Makalah Pemotongan Logam (Chemical Discharge Machining) Fix Banget2
Makalah Pemotongan Logam (Chemical Discharge Machining) Fix Banget2
Disusun Oleh :
Antoni (20182120100022)
Jefri Bara Alo (20162120100020)
Walter S.D.M (20162120100021)
TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS TRUNAJAYA BONTANG
2019
i
Abstrak
Dalam proses pemesinan dikenal dua jenis proses pemesian, yaitu pemesinan konvensional dan
pemesinan non konvensional. Salah satu jenis pemesinan non konvensional ini adalah
Chemical Machining, Sebuah metode permesinan yang dapat diaplikasikan untuk membuat
detail pada suatu bentuk logam.
Chemical Machining merupakan suatu bentuk proses korosi yang terjadi pada suatu metal
akibat adanya suatu reaksi kimia yang mengubah metal tersebut secara kimiawi menjadi
senyawa geram yang mengandung unsur metal tersebut. Proses Chemical Machining ini bisa
digunakan untuk pembuatan lubang atau celah, untuk blanking-operation dan engraving
(pembuatan huruf atau bentuk-bentuk ukiran).
ii
Abstract
In the machining process there are two types of machining processes, namely conventional
machining and non conventional machining. One of the non-conventional machining is
Chemical Machining, a machining method that can be applied to make details on a metal by
involving chemical compounds.
Chemical Machining is a form of corrosion process that occurs in a metal due to a chemical
reaction that chemically converts the metal into a furious compound containing the metal
element. This Chemical Machining process can be used for making holes or gaps, for blanking-
operations and engraving (making letters or carving shapes).
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya sehingga
makalah yang berjudul “Chemical Discharge Machine” ini dapat diselesaikan dengan
maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pemotongan Logam Non Konvensional yang diampu oleh Ibu Fanie Ryant Syafitri,
S.Pd., M.Pd.
Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai pembahasan pemesinan secara non
konvensional secara proses kimia dan teknik. Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana referensi untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai pemotongan logam dengan alat non konvensional.
Demikian yang disampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari karya ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Abstrak .......................................................................................................................................ii
Abstract .................................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iv
BAB 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1. Mesin Non Konvensional ................................................................................................. 3
2.2 Chemical Discharge Machining ........................................................................................ 5
2.3. Prinsip Dasar Chemical Discharge Machine .................................................................... 6
2.4. Parameter Chemical Discharge Machine ......................................................................... 7
2.5. Klasifikasi dan dan Pemilihan Etchant Resistant Materials ............................................ 7
2.5.1. Cut and Peel Maskant ................................................................................................ 8
2.5.2. Photoresist Maskant .................................................................................................. 9
2.5.3. Screen Printing Mask .............................................................................................. 10
2.6. Proses Chemical Machining ........................................................................................... 10
2.7. Metode Chemical Machining ......................................................................................... 11
2.7.1. Chemical milling ..................................................................................................... 11
2.7.2. Chemical blanking ................................................................................................... 12
2.7.3. Photochemical blanking .......................................................................................... 13
2.8. Keuntungan dan Kelebihan Chemical Machining .......................................................... 13
2.9. Hasil dan Produk ............................................................................................................ 14
BAB 3 Penutup ....................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................................ 15
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Perkembangan dari permesinan material benda kerja yang semakin keras serta desain
produk yang semakin kompleks juga tuntutan produktivitas yang semakin tinggi
mengakibatkan timbulnya anggapan bahwa proses permesinan konvensional dengan
menggunakan perkakas potong dan perautan secara mekanis menjadi tidak ekonomis lagi dan
ketinggalan dalam ketelitian serta kualitas permukaan hasil pengerjaannya untuk jenis material
dan tuntutan tersebut diatas.
Penggunaan material yang semakin keras untuk suatu produk akan berakibat terhadap
kenaikan biaya permesinan yang semakin tinggi. Apabila tidak dilakukan penerapan hasil
penelitian pengembangan teknologi permesinan khususnya pada perautan logam, maka
kenaikan biaya permesinan tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, penggunaan mesin-mesin non
konvensional dibutuhkan dalam proses produksi yang menggunakan material yang lebih
kompleks lagi.
Dari urain diatas merupakan gambaran betapa pentingya memahami dan mempelajari jenis-
jenis permesinan non konvensional untuk menghasilkan produk yang sesuai dan mendapatkan
efektifitas kerja yang baik. Untuk itu perlu memahami dan mengetahui jenis-jenis permesinan
non-konvensional dan aplikasinya. Pada makalah ini akan membahas salah satu permesinan
non konvensional yaitu tentang Chemical Discharge Machine.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Mesin Non Konvensional
Proses pengerjaan elemen-elemen mesin yang di butuhkan untuk membuat suku cadang
(spare parts) mesin-mesin yang sudah ada pada waktu itu dapat di lakukan dengan mesin
konvensional, yaitu dengan menggunakan perkakas potong atau pahat dari baja karbon, karena
material suku cadang tidak terlalu keras. Penemuan teknologi pembuatan material yang
menghasilkan material-material yang lebih kuat dan lebih keras, menuntut material perkakas
potong perlu di tingkatkan dari baja karbon, High Speed Steel (HSS), Carbide Tool Steel
(CTS), Cubic Boron Nitride (CBN), dan lain-lain. Namun kemajuan teknologi di bidang
material berkembang terus, seperti dengan di temukannya material dengan kekuatan yang
sangat tinggi yaitu High Strength Temperature Resistant (HSTR) dan seiring dengan itu bentuk
suku cadang yang semakin kompleks dengan tingkat ketelitian ukuran yang mumpuni,
menuntut para ahli untuk mengembangkan teknologi pemotongan yang lebih baik.
Hal-hal tersebut di atas mengakibatkan proses konvensional (tradisional) tidak mampu lagi
memenuhi tuntutan perkembangan teknologi di bidang proses manufaktur. Situasi inilah yang
mendorong berkembangnya suatu teknologi baru yang lebih dikenal dengan istilah Non-
Convetional Machinery (Non-Traditional Machining).
3
2. Bentuk-bentuk energi tersebut kemudian di transformasikan dengan
mempergunakan prinsip-prinsip yang telah di kenal dan di manfaatkan menjadi
proses pengerjaan.
Ke empat hal di atas akan lebih jelas bila di lihat pada gambar 1.1. berikut ini :
Dari klasifikasi di atas dapat diketahui bahwa proses non-conventional berbeda dengan
proses conventional, dimana pada proses konvensional, untuk memotong benda kerja
menggunakan alat potong (pahat), sedangkan pada proses non-conventional untuk melakukan
pemotongan benda kerja harus menggunakan media lain seperti tekanan pneumatik/hidrolik,
zat kimia dan lain-lain. Dalam melakukan proses pemotongan timbullah istilah-istilah seperti:
4
3. WJM = Whirling Jet Machining
4. ECG = Electro Chemical Grinding
5. ECM = Electro Chemical Maching
6. EDM = Electrical Discharge Machining
7. EBM = Electron Beam Machining
8. LBM = Laser Beam Macining
9. IBM = Ion Beam Machining
10. PAM = Plasma Arc Machinin
5
dikendalikan oleh mesin. Pelapis khusus yang disebut maskants melindungi area logam yang
tidak hilangkan. Proses ini digunakan untuk membuat kontur dan menghilangkan bahan yang
memiliki rasio kekuatan-berat yang tinggi. Selain itu permesinan ini banyak digunakan untuk
menghasilkan mikro-komponen untuk berbagai aplikasi industri seperti sistem
mikroelectromechanical (MEMS) dan induksi semikonduktor.
Permesinan kimia adalah metode tertua dalam ruang lingkup permesina non-tradisional yang
telah digunakan untuk pembentukan tembaga dengan asam nitrat pada jaman mesir kuno 2003
SM. Sampai abad ke-19 penggunan metode ini proses secara meluas digunakan untuk
etsadekoratif. Para photographi memberikan dimensi baru untuk permesinan kimia dan pada
tahun 1826 J.N.Niepce pertama kali menggunakan photoresist yang terbuat dari
aspalyudea,untuk etsa timah.
Aplikasi perindustrian dalam permesinan kimia bekembang setelah perang. pada tahun1953,
amerika utara (California) menggunakan proses untuk komponen etch alumunium untuk
pembuatan roket, dan kemudian disebut dengan proses “kimia milling”. Metode permesinan
diberi nama yang berbeda seperti etching, kimia etching, kimia basah dll.
Ada beberapa faktor konstribusi yang menjadikan proses permesinan ini terkenal, diantaranya:
Proses pengerjaan pada metal itu, bisa terjadi secara selektif maupun tidak selektif. Pada
proses selektif maka proses pengerjaan material benda tersebut terjadi pada tempat-tempat itu
saja, sedangkan bagian-bagian lainnya dilindungi dengan material tertentu, sehingga tidak
terjadi teaksi kimia pada tempat tersebut.
Pada proses tidak selektif (non selective-removal-process) maka pengerjaan material benda
kerja itu terjadi diseluruh permukaan benda kerja.
6
Zal pelarut kimia yang dipergunakan didalam prosess chemical machining ini bisa berupa
senyawa kimia yang bersifat asam ataupun senyawa kimia yang bersifat basa.
Untuk memungkinkan proses pengerjaan pada material benda kerja maka pelarut kimia ini
bisa diaplikasikan dengan cara:
Rate of Material Removal dalam proses chemical machining bisa diatur dengan: pengaturan
konsentrasi, komposisi dan kondisi pengerjaan dari zat pelarut kimia (etchant solution)
tersebut.
Pada umumnya rate of material removal adalah sekitar 15 mm3/min dan surface finish
antara : 1,1 – 2,5 mikro meter.
7
d. Pertimbangan ekonomi.
2. Photoresist maskant
3. Screen-print maskant
a. Seluruh permukaan benda kerja dilapisi dengan maskant ini. Caranya dengan
menyemprotkan ataupun dengan membenamkan benda kerja tersebut ke dalam
maskant.
b. Tebalnya lapisan maskant pada permukaan benda kerja bervariasi, antara 20-200 µm.
c. Lapisan maskant pada daerah yang akan dikerjakan kemudian dipotong dan dikupas.
Untuk memudahkan dan untuk menjaga ketelitian ukuran maka dipergunakan mal yang
bentuk dan ukurannya telah disesuaikan dengan bagian pada permukaan benda kerja
tersebut yang akan mengalami reaksi kimia.
d. Sifat dan tebal lapisan maskant pada permukaan benda kerja memungkinkan proses
pengerjaan dengan CHEMICAL MACHINING bias mencapai kedalaman tetap 10 mm.
e. Dengan mempergunakan maskant tipe ini, maka proses pengerjaan CHEMICAL
MACHINING secara bertingkat dapat dilakukan.
Material yang sering digunakan pada cut and peel maskant yaitu Senyawa organik vinyl,
Senyawa organik yang senyawa dasarnya adalah butyl dan Neoprene.
Cut and peel maskant ini banyak dipergunakan dalam industri pesawat terbang. Material
benda kerjanya adalah titanium dan baja paduan. Keuntungan-keuntungan diperoleh dengan
mempergunakan maskant jenis ini, diantaranya adalah:
8
b. Cocok untuk elemen-elemen mesin yang membutuhkan kedalaman proses pengerjaan
sampai 10 mm.
c. Kemampuan untuk menghasilkan suatu bentuk permukaan yang bertingkat pada
permukaan benda kerja.
a. Maskant ini tidak cocok untuk dipergunakan pada benda kerja yang tipis karena
memungkinkan terjadinya deformasi pada bagian-bagian tertentu dari pada benda
kerja tersebut pada saat penarikan lapisan maskant dari permukaan benda kerja itu.
b. Ketelitian ukuran benda kerja yang dihasilkan terbatas maksimum sekitar 130 µm.
Maskant jenis ini sangat sensitive terhadap sinar ultraviolet. Benda kerja dilapisi
photoresist maskant dengan cara menambahkan ataupun menyemprotkan maskant tersebut
pada permukaan benda kerja dan kemudian dikeringkan. Karena photoresist maskant
mempunyai ketahanan yang kurang terhadap reaksi kimia, maka proses Chemical Machining
yang terjadi hanya mampu menghasilkan ke dalam proses pengerjaan sekitar 2 mm. Beberapa
keuntungan dari pada photoresist maskant:
a. Karena terlalu tipisnya lapisan maskant ini pada permukaan benda kerja maka
mengurangi kedalaman yang bias dicapai oleh proses CHEMICAL MACHINING.
b. Pelekatan yang tidak sempurna dari pada lapisan photoresistant maskant pada
permukaan benda kerja, kecuali jika sebelumnya permukaan benda kerja yang akan
dilapisi dibersihkan secara hati-hati.
c. Sensitive terhadap sinar, kotoran dan debu, dan mudah rusak terhadap cara
penggunaan yang kurang berhati-hati.
9
d. Proses pelapisan maskant ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan maskant
cut and peel.
Sebelum maskant ini dipasangkan pada permukaan benda kerja terlebih dahulu
permukaan tersebut diberi tirai dengan semacam sutera (silk). Dengan teknik fotografi
permukaan tirai tersebut diberi zat pelapis sesuai dengan pola dari pada bagian-bagian yang
akan mengalami proses pengerjaan Chemical Machining. Kemudian barulah material benda
kerja tersebut dicelupkan ke dalam maskant dan maskant ini tidak akan melekat pada bagian-
bagian yang telah dilapisi dan proses Chemical Machining hanya terjadi pada bagian-bagian
ini. Jadi urutan pengerjaan dengan mempergunakan screen-print maskant adalah sebagai
berikut:
Dalam hal ini karakteristik dari pada screen-print maskant terletak diantara photoresist
maskant dan cut and peel maskant. Dengan mempergunakan screen-print maskant, maka
kedalaman proses pengerjaan bias mencapai 2 mm dan ketelitian + 100 µm.
10
Langkah berikutnya adalah lapisan bahan kerja yang telah dibersihkan dengan bahan
masking. Bahan masking yang dipilih harus siap masker stripable, yang secara kimiawi
ditembus dancukup untuk tetap kokoh pada abrasi kimia selama etsa.
3. Scribing of the mask
Langkah ini memberikan sistemasi rancangan untuk mengekspos daerah yang
menerima proses permesinan kimia. Pemilihan mask tergantung material yang akan
digunakan, jumlah bagian yang akan dihasilkan dan yang dikehendaki secara detail
geometrinya, pelapisan yang dangkal memerlukan toleransi dimensi dekat.
4. Etching
langkah ini merupakan langkah yang paling penting untuk menghasilkan komponen
yang diperlukan dari bahan lain .tahap ini dilakukan oleh jenis mesin ethan dengan cara
membenamkan material. material yang etchants menentukan sistemasi dalam mesin.
proses ini umumnya dilakukan untuk temperatur tinggi yang bergantung pada materi
yang dikerjakan, kemudian dibilas dan etchant bersih dari permukaan mesin.
11
Prosedur dalam proses chemical milling ini terdiri dari :
1. Jika benda kerjanya mempunyai tegangan sisa maka yang dilakukan terlebih dahulu
adalah penanganan tegangan sisanya.
2. Permukaan dibersihkan sepenuhnya agar mempunyai pelekatan yang baik (good
adhesion ) dan penghilangan material secara seragam.
3. Material masking diterapkan pada benda kerja. Material masking yang biasa digunakan
diantaranya elastomer seperti karet dan neoprene, dan plastic seperti polyvinyl chloride,
polyethylene, dan polystyylene. Material-material tersebut digunakan agar tidak
bereaksi dengan reagent.
4. Jika diperlukan, maskant dilapisi atau ditutupi.
5. Benda kerja disiram dengan etchants seperti sodium hidroksida (untuk benda kerja
alumunium), larutan hydrochloric dan nitric acids (untuk benda kerja baja), dan iron
chloride (untuk benda kerja stainless steels).
6. Setelah di machining, benda kerja dicuci karena masih ada sisa etchant
7. Saat diistirahatkan, material masking dihilangkan dan benda kerja dibersihkan
8. Tambahan proses finishing dapat dilakukan jika diperlukan
9. Proses ini dapat diulang jika diperlukan kedalaman yang bertingkat
Aplikasi dari proses chemical milling diantaranya komponen pesawat terbang, panel-panel
peluru, dan perangkat mikroelektronik
2.7.2. Chemical blanking
Pengosongan lembaran logam. Aplikasi dari proses ini yaitu pada papan printer, panel-
panel dekorasi, dan lembaran logam tipis
12
2.7.3. Photochemical blanking
Merupakan modifikasi dari chemical milling yaitu menghilangkan material dengan
teknik photografi. Sering disebut photoetching atau photochemical machining. Material yang
mampu dibentuk mampu setipis 0,0025 mm. Aplikasinya pada pembuatan fine screen, printed
circuit card, lapisan motor listrik, dan mask untuk TV berwarna. Prosedur yang dilakukan yaitu
:
1. Desain bagian benda kerja yang akan dikosongkan hingga perbesaran 100 kali. Sebuah
photografi negative dibuat dan direduksi untuk mengatur ukuran akhir benda kerja.
Mereduksi negatif ini disebut dengan artwork.
2. Sheet blank dilapisi dengan material photosensitive dengan cara pencelupan,
penyemprotan, pengecoran dengan spin, pengecoran dengan roller. Kemudian
dikeringkan, rangkaian semua proses ini disebut emulsion.
13
2.9.Hasil dan Produk
14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mesin non konvensional merupakan salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah
kebutuhan material yang mana diperlukan industri saat ini.
Chemical Discharge machining yaitu suatu proses machining dengan melibatkan
senyawa kimia yang mana memiliki prinsip dasar proses korosi yang terjadi pada suatu
metal akibat adanya suatu reaksi kimia yang mengubah metal tersebut secara kimiawi
menjadi senyawa geram yang mengandung unsur metal tersebut.
Permesinan kimia “chemical machining “ digunakan untuk memproduksi bagian mesin
yang komplek pada aplikasi yang bervariasi seperti halnya bagian dekorasi.
Pengoperasian mesin harus dilakukan dengan hati-hati untuk mendapatkan geometri
yang diinginkann. Selain itu agar tidak menimbulkan efek pada lingkungan.
Proses chemical machining terdiri dari Workpiece preparation, Coating with masking
material, Scribing of the mask, Etching dan Inspection.
Aplikasi chemical machining bisa dilakukan pada bidang industri dirgantara,
elektronik, kesehatan dll
3.2 Saran
Pelajari lebih mendalam mengenai proses pemesinan non konvensional untuk
memudahkan dalam melakukan pemotongan logam dengan tepat dan efisien sesuai dengan
kebutuhan atau spesifikasi yang diinginkan.
15