Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTEK MESIN PERKAKAS 3

PROSES PEMBUATAN “ AS RODA GIGI DAN SPUR GEAR ”

Dosen Pengampu:

Radhi Ariawan, S.T., M.Eng

Disusun Oleh:
1. Erwinanto
2. Fiqih Indrayanto Putra
3. Indriani Mawar Oktavia
4. Muhammad Irvan Afandi
5. Muhammad Iqbal Nurzamzam

PROGRAM STUDI D III TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI CILACAP

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya,
sehingga laporan praktikum ini dapat disusun dan diselesaikan tepat pada
waktunya. Laporan praktikum ini bertujuan untuk tugas atau kelengkapan dalam
mengikuti mata kuliah Praktik Mesin Perkakas 3. Isinya ialah mengenai proses
pembuatan “As Roda Gigi dan Spur Gear ” serta mesin dan alat yang digunakan.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ;

1. Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya kita diberi kesehatan dan
kesempatan untuk menyelesaikan laporan ini.
2. Orang tua yang telah membantu baik secara moril maupun materil.
3. Bapak Dr. Ir.Aris Tjahyanto, M.Kom selaku direktur Politeknik Negeri
Cilacap.
4. Bapak Joko Setia Pribadi, A.Md., S.T., M.Eng selaku Kepala Jurusan
Teknin Mesin Politeknik Negeri Cilacap.
5. Bapak Radhi Ariawan, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing mata kuliah
Praktik Mesin Perkakas 3.
6. Bapak Imam Abdu, A.Md selaku dosen pendamping dalam mata kuliah
Praktik Mesin Perkakas 3.
7. Teman-teman kelas TM 2A yang telah banyak membantu.

Kami menyadari, bahwa laporan praktikum yang saya buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dimasa
mendatang.
Semoga laporan praktikum ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Cilacap, …………..2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………… 1
BAB II ISI…………………………………………………………………. 2
2.1 Mesin Bubut……………………………………………………… 2
2.2 Mesin Frais……………………………………………………….. 9
2.3 Surfase Grinding…………………………………………………. 13
2.4 Cylinder Grinding………………………………………………... 18
BAB III PENGERJAAN………………………………………………….. 25
BAB IV PENUTUP……………………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagian Bagian Mesin Frais ............... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.2 Bagian Bagian Mesin Frais .............................................................. 11
Gambar 2.3 Bagian Bagian Kepala Pembagi ........................................................ 4
Gambar 2.4 Mesin Grinding .................................................................................. 6
Gambar 2.5 Gerinda Silindris Luar ..................................................................... 12
Gambar 2.6 Mesin Gerinda Silindris Dalam ....................................................... 12
Gambar 2.7 Mesin Gerinda Silinder Luar Tanpa Center (Centreless) ................ 12
Gambar 2.8 Mesin Gerinda Silindris Universal .................................................. 13
Gambar 2.9 Bagian-Bagian Utama Mesin Gerinda Silindris .............................. 13
Gambar 3.1 Bolt Adjuster.................................................................................... 25
Gambar 3.2 Adjuster Nut .................................................................................... 26
Gambar 3.3 Case ................................................................................................. 27
Gambar 3.4 Base .................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Kecepatan Potong......................................................................... 5

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum ini bertujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam
mengikuti mata kuliah Praktik Mesin Perkakas 3. Pada mata kuliah ini dijelaskan
dan diajarkan cara mengoperasikn mesin perkakas, memakai peralatan mesin
perkakas, dan alat bantu lainnya. Sehingga, diharapkan semua mahasiswa mampu
mengetahui, memahami, dan mempraktikannya sebagai bekal dalam dunia
industri.
Hasil produk bermutu tinggi dan standar dalam pengerjaan mesin
diperlukan tenaga kerja yang baik dan profesional. Mesin-mesin yang ada seperti
mesin bubut, mesin frais, dan mesin bor memang didesain untuk melakukan salah
satu jenis pekerjaan sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya.
Benda kerja yang dibuat dan harus di selesaikan ialah as roda gigi dan spur
gear. Teknik untuk pembubutan, pengeboran, penguliran dan pengefraisan sangat
di utamakan dalam hal ini. Teknik-teknik ini di peroleh dari materi kuliah yang
telah di sampaikan dan sumber sumber referensi lain, maka dengan adanya
praktikum ini di harapkan setiap mahasiswa dapat menerapkannya dengan baik,
sehingga setelah lulus dari bangku kuliah bisa langsung siap bekerja dan bersaing
dengan calon tenaga kerja lainnya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka para mahasiswa ( peserta
Praktikum ) menentukan lingkup permasalahan, diantaranya :
1. Bagaimana cara mengoperasikan mesin dan peralatan yang ada agar dapat
di pergunakan dengan baik dan benar, serta sesuai prosedur yang
mengacu pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Bagaimana cara / proses yang dilakukan dalam pembuatan as roda gigi
dan spur gear.
3. Bekerjasama secara professional dalam satu kelompok.

1
2

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan diadakan praktikum ini adalah :
1. Untuk memenuhi standar kelulusan mahasiswa yang telah ditetapkan
Politeknik Negeri Cilacap.
2. Untuk dapat mengenal dan mempergunakan semua mesin perkakas.
3. Dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana cara pemecahan masalah
bila menemui suatu kendala.
4. Dapat bekerja sama secara kelompok dengan baik dan profesional dalam
menyelesaikan suatu tugas di lapangan.
5. Dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan yang ditugaskan.
6. Menjadi tenaga kerja yang berkualitas, handal, berdisiplin tinggi,
berwawasan ke depan dan peduli terhadap lingkungan masyarakat
sekitarnya.
1

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam pembuatan suatu produk teknik diperlukan pemahaman atas teori-
teori proses produksi apa saja yang mungkin diperlukan dalam proses
pembuatannya. Teori-teori proses produksi bisa berupa pembubutan, milling/frais,
drilling dan yang lainnya. Pengetahuan dan pemahaman atas teori-teori yang ada
pada proses produksi dapat membantu jalannya pembuatan suatu produk serta
mempengaruhi hasil akhir produk.

2.1 Mesin Perkakas


Mesin perkakas dapat didefinisikan sebagai suatu mesin atau peralatan yang
dapat berfungsi untuk memotong atau mendeformasikan suatu material menjadi
suatu produk jadi maupun setengah jadi dalam bentuk dan ukuran tertentu seperti
yang dikehendaki. Proses pemotongan dan pembentukan ini memerlukan alat bantu
potong yang sering dinamakan alat potong atau pahat potong. Mesin perkakas
biasanya digunakan untuk mesin atau peralatan yang pengoperasiannya tidak
menggunakan tenaga manusia secara langsung.

Proses pemotongan material akan menimbulkan bagian yang terbuang atau


disebut tatal (chip) sebagai akibat gerak potong (cutting movement) dan gerak
makan (feed movement), di mana masing-masing gerakan tersebut dapat dilakukan
oleh benda kerja atau alat potong serta kombinasi-kombinasinya.

Mesin perkakas dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu mesin perkakas


potong dan mesin perkakas bentuk. Jenis mesin perkakas potong merupakan mesin
perkakas yang poses kerjanya dengan menghilangkan bagian dari benda kerja untuk
memperoleh bentuk tertentu.

Pemakanan atau pemotongan ini dengan proses gerakan benda kerja terhadap
alat potong maupun sebaliknya yaitu pergerakan alat potong terhadap benda kerja.
Jenis mesin perkakas potong ini banyak ragamnya dan relatif kompleks baik dalam
proses pemotongannya maupun dalam rancangan dan desainnya.

Kualitas pemotongan kehalusan permukaan dan bentuk yang dihasilkan oleh


pemotongan logam tergantung pada bentuk pahat (tool shape) dan arah gerak relatif
antara pahat dengan benda kerja (work shape). Bila gerakan relatif antara benda
kerja dan pahat linier biasanya dihasilkan permukaan yang datar, tetapi jika benda
kerja berputar pada porosnya dan pahat potong bergerak pada suatu arah tertentu
melakukan pemakanan maka dihasilkan bidang kerja yang silindris

2.2 Mesin Bubut

Gambar 2.1 Mesin Bubut

Mesin Bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong
benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja
yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan
pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda
kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan.

Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan


translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang
berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang
menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.

Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan


pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi
besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127. Roda
gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan karena digunakan untuk
konversi dari ulir metrik ke ulir inci.
2.2.1 Prinsip Kerja Mesin Bubut
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa
sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung,
putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros
ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat.
Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.
2.2.2 Bagian Bagian Mesin Bubut
Secara umum mesin bubut memiliki beberapa bagian utama. Bagian bagian
utama mesin bubut diantaranya:
a. Headstock / Kepala Tetap
Headstock merupakan tempatnya transmisi gerak yang mengatur putaran
yang dibutuhkan saat proses pembubutan. Headstocl difungsikan sebagai
dudukan chuck dan spindle, pengaturan kecepatan putaran spindle, tempat
perlengkapan gear box, dan lain sebagainya.
b. Tailstock / Kepala Lepas
Tailstock digunakan untuk menyangga benda kerja yang panjang,
kedudukan chuck bor, reamer, dan untuk proses pemesinan bubut tirus di
mesin bubut.
c. Toolpost / Tempat Pahat
Toolpost adalah tempat rumah pahat, digunakan sebagai tempat dudukan
pahat bubut, dengan menggunakan pemegang pahat.
d. Spindle
Spindle difungsikan sebagai tempat pemasangan benda kerja utuk proses
penyayatan. Terdapat dua macam spindle yaitu spindle rahang tiga dan spindle
rahang empat.
e. Lead Crew / Ulir Pembawa
Lead crew ini adalah poros berulir panjang yang terletak sedikit di bawah
dan sejajar dengan tepian, memanjang dari kepala tetap ke ekor tetap.
Dihubungkan oleh roda gigi pada kepala tetap dan rotasi dapat dibalik.
Menempel ke kereta dan digunakan sebagai kabel pemandu untuk membuat
benang saja dan dapat dilepas saat tidak digunakan.
f. Feedrod / Poros Penjalan
Feedrod terletak di bawah ulir pengarah yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga dari gear box cepat untuk menggerakkan mekanisme
geladak ke arah melintang atau membujur.
g. Carriage / Eretan
Carriage tersebut terdiri dari eretan, tempat pahat, dan apron. Untuk
menahan beban dan mengarahkan pahat potong eretan/ carriage haruslah
memiliki struktur yang kuat. Carriage ini memiliki dua cross slide yang
berfungsi untuk mengarahkan pahat ke arah silang. Spindle bagian atas
mengontrol pergerakan dudukan pahat dan spindle atas untuk memindahkan
dudukan di sepanjang landasan.
h. Bed / Alas Mesin
Bed atau alas ini berfungsi untuk kedudukan eretan atau carriage. Alas
mesin merupakan bagian rangka utama mesin bubut, yang di atas kerangka
tersebut carriage serta headstock bertumpu serta begerak, adapun alur alas
mesin berbentuk V, rata atau datar.
i. Gear Box / Lemari Roda Gigi
Gear box atau roda gigi ini berfungsi untuk mentransmisikan daya dari
spindel ke sekrup utama pada kecepatan yang berbeda.
j. Chuck
Chuck pada dasarnya digunakan untuk menjepit benda kerja, khususnya
yang panjangnya pendek dan diameter besar atau bentuknya tidak beraturan
yang tidak dapat dipasang dengan nyaman di antara pusat. Itu dapat dipasang
ke mesin bubut dengan mengencangkan di ujung spindel.
2.2.3 Element Dasar Mesin Bubut
1. Kecepatan potong (cutting speed) : v (m/min)
Kecepatan potong adalah panjang ukuran lilitan pahat terhadap benda kerja
atau dapat juga disamakan dengan panjang tatal yang terpotong dalam ukuran meter
yang diperkirakan apabila benda kerja berputar selama satu menit.
Tabel 2.1 Tabel Kecepatan Potong

2. Kecepatan Gerak Pemakanan


Kecepatan gerak pemakanan adalah kecepatan yang dibutuhkan pahat untuk
bergeser menyayat benda kerja tiap radian per menit. Kecepatan tersebut dihitung
tiap menit. Untuk menghitung kecepatan gerak pemakanan didasarkan pada gerak
makan(f).Gerak makan ini biasanya disediakan dalam daftar spesifikasi yang
dicantumkan pada mesin bubut bersangkutan. Untuk memperoleh kecepatan gerak
pemakanan yang kita inginkan kita bisa mengatur gerak
makan tersebut.untuk menghitung kecepatan gerak pemakanan dapat kita
rumuskan sebagai berikut:
3. Kedalaman pemakanan
Kedalaman pemakanan adalah rata – rata selisih dari diameter benda kerja
sebelum dibubut dengan diameter benda kerja setelah di bubut. Kedalaman
pemakan dapat diatur dengan menggeserkan peluncur silang melalui roda pemutar
(skala pada pemutar menunjukan selisih harga diameter).
Kedalaman pemakanan dapat diartikan pula dengan dalamnya pahat
menusuk benda kerja saat penyayatan atau tebalnya tatal bekas bubutan. Kedalaman
pemakan dirumuskan sebagai berikut :

4. Waktu pemotongan
Waktu pemotongan bisa diartikan dengan panjang permesinan tiap
kecepatan gerak pemakanan. Satuan waktu permesinan adalah milimeter. Panjang
permesinan sendiri adalah panjang pemotongan pada benda kerja ditambah langkah
pengawalan ditambah dengan langkah pengakhiran, waktu pemotongan
dirumuskan dengan:
2.2.4 Perencanaan Dan Perhitungan Proses Bubut
Perencanaan proses bubut tidak hanya menghitung elemen dasar proses
bubut, tetapi juga meliputi penentuan/pemilihan material pahat berdasarkan
material benda kerja, pemilihan mesin, penentuan cara pencekaman, penentuan
langkah kerja/langkah penyayatan dari awal benda kerja sampai terbentuk benda
kerja jadi, penentuan cara pengukuran dan alat ukur yang digunakan.
Material pahat yang baik harus memiliki sifat-sifat tertentu, sehingga nantinya
dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik (ukuran tepat) dan ekonomis
(waktu yang diperlukan pendek). Kekerasan dan kekuatan pahat harus tetap
bertahan meskipun pada temperatur tinggi, sifat inidinamakan Hot Hardness.
Ketangguhan (toughness) dari pahat diperlukan, sehingga pahat tidak akan pecah
atau retak terutama pada saat melakukan pemotongan dengan beban kejut.
Ketahanan aus sangat dibutuhkan yaitu ketahanan pahat melakukan pemotongan
tanpa terjadi keausan yang cepat.

1. Pemilihan Mesin
Pertimbangan pemilihan mesin pada proses bubut adalah berdasarkan
dimensi benda kerja yang yang akan dikerjakan. Ketika memilih mesin perlu
dipertimbangkan kapasitas kerja mesin yang meliputi diameter maksimal benda
kerja yang bisa dikerjakan oleh mesin, dan panjang benda kerja yang bisa
dikerjakan. Ukuran Mesin Bubut diketahui dari diameter benda kerja maksimal
yang bisa dikerjakan (swing over the bed), dan panjang meja Mesin Bubut (length
of the bed). Panjang meja Mesin Bubut diukur jarak dari headstock sampai ujung
meja. Sedangkan panjang maksimal benda kerja adalah panjang meja dikurangi
jarak yang digunakan kepala tetap dan kepala lepas.
2. Pencekaman Benda Kerja
Setelah langkah pemilihan mesin tersebut di atas, dipilih juga alat dan cara
pencekaman/pemasangan benda kerja. Pencekaman/ pemegangan benda kerja
pada Mesin Bubut bisa digunakan beberapa cara. Cara yang pertama adalah benda
kerja tidak dicekam, tetapi menggunakan dua senter dan pembawa. Beberapa
bagian yang bisa menjadi alat bantu:
a). Collet, digunakan untuk mencekam benda kerja berbentuk silindris
dengan ukuran sesuai diameter collet. Pencekaman dengan cara ini tidak
akan meninggalkan bekas pada permukaan benda kerja.
b). Cekam rahang empat (untuk benda kerja tidak silindris) . Alat
pencekam ini masing-masing rahangnya bisa diatur sendirisendiri,
sehingga mudah dalam mencekam benda kerja yang tidak silindris.
c). Cekam rahang tiga (untuk benda silindris). Alat pencekam ini tiga buah
rahangnya bergerak bersama-sama menuju sumbu cekam apabila salah satu
rahangnya digerakkan.
d). Face plate, digunakan untuk menjepit benda kerja pada suatu permukaan
plat dengan baut pengikat yang dipasang pada alur T. Pemilihan cara
pencekaman tersebut di atas, sangat menentukan hasil proses bubut.
Pemilihan alat pencekam yang tepat akan menghasilkan produk yang sesuai
dengan kualitas geometris yang dituntut oleh gambar kerja. Misalnya
apabila memilih cekam rahang tiga untuk mencekam benda kerja silindris
yang relatif panjang, hendaknya digunakan juga senter jalan yang dipasang
pada kepala lepas, agar benda kerja tidak tertekan. Penggunaan cekam
rahang tiga atau cekam rahang empat, apabila kurang hati-hati akan
menyebabkan permukaan benda kerja terluka. Hal tersebut terjadi misalnya
pada waktu proses bubut dengan kedalaman potong yang besar, karena gaya
pencekaman tidak mampu menahan beban yang tinggi, sehingga benda
kerja tergelincir atau selip. Hal ini perlu diperhatikan terutama pada proses
finishing, proses pemotongan ulir, dan proses pembuatan alur.
3. Penentuan Langkah Kerja
Langkah kerja dalam proses bubut meliputi persiapan bahan benda kerja,
setting mesin, pemasangan pahat, penentuan jenis pemotongan (bubut lurus,
permukaan, profil, alur, ulir), penentuan kondisi pemotongan, perhitungan waktu
pemotongan, dan pemeriksaan hasil berdasarkan gambar kerja. Hal tersebut
dikerjakan untuk setiap tahap (jenis pahat tertentu).
Bahan benda kerja yang dipilih biasanya sudah ditentukan pada gambar
kerja baik material maupun dimensi awal benda kerja. Penyiapan (setting) mesin
dilakukan dengan cara memeriksa semua eretan mesin, putaran spindel, posisi
kepala lepas, alat pencekam benda kerja, pemegangan pahat, dan posisi kepala
lepas. Usahakan posisi sumbu kerja kepala tetap (spindel) dengan kepala lepas pada
satu garis untuk pembubutan lurus, sehingga hasil pembubutan tidak tirus.
Pemasangan pahat dilakukan dengan cara menjepit pahat pada rumah pahat
(tool post). Usahakan bagian pahat yang menonjol tidak terlalu panjang, supaya
tidak terjadi getaran pada pahat ketika proses pemotongan dilakukan. Posisi ujung
pahat harus pada sumbu kerja Mesin Bubut, atau pada sumbu benda kerja yang
dikerjakan. Posisi ujung pahat yang terlalu rendah tidak direkomendasi, karena
menyebabkan benda kerja terangkat, dan proses pemotongan tidak efektif.
2.3 Mesin Frais
Mesin frais adalah mesin perkakas yang digunakan untuk mengerjakan atau
menyelesaikan suatu benda kerja dengan menggunakan pisau frais (cutter) sebagai
pahat penyayat yang berputar pada sumbu mesin. Mesin termasuk perkakas yang
mempunyai gerakan utama berputar, pisau frais dipasang pada sumbu arbor, jika
arbor mesin berputar melalui suatu putaran motor listrik maka pisau frais
akan berputar, arbor mesin dapat berputar kekanan atau kekiri sedangkan
banyaknya putaran diatur sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 2.2 Mesin Frais


2.3.1 Bagian - Bagian Mesin Milling/Frais
Secara umum mesin bubut memiliki beberapa bagian utama. Bagian bagian
utama mesin bubut diantaranya:
a. Alas Mesin (Base)
Alas adalah bagian terbawah dari mesin milling yang
berfungsi sebagai pondasi. Alas mesin berisi reservoir pendingin
(coolant) yang digunakan selama operasi pemesinan yang
membutuhkan pendingin.
b. Kolom atau Badan Mesin
Kolom adalah kerangka penopang utama yang menopang
semuamekanisme penggerak seperti spindel, tuas, motor penggerak
dan dudukan meja.
c. Dudukan Meja (Saddle)
Dudukan meja berada di antara meja dan lutut mesin frais.
Bagian inidapat digerakkan maju dan mundur, serta dapat dikunci ke
bagian lutut.
d. Meja Mesin (Table)
Meja mesin dipasang di atas dudukan meja (saddle) yang dapat
diputar secara horizontal ke kedua arah.
e. Lutut (Knee)
Lutut memiliki 2 alur yang saling tegak lurus, salah satu
dipasang dengan meja mesin dan yang lainnya dipasang dengan
kolom mesin. Dapat digerakkan secara vertikal dan memiliki roda
gigi yang mengatur gerakan tersebut.
f. Spindel
Spindel berfungsi sebagai penggerak atau pemutar alat potong
dan arbor. Spindel digerakkan oleh motor listrik melalui roda gigi.
g. Arbor
Arbor adalah bagian mekanis mesin milling yang terpasang
pada spindel pada posisi horizontal sehingga ikut berputar bersama
spindel.Fungsi arbor adalah sebagai ekstensi spindel (terutama tipe
horizontal) dan
h. Penahan Arbor (Arbor Support)
Penahan arbor adalah bagian dari mesin yang menahan atau
menyangga arbor bergerak dengan stabil. Secara umum, terdapat 2
jenis penahan arbor yang digunakan pada mesin frais.
Yang pertama memiliki lubang bantalan berdiameter kecil
dengan diameter maksimum 1 inci. Yang kedua memiliki lubang
bantalan berdiameter besar hingga 23/4 inci.
i. Pemotong
Pemotong frais adalah alat potong yang berfungsi sebagai
penyayat benda kerja dalam bentuk dan ukuran yang bervariasi.
j. Lengan (Over Arm)
Lengan adalah balok horizontal yang terdapat di atas kolom
dan bertindak sebagai penopang arbor.
k. Ram
Ram adalah sebuah lengan pada mesin milling vertikal yang
ujungnyadihubungkan secara langsung dengan bagian kolom mesin.

Gambar 2.3 Kepala Pembagi


Kepala pembagi adalah peralatan mesin frais yang digunakan untuk
membentuk segi beraturan pada poros yang panjang. Pada peralatan ini biasanya
dilengkapi dengan plat pembagi yang berfungsi untuk membantu pembagian yang
tidak dapat dilakukan dengan pembagian langsung.
4

Gambar 2.4 Bagian Bagian Kepala Pembagi


Alat ini sangat penting, khususnya diwaktu membuat suatu segi yang sama
sisi pada suatu batang atau benda yang berbentuk bulat.atau yang lainnya (tidak
harus bulat), misalnya segi 4, 6, 8, 10, 12 dan seterusnya. Diadalam alat ini terdapat
hubungan antara roda gigi cacing dengan poros ulir cacing. Jumlah gigi pada roda
gigi cacing biasanya 40 buah. Jadi perbandingan putaran antara poros dengan roda
cacing adalah 40 : 1, maksudnya apabila poros diputar 40 kali putaran, maka roda
gigi cacing akan berputar 1 kali. Dengan demikian bila poros ulir cacing diputar 1
kali, maka benda kerja akan berputar 1/40 putaran. Pada poros berulir ini dipasang
piring pembagi (plat index) yang mempunyai lubang-lubang kecil dengan jumlah
banyak. Tetapi kedudukan lubang-lubang ini beraturan menurut garis lingkaran,
dan pada tiap-tiap garis lingkaran lubang ditandai dengan tulisan angka-angka,
misalnya 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 dan seterusnya; di mana angka-angka
tersebut menunjukkan jumlah lubang-lubang pada garis lingkaran tersebut.
Selain itu, pada ujung poros dipasang suatu batang pemutar (engkol) dan sepasang
kaki jangka. Pada ujung batang pemutar dipasang pin yang berpegas, di mana ujung
pin tersebut akan masuk pada lubang yang terdapat pada piring pembagi jika
kedudukannya tepat. Batang pemutar dapat diatur kedudukannya sehingga ujung
pin akan masuk pada lubang yang terdapat pada garis lingkaran yang dikehendaki,
sedangkan kaki jangka gunanya untuk menentukan jumlah lubang yangharus
ditambahkan dan kedudukan pin. Contoh 1: Jika kita akan membuat/mengefreis
suatu benda bulat menjadi 8 bagian yang sama panjang sisinya, maka batang
pemutar harus diputar 40 : 8 = 5 untuk setiap pergantian pengefresian. Karena
hasilnya genap, maka ujung pin dapat ditempatkan di mana saja asalkan setelah
5

diputar 5 kali, pin harus ditempatkan kembali pada tempat semula. Contoh II: Jika
batang tersebut akan difreis menjadi 15 bagian yang sama, maka caranya adalah:
• Batang tersebut harus diputar 40 : 15 = 2 2/3, artinya
pergantian pengefreisan adalah 2 putaran ditambah 2/3
putaran.
• Carilah piring pembagi yang mepunyai lubang kelipatan dari
3, misalnya 21. Kemudian ujung pin pada batang pemutar
masuk ke lubang yang terdapat garis lingkaran yang
berangka 21 (mempunyai lubang 21 buah).
• 2/3 putaran = 2/3 x 21 = 14 bagian, 14 lubang.
• Dengan demikian batang pemutar untuk satu pengefreisan
haruas diputar sebanyak 2 putaran ditambah 14 lubang.
• Jadi 40/15 = 2 2/3 = 2 14/21 Þ artinya 2 putaran engkol + 14
lubang pada pelat pembagi yang mempunyai jumlah lubang
21
Agar penambahan 14 lubang (kelebihan putaran) tidak selalu dihitung atau
tidak terjadi kekeliruan setiap pergantian bagian yang difreis, maka jangka diatur
sehingga jarak kedua kaki menjadi 14 lubang. Sehingga setiap pergantian bagian
yang difreis, kaki jangka ini diputar sehingga kedudukan pin selalu tetap pada jarak
putaran yang telah ditentukan.
1. Kepala Lepas (Tail Stock)
2. Arbor
3. Stub Adaptor
4. Kolet
2.3.2 Elemen Dasar Mesin Frais
a) Kecepatan Potong
𝜋𝑑𝑛
𝑣= ; m/min
1000

Dimana: d = diameter luar pahat freis ; mm


n = putaran spindel mesin (rpm) ; (r)/min
b) Gerak Makan Pergigi
𝑣𝑓
𝑓𝑧 = 𝑧𝑛 ; mm/gigi

Dimana: z = jumlah gigi (mata potong)


vf = kecepatan makan ; mm/min
c) Waktu Pemotongan
𝑙𝑡
𝑡c = 𝑣𝑓 ; mm/ggi

Dimana: lt = lv+lw+ln ; mm
lv = jarak pengawalan ; mm = ≥ 0 ; untuk mengefreis
tegak
lw = panjang pemotongan ; mm
ln = jarak pengakhiran ; mm = d/2 ; untuk mengefreis
tegak
d) Gerak Makan Pergigi
𝑣𝑓.𝑎.𝑤
𝑧= ; cm3/min
1000

Dimana: a = kedalaman pemakanan ; mm


w = lebar pemotongan ; mm
2.4 Surface Grinding

Gambar 2.1 Mesin Grinding


2.4.1 Pengertian Mesin Surface Grinding
Mesin Surface Grinding adalah mesin gerinda yang mengacu pada
pembuatan bentuk datar dan permukaan yang rata pada sebuah benda kerja yang
berada di bawah batu gerinda yang berputar. Mesin surface grinding bisa kita
7

jumpai di ATMI pada mesin Brand dan Magerle. Pada umumnya mesin gerinda
digunakan untuk penggerindaan permukaan yang meja mesinnya bergerak
horizontal bolak-balik. Benda kerja dicekam pada meja magnetik, digerakkan maju
mundur di bawah batu gerinda. Meja pada mesin gerinda datar dapat dioperasikan
secara manual atau otomatis yang dapat diatur pada bagian tuasnya.
2.4.2 Macam-Macam Pencekaman Pada Mesin Surface Grinding
1. Meja magnet listrik
Pencekaman ini paling sering digunakan sebagian besar mesin surface
grinding. Benda kerja tipis yang tidak mampu dilakukan pada pencekaman biasa
sangatlah cocok untuk pencekaman ini. Pencekaman terjadi akibat adanya medan
magnet yang ditimbulkan oleh aliran listrik. Pada mesin gerinda datar yang
berfungsi sebagai pencekam benda kerja adalah meja mesin gerinda itu sendiri.
Proses pencekaman benda kerja menggunakan meja magnet listrik, harus
mempunyai syarat yaitu permukaan meja magnet dibersihkan dan magnet dalam
posisi on. Benda kerja diletakkan pada permukaan meja magnet dan diatur pada
posisi garis kerja medan magnet. Tentu saja benda kerja harus dalam kondisi bersih
juga. Pencekaman menggunakan prinsip elektromagnetik. Batangan-batangan yang
di ujungnya diatur sehingga menghasilkan kutub magnet utara dan selatan secara
bergantian bila dialiri arus listrik. Supaya aliran medan magnet melewati benda
kerja digunakan logam nonferro yang disisipkan pada plat atas pencekam magnet.
Ketika melepas benda kerja dilakukan dengan memutuskan aliran listrik yang
menuju pencekam magnet dengan menggunakan tombol on/off.
2. Meja magnet permanen
Pencekaman terjadi akibat adanya magnet permanen yang terdapat pada
pencekam. Pada mesin gerinda jenis ini, magnet yang mengaliri meja bersifat
permanen, proses pencekaman benda kerja menggunakan mesin yang dilengkapi
dengan meja jenis ini hampir sama dengan proses pencekaman benda kerja pada
mesin gerinda datar pada umumnya. Akan tetapi, ada beberapa hal yang
membedakan mesin jenis ini dengan mesin gerinda pada umumnya.Perbedaan
tersebut sebagai berikut.
a. Teori ini seperti halnya magnetic yang berada di Stand Dial indicator. 2
kutub bekerja dan mengadung magnetis bila ada 2 kutub yang berbeda
didekatkan (utara-selatan), 2 kutub tidak bekerja bila ada 2 kutub yang sama
didekatkan.
b. Perbedaannya terletak pada sumber magnet yang telah dimiliki, tanpa
menggunakan aliran arus listrik (lempengan magnet permanen).
c. Lempengan-lempengan magnet permanen terletak di antara logam anti
magnet yang dipasang di antara plat atas dan bawah.
d. Plat atas mempunyai plat sisipan anti magnet yang berfungsi
mengarahkan aliran medan magnet.
e. Posisi tuas ”ON”, posisi lempengan magnet sebidang dengan kutub
sisipan di plat atas. Medan magnet mengalir dari kutub selatan ke kutub luar
(plat atas) dan melewati benda kerja diteruskan ke kutub utara dan plat
bawah sehingga benda kerja akan tercekam.
f. Benda kerja diatur pada posisi garis kerja aliran medan magnet yang
terdapat pada pencekam magnet.
g. Posisi tuas ”OFF”, aliran magnet dipindahkan karena lempengan magnet
dan sisipan tidak segaris kerja aliran medan magnet. Plat atas dan sisipan
akan menutupi aliran yang menuju ke benda kerja sehingga benda kerja
tidak tercekam.
3. Swivel vice
Pencekaman digunakan ketika benda kerja yang semua bidang telah
digerinda, di mana antara satu dengan yang lainnya saling tegak lurus dan
sejajar. Adapun proses pencekaman benda kerja menggunakan vice ini
sebagai berikut.
Permukaan benda kerja yang dijepit oleh vice ini menghasilkan bidang yang
akan tergerinda mempunyai kesikuan dan kesejajaran yang baik dengan
syarat vice sudah disetting siku dan kerataannya.
vice dicekam dengan menggunakan pencekam magnet dalam posisi yang
bisa dirubah rubah sesuai dengan penggerindaan yang diinginkan. Bidang-
bidang dari vice digunakan sebagai bidang dasar dan penahan.
Permukaan bidang pencekam dan yang tercekam harus bersih dari kotoran-
kotoran yang mengganggu pencekaman dan ketelitian penggerindaan.
9

Untuk menggerinda benda kerja tegak lurus, vice diputar 90° tanpa harus
membuka penjepitan benda kerja, dengan syarat permukaan benda kerja
lebih tinggi dari permukaan rahang ragum. Untuk sudut kemiringan yang
lain juga bisa dilakukan dengan menyeting sebelumnya kedudukan benda
kerja menggunakan bevel transfer yang sudah di setel pada bevel protactor.
4. Meja sinus
Meja sinus dapat digunakan untuk mencekam benda kerja dalam
penggerindaan yang membentuk sudut dengan ketelitian mencapai satuan sudut
dalam detik,
Adapun proses pencekaman benda kerja dengan ragum sinus sebagai
berikut:
1. Meja ini dicekam pada meja magnet (permukaan meja sinus juga
mengadung magnet yang berguna untuk meletakkan benda kerja pada
bagian atasnya).
2. Kemiringan sudut yang dikehendaki diatur dengan mengendorkan kunci
yang biasanya di setel dengan kunci L. Kemudian diposisikan pada
sudut yang diinginkan lalu dikencangkan lagi.
3. Benda kerja dipasang pada bidang atas meja sinus dengan system
pencekaman meja magnet juga.
4. Meja sinus universal
Tidak dipungkiri bahwa benda kerja mempunyai bentuk yang
kompleks. Hal itu tergantung faktor benda kerja tersebut dengan
pasangannya nanti ketika dissembling. Untuk ukuran yang mempunyai
tuntutan kemiringan, meja ini sangat cocok untuk pencekamannya.
Meja sinus universal digunakan untuk membentuk sudut ke arah
vertical dan ke arah horizontal. Berfungsi untuk meneruskan aliran
medan magnet dari sumber magnet ke benda kerja. Ada tiga bentuk
standar blok penghantar, yaitu persegi, segitiga dan alur V, atau Blok
V. masing-masing sumbu mempunyai keterangan sudut sehingga kita
dapat memutar-mutar meja ini.
5. Pencekaman khusus
Blok penghantar medan magnet (packing berlapis), digunakan untuk
mencekam benda kerja yang tidak memungkinkan dicekam langsung
pada meja magnet.Blok penghantar medan magnet beralur V, digunakan
untuk mencekam benda kerja menyudut dengan sudut istimewa.
2.4.4 Bagian-Bagian Utama Mesin Surface Grinding
1. Column
Bagian ini berfungsi untuk menopang unit kepala gerinda.
2. Tuas Pembalik Arah Meja
Berfungsi untuk membalik arah gerak penyayatan meja. Dilengkapi
dengan stopper sebagai batas pergerakan meja mesin surface grinding.
3. Handle Memanjang
Berfungsi untuk menggerakan meja dengan arah memanjang yang bisa
disetting panjang langkahnya.
4. Handle Melintang
Berfungsi untuk meja dengan arah melintang yang bisa disetting panjang
langkahnya.
5. Control Box
Letak dimana tombol-tombol pengendali yangdi gunakan sebagai pusat
kendali mesin.
6. Coolant Box
Tempat cairan pendingin. Tempat ini harus sering-sering di chek karena
bila sampai kelalaian bisa membuat chip yang berupa serbuk mengendap
dan dapat menghampat sirkulasi coolant.
7. Alas Mesin
Alas mesin disebut juga bed merupakan kotak terbuat dari besi tuang dan
di dalamnya ditempatkan unit penggerak hidrolik. Pada bagian atas bed
terdapat alur berbentuk V sebagai tempat eretan melucur.
8. Eretan
Eretan disebut juga sadel. Eretan bergerak bolak-balik dalam arah
memanjang atau melintang di atas bed.
11

9. Meja
Meja ini terpasang pada permukaan bagian atas eretan. Perlengkapan
meja kerja dilengkapi dengan tiga buah alur T untuk menempatkan baut
pengikat. Permukaan meja digerinda dengan presisi pada waktu mesin
dirakit. Di atas meja dapat ditempatkan magnet untuk mencekam benda
kerja.
10. Kepala Gerinda
Unit kepala gerinda terbuat dari besi tuang, di dalamnya terdapat
sumbu roda grinda dan peluru penahan gesekan. Sumbu atau poros gerinda
terbuat dari baja campuran dan digerinda sangat presisi. Di salah satu ujung
sumbu terpasang sebuah motor atau puli.

2.5 Mesin Grinding Silinder (Cylindrical Grinding Machine)

Gambar 2.5 Mesin Grinding Silinder


2.5.1 Pengertian Mesin Gerinda Silinder
Mesin Gerinda silindris adalah alat pemesinan yang berfungsi untuk
membuat bentuk-bentuk silindris, silindris bertingkat, dan sebagainya:
2.5.2 Jenis- Jenis Mesin Gerinda Silindris
Berdasarkan konstruksinya mesin gerinda silindris dibagi menjadi empat
jenis, yaitu :

1. Gerinda Silindris Luar


Mesin Gerinda silindris luar berfungsi untuk menggerinda diameter
luar benda kerja yang berbentuk silindris dan tirus.
Gambar 2.6 Gerinda Silindris Luar
2. Mesin Gerinda Silindris Dalam
Mesin Gerinda silindris jenis ini berfungsi untuk menggerinda benda-benda
dengan diameter dalam yang berbentuk silindris dan tirus.

Gambar 2.7 Mesin Gerinda Silindris Dalam


3. Mesin Gerinda Silinder Luar Tanpa Center (Centreless)
Mesin Gerinda silindris jenis ini digunakan untuk menggerinda diameter
luar dalam jumlah yang banyak/massal baik pan-jang maupun pendek.

Gambar 2.8 Mesin Gerinda Silinder Luar Tanpa Center (Centreless)


4. Mesin Gerinda Silindris Universal
Sesuai namanya, Mesin Gerinda jenis ini mampu untuk menggerinda benda
kerja dengan diameter luar dan dalam baik bentuk silindris.
13

Gambar 2.9 Mesin Gerinda Silindris Universal


2.5.3 Prinsip Kerja Mesin Gerinda Silindris
Mesin gerinda silindris memiliki empat gerakan uatama pada
saat beroperasi, yaitu:
• Gerak meja memanjang
• Gerak putar benda kerja
• Gerak putar roda gerinda
• Gerak pemakanan

2.5.4 Bagian-Bagian Utama Mesin Gerinda Silindris

Gambar 2.10 Bagian-Bagian Utama Mesin Gerinda Silindris


Keterangan gambar :
1. Kepala utama
Bagian yang menghasilakan gerak putar batu gerinda.
2. Spindel utama benda kerja (workhead)
Bagian yang mengatur kecepatan putar dan pencekaman benda
kerja.
3. Kaki mesin
Sebagai pendukung mesin
2. Panel Kontrol
Bagian pengatur proses kerja mesin
3. Meja bawah
Dudukan meja atas
4. Meja atas
Tempat dudukan kepala lepas di spindel utama benda kerja dan dapat
diatur sudutnya.
5. Kepala lepas (tailstock)
Menyangga benda kerja pada pencekaman diantara dua senter.
6. Perlengkapan pendingin
Tempat pengatur aliran cairan pendingin
2.5.5 Perlengkapan Mesin Gerinda Silindris
1) Cekam rahang tiga
Cekam rahang tiga universal ini digunakan untuk mencekam benda kerja
padasaat penggerindaan. Cekam ini dihubungkan langsung dengan motor
penggerak.
2) Collet
Collet pada mesin gerinda silinder ber-fungsi untuk mencekam benda
kerjadengan permukaan yang halus.
3) Face Plate
Face plate pada mesin gerinda silinder digunakan untuk
menggerinda permukaan diameter dalam benda kerja. Face plate juga bisa
berfungsisebagai pengganti ragum (chuck).
4) Pembawa (lathe dog)
Pembawa pada mesin gerinda silindris digunakan untuk mencekam
bendakerja pada pencekaman di antara dua senter.
5) Senter dengan ulirPada mesin gerinda silinder alat ini berfungsi sebagai
senter penyanggadan dipasang pada spindel utama benda kerja untuk pencekaman
di antaradua senter.
6) Senter tanpa ulir
Senter tanpa ulir ini berfungsi sebagai penumpu benda kerja.
7) Cekam magnet
15

Cekam magnet pada mesin ini berfungsi untuk mengikat benda


kerjaberdiameter agak besar tetapi pendek. Cekam magnet ini mempunyai prinsip
kerja yang hampir sama dengan meja pada mesin gerinda datar.
8) Dial indicator
Dial indicator pada mesin ini digunakan untuk mengoreksi kemiringan
meja mesin.
9) Penyangga tetap (fix steady)
Penyangga tetap ini berfungsi untuk menumpu benda kerja yang
cukuppanjang, pada saat proses penggerindaan.
10) Pengasah batu gerinda (dresser)
Dresser digunakan untuk mengasah batu gerinda. Dresser ada duamacam,
yaitu dresser dengan intan tunggal dan dresser dengan butiran intan yang
disatukan.
2.5.6 Pencekaman Benda Kerja pada Mesin Gerinda Silindris
Pencekaman adalah proses pengikatan benda kerja sebelum
prosespengerjaan, pengikatan ini bertujuan agar pada saat proses pengerjaan,
bendakerja tidak lepas karena adanya putaran mesin.
Berikut ini cara pencekaman benda kerja, dengan menggunakan alat cekam
yang support dengan mesingerinda silindris.Memasang dan melepas benda kerja
pada sistem pencekaman cekam rahangtiga
a) Untuk menghindari kerusakan ulir spindel utama benda kerja dan
cekam,bersihkan ulir dengan baik.
b) Tekan pena pengunci ketika memasang cekam, agar spindel utama
tidakberputar
c) Cekam rahang tiga dipasang pada spindel utama benda kerja dengan
caramemutar searah jarum jam
d) Kunci ring pengikat pada leher cekam dengan kuat untuk
menghindarilepasnya cekam pada saat motor dijalankan
e) Memasang benda kerja dapat dilakukan dengan memutar lubang kunci
cekamsearah jarum jam dan sebaliknya untuk melepasnya. Memasang dan
melepas benda kerja pada sistem pencekaman di antaradua senter
1. Lubang poros spindel utama benda kerja, senter, dan lubang
poros kepalalepas harus dibersihkan dengan baik.
2. Senter dipasang pada spindel utama benda kerja dan kepala
lepas.Kemudian pasang pin pembawa pada poros spindel utama
benda kerja
3. Benda kerja diikat salah satu ujungnya dengan mengunakan
alat pembawa(Lathe dogg)
4. Jarak antara senter spindel utama benda kerja dan senter kepala
lepas harusdiatur lebih pendek (±10 mm) dari panjang benda kerja
5. Untuk menghindari panas akibat gesekan, lumasi kedua
lubang senter bendakerja dengan oli.
2.5.7 Proses Pemesinan Pada Mesin Gerinda Silindris
1. Pemilihan roda gerinda
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
roda gerinda yang akan dipergunakan pada proses pemesinan, antara lain:
–Sifat fisik benda kerja, menentukan pemilihan jenis butiran abrasive.
Tegangan tarik tinggi – AL2O3, tegangan tarik rendah – SiC, Boron nitrid
dan intan.
–Banyaknya material yang harus dipotong dan hasil akhir yang diinginkan,
menentukan pemilihan ukuran butiran abrasive.
–Busur singgung penggerindaan busur singgung besar – roda gerinda lunak,
busur singgung kecil – roda gerinda keras.
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat kekerasan roda gerinda:
Ø Kecepatan putar roda gerinda
Ø Kecepatan potong benda kerja
Ø Konstruksi mesin
Kecepatan potong adalah faktor yang berubah-ubah dan mempengaruhi
dalam pemilihan tingkat kekerasan roda gerinda.
BAB III
PENGERJAAN

3.1. Proses Pembuatan Poros

Gambar 3.1 Poros


Langkah Langkah Pengerjaan Poros
1. Siapkan alat dan bahan yang akan diperlukan.
2. Gunakan Alat Pelindung Diri.
3. Siapkan bahan baja St 37 Ø 38,1 mm dengan panjang kurang lebih 165 mm
4. Lakukan facing sehingga panjang benda menjadi 160 mm.
5. Lakukan pengeboran center pada salah satu sisi.
6. Melakukan pembubutan rata untuk memperoleh diameter sebagai berikut :
1) Membuat Ø 25 mm sepanjang 160 mm
2) Membuat Ø 22 mm sepanjang 32 mm
3) Membuat Ø 20 mm sepanjang 110 mm
4) Membuat Ø 18 mm sepanjang 50 mm
5. Membuat champer pada Ø 22 mm, Ø 25 mm, 20 mm sebesar 1 x 45 ͦ
6. Membuat alur pasak dengan kedalaman 4 mm sepanjang 32 mm.
7. Bersihkan kembali area kerja yang telah digunakan.

25
3.2. Proses Pembuatan Roda Gigi

Gambar 3.2 Roda Gigi


Langkah Langkah Pengerjaan Roda Gigi
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Gunakan Alat Pelindung Diri.
3. Siapkan bahan baja St 37 Ø 50,8 mm dengan panjang kurang lebih 35 mm
4. Facing sampai panjang 32 mm lalu bor center kedua sisi
5. Melakukan pengeboran dengan tahapan :
1) Pengeboran senter dril Ø 5
2) Pengeboran Ø22 mm dengan cara bertahap dari diameter mata bor
terkecil
6. Membubut rata sampai memperoleh diameter seperti pada gambar kerja :
1) Membuat Ø 48 mm dengan panjang 17 mm
2) Membuat Ø 34 mm sepanjang 15 mm
7. Membuat champer 2 x 45° pada Ø 48 mm pada kedua sisi Ø 48 mm
7. Membuat chanper 1 x 45 ° pada Ø34 mm
8. Membuat champer pada lubang Ø 22 mm sebesar 1 x 45 °
9. Bor benda tersebut hingga berdiameter 22 mm
10. Buat roda gigi menggunakan mesin frais agar memiliki 22 gigi
11. Membuat spie pada roda gigi dengan kedalaman 4 mm sepanjang 32 mm
12. Bor pada bagian Ø34 mm sebesar M5x10 kemudian di tap manual untuk
pembuatan ulir
13. Bersihkan kembali area kerja yang telah digunakan
3.3. Proses Pembuatan Pasak
27

Gambar 3.3 Pasak


Langkah Langkah Pengerjaan Pasak :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Gunakan Alat Pelindung Diri.
3. Siapkan bahan baja St 37 tebal 10 mm dengan panjang 38 mm dan lebar
10 mm.
4. Frais keempat sisinya hingga ukuran plat 8,5 mm x 8,5 mm dengan endmill
Ø 12 mm.
5. Kikir kedua sisi benda kerja dengan ukuran R4.
6. Lakukan surface grinding hingga mencapai ukuran 32 mm x 8 mm x 8 mm.
7. Bersihkan kembali area kerja yang telah digunakan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum yang dilaksanakan di Laboratorium
Politeknik Negeri Cilacap, maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Setiap Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami secara keseluruhan dalam
menggunakan mesin perkakas dan peralatan kerja bantu lainnya yang umum
digunakan di bengkel kerja.
2. Kedisiplinan dan kerja sama satu kelompok untuk menyelesaikan setiap proses
pengerjaan pembuatan suatu benda kerja menjadi perhatian sangat penting,
baik dalam membagi tugas pekerjaan, pembagian waktu kerja dan giliran
waktu kerja. Sehingga dapat menyelesaikan benda kerja tepat pada waktunya.
3. Kecepatan dan ketepatan dalam mengatasi suatu kendala, akan menentukan
keberhasilan praktikum proses produksi ini dengan baik, efektif dan efisien.
Hambatan-hambatan akibat kesalahan / kelalaian dari praktikan sendiri atau
pihak lain, akan menimbulkan kendala dalam menjalani praktikum, sehingga
mesin dan alat yang digunakan tidak bekerja secara maksimal, perencanaan
yang kurang teliti, dan minimnya pengetahuan tentang proses produksi serta
tata cara pengoperasian mesin-mesin yang ada.
4. Setiap Mahasiswa akan mengetahui dan memahami prosedur keselamatan
dalam bekerja yang aman demi keselamatan dan kesehatan pekerja sendiri,
mesin-mesin, alat dan peralatan, serta lingkungan kerja sekitarnya.
1.2 Saran
Setelah melakukan proses praktikum Mesin Perkakas 3 diharapkan
mahasiswa lebih memperhatikan gambar dan proses tahapan pengerjaan untuk
meminimalisir terjadinya penyimpangan ukuran. Selain itu, mahasiswa juga
diharapkan disiplin dalam melakukan praktik, serta efisiensi waktu dalam proses
pengerjaan. Mahasiswa juga diharapkan memperbanyak sumber referensi.
29

DAFTAR PUSTAKA
http://wragil.blogspot.com/2017/11/macam-macam-mesin-bubut-dan-fungsinya.html
https://www.amesbostonhotel.com/bagian-bagian-mesin-bubut/
https://teknikece.com/mesin-bubut/perlengkapan-mesin-bubut/
https://teknikece.com/mesin-bubut/alat-potong-mesin-bubut/
https://arudamkanateknik.blogspot.com/2014/09/parameter-pemotongan-mesin-
bubut.html?m=0
http://teknikpemesinan01.blogspot.com/2016/09/mesin-frais-lengkap-milling-
machine.html
Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan / Mesin Bubut - Guru Teknik
Mesin (omesin.com)
Pengertian Mesin Milling atau Frais - Maxipro.co.id
Pengertian Mesin Bubut: Spesifikasi, Jenis, Prinsip Kerja, Fungsi, Bagian
(stellamariscollege.or
30
LAMPIRAN – LAMPIRAN
SOP BOLT ADJUSTER
SOP PEMBUATAN MUR
SOP PEMBUATAN BASE

Anda mungkin juga menyukai