Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIK MESIN PERKAKAS 2 (PMP 2)

PROSES PEMBUATAN DONGKRAK DAN PENGASAHAN


MATA BOR

Disusun Oleh:

1. Muhammad Iqbal Al Sayyidi (220303066)

2. Nova Tegar Saputra (220203067)

3. Shefi Sabita Suharto (220103068)

JURUSAN TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Alllah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan inayah-Nya , sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Praktek Mesin Perkakas 2 (PMP 2).

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan praktikum ini tidak


terlepas dari bantuan beberapa pihak yang telah tulus membantu kami, dari
mulai dosen pengampu dan lain lain.Kami menerima semua saran serta kritik
yang mendukung bagi kami guna menjadi evaluasi bagi kami dalam
pembuatan laporan praktikum ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan praktikum ini masih jauh


dari sempurna di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Akhirnya kami berharap semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi semua orang

Cilacap, 7 Maret 2023

Penyusun

Nova Tegar Saputra


DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM...............................................................................1

KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................5

1.1 Latar Belakang...................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................6

1.3 Tujuan Laporan..................................................................................6

1.4 Manfaat Praktikum.............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................7

2.1 Mesin Frais.........................................................................................7

2.1.1 Pengertian Mesin Frais...............................................................7

2.1.2 Prisnsip Kerja Mesin Frais..........................................................7

2.1.3 Bagian-bagian Mesin Frais.........................................................8

2.1.4 Parameter Mesin Frais..............................................................12

2.2 Mesin Bubut.....................................................................................14

2.2.1 Prisnsip Kerja Mesin Bubut......................................................15

2.2.2 Bagian-bagian Mesin Bubut.....................................................15

2.2.3 Parameter Mesin Bubut.............................................................25

2.3 Pahat bubut dan End mill.................................................................27

2.3.1 Pengertian pahat bubut..............................................................27

2.3.2 Pengertian Endmill....................................................................28

2.4 Mata Bor...........................................................................................28

2.4.1 Pengertian Mata Bor.................................................................28


BAB III HASIL PRAKTIKUM..................................................................29

3.1.1 Alat pelindung diri (APD)........................................................29

3.1.2 Perlengkapan praktikum...........................................................31

3.1.3 Langkah-langkah praktikum.....................................................35

BAB IV PENUTUP....................................................................................40

4.1 Kesimpulan.......................................................................................40

4.1.1 Kesimpulan pada proses pengefraisan......................................40

4.1.2 Kesimpulan pada proses pembubutan.......................................40

4.1.3 Kesimpulan pada proses pengasahan........................................41

4.2 Saran.................................................................................................41

4.2.1 Saran bagi mahasiswa...............................................................41

4.2.2 Saran bagi pembimbing............................................................41

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Praktek Mesin Perkakas adalah praktikum yang pada dasarnya para


mahasiswa menggunakan sebuah mesin dan beberapa alat untuk menghasilkan
sebuah alat atau mesin juga sehingga disebut mesin perkakas, karena mesin
tersebut digunakan untuk membuat perkakas alat atau mesin. Dan kali ini mesin
yang disorot adalah mesin frais (Milling) dan juga proses pengasahan mata bor.

Mesin frais sendiri adalah mesin yang membuat perubahan atau


memperbaharui permukaan benda kerja dengan alat potong yaitu Milling Cutter
atau biasa disebut dengan Endmill yang berputar tegak lurus pada sumbunya.

Mata bor merupakan alat yang memiliki peran penting dalam proses
pemesinan, alat ini digunakan sebagai pisau bor yang berfungsi untuk melubangi
sebuah benda baik yang padat maupun yang berongga, pada pratek kali ini mata
bor digunakan untuk melubangi benda kerja yang semuanya adalah benda kerja
yang berasal dari besi padat.

Dalam Praktek Mesin Perkakas 2 (PMP 2) kali ini kita para mahasiswa yang
sudah dikelompokan menjadi 7 kelompok diberikan 2 job oleh dosen pembina,
yaitu 5 kelompok membuat job Dongkrak dan 2 kelompok membuat Bolt
Adjuster, serta tiap mahasiswa diberikan job yang wajib dilakukan yaitu
pengasahan Mata Bor, dengan waktu pengerjaan maksimal selama 2 hari.
I.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut.

1. Apa itu mesin Frais?


2. Apa itu Mata Bor?
3. Bagaimana proses pemesinan menggunakan mesin Frais?
4. Bagaimana cara mengasah Mata Bor?
5. Bagaimana praktik pengoperasian mesin Frais dalam pembuatan
Bolt Adjuster?

I.3 Tujuan Laporan


Tujuan dari pembuatan laporan ini antara lain.

1. Dapat memahami pengertian dan berbagai komponen mesin Frais


2. Dapat memahami mengenai pengertian Mata Bor
3. Dapat mengetahui dan memahami pengoperasian mesin Frais
4. Dapat mengetahui dan memahami cara pengasahan Mata Bor
5. Dapat mengetahui proses pembuatan Bolt Adjuster

I.4 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum yang dilakukan antara lain.

1. Dapat memahami mengenai mesin Frais dan pengoperasiannya


2. Dapat memahami mengenai Mata Bor dan cara mengasah nya
3. Dapat memahami proses pembuatan Dongkrak
4. Dapat meningkatkan kekompakan dalam kegiatan berkelompok
5. Dapat Melatih kesabaran, kedisiplinan, serta ketelitian dalam bekerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Mesin Frais

II.1.1 Pengertian Mesin Frais


Mesin bubut adalah mesin yang memiliki prinsip kerja memutar benda
kerja kemudian disayat menggunakan alat potong seperti pahat bubut.
Dengan kata lain mesin ini mengeluarkan material yang tidak diinginkan
dari benda kerja yang berputar berupa chips dengan bantuan alat potong
yang menembus benda kerja dan dapat digerakan jauh kedalam benda
kerja. Mesin bubut ini sangat dibutuhkan di dunia industri dan bias
digunakan untuk proses produksi dan perbaikan (repair).

Mesin bubut berfungsi untuk memegang dan memutar benda kerja


untuk melakukan operasi pemesinan. Fungsi utamanya adalah untuk
menghasilkan benda-benda bulat, membuat ulir, pengeboran, meratakan
permukaan benda putar, dan pembuatan tirus.

II.1.2 Prisnsip Kerja Mesin Frais


Mesin bubut memiliki beberapa prinsip kerja antara lain sebagai berikut.

1. Mesin Frais bekerja berdasarkan prinsip memutar Milling Cutter


(Endmill). Benda kerja dijepit menggunakan ragum yang kuat dan
tetap tidak bergerak.

2. Frais menghilangkan bahan yang tidak diinginkan sesuai dengan


ukuran yang diminta dalam bentuk serpihan (beram) dengan bantuan
alat potong yaitu Milling Cutter (Endmill) yang berputar tegak pada
sumbunya.

3. Operasi pemotongan normal dilakukan dengan pahat potong


diumpankan secara paralel atau pada sudut kanan ke sumbu
pekerjaan.
4. Pahat potong dapat diumpankan pada sudut yang relatif terhadap
sumbu kerja untuk kemiringan dan sudut pemesinan.

5. Sederhananya prinsip kerja mesin Frais adalah membuang bagian


benda kerja untuk mendapatkan bentuk tertentu dimana benda kerja
tersebut yang digerakan maju mundur ataupun ke samping kanan
kiri, dengan posisi Endmill berputar secara tetap tidak bergerak
sedikit pun, dengan kecepatan yang ditentukan berdasarkan dengan
proses pemakanannya.

II.1.3 Bagian-bagian Mesin Frais


Mesin Frais memiliki berbagai bagian diantaranya sebagai berikut.

1. Kolom (Column)
Kolom atau badan mesin ini merupakan penopang atau tempat
kedudukan untuk bagian-bagian mesin frais lainnya; seperti lengan,
spindel, lutut, tuas-tuas, dan merupakan rumah dari roda gigi-roda
gigi transmisi, motor penggerak beserta puli- pulinya.

Gambar 2.1
2. Spindel
Spindel merupakan poros utama mesin yang berfungsi untuk
memutarkan arbor pisau frais.

Gambar 2.2

3. Arbor
Arbor adalah tempat kedudukan pisau frais. Pada bagian
ujungnya berbentuk tirus dan pada ujung lainnya berulir. Arbor
dipasang pada spindel mesin; sehingga bila spindel berputar maka
arbor akan ikut berputar pula. Pada mesin frais mendatar, arbor
memiliki bentuk batang bulat yang sepanjang badannya terdapat alur
pasak.
Gambar 2.3
4. Lengan (Over Arm)
Over Arm pada mesin frais mendatar memiliki fungsi sebagai
penyokong arbor. Lengan ini ditempatkan pada bagian atas dari
kolom atau badan mesin. Bagian bawah lengan ini m emiliki alur
berbentuk ekor burung (dove tail) yang sesuai dengan bentuk alur
ekor burung pada kolom mesin dan penopang arbor (arbor bracket).

Gambar 2.4

5. Meja (Table)

Meja Mesin Frais merupakan tempat di mana benda kerja


akan di frais. Penempatan benda kerja pada meja dilakukan engan
menggunakan peralatan penjepit seperti ragum. Meja mesin frais
mempunyai bentuk persegi panjang dengan alur-alur T pada bagian
permukaannya. Alur-alur T ini merupakan tempat kedudukan baut-
baut yang digunakan untuk mengikat ragum.
Gambar 2.5
6. Sadel
Sadel atau dudukan meja merupakan tempat meja bertumpu.
Pada bagian bawah dari sadel terdapat alur berbentuk ekor burung
yang dipasangkan secara pas dengan alur eokr burung pada bagian
atas lutut. Dengan demikian sadel dapat digerakkan dalam arah
melintang secara halus

Gambar 2.6

7. Lutut (Knee)

Lutut atau knee ini merupakan tempat kedudukan sadel; dimana


lutut ini ditopang oleh kolom mesin dan batang pengangkat. Lutut
dapat digerakkan secara vertikal naik atau turun dengan cara
memutarkan engkolnya.
Gambar 2.7
8. Alas (Bed)

Alas mesin merupakan bagian terbawah dari mesin dan tempat


bertumpu komponen-komponen utama mesin frais seperti kolom
beserta lengan dan spindel, lutut beserta sadel dan mejanya. Selain
itu alas memiliki rongga atau ruangan yang merupakan tempat
menampung cairan pendingin (coolant)

Gambar 2.8
II.1.4 Parameter Mesin Frais
Dalam proses Frais, tentunya membutuhkan berbagai macam
perhitungan. Perhitungan ini disebut dengan parameter mesin frais.
Parameter ini digunakan agar proses frais berjalan secara efektif dan
efisien. Berikut ini parameter-parameter yang digunakan dalam proses
pembubutan:

1. Kecepatan potong

Cs=π . d . n meter /menit

Cs : Kecepatan potong

π : Nilai konstanta (3,14)

d : Diameter alat potong

n : Putaran mesin/benda kerja (putaran/menit-Rpm)

2. Putaran mesin

Cs
n= Rpm
π .d

Karena satuan Cs dalam meter/menit sedangkan satuan diameter


pisau/benda kerja dalam milimeter, maka rumus menjadi

1000. Cs
n= Rpm
π .d
3. Besar pemakanan

f =f .n

F : Kecepatan pemakanan

f : Besar pemakanan (mm/putaran)

n : Putaran mesin (putaran/menit)

4. Waktu pemesinan frais


Ketika menggunakan pemakanan otomatis seperti pada penguliran,
waktu yang dibutuhkan dapat dihitung.

L
tm= menit
f

L = l+la+lu

F = f.t.n

t : jumlah mata sayat alat potong


f : pemakanan tiap mata potong
n : Rpm
L : jarak tempuh
l : panjang benda kerja
la : kelebihan awal
lu : kelebihan akhir
F : pemakanan tiap menit
II.2 Mesin Bubut
Mesin bubut adalah mesin yang memiliki prinsip kerja memutar benda
kerja kemudian disayat menggunakan alat potong seperti pahat bubut.
Dengan kata lain mesin ini mengeluarkan material yang tidak diinginkan
dari benda kerja yang berputar berupa chips dengan bantuan alat potong
yang menembus benda kerja dan dapat digerakan jauh kedalam benda
kerja. Mesin bubut ini sangat dibutuhkan di dunia industri dan bias
digunakan untuk proses produksi dan perbaikan (repair).

Mesin bubut berfungsi untuk memegang dan memutar benda kerja


untuk melakukan operasi pemesinan. Fungsi utamanya adalah untuk
menghasilkan benda-benda bulat, membuat ulir, pengeboran, meratakan
permukaan benda putar, dan pembuatan tirus.

II.2.1 Prisnsip Kerja Mesin Bubut


Mesin bubut memiliki beberapa prinsip kerja antara lain sebagai berikut.

6. Mesin bubut bekerja berdasarkan prinsip memutar benda kerja dan alat
pemotong tetap. Benda kerja dipegang di antara dua penyangga yang
kaku dan kuat yang disebut pusat atau di chuck atau di pelat muka yang
berputar.

7. Bubut menghilangkan bahan yang tidak diinginkan dari benda kerja


yang berputar dalam bentuk serpihan dengan bantuan alat yang
melintang di seluruh pekerjaan dan dapat diumpankan jauh ke dalam
pekerjaan.

8. Operasi pemotongan normal dilakukan dengan pahat potong


diumpankan secara paralel atau pada sudut kanan ke sumbu pekerjaan.

9. Pahat potong dapat diumpankan pada sudut yang relatif terhadap sumbu
kerja untuk kemiringan dan sudut pemesinan.

10. Sederhananya prinsip kerja mesin bubut membuang bagian benda kerja
untuk mendapatkan bentuk tertentu dimana benda kerja tersebut
berputar dengan kecepatan tertentu seiring dengan proses input yang
dilakukan oleh suatu alat yang bergerak sejajar sumbu rotasi dari benda
kerja.

II.2.2 Bagian-bagian Mesin Bubut


Mesin bubut memiliki berbagai bagian mulai dari penggerak, pengunci dan
lainnya sebgai berikut.

1. Kepala tetap
Kepala tetap ini memiliki spindle mesin yang berfungsi sebagai
tempat kedudukan cekam (chuck) sehingga pada proses spindle
berputar maka cekam akan berputar.

Didalam kepala tetap terdapat juga puli dan belt yang dihubungkan
dengan motor penggerak. Untuk mengubah kecepatan dan arah putaran
mesin, puli ini dihubungkan dengan poros spindle mesin melalui
susunan roda gigi transmisi di dalam gearbox.
Perlu diingat, putaran mesin harus berlawanan arah dengan mata
potong pahat atau alat potong yang digunakan.

2. Motor penggerak
Motor penggerak berada di bawah kepala tetap atau gearbox.
Berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik atau
memberikan tenaga untuk mesin bergerak.
3. Tombol emergency stop
Digunakan dalam keadaan darurat untuk mematikan mesin.
Tombol ini merupakan hal penting untuk keselamatan kerja.
Umumnya pada mesin-mesin terdapat tombol ini.

4. Handle (Tuas)
Handle pada setiap mesin berbeda-beda, setiap pabrik memiliki
bentuk yang berbeda-beda pula. Cara menggunakan handle dapat
disesuaikan atau berpedoman pada table yang menempel pada mesin.
Fungsi dari handle ada bermacam-macam seperti:

a. Pengaturan kecepatan spindle (rpm)


b. Pengaturan feeding atau kecepatan pemakanan secara otomatis
c. Pengaturan arah pemakanan
d. Pengaturan penguliran
e. Menyalakan dan mematikan mesin
f. Mengaturan arah putaran spindle

5. Eretan

a. Eretan alas
Eretan yang kedudukannya berada pada alas mesin dan dapat
bergerak ke kiri atau kanan sepanjang alas. Di dalamnya terdapat
perlengkapan mekanik yang menggerakan eretan tersebut secara
otomatis atau dengan tangan.
b. Eretan lintang
Berada diatas eretan alas dan kedudukannya melintang
terhadap alas. Gerakan melintang, yaitu menjauh atau mendekati
operator, baik diputar atau otomatis.
Kegunaan ereta ini antara lain untuk memberikan tebal
pemakanan pahat atau menggerakan pemakanan pahat. Pada
bagian yang dekat dengan pemutarnya terdapat skala ukuran,
dengan skala ini dapat mengatur tebal penyayatan pahat.
c. Eretan atas
Terletak diatas eretan lintang dan diikat oleh dua baut. Pada
eretan ini terpasang rumah pahat. Kedudukan eratan dapat
didubah-ubah atau diputar 360° sesuai dengan kebutuhan. Eretan
ini khususnya untuk membuat tirus dengan sudut yang besar pada
jarak yang pendek. Gerakannya tidak otomatis.
6. Tool post (Dudukan pahat)
Berada di atas ertan atas. Digunakan untuk memegang atau
menjepit pahat bubut saat proses pembubutan. Secara umum tool
post ada dua macam, yaitu:
a. Standard tool post

Dudukan post standart ini menggunakan ganjalan sebagai


pengatur ketinggian mata pahat. Sementara untuk
mengencangkan pahatan dilakukan dengan cara memutar baut-
baut yang ada di bagian atas tool post.
Tool post standart dibedakan menjadi 2 berdasarkan jumlah
rumah pahatnya, yang pertama adalah rumah pahat satu.
Maksudnya adalah jumlah pahatan yang bisa dipasang hanya
berjumlah satu saja. Jadi operator harus berulang-ulang untuk
mengatur ketinggian setiap kali mengganti pahatan.

Yang kedua adalah rumah pahat 4 yang artinya jumlah


pahatan maksimal yang bisa dipasang sampai dengan 4. Jadi
operator cukup mengatur ketinggian sekali saja untuk melakukan
pahatan tanpa perlu menyetel lagi.

b. Adjustable tool post

Gambar 2.7

Tool post jenis ini berfungsi untuk mengatur ketinggian


mata pahat tanpa perlu menggunakan ganjalan. Hal ini yang
membedakan dengan jenis standar tool post.

Adjustable ini juga terdapat 2 macam, yang pertama rumah


pahat satu dan rumah pahat lebih dari satu yang mana
penggunaannya sama dengan jenis standart tool post.
7. Lampu penerang

Lampu penerangan ini merupakan bagian dari mesin bubut


yang berfungsi untuk membantu operator dalam melihat benda kerja
saat proses pembubutan serta untuk melihat hasilnya agar lebih
maksimal. Namun sayangnya tidak semua mesin bubut sudah
dilengkapi dengan lampu penerangan khusus ini.

8. Selang coolant

Selang coolant ini memiliki fungsi untuk menyemprotkan


cairan saat proses pembubutan terjadi. Selain itu bagian ini juga
berfungsi untuk menstabilkan suhu alat potong ketika dirasa sudah
terlampau panas.

Gambar 2.9

Karena suhu yang stabil bisa membuat ketajaman mata


potong lebih awet dan hasil kerjanya lebih maksimal. Misalnya saja
seperti saat melakukan pengeboran benda keras, otomatis suhu alat
potongnya akan meningkat dan mengeluarkan asap, disinilah bagian
pendingin ini bekerja.

9. Kepala lepas (tail stok)

Kepala lepas ini berada dipasang di atas alas mesin atau


terdapat di sebelah kanan mesin yang dikencangkan dengna baut dan
mur. Adapun gunanya sebagai tempat penahan ujung benda kerja
yang sedang di bubut, maupun sebagai tempat penahan kedudukan
bor saat digunakan, dll.

Seorang operator bisa mengunci dan menggeser bagian


kepala lepas ini disepanjang alas mesin karena dibagian porosnya
terdapat lubang tirus yang bisa dipasang mata bor dengan tangkai

serupa.

10. Alas mesin (Bed machine)

Bagian alas mesin ini berfungsi sebagai tumpuan gaya


pemakanan ketika proses pembubutan terjadi dan juga sebagai
tempat dudukan untuk kepala lepas, penyangga diam (steady rest)
dan eretan.
Adapun bentuk dari alas meja ini bermacam-macam, ada
yang salah satu sisinya memiliki ketinggian tertentu dan ada pula
yang datar.

Namun permukaan dari meja mesin bubut ini selalu halus,


rata dan memiliki tingkat kesejajaran yang tinggi sehingga gerakan
eretan memanjang dan kepala lepas di atasnya bisa berjalan dengan
lancar dan stabil untuk mendapatkan hasil yang persisi.

11. Poros pembawa (Transportir)

Poros transportir merupakan bagian poros berulir yang terletak


di bawah eretan alas berbentuk seperti trapezium atau segi empat
dengan jenis ulir withworth (inchi) dan metric (mm).

Jadi poros transportir ini berfungsi untuk membawa eretan


secara otomatis pada saat proses pembubutan, contohnya saat
melakukan pembubutan arah melintang atau memanjang dan ulirnya
antara 6-8 mm.

Sedangkan poros pembawa akan selalu berputar untuk


membawa dan mendukung kinerja eretan saat proses pemakanan
secara otomatis. Nah, untuk melihat kecepatan dari hasil
pembubutan bisa dilihat dari table pemakanan pada mesin sehingga
Anda bisa mengatur kecepatan dengan menyesuaikan rpm dan
mengatur handle.

12. Alat pencekam

Maksud dari alat pencekam adalah bagian yang digunakan


untuk mengikat benda keras saat akan dilakukan proses pembubutan.
Dibagian ini terdapat 2 jenis yaitu :

a. Cekam utama (Chuck)

Cekam merupakan alat perlengkapan mesin bubut yang


berguna untuk menjepit benda saat proses pembubutan terjadi.
Jenis dini bisa dilihat dari rahang yang terbagi atas dua buah
yaitu cekap sepusat dan cekam tidak sepusar.

Cekap sepusat adalah cekam yang apabila salah satu rahang


digerakkan maka bagian lainnya akan ikut bergerak menjaui
pusat sumbu. Oleh karena itu jenis cekam ini biasanya
digunakan untuk menjepit benda yang bentuknya sudah
silindris.

Pada jenis ini biasanya memiliki jumlah rahang tiga (3 jaw


chuck), empat (3 jaw chuck) dan enam (6 jaw chuck) seperti
gambar diatas.

b. Cekam kolet (Collet chuck)

Cekam Kolet merupakan salah satu penjepit yang


mempunyai permukaan relaif halus dan ukurannya lebih kecil.
Pada jenis cekam ini terdapat 3 bagian yakni Kolet, dudukan
kolet dan batang penarik.

13. Rem kaki

Bagian ini digunakan untuk menghentikan putaran mesin di


posisi tertentu saat proses pembubutan. Jadi operator bisa mengatur
kapan rem kaki ini digunakan termasuk dalam kondisi darurat
sekalipun.

II.2.3 Parameter Mesin Bubut


Dalam proses pembubutan, tentunya membutuhkan berbagai macam
perhitungan. Perhitungan ini disebut dengan parameter mesin bubut.
Parameter ini digunakan agar proses pembubutan berjalan secara efektif
dan efisien. Berikut ini parameter-parameter yang digunakan dalam proses
pembubutan:

1. Kecepatan potong
Vc=π × d ×n

Vc : Kecepatan potong (m/menit)

d : Diameter benda kerja (mm)

n: banyaknya putaran per menit (rpm)

2. Putaran mesin

Vc × 1000
n=
π ×d

Contoh, ketika kita akan membubut baja ST 37 dengan diameter 25 mm


dengan Vc = 25 m/menit. Maka kecepatan putarnya:

25 × 1000
n=
3 , 14 × 25

25000
n=
78 ,5

n=318 rpm

Pilih putaran mesin yang mendekati 318 rpm. Misalkan tersedia 210
dan 380 rpm, maka pilihlah 380 rpm atau pendekatan ke atas.
3. Besar pemakanan

a. Ketika pembubutan menggunakan pahat luar

dm=do−2 a

dm : diameter akhir benda kerja (setelah pemotongan)

do : diameter awal benda kerja

a : besar pemakanan

Karena ketika pahat didekatkan ke benda kerja, yang tersayat


adalah kedua sisinya. Missal pahatdimajukan 1 mm maka benda
kerja akan berkurang diameternya sebesar 2mm.

b. Ketika pembubutan menggunakan pahat dalam

dm=do−2 a

dm : diameter akhir benda kerja (setelah pemotongan)

do : diameter awal benda kerja

a : besar pemakanan

Misal lubang dengan diameter 10 mm, disayatdengan besar


pemakanan 1 mm maka diameter lubangnya menjadi 12 mm.
Diameter bertambah 2 mm.
4. Waktu pemakanan dengan otomatis
Ketika menggunakan pemakanan otomatis seperti pada
penguliran, waktu yang dibutuhkan dapat dihitung.

L
W= ×n
f

W : waktu pemakanan (menit)


L : panjang pemakanan (mm)
F : otomatis yang digunakan (putaran/menit)
N : putaran yang digunakan (rpm)

II.3 Pahat bubut dan End mill

II.3.1 Pengertian pahat bubut


Pahat bubut adalah salah satu alat potong yang sangat penting dan
diperlukan dalam melakukan pembubutan, dengan pahat bubut yang
beraneka ragam, berbagai bentuk benda kerja dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan pembubutan.

Berbagai pengerjaan yang bisa dilakukan yaitu pembubutan


permukaan atau facing, memperbesar diameter lubang, pahat ulir,
pengerjaan rata, alur, tirus dan champer.

Jenis Pahat Bubut yg di gunakan :

1. Pahat bubut rata kanan digunakan untuk membubut diameter luar benda
kerja hingga rata, arah pemakanannya dari kanan ke kiri.

2. Pahat bubut metric digunakan untuk membubut benda kerja sama seperti
pahat bubut kasar bedanya di sudut buang.
II.3.2 Pengertian Endmill
Endmill adalah salah satu jenis pahat milling yang banyak digunakan .
ukurang endmill ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai ukuran
besar

Biasanya Endmill ini terbuat dari baja kecepatan tinggi (HSS) atau karbida
dan memilikki satu atau lebih alur(flute)

Endmill ini di pakai untuk membuat alur pada bidang datar atau pasak dan
umumnya dipasang pada posisi tegak (vertical) , namun pada kondisi
tertentu dapat juga dipasang pada posisi horizontal

II.4 Mata Bor

II.4.1 Pengertian Mata Bor


Mata bor merupakan sebuah alat untuk membuat lubang pada benda.
Terdapat berbagai macam jenis dan ukuran mata bor untuk membuat
lubang. Countersink merupakan matabor yang dapat melubangi area
berbentuk kerucut atau berbentuk V di bagian atas lubang pilot untuk
kepala sekrup
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

III.1.1 Alat pelindung diri (APD)


Dalam melaksanakan praktikum kita harus menjaga keselamatan diri kita dengan
menggunakan APD lengkap seperti.

1. Kacamata pengaman

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu


kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin.
Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang
terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu
diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan
kacamata adalah mengelas.

Gambar 3.1

2. Pakaian kerja (wearpack)

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan


manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang
bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi proyek konstruksi
yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka
selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan
pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor.
Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya
menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

Gambar 3.2

3. Sepatu kerja (safety shoes)

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap


kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol
yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka
oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian
bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak
terluka kalau tertimpa benda dari atas.
Gambar 3.3

4. Masker

Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ


pernafasan dengan cara menyaring vemaran bahan kimia, mikro-
organisme, partikel debu, aerosol, uap, asap, ataupun gas. Serta
dapat mencegah msuknya beram ke dalam mulut kita.

Gambar 3.4

III.1.2 Perlengkapan praktikum


Terdapat pula peralatan dan bahan yang digunakan selama
melaksanakan praktikum antara lain.
1. Pahat

Pahat memiliki peranan penting dalam kinerja mesin bubut.


Pahat berfungsi sebagai alat potong yang membantu proses
penyayatan pada benda.

2. Senter Putar dan Tetap

Senter berfungsi untuk membuat benda kerja tetap dalam


keadaan stabil selama berada di dalam mesin bubut. Ada dua
jenis senter yang digunakan, yakni senter tetap yang terletak
pada sumbu utama mesin dan senter putar yang posisinya
berada di ujung kepala lepas.

3. Bor Senter

Pengerjaan bor dibutuhkan agar benda kerja bisa dipasang


pada senter. Untuk itu diperlukan bor senter yang digunakan
untuk melubangi ujung benda kerja sehingga nantinya bisa
dipasang pada senter putar atau membuat lubang pada benda
dengan diameter yang lebih besar.

4. Cekam atau Kunci Chuck

Cekam atau yang biasa disebut dengan kunci chuck dipakai


untuk mengencangkan atau mengendurkan pososi rahang
cekam yang ada pada mesin bubut sehingga benda bisa
dipasang dengan sempurna.

5. Kunci L atau Kunci Segi Enam

Kunci L atau yang dikenal dengan nama lain kunci segi


enam memiliki penggunaan yang sangat beragam. Salah satu
penggunaan alat ini pada kinerja mesin bubut adalah untuk
mengendurkan atau mengencangkan tool post.

6. Kuas

Proses pengerjaan bubut membuat sisa-sisa potongan benda


kerja membuat kotor bagian bed mesin. Untuk membersihkan
bed mesin dari sisa-sisa sayatan benda kerja digunakanlah kuas.

7. Kunci Pas

Kunci pas berfungsi untuk melepaskan mur dan baut pada


mesin bubut. Rahang pada alat ini dibuat dengan besar sudut
sekita 15 derajat. Hal ini untuk mencegah terjadinya perputaran
penuh yang mencapai 60 derajat.

8. Mata Bor

Untuk melubangi benda kerja dibutuhkan bor. Alat ini


dilengkapi dengan mata bor yang berguna untuk membuat
bushing yang beragam mulai dari Ø5 hingga Ø30. Bushing
dilakukan dari ukuran mata bor yang paling kecil ke yang
paling besar.

9. Jangka Sorong

Jangka sorong memiliki beberapa fungsi seperti mengukur


sisi luar benda, mengukur sisi dalam benda yang berlubang,
dan mengukur kedalaman benda dengan memasukkan bagian
skala pengukurnya.
10. Height Gauge

Height gauge berfungsi memberikan tanda goresan berulang


pada benda kerja sebagai patokan serta mengukur tinggi benda
pada bidang acuan.

11. Pahat Kartel

Pahat kartel ( Knurling ) berfungsi untuk membuat


injakan ke permukaan benda kerja berbentuk berlian (diamond)
atau garis lurus beraturan untuk memperbaiki penampilan atau
memudahkan dalam pemegangan.

12. Mal Ulir

Mal Ulir. Mal ulir ini gunanya untuk mengukur atau


memeriksa ulir. Alat ini terbuat dari bahan baja pelat. Satu set mal
ulir terdiri dari beberapa buah mal. Mal ini ada yang terdiri hanya
satu macam ulir saja, misalnya withworth dan ada pula yang terdiri
dari dua macam ulir yaitu ulir withworth dan ulir metrik.

13. Kikir

Kikir berfungsi sebagai alat perkakas tangan yang


berguna sebagai untuk pengikisan benda kerja atau penyayatan
untuk meratakan dan menghaluskan suatu bidang benda kerja.

14. Endmill

End mill merupakan pemotong yang paling sering digunakan


pada mesin milling CNC vertikal. Endmill dirancang untuk bergerak
melintasi permukaan benda kerja dan membuang chip untuk
menghasilkan desain 3D.
15. Bevel Protactor

Busur bilah adalah pengembangan dari busur derajat dengan


sebuah atau dua buah lengan yang bisa berputar.

16. Waterpass

Waterpass merupakan alat yang sangat berguna

dalam pembangunan berbagai macam konstruksi.

17. Tap

Tap ( Membuat ulir dalam ) adalah alat yang dipakai untuk


membuat ulir dalam dengan tangan.

18. Penyiku

Penyiku adalah salah satu alat yang sangat penting dalam


pertukangan. Siku ukur merupakan salah satu yang sering dipakai
dalam dasar pekerjaan dan juga saat penguran bagian bagian yang
sangat berhubungan dalam kesikuan bahan maupun ruang yang akan
dikerjakan.

19. Paralel Block

Paralel block berfungsi sebagai penyangga benda kerja

20. Mal Bor

Mal Bor berfungsi sebagai pengukur sudut mata bor

III.1.3 Langkah-langkah praktikum


Dalam pembuatan dongkrak terdapat 4 bagian yaitu Langkah-langkah
dalam pekerjaannya antara lain.
A. Pembuatan Poros Ulir
1. Siapkan benda kerja yang akan dibuat berbentuk silindris dengan
ukuran Ø25 x 360 mm . Kemudian potong benda kerja sepanjang
365 mm.
2. Lakukan proses facing untuk meratakan bekas pemotongan dan
vc x 1000
mengurangi panjang benda kerja 365 mm n = =
πxd
25 x 1000
=318 rpm.
3 ,14 x 25
3. Lakukan facing kedua pada bidang sebaliknya sampai ukuran
tercapai panjang benda kerja 360 mm.
4. Buatlah pengkartelan dengan panjang pengkartelan 50 mm.
 n kartel = ¼ x n normal
 = ¼ x 318
 = 79,5 rpm.
5. Lakukan pengeboran senter pada permukaan benda kerja
1 2
sebaliknya yang tidak dikartel. Dengan kedalaman - mm mata
3 3
vc x 1000 25 x 1000
bor senter pada bagian yang tirus n = = =¿ 318
πxd 3 ,14 x 25
rpm.
6. Lakukan straight lathe secara bertahap dari Ø25 – Ø16 mm
vc x 1000 25 x 1000
Panjang 310 mm. n = = =¿318 rpm
πxd 3 ,14 x 25
7. Lakukan straight lathe dari Ø16 – 15,85 mm panjang 240 mm.n =
vc x 1000 25 x 1000
= =318 rpm
πxd 3 ,14 x 25
8. Lakukan straight lathe dari Ø15,85 – Ø12mm n=
vc x 1000 25 x 1000
=502 rpm
π x d 3 , 14 x 15 , 85
9. Lakukan pembubutan ulir pada permukaan benda kerja Ø15,85
dengan kisar ulir 1,5mm panjang ulir 240mm. (M16x1,5)
10. Lakukan pengeboran pada permukaan kartel dengan ukuran lubang
Ø8mm dan jarak lubang dari permukaan samping 20mm
(senter).Pengeboran dilakukan secara bertahap dari mata bor
Ø5mm dan terakhir matabor Ø8mm
11. Hilangkan sisi tajam pada benda kerja menggunakan kikir

B. Pembuatan Tumpuan Bawah


1. Potong benda kerja dengan ukuran Panjang 32 mm, lebar 65mm,
dan tinggi 32 mm.
2. Ratakan benda kerja dari 65 mm menjadi 60 mm menggunakan
endmill berukuran Ø 20 mm.
vc x 1000 25 x 1000
n = = =¿398 rpm.
πxd 3 ,14 x 20
3. Ratakan benda kerja dari 32 mm menjadi 31,0 mm - 30,9 mm
menggunakan endmill Ø 20 mm.
vc x 1000 25 x 1000
n = = =¿398 rpm.
πxd 3 ,14 x 20
4. Marking benda kerja di setiap sisi dengan Panjang 10 mm dan
dengan kedalaman 16 mm.
5. Melakukan pemakanan dengan mesin frais pada bagian yang sudah
ditandai (marking).
vc x 1000 25 x 1000
n = = =¿398 rpm.
πxd 3 ,14 x 20
6. Champer benda kerja 3 × 45° menggunakan mesin frais.
vc x 1000 25 x 1000
n = = =¿398 rpm.
πxd 3 ,14 x 20
7. Marking titik tengah benda kerja bagian samping.
8. Lakukan pengeboran pada marking yang telah dibuat. Pengeboran
dilakukan secara bertahap dari mata bor Ø 5 mm dan selanjutnya Ø
8 mm.
9. Marking tiktik tengah bagian bawah benda lalu bagi menjadi dua.
10. Melakukan pengeboran pada marking yang telah dibuat dengan
menggunakan mata bor Ø 5 mm sedalam 15 mm.
11. Melakukan threading menggunakan ukuran ulir M6 × 1,0 mm
sedalam 15 mm.
12. Menghilangkan sisi tajam bekas pemakanan dengan menggunakan
kikir.
13. Melakukan proses stampssing pada benda kerja yang telah jadi.

C. Pembuatan Base
1. Siapkan plat berukuran 100 mm × 100 mm dengan ketebalan 10
mm.
2. Lakukan frais rata hingga membentuk ukuran 90 mm × 90 mm pada
bagian samping.
vc x 1000 25 x 1000
n = = =¿398 rpm.
πxd 3 ,14 x 20
3. Lakukan frais rata menjadi 8 mm pada bagian atas.
vc x 1000 25 x 1000
n = = =¿398 rpm.
πxd 3 ,14 x 20
4. Tandai dan lakukan frais rata alur pada bagian tengah dengan
kedalaman 2 mm – 3 mm, Panjang 90 mm dan lebar 31 mm.
5. Untuk bagian center ukur lalu tandai dan buatlah titik tengah
kemudian lakukan pengeboran. Pengeboran dilakukan dengan
ukuran lubang Ø 6 mm dan jarak sumbunya 30 mm.
6. Lakukan bor counter sink pada lubang tersebut sedalam kurang
lebih 3 mm.

D. Pembuatan Pengarah Ulir


1. Potong benda berdiameter 50mm dengan Panjang 45mm.
2. Kemudian frais benda kerja menjadi segi empat dengan ukuran
vc x 1000 25 x 1000
40x20x40 dengan n= = =¿398 rpm.
πxd 3 ,14 x 20
3. Chamfer bagian atas benda menggunakan frais dengan
vc x 1000
kemiringan 45° selebar 4mm dengan n= =
πxd
25 x 1000
=¿398 rpm.
3 ,14 x 20
4. Kikir bagian bawah dengan kikir radius hingga mencapai r=4.
5. Buat dua lubang menggunakan bor dengan diameter 8mm
berjarak antar lubang 25mm (gunakan penitik untuk menandai
mana yang akan di bor).
6. Putar benda dan marking titik tengah benda yg berukuran
40x40 (marking dengan penitik) lalu bor titik tengah nya
dengan bor Ø15 (bor bertahap dari mata bor kecil ke besar).
7. Lalu ulir di bagian Ø15mm dengan ukuran ulir M16x1,5.

E. Pengasahan Mata Bor


1. Siapkan benda (Mata bor) yang akan diasah.
2. Letakan mata bor pada landasan mesin gerinda , tegak
lurus dengan batu gerinda.
3. Miringkan matabor 59°ke kiri.
4. Tempelkan matabor ke batu gerinda, lalu ayun ke atas
hingga membentuk 1°-2°.
5. Lakukan pada sisi sebaliknya.
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

IV.1.1 Kesimpulan pada proses pengefraisan


1. Pada proses pengefraisan diperlukan perlatan yang lengkap dan mesin
yang sesuai serta berfungsi dengan baik karena sangat mempengaruhi hasil
pengefraisan.
2. Pada proses pengefraisan ini diperlukan ketelatenan dan ketelitian agar
tidak terjadi kesalahan saat melakukan pengefraisan, kerena sedikit
kesalahan saja akan mengakibatkan benda rusak khususnya penggunaan
endmill.
3. Sangat diperlukan perhatian penuh untuk menjaga keselamatan kita
dengan APD yang lengkap agar terhindar dari kecelakaan kerja dan jangan
sampai ceroboh, sedikit saja kecerobohan mengakibatkan kecelakaan kerja
dan bahkan merusak mesin.
4. Kita juga harus memperhatikan keadaan endmill yang digunakan dan
mesin pada saat dioperasikan karena sedikit ceroboh bisa merusak benda
kerja dan mesin frais.

IV.1.2 Kesimpulan pada proses pembubutan


1. Pada proses pembubutan diperlukan perlatan yang lengkap dan mesin
yang sesuai serta berfungsi dengan baik karena sangat mempengaruhi
hasil pembubutan.
2. Pada proses pembubutan ini diperlukan ketelatenan dan ketelitian agar
tidak terjadi kesalahan saat pelakukan pembubutan, kerena sedikit
kesalahan saja akan mengakibatkan benda rusak khususnya
penggunaan eretan lintang.
3. Sangat diperlukan perhatian penuh untuk menjaga keselamatan kita
dengan APD yang lengkap agar terhindar dari kecelakaan kerja dan
jangan sampai ceroboh, sedikit saja kecerobohan mengakibatkan
kecelakaan kerja dan bahkan merusak mesin.
4. Kita juga harus memperhatikan keadaan pahat bila sudah waktunya
diasah maka asahlah dan juga kita harus menggunkan collant supaya
menjaga pahat dan benda kerja agar tidak gosong dan tumpul.

IV.1.3 Kesimpulan pada proses pengasahan


1. Pada proses pengasahan diperlukan perlatan yang sesuai dan mesin yang
berfungsi dengan baik karena sangat mempengaruhi hasil pengasahan.
2. Pada proses pengasahan ini diperlukan ketelatenan dan ketelitian agar
tidak terjadi kesalahan saat pelakukan pengasahan, kerena sedikit
kesalahan saja akan mengakibatkan benda blong atau tidak sesui kriteria
sehingga harus dipotong.
3. Sangat diperlukan perhatian penuh untuk menjaga keselamatan kita
dengan APD yang lengkap agar terhindar dari kecelakaan kerja dan jangan
sampai ceroboh, sedikit saja kecerobohan mengakibatkan kecelakaan kerja
dan bahkan merusak mesin.
4. Kita sebisa mungkin harus memperhatikan mata bor saat diasah agar
sesuai kriteria pengasahan bor.

IV.2 Saran

IV.2.1 Saran bagi mahasiswa


1. Lebih diperhatikan segala sesuatunya dalam melaksanakan praktikum baik
itu dalam proses pembubutan maupun pengasahan.
2. Ketelitian sangat diperlukan guna mendapat hasil yang baik dan sempurna.
3. Lakukan pengecekan kondisi mesin dan sering lakukan konsultasi bila
terjadi kesalahan maupun terjadi kebingungan.
4. Selalu periksa ukuran benda kerja yang sedang dibuat agar sesuai dan
menghindari kesalahan yang parah.

IV.2.2 Saran bagi pembimbing


1. Dalam memberikan arahan dan saran lebih dijelskan Kembali agar tidak
terjadi kekeliruan, mungkin bisa dengan dipraktikan atau dicontohkan.
2. Lakukan pengecekan pada saat mahasiswa sedang melaksankan praktikum
agar mengurangi resiko kesalahan yang dilakukan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Drs. 2006. Mesin Perkakasa Bengkel. Jakarta : Rineka Cipta. Dwi
Nugroho, Setyawan. 2005. Pahat HSS Pada Mesin Frais Dengan Proses
Annealing. Tugas Akhir. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Effendi, Rochmat. 2006. Melakukan Penelitian Mengenai pengaruh Sistem
Pendingin Pada Proses Bubut Terhadap Keausan Pahat High Speed Steel ( HSS ).
Tugas Akhir. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Juanda. 2008.
Melakukan Penelitian Mengenai Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada
Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif. Tugas Akhir. Medan : Universitas
Sumatera Utara. Marsyahyo, Eko, ST,MSc. 2003. Mesin Perkakas Pemotong
Logam. Malang : Bayu Media Publishing. Paryanto, Tri. 2005. Pengaruh Variabel
Pemotongan Pada Proses Milling Terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja.
Tugas Akhir. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.R Gill, Arthur
dkk. 2005. Technology Of Machine Tools. New York : Mc Graw Hill. Rochim,
Taufiq. 1993. Teori & Teknologi Proses Pemesinan. Laboratorium Teknik
Produksi, FTI, Institut Teknologi Bandung. Sutrisno. 2004. Pengaruh Kedalaman
Pemotongan ( Deep of Cut ) Terhadap Kekasaran Permukaan Baja AISI 4140.
Tugas Akhir. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Terheijden,
C.Van. 1994. Alat-alat Perkakas 3. Bandung : Rina Cipta.

Anda mungkin juga menyukai