LEMBAR PERSETUJUAN
ii
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
LEMBAR PENGESAHAN
iii
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan praktik kerja
industri.
Laporan praktik kerja industri ini disusun untuk memenuhi sebagian dari
persyaratan untuk mendapatkan gelar Diploma pada Program Studi Teknik
Pengecoran Logam, Politeknik Manufaktur Ceper. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya laporan praktik kerja lndustri ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Drs. Anas Yusuf Mahmudi selaku Direktur Politeknik Manufaktur Ceper
yang telah memberi kesempatan untuk melaksanakan praktik kerja industri.
2. Tri Daryanto, S.E., M.M. selaku Ketua Program Studi Teknik Pengecoran
Logam, Politeknik Manufaktur Ceper.
3. Sumeru Yoso, S.T., M.Eng. selaku Pembimbing yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dengan penuh semangat dalam menyusun
laporan ini.
4. Ibu Neng Riska, S.Kom., M.M., Ibu Intan Hasanah, S.Psi., Bapak Rudi,
Bapak Sugeng Rahayu, Bapak Muhamad Safingi dan seluruh karyawan di
PT Usaha Saudara Mandiri yang saya anggap semua menjadi bagian dari
Pembimbing Industri yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
berkaitan dengan hal teknis maupun non-teknis untuk mahasiswa dengan
penuh kesabaran.
5. Teman-teman mahasiswa Program Studi Teknik Pengecoran
LogamPoliteknik Manufaktur Ceper angkatan 14.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis
terima dengan senang hati demi menyempurnakan penulisan selanjutnya.
iv
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya
dan mahasiswa pada khususnya.
Penulis
v
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
DAFTAR ISI
vi
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
4.1 Cetakan........................................................................................................ 59
4.2 Peleburan Aluminium ................................................................................. 62
4.3 Peleburan Kuningan .................................................................................... 65
4.4 Pengerolan pelat .......................................................................................... 65
4.5 Pengelasan Listrik ....................................................................................... 66
4.6 Pengelasan Argon ....................................................................................... 66
4.7 Finishing Casting ........................................................................................ 68
vii
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
viii
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
DAFTAR GAMBAR
ix
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
x
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
xi
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar alat pelindung diri pada bagian pengecoran logam ................... 16
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Magang ................................................................. 34
Tabel 3.2 Perbandingan penggunaan cetakan pasir dan cetakan pelat.................. 36
xii
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
2
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
3
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
4
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
3. Kebijakan Mutu
a. Mengutamakan kepuasan pelanggan
b. Melakukan perbaikan berkesinambungan
c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
5
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
6
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
7
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
2. Thermo Detector
a. Thermocouple
Merupakan sensor suhu yang banyak digunakan di dunia perindustrian
karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan industri. Tipe thermocouple terdiri
dari berbagai macam, antara lain : Tipe B, R, S, K, E, J, T yang disesuaikan
dengan kebutuhan dunia industri
Aplikasi : Furnace, oven, metal processing, food processing, steam
generator, petrochemical, turbines, power station.
9
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
5. Tubular Heater
Tubular heater merupakan heater yang paling serbaguna diantara semua
jenis heater.Heater ini menawarkan cakupan yang luas pada bebagai jenis aplkasi,
material dan bentuknya sehingga dapat diterapkan pad ahampir semua
permintaan.
Tempearatur operasional maksimal : disesuaikan dengan jenis material
yang digunakan serta sifat benda yang akan dipanaskan (padat, cair,
udara dan gas)
Aplikasi : clamp on platens, dies, mould, sealing tools, food heating,
air ducting, oven, drying, baking load bank, discharge resistor.
10
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
6. Cartridge Heater
a. Split sheath heater
Untuk kemudahan installasi, heater sebaiknya dibuat lurus dan memilki
diameter yang lebih kecil dari diameter drilled holes dengan toleransi +- 0,02 mm.
Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi usia pemakaian
heater selain faktor watt density dan faktr temperatur operational.
11
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
12
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
8. Immersion Heater
Immersion heater adalah elemen pemanas yang dirancang sebagai
perangkat yang terpasang pada tangki atau wadah untuk memanaskan cairan
seperti ait, minyak, resin, larutan garam, gula, kimia, lilin, aspal, paraffin dan
material padat dengan sifat titik lebur yang rendah.
Aplikasi : large tank heating, general liquid heating
`
Gambar 1.16 Immersion heater
9. Finned Heater
Finned heater merupakan bentuk lain dari pengembangan elemen pemanas
yang dasarnya dirancanga dari tubular heater. Heater ini dikembangkan dengan
cara memberikan sirip yang terbuat dari stainless steel dengan ukuran lebar sirip
sebesar 10 mm dan 6 mm.
Temperatur operasional maksimal : +- 250 oC
Aplikasi : forced air on natural convection oven heating, natural air
heating
13
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
14
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
15
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
sebagai kewajiban. Peta pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bagian produksi
pengecoran logam dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Daftar alat pelindung diri pada bagian pengecoran logam
16
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Aluminium
17
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
18
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
d. Mudah dibentuk
Proses pengerjaan Aluminium mudah dibentuk karena dapat disambung dengan
logam/material lainnya dengan pengelasan, brazing, solder, adhesive bonding,
sambungan mekanis, atau dengan teknik penyambungan lainnya.
e. Konduktor listrik
Aluminium dapat menghantarkan arus listrik dua kali lebih besar jika
dibandingkan dengan tembaga.Karena Aluminium tidak mahal dan ringan,
maka Aluminium sangat baik untuk kabel-kabel listrik overhead maupun
bawah tanah.
f. Konduktor panas
Sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesin-mesin/alat-alat pemindah
panas sehingga dapat memberikan penghematan energi.
g. Memantulkan sinar dan panas
Aluminium dapat dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan
pantul yang tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan dengan kekuatan pantul
sebuah cermin.Sifat pantul ini menjadikan Aluminium sangat baik untuk
peralatan penahan radiasi panas.
h. Non magnetik
Aluminium sangat baik untuk penggunaan pada peralatan elektronik, pemancar
radio/TV dan lain-lain.Dimana diperlukan faktor magnetisasi negatif. (Nur
Imam. 2017)
19
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
a. Paduan Aluminium-Silikon
Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan kekerasan
dan kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada
aluminium paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi
silikon lebih tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam akan meningkat secara
drastis akibat terbentuknya kristal granula silika.
b. Paduan Aluminium-Magnesium
Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam
paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC. Namun, hal ini tidak
menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan
mudah karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 oC. Keberadaan
20
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada
temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami
failure pada temperatur tersebut.
c. Paduan Aluminium-Tembaga
Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat,
namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak boleh
memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk senyawa
CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh.
d. Paduan Aluminium-Mangan
Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan
pengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan
logam paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh.
Selain itu, penambahan mangan akan meningkatkan titik lebur paduan
aluminium.
21
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
e. Paduan Aluminium-Seng
Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal karena
merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan ini
memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium dengan
5,5% seng dapat memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi
sebesar 11% dalam setiap 50 mm bahan. Bandingkan dengan aluminium
dengan 1% magnesium yang memiliki kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun
memiliki elongasi sebesar 6% setiap 50 mm bahan. (Abdul Hafizh,dkk. 2009)
22
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
2.3 Kuningan
Pengrajin logam kuno di daerah yang sekarang dikenal sebagai Syria atau
Turki timur telah mengetahui bagaimana cara untuk mencairkan tembaga dengan
timah untuk membuat logam yang disebut perunggu pada awal 3000 sebelum
masehi. Kadang-kadang mereka juga membuat kuningan tanpa mereka sadari.
23
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
24
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
3. Paduan Cu – (35~45%) Zn, disebut juga kuningan 6/4. Berharga lebih murah
dan banyak dikerjakan panas, dengan kekuatan yang tinggi. Banyak digunakan
untuk pengerjaan plat dan untuk peralatan mesin.
4. Paduan Cu–Zn–Sn (Naval Brass, kuningan perkapalan) yang mana kuningan
6/4 ditambahkan timah 0.5 ~ 1.5%. Namun bila kuningan 7/3 ditambah timah
sekitar 1% disebut Admiral Brass, kuningan laksamana. Memiliki ketahanan
korosi air laut yang tinggi. Banyak digunakan untuk kondenser air, komponen
kapal laut.
5. Kuningan kekuatan tinggi (Cu-Zn-Mn), merupakan kuningan 6/4 yang dipadu
dengan mangan 0.3 ~ 3% dan Al, Fe, Ni dan Sn di bawah 1% untuk
meningkatkan kekuatan dan memperbaiki daya tahan korosi. Mn dan Fe
melembutkan butiran logam sehingga kekuatan meningkat. Al dan Sn
meningkatkan daya tahan korosi dan daya tahan aus. Nikel juga menaikkan
kekuatan dan daya tahan aus.
25
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
26
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
27
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
28
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
berbentuk pita melingkar.Mata gergaji ini diregang diantara dua rol.Rol penggerak
dihubungkan dengan power supplai motor listrik.Motor listrik ini menghasilkan
putaran dan sekaligus memutar mata gergaji yang berbentuk pita. Kedua rol ini
mempunyai jarak yang berguna untuk tempat berlangsungnya proses pemotongan.
29
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Pada mesin-mesin gullotine ini juga dilengkapi dengan alat ukur untuk
pengukuran pelat yang tepat, sehingga mempermudah pada proses
pemotongannya.
30
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Mesin gunting pelat ini mampu memotong pelat lurus, dengan ketebalan
pemotongan maksimal 12 mm. Prinsip kerja mesin potong ini menggunakan
tenaga motor listrik yang dihubungkan dengan tuas penekan. Tuas penekan ini
dihubungan dengan pisau bagian atas.Pisau atas ini bergerak naik turun.
Pelat diletakkan diantara pisau bawah yang tetap dan pisau atas yang
bergerak turun. Sebelum pisau atas turun menggunting pelat, maka stopper atau
sepatu penahan terlebih dahulun turun menahan pelat yang akan dipotong. Stoper
atau penahan ini berfungsi untuk menahan pelat agar sewaktu terjadinya proses
pengguntingan pelat tidak mengalami gaya balik.
Antara pisau bawah dan atas mempunyai kelonggaran atau
kelonggaran.Biasanya kelonggaran ini dapat di atur sesuai dengan ketebalan
pemotongan.Besarnya kelonggaran ini berbanding lurus terhadap ketebalan dan
jenis bahan pelat yang dipotong. Semangkin besar ketebalan pelat yang dipotong
maka kelonggaran antara pisau ini juga akan menjadi lebih besar. Bahan pelat
yang mempunyai kekerasan yang tinggi juga harus diikuti dengan penyesuaian
kelonggaran antara matau pisau atas dan bawah.
31
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Gambar 2.12 Mesin rol (John Wiley & Sons, Inc. M P Groover 2007)
32
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
33
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
1. Observasi
Mahasiswa melaksanakan praktik langsung di lapangan pada proses
produksi berlangsung.
34
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
2. Studi Literatur
Sebagai materi penunjang dalam melaksanakan kegiatan praktek,
mahasiswa melakukan tinjauan pustaka, seperti membaca literatur, artikel, diktat
dari kampus, pencarian di internet dan melakukan percobaan sebagai
perbandingan hasil terhadap beberapa teori dengan kenyataan yang ada di
lapangan.
3. Wawancara
Mahasiswa mendapatkan data dengan cara bertanya langsung kepada
pihak pihak terkait seperti pembimbing ,supervisor sampai operator lapangan di
industri tersebut.
4. Diskusi
Mahasiswa berdiskusi dengan berbagai pihak sebelum mengambil langkah
ketika menyelesaikan suatau masalah, sekaligus sebagai pembelajaran ketika
mendapatkan arahan dari pihak-pihak terkait yang lebih berpengalaman dengan
menggabungkan antara ilmu teori dengan ilmu praktik.
5. Praktik Langsung
Mahasiswa ikut serta dalam pelaksanaan proses produksi secara langsung
di perusahaan sehingga mudah untuk menganalisis objek.
35
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
36
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
37
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Kekurangan:
1. Pembongkaran cetakan cukup sulit
2. Tidak bisa membuat produk dengan profil di dalam casting, sehingga
mengandalkan machining
3. Tidak bisa menggunakan sistem saluran sehingga apabila terjadi
penyusutan penuangan cairan kembali dituang manual oleh operator
sebagai penambah cairan
3.5.2 Proses Pembuatan Cetakan Logam Pelat (aluminium)
Berikut adalah langkah-langkah pembuatan cetakan logam pelat untuk
salah satu produk yang akan dibuat dengan material aluminium.
A. Perancangan ukuran
Baca terlebih dahulu gambar benda dan lihat ukuran benda pada gambar.
Berikut adalah gambar 2D pada produk yang akan dibuat.
38
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
39
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
yang sudah dihitung.Untuk satu cetakan potong siku dengan panjang 300 mm (2
pcs) dan 125 mm (2pcs) dan gunakan siku dengan tinggi 35 mm. Berikut adalah
gambar 3D siku yang akan digunakan untuk membuat cetakan
C. Pelubangan siku
Proses selanjutnya setelah siku dipotong adalah melubangi siku untuk
tempat kawat penyangga elemen pemanas. Posisi lubang ditentukan dengan besar
diameter pipa elemen panas dan diameter kawat penyangga.
Sebagai contoh, diameter pipa elemen panas adalah 8 mm, posisi pipa
ditengah benda dan diameter kawat penyangga 4 mm. Berikut adalah gambar
penjelasan untuk menentukan posisi lubang kawat.
40
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Lubangi siku yang sudah ditandai bagian yang akan dilubangi untuk kawat
penyangga dengan menggunakan mesin drilling (bor), seperti pada gambar di
bawah ini adalah siku yang sudah dilubangi.
D. Pengelasan cetakan
Apabila siku sudah dilubangi untuk kawat penyangga, proses selanjutnya
adalah mengelas siku agar membentuk cetakan sesuai dengan bentuk benda.
Bentuk cetakan yang dibuat adalah kotak, maka las siku dengan membentuk
kotak, pengelasan dilakukan dengan cara las cantum pada bagian ujung siku yang
satu dan yang lainnya. Setelah di las ukur dan perhatikan bentuk cetakan harus
simetris dan tidak boleh miring, ukur diagonal pada cetakan apabila ukuran
diagonal sudah sama, cetakan sudah lurus. Seperti pada gambar 3D dibawah ini
siku yang sudah di las cantum.
41
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
42
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
43
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
cetakan sudah menempel pada alas cetakan, lem cetakan dengan menggunakan
pasir basah pada bagian sambungan antara cetakan dengan alas cetakan agar tidak
bocor ketika cetakan dicor.Berikut adalah gambar 3D cetakan yang sudah
menempel pada alas cetakan.
44
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
A. Perancangan Ukuran
Baca terlebih dahulu gambar benda dan lihat ukuran benda pada gambar.
Berikut adalah gambar 2D pada produk yang akan dibuat.
45
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
46
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
B. Pemotongan pelat
Potong pelat sesuai dengan ukuran cetakan, cetakan yang akan dibuat
berbentuk silinder sedangkan pelat berbentuk persegi, sehingga dalam
pemotongan pelat harus menggunakan ukuran panjang keliling pada ukuran
diameter lingkaran cetakan.
Perhitungan:
D lingkaran cetakan = 110 mm
Rumus keliling cetakan = 3,14 x dimeter lingkaran
Panjang keliling = 3,14 x 110 mm
= 345 mm
Jadi, panjang pelat yang harus dipotong adalah 345 mm dan tinggi 40 mm.
Berikut adalah gambar 3D pelat yang sudah dipotong sesuai dengan perhitungan
ukuran.
47
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
C. Pelubangan pelat
Pelat yang telah dipotong selanjutnya dilubangi dengan mesin bor,
pelubangan dilakukan untuk tempat kawat penyangga. Diameter lubang adalah 5
mm, posisi lubang sesuaikan dengan besar diameter pipa heater dan diameter
kawat yang akan digunakan.
Diameter pipa heater adalah 10 mm dan kawat yang akan digunakan
adalah diameter 5 mm. berikut adalah gambar keterangan posisi pelubangan pada
pelat.
48
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
49
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
kawat penyangga tersebut agar tidak lepas dari cetakan.Berikut adalah gambar 3D
kawat penyangga yang sudah terpasang pada cetakan.
50
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
51
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
52
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
53
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Mesin pemotong pelat adalah suatu alat pemotong pelat yang bekerja
dengan prinsip kerja memotong plat dengan prinsip menggunting. Pelat
merupakan bahan utama pada pembuatan cetakan di PT Usaha Saudara Mandiri,
sehingga dibutuhkan mesin pemotong pelat.Mesin pemotong pelat yang terdapat
di PT Usaha Saudara Mandiri adalah mesin pemotong pelat jenis mesin gullotine.
54
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Mesin gullotine sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu mesin gullotine
manual dan mesin gullotine hidraulik. Mesin gullotine manual pemotongan pelat
dilakukan dengan tuas penekan yang digerakkan oleh kaki si pekerja. Mesin
gullotine hidraulik proses pemotongannya digerakkan dengan sistem hidraulik,
sehingga kemampuan potong mesin gullotine hidraulik ini lebih besar dari mesin
gullotine manual.
Mesin gullotine ini hanya mampu untuk pemotongan pelat-pelat lurus.
Untuk mesin gullotine manual ketebalan pelat yang dapat dipotong di bawah 0,6
mm dan mesin gullotine hidraulik mampu memotong pelat antara 6-10 mm. dalam
pembuatan cetakan pelat yang digunakan biasanya mencapai tebal 3 mm,
sehingga mesin yang digunakan adalah mesin pemotong pelat gullotine hidraulik.
Prosedur pemotongan pelat dengan mesin gullotine hidraulik:
1. Siapkan pelat yang akan dipotong
2. Beri tanda pada bagian pelat yang akan dipotong
3. Nyalakan mesin
4. Masukkan pelat pada pisau pemotong dan pastikan posisi pelat lurus
dengan mata pisau
5. Tentukan pada mesin pelat dengan tebal berapa yang akan dipotong
6. Nyalakan mesin
7. Tekan tuas dengan menggunakan kaki
8. Apabila pelat sudah terpotong matikan kembali mesin
55
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Pada proses pembuatan cetakan di PT Usaha Saudara Mandiri terdapat
proses penempelan cetakan pelat pada lempengan pelat. Proses tersebut dilakukan
dengan cara mengelas cetakan pada lempengan pelat. Las yang digunakan adalah
las listrik supaya lebih mudah dan lebih cepat.Pengelasan hanya sebatas
mencantum saja antara bagian sisi bawah cetakan dengan lempengan pelat.Tujuan
pengelasan ini adalah supaya cetakan tidak bergeser dan kuat saat dilakukan
penuangan cairan ke dalam cetakan.
56
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
57
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
58
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Cetakan
59
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
61
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
pemuaian dari panas cairan logam sehingga pelat dapat melengkung dan bentuk
bendapun mengikuti bentuk cetakan yang melengkung.
Penanganan masalah ini adalah apabila akan membuat benda yang cukup
panjang maka gunakan kawat penahan pada bagian atas cetakan supaya pada saat
pelat mengalami pemuaian, pelat tidak melengkung karena tertahan oleh kawat
penahan tersebut. Cara kedua adalah gunakan pelat yang lebih tebal agar lebih
kuat menahan panas ketika dilakukan penuangan cairan ke dalam cetakan.Berikut
adalah gambar 3D contoh penggunaan kawat penahan pada cetakan.
62
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Pada baja terdapat proses perlakuan panas yang disebut annealing yaitu
pelunakan, pelunakan tersebut terjadi ketika baja dipanaskan pada suhu
austenisasi dan didinginkan secara lambat di dalam tungku. Aluminium yang
didiamkan membeku di dalam pot akan mempengaruhi laju pendinginan terhadap
pot tersebut menjadi semakin lambat, sehingga memungkinkan pot tungku
tersebut menjadi lebih lunak dan dapat membuat pot lebih mudah bocor ketika pot
bersentuhan dengan material asing seperti bahan baku atau ladel gayung ketika
pengambilan cairan.
Penanganan masalah ini ketika sudah terjadi kebocoran pada pot adalah
dengan mengelas pot pada bagian yang bocor. Langkah antisipasi terjadinya
kebocoran pot adalah dengan tidak meninggalkan sisa cairan aluminum membeku
di dalam pot tungku. Berikut adalah gambar pot yang sudah bocor
63
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
terjadi karena adanya pendinginan dini pada cairan sehingga cairan membeku
terlebih dahulu sebelum cairan memenuhi cavity secara menyeluruh.
Penanganan terhadap masalah ini adalah dengan cara melakukan
penuangan dengan cara sekali tuang, apabila volume ladel gayung tidak
memungkinkan untuk dilakukan penuangan dalam sekali tuang maka lakukan
penuangan oleh lebih dari satu orang agar penuangan dapat dilakukan secara
bersamaan hingga cairan memenuhi cetakan.
Apabila cacat coldshut atau misrun sudah terjadi pada benda maka
penanganannya adalah dengan cara mengelas benda pada bagian cacat lalu
dilakukan proses finishing kembali pada benda setelah dilas. Berikut adalah
gambar cacat coldshut dan misrun yang terjadi pada aluminium casting.
64
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
65
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
Tahap pengerolan pelat ketika akan membuat cetakan bulat adalah dengan
menggunakan mesin rol listrik dengan diameter rol yang lebih besar. Setelah pelat
sudah membentuk hampir bulat sempurna pengerolan pindah menggunakna mesin
rol manual yaitu mesin rol yang diputar secara manual dengan tangan operator
dan diameter rol lebih kecil sehingga pelat dapat membentuk bulat
sempurna.Berikut adalah gambar hasil pengerolan pelat.
66
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
67
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
1. Penggerindaan benda
Tahap penggerindaan yang pertama pada benda adalah
pengamplasan.Pengamplasan menggunakan batu gerinda sanding dish, tujuan
pengamplasan adalah untuk menghilangkan bekas permesinan pada permukaan
benda. Yang kedua adalah proses polishing yang bertujuan untuk membuat benda
terlihat bersih dan berkilap. Penggerindaan yang biasa dilakukan selain
pengamplasan dan polishing adalah perataan permukaan benda setelah dilas, batu
gerinda yang digunakan untuk menghilangkan bekas las adalah betu gerinda ultra
flex, yaitu batu gerinda yang bisa digunakan untuk memotong atau menghaluskan
permukaan. Berikut adalah gambar hasil finishing penggerindaan pada benda
setelah proses permesinan.
68
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
69
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
3. Marking
Marking adalah proses penandaan atau pemberian label spesifikasi pada
benda/produk. Prinsip kerja marking adalah penekanan penulisan huruf atau
angka terhadap permukaan benda yang akan membekas pada permukaan benda
tersebut dan akan menjadi sebuah tulisan. Berikut adalah hasil marking pada
produk heater aluminium.
70
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
71
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
5.2 Saran
72
Laporan Praktik Kerja Industri
Jurusan D3 Teknik Pengecoran Logam
Politeknik Manufaktur Ceper
DAFTAR PUSTAKA
73