NIM : 6007221009
(1.1)
Dimana q(x) dan q(y) = heat flux pada x dan y, masing-masing [cal/(cm2. s)]. Dibagi
dengan Δz dan Δt, sehingga:
(1.2)
Bagi dengan Δx Δy dan ambil hasil limit sebagai berikut:
(1.3)
Persamaan (1.3) adalah persamaan diferensial parsial yang merupakan ungkapan dari
kekekalan energi untuk pelat. Namun, kecuali fluks panas ditentukan di tepi pelat, itu tidak bisa
dipecahkan. Karena kondisi batas temperatur diberikan, Persamaan (1.3) harus diformulasikan
ulang dalam hal temperaturnya. Hubungan antara fluks dan temperatur dijelaskan oleh hukum
konduksi panas Fourier, yang dapat direpresentasikan sebagai berikut:
(1.4)
Dimana qi = heat flux dengan arah pada i dimensi [cal/(cm 2. s)], k = koefisien difusivitas
termal (cm2 /s), ρ = densitas material (g/cm3), C = kapasitas panas pada material [cal/(g. oC)], dan
T = temperatur (oC), didefinisikan sebagai:
.
Dimana H = heat (cal) dan V = volume (cm3). Terkadang pada term pada persamaan (1.4)
dianggap term tunggal,
(1.5)
Dimana k’ dimaksud koefisien termal konduktivitas [cal/(cm 2. oC)]. Pada kasus keduanya,
kedua k dan k’ adalah parameter yang merefleksasikan seberapa baik material saat konduksi
panas.
Hukum Fourier kadang-kadang disebut sebagai persamaan konstitutif karena
menyediakan mekanisme yang mendefinisikan interaksi internal sistem. Lihat Persamaan (1.4)
menunjukkan bahwa hukum Fourier menetapkan bahwa fluks panas tegak lurus dengan axis i
yang proporsional dengan gradient atau slope pada temperatur dengan arah i. Tanda negatif
kemiring dari temperatur tinggi ke rendah. Subtitusikan persamaan (1.4) pada persamaan (1.3)
dihasilkan:
(1.6)
Dimana disebut persamaan Laplace. Ingat bahwa pada case dimana sumber atau
hilangnya panas dengan domain dua dimensi, persamaan dapat dijelaskan sebagai begitu:
(1.7)
Dimana f(x,y) adalah fungsi yang menjelaskan sumber berkurangnya atau sumber panas.
Persamaan (1.7) disebut persamaan Poisson.
Dan
Node 5 mm
∆x=∆y= 5
• Gauss Seidel Method
• Jumlah titik yang tidak diketahui 25 titik
• 70 iterasi
• error 7.6082e-07
Node 3 mm
∆x=∆y= 3
• Gauss Seidel Method
• Jumlah titik yang tidak diketahui 81 titik
• 185 iterasi
• Error 9.6260e-07
(2.1)
Mensubtitusikan Fourier’s law of konduksi panas pada persamaan (1.4) sehingga
didapatkan:
(2.2)
(2.3)
Dimana memiliki error pada O(Δt)
Subtitusikan persamaan (2.2) dan (2.3) pada persamaan (2.1):
(2.4)
Dapat diselesaikan untuk:
(2.5)
Dimana λ = k Δt/ (Δx)2.
2
∂ f ∂f
Diffusion equation k 2 =
∂x ∂t
A second order linier PDE (2 – independent variables (x,y)
A uxx + B uxy + C uyy + D = 0,
A, B, dan C adalah fungsi dari x dan y
D adalah fungsi dari x,y,u,ux, dan uy
A u xx + B u xy +C u yy + D=0 (3.2)
Dimana A, B, dan C merupakan fungsi dari x dan y, sedangkan D adalah fungsi dari x, y, u, u x ,
dan u y . Klasifikasi dari didasarkan pada rumus B2−4 AC , dimana jika:
2
B −4 AC <0 ,merupakan persamaan elliptic atau disebut juga laplace equation
2
B −4 AC =0 , merupakan persamaan parabolic atau bisa disebut diffusion equation
2
B −4 AC >0, merupakan persamaan hyperbolic atau wave equation
Sehingga apabila persamaan 3.1 diubah menjadi bentuk 3.2 adalah sebagai berikut.
2 2
2 ∂u ∂ u
c 2
= 2
∂ x ∂t
2 2
∂ u( x , t) ∂ u(x , t)
c2 2
− 2
=0 (3.3)
∂x ∂t
Dimana pada persamaan 3.3 diketahui bahwa koefisien dari turunan parsial u terhadap x
merupakan nilai A dan nilai turunan parsial u terhadap t adalah nilai C. Sehingga melalui
persamaan 3.3 dapat diketahui bahwa nilai A = c 2, B = 0, dan C = 1, kemudian didapat bahwa
nilai B2−4 AC dari persamaan 3.3 lebih dari 1 dan memenuhi asumsi bahwa B2−4 AC >0,
merupakan persamaan hyperbolic atau wave equation.
Contoh studi kasus dari hyperbolic equation yaitu Unsteady Inviscid Flow dengan kasus nyata
yaitu aliran unsteady pada airfoil dengan asumsi viskositas sama dengan 0.