Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Teknik pada Jurusan Teknik Metalurgi
Oleh:
NIM: 2613171008
1
3.4.1 Pemeriksaan Visual........................................................................................ 34
3.4.2 Pengujian Metalografi.....................................................................................34
3.4.3 Pengujian Kekerasan (HV)..............................................................................35
3.4.4 Pengujian SEM-EDS.......................................................................................36
3.4.5 Pengujian XRD................................................................................................37
3.4.6 Pengujian Adhesivitas.....................................................................................38
3.4.7 Pengujian Potentiodinamik..............................................................................39
3.5 Lokasi dan Jadwal Rencana Pengujian dan Percobaan ....................................41
3.5.1 Timeline Penelitian..........................................................................................41
3.5.2 Lokasi Penelitian.............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................43
BAB I
2
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah,
ruang lingkup kajian dan sistematika penulisan.
3
dijelaskan di atas, salah satunya pada sudu turbin PLTA (Hong et al., 2018; Kumar,
Chittosiya, & Shukla, 2018; Liu et al., 2018).
Solusi desain part yang bermasalah akibat fenomena tersebut bisa dilakukan
dengan meningkatkan ketebalan, memodifikasi atau melapisi suatu material. Perubahan
fasa dan perubahan ukuran diameter butir dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan
dan akan mempengaruhi sifat material terutama kekerasan menjadi lebih baik. Dengan
mengubah struktur mikro tentunya akan didapatkan sifat material yang jauh lebih
unggul dan berkualitas dari pada sebelumnya. Perubahan sifat mekanik ataupun kimia
pada bagian permukaan logam dapat dilakukan dengan melapisi material yang lebih
unggul dari yang dilapis, dengan begitu akan melindungi logam yang dilapis dan
meningkatkan umur pakai dari suatu material (Picas dkk.,2018;Rukhande dkk.,2020).
Cukup banyak metode pelapisan dari konvensional hingga advance dan yang cukup
banyak digunakan dalam industri yaitu metode hot dip dan thermal spray coating.
Dengan menggabungkan proses pelapisan dan modifikasi permukaan pada
material dapat meningkatkan sifat mekanik, fisik, dan kimia. Maka dari itu dipilih
metode coating yaitu Thermal spray yang dapat memodifikasi permukaan dengan
meningkatkan sifat mekanik, fisik maupun kimia pada permukaan logam. HVOF (High
Velocity Oxy Fuel) merupakan satu dari sekian banyak teknik thermal spray yang ada
dengan injeksi serbuk yang dapat dikontrol pembentukan mikrostrukturnya dan
memiliki porositas hasil penyemprotan yang baik (Zavareha dkk.,2017;Picas
dkk.,2018).
Menggunakan bahan cermet (ceramik metal) merupakan kandidat terbaik dalam
menangani kondisi kerusakan akibat erosi korosi, tribo korosi dan melindungi keausan
mekanik karena, kombinasi dari kekerasan yang tinggi, ketangguhan akibat retak yang
memadai, koefisien gesek yang rendah dan kereaktifan kimia yang rendah. Dipillih
material dengan bahan WC + Co + Cr mempunyai perpaduan yang baik dalam
mengatasi fenomena erosion corrosion yang terjadi pada turbin PLTA (Rukhande
dkk.,2018;Matikainen dkk.,2018;Huttunen dkk.,2020;Hong et al., 2018).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik ketahanan erosi pada
substrat baja AISI 1030 dilapisi dengan teknik TSC metode HVOF material cermet
berbasis WC dengan variasi serbuk coating kemudian diuji adhesion pull off test untuk
mengetahui daya rekat lapisan. Uji erosi corrosion dan normal corrosion dilakukan
4
dengan alat closed flow loop system dan potentiodynamik yang kemudian
dikarakterisasi menggunakan SEM-EDS dan X-Ray Difraction.
5
5. Erosion corrosion test menggunakan alat CFLS (Closed Flow Loop System)
dengan metode perhitungan weight loss.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dijelaskan mengenai Coating, Material, Komposit, Thermal Spray
Coating, Korosi secara umum dan Korosi Erosi, dan corrosion monitoring.
2.1 Coating
2.1.1 Definisi dan Fungsi
Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat
tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan
mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak
menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam
merupakan bagian finishing dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut
dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan
mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan (Arthana
dkk.,2014). Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan
akhir atau sering juga disebut tahap penyelesaian dari suatu produksi benda kerja
(Arthana dkk.,2014;Mutholib,dkk;2012). Tujuan pengaplikasian mungkin dekoratif,
fungsional, atau keduanya. Lapisan itu sendiri mungkin merupakan lapisan all-over,
yang sepenuhnya menutupi substrat, atau hanya dapat menutupi bagian-bagian substrat.
Secara umum diakui bahwa empat teknik yang berbeda dapat digunakan untuk deposit
coating (Muthilib,dkk).
Tiga macam pelapisan logam yaitu pelapisan dekoratif, pelapisan protektif dan
pelapisan untuk sifat khusus permukaan. Pelapisan dekoratif bertujuan untuk menambah
keindahan tampak luar suatu benda atau produk. Pelapisan protektif adalah pelapisan
yang bertujuan untuk melindungi logam yang dilapisi dari serangan korosi karena
logam pelapis tersebut akan memutus interaksi dengan lingkungan sehingga terhindar
dari proses oksidasi. Untuk sifat khusus dapat diterapkan untuk mengubah sifat
permukaan substrat, seperti adhesi, kemampuan tahan air, ketahanan korosi, atau
ketahanan aus bahkan bisa gabungan dari beberapa sifat diatas. Dalam kasus lain,
misalnya pembuatan perangkat semikonduktor (dimana substratnya adalah elektronik),
7
hasi lapisan yang terbentuk membuat sifat yang baru, seperti kemagnetikan atau
konduktivitas listrik. (Chawla.,2012;Nurul.,2015).
2.2 Material
2.2.1. Cobalt – Chrom
Chromium (Cr) merupakan salah satu logam mineral yang keberadaanya dapat
ditemukan melimpah dalam lapisan bumi. Kromium memiliki nomor atom 24 dalam
tabel periodik dan struktur kristal BCC. Karakteristik krom ini adalah bersifat keras,
mudah teroksidasi dengan udara membentuk lapisan kromium oksida pada permukaan.
Lapisan tersebut bersifat kaku, tahan korosi akibat pasifasi yang cukup stabil dalam
menghambat laju korosi, tidak berubah warna terhadap pengaruh cuaca. Kromium tidak
8
larut dalam asam nitrat Tetapi larut dalam asam klorida dan sedikit larut dalam asam
sulfat. Karena sifat dan karakteristiknya tersebut penggunaan kromium ini secara luas
digunakan dalam penyamakan kulit, pemadu stainless steel dan pelapisan terhadap
peralatan peralatan otomotif dan perlengkapan tertentu (Arthana
dkk.,2014;Mutholib,dkk;2012).
Cobalt (Co) mempunyai kenampakan yang hampir sama dengan besi, tetapi
cenderung ke warna merah muda. Seperti besi dan nikel, kobalt bersifat magnetik.
Kobalt larut secara pelahan dalam larutan asam klorida dan asam sulfat encer yang
hangat, namun larut cepat dalam larutan encer asam nitrat panas. Kobalt bersifat keras,
berwarna putih kebiruan, dan banyak digunakan untuk membuat paduan, seperti baja
tahan karat (stainless steel) (Cotton dkk,2013;Sahlam.,2018).
9
WC memiliki titik lebur tinggi yaitu lebih dari 2800oC. tungsten karbida sangat
keras dengan nomor 9 pada skala mohs dan mempunyai kekerasan 1700-2400 HVN
(Chawla.,2012; Arthana dkk.,2014).
2.3 Komposit
Komposit secara makro merupakan kombinasi dua atau lebih material membentuk
material baru yang dihasilkan melalui teknologi rekayasa material dengan tujuan
mendapatkan sifat mekanik maupun kimia yang lebih baik dari material penyusunnya.
Material tersebut haruslah berikatan dengan kuat, tetapi dengan adanya perbedaan
energi permukaan dari material penyusunnya menyebabkan material sulit untuk
digabungkan, sehingga perlu adanya penambahan wetting agent
(Anantasia.,2012;Nurun.,2013).
10
Adanya dua penyusun komposit atau lebih menimbulkan beberapa daerah dan
istilah penyebutannya; Matrik (penyusun dengan fraksi volume terbesar), Penguat
(Penahan beban utama), Interphase (pelekat antar dua penyusun), interface (permukaan
phase yang berbatasan dengan phase lain).
11
Gambar 2.4 Skematik Struktur dari komposit serat karbon matrix epoxy menunjukan
serat karbon, interface, dan matrix epoxy (Chawla.,2012)
12
Gambar 2.5 menunjukan salah satu contoh dari MMC dengan matrix
titanium.
Gambar 2.5 Microstruktur Dari Komposit Matrix Titanium Fiber SiC Dibuat Dengan
Proses Difusi (Chawla.,2012)
13
memenuhi bahkan sifat material yang bertentangan seperti kekerasan dan keuletan
yang tinggi (Nurun.,2013;Chawla.,2012;Huttunen.,2020).
WC-CoCr biasa disebut logam yang sangat keras, telah menjadi jenis cermet
yang sangat lama digunakan dalam industri. Karena kekerasan partikel WC yang
sangat tinggi dan daya rekat kuat WC ke matrix paduan CoCr. Begitupun dengan
keramik Al2O3 yang cukup banyak digunakan dalam industri dalam keperluan
ketahanan korosi yang baik serta kekerasan setara korundum. Dengan
mengkombinasikan matrix CoCr serta partikel WC dan Al 2O3 akan didapatkan
kekuatan yang sangat tinggi dengan daya rekat yang bagus serta mampu
diaplikasikan dalam lingkungan yang ekstrem (Huttunen.,2020).
Karena banyak sekali keunggulan dari cermet dibandingkan dengan material
lainnya meliputi stabilitas pada temperatur tinggi, kekerasan yang tinggi,
ketahanan korosi yang baik, ringan, bersifat non-magnetik serta non konduktif,
kombinasi ini yang menjadikan cermet sebagai pengganti baja paduan tinggi dan
logam refractori (Annastasia.,2012).
14
kerapatan coating tergantung pada wujud material (padat/cair) pada saat menumbuk
substrat dan kecepatan partikelnya (Teguh.,2009).
Fleksibilitas dari TSC berasal dari bahwa setiap material yang dapat dicairkan
tanpa terdekomposisi dapat dilakukan Thermal Spray. Beberapa material yang telah
disebutkan diatas yang dapat dilakukan proses TSC meliputi logam, paduan logam,
keramik, cermet, komposit. Bahkan beberapa serbuk komposit dapat menghasilkan
endapan coating dengan sifat yang tidak biasa dengan menggabungkan beberapa
komponen material (komposit) secara optimal. Tabel 2.2 menjelaskan beberapa material
serbuk yang cukup banyak digunakan dalam industri sesuai dengan lingkunga0n kerja
dengan sifat-sifat keunggulannya (Rukhande dkk.,2018).
Tabel 2.2 Serbuk logam yang biasa digunakan dalam TSC (Rukhande dkk.,2018)
Powder Application Property
WC-Co, TiC, Cr3C2 Jet Engine part, seals
Al2O3, Cr4O3, TiO2 Pump component Wear Resistance
NiCr, NiAl Automotive parts, bearing
NiCr, Al, NiCrAlY, Turbin blades, vanes, heating elements in Oxidation and Corrosion
CoCrAlY chemical industries Resistance
ZrO2, Al2O3 Combustion system, soldering equipment Thermal barrier
Ni-graphite, Ni-Cu Turbin seals Abradable and self lubricant
2. Ketahanan Korosi
Hasil lapisan TSC dapat bersifat anoda maupun katoda, bergantung pada substrat
jenis apa yang dilapis, karena korosi muncul akibat menyerang yang lebih anoda, maka
15
sistem pelapisan thermal spray dirancang sedemikian rupa termasuk dalam pemilihan
material yang akan menjadi lapisan. Pada beberapa kasus, ketahanan korosi dari
material pelapis itu sendiri sangat penting. Pada penggunaan pada temperatur tinggi dan
untuk kontak dengan bahan kimia, lapisan thermal spray harus sangat tahan korosi
(Pawlowski.,2008).
Temperatu
r Api Atau Kecepatan Oxide Adhesion Tebal
Porositas
Tipe TSC Plasma Partikel Konten (Bond Lapisan
(%)
Keluar (m/s) (%) Strength) (mm)
(ºC)
Detonation
3000 800-1000 0.1 0.1-1 Super Kuat 0.2-10
Gun
Sangat
HVOF 2500-3100 500-800 0.2 1-10 0.2-2
Kuat
Plasma Sangat
5500-8300 200-600 0.1-1 1-10 0.2-2
Spraying Kuat
Wire Arc 4000-6000 240 0.5-3 10-20 Kuat 0.2-10
Flame
2500-3000 30-180 4-6 10 Rendah 0.2-10
Spraying
16
Gambar 2.6 Plasma Gun (Zavareh dkk.,2017)
Tujuan utama dari sistem ini adalah untuk menghasilkan suhu tinggi yang
mencapai 16.000ºC hingga 30.000ºC untuk menempelkan (deposisi) material dengan
temperatur leleh yang tinggi, dengan demikian akan memperluas volume dari gas dan
akibatnya menghasilkan tekanan dan kecepatan yang tinggi ketika keluar dari nozzle.
Parameter dan desain dari torch sangatlah penting dalam menentukan kecepatan dan
temperature yang dicapai oleh powder (Zavareh dkk.,2017).
17
kerosene dan gas alam cair. Skematik pemodelan dari HVOF gun dapat dilihat pada
gambar 2.7.
18
Gambar 2.8 Tipe Struktur Mikro Dari Proses HVOF dan Plasma Spraying (Zavareh dkk.,2017)
2.5 Korosi
Korosi merupakan fenomena rusaknya logam baik secara sifat-sifatnya akibat
kontak pengaruh dari lingkungan yang menimbulkan reaksi perubahan kimiawi secara
bertahap (Schweitzer.,2013). Pada dasarnya produk-produk korosi yang ada merupakan
fase kembalinya logam pada keadaan stabilnya di alam yaitu bentuk mineralnya yang
sudah melewati banyak sekali proses manufaktur dan pengerjaan logam yang ada
hingga terjadinya sebuah produk akhir. Sistem ini dikategorikan setimbang bila logam
telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil
(Schweitzer.,2013;Syuryana.,2019).
19
1. Anoda
Anoda merupakan logam (M) yang akan terkorosi sehingga pada anoda akan
terjadi reaksi oksidasi :
2. Katoda
Katoda merupakan material yang akan tereduksi sehingga akan menggunakan
elektron dari reaksi yang dihasilkan oleh anoda. Reaksi yang umumnya terjadi di
katoda adalah :
a. Evolusi H2 dari larutan asam atau netral:
2H+ + 2e- H2 (larutan asam) (3)
2H2O + 2e- H2 + 2OH- (larutan netral dan basa) (4)
Korosi Erosi
Korosi erosi disebabkan oleh kombinasi fluida korosif dan kecepatan alir yang
tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan mengalami laju korosi
20
rendah sedangkan fluida kecepatan tinggi menyebabkan terjadinya erosi dan dapat
menggerus lapisan pelindung sehingga mempercepat korosi.
Korosi erosi merupakan bentuk korosi yang timbul ketika logam terserang akibat
gerak relatif antara elektrolit dan permukaan logam. Korosi erosi terbagi menjadi 3
yaitu : (1) korosi dalam kondisi aliran laminar, (2) kerusakan akibat kondisi turbulensi
(olakan) dan (3) kavitasi sebagai akibat dari aliran elektrolit yang sangat deras dan
menyebabkan pembentukan gelembung.
2.6 Potentiodinamik
2.6.1 Polarisasi dan Pasifasi
Ketika suatu logam tidak berada dalam kesetimbangan dengan larutan yang
mengandung ion-ionnya, potensial elektrodanya berbeda dengan potensial korosi bebas
dan selisih antara keduanya disebut polarisasi. Besar polarisasi dinyatakan dengan
satuan overvoltage (η) yang menyatakan besarnya polarisasi terhadap potensial
equilibrium elektroda.
21
Passivasi logam adalah rintangan korosi akibat pembentukan produk korosi
sebagai lapisan protektif yang menghambat kelangsungan reaksi. Dengan definisi lain
bahwa pasifasi logam merupakan peristiwa kehilangan reaktifitas reaksi logam akibat
keberadaan kondisi lingkungan tertentu. Sejumlah logam dan paduan teknik menjadi
pasif dan bahkan sangat tahan korosi dalam lingkungan oksidator sedang sampai kuat.
Nilai – nilai atau besaran yang terdapat dalam kurva polarisasi gambar 2.11 logam
aktif – pasif, yaitu :
Ecorr = Potensial korosi bebas pada saat kesetimbangan.
22
Epp = Potensial awal pada saat lapisan pasif akan dan mulai terbentuk (awal
pasifasi)
Ef = Potensial pada saat lapisan pasif terbentuk sempurna (pasivasi sempurna)
Er = Potensial awal pada saat lapisan pasif pecah (breakdown of passivity)
Icrit = Rapat arus yang terjadi pada saat lapisan pasif akan dan mulai terbentuk.
Ip = Rapat arus yang terjadi saat lapisan pasif terbentuk sempurna.
Keterangan :
I = Arus yang terjadi akibat adanya reaksi
Io = Exchange Current
E = Potensial Electrode.
Eo = Equilibrium potensial
b = Beta Tafel Constant.
Perhitungan laju korosi dari Icorr dalam kurva polarisasi dihtung dengan cara
(ASTM vol 03.02.G02)
CR = K1 Icorr EW/ρ (9)
23
EW = Equivalent Weight
24
corrosion coupon menjadikan teknik ini menjadi metode dasar pengukuran dalam
banyak program corrosion monitoring.(bang ryan)
25
2.7 Perkembangan Penelitian Thermal Spray Coating
Tabel 2.4 Pemetaan perkembangan penelitian thermal spray
Parameter Proses Karakterisasi
S
Kekerasan (HV)
Laju Korosi
Metalografi
e
Tribologi
Meto Sudut
Adhesiv
SEM-EDS
Jarak Spray
XRD
No Jurnal r Substrat de Spray
b (mm)
TSC (º)
u
k
W
C
E. -
HVO
Huttunen-
F;
Saarivirta, C SS 316
HVA
Stabil Stabil - 97 √ √ √ √ √
dkk o F
2020 .
C
r
N
i
C
S. W. HVO
r
Rukhande F;
,dkk
S SS 316L
Plasm
Stabil Stabil √ √ √ √ - √ √
i
2020 a
B
F
e
Kekerasan (HV)
Laju Korosi
Metalografi
e
Tribologi
Meto Sudut
Adhesiv
SEM-EDS
Jarak Spray
XRD
No Jurnal r Substrat de Spray
b (mm)
TSC (º)
u
k
r
C
r
3
C
2
-
N
i
.
C
r
W
C
-
C
o
M. Á. C
Reyes- r 110
AISI HVO
Mojena,d 3
1020 F
Stabil 250 ; 350 - 0; √ √ √ √ √
kk C 692
2015 2
-
N
i
C
r
Kekerasan (HV)
Laju Korosi
Metalografi
e
Tribologi
Meto Sudut
Adhesiv
SEM-EDS
Jarak Spray
XRD
No Jurnal r Substrat de Spray
b (mm)
TSC (º)
u
k
3
C
2
-
k
N F
2015
i
.
C
r
Plasm
Z
a
r
atmos
O
fer
R. 2
Haynes spray
Vert,dkk -
230 Suspe
Stabil 100 ; 40 √ √ √ √ - √ √
2012 Y
nsion
2
plasm
O
a
3
spray
-
N
i
A
l
Kekerasan (HV)
Laju Korosi
Metalografi
e
Tribologi
Meto Sudut
Adhesiv
SEM-EDS
Jarak Spray
XRD
No Jurnal r Substrat de Spray
b (mm)
TSC (º)
u
k
-
A
l
2
O
3
T
i
S. 6 √
HVO
Mischler A SS 316
F
Stabil 250 - - √ - √ √
2008 l
4
V
C
o
.
C
r
-
W AISI HVO
Author
C 1030 F
90 o 300 √ √ √ √ √ √ √
-
W
C
-
C
o
PROBLEM STATEMENT :
EROSI KOROSI LAPISAN CERMET BERBASIS WC HASIL PROSES HVOF THERMAL SPRAY COATING
PADA SUBSTRAT AISI 1030 DILINGKUNGAN SEAWATER DAN WATER DAM UNTUK APLIKASI SUDU
TURBIN PLTA
KRITERIA : NO
1. Ketebalan coating : 250-300μm
2. Didapatkan laju korosi pada lapisan
cermet
YES
ANALISIS :
Korelasi parameter proses terhadap sifat mekanik, kimia dan ketebalan lapisan yang
terbentuk pada baja AISI 1030.
Korelasi karakteristik lapisan cermet terhadap sifat mekanik, kimia dan erosion corrosion.
KESIMPULAN :
Penggunakan lapisan material WC +Co+Cr dengan teknik Thermal Spray Coating metode HVOF
berpengaruh terhadap sifat mekanik, kimia, struktur mikro dan corrosion rate pada permukaan baja
AISI 1030.
Sudut
Temperatur Tekanan Jarak
Substra Spray Metode
Serbuk Coating
t TSC
(oC) (kg/cm2) (mm)
(º)
WC- 10Co.
4Cr Air Sumur /
AISI 1030 -0,25 ke 0,25 Bendungan Cirata Stratified 80-100 Artesis + 5 ; 10 ; 15
NaCl 35 gr/L
WC- 17 Co
WC- 10Co.
4Cr Air Sumur /
Bendungan
AISI 1030 -0,25 ke 0,25 Stratified 80-100 Artesis + 5 ; 10 ; 15
Jatiluhur
NaCl 35 gr/L
WC- 17 Co
B A
B A
1.854 x F
VHN= (13)
D2
Seminar
Sidang
Arthana., Widiyarta., Suardana, (2014), Analisis Ketahanan Aus Lapisan Ni-Cr Pada
Dinding Silinder Liner Dengan Menggunakan Powder Flame Spray Coating.
J. Waluyo, (2010), Pengaruh Temperatur Dan Waktu Tahan Pada Proses Karburisasi
Cair Terhadap Kekerasan Baja AISI 1025 Dengan Media Pendinginan Air.
K. Bobzin., Kopp N., Warda T., Öte M, (2012), Determination of the effective
properties of thermal spray coatings using 2D and 3D models, Vol.21,pp. 1269-1277.
L. Pawlowski, (2008), The Science and Engineering Of Thermal Spray Coating. John
Willey and Sons. Chichester.
Lawrence J. Korb., David L. Olson, (1992), ASM Handbook, Volume 13: Corrosion,
Ed. 9th.
M.Z. Akhtari., Sarhan A., Razak B., Basirun WJ, (2015), The tribological and
electrochemical behavior of HVOF-sprayed Cr 3 C 2–NiCr ceramic coating on carbon
steel, Vol.41,pp. 5387-5396.
M. Nurul, (2015), Hubungan Paparan Nikel Dengan Gangguan Kesehatan Kulit Pada
Pekerja Industri Rumah Tangga Pelapisan Logam Di Kabupaten Sidoarjo, Vol. 1-No.
1, pp. 25-36.
S. Setiawan., Setyorini, Y, (2013), Pengaruh Variasi Sudut Nozzle Dan Jarak Nozzle
Pada Arc Spray Coating Terhadap Ketahanan Abrasive Lapisan 13% Chrome Stell.
Vol.2 No 1. ISSN: 2377-3539.
W. Dianita., P. Suminar, (2014), Identifikasi Fasa Pada Sintesis Al2O3 Dengan Metode
Logam-Terlarut Asam, Vol.3, pp. 2337-3520