
38
Proses ini dilakukan pada aeration dan bertujuan untuk menurunkan COD,
BOD, Ammonia, Nitrate, dan Nitrit serta senyawa organik lainnya. Dalam proses
biologi, limbah cair diolah secara biologis oleh koloni dari bermacam – macam
Aeration tank ini dirancang untuk memiliki SRT (Sludge Retention Time)
memisahkan air yang telah bebas dari pencemar dengan lumpur aktif. Dalam
secondary clarifier, lumpur aktif akan mengendap dan dengan R.A.S Pump
aktif dialirkan menuju equalizing tank untuk diolah kembali. Air yang telah diolah
c. Proses Desinfektan
Air hasil olahan dari carbon filter akan menjalani proses desinfektan dimana
sisa mikroba dalam air akan dibunuh dengan menggunakan kaporit tablet. Proses
ini bertujuan untuk menurunkan kadar total koliform dalam air limbah sehingga
39
Secondary treatment berfungsi menurunkan COD, BOD, Amonia dan
proses biologi dimana bahan pencemar dalam air limbah diuraikan oleh
biofilm pada permukaan media dan secara aktif menguraikan bahan pencemar
yang ada. Berbeda dengan sistem Fixed Bed Media dimana media pertumbuhan
bakteri dipasang secara tetap didalam reaktor, pada MBBR biofilm media diaduk
dalam keadaan melayang dan bergerak di dalam air limbah. Dengan gerakan
tersebut maka tidak akan terjadi penyumbatan pada media yang merupakan faktor
Kelebihan lumpur biologi yang timbul selama proses secara otomatis akan
terlepas dari media dan mengalir menuju secondary clarifier, sedangkan pada
fixed media lumpur tersebut akan tertimbun terus menerus dan bertambah tebal
pada permukaan media sehingga media akan mengalami penyumbatan dan proses
beberapa kali dari proses konvensional tanpa adanya resiko penyumbatan yang
40
maka untuk kapasitas yang sama ukuran dari IPAL dapat diperkecil 3 – 5 kali lipat
2. Perusahaan B
proses filtrasi sederhana dengan beberapa tahapan proses yang dimulai dari
masuknya limbah domestik cair ke unit pengolahan air limbah yang terdiri dari
bata, arang dan ijuk secara berurutan, proses ini dipilih dikarenakan berdasarkan
kandungan air limbah (tabel 2.5), semua parameter uji yang dihasillkan masih
Hidup dan Kehutanan. Aliran limbah cair domestik yang telah melewati unit
Pabrik Green Metanol ini merupakan pabrik yang mengolah bahan baku berupa
biomass limbah sekam padi dan jerami untuk dijadikan produk Green Metanol dengan
kapasitas 130.000 ton per tahun. Pabrik ini terdiri dari 4 unit utama, yaitu Pretreatment
Unit, Gasification Unit, Gas Conditioning Unit, dan Green Metanol Synthesis Unit.
Proses pengolahan biomass tersebut dimulai dari Pretreatment Unit. Pada unit ini,
bahan baku yang berasal dari limbah pertanian mengandung air sebesar 11% dan
berbentuk padatan (solid) sehingga unit ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air
41
serta mempersiapkan bahan baku menjadi serbuk agar mudah dalam penguraian proses
selanjutnya.
sehingga dihasilkan Synthesis Gas (Syngas) yang menjadi bahan utama dalam proses
pembuatan Green Metanol. Syngas yang terbentuk tersebut akan di-treatment pada Gas
Conditioning Unit untuk menghilangkan H2S serta polutan yang masih terikut. Didalam
unit Gas Conditioning inilah banyak limbah seperti Ash dan Tar akan dikelola menurut
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3. Pemerintah
akan meninjau melalui Dinas Lingkungan Hidup terkait limbah tersebut kemudian akan
Setelah didapatkan Clean Syngas, akan diproses menjadi Green Metanol dengan
dimurnikan dengan mengalirkannya pada kolom distilasi metanol. Hasil dari kolom
distilasi metanol tersebut adalah metanol murni 99,85% grade AA yang telah siap
III. PENUTUP
III.1 Simpulan
disimpulkan bahwa:
42
a. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupatean Indramayu memiliki peran
III.2 Saran
Dari pelaksanaan praktik kerja lapangan yang dilakukan, saran yang dapat
a. Perlu terus dilakukan perawatan rutin terhadap unit pengolahan air limbah
domestik agar hasil pengelolaan air limbah domestik tetap memenuhi baku
mutu.
43
b. Keselamatan kerja agar dilaksanakan dengan baik dan benar oleh semua
karyawan agar terhindar dari bahaya dan resiko kecelakaan kerja yang tidak
diharapkan. Rambu – rambu, slogan dan petunjuk harus ditaati oleh semua
c. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk pengolahan limbah cair domestik di
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
44
3. Rahardjo, Nugro. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair “Fisika”. BPPT.
Indonesia
4. Rahardjo, Nugro. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair “Kimia”. BPPT.
Indonesia
5. Rahardjo, Nugro. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair “Biologi”. BPPT.
Indonesia
6. Sutriati, Armaita. 2011. Penilaian Kualitas Air Sungai dan Potensi
Pemanfaatannya Studi Kasus: Sungai Cimanuk. Puslitbang Sumber Daya Air.
Bandung
7. ---------. 2016. Peraturan Menteri P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Baku
Mutu Air Limbah Domestik. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Jakarta
8. ---------. 2018. Kajian Pantuan Kualitas DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu.
Dinas Lingkungan Hidup Indramayu. Indramayu
45