Disusun Oleh :
Mohammad Robith Ali Afandi (180511625513)
Mohammad Ilham Amirudin (180511625557)
Muhammad Farid Rifa’i (180511625559)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Permasalahan/Rumusan Masalah..................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II KONDISI UMUM BENGKEL PENGECORAN LOGAM.......................3
2.1 Identitas Bengkel Pengecoran Logam...........................................................3
2.2 Kondisi Bengkel Pengecoran Logam............................................................3
2.3 Struktur Organiasi.........................................................................................4
BAB III PENGORGANISASIAN BENGKEL.......................................................6
3.1 Jenis dan Fungsi Peralatan pada Bengkel Pengecoran Logam.....................6
3.2 Tata Letak Bengkel Pengecoran Logam.....................................................11
3.4 Utilitas.........................................................................................................13
3.5 Penerangan, Pengaturan Ventilasi, Suhu Udara dan Kelembapan..............15
BAB IV KESELAMATAN DAN TATA TERTIB...............................................16
4.1 Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Bengkel Pengecoran Logam........16
4.2 Peralatan Keselamatan Kerja di Bengkel Pengecoran Logam....................17
4.3 Tata Tertib di Bengkel Pengecoran Logam................................................19
BAB V PENUTUP.................................................................................................21
5.1 Kesimpulan.................................................................................................21
5.2 Saran............................................................................................................21
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................22
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis dan Fungsi Alat Pengecoran Logam.............................................. 6
Tabel 2. Mesin dan Dapur Pengecoran Logam......................................................9
Tabel 3. Peralatan Keselamatan Kerja.................................................................17
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
mulai dari bahan cair hingga berbentuk suatu benda dapat dicapai dengan
maksimal.
Pentingnya bengkel pengecoran dalam teknik mesin produksi itu
untuk membantu membuat bentuk – bentuk benda dari logam dengan proses
pencairan logam tersebut. Dalam bengkel pengecoran mahasiswa diharapkan
dapat menguasai proses-proses pengecoran. Praktikum pengecoran berfungsi
untuk membekali siswa berupa kopentensi dan keterampilan teknis berdasarkan
pengalaman nyata lapangan. Selain sebagai praktikum bengkel pengecoran juga
untuk memfasilitasi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran pratikum.
Sehingga siswa mempunyai kontrol kualitas, memiliki sikap dan kemampuan
yang baik selama praktik, dan memenuhi kompetensi dalam bidang pengecoran.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain;
1. Dapat menjelaskan kondisi umum bengkel pengecoran logam.
2. Dapat menjelaskan pengorganisaian bengkel pengecoran logam.
3. Dapat menjelaskan keselamatan dan tata tertib bengkel pengecoran logam.
2
BAB II
3
3. Pegawai
a) Kepala Lab/Bengkel Pengecoran Logam
b) Asisten Bengkel
c) Kepala Mekanik
d) Guru
e) Teknisi
1. Ketua Jurusan
a) Memonitor perkembangan yang terjadi pada bengkel
b) Mengevaluasi langsung perkembangan bengkel
c) Mengontrol begkel secara langsung
d) Membuat rencana pengembangan bengkel
e) Mengembangkan SDM untuk meningkatkan kualitas kerja
2. Kepala Bengkel
4
a) Menjamin operasional bengkel dengan baik
b) Menjaga hasil kualitas kerja peserta didik
c) Mengevaluasi dan melaporkan kondisi bengkel pada atasan
d) Mengantisipasi kebutuhan benda kerja
e) Mengkoordinasi pekerjaan peserta didik
3. Asisten Bengkel
a) Menjamin bahwa semua peralatan bengkel siap dioperasikan dan bisa
digunakan
b) Menjamin bahwa semua pekerjaan sesuai dengan SOP
c) Menjamin semua aktivitas sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
d) Membantu pekerjaan kepala bengkel
e) Menjamin dan mengecek semua peralatan sebelum digunakan
f) Mengidentifikasi kebutuhan peserta didik saat praktek
4. Kepala Mekanik
a) Mengkoodinator pekerjaan teknisi dengan baik
b) Membagi pekerjaan terhadap mekanik
c) Membantu pekerjaan kepala bengkel apabila terjadi kesulitan
5. Sekretaris Bengkel
a) Membuat surat laporan untuk order bahan kerja
b) Membuat persuratan yang berhubungan dengan bengkel
c) Mencatat ketersedian bahan kerja
d) Membuat inventaris paralatan bengkel
6. Bendahara Bengkel
a) Membuat laporan keuangan bengkel
b) Membuat pengeluaran dalam pembelian bahan kerja
7. Teknisi
a) Melakukan pelayan praktek kepada peserta didik
b) Menjaga kualitas kerja peserta didik saat praktek
c) Memelihara kebersihan bengkel
d) Mengontrol kerja peserta didik saat praktek.
5
BAB III
PENGORGANISASIAN BENGKEL
6
dengan tangkai yang dibuat dari kayu atau plastik.
Pembentukan dengan menggunakan pahat kayu
biasanya dilakukan dengan pemukulan oleh palu.
5 Palu Palu dipergunakan untuk memukul benda kerja
pada pekerjaan memahat, mengeling,
membengkok, dan sebagainya.Menurut
bentuknya palu dibedakan dalam beberapa jenis
yaitu palu pen mukanya bulat dan bentuk
kepalanya lancip, palu konde bentuk muka bulat
dan puncaknya seperti bola.Untuk dapat
dipergunakan palu tersebut diberi tangkai yang
terbuat dari bahan kayu liat dan berurat lurus.
6 Cetok Cetok adalah alat yang biasa digunakan untuk
memplester atau mengaci tembok.Alat ini juga
biasa digunakan untuk mencampur adonan pasir
dan semen.Sehingga para pekerja bangunan
banyak yang menggunakan alat ini untuk
membantu pekerjaan.Alat ini berbentuk
lempengan dengan peganan dari kayu.
7 Ragum Ragum adalah alat untuk menjepit benda
kerja.Untuk membuka rahang ragum dilakukan
dengan caramemutar tangkai atau tuas pemutar ke
arah kiri (berlawanan arah jarum jam) sehingga
batang berulir akan menarik landasan tidak tetap
pada rahang tersebut, demikian pula sebaliknya
untuk pekerjaan pengikatan benda kerja tangkai
pemutar diputar ke arah kanan (searah jarum jam).
8 Rahang Penjepit Rahang penjepit diberi landasan terbuat dari
besi tuang yang permukaannya pada umumnya
diberi parutan bersilang agar penjepitan lebih
kuat dan tidak licin. Dengan demikian apabila
menjepit benda kerja yang halus dan
dikawatirkan akan rusak permukaannya maka
7
disarankan untuk memberi lapisan pelindung
berupa plat yang dapat menjaga permukaan
benda kerja tersebut. Namun ada juga jenis ragum
kerja bangku yang rahang penjepitnya dibuat rata
dan halus (digerinda), di mana jenis ragum
ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang
sudah memiliki permukaaan rata.
9 Alat Ukur a. Mistar gulung
Mistar gulung (meteran) memiliki fungsi sama
dengan mistar baja, yang membedakan adalah
bentuknya. Meteran gulung terbuat dari plat
elastis dan relatif panjang dibanding mistar baja.
Dalam pemakaiannya, meteran gulung sering
digunakan untuk mengukur benda yang relatif
panjang dan tidak terlalu membutuhkan
ketelitian yang lebih.
b. Mistar siku
Fungsi utama penyiku adalah untuk memeriksa
ketegak- lurusan atau kesikuan suatu benda,
memeriksa kesejajaran garis, dan alat bantu dalam
membuat garis pada benda kerja.
10 Kikir Kikir yang digunakan harus disesuaikan
dengan kebutuhan pekerjaan, baik dalam segi
kualitas pekerjaan maupun dalam segi bentuk.
Untuk kualitas pekerjaan, yang perlu diperhatikan
adalah ketajaman dan kemulusan kikir, seperti
tidak bengkok dan tidak cacat.
Tabel 1. Jenis dan Fungsi Alat Pengecoran Logam
8
Berikut daftar mesin – mesin dan dapur yang digunakan pada praktikum
pengecoran.
No. Alat, Gambar Fungsi
Mesin/Dapur
1 Mesin Diesel Mesin Diesel
digunakan untuk
menyalurkan udara
melalui blower pada
saat penyalaan dapur
pengolahan logam
2 Dapur Kopula Dapur Kupola pada
bengkel pengecoran
ini digunakan untuk
mencairkan bahan-
bahan logam
aluminium. Proses
pemasukan logam
setelah tungku dapur
sudah mencapai
panas yang tinggi.
(800-1000 derjat C)
3 Dapur Arang Dapur Arang pada
bengkel pengecoran
ini digunakan dalam
melebur suatu logam
dengan tingkat
pemanasan yang
tidak terlalu tinggi
(200-300 derajat C)
9
4 Blower Blower merupakan
alat untuk kipas dan
penyemprot bahan
bakar
10
3.2 Tata Letak Bengkel Pengecoran Logam
1. Denah Ruangan
Pada Gambar diatas dapat terlihat bahwa area yang didekatkan adalah
tungku pembakaran dengan ruangan casting tanah guna mengurangi moment
produknya. Untuk memudahkan proses pengecoran agar lebih efektif dan tidak
memakan waktu banyak pindah ke proses-proses selanjutnya.
11
2. Instalasi Daya/Listrik
Lampu : 10 buah x 30 V =
300 V
Mesin Bor : 1 buah x 260 V =
260 V
Mesin Amplas/Gerinda : 1 buah x 260 V =
260 V
Jumlah = 820 V
12
13
3.4 Utilitas
1. Pengaturan Jaringan transportasi
Berikut ini jaringan transportasi berdasarkan tingkat kerawanan bahaya
pada bengkel pengecoran.
14
praktikum untuk efisiensi waktu praktik. Bahan-bahan yang diambil itu terdapat
beberapa yaitu, pasir, dempul, dan aluminium.
b) Transportasi Tempat Praktikum
Pada tempat praktikum pengecoran tidak terlalu luas. Jadi untuk
pengerjaan finishing atau pekerjaan kerja bangku siswa harus beralih tempat
praktik di bengkel kerja bangku. Jadi untuk pekerjaan yang membutuhkan tempat
yang luas harus beralih ke tempat praktik yang lain.
c) Transportasi Peralatan dan Perlengkapan Praktikum
Untuk tempat peralatan praktikum pengecoran sebagian besar berada di
bengkel pengecoran itu sendiri. Dari dapur,mesin-mesin,alat proses heat treatment
berada di bengkel pengecoran tersebut. Hanya mungkin beberapa alat kerja
bangku harus diambil ke bengkel kerja bangku
2. Pengaturan dan Perawatan Jaringan Air
Jaringan air pada bengkel pengecoran tidak terlalu kompleks
pengelolaannya. Kebutuhan air pada praktikum pengecoran hanya digunakan pada
saat pencampuran air dengan pasir silica yang digunakan untuk pembuatan rangka
cetakan model. Pencampuran pasir dengan air sampai pasir mencapai kelembaban
yang diinginkan. Rata-rata pemberian air kedalam pasir hanya 7%-10%. Jika
terlalu kering akan menyebabkan pasir tidak lengket sehingga akan menyebabkan
rontok pada pasir dan jika terlalu basah akan menyebabkan pasir terlalu lengket
sehingga cetakan akan lengket dengan model dan sulit diambil. Air yang sudah
digunakan biasanya di buang pada halaman samping bengkel pengecoran yang
masih berupa tanah. Jadi tidak memerlukan pengelolaan yang kompleks dalam
menangani jaringan air ini.
3. Pengaturan Limbah (Cair, padat, dan gas)
a) Pengaturan Limbah Cair
Limbah cair yang terdapat pada bengkel pengecoran hanya berupa air sisa
proses pendinginan hasil pengecoran. Limbah yang dibuang seperti pada
keterangan sebelumnya dibuang di halaman samping bengkel pengecoran.
b) Pengaturan Limbah Padat
Limbah padat pada bengkel pengecoran berupa sisa terak hasil
pengecoran. Terak sisa pengecoran dibuang pada tempat sampah yang disediakan
15
pada bengkel. Tempat sampah tersebut hanya dikhususkan untuk pembuangan
limbah tertentu agar pemilahan limbah dapat lebih mudah
c) Pengaturan Limbah Gas
Limbah gas pada bengkel pengecoran merupakan hal paling kompleks.
Pada proses pengecoran paling banyak menghasilkan limbah gas berupa asap.
Pembuangan asap berada pada ventilasi tepat pada diatas penempatan dapur.
16
BAB IV
17
Berikut merupakan prosedur keselamatan kerja sebelum
dan saat pekerjaan di bengkel pengecoran.
a. Memakai perlengkapan praktek, meliputi pakaian praktik, sepatu, sarung
tangan dan lain-lain.
b. Prosedur proses penyalaan dapur peleburan yang tepat.
c. Pengawasan terhadap nyala api pada dapur peleburan.
d. Pemeriksaan bahan bakar dapur.
e. Proses pemasukan logam secara bertahap kedalam dapur peleburan.
f. Kehati-hatian dalam pengambilan logam cair dalam tungku, pengambilan
logam cair menggunakan centong yang bertangkaipanjang.
g. Peletakan cetakan yang terlalu jauh dari dapur.
h. Melakukan penuangan dengan hati-hati.
i. Penutupan dapur apabila selesai proses penuangan
18
19
6 32 Alat pelindung hidung
(opsional) dan mulut (masker)
digunakan untuk
melindungi hidung
dan mulut dari debu
atau udara panas
ketika melakukan
pengecoran logam.
Alat Pelindung Hidung dan
Mulut
Tabel 3. Peralatan Keselamatan Kerja
20
13. Siswa harus segera berhenti melaksanakan praktek, 15 menit sebelum jam
berkahir praktek selesai, setelah mendapat instruksi dari instruktur/guru praktek,
untuk melakukan pembersihan alat, ruangan praktek serta mengembalikan alat
dan bahan seperti semula.
14. Pegembalian alat harus dalam kondisi baik lengkap sesuai dengan daftar.
15. Kalau ada kerusakan alat/mesin siswa wajib melapor kepada
instruktur/guru praktek.
16. Untuk mengakhiri kegiatan praktek siswa wajib berbaris untuk
medapatkan instruksi/pengarahan dari instruktur/guru praktek dan berdoa.
17. Setelah selesai berdoa, siswa meninggalkan bengkel/lab dengan tertib
tanpa membuat gaduh atau keributan.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengecoran logam merupakan kegiatan dalam bidang manufaktur, yang
terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut
dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan hingga membeku. Industri
pengecoran logam tumbuh seiring dengan perkembangan teknik dan metode
pengecoran serta berbagai model produk cor yang membanjiri pasar domestik.
Begkel/lab ini desain untuk Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki
ruang yang telah desain dengan standar bengkel yang sesuai dan memiliki
peraturan/tata tertib bagi siswa pada saat praktek/kerja. Bengkel ini juga memiliki
struktur organisasi dan alat-alat pelindung diri (APD) untuk keselamatan dan
kesehatan kerja pada bengkel/lab pengecoran bengkel.
5.2 Saran
Pada penulis perencanaan bengkel Pengecoran Logam ini tentunya masih
menyadari banyak kekurangan. Jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kata kesemprnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik dan saran atau masukan yang
telah teman-teman berikan.
22
DAFTAR RUJUKAN
Amin, M. 1998. Pedoman Laboratorium Dan Petunjuk Pratikum Pendidikan IPA
Umum. Jakarta: DirjenDikti.
Yoto. 2015. Manajemen Bengkel Teknik Mesin. Malang: Aditya Media Publishing
Prasetyo, I. 2016. K3 Kerja di Bidang Pengecoran. (Online),
(http://imamprasetyo.over-blog.com/2016/03/k3-kerja-di-bidang-
pengecoran.html), (Diakses pada 08 April 2020)
Anonymous. 2016. Keselamatan Kerja di Bidang Manufaktur/Pengecoran.
(Online), (http://fadlyhthokichi.blogspot.com/2016/03/keselamatan-kerja-
dibidang.html), (Diakses pada 08 April 2020)
Fatoni, R., Mayasari, H.D., Sholaika, A.D., Susanto, Y. 2013. Perancancangan
Ulang Tata Letak Pabrik Dan Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Simposium Nasional RAPI XII, 52 – 59.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: Dian Rakyat.
Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. Bandung: ITB
Silalahi, B., Rumondang, S. 1995. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman Pressinda.
Sofyan, D., K., & Syarifudin. 2015. Perencanaan Lokasi Dan Perencanaan Tata
Letak Fasilitas Dengan Menggunakan Metode Konvensional Berbasis 5s.
Jurnal Teknovasi, 2(2), 27 – 41.
23