Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN BENGKEL CNC

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bengkel


Yang Dibimbing oleh Bapak Drs. Yoto, S.T., M.Pd., M.M

Nama Kelompok :

1. Iqbal Adzano Putra 180511625512


2. Imas Kintan Kurnia Dewi 180511625564
3. Hildan Fahrizal Nur Faurizki 180511625597
4. Hafidz Satrio Widyansah 180611625525

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Bengkel semester genap 2019/2020.

Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada


dosen yang telah membimbing kami Bapak Drs. Yoto, S.T., M.Pd., M.M. serta
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami baik yang secara langsung maupun
tidak langsung.

Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.


Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu
penulis memohon saran dari pembaca agar dalam pembuatan makalah berikutnya
dapat berjalan dengan lancar sehingga tercipta makalah yang bermanfaat bagi
pembaca.

Malang, 1 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Rasional.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II. KONDISI UMUM BENGKEL CNC
2.1 Identitas Bengkel CNC .....................................................................................3
2.2 Kondisi Bengkel CNC ......................................................................................3
BAB III. EVALUASI
3.1 Jenis dan Fungsi Peralatan/Mesin-mesin pada Bengkel CNC ..........................6
3.2 Tata Letak Bengkel CNC ..................................................................................8
3.3 Utilitas ...............................................................................................................10
3.4 Penerangan Pengaturan Utilitas, Suhu, Udara, dan Kelembaban .....................11
BAB IV. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
4.1 Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja S...........................................12
4.2 Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Bengkel ..............................................13
4.3 Peralatan Keselamatan Kerja ............................................................................15
4.4 Undang-undang yang Berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ...19
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................22
5.2 Saran .................................................................................................................22

iii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasai Bengkel CNC.....................................................4
Gambar 3.1 Perencanaan Layout Laboratorium CNC.............................................9
Gambar 3.2 Jaringan Transportasi pada Bengkel CNC...........................................10
Gambar 4.1 Sabuk Keselamatan..............................................................................15
Gambar 4.2 Sepatu Karet.........................................................................................16
Gambar 4.3 Sarung Tangan.....................................................................................16
Gambar 4.4 Masker..................................................................................................16
Gambar 4.5 Tali Pengaman.....................................................................................17
Gambar 4.6 Penutup Telinga...................................................................................17
Gambar 4.7 Sepatu Pelindung.................................................................................18
Gambar 4.8 Kacamata Pengaman............................................................................18
Gambar 4.9 Helm Pelindung Kepala.......................................................................19
Gambar 4.10 Pelindung Wajah................................................................................19

DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Peralatan Kerja pada Bengkel CNC........................................................4
3.1 Data kebutuhan mesin CNC untuk kelas berkapasitas 36 orang.......................6

iv
v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Rasional
Laboratorium CNC merupakan salah satu fasilitas yang digunakan
oleh peserta didik dengan bidang keahlian teknik permesinan. Karena jurusan
teknik mesin tidak hanya berorientasi pada pembelajaran teoritik, namun juga
berorientasi pada pembelajaran yang menggunakan unjuk kerja atau praktik.
Computer Numerical Control, disingkat CNC, (berarti "komputer kontrol
numerik") ini sendiri merupakan sistem otomasi mesin perkakas yang
dioperasikan oleh perintah yang diprogram secara abstrak dan disimpan di
media penyimpanan, hal ini berlawanan dengan kebiasaan sebelumnya di
mana mesin perkakas biasanya dikontrol dengan putaran tangan atau otomasi
sederhana menggunakan cam.
Dari pentingnya CNC pada teknik permesinan, Jurusan Teknik Mesin
di Universitas Negeri Malang pun memiliki bengkel CNC. Untuk itulah
penyusun melakukan observasi dalam rangka memenuhi tugas Manajemen
Bengkel, yaitu untuk mengetahui identitas bengkel CNC, kondisi bengkel
CNC, struktur organisasi bengkel CNC, jenis dan fungsi alat dan mesin-mesin
pada bengkel CNC, tata letak pada bengkel CNC, pengaturan utilitas pada
bengkel CNC, penerangan, pengaturan ventilasi, suhu udara dan kelembaman
pada bengkel CNC, analisis terhadap kondisi bengkel CNC, analisis terhadap
keselamatan kerja di bengkel CNC Universitas Negeri Malang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana identitas bengkel CNC Universitas Negeri Malang?
2. Bagaimana kondisi bengkel CNC di Universitas Negeri Malang?
3. Bagaimana struktur organisasi bengkel CNC di Universitas Negeri
Malang?
4. Apa saja jenis dan fungsi alat dan mesin-mesin pada bengkel CNC di
Universitas Negeri Malang?
5. Bagaimana tata letak pada bengkel CNC di Universitas Negeri Malang?
6. Bagaimana pengaturan utilitas pada bengkel CNC di Universitas Negeri
Malang?
7. Bagaimana penerangan, pengaturan ventilasi, suhu udara dan kelembaman
pada bengkel CNC di Universitas Negeri Malang?
8. Bagaimana analisis terhadap kondisi bengkel CNC di Universitas Negeri
Malang?
9. Bagaimana analisis terhadap keselamatan kerja di bengkel CNC di
Universitas Negeri Malang?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui identitas bengkel CNC di Universitas Negeri Malang.
2. Untuk mengetahui kondisi bengkel CNC di Universitas Negeri Malang.
3. Untuk mengetahui struktur organisasi bengkel CNC di Universitas Negeri
Malang.
4. Untuk mengetahui jenis dan fungsi alat dan mesin-mesin pada bengkel
CNC di Universitas Negeri Malang.
5. Untuk mengetahui tata letak pada bengkel CNC di Universitas Negeri
Malang.
6. Untuk mengetahui pengaturan utilitas pada bengkel CNC di Universitas
Negeri Malang.
7. Untuk mengetahui penerangan, pengaturan ventilasi, suhu udara dan
kelembaman pada bengkel CNC di Universitas Negeri Malang.
8. Untuk mengetahui analisis terhadap kondisi bengkel CNC di Universitas
Negeri Malang.
9. Untuk mengetahui analisis terhadap keselamatan kerja di bengkel CNC di
Universitas Negeri Malang.

2
BAB II

KONDISI UMUM BENGKEL CNC


2.1 Identitas Bengkel CNC
Nama Institusi : Universitas Negeri Malang
Jurusan : Teknik Mesin
Nama Bengkel : Bengkel Laboratorium CNC (Inovasi)
Lokasi Bengkel : Gedung G2 lantai 1, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur
Kepala Laboratorium : Drs. Imam Sudjono, M.T.
Jumlah Pengawas Praktik : 1 Dosen dan 1 Toolman
Luas Bengkel : 180 m2
Kapasitas Bengkel : 25 Mahasiswa
2.2 Kondisi Bengkel CNC
Pada bengkel CNC (inovasi) yang ada di Universitas Negeri Malang memiliki
kapasitas ruangan yang mampu menampung 25 mahasiswa yang pada setiap kegiatan
praktikum diawasi oleh seorang dosen. Kemudian untuk peralatan yang ada di ruang
kerja bengkel diawasi oleh seorang Toolman.
Dibawah ini merupakan peralatan yang harus ada pada bengkel CNC:
No. Nama Alat/Bahan Jumlah
1. Mesin Bubut CNC Training Unit 9
2. Mesin Bubut Production Unit 4
3. Mesin Frais CNC Training Unit 9
4. Mesin Frais Production Unit 4
5. Unit FMS 1
6. PC untuk program CAD/CAM 2
7. PC untuk Progran EPS 4

3
8. Besi Menyesuaikan
9. Lemari job sheet 1
10. Lemari alat 2
11. Meja mesin Menyesuaikan
12. Meja alat/perkakas potong -
13. Kursi 25
14. Stempel huruf dan angka 1
15. V blocks 4
16. Mistar baja 6
17. Siku 2
18. High gauge 3
19. Jangka sorong 6
20. Mikrometer sekrup 3
21. Mata bor 8
22. Pahat 8
23. Palu Ketua Jurusan
3
Tabel 2.1 Tabel Peralatan Kerja pada Bengkel CNC

Sekretaris Jurusan

Kepala Bengkel

Toolman Dosen

Mahasiswa

Gambar 2.1 struktur organisasi bengkel CNC

4
Gambar diatas adalah struktur organisasi bengkel CNC yang ada di Universitas
Negeri Malang. Setiap mahasiswa praktik akan diawasi oleh seorang dosen sebagai
pengawas praktik dan peralatan kerja bengkel diawasi oleh seorang Toolman yang
mengkoordinasi peminjaman dari alat kerja itu sendiri. Untuk dosen dan toolman
bertanggung kepada kepala bengkel. Sedangkan untuk pengadaan alat dan bahan akan
dikoordinasikan bendahara jurusan. Sekretaris jurusan dan kepala bengkel dengan
ketua jurusan.

5
BAB III
PENGORGANISASIAN BENGKEL

3.1 Jenis dan Fungsi Peralatan / Mesin-Mesin pada Bengkel CNC


Bengkel laboratorium CNC Universitas Negeri Malang terletak di workshop
gedung G2 Teknik Mesin Universitas Negeri Malang. Pada bengkel laboratorium
CNC terdapat 6 mesin CNC yaitu 2 mesin CNC bubut yang berfungsi untuk facing
dan surface lathe, 4 mesin CNC frais yang berfungsi menyayat atau memakan benda
kerja dengan end-mill yang berputar, terdapat pula peralatan lain yang bertujuan
menunjang pengerjaan mesin CNC antara lain jangka sorong, mistar siku, .
Kegiatan praktikum CNC merupakan lanjutan dari Teknik Pemesinan yang mana
dalam praktik ini akan digunakan mesin dengan kontrol numerik yang berasal dari
software komputer untuk pengerjaannya. Kegiatan praktik ini memegang peranan
penting guna menunjang kesiapan peserta didik menghadapi dunia kerja. Oleh
karenanya dalam suatu bengkel CNC untuk kapasitas kelas 36 orang terdapat data
kebutuhan peralatan dan mesin-mesin yang diperlukan dalam kegiatan praktikum
(Soelipan, 1992).
No Nama Alat/ Bahan Jumlah
1 Mesin Bubut CNC Training Unit 9
2 Mesin Bubut Production Unit 4
3 Mesin Frais CNC Training Unit 9
4 Mesin Frais Production Unit 4
5 Unit FMS 1
Personal Computer untuk Program
6 2
CAD/CAM
7 Personal Computer untuk Program EPS 4
Tabel 3.1 Data kebutuhan mesin CNC untuk kelas berkapasitas 36 orang
Fungsi dari mesin-mesin CNC diatas yaitu:
1. Mesin Bubut CNC Training Unit dan Production Unit
Mesin bubut CNC memiliki prinsip kerja yang sama yaitu untuk pemakanan
muka dan permukaan. Perbedaannya yaitu CNC Training Unit berguna untuk
pelatihan dasar pemrograman dan pengoperasian CNC yang dilengkapi dengan

6
EPS (External Programing System). Mesin CNC jenis Training Unit hanya
mampu dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan ringan dengan bahan yang
relatif lunak. Untuk Production Unit dipergunakan untuk produksi massal,
sehingga mesin ini dilengkapi dengan aksesoris tambahan seperti sistem pembuka
otomatis yang menerapkan prinsip kerja hidrolis, pembuangan tatal dan tambahan
lainnya yang dibutuhkan.
2. Mesin Frais CNC Training Unit dan Production Unit
Digunakan untuk latihan – latihan dasar pengoperasian dan pemrograman CNC
yang dilengkapi dengan EPS (External Programming System) dan juga dapat
digunakan untuk mengerjakan pekerjaan ringan. Digunakan untuk produksi
massal, sehingga mesin ini dilengkapi dengan aksesoris yang lebih mahal, seperti
sistem chuck otomatis, pembuka pintu otomatis pembuang tatal.
3. Unit FMS
FMS adalah suatu set CNC machine tools dan stasiun kerja penunjang yang
dihubungkan oleh suatu sistem penanganan material terotomasi dan dikontrol oleh
satu komputer pusat. FMS memiliki beberapa keuntungan antara lain:
a. Meningkatkan utilitas mesin
b. Mengurangi jumlah mesin
c. Mengurangi ukuran lantai produksi yang dibutuhkan
d. Responsibilitas meningkat
e. Mengurangi tenaga kerja langsung
4. Personal Computer untuk Program CAD/CAM dan EPS
Merupakan perangkat komputer berisi software CAD/CAM dan EPS untuk
menunjang pelaksanaan programming pada mesin CNC. Software CAD
merupakan software komputer yang digunakan untuk mendesain sebuah produk
di dalam proses engineering baik berupa 2 dimensi maupun 3 dimensi yang dapat
dilihat dari segala pandangan. Fasilitas yang dimiliki CAD terdapat pemilihan
material, proses, dimensi, dan toleransi. CAM ialah software komputer untuk
mengkontrol peralatan mesin selama proses manufaktur. Secara sederhana CAM
digunakan pada saat tahap fabrikasi. CAM sendiri merupakan kelanjutan dari

7
proses CAD dan CAE. Prinsip adanya CAM yang utama digunakan untuk
mempercepat proses produksi dengan dimensi yang lebih presisi serta
meminimalisir raw material yang terbuang sia-sia.
3.2 Tata Letak Bengkel CNC
A. Karakteristik Bengkel CNC
Penentuan tata letak dalam bengkel merupakan hal yang vital karena akan
memengaruhi suasana kerja daripada mahasiswa maupun praktikan yang
melakukan praktikum pada lab tersebut. Terdapat beberapa perbedaan
karakteristik pada tiap bengkel bergantung pada kebutuhan bengkel tersebut.
Berikut karakteristik pada bengkel CNC:
1. Luas : 180 m2
2. Jenis Lantai : Beton dengan permukaan kasar
3. Ventilasi : Luas ventilasi sekitar 20% dari luas lantai
4. Tinggi Langit-langit : Sekitar 4-5 m
5. Penerangan : Luas kaca sekitar 25% dari luas lantai dan dengan besar
kisar cahaya 500 lux
6. Utilitas : Suplai daya 1 phase dan 3 phase dilengkapi dengan stabilizer.

8
B. Tata Letak Peralatan / Mesin-mesin

Gambar 3.1 Perencanaan Layout Laboratorium CNC


Menurut Pedoman Penyelenggaraan Bengkel Mesin (Soelipan, 1992) luas
laboratorium CNC adalah 180 m2 yang terdiri dari mesin bubut dan frais CNC
Training Unit dan Production Unit, ruang administrasi, ruang laboran dan bahan,
kamar mandi untuk mahasiswa laki-laki dan wanita, wastafel cuci tangan, tempat
pembuangan bahan sisa pengerjaan serta tempat alat P3K dan APAR serta tempat
untuk suplai daya listrik. Dalam lab CNC ini juga terdapat tempat duduk untuk
mahasiswa dan dosen yang masing-masing disertai PC untuk pengaplikasian

9
software CAD ataupun CAM yang merupakan dasar perencanaan pengerjaan
benda sebelum masuk pengerjaan pada mesin CNC. Peletakan Mesin CNC
berada tepat dibelakang tempat duduk siswa sehingga memudahkan proses
pengerjaan karena letaknya tidak terlalu jauh dari PC yang digunakan untuk
merencanakan pengerjaan pada benda melalui software CAD maupun CAM.
C. Instalasi Listrik dan Kebutuhan Daya
Instalasi Listrik pada lab CNC yang digunakan minimal berasal dari supply
daya 1 phase dan 3 phase dilengkapi dengan stabilizer tegangan. Instalasi listrik
ini dapat menunjang daya daripada mesin CNC ketika digunakan, hal ini karena
jumlah mesin CNC yang terbilang cukup banyak untuk kapasitas kelas 36 orang.
Instalasi listrik ini juga digunakan untuk penerangan yang ada pada lab CNC,
kebutuhan air, serta kebutuhan lain yang membutuhkan listrik. Dengan adanya
stabilizer, penggunaan tegangan listrik pada lab ini dapat distabilkan kembali
ketika terjadi perbedaan tegangan.
3.3 Utilitas
A. Pengaturan Jaringan Transportasi

Gambar 3.2 Jaringan Transportasi pada Bengkel CNC

Keterangan :

10
B. Pengaturan dan Perawatan Jaringan Air
Kebutuhan serta penggunaan air dalam bengkel CNC ini hanya ada pada
penggunaan toilet dan wastafel. Toilet berjumlah 2 yang masing-masing untuk
laki-laki dan wanita dirasa sudah cukup. Penggunaan 2 wastafel sendiri untuk
keperluan cuci tangan dirasa cukup efektif dalam pengguaan bengkel CNC yang
mSDADBBBGBGemiliki kapasitas kelas 36 menurut Soelipan (1992).
Pengadaan 2 wastafel ini dirasa kondusif karena dapat mengatasi terjadinya
antrean wastafel.

C. Pengaturan Limbah
Sisa pengerjaan CNC tentu akan menghasilkan banyak limbah logam dalam
bentuk padat maupun cair. Setelah melakukan praktik atau pengerjaan dengan
mesin CNC perlu segera dilakukan pembersihan terhadap sisa logam hasil benda
kerja. Limbah logam ini terlebih dahulu dikumpulkan dan diletakkan pada bak
sampah khusus logam lalu diangkut menuju tempat pembuangan akhir khusus
limbah logam.

3.4 Penerangan Pengaturan Utilitas, Suhu, Udara, dan Kelembaban


Penerangan merupakan hal yang vital dan wajib keberadaannya pada sebuah
bengkel. Penerangan bertujuan agar suasana dan pandangan didalam bengkel tidak
gelap terutama dalam melakukan praktikum, sehingga dapat mengurangi kecelakaan
kerja akibat kurangnya penerangan. Untuk penerangan minimal yang diterapkan yaitu
cahaya alam dengan seluas kaca/tembus cahaya 25% dari luas lantai dan cahaya
listrik sebesar 500 lux.

11
BAB IV

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

4.1 Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja


K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas
kerja. Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam
lingkungan kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :
 HAZARD (Sumber Bahaya), Suatu keadaan yang memungkinkan /
dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat
kemampuan pekerja yang ada
 DANGER (Tingkat Bahaya), peluang bahaya sudah tampak (kondisi
bahaya sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan
preventif)
 RISK, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus
tertentu
 INCIDENT, Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak
diinginkan, yang dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber
energi yang melebihi ambang batas badan/struktur)
 ACCIDENT, Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau
kerugian (manusia/benda)

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :


1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja
2. Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja

12
3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja


1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain
2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
3. Menjamin proses produksi aman dan lancar
4.2 Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Bengkel
Langkah penting keselamatan kerja di bengkel yaitu semua pekerja
mengetahui bahaya yang disebabkan karena kelalaian dalam memakai
peralatan. Pemahaman serta pengetahuan akan risiko sejumlah alat yang ada
merupakan faktor paling penting supaya keselamatan kerja tercapai.
Pengenalan bahaya di area kerja mesti dijadikan standar operasional prosedur
(SOP), sehingga berlaku untuk siapa saja yang ada serta yang terlibat
langsung terhadap pekerjaan di bengkel tersebut. Pengenalan bahaya di
lingkungan kerja meliputi faktor tenaga kerja, peralatan kerja, menunggu serta
gerakan.
 Faktor Peralatan
Hal yang termasuk ke dalam faktor peralatan ialah bagaimana semua
orang yang terlibat di dalam pekerjaan mengetahui serta dapat
memastikan apakah semua perlengkapan serta peralatan bengkel dapat
dipergunakan atau tidak, apakah semua alat penguji dapat berfungsi
atau tidak serta dapat memastikan semua peralatan dalam kondisi baik
serta komplit ataupun terdapat bagian yang berfungsi atau tidak.
Walaupun terdapat peralatan yang salah satu komponennya tak
berfungsi, mesti diberikan tanda serta diketahui secara pasti sampai
sejauh mana pengaruh akibat kerusakan tersebut.
 Faktor Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja adalah faktor yang saat menentukan keoptimalan
keselamatan kerja di bengkel. Supaya keselamatan kerja di bengkel
dapat tercapai maka semua pegawai mesti memahami serta pekerja

13
mesti ahli dalam bidangnya masing-masing. Seorang kepala bengkel
atau pengawas yang tak menguasai prosedur keselamatan kerja akan
membiarkan begitu saja keadaan tempat kerja yang tak kondusif,
sehingga walaupun para mekanik sudah berpengalaman atau
profesional, maka kecelakaan dapat terjadi karena lingkungan kerja
yang tak kondusif tersebut.
 Faktor Gerakan
Faktor lainnya yaitu gerakkan, yang dimaksud dengan faktor gerakan
ialah daerah atau area gerakan yang cukup untuk menjalankan
pekerjaan serta pemakaian alat yang tersedia, termasuk sewaktu
memindahkan alat yang hendak diperbaiki. Luas area yang cukup
maka gerakan pun akan optimal.
 Faktor Menunggu
Sementara yang dimaksud faktor menunggu ialah menyediakan ruang
khusus untuk menyimpan kendaraan yang hendak diperbaiki, telah
diperbaiki ataupun masih setengah diperbaiki. Membedakan area
tempat menunggu ataupun menyimpan kendaraan akan memudahkan
para mekanik bekerja serta akan terhindar dari sejumlah kecelakaan di
bengkel yang disebabkan kesemrawutan tempat.

Adapun keselamatan kerjan pada mesin-mesin tersebut adalah:

 Memelihara mesin agar selalu berada dalam kondisi yang baik, dan
setelah dipakai perlu dibersihkan.
 Seorang operator harus mengetahui bagaimana mengoperasikan mesin
yang dioperasikan.
 Jangan mencoba menjalankan mesin bila belum atau tidak mengetahui
cara mengoperasikan mesin.
 Jangan menjalankan mesin untuk hal-hal yang tidak berguna
 Jangan menggunakan jam tangan, cincin dan lain-lain saat
mengoperasikan mesin.

14
 Jangan menyimpan alat-alat yang runcing atau tajam di dalam saku
pakaian kerja.
 Jangan mencuci tangan di dalam coolant (bak cairan pendingin)
 Jangan menghilangkan serbuk atau geram dengan menggunakan
tangan telanjang
 Jangan melakukan mengangkat perlengkapan-perlengkanan atau benda
kerja yang berat dengan tangan
4.3 Peralatan Keselamatan Kerja
Beberapa kelengkapan atau peralatan yang "WAJIB" digunakan saat
melakukan aktivitas bekerja yang disesuaikan dengan potensi risiko bahaya
dalam kaitannya untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja baik pada
pekerja itu sendiri maupun orang disekitarnya disebut juga dengan Alat
Pelindung Diri (APD). Penggunaan APD tersebut telah diatur oleh pemerintah
melalui peraturan menteri Tenaga Kerja. Beberapa alat pelindung diri yang
dimaksudkan dapat dilihat di bawah ini:
1. Sabuk Keselamatan (Safety Belt)
Alat pelindung ini digunakan untuk menghindari terjadinya benturan pada
saat berkendara, misalnya mobil, pesawat terbang, alat berat dan lain-lain.

Gambar 4.1 Sabuk Keselamatan


2. Sepatu Karet (Sepatu Boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek
ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi
kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

15
Gambar 4.2 Sepatu Karet
3. Sarung Tangan (Gloves)
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

Gambar 4.3 Sarung Tangan


4. Masker (Respirator)
Masker dapat berfungsi sebagai pelindung hidung dan penyaring udara
yang dihirup saat bekerja di tempat yang memiliki kualitas udara buruk
(misal berdebu, beracun, dsb).

16
Gambar 4.4 Masker
5. Tali Pengaman (Safety Harness)
Pada pekerjaan yang berada di ketinggian, sangat memerlukan alat
pelindung diri berupa tali pengaman (safety harness). Alat pelindung diri
ini digunakan jika bekerja pada ketinggian lebih dari 1.8 meter. Hal ini
akan melindungi pekerja agar terhindar dari potensi jatuh dari ketinggian.

Gambar 4.5 Tali Pengaman


6. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff)
Guna melindungi telinga dari sumber suara yang cukup tinggi diperlukan
penutup telinga. Hal ini dimaksudkan karena telinga tidak mampu
menahan suara dalam intensitas yang tinggi dan memekakkan telinga.

17
Gambar 4.6 Penutup Telinga
7. Sepatu Pelindung (Safety Shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari
karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang
menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dsb.

Gambar 4.7 Sepatu Pelindung


8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Pada pekerjaan pengelasan maupun pekerjaan permesinan perlu
menggunakan pelindung mata. Hal ini untuk melindungi mata dari
percikan api ataupun serpihan dari besi yang mengalami proses pengerjaan
permesinan.

18
Gambar 4.8 Kacamata Pengaman
9. Helm Pelindung Kepala (Safety Helmet)
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda yang berpotensi
mengenai kepala secara langsung maupun tidak langsung.

10. Pelindung Wajah (Face Shield)


Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misal pekerjaan menggerinda)

Gambar 4.9 Helm Pelindung Kepala

19
4.4 Undang-Undang yang Berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
Keselamatan kerja diartikan sebagai suatu upaya agar pekerja selamat
di tempat kerjanya sehingga terhindar dari kecelakaan termasuk juga untuk
menyelamatkan peralatan serta produksinya. Kesehatan kerja diartikan
sebagai suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan mencegah
pencemaran di sekitar tempat kerjanya (masyarakat dan lingkungan). Di
Undang-undang No. 14, Tahun 1969 tentang : Ketentuan-Ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja, disebutkan bahwa “Tiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, dan
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia, moral dan agama. Kemudian menurut UU No.1 Tahun 70 tahun,
mengatur tentang keselamatan kerja di segala tempat kerja, baik di darat, di
dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Kemudian menurut ILO
(International Labour Organisation) fungsi kesehatan adalah : melindungi
pekerja terhadap kesehatan yang mungkin timbul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaan
baik fisik maupun mental serta menyadari kewajiban terhadap pekerjaannya.
Memperbaiki memelihara keadaan fisik mental maupun sosial pekerja sebaik
mungkin.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja bab 2 pasal 2 ayat 2, bahwa dibuat, dicoba, dipakai
atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi
yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau
peledakan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11
tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi pasal 9 ayat (1), bahwa pesawat, pesawat pengangkat,
mesin perkakas dan perkakas harus terbuat dan terpelihara sedemikian rupa,
sehingga memenuhi syarat-syarat teknis yang baik dan aman. "mesin

20
perkakas" ialah mesin bubut, mesin bor, mesin frains dan sebagainya. Pasal 10
ayat (1), bahwa bagian-bagian pesawat; mesin perkakas dan alat transmisi
yang bergerak, yang dapat membahayakan pekerja yang melayaninya dan
membahayakan lalu lintas, harus terlindung dengan baik dan aman. Pasal 10
ayat (2) bahwa, pesawat dan mesin perkakas yang dalam penggunaannya
dapat menimbulkan bahaya terhadap pekerja yang melayaninya harus diberi
pelindung dan dipasang sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan.
Pasal 10 ayat (3) bahwa, ruangan diantara pesawat atau mesin perkakas harus
cukup lebar dan bebas dari benda-benda yang dapat merintangi dan
menimbulkan bahaya terhadap pekerja yang melayaninya dan lalu lintas.
Pasal 10 ayat (4), bahwa pesawat dan mesin perkakas yang karena akibat
perputaran yang sangat tinggi mungkin dapat pecah beterbangan harus
dilindungi dengan baik, serta kecepatan putarannya tidak boleh melebihi batas
kecepatan aman yang telah ditentukan untuk pesawat tersebut. Pasal 10 ayat
(5), bahwa masing-masing mesin perkakas yang digerakan oleh pesawat
secara sentral, harus dapat dihentikan secara sendiri. Pasal 10 ayat (6), bahwa
apabila sesuatu pesawat atau mesin perkakas perlu dijalankan untuk
percobaan atau hal-hal lain yang
bersifat sementara dengan tidak memakai alat pelindung maka pada tempat
yang mereka terlihat harus dipasang rambu-rambu tanda bahaya yang jelas.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Laboratorium CNC merupakan salah satu fasilitas yang digunakan
oleh peserta didik dengan bidang keahlian teknik permesinan. Computer
Numerical Control, disingkat CNC, (berarti "komputer kontrol numerik") ini
sendiri merupakan sistem otomasi mesin perkakas yang dioperasikan oleh
perintah yang diprogram secara abstrak dan disimpan di media penyimpanan,
hal ini berlawanan dengan kebiasaan sebelumnya di mana mesin perkakas
biasanya dikontrol dengan putaran tangan atau otomasi sederhana
menggunakan cam. Dari pentingnya CNC pada teknik permesinan, Jurusan
Teknik Mesin di Universitas Negeri Malang pun memiliki bengkel CNC.
Observasi yang dilakukan di Bengkel CNC Universitas Negeri Malang
menejemen dalam bengkel juga dapat diperoleh mulai dari identitas bengkel,
kondisi bengkel, dan struktur organisasi bengkel. Bengkel Pemesinan ini
terletak di gedung G2 lantai I Universitas Negeri Malang, tepatnya di dalam
Workshop Mesin. Luas bengkel ini adalah 180 m 2 untuk menampung 25
mahasiswa, yang meliputi area kerja CNC.
Struktur organisasi tertinggi pada bengkel CNC Universitas Negeri
Malang terletak pada ketua jurusan. Di bawah ketua jurusan adalah kepala
bengkel. Di bawah kepala bengkel adalah dosen dan toolman. Di bawah dosen
dan toolman dan mahasiswa. Di dalam bengkel CNC terdapat 9 mesin bubut
CNC training unit, 4 mesin bubut production unit, 9 mesin frais CNC training
unit, 4 mesin frais production unit, 1 unit FMS, 2 personal computer untuk
program CAD/CAM, dan 4 personal computer untuk program EPS.
Karakteristik pada bengkel CNC ialah jenis lantai beton dengan
permukaan kasar, ventilasi luas ventilasi sekitar 20% dari luas lantai, tinggi
langit-langit sekitar 4-5 m, penerangan luas kaca sekitar 25% dari luas lantai

22
dan dengan besar kisar cahaya 500 lux, dan utilitas suplai daya 1 phase dan 3
phase dilengkapi dengan stabilizer.
Sisa pengerjaan CNC tentu akan menghasilkan banyak limbah logam
dalam bentuk padat maupun cair. Setelah melakukan praktik atau pengerjaan
dengan mesin CNC perlu segera dilakukan pembersihan terhadap sisa logam
hasil benda kerja. Limbah logam ini terlebih dahulu dikumpulkan dan
diletakkan pada bak sampah khusus logam lalu diangkut menuju tempat
pembuangan akhir khusus limbah logam.
Pada dasarnya observasi yang penulis lakukan dalam bengkel CNC
Universitas Negeri Malang selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Menejemen Bengkel juga untuk mengetahui dan menambah pengetahuan
mengenai menejemen perbengkelan utamannya bengkel CNC.
5.2 Saran
Sebagai bengkel yang berada di lingkungan akademik, bengkel CNC
Universitas Negeri Malang tentu harus memiliki sarana dan prasarana yang
sesuai standart kelayakan bengkel. Di bengkel CNC Universitas Negeri
Malang ini terdapat beberapa unit mesin bubut yang berada dalam kondisi
tidak layak, maka mesin yang seperti itu harus mendapat perlakuan khusus,
seperti perbaikan atau jika perlu dilakukan penambahan atau penggantian
dengan mesin yang baru. Selain itu penataan penyimpanan peralatan dan
bahan di bengkel ini juga kurang baik. Masih ada beberapa alat dan bahan
yang berserakan atau tidak tertata rapi. Beberapa sarana dan prasarana juga
mengalami kerusakan, kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan juga
terlihat kosong, seharusnya bengkel menyediakan obat-obatan yang mungkin
dibutuhkan oleh pratikan jika ada kejadian yang tidak diinginkan. Sehingga
proses belajar mengajar dan praktik di bengkel CNC Universitas Negeri
Malang dapat terlaksana dengan efektif dan efisien serta mampu
menghasilkan peserta didik yang berkompeten di bidangnya.

23

Anda mungkin juga menyukai