Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PERENCANAAN BENGKEL PENGECORAN BENGKEL


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bengkel
Yang dibina oleh Bapak Drs. Yoto, S. T,. M.M.

Disusun Oleh :
Mohammad Robith Ali Afandi (180511625513)
Mohammad Ilham Amirudin (180511625557)
Muhammad Farid Rifa’i (180511625559)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat, taufiq, inayah, serta hidayah-Nya. Karena hanya dengan karunia-Nya
itulah penyusunan makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Tugas
makalah ini dikerjakan dalam rangka memenuhi tugas Mata kuliah Manajemen
Bengkel di program studi S-1 Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin FT
UM yang dibina oleh Bapak Drs. Yoto, S.T., M.Pd., M.M.
Terwujudnya tugas makalah ini telah melibatkan berbagai pihak. Untuk
sumbang saran yang konstruktif yang telah diberikan penulis patut menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Yoto selaku dosen mata kuliah Manajemen Bengkel yang telah
membimbing selama proses pembelajaran.
2. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung
terselesaikannya makalah ini
Semoga atas bantuan tersebut, Allah SWT senantiasa melimpahkan
kekuatan dan petunjukNya sebagai amal sholeh dan senantiasa mendapat balasan
karunia yang berlimpah dari Nya

Malang, April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Permasalahan/Rumusan Masalah..................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II KONDISI UMUM BENGKEL PENGECORAN LOGAM.......................3
2.1 Identitas Bengkel Pengecoran Logam...........................................................3
2.2 Kondisi Bengkel Pengecoran Logam............................................................3
2.3 Struktur Organiasi.........................................................................................4
BAB III PENGORGANISASIAN BENGKEL.......................................................6
3.1 Jenis dan Fungsi Peralatan pada Bengkel Pengecoran Logam.....................6
3.2 Tata Letak Bengkel Pengecoran Logam.....................................................11
3.4 Utilitas.........................................................................................................13
3.5 Penerangan, Pengaturan Ventilasi, Suhu Udara dan Kelembapan..............15
BAB IV KESELAMATAN DAN TATA TERTIB...............................................16
4.1 Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Bengkel Pengecoran Logam........16
4.2 Peralatan Keselamatan Kerja di Bengkel Pengecoran Logam....................17
4.3 Tata Tertib di Bengkel Pengecoran Logam................................................19
BAB V PENUTUP.................................................................................................21
5.1 Kesimpulan.................................................................................................21
5.2 Saran............................................................................................................21
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis dan Fungsi Alat Pengecoran Logam.............................................. 6
Tabel 2. Mesin dan Dapur Pengecoran Logam......................................................9
Tabel 3. Peralatan Keselamatan Kerja.................................................................17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi .............................................................................4


Gambar 2. Denah Ruang dan Tata Letak Bengkel...............................................11
Gambar 3. Instalasi Daya Listrik.........................................................................12
Gambar 4. Jaringan Transportasi Berdasarkan Tingkat Kerawanan...................13

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengecoran merupakan proses penuangan logam cair dengan gaya
gravitasi atau gaya lain ke dalam suatu cetakan, kemudian dibiarkan membeku,
sehingga terbentuk logam padat sesuai dengan bentuk cetakannya. Perkembangan
proses pengecoran meliputi pembuatan rangka cetak, pembuatan model,
pembuatan inti, mencetak model pada rangka cetak, peleburan logam pada dapur
cor, penuangan logam cair serta perlakuan benda setelah proses. Untuk melakukan
suatu proses pengecoran yang maksimal dibutuhkan bengkel yang khusus untuk
pengecoran sehingga proses pengecoran tersebut dapat dilakukan dengan baik dan
maksimal. Hal ini harus sejalan dengan perkembangan dan standar bengkel
permesinan. Dalam bidang teknik mesin bengkel pengecoran merupakan bagian
dari teknik pemesinan. Di bengkel pengecoran pastinya terdapat banyak berbagai
macam alat yang berkaitan dengan pengecoran, dan sebelum menggunakan
peralatan yang ada di bengkel pengecoran juga dilakukan manajemen atau
pengaturan terhadap peralatan yang terdapat dalam bengkel tersebut.
Dalam perkembangan dunia teknologi, maka pengecoran sangat erat
keterkaitannya dengan kemajuan perindustrian dan teknologi, agar siswa mampu
menganalisis tentang praktek di dunia kerja. Pada praktikum pengecoran siswa
diharapkan mempunyai kemampuan dalam proses pengecoran sebelum terjun ke
lapangan. Praktikum pengecoran diberikan teori dan sekaligus praktikum,
peralatan dan bahan pengecoran telah tersedia sehingga mengakibatkan proses
praktikum menjadi lebih lengkap. Kondisi bengkel, kelengkapan alat, keselamatan
kerja dan kesadaran akan keselamatan kerja dari mahasiswa yang akan melakukan
praktek pengecoran dapat juga menunjang untuk melakukan suatu proses
pengecoran dengan baik sehingga hasil yang di dapat dari proses pengecoran

1
mulai dari bahan cair hingga berbentuk suatu benda dapat dicapai dengan
maksimal.
Pentingnya bengkel pengecoran dalam teknik mesin produksi itu
untuk membantu membuat bentuk – bentuk benda dari logam dengan proses
pencairan logam tersebut. Dalam bengkel pengecoran mahasiswa diharapkan
dapat menguasai proses-proses pengecoran. Praktikum pengecoran berfungsi
untuk membekali siswa berupa kopentensi dan keterampilan teknis berdasarkan
pengalaman nyata lapangan. Selain sebagai praktikum bengkel pengecoran juga
untuk memfasilitasi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran pratikum.
Sehingga siswa mempunyai kontrol kualitas, memiliki sikap dan kemampuan
yang baik selama praktik, dan memenuhi kompetensi dalam bidang pengecoran.

1.2 Permasalahan/Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan dalam makalah ini
antara lain;
1. Bagaimana kondisi umum bengkel pengecoran logam ?
2. Bagaimana pengorganisaian bengkel pengecoran logam ?
3. Bagaimana keselamatan dan tata tertib bengkel pengecoran logam ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain;
1. Dapat menjelaskan kondisi umum bengkel pengecoran logam.
2. Dapat menjelaskan pengorganisaian bengkel pengecoran logam.
3. Dapat menjelaskan keselamatan dan tata tertib bengkel pengecoran logam.

2
BAB II

KONDISI UMUM BENGKEL PENGECORAN LOGAM

2.1 Identitas Bengkel Pengecoran Logam


Pada Identitas dibahas mengenai pengguna bengkel. Bengkel Pengecoran
Logam ditunjukan untuk Sekolah Menengah Kejuruan dan Universitas yang
memiliki pelajaran Pengecoran Logam. Salah satu contoh dari bengkel
pengecoran logam adalah Bengkel Pengecoran Logam Universitas Negeri Malang
ini adalah sebuah ruang praktik milik Fakultas Teknik jurusan Teknik Mesin
Universitas Negeri Malang yang dipergunakan mahasiswa sama halnya
dipergunakan siswa untuk kegiatan belajar berupa praktik pengecoran. Selain
untuk kegiatan belajar mengajar berupa praktik pengecoran, bengkel ini juga
berfungsi untuk memberi kelengkapan bagi kuliah teori, sehingga antara teori dan
praktik bukan dua hal yang terpisah, memberi keterampilan kerja ilmiah bagi
mahasiswa, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
alat/mesin, serta memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat
keterampilan kerja yang diperoleh dan penemuan yang didapat dalam proses
kegiatan kerja laboratorium.

2.2 Kondisi Bengkel Pengecoran Logam


1. Jenis Bengkel
Bengkel Pengecoran Logam berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran pengecoran misal di mulai dengan pengayakan,
penimbangan, pembuatan cetakan pasir, pembakaran logam, penuangan, dsb. .
2. Produk
Bengkel ini menghasilkan produk yang berupa produk temporer, bukan
produk masal ataupun produk kontinyu. Produk temporer adalah produk yang
sengaja dibuat untuk keperluan penelitian maupun pengabdian masyarakat.
Misalnya oleh dosen yang dibantu oleh mahasiswa ataupun laboran dan oleh
mahasiswa yang dibantu oleh dosen maupun laboran. Seperti membuat benda
kerja topeng, dsb.

3
3. Pegawai
a) Kepala Lab/Bengkel Pengecoran Logam
b) Asisten Bengkel
c) Kepala Mekanik
d) Guru
e) Teknisi

2.3 Struktur Organiasi

Gambar 1. Struktur Organisasi

Tugas struktur organisasi Bengkel Pengecoran Logam:

1. Ketua Jurusan
a) Memonitor perkembangan yang terjadi pada bengkel
b) Mengevaluasi langsung perkembangan bengkel
c) Mengontrol begkel secara langsung
d) Membuat rencana pengembangan bengkel
e) Mengembangkan SDM untuk meningkatkan kualitas kerja
2. Kepala Bengkel

4
a) Menjamin operasional bengkel dengan baik
b) Menjaga hasil kualitas kerja peserta didik
c) Mengevaluasi dan melaporkan kondisi bengkel pada atasan
d) Mengantisipasi kebutuhan benda kerja
e) Mengkoordinasi pekerjaan peserta didik
3. Asisten Bengkel
a) Menjamin bahwa semua peralatan bengkel siap dioperasikan dan bisa
digunakan
b) Menjamin bahwa semua pekerjaan sesuai dengan SOP
c) Menjamin semua aktivitas sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
d) Membantu pekerjaan kepala bengkel
e) Menjamin dan mengecek semua peralatan sebelum digunakan
f) Mengidentifikasi kebutuhan peserta didik saat praktek
4. Kepala Mekanik
a) Mengkoodinator pekerjaan teknisi dengan baik
b) Membagi pekerjaan terhadap mekanik
c) Membantu pekerjaan kepala bengkel apabila terjadi kesulitan
5. Sekretaris Bengkel
a) Membuat surat laporan untuk order bahan kerja
b) Membuat persuratan yang berhubungan dengan bengkel
c) Mencatat ketersedian bahan kerja
d) Membuat inventaris paralatan bengkel
6. Bendahara Bengkel
a) Membuat laporan keuangan bengkel
b) Membuat pengeluaran dalam pembelian bahan kerja
7. Teknisi
a) Melakukan pelayan praktek kepada peserta didik
b) Menjaga kualitas kerja peserta didik saat praktek
c) Memelihara kebersihan bengkel
d) Mengontrol kerja peserta didik saat praktek.

5
BAB III

PENGORGANISASIAN BENGKEL

3.1 Jenis dan Fungsi Peralatan pada Bengkel Pengecoran Logam


Berikut ini tabel jenis – jenis dan fungsi peralatan yang digunakan pada
bengkel pengecoran logam.

No Jenis Peralatan Fungsi


.
1 Timba Timba adalah tempat untuk menaruh pasir dari
hasil adukan yang telah diaduk di tempat yang
yang besar untuk di pindahkan di tempat yang lebih
dekat sehingga dalam pengampilan dan proses
pembuatan inti dapat dengan mudah
dilaksanakan atau dikerjakan.
2 Sekop Sekop adalah alat untuk mengaduk pasir yaitu
digunakan untuk mencampur pasir dengan air
sehingga dalam proses pencampuran pasir atau
pada proses pengolahan pasir sesuai dengan
takaran dan dpat merata ,sehingga pasir dapat
digunakan dengan kriteria yang telah ditentukan.
3 Gergaji Tangan Gergaji tangan merupakan salah satu perkakas
tangan yang efisien digunakan dalam memotong
atau membelah kayu dengan ukuran dan jumlah
yang kecil. Seperti pada semua perkakas
tangan, pemakaian gergaji tangan ini diperlukan
keterampilan untuk memberikan pemakanan
dengan gerakan yang seimbang.
4 Pahat Tangan Pahat kayu merupakan alat potong kayu yang
digunakan untuk membentuk benda kerja, bentuk
luar serta memuat lubang segi empat. Pahat kayu
dibuat dengan berbagai bentuk dan ukuran

6
dengan tangkai yang dibuat dari kayu atau plastik.
Pembentukan dengan menggunakan pahat kayu
biasanya dilakukan dengan pemukulan oleh palu.
5 Palu Palu dipergunakan untuk memukul benda kerja
pada pekerjaan memahat, mengeling,
membengkok, dan sebagainya.Menurut
bentuknya palu dibedakan dalam beberapa jenis
yaitu palu pen mukanya bulat dan bentuk
kepalanya lancip, palu konde bentuk muka bulat
dan puncaknya seperti bola.Untuk dapat
dipergunakan palu tersebut diberi tangkai yang
terbuat dari bahan kayu liat dan berurat lurus.
6 Cetok Cetok adalah alat yang biasa digunakan untuk
memplester atau mengaci tembok.Alat ini juga
biasa digunakan untuk mencampur adonan pasir
dan semen.Sehingga para pekerja bangunan
banyak yang menggunakan alat ini untuk
membantu pekerjaan.Alat ini berbentuk
lempengan dengan peganan dari kayu.
7 Ragum Ragum adalah alat untuk menjepit benda
kerja.Untuk membuka rahang ragum dilakukan
dengan caramemutar tangkai atau tuas pemutar ke
arah kiri (berlawanan arah jarum jam) sehingga
batang berulir akan menarik landasan tidak tetap
pada rahang tersebut, demikian pula sebaliknya
untuk pekerjaan pengikatan benda kerja tangkai
pemutar diputar ke arah kanan (searah jarum jam).
8 Rahang Penjepit Rahang penjepit diberi landasan terbuat dari
besi tuang yang permukaannya pada umumnya
diberi parutan bersilang agar penjepitan lebih
kuat dan tidak licin. Dengan demikian apabila
menjepit benda kerja yang halus dan
dikawatirkan akan rusak permukaannya maka

7
disarankan untuk memberi lapisan pelindung
berupa plat yang dapat menjaga permukaan
benda kerja tersebut. Namun ada juga jenis ragum
kerja bangku yang rahang penjepitnya dibuat rata
dan halus (digerinda), di mana jenis ragum
ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang
sudah memiliki permukaaan rata.
9 Alat Ukur a. Mistar gulung
Mistar gulung (meteran) memiliki fungsi sama
dengan mistar baja, yang membedakan adalah
bentuknya. Meteran gulung terbuat dari plat
elastis dan relatif panjang dibanding mistar baja.
Dalam pemakaiannya, meteran gulung sering
digunakan untuk mengukur benda yang relatif
panjang dan tidak terlalu membutuhkan
ketelitian yang lebih.
b. Mistar siku
Fungsi utama penyiku adalah untuk memeriksa
ketegak- lurusan atau kesikuan suatu benda,
memeriksa kesejajaran garis, dan alat bantu dalam
membuat garis pada benda kerja.
10 Kikir Kikir yang digunakan harus disesuaikan
dengan kebutuhan pekerjaan, baik dalam segi
kualitas pekerjaan maupun dalam segi bentuk.
Untuk kualitas pekerjaan, yang perlu diperhatikan
adalah ketajaman dan kemulusan kikir, seperti
tidak bengkok dan tidak cacat.
Tabel 1. Jenis dan Fungsi Alat Pengecoran Logam

8
Berikut daftar mesin – mesin dan dapur yang digunakan pada praktikum
pengecoran.
No. Alat, Gambar Fungsi
Mesin/Dapur
1 Mesin Diesel Mesin Diesel
digunakan untuk
menyalurkan udara
melalui blower pada
saat penyalaan dapur
pengolahan logam
2 Dapur Kopula Dapur Kupola pada
bengkel pengecoran
ini digunakan untuk
mencairkan bahan-
bahan logam
aluminium. Proses
pemasukan logam
setelah tungku dapur
sudah mencapai
panas yang tinggi.
(800-1000 derjat C)
3 Dapur Arang Dapur Arang pada
bengkel pengecoran
ini digunakan dalam
melebur suatu logam
dengan tingkat
pemanasan yang
tidak terlalu tinggi
(200-300 derajat C)

9
4 Blower Blower merupakan
alat untuk kipas dan
penyemprot bahan
bakar

5 Tabung Gas Tabung gas


merupakan sumber
dalam bahan bakar
pemanasan dapur

6 Mesin Ayaan Digunakan untuk


memilah antara pasir
yang halus dan yang
kasar sebagai proses
pengecoran

Tabel 2. Mesin dan Dapur Pengecoran Logam

10
3.2 Tata Letak Bengkel Pengecoran Logam
1. Denah Ruangan

Gambar 2. Denah Ruang dan Tata Letak Bengkel


Keterangan:
A : Gudang Bahan Baku B : Tungku Pembakaran
C : Ruang Casting Logam D : Ruang Kolam Pendingin
E : Ruang Casting Tanah F : Mesin Amplas/Gerinda
G : Mesin Bor H : Toilet
I : Gudang Produk Jadi

Pada Gambar diatas dapat terlihat bahwa area yang didekatkan adalah
tungku pembakaran dengan ruangan casting tanah guna mengurangi moment
produknya. Untuk memudahkan proses pengecoran agar lebih efektif dan tidak
memakan waktu banyak pindah ke proses-proses selanjutnya.

11
2. Instalasi Daya/Listrik

Gambar 3. Instalasi Daya Listrik


Keterangan
: Instalasi listrik
: Kabel/Aliran Listrik
: Lampu 30 v
: Mesin Bor
: Mesin Amplas/Gerinda

Jadi untuk instalasi listrik pada bengkel pengecoran logam dibutuhkan :

Lampu : 10 buah x 30 V =
300 V
Mesin Bor : 1 buah x 260 V =
260 V
Mesin Amplas/Gerinda : 1 buah x 260 V =
260 V

Jumlah = 820 V

12
13
3.4 Utilitas
1. Pengaturan Jaringan transportasi
Berikut ini jaringan transportasi berdasarkan tingkat kerawanan bahaya
pada bengkel pengecoran.

Gambar 4. Jaringan Transportasi Berdasarkan Tingkat Kerawanan


Keterangan :
Hijau : Aman untuk untuk jalur jalan baik peserta praktikum, dosen pengajar,
laboran, dan pihak luar yang ingin melihat.
Kuning : Kurang Aman untuk untuk jalur jalan harus berhati-hati baik peserta
praktikum, dosen pengajar, laboran, dan pihak luar yang ingin melihat dianjurkan
untuk memakai APD.
Orange : Berbahaya untuk untuk jalur jalan harus berhati-hati baik peserta
praktikum, dosen pengajar, laboran, dan pihak luar yang ingin melihat wajib
memakai APD.
Pada bengkel pengecoran jaringan transportasinya dapat dibagi beberapa
jenis transportasi,yaitu
a) Transportasi Bahan Praktikum
Pada bengkel pengecoran pendistribusian bahan praktikum tidak langsung
diambil dari bengkel itu sendiri. Siswa yang akan melakukan praktikum harus
mengambil bahan pengecoran di ruangan gudang. Sebelum melakukan
praktikum siswa harus dapat mengetahui bahan apa saja yang diperlukan pada saat

14
praktikum untuk efisiensi waktu praktik. Bahan-bahan yang diambil itu terdapat
beberapa yaitu, pasir, dempul, dan aluminium.
b) Transportasi Tempat Praktikum
Pada tempat praktikum pengecoran tidak terlalu luas. Jadi untuk
pengerjaan finishing atau pekerjaan kerja bangku siswa harus beralih tempat
praktik di bengkel kerja bangku. Jadi untuk pekerjaan yang membutuhkan tempat
yang luas harus beralih ke tempat praktik yang lain.
c) Transportasi Peralatan dan Perlengkapan Praktikum
Untuk tempat peralatan praktikum pengecoran sebagian besar berada di
bengkel pengecoran itu sendiri. Dari dapur,mesin-mesin,alat proses heat treatment
berada di bengkel pengecoran tersebut. Hanya mungkin beberapa alat kerja
bangku harus diambil ke bengkel kerja bangku
2. Pengaturan dan Perawatan Jaringan Air
Jaringan air pada bengkel pengecoran tidak terlalu kompleks
pengelolaannya. Kebutuhan air pada praktikum pengecoran hanya digunakan pada
saat pencampuran air dengan pasir silica yang digunakan untuk pembuatan rangka
cetakan model. Pencampuran pasir dengan air sampai pasir mencapai kelembaban
yang diinginkan. Rata-rata pemberian air kedalam pasir hanya 7%-10%. Jika
terlalu kering akan menyebabkan pasir tidak lengket sehingga akan menyebabkan
rontok pada pasir dan jika terlalu basah akan menyebabkan pasir terlalu lengket
sehingga cetakan akan lengket dengan model dan sulit diambil. Air yang sudah
digunakan biasanya di buang pada halaman samping bengkel pengecoran yang
masih berupa tanah. Jadi tidak memerlukan pengelolaan yang kompleks dalam
menangani jaringan air ini.
3. Pengaturan Limbah (Cair, padat, dan gas)
a) Pengaturan Limbah Cair
Limbah cair yang terdapat pada bengkel pengecoran hanya berupa air sisa
proses pendinginan hasil pengecoran. Limbah yang dibuang seperti pada
keterangan sebelumnya dibuang di halaman samping bengkel pengecoran.
b) Pengaturan Limbah Padat
Limbah padat pada bengkel pengecoran berupa sisa terak hasil
pengecoran. Terak sisa pengecoran dibuang pada tempat sampah yang disediakan

15
pada bengkel. Tempat sampah tersebut hanya dikhususkan untuk pembuangan
limbah tertentu agar pemilahan limbah dapat lebih mudah
c) Pengaturan Limbah Gas
Limbah gas pada bengkel pengecoran merupakan hal paling kompleks.
Pada proses pengecoran paling banyak menghasilkan limbah gas berupa asap.
Pembuangan asap berada pada ventilasi tepat pada diatas penempatan dapur.

3.5 Penerangan, Pengaturan Ventilasi, Suhu Udara dan Kelembapan


Pada proses pengecoran suhu ruangan sangatlah tinggi. Panasnya suhu
ruangan ini dapat menyebabkan terganggunya siswa saat praktikum. Bengkel
pengecoran harus memiliki ventilasi yang cukup banyak. Suhu ruangan pada
bengkel pengecoran cukup panas. Akan tetapi saat praktikum pada siang hari
dengan cuaca panas sangatlah diperlukan ventilasi tersebut tetap terbuka.
Kelembapan pada bengkel tidak terlalu tinggi. Karena memerlukan suatu
ruangan yang tidak lembap untuk memperoleh hasil yang maksimal pada saat
praktikum pengecoran. Pada saat praktikum harus tetap dijaga tingkat
kelembapan dari ruangan itu.
Penerangan pada bengkel pengecoran di jurusan teknik mesin ini tidak
terlalu banyak. Mengingat tidak terlalu luasnnya ruangan. Setidaknya ada 4 lampu
masing – masing bertegangan 30 V. Kurang luasnya ruangan ini sangat
menguntungkan untuk daya yang diperlukan bengkel pengecoran di jurusan
teknik mesin ini. Akan tetapi kurang luasnya ruangan bengkel menyebabkan
kurang terkondisikan jika siswanya banyak atau melebihi kapasitas.

16
BAB IV

KESELAMATAN DAN TATA TERTIB

4.1 Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Bengkel Pengecoran Logam


Keselamatan kerja diartikan sebagai suatu upaya agar pekerja selamat di
tempat kerjanya sehingga terhindar dari kecelakaan termasuk juga untuk
menyelamatkan peralatan serta produksinya. Kesehatan kerja diartikan sebagai
suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran di
sekitar tempat kerja (masyarakat dan lingkungan). Di Undang-Undang No. 14
Tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja disebutkan bahwa,
tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, dan pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia.
Departemen Tenaga Kerja mensyaratkan kepada seluruh perusahaan/
industri agar setiap pekerja yang bekerja dapat bekerja dengan aman dan selamat,
sesuai dengan norma‐norma keselamatan kerja. Semua hal yang menyangkut
masalah keselamatan kerja telah diatur dengan Undang‐undang Keselamatan
Kerja, baik mengenai tempat kerja, lingkungan kerja dan peralatan yang
digunakan untuk bekerja, sedangkan langkah kerja atau prosedur kerja telah
ditetapkan oleh perusahaan atau industri yang bersangkutan. Tujuan yang sama
dalam
membuat aturan keselamatan yaitu menciptakan situasi kerja yang aman dan
selamat.
Perencanaan proses produksi yang baik dan penataan peralatan (layout)
tempat bekerja terus dikembangkan dengan tujuan untuk menciptakan situasi
kerja yang aman bagi para pekerja dan peralatan kerja itu sendiri. Perbaikan
terhadap perencanaan mesin terus dikembangkan seperti, misalnya terhadap
kebisingan mesin akibat gesekan antara komponen mesin atau karena hubungan
roda‐roda gigi penggerak. Suara bising pada mesin dapat mengakibatkan rusaknya
pendengaran pekerja. Alat‐alat keselamatan kerja mutlak diperlukan bagi para
pekerja guna menjamin agar pekerja dapat bekerja dengan aman.

17
Berikut merupakan prosedur keselamatan kerja sebelum
dan saat pekerjaan di bengkel pengecoran.
a. Memakai perlengkapan praktek, meliputi pakaian praktik, sepatu, sarung
tangan dan lain-lain.
b. Prosedur proses penyalaan dapur peleburan yang tepat.
c. Pengawasan terhadap nyala api pada dapur peleburan.
d. Pemeriksaan bahan bakar dapur.
e. Proses pemasukan logam secara bertahap kedalam dapur peleburan.
f. Kehati-hatian dalam pengambilan logam cair dalam tungku, pengambilan
logam cair menggunakan centong yang bertangkaipanjang.
g. Peletakan cetakan yang terlalu jauh dari dapur.
h. Melakukan penuangan dengan hati-hati.
i. Penutupan dapur apabila selesai proses penuangan

4.2 Peralatan Keselamatan Kerja di Bengkel Pengecoran Logam

No Alat Pelindung Diri (APD) Jumlah Fungsi


1. 32 Wearpack adalah baju
(opsional) kerja/praktek bengkel
yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari
hal yang dapat
membahayakan atau
mengakibatkan
kecelakaan saat
Wearpack bekerja
2. 32 Sarung tangan safety
(opsional) berfungsi untuk
melindungi tangan
dari benda-benda
tajam, panas dan
mencegah cidera yang

18

Sarung Tangan Safety


akan terjadi pada
tangan saat sedang
bekerja
3. 32 Sepatu safety adalah
(opsional) salah satu APD yang
berfungsi untuk
melindungi kaki dari
pecahan kaca, besi,
serpihan logam, dan
terhadap lantai yang
licin yang pastinya
membahayakan kaki
pada saat sedang
bekerja
4 32 Alat pelindung mata
(opsional) adalah salah satu APD
yang digunakan untuk
melindungi mata dari
Sepatu Safety
panas, sinar yang
menyilaukan dan
Alat Pelindung Mata debu.
5 32 Alat pelindung kepala
(opsional) berfungsi sebagai
pelindung kepala
untuk menghindari
kejatuhan benda dan
untuk menutupi
Alat Pelindung Kepala rambut yang panjang
agar tidak menggangu
proses kerja.

19
6 32 Alat pelindung hidung
(opsional) dan mulut (masker)
digunakan untuk
melindungi hidung
dan mulut dari debu
atau udara panas
ketika melakukan
pengecoran logam.
Alat Pelindung Hidung dan
Mulut
Tabel 3. Peralatan Keselamatan Kerja

4.3 Tata Tertib di Bengkel Pengecoran Logam


1. Siswa dilarang memasuki bengkel/lab diluar jam praktek yang terjadwal,
kecuali ada kepentingan dengan instruktur/guru praktek.
2. Siswa memasuki bengkel sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
3. Siswa yang praktek diwajibkan memakai pakaian praktek serta
perlengkapan keseselamatan kerja lainnya.
4. Sebelum melaksanakan praktek siswa wajib berbaris untuk mendapatkan
instruksi/pengarahan dari instruktur/guru praktek, absensi dan berdoa.
5. Siswa yang meminjam alat menggunakan kartu pinjam alat dan
bertanggung jawab atas alat yang dipinjamnya.
6. Siswa wajib praktek/bekerja sesuai dengan pembagian tugas yang telah
ditentukan oleh instruktur/guru praktek.
7. Siswa dilarang memasuki ruang alat (tool room) dan bahan.
8. Siswa dilarang mengaktifkan handphone pada saat melaksanakan praktek.
9. Selama kegiatan praktek siswa dilarang meninggalkan bengkel tanpa seijin
instruktur/guru praktek.
10. Siswa dilarang membuang sampah sembarangan pada saat praktek.
11. Siswa wajib menjaga kebersihan, ketertiban, keamanan, dan ketenangan
dalam ruangan praktek.
12. Pada jam istirahat semua siswa harus keluar dari bengkel.

20
13. Siswa harus segera berhenti melaksanakan praktek, 15 menit sebelum jam
berkahir praktek selesai, setelah mendapat instruksi dari instruktur/guru praktek,
untuk melakukan pembersihan alat, ruangan praktek serta mengembalikan alat
dan bahan seperti semula.
14. Pegembalian alat harus dalam kondisi baik lengkap sesuai dengan daftar.
15. Kalau ada kerusakan alat/mesin siswa wajib melapor kepada
instruktur/guru praktek.
16. Untuk mengakhiri kegiatan praktek siswa wajib berbaris untuk
medapatkan instruksi/pengarahan dari instruktur/guru praktek dan berdoa.
17. Setelah selesai berdoa, siswa meninggalkan bengkel/lab dengan tertib
tanpa membuat gaduh atau keributan.

21
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengecoran logam merupakan kegiatan dalam bidang manufaktur, yang
terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut
dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan hingga membeku. Industri
pengecoran logam tumbuh seiring dengan perkembangan teknik dan metode
pengecoran serta berbagai model produk cor yang membanjiri pasar domestik.
Begkel/lab ini desain untuk Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki
ruang yang telah desain dengan standar bengkel yang sesuai dan memiliki
peraturan/tata tertib bagi siswa pada saat praktek/kerja. Bengkel ini juga memiliki
struktur organisasi dan alat-alat pelindung diri (APD) untuk keselamatan dan
kesehatan kerja pada bengkel/lab pengecoran bengkel.

5.2 Saran
Pada penulis perencanaan bengkel Pengecoran Logam ini tentunya masih
menyadari banyak kekurangan. Jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kata kesemprnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik dan saran atau masukan yang
telah teman-teman berikan.

22
DAFTAR RUJUKAN
Amin, M. 1998. Pedoman Laboratorium Dan Petunjuk Pratikum Pendidikan IPA
Umum. Jakarta: DirjenDikti.
Yoto. 2015. Manajemen Bengkel Teknik Mesin. Malang: Aditya Media Publishing
Prasetyo, I. 2016. K3 Kerja di Bidang Pengecoran. (Online),
(http://imamprasetyo.over-blog.com/2016/03/k3-kerja-di-bidang-
pengecoran.html), (Diakses pada 08 April 2020)
Anonymous. 2016. Keselamatan Kerja di Bidang Manufaktur/Pengecoran.
(Online), (http://fadlyhthokichi.blogspot.com/2016/03/keselamatan-kerja-
dibidang.html), (Diakses pada 08 April 2020)
Fatoni, R., Mayasari, H.D., Sholaika, A.D., Susanto, Y. 2013. Perancancangan
Ulang Tata Letak Pabrik Dan Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Simposium Nasional RAPI XII, 52 – 59.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: Dian Rakyat.
Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Bandung: ITB
Silalahi, B., Rumondang, S. 1995. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman Pressinda.
Sofyan, D., K., & Syarifudin. 2015. Perencanaan Lokasi Dan Perencanaan Tata
Letak Fasilitas Dengan Menggunakan Metode Konvensional Berbasis 5s.
Jurnal Teknovasi, 2(2), 27 – 41.

23

Anda mungkin juga menyukai