Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TUGAS MANUFAKTUR II

CHEMICAL MACHINING

Disusun Oleh:
MOH. YUSRIL ISMAIL 362236301021
MICHAEL BRYAN ALTHEA W. 362236301005

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI REKAYASA MANUFAKTUR
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Chemical Machining”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berjudul Chemical Machining ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banyuwangi, 3 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................2
2.1. Definisi Chemical Machining.........................................................................2
2.2. Prinsip Dasar Proses Chemical Machining.....................................................2
2.3. Parameter-parameter Dalam Proses CHM......................................................5
2.4. Klasifikasi dan Seleksi daripada ETCHANT RESISTANT MATRIALS.....5
BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 2 Prinsip Dasar Proses Chemical Machining.................................. 3


Gambar 2. 2. A. Prinsip kerja mesin ECM (McGeough, 1988)...................... 4
Gambar 2. 4 Skema Proses CHM..................................................................... 8

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pemesinan secara kimia atau chemical machining memiliki sejarah
tersendiri yang berbeda proses-proses non-konvensional yang perkembangannya
baru mulai intensif sejak berakhirnya perang dunia II maka proses chemical
machining pada prinsipnya telah dipergunakan di dalam peradaban manusia sejak
zaman dulu. Sebenarnya secara tidak langsung, teknik pengerjaan ini pun telah
dikenal oleh orang-orang Indonesia sejak zaman peradaban Hindu. Misalnya
teknik pembuatan keris oleh para Mpu pada zaman tersebut. Pengerjaan pada
zaman dahulu lebih condong ke arah seni.
Teknik pengerjaan semakin berkembang dan maju pada periode perang
Dunia kedua. Proses chemical machining ini dikembangkan lebih intensif untuk
proses produksi masa. Pemakaian proses ini, misalnya dalam industri pesawat
terbang untuk mengurangi berat sayap dengan jalan melarutkan bagian-bagian
yang tidak penting dari pada sayap tersebut. Pada proses elektronika, proses ini
dipergunakan untuk pembuatan printed circuit dari pada suatu rangkaian
elektronik.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk Menyelesaikan tugas manufaktur II tentang
Chemical Machining, dan agar pembaca mengetahui :
1. Definisi Chemical Machining.
2. Prinsip dasar proses Chemical Machining.
3. Parameter-parameter dalam proses CHM.
4. Klasifikasi dan Seleksi daripada “ETCHANT RESISTANT MATRIALS”.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Chemical Machining


Chemical machining adalah permesinan non-tradisional yang
terkenal denganproses peleburan kimia benda kerja/ material oleh kontak
dengan asam kuat atau basayang dikendalikan oleh mesin. Pelapis khusus
yang disebut maskants melindungi arealogam yang tidak hilangkan.
Proses ini digunakan untuk membuat kontur danmenghilangkan
bahan yang memiliki rasio kekuatan-berat yang tinggi. Selain
itupermesinan ini banyak digunakan untuk menghasilkan mikro-komponen
untuk berbagaiaplikasi industri seperti sistem mikroelectromechanical
(MEMS) dan induksi semikonduktor.
Permesinan kimia adalah metode tertua dalam ruang linkup permesina
non-tradisional yang telah digunakan untuk pembentukan tembaga dengan
asam nitrat pada jaman mesir kuno 2003SM. Sampai abad ke-19 penggunan
metode ini proses secara meluas digunakan untuk etsadekoratif. Para
photographi memberikan dimensi baru untuk permesinan kimia dan pada
tahun 1826 J.N.Niepce pertama kali menggunakan photoresist yang terbuat
dari aspalyudea,untuk etsa timah.
Aplikasi perindustrian dalam permesinan kimia bekembang setelah
perang. pada tahun1953, amerika utara (California) menggunakan proses
untuk komponen etch alumunium untuk pembuatan roket, dan kemudian
disebut dengan proses “kimia milling”. Metode permesinan diberi nama yang
berbeda seperti etching, kimia etching, kimia basah dan lain-lain

2.2. Prinsip Dasar Proses Chemical Machining


Pada dasarnya proses CHM ini adalah suatu bentuk proses korosi yang
terjadi pada sutau metal akibat adanya reaksi kimia yang mengubah metal

2
tersebut secara kimiawi menjadi senyawa garam yang mengandung unsur
metal tersebut. Chemical Machining menggunakan prinsip serangan kimia dan
cairan etching untuk menghilangkan material dari benda kerja seperti batu,
logam, dan keramik. Cairan etching yang digunakan diantaranya asam, larutan
alkalin biasanya disebut dengan regents or etchants. Ada 3 proses machining
yang termasuk metode chemical machining yaitu :
A. Chemical Milling

Gambar 2.2 Prinsip Dasar Proses Chemical Machining

Untuk mengurangi berat dan menghilangkan material dengan kedalaman yang


relatif dangkal. Benda kerjanya dapat berupa plat, lembaran, material hasil
tampaan (forging), dan material hasil tekanan (extrusion). Material yang
dihilangkan hingga mencapai 12 mm kedalamannya. Untuk pengontrolan
penghilangan benda kerja dapat menggunakan lapisan material lain atau biasa
disebut dengan masking. Prosedur dalam proses chemical milling ini terdiri
dari :
Jika benda kerjanya mempunyai tegangan sisa maka yang dilakukan terlebih
dahulu adalah penanganan tegangan sisanya. Permukaan dibersihkan
sepenuhnya agar mempunyai pelekatan yang baik (good adhesion) dan
penghilangan material secara seragam.

3
Gambar 2.2.A. Chemical Milling
Material masking diterapkan pada benda kerja. Material masking yang biasa
digunakan diantaranya elastomer seperti karet dan neoprene, dan plastik
seperti polyvinly chloride, polyethylene, dana polystylene. Material-material
tersebut digunakan agar tidak bereaksi dengan reagent. Jika diperlukan,
maskant dilapisi atau ditutupi.

Benda kerja disiraam dengan etchants seperti sodium hidroksida (untuk benda
kerja alumunium), larutan hydrochloric dan nitric acids (untuk benda kerja
baja), dan iron chloride (untuk benda kerja stainless steels).

Setelah di machining, benda kerja dicuci karena masih ada sisa etchant saat di
istirahatkan, material masking dihilangkan dan benda kerja dibersihkan.

B. Chemical Blangking
Pengosongan lembaran logam. Aplikasi dari proses ini yaitu pada papan
printer, panel-panel dekorasi, dan lembaran logam tipis.

C. Photochemical Blanking
Merupakan modifikasi dari chemical milling yaitu menghilangkan material
dengan teknik photografi. Sering disebut photoetching atau photochemical
machining. Material yang mampu dibentuk setipis 0,0025 mm. Aplikasinya
pada pembuatan fine screen, printed circuit card, lapisan motor listrik, dan
mask untuk TV berwarna.

4
2.3. Parameter-parameter Dalam Proses CHM
Karakteristik dari proses CHM biasanya ditinjau dari Rate of Metal
Removalnya dan ini dipengaruhi oleh beberapa parameter diantaranya yang
terpenting adalah :

1. Material penahan zat pelarut kimia (etchant resistant material)


a. Type material tersebut
b. Tebal material pelindung tersebut
2. Zat pelarut kimia (etchant solution)
a. Komposisi
b. Konsentrasi
c. Kondisi kerja

 Pemesinan bahan keras dan bahan tahan panas. Parameter proses dan alat
waktu hidup tidak tergantung pada kekerasan benda kerja. Oleh karena itu
elektrokimia
pemesinan sering digunakan untuk pemesinan bahan keras.
 Pemesinan rongga dalam penempaan cetakan, mengebor lubang yang lebih dalam
dan lubang berbentuk tidak beraturan yang
tidak dapat diperoleh dengan metode pemesinan konvensional.
 Pemesinan profil kompleks seperti roda turbin, turbin, dan bilah jet.
 Mati tenggelam. Electro Chemical Machining sering digunakan sebagai alternatif
dari tipe cavity
pemesinan pelepasan listrik (EDM).
 Fabrikasi bagian berdinding tipis. Pemesinan elektrokimia al tidak menghasilkan
tegangan permukaan
benda kerja oleh karena itu bahkan bahan yang sangat rapuh dan mudah berubah
bentuk dapat dikerjakan dengan mesin
bentuk berdinding tipis.
 Gerinda benda kerja dengan roda berputar, yang melakukan operasi gerinda
melalui
elektrolit. Roda bersifat konduktif dan kucing terhubung secara holistik. Non-
konduktif keras
partikel diatur pada permukaan roda. File-file partikel memberikan celah konstan
yang melaluinya sebuah
elektrolit terus diumpankan. Bahan keras dan rapuh digiling dengan metode ini.
 Sudut atau tepian yang kasar dapat diubah menjadi bagian yang sangat halus dan
prosesnya dikenal sebagai
deburring

5
 Pemesinan bahan keras dan bahan tahan panas. Parameter proses dan alat
waktu hidup tidak tergantung pada kekerasan benda kerja. Oleh karena itu
elektrokimia
pemesinan sering digunakan untuk pemesinan bahan keras.
 Pemesinan rongga dalam penempaan cetakan, mengebor lubang yang lebih dalam
dan lubang berbentuk tidak beraturan yang
tidak dapat diperoleh dengan metode pemesinan konvensional.
 Pemesinan profil kompleks seperti roda turbin, turbin, dan bilah jet.
 Mati tenggelam. Electro Chemical Machining sering digunakan sebagai alternatif
dari tipe cavity
pemesinan pelepasan listrik (EDM).
 Fabrikasi bagian berdinding tipis. Pemesinan elektrokimia al tidak menghasilkan
tegangan permukaan
benda kerja oleh karena itu bahkan bahan yang sangat rapuh dan mudah berubah
bentuk dapat dikerjakan dengan mesin
bentuk berdinding tipis.
 Gerinda benda kerja dengan roda berputar, yang melakukan operasi gerinda
melalui
elektrolit. Roda bersifat konduktif dan kucing terhubung secara holistik. Non-
konduktif keras
partikel diatur pada permukaan roda. File-file partikel memberikan celah konstan
yang melaluinya sebuah
elektrolit terus diumpankan. Bahan keras dan rapuh digiling dengan metode ini.
 Sudut atau tepian yang kasar dapat diubah menjadi bagian yang sangat halus dan
prosesnya dikenal sebagai
deburring
 Pemesinan bahan keras dan bahan tahan panas. Parameter proses dan alat
waktu hidup tidak tergantung pada kekerasan benda kerja. Oleh karena itu
elektrokimia
pemesinan sering digunakan untuk pemesinan bahan keras.
 Pemesinan rongga dalam penempaan cetakan, mengebor lubang yang lebih dalam
dan lubang berbentuk tidak beraturan yang
tidak dapat diperoleh dengan metode pemesinan konvensional.
 Pemesinan profil kompleks seperti roda turbin, turbin, dan bilah jet.
 Mati tenggelam. Electro Chemical Machining sering digunakan sebagai alternatif
dari tipe cavity
pemesinan pelepasan listrik (EDM).
 Fabrikasi bagian berdinding tipis. Pemesinan elektrokimia al tidak menghasilkan
tegangan permukaan
benda kerja oleh karena itu bahkan bahan yang sangat rapuh dan mudah berubah
bentuk dapat dikerjakan dengan mesin
bentuk berdinding tipis.
 Gerinda benda kerja dengan roda berputar, yang melakukan operasi gerinda
melalui

6
elektrolit. Roda bersifat konduktif dan kucing terhubung secara holistik. Non-
konduktif keras
partikel diatur pada permukaan roda. File-file partikel memberikan celah konstan
yang melaluinya sebuah
elektrolit terus diumpankan. Bahan keras dan rapuh digiling dengan metode ini.
 Sudut atau tepian yang kasar dapat diubah menjadi bagian yang sangat halus dan
prosesnya dikenal sebagai
deburri
2.4. Klasifikasi dan Seleksi daripada ETCHANT RESISTANT
MATRIALS
Didalam proses pengerjaan secara selektif dibutuhkan suatu material
pelindung pada bagian benda kerja sehingga tidak terjadi reaksi kimia antara
bagian yang terlindungi dengan zat pelarut kimia. Material pelindung inilah
yang disebut etchant resistant materials atau yang lebih dikenal dengan istilah
maskant. Berdasarkan cara pemakaiannya, maka maskant dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Cut and Peel Maskant, karakteristiknya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Seluruh permukaan benda kerja dilapisi dengan maskant ini. Caranya
dengan menyemprotkan atau membenamkan benda kerja kedalam
maskant.
b. Lapisan maskant pada daerah yang akan dikerjakan kemudian
dipotong dan dikupas. Untuk memudahkan dan menjaga ketelitian
ukuran maka dipergunakan mal yang bentuk dan ukurannya telah
disesuaikan dengan bagian permukaan benda kerja yang akan
mengalami reaksi kimia.
c. Sifat dan tebal lapisan maskant pada permukaan benda kerja
memungkinkan proses pengerjaan dengan CHM bisa mencapai
kedalaman 10 mm.
Cut and peel maskant ini banyak dipergunakan dalam industri pesawat
terbang. Material benda kerja: titanium dan baja paduan.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan mempergunakan maskant
jenis ini adalah:

7
a. Kemampuan untuk melakukan proses pengerjaan pada elemen-elemen
mesin dengan bentuk yang tidak teratur (irregular-shape).
b. Cocok untuk elemen-elemen mesin yang membutuhkan kedalaman
proses pengerjaan sampai dengan 10 mm.
c. Kemampuan untuk menghasilkan suatu bentuk permukaan yang
bertingkat pada permukaan benda kerja.
Pembatasan didalam pemakaian maskant type Cut and peel.
a. Maskant ini tidak cocok dipergunakan pada benda kerja yang tipis
karena kemungkinan terjadi deformasi pada bagian-bagian tertentu
pada saat penarikan lapisan maskant dari permukaan benda kerja.
b. Ketelitian ukuran benda kerja yang dihasilkan terbatas maksimum
sekitar 130 µm.

2. Photo Resist Maskant.


Maskant jenis ini sangat sensitive terhadap sinar ultraviolet. Benda kerja
dilapisi Photo Resist Maskant dengan cara: membenamkan benda kerja
kedalam maskant atau menyemprotkan maskant pada permukaan benda
kerja dan kemudian dikeringkan. Karena photo resist Maskant mempunyai
ketahanan yang kurang terhadap reaksi kimia, maka proses CHM yang
terjadi hanya mampu menghasilkan kedalaman proses pengerjaan sekitar 2
mm.

Beberapa keuntungan dari pada photo resist maskant:


a. Memungkinkan proses CHM bias dilakukan pada material yang sangat
tipis.
b. Ketelitian ukuran benda kerja bisa tinggi, sekitar 15 µm.
c. Kecepatan produksi dari pada proses CHM dengan mempergunakan
maskant ini bisa dipertinggi, dengan teknik fotografi.
Beberapa kekurangan dari pada photo resist maskant:

8
a. Karena terlalu tipisnya lapisan maskant pada permukaan benda kerja
maka mengurangi kedalaman yang bisa dicapai oleh proses CHM.
b. Pelekatan yang tidak sempurna dari pada photo resist maskant pada
permukaan benda kerja, kecuali jika sebelumnya permukaan benda
kerja yang akan dilapis dibersihkan secara hati- hati.
c. Sensitif terhadap sinar, kotoran dan debu, dan mudah rusak terhadap
cara penggunaan yang kurang hati-hati.

3. Screen-print Maskant.
Sebelum maskant ini dipasangkan pada permukaan benda kerja, terlebih
dahulu permukaan benda kerja tersebut dibersihkan dan diberi tirai dengan
semacam sutera (silk). Dengan teknik fotografi, permukaan tirai tersebut
diberi zat pelapis sesuai dengan pola dari pada bagian-bagian yang akan
mengalami proses pengerjaan CHM. Kemudian barulah material benda
kerja dicelupkan kedalam maskant dan maskant ini tidak akan melekat
pada bagian-bagian yang telah dilapisi dan proses CHM hanya terjadi pada
bagian-bagian ini.
Jadi urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut:
a. Benda kerja dibersihkan dari debu dan minyak, dan diberi tirai.
b. Pemasangan screen print maskant.
c. Pengerjaan dari pola bagian-bagian yang akan mengalami proses
CHM, dan pengeringan maskant.
d. Pelaksanaan proses CHM .
Dengan menggunakan screen print mascant, maka kedalaman pengerjaan
bisa mencapai 2mm dengan ketelitian ± 100 µm

9
Gambar 2.4 Skema Proses CHM

Proses pengerjaannya dengan cara mengontrol proses pelarutan yang


terjadi pada permukaan benda kerja yang berhubungan langsung dengan
larutan kimia.

Material benda kerja yang dapat dikerjakan antara lain:


1) Baja paduan
2) Aluminium

10
BAB 3

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari proses Chemical Machining adalah sebagai berikut :

1. Proses CHM mulai semakin dikenal sejak zaman dahulu sebelum perang
Dunia II misalnya orang-orang Indonesia dahulu banyak menerapkan
proses ini untuk membuat keris dan peralatan lainnya.
2. Prinsip dasar proses CHM ini yaitu adalah suatu bentuk proses korosi
yang terjadi pada suatu metal akibat adanya suatu reaksi kimia yang
mengubah metal tersebut secara kimiawi menjadi senyawa garam yang
mengandung unsur metal tersebut
3. Permesinan kimia (Chemical Machining) digunakan untuk memproduksi
bagian mesin yang komplek pada aplikasi yang bervariasi seperti halnya
bagian dekorasi. Pengoprasian mesin harus dilakukan dengan hati-hati
untuk mendapatkan geometri yang diinginkan

11
DAFTAR PUSTAKA

Faried Pradhana , CHEMICAL MACHINING (CHM),


https://fariedpradhana.wordpress.com/2012/04/21/chemical-machining-chm/
M.Nur Fuady, Mesin-mesin Non Konvensional,
https://www.academia.edu/36303968/Mesin_mesin_Non_Konvensional
Dwiky Hardiyanto, Makalah Chemical Maching,
https://www.scribd.com/document/405296922/Makalah-Chemical-Machining

12

Anda mungkin juga menyukai