Anda di halaman 1dari 22

KARYA TULIS

PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES

(HMKK538)

“ANALISIS PRODUK DAUR ULANG ALUMINIUM DENGAN METODE SAND


CASTING”

OLEH:

NAMA : ALLEXSYUS MIKHAEL NOFYANTO

NIM : 1710816210005

DOSEN PENGAMPU : ANDY NUGRAHA S.T., M.T.

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
2.1 Pemilihan Bahan dan Proses ........................................................................... 3
2.2 Alumunium ..................................................................................................... 3
2.2.1 Aluminium sebagai Material Teknik ......................................................... 4
2.2.2 Pengecoran Paduan Aluminium ................................................................ 4
2.2.3 Kegunaan Aluminium ............................................................................... 5
2.3 Teknik Sand Casting...................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 8
3.1 Pengumpulan Data .......................................................................................... 8
3.2 Pengolahan Data ............................................................................................. 8
3.3 Analisa Data .................................................................................................... 8
BAB IV ................................................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9
4.1 Proses Daur Ulang Scrap Aluminium............................................................. 9
4.1.1 Proses Separasi dan pre-melting.............................................................. 10
4.1.2 Proses Melting ......................................................................................... 11
4.1.3 Proses Penghilangan Inklusi dan Gas ...................................................... 12
4.2 Studi Kasus ................................................................................................... 13
4.2.1 Hasil dan Pembahasan Studi Kasus......................................................... 14
4.2.1.1 Uji Tarik ............................................................................................. 14
4.2.1.2 Regangan ............................................................................................ 15
4.2.1.3 Pengujian Kekerasan .......................................................................... 16
4.2.2 Kesimpulan .............................................................................................. 17
BAB V................................................................................................................... 18
PENUTUP ............................................................................................................. 18
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini industri manufaktur kian hari kian beragam , mulai dari
industri manufaktur skala rumah tangga hingga skala besar. Mulai dari
pengecoran untuk membuat produk rumah tangga hingga komponen mobil balap
merupakan contoh kecil dalam industri manufaktur ini. Namun hal yang cukup
memprihatinkan adalah seiring dengan berkembangnya industri manufaktur maka
semakin besar pula limbah yang dihasilkan. Sebelum membahas lebih lanjut
,pertama manufaktur sendiri adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan
mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah
bahan mentah menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual. Istilah ini bisa
digunakan untuk aktifitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi
dengan teknologi tinggi, tetapi demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk
dunia industri, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang
besar. Manufaktur ada dalam segala bidang sistem ekonomi. Dalam ekonomi
pasar bebas, manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara massal untuk
dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan.
Kata manufaktur berasal dari bahasa Yunani yaitu factum atau factus yang
berarti dibuat dengan tangan. Proses merubah bahan baku menjadi produk
merupakan arti yang paling luas untuk menjabarkan manufaktur. Pada proses ini
meliputi perancangan terhadap produk,pemilihan material yang digunakan, dan
berakhir pada tahap dimana produk itu dibuat.(Dwi,2018) Karena pemilihan
material menjadi salah satu bagian penting dari proses manufaktur , maka dengan
adanya mata kuliah Pemilihan Bahan dan Proses menjadi salah satu mata kuliah
yang dikuasai mahasiwa Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung
Mangkurat. Untuk itu dibuatlah karya tulis ini sebagai syarat Ujian Akhir
Semester mata kuliah Pemilihan Bahan dan Proses dengan harapan mahasiswa
mampu mengenali suatu material dan juga pengaplikasiannya. Dalam karya tulis
ini saya mengangkat salah satu material yang sangat mudah ditemukan disekitar
kita yaitu aluminium. Material ini sendiri dalam industri manufaktur memiliki

1
limbah dalam pengolahannya. Berbeda dengan material lain ,limbah aluminium
dapat diolah kembali. Bagaimana prosesnya akan kita bahas dalam karya tulis ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada karya tulis ini antara lain
1. Apa yang dimaksud dengan pemilihan bahan dan proses dalam proses
manufaktur?
2. Mengapa material aluminium sangat sering diaplikasikan dalam produk
sehari- hari?
3. Bagaimana cara mendaur ulang limbah aluminium ?
4. Bagaimana perbandingan sifat mekanis produk pengecoran limbah
aluminium dengan aluminiumnya sendiri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan pemilihan bahan dan proses.
2. Mengetahui alasan aluminium sering digunakan.
3. Mengetahui cara mendaur ulang limbah aluminium
4. Mengetahui perbandingan sifat mekanis produk pengecoran limbah
aluminium dengan aluminium

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemilihan Bahan dan Proses
Manufaktur takkan pernah bisa lepas dengan pemilihan bahan dan proses.
Setiap langkah manufaktur bertujuan untuk membawa material lebih dekat ke
keadaan akhir yang diinginkan. Material telah dibuat lebih berharga melalui
proses operasi manufaktur, contohnya ketika bijih besi diubah menjadi baja
hingga akhirnya baja diolah dan mampu digunakan sebagai komponen dari
kendaraan baik roda dua maupun roda empat maka dapat kita simpulkan bahwa
proses manufaktur telah menaikkan nilai bijih besi menjadi suatu komponen
otomotif. Dengan pemilihan bahan dan proses manufaktur dari suatu
produk,bagaimana metode pemilihan bahan yang baik, sehingga dapat dihasilkan
bahan yang paling memungkinkan. Tentunya tahapan pemilihan bahan ini sangat
penting karena menentukan tingkat keterbuatan produk, kekuatan produk,harga
produk dan proses manufaktur yang diperlukan. Konsep produk harus dapat
diwujudkan menjadi produk nyata yang bermanfaat dan dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan ( Agustinus,2017)

2.2 Aluminium
Aluminium sebagai salah unsur ketiga paling berlimpah di permukaan
bumi ,bahkan merupakan unsur logam yang paling melimpah tentunya tidak asing
kita temui di sekitar kita. Aluminium merupakan unsur kimia dengan nomor atom
13 merupakan logam berwarna putih keperakan , lunak , non-magnetik dan logam
yang daktil. Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik ,ringan dan
kuat,dapat menjadi konduktor yang baik. Aluminium dapat ditempa menjadi
kawat ,dilelehkan untuk dicetak dalam proses pengecoran, ataupun menjadi
batang dengan berbagai macam penampang. Berdasarkan massanya aluminium
merupakan 8% dari permukaan bumi . Bijih aluminium bisa kita sebut bauxite
dapat dengan mudah kita temukan melalui proses pertambangan . Di Indonesia
sendiri ada beberapa daerah yang memiliki tambang aluminium skala besar antara
lain adai di daerah Riau , Sumatera Utara , Bangka Belitung dan Kalimantan
Barat.

3
Gambar 2.1 Aluminium
(sumber:Wikipedia)

2.2.1 Aluminium sebagai Material Teknik

Dalam buku “Fundamentals of Aluminium Metallurgy: Production ,


Processing and Applications” karya Roger Lumley diterangkan bahwa jauh
sebelum digunakan sebagai industri logam , paduan aluminium telah digunakan
sebagai material teknik. Secara umum dinyatakan bahwa bidang yang paling
berguna untuk logam ini ditemukan dalam paduannya,banyak diantaranya
memiliki sifat – sifat berharga,tetapi banyak yang berpendapat andaikan logam
ini lebih murah maka logam ini sendiri lebih unggul (The Manufacturer and
Builder,1886) Karena biaya pengolahannya yang mahal sebelum proses Hall –
Heroult ditemukan maka pengaplikasian aluminium sangat minim dan terbatas
dan dibuat paduan saja seperti contohnya paduan Al-Ag yang digunakan
sebagai manufaktur komponen dalam penelitian kapal selam, (The
Manufacturer and Builder,1879)

2.2.2 Pengecoran Paduan Aluminium


Dalam sejarah , pengecoran Aluminium yang merupakan pengolahan
aluminium dengan metode paling mudah dengan hasil berbagai bentuk ternyata
masih menimbulkan masalah. Sangat sulit untuk untuk melakukan pengecoran
yang terbebas dari porositas maupun cacat lainnya. Pada tahun 1892 ditemukan
solusi untuk hal itu yaitu aluminium seharusnya tidak dipanaskan terlalu jauh
dari titik leburnya ,jika hal itu terjadi maka leburan aluminium akan menyerap
gas yang menyebabkan porositas. (The Manufacturer and Builder,1892). Kini
pengecoran aluminium didominasi dibidang transportasi dan secara luas di
aplikasikan dalam blok mesin,kepala silinder,piston,velq dan komponen
suspense. Pemilihan proses pengecoran sendiri tergantung dari ukuran ,desain

4
dan jumlah part yang ingin dicetak. (Kirgin,2009) Cetakan Permanen dan
cetakan pasir sering digunakan untuk part yang tebal dan juga untuk part yang
memerlukan lubang .

Gambar 2.2 Distribusi produk pengecoran aluminium (a) dengan metode high
pressure (b) dengan cetakan permanen dan cetakan paser)
(sumber: Kirgin,2009)

2.2.3 Kegunaan Aluminum


Aluminium memiliki banyak kegunaan ,mengingat material ini ringan
,densitasnya hanya sepertiga dari besi , memiliki sifat seperti tembaga yang
sangat baik sebagai konduktor panas dan listrik, tahan terhadap korosi di
berbagai macam lingkungan dan dapat dengan mudah dicetak atau fabrikasi ke
banyak jenis kebutuhan maka tidak heran aluminium sangat sering digunakan.
Aluminium pun memiliki nilai yang tinggi dalam hal kemampuan daur ulang
karena untuk meleburkan aluminium bekas hanya menggunakan total 5% dari
total energi yang digunakan untuk mengekstrak jumlah yang sama dengan
bahan pertama dari bijih bauksit. Karena sifat durabilitasnya aluminium
digunakan hampir di 75% produk manufaktur . Apa saja produk tersebut dapat
kita lihati di gambar 2.3.

5
Gambar 2.3 Siklus kegunaan produk aluminium (a) produk pakai (b) rating
daur ulang
(sumber : Polmear,2006)

2.3 Teknik Sand Casting


Sand Casting atau teknik pengecoran dengan media pasir adalah teknik
pengecoran yang paling umum dan sederhana dalam pengecoran aluminium.
Pengecoran cetakan pasir didahului dengan pembuatan model yang dapat dipecah

6
menjadi dua bagain atau lebih,membuat adolan pasir cetak yang terdiri dari
pasir,tanah liat,pengikat dan ait. Masing – masing bagian model disambung
dengan saluran masuk logam cair dan saluran penambah jika diperlukan, diletakan
pada drag dan cope ( cetakan atas dan bawah) selanjutnya sekeliling cetakan
tersebut ditimbun pasir dan dipadatkan. Setelah itu cetakan dibalik atau model
langusng diambbil dari drag dan cope ,selanjutnya permukaan rongga cetakan
pasir dihaluskan dan bagian-bagian cerakan dipasangkan dan diikat jadi satu
kesatuan dan diberi pemberat supaya tidak terangkat bila logam cair dituangkan.
Pengecoran dengan produk berdimensi kecil,bagian dalam cetakan pasir
(permukaan) sebelum digunakan umunya dikeringkan terlebih dahulu dibawah
sinar matahari.

Gambar 2.4 Proses sand-casting


(sumber : open.edu)

7
BAB III
METODE PENELITAN
3.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang dimaksud adalah data yang
bersumber dari internet, kajian, penelitian, artikel dan wawancara yang berkaitan
dengan proses daur ulang scrap aluminium. Dalam makalah ini penulis
menyajikan beberapa jurnal yang terkait dengan daur ulang aluminium antara lain

3.2 Pengolahan Data


Data yang telah diperoleh kemudian diolah dalam bentuk tabel atau grafik.
Data ini kemudian diinterpretasi untuk menentukan pengaruh dari bahan yang
digunakan terhadap hasil pengecoram.

3.3 Analisa Data


Hasil pengolahan data digunakan untuk menganalisa kelebihan dan
kekurangan dari produk daur ulang aluminium dengan metode sand casting
melalui uji tarik,regangan dan uji kekerasan.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Daur Ulang Scrap Aluminium

Gambar 4.1 Diagram Alir Daur Ulang Scrap Aluminium


(sumber : EAA dan OEA,2007)

Secara garis besar, untuk melakukan proses daur ulang scrap aluminium ada tiga
tahap, yaitu
1. Proses separasi dan pre-melting
2. Proses melting
3. Proses penghilangan inklusi dan gas

9
4.1.1 Proses Separasi dan pre-melting
Proses separasi dan pre-melting merupakan serangkaian proses yang
dilakukan sebelum aluminium dilebur kembali, tujuannya adalah untuk
memisahkan unsur-unsur pengotor yang mengurangi kemurnian dari produk
daur ulang aluminium.Pada proses ini, proses pemisahan dilakukan secara fisik
yaitu berdasarkan penampakan makro dari pengotornya. Adapun beberapa
teknologi yang dapatdigunakan adalah sebagai berikut :
1. Proses pemisahan dengan menggunakan magnet, teknologi ini digunakan
untuk memisahkan aluminium dari pengotor yang bersifat ferromagnetic
seperti besi dan baja yang tercampur, dalam aplikasi yang lebih luas,
pemisahan dengan menggunakan magnet dapat dilakukan dengan menggunaan
medan magnet yang berbeda, sehingga banyaknya pengotor yang terpisah
menjadi lebih baik.
2. Proses pemisahan dengan menggunakan udara, prinsip ini menggunakan
perbedaan berat terhadap volume dari masing-masing material, sebagai contoh
baja dengan densitas sekitar 7 akan lebih berat dibandingkan dengan
aluminium sehingga baja akan berada dibagian bawah dan aluminium berada di
bagian atas,
3. Pemisahan dengan menggunakan eddy current, prinsip pemisahan ini
dilakukan dengan memanfaatkan arus eddy yang diciptakan, setiap benda akan
memberikan respon yang berbeda terhadap adanya arus eddy bergantung
kepada konduktivitas listrik yang dimilikinya. Material yang memiliki nilai
konduktivitas listrik yang berbeda akan terlempar dengan jarak yang berbeda
sehingga aluminium dapat ditemukan pada jarak lemparan tertentu.
4. Dengan menggunakan heavy media separator, prinsip kerja dari alat ini
adalah dengan memisahkan suatu material berdasarkan perbedaan specific
gravity masing-masing material. Medium yang digunakan bervariasi
tergantung kebutuhan dari proses pemisahan
5. Color sorting atau pemisahan manual berdasarkan kenampakan fisik,
metode ini merupakan metode manual dengan cara memanfaatkan kemampuan
indera manusia dalam membedakan benda satu yang lain berdasarkan spectrum

10
warnanya. Biasanya metode ini dilakukan di daerah dengan penduduk yang
cukup banyak sehingga ongkos pabriknya dapat diturunkan
6. Hot crush merupakan metode pemisahan yang biasanya digunakan pada
wrought dan cast aluminum alloy, prinsipnya menggunakan titik leleh dari
paduan yang rendah sehingga ketika pemanasan material tersebut terpisah
kemudian cast alloy dihancurkan dengan menggunakan metode crushing atau
grinding. Cast alloy akan terpisah saat dilakukan proses screening. Kelebihan
dari metode ini adalah, cat dan pelapis yang ada pada aluminium yang akan
didaur ulang akan ikut hilang bersamaan dengan proses pemanasan.

4.1.2 Proses Melting


Selanjutnya setelah proses separasi dilakukan, proses selanjutnya adalah
proses peleburan/melting. Pada tahap ini proses pemisahan fisik tidak dapat
dilakukan kembali sehingga harus dipastikan bahwa material pengotor yang
berukuran makro sudah terpisah dengan baik. Adapun proses pelelehan ini
terdiri dari
1. . Melting-refining, merupakan tahap pelelehan material yang didaur ulang,
proses pelelehan dilakukan secara selektif terhadap logam-logam tertentu
saja, proses pelelehan selektif tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan titik leleh aluminium dan pengotor yang dilebur
sehingga dapat diketahui material apa yang akan meleleh terlebih dahulu,
hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari pengotor yang tidak
terpisahkan pada proses sebelumnya. Peralatan yang dapat digunakan
adalah reverberatory furnace atau rotary furnace.
2. Fluxing merupakan penambahan zat-zat tertentu yang berfungsi untuk
mengoksidasi pengotor yang larut dalam lelehan aluminium. Selain itu,
penambahan fluks juga dilakukan untuk mengatur fluiditas dari lelehan
dan mengangkat pengotor ke permukaan supaya mudah dipisahkan.
3. Hoopes Process, merupakan langkah lanjutan yang digunakan untuk
memproduksi produk aluminium daur ulang dengan tingkat kemurnian
yang tinggi, prosesnya adalah dengan menggunakan lapisan elektrolitik
pada temperatur tinggi dan intensitas daya yang tinggi sehingga akan

11
terjadi migrasi aluminium ke katoda sedangkan pengotor akan tetap
tertinggal pada anoda.
4. Low temperature electrolysis, dengan menggunakan prinsip yang sama
dengan hoopes process namun pada temperatur yang rendah, proses ini
akan menghilangkan pengotor-pengotor yang masih tersisa dari proses
sebelumnya seperti Mn, Fe, Si, Cu, Pb, Zn, dan Ni. Scrap aluminium akan
bertindak sebagai anoda dan setelah proses elektrolisis, aluminium murni
akan berada di katoda. Efisiensi energi proses ini lebih besar dibandingkan
dengan proses lainnya serta lebih ramah lingkungan.
5. Segregasi, merupakan proses pemisahan partikel pengotor dan aluminium
dengan memanfaatkan sifat rekristalisasi. Batang aluminium dilewatkan ke
dalam tanur berbentuk cincin, menghasilkan zona lelehan yang bergerak
sepanjang batang. Seiring dengan pendinginan, maka kristal aluminium
murni akan dihasilkan dan pengotor akan tetap berada di zona lelehan.
6. Distilasi, dengan menggunakan temperatur yang sangat tinggi hingga
melebihi temperatur uap dari aluminium, aluminium diuapkan kemudian
di kondensasi secara perlahan sehingga aluminium terpisah dari
pengotornya.

4.1.3 Proses Penghilangan Inklusi dan Gas


Setelah proses pemisahan dan pemurnian kembali dengan cara
pelelehan, proses selanjutnya yang harus dilakukan adalah penghilangan
inklusi dan gas hidrogen. Kebanyakan inklusi yang muncul adalah berbentuk
alumina, untuk menghilangkan inklusi dan gas hidrogen dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Sedimentasi, proses ini dilakukan berdasarkan prinsip perbedaan massa
jenis dari masing-masing logam, proses dilakukan dalam kondisi
campuran berada dalam fasa cair/lelehan. Ketika di dalam tanur, lelehan
dibiarkan lebih lama sehingga partikel yang lebih berat akan mengendap,
efeknya adalah penggunaan energy yang lebih besar dari proses ini kadang
membuat proses menjadi tidak ekonomis.
2. Flotasi atau degassing, proses ini digunakan untuk mengurangi banyaknya
gas hidrogen yang terperangkap bersamaan dengan inklusi alumina,

12
caranya dengan menghembuskan gas argon dan klorin dari dasar wadah
sehingga muncul gelembung yang akan bergerak dari bagian dasar ke
permukaan lelehan, sepanjang perjalanan, gelembung tersebut menjadi
tempat gas hidrogen untuk berdifusi sehingga ketika gelembung sampai ke
permukaan dan pecah, gas hidrogen akan dilepaskan.

Pada akhirnya, keseluruhan proses daur ulang scrap aluminium tetap harus
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti (1) Flow dan life cycle dari scrap
aluminium yang digunakan untuk mengurangi kemungkinan salah pengaturan
komposisi akibat bahan baku yang tidak baik, (2) metode yang digunakan
untuk mengevaluasi nilai ekonomis dari proses daur ulang dibandingkan
dengan proses produksi primer, (3) mengetahui pengaruh dari masing-masing
parameter terhadap berjalannya proses daur ulang (Niels, 2007).

4.2 Studi Kasus


Merujuk pada jurnal karya Helmy Purwanto dan Mulyonorejo yang
berjudul “Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan
Pada Aluminium Cor dan Cetakan Pasir” , peneliti melakukan percobaan yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengecoran ulang terhadap kekuatan tarik
dan kekerasan pada aluminium. Bahan yang digunakan adalah aluminium yang
beredar di pasaran. Material dilebur diatas tungku pengecoran dan dituang pada
temperatur 750˚C dengan menggunakan cetakan pasir. Hasil pengecoran
kemudian dibuat spesimen pengujian tarik menurut standart JIS Z 2201 No. 14
untuk pengujian tarik dan spesimen pengujian kekerasan. Pengecoran ulang
dilakukan tiga kali dengan kondisi penuangan yang sama dan masing-masing
masing pengecoran dibuat tiga spesimen. Sebagai tempat penampung logam
aluminium cair digunakan kowi dan untuk mengukur suhu dari logam cair
digunakan digital thermometer dengan termokopel. Bahan menggunakan
Aluminium dalam bentuk batangan yang diperoleh dari pasaran. Jumlah dari
spesimen pengujian adalah masing masing tiga spesimen untuk tiap pengecoran.
Pengecoran dilakukan berulang sampai tiga kali pengecoran dari sisa pembuatan
spesimen dengan temperatur tuang 750˚C dan di cetak dengan menggunakan
cetakan pasir. Sebagai material kontrol dibuat spesimen dari material awal.

13
Gambar 4.2 Diagram Alir

4.2.1 Hasil dan Pembahasan Studi Kasus


4.2.1.1 Uji Tarik

Gambar 4.3 Pengaruh pengecoran ulang terhadap kekuatan tarik

14
Tegangan tarik maksimum pada variasi pengecoran ulang I sampai
pengecoran ulang III pada temperatur tuang 750˚C ditunjukkan pada Gambar
4.3 dimana pada raw material mempunyai tegangan tarik maksimum sebesar
19.98 kg/mm2. Tegangan tarik maksimum pada pengecoran ulang I terhadap
raw material turun dari 19.98 kg/mm2 menjadi 11.69 kg/mm2 atau turun
sekitar 41 %. Setelah dilakukan pengecoran ulang II tegangan tarik
maksimum turun lagi menjadi 11.23 kg/mm2 atau turun 3.9 % demikian juga
setelah dilakukan pengecoran ulang III tegangan tarik maksimumnya juga
turun menjadi 10.23 kg/mm2 atau turun 8.9 %. Pengujian ini menunjukkan
penurunan kekuatan tarik maksimum, sesuai yang dilaporkan oleh Purnomo,
2004 pada aluminium tuang 320 yang mengalami penurunan kekuatan tarik
setelah dilakukan pengecoran ulang, hal ini disebabkan karena karena adanya
porositas yang disebabkan timbulnya gas H saat proses peleburan. Penurunan
kekuatan tarik juga dapat disebabkan oleh masuknya kotoran pada saat
peleburan karana peleburan menggunakan bahan bakar minyak tanah.

4.2.1.2 Regangan

Gambar 4.4 Pengaruh pengecoran ulang terhadap regangan

Regangan pada variasi jenis pengecoranditunjukkan pada gambar 4.4,


regangan pada raw material adalah 0.35. Setelah dilakukan pengecoran ulang
I, regangan turun menjadi 0.09. Pada pengecoran ulang II juga nampak
penurunannya menjadi 0.08, dan pada pengecoran ulang III juga turun

15
menjadi 0.07 dengan demikian pengecoran ulang juga membuat regangan
dari aluminium menjadi berkurang atau aluminium yang dilakukan
pengecoran kemampuan perpanjangannya menjadi berkurang.

4.2.1.3 Pengujian Kekerasan

Gambar 4.5 Pengaruh pengecoran ulang terhadap kekerasan

Gambar 4.5 menunjukkan pengaruh pengecoran ulang terhadap


kekerasan. Hasil pengujian terlihat bahwa raw material mempunyai nilai
kekerasan yang cukup tinggi yaitu sekitar 91.7 BHN. Hasil pengujian
terhadap pengecoran ulang I terlihat penurunan yang cukup jauh yaitu dari
91.17 BHN menjadi 19.3 BHN penurunan terjadi sekitar 79%. Pengujian
kekerasan pada pengecoran ulang II penurunannya tidak terlalu jauh dari
pengecoran ulang I yaitu dari 19.3 BHN menjadi 18.03 BHN, atau sekitar
5.1% demikian pula pada pengecoran ulang III yaitu mengalami penurunan
kekerasan terhadap pengecoran ulang II yaitu dari 18.03 BHN menjadi 13.1
BHN atau sekitar 27 %. Dari hasil pengujian ini terlihat bahwa terjadi
kecenderungan turunnya harga kekerasan akibat dilakukannya pengecoran
ulang, hal ini disebabkan oleh timbulnya porositas pada hasil pengecoran
akibat timbulnya gas pada saat peleburan

16
4.2.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada proses pengecoran ulang pada
aluminium murni dengan menggunakan cetakan pasir dan temperatur tuang
750˚C dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengecoran ulang menyebabkan penurunan pada kekuatan tarik yaitu
dari pengecoran I ke pengecoran II turun sekitar 3.9% sedang
penurunan dari pengecoran ulang II ke pengecoran III turun 8.9% atau
rata – rata penuruan setelah dilakukan pengecoran ulang adalah 6.4%
2. Pengecoran ulang juga berpengaruh pada penurunan regangan. Rata –
rata penurunannya sebesar 11 %
3. Pengecoran ulang juga menurunkan kekerasan material dari
pengecoran I ke pengecoran II turun dari 19.3 BHN menjadi 18.03
BHN atau turun sebesar 5.1% dan dari pengecoran ulang II ke
pengecoran ulang III turun dari 18.03 BHN menjadi 13.1 BHN atau
turun sebesar 27%

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari karya tulis ini antara lain.
1. Pemilihan bahan ini ialah proses dalam manufaktur yang akan menentukan
tingkat keterbuatan produk, kekuatan produk,harga produk dan proses
manufaktur yang diperlukan.
2. Aluminium sering diaplikasikan karena selain melimpah sumbernya ,
aluminium juga memiliki beberapa keunggulan seperti ringan ,densitasnya
hanya sepertiga dari besi , memiliki sifat seperti tembaga yang sangat baik
sebagai konduktor panas dan listrik, tahan terhadap korosi di berbagai
macam lingkungan dan dapat dengan mudah dicetak atau fabrikasi ke
banyak jenis kebutuhan.
3. Secara garis besar, untuk melakukan proses daur ulang scrap aluminium,
dibutuhkan sekurang-kurangnya tiga tahap, yaitu proses separasi dan pre-
melting, proses melting, dan proses penghilangan inklusi dan gas hidrogen.
4. Dalam studi kasus yang diberikan dapat kita lihat bahwa aluminium daur
ulang memiliki penurunan terhadap sifat mekanisnya antara lain rata – rata
penurunan kekuatan tarik sebesar 6.4 % , rata – rata penurunan kasus
sebesar 11% dan penurunan pada kekerasan material dari 19.3 BHN ke
18.03 BHN dan kemudian di pengecoran selanjutnya turun lagi menjadi
13.1 BHN. Namun mengingat sumber daya limbah aluminium yang
melimpah tidak ada salahnya kita memanfaatkannya selama itu masih
digunakan sesuai kemampuannya mengingat proses daur ulang dengan
sand casting ini tidak memerlukan proses yang lama maupun biaya yang
mahal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adams, N. & Sattlethight, H. (2008), Aluminum Statistical Review for 2007, The
Alaminum Association, Arlington, VA, USA
Bonollo, F. Urban, J, Bonatto, B. & Boter, M. (2005), Gravity and Low Presure
diecasting of Aluminium Alloysx a Technical and Economical Benchmark,
La Metalturgia Italiana, 6: 23-32
Cahn. J.W. (1984). Erratum: Age Hardening of Aluminium Alloy, Balletin of Alley
Phase Diagrams Journal of Phase Equilibria, 5(1) 21 Fastwood LW
(19461. Gar in Light Allays New York John Wiley and Sons
Dieter, G. E., 1987, Metalurgi Mekanik, Jilid 1 Erlangga, Jakarta
European Aluminium Association (EAA) (2008), "Aluminium in Cars', available
from: http://www.ca.net/apl/4/endoc/
Hadi Dwi,2018. Pengantar Proses Manufaktur untuk Teknik Industri.Malang.Tim
UB Press
Japanese Standards Association, 1973, JIS Hand Book Non-Ferrous Metal and
Metallurgy, JSA Japan hal. 36.
Kirgin K (2009) Feeling the Domins Elfect, Moder Casting 343
Lumley Roger,2011. Fundamentals of Aluminium Metallurgy : Production ,
Processing and Applications. Philadelphia,USA: Woodhead Publishing
Limited
Minet, A. (1902, 1905), The Production of Aluminium Industrial Use, Ist ed.,
1905. New York
Polmear. IJ. (2006), Light Allosx From Traditional Alloys to Nanocrystals, 4th
ed.,
Purna Irawan,Agustinus.2017.Perancangan dan Pengenmbangan Produk
Manufaktur.Yogyakarta.CV. Andi Offset
Suprapto Wahyono.2017. Teknologi Pengecoran Logam.Malang.Tim UB Press
The Manufacturer and Builder (1877), Alloys of Aluminium, 9(9): 201. Western
and Company, New York (H.N. Black, publisher, W.H. Wahl, editor)
The Manufacturer and Builder (1879), Cost of Aluminium, 11(5): 120. Western
and Company, New York (H.N. Black, publisher, W.H. Wahl, editor
The Manufacturer and Builder (1881), Alloys of Aluminium, 13(11): 254-255, and
Company, York (H.N. Black, publisher, W.H. Wahl, editor

19
The Manufacturer and Builder (1886), Properties of Aluminium, 18(1): 13.
Western and Company, New York (H.N. Black, publisher, W.H. Wahl,
editor)
The Manufacturer and Builder (1892), The Uses of Aluminium, 21(6): 132-133,
Western and Company, New York (H.N. Black, publisher. W.H. Wahl,
editor),

20

Anda mungkin juga menyukai