Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEKNOLOGI BAHAN KONTRUKSI


“BETON KHUSUS”

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1 (A1)
Nasya Athaya NIM. 230110010
Rahmadani Hasibuan NIM. 230110014
Riski Saputra NIM. 230110019
Muhammad Qadafi NIM. 230110024
Nadia Ulfa NIM. 230110028
Nadya Ulfa NIM. 230110025
Nur Hidayat NIM. 230110032
DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Yulius Rief Alkhaly,S.T.,M.Eng

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Beton Khusus”.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan men dapatkan
bantuan dari dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada sumua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerina segala saran dan kripik dari pembaca agar kami
dapat memparbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul”beton khusus” bias
memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Lhoksemawe, September
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 5
2.1 Durabilitas Beton Dan Pengujiannya ......................................................... 5
2.1.1 Keperluan Memiliki Ketahanan (Durability)..................................... 5
2.1.2 Permeabilitas Beton .............................................................................. 7
2.1.3 Serangan Karbonasi ............................................................................. 8
2.1.4 Serangan Sulfat ..................................................................................... 9
2.2 Klasifikasi Beton Khusus dan Aplikasinya .............................................. 11
2.2.1 Beton Ringan ....................................................................................... 12
2.2.2 Beton Mutu Tinggi .............................................................................. 13
2.3 Faktor yang Harus Diperhatikan ............................................................. 14
2.3.1 Faktor Air Semen ................................................................................ 14
2.3.2 Kualitas Agregat Halus (Pasir) .......................................................... 15
2.3.3 Kualitas Agregat Kasar ...................................................................... 15
2.3.4 Bahan tambah ..................................................................................... 15
2.3.5 Kontrol Kualitas .................................................................................. 16
2.3.6 Kendala ................................................................................................ 16
2.4 Reactive powder concrete .......................................................................... 16
2.4.1 Ferrocement ......................................................................................... 16
2.4.2 Shotcrete............................................................................................... 17
2.4.3 Polymer Concrete ................................................................................ 17
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 20
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau
agregat agregat lain yang dicampur jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari
semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang satu atau lebih bahan
aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan kataristik tertentu, seperti
kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan (Mc.Cormac,
2004).

Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar dan halus,
serta bahan tambah (jika diperlukan), di mana setiap bahan penyusun mempunyai
fungsi dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton adalah kuat
tekan, bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga baik.
Faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi kualitas beton adalah kualitas bahan
penyusun, faktor air-semen, gradasi agregat, cara pengerjaan (pencampuran,
pengangkutan, pemadatan dan perawatan) serta umur beton.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan serangan karbonasi
2. Apa saja klasifikasi beton khusus
3. Apa saja factor yang harus diperhatikan dalam pembuatan semen
4. Apa itu RPC (Reactive Powder Concrete)

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui apa maksud dari serangan karbonasi
2. Dapat menjelaskan klasifikasi beton khusu beserta aplikasinya
3. Dapat memperhatikan factor-faktor dalam pembuatan semen
4. Dapat menjelaskan maksud dari RPC (Reactive Powder Concrete)
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Durabilitas Beton Dan Pengujiannya
2.1.1 Keperluan Memiliki Ketahanan (Durability)
Struktur beton harus mampu menghadapi kondisi dimana direncanakan, tanpa
mengalami kerusakan (deteriorate)selama jangka waktu yang di rencanakan. beton
yang demikian disebut mempunyai ketahanan yang tinggi (durable). Kurangnya
ketahanan dapat disebabkan oleh pengaruh luar separti pengaruh fisik, kimia maupun
mekanis, misalnya pelapukan oleh cuaca, perubahan temperature yang drastis, abrasi,
aksi elektrolisis, serangan oleh cairan atau gas alami ataupun industri. Besarnya
kerusakan yang timbul sangat tergantung kualiatas beton, meskipun pada kondisi yang
ekstrem, beton yang terlindung dengan baik pun mengalami kehancuran.
Komponen semen akan membentuk gel kalsium silikat dan kalsium hidroksida
yang biasanya menentukan sifat kebasan beton. Kalsium hidroksida merukan unsur
yang tidak terlalu stabil dalam beton dan biasanya akan bereaksi dengan komponen
lain. Secara umum ketahanan beton akan bertambah bila permeabilitasnya berkurang.
Penting untuk untuk mempertimbangkan lingkungan dimana beton itu akan berada
dengan memilih proporsi campuran yang dapat memastikan pemadatan sempurna pada
faktor air semen yang sesuai.
Penyebab dari dalam adalah reaksi alkali-agregat, perubahan volume akibat
perbedan beasar sifat termal dari akregat terhadap pasta, dan yang lebih penting adalah
permeabilitas. Yang terakhir ini sangat menentukan kemudahan beton mendapat
serangan dari luar.
Hancurnya beton jarang di sabab kan oleh penyeban tunggal. Beton ummum
nya dapat bertahan meskipun menghadapi serangan. Namun demikian bila ada
tambahan factor buruk yang lain lagi maka kerusakan akan dapat terjadi. Oleh sebab
ini kadang-kadang sukar untuk menentukan penyebab utama. Tetapi mutu beton,
secara ummum, merupakan factor penting.
Umur efektif beton dapat menjadi lebih singkat dari semestinya apabila dipengaruhi
oleh:
1. Cuaca(weathering),
2. Air yang agresif,
3. Pengikisan pada bangunan keairan,
4. Korosi kimiawi
5. Kehancuran mekanis.

a. Ketahanan kimia

Pasta semen dapat mengalami serangan kimia yang di sebabkan oleh proses
pelarutan atau proses perubabahan kimia, atau keduanya. Intensitas serangan
tergantung sifat-sifat spesifik bahan penyerang, konsentrasi, adanya ion-ion pada
larutan, dll. Hanya sedikit beton yang dalam praktik yang di serang secara kimiawi. Ini
menguntung kan sebab ketahanan beton terhadap serangan kimia adalah rendah
dibandingkan ketahanannya atas serangn lain.

b. Pelabukan oleh cuaca


Pelapukan oleh cuaca (weathering) ada 3 macam:
1. Membeku dan mencair(freeze-thaw),
2. Temperature
3. Basah dan kering bergantian.

Di negara-negara dengan 4 musim terjadi khasus membeku dan mencair.


Masalahnya, bila air membeku maka volume akan bertambah sebanya 9 % (berat jenis
es lebih kecil) sehingga bila air di dalam beton membeku maka akan menyebabkan
terjadinya tegangan tambahan dalam beton. Bila beton jenuh air maka dalam 5 kali
siklus beku-cair saja maka beton tersebut dapat hancur.
c. Air lunak

Semen pertal tidak dapat diserang oleh air, kecuali bila pada air tersebut
terdapat ion-ion lain. Air akan mancairkan larutan dan menyebabkan hasil hidrasi
terhidro lisis dan kapur akan larut kedalam larutan untuk mempertahankan
keseimbangan. Ini berjalan terus sampai air jenuh dengan kalsium hidroksida. Ini hanya
terjadi pada air lunak. Karena pada air keras (air sadah) telah terkadung kapur sehingga
pengendapan kalsium hidroksida tidak terjadi.air lunak adalah air yang berasal dari
kondensasi, lelehan salju atau es dan sejenis nya

2.1.2 Permeabilitas Beton


Sifat beton yang paling penting agar memiliki ketahanan terhadap serangan
material luar adalah permeabilitas beton.sifat permeabilitas ini ada 2 macam yaitu
permeabilitas terhadap udara dan permeabilitas derhadap zat cair.kedua sifat ini
berhubungan.

Faktor utama yang menentukan permeabilitas beton adalah faktor air-semen


dari campuran beton. Dengan faktor air-semen yang tinggi dalam pembuatan beton
berarti ada kelebihan air dalam campuran beton.air ini berguna menambah kelecakan
beton sehingga mudah dicetak. Sedangkan air yang di perlukan untuk hidrasi adalah
sangat sedikit sehingga sisanya akan menguap.pada saat air ini menguap dan keluar
dari beton maka akan timbul pori-pori yang saling berhubungan hingga mencapai
permukaan beton pori-pori inilah yang akan menjadi jalan atau kanal bagi gas atau pun
zat cair dari luar untuk masuk ke dalam beton.semakin tinggi factor air-semen maka
akan semakin banyak pula pori-pori yanag saling berhubungan sehingga beton
mempunyai permeabilitas yang tinggi. Karena itu agar beton dapat bertahan dengan
waktu yang lama maka permeabilitas beton perlu di turunkan, yaitu dengan
menurunkan factor air-semen.
Factor lain yang juga berpengaruh adalah kondisi lingkungan beton tersebut,seperti
temperataur dan kelembaban udara.pada reaksi kimia,factor temperatur juga
menetukan kecepatan reaksi sehingga pada daerah dengan teperatur yang tinggi reaksi
perusakan yang terjadi juga semakin cepat.bagian dalam beton akan selalu menyerap
kelembaban dari udara sekitar sehingga factor kelembaban udara berpangaruh pada
kecepatan masuknya gas atau zat cair kedalam beton.pada kelembaban tinggi, gas akan
sulit masuk kedalam beton karena terhalang kondensasi air didalam beton.bila
sebaliknya, zat cair akan semakin cepat masuk.

2.1.3 Serangan Karbonasi


Hasil hidrasi dari ko untuk membentuk struktur yang lebih stabil.misalnya,
reaksi dengan material pozzolan, yang akan mengahasilkan gel kalsium silikat yang
meningkatkan kekuatan beton.pada beton biasa kalsuim hidroksida ini akan ada di
dalam beton. Ketika beton berada didalam lingkungan yang mengandung gas karbon
di oksida, gas ini akan masuk kedalam beton melalui pori-pori dan akan bereaksi
dengan kalsium hidroksida sehingga membentuk kalsium karbonat dan melepaskan air.

Reaksi Karboksi

Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + 2H2O

Kalsium Karbonat

Dengan terjadinya reaksi karbonansi atau neutralization,pH didalam beton yang


sebelum nya berkisar 12,5 akan turun menjadi lebih kecil dari 9.beton menjadi seperti
dinetralkan.reaksi karbonasi padabeton sendiri tidak berbahaya karena hasil reaksinya
tidak menyebabkan perubahan bentuk,bahkanbeton cenderung sedikit lebih kuat.
Reaksi karbonasi ini akan menjadi masalah pada tulangan beton karena derajat
perlindungan korosi pada tulanan menjadi berkurang. dengan pH yang tinggi, biasanya
permukaan tulangan akan di selaputi oleh suatu lapisan pasif (passive layer) yang akan
mencegah terjadinya korosi pada tulangan. Dengan turunnya pH beton maka lapisan
ini akan hilang dan korosi dapat mulai terjadi. Produk korosi ini akan menyebabkan
retak pada beton dan kemapuan struktur jadi menurun.
Untuk mengurangi kerusakan karena reaksi kerbonasi ini maka di anjurkan
untuk memakai semen dengan kapur yang tinggi, misalnya high early strength atau
semen Portland biasa dengan factor air-semen rendah.

2.1.4 Serangan Sulfat


Hampir semua sulfat merusakkan pasta semen. Sulfat yang terkandung dalam
tanah alkali dan air bereaksi dengan kapur yang sudah terhidrasi (kalsium hidroksida)
dan kalsium aluminat hidrat di dalam pasta semen, menjadi kalsium sulfat dan kalsium
sulfoaluminat yang mengembang. Hal ini menyebabkan terjadinya muai dan retak.
Kalsium sulfat, yang secara relatif tidak mudah larut dan paling tidak agresif,
adalah yang paling banyak ditemui. Sodium, potasium dan magnesium sulfat lebih
agresif tetapi jarang ditemui. Sulfat lainnya, seperti amonium sulfat, umumnya ditemui
hanya di dalam industri atau petanian. Sulfat jenis ini berbahaya.
Cara mencegah serangan sulfat adalah dengan memakai semen tahan sulfat atau
moderat atau low heat yang mengandung C3A sedikit, atau semen campuran yang
mengandung lebih banyak slag atau abu terbang, dengan factor air-semen di bawah
0,55.

Aluminat yang terhidrasi, yang hadir di dalam semen Portland yang sudah mengeras.
Pertumbuhannya menghasilkan mineral kristalin yang baru (ettringite) yang
menyebabkan pasta semen. Jika jumlahnya besar maka dapat terjadi penetrasi ke dalam
beton. Pengembangan dapat terjadi di dalam tubuh beton dan mungkin akan
menghancurkannya.
Reaksi 1
Ca(OH)2+Na2SO4 CaSO2+ 2 NaOH

Bersedimen sebagai CaSO4.2H2O mengembang

Reaksi 2:

3CaSO2 + C3A.Nh2O C3A.3CaSO4. nH2O(ettringite) mengembang

Gypsum bereaksi dengan kalsium aluminat hidrat dan menghasilkan ettringite (kalsium
sulfoaluminat). Alkali sulfat (Na2SO4 dan K2SO4) bereaksi dengan kalsium hidroksida,
membentuk gypsum. Kalsium hidroksida menjadi gypsum dengan menaikkan volume
padatan menjadi 2,2 kali. Sulfat bereaksi dengan C3A. Hasil itu dicegCah dengan
membuat semen dengan kandungan C3A rendah.

Magnesium sulfat bereaksi dengan kalsium hidroksida menghasilkan gypsum


dan magnesium hidroksida. Magnesium hidroksida ini mempunyai kelarutan yang
rendah, dan akan jenuh pada pH=10,5. Ini sangat rendah daripada kondisi ph yang
diperlukan untuk kestabilan kalsium silikat hidrat, sehingga untuk mempertahankan
kesetimbangan ph dilepaskan kapur, menyebabkan dikomposisi kalsium silikat.
Magnesium silikat hidrat menurunkan kekuatan pasta semen karena tidak memiliki
sifat mengikat.

Bila mendapat serangan sebanyak o,1% yang berkonsentrasi, maka beton akan
hancur. Jalan keluarnya adalah memakai semen jenis v (tahan sulfat), memakai
pozzolan (yang akan mengikat kalsium hidroksida). Cara yang umum dengan membuat
beton yang padat, yaitu dengan factor air semen yang kecil. Jalan keluar yang lain
adalah dengan memakai perawatan uap air dengan tekanan tinggi.
Reaksi Karbonasi

Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + 2 H2O

Kalsium karbonat

Dengan terjadinyan reaksi karbonasi atau neutralization, Ph di dalam beton yang


sebelumnya berkisar 12,5 akan turun menjadi lebih kecil dari 9. Beton menjadi seperti
dinetralkan. Reaksi karbonasi pada beton sendiritidak berbahaya karena hasil reaksinya
tidak menyebabkan perubahan bentuk, bahkan Benton cenderung lebih kuat. Reaksi
karbonasi ini akan jadi masalah pada tulangan beton karena derajat perlindungan korosi
pada tulangan menjadi berkurang.dengan pH yang tinggi,biasanya permukaan tulangan
akan di selaputi oleh suasu lapisan pasif (passive layer)yang akan terjadinya korosi
pada tulangan. Dengan turunnya pH beton maka lapisan ini akan hilang dan korosi
dapat mulai terjadi. Produk korosi ini akan menyebabkan retak pada beton dan
kemampuan struktur menjadi menurun.

Untuk mengurangi kerusakan karena reaksi karbonasi ini maka di anjurkan untuk
memakai semen dengan kandungan kapur yang tinggi, misalnya semen high early
strength atau semen Portland biasa dengan factor air-semen rendah.

2.2 Klasifikasi Beton Khusus dan Aplikasinya


Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar dengan pasta
semen (kadang-kadang juga ditambahkan admixture), campuran tersebut apabila
dituangkan ke dalam cetakan kemudian didiamnkan akan menjadi keras seperti batuan.
Bahan penyusun beton meliputi air semen Portland, agregat kasar dan halus,
serta bahan tambah (jika diperlukan), dimana setiap bahan penyusun mempunyai
fungsi dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton kuat tekan, bila
kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada umunya baik. Factor-faktor penting
yang dapat mempengaruhi kualitas beton adalah kualitas bahan penyusun, factor air
semen, gradasi agregat dalam cara pengerjaan (pencampurannya, pengangkutan,
pemadatan dan perawatan) serta umur beton.

2.2.1 Beton Ringan


Beton ringan adalah telah dikembangkan dan digunakan secara luas dengan
mengurangi beban mati pada struktur beton. Beton ringan diharapkan dapat
mengurangi berat sendiri stuktur, jika digunakan beton normal yang merupakan bahan
yang cukup berat maka berta sendiri stuktur mencapai 2400 kg/m3. Menurut SNI 2847:
2013, beton dapat digolongkan sebagai beton ringan jika beratnya kurang dari 1840
kg/m3. Pada dasarnya beton ringan dapat diperoleh dengan cara-cara berikut:
❖ Membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen, sehingga
akan terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya.
❖ Menggunakan agregat dengan berat jenis yang ringan, misalnya tanah liat
bakar, batu apung dan butiran polystyrene.
❖ Pembuatan beton dengan menghilangkan fraksi agregat halus, beton jenis
ini dikenal sebagai beton tanpa pasir ( no-fines concrete) yang hanya dibuat
dari semen,agregat kasar (dengan ukuran butir maksimum 20 mm atau 10
mm) dan air. Beton jenis ini akan memiliki ukuran pori yang relatif sama,
sedangkan agregat yang sering dipakai adalah kerikil alami (batu apung),
terak tanur tinggi dan tanah liat bakar.

Menurut kegunaannya beton ringan dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu:

1) Beton ringan sturuktural dengan kuat tekan karakteristik minimal 17


MPa dengan berat isi antara 1350 sampai dengan 1900 kg/m3.
2) Beton ringan kekuatan sedang dan juga tingkat insulasi panas sedang,
pada umumnya memiliki kuat tekan 7 MPa sampai 17 MPa.
3) Beton ringan sebagai insulator thermal yang pada umumnya memiliki
berat isi antara 300 sampai dengan 800 kg/m3 (Neville, 1996).
Penelitian untuk mengetahui teknik pengadukan yang paling baik untuk memproduksi
beton ringan dengan agregat kasar batu apung telah dilakukan oleh kabay dan akoz
(2011). Penelitian dari turki tersebut memperbandingkan 3 (tiga) metode pengadukan:
) pre-soaked;dilakukan penambahan air berdasarkan nilai serapan air batu apung dalam
1 jam perendaman, 2)pre-wetted;dimana batu apung di rendam selama 24 jam sebelum
dilakukan pengadukan, 3) vacuum-soaked, dimana batu apung di letakkan dalam ruang
untuk kemudian dilakukan vacuum kemudian diisikan air ke dalam ruang vacuum
selama 10 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik vacuum-soeaked
menghasilkan kuat tekan beton ringan yang paling baik, namun cara ini memiliki
tingkat kesulitan dan kebutuhan alat yang rumit. Cara pre-wetted meng hasilkan kuat
tekanan yang lebih rendah sekitar 2,50% dibandingkan metode vacuum-soaked, namun
jauh lebih muda untuk dilaksanakan. Sedangkan metode pre-soaked menghasilkan kuat
tekanan yang lebih rendah antara 10 sampai 25% dibandikan metode vacuum-soaked.

2.2.2 Beton Mutu Tinggi


Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata
kriteria beton tinggi juga berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan
tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an, beton dikategorikan
mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekanan nya 30 MPa. Tahun 1960-1970an,
kriterianya naik menjadi 40 MPa. Saat ini beton dikatakan mutu tinggi jika kekuatan
tekanannya diatas 50 MPa dan di atas 80 MPa adalah beton mutu sangat tinggi
(supartono 1998).

Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekanan beton, diantaranya


adalah kualitas bahan-bahan penyusunannya, rasio air-semen yang redah dan
kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan memperhatikan
parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit di bentuk atau dikerjakan
terutama pada pengerjaan pemadatan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang
menghasilkan bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek
mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak
menjadi masalah.

Agregat kasar yang biasanya: 1 Namun demikian, masih ada konstituen lain yang
secara tidak langsung pembuatan beton, yaitu interface dengan matrix semen Pasi,
Interface merupakan lihan sebesar 30 jm sekeliling agregat kasar. aa SEM (Scanning
Electron Microscope) menunjukkan bahwa terjadi pembentukan banyak kristal
kalsium hidroksida yang lema pada interface pada saat proses pengerasan beton.
Penelitian Bentur et. al menunjukan secara meyakinkan bahwa interface tersebut
adalah penyebab rendahnya kekuatan akhir beton. Kondisi yang meragukan ini akan
hilang jika ditambahkan bahan aditif CSF (condensed silica fume). CSF merupakan
bahan silika dalam bentuk butiran-butiran bola yang sangat halus, sehalus asap rokok
yang memiliki permukaan spesifik 20 m'/gram. Bahan tersebut biasanya merupakan
hasil sampingan industri silika terutama yang menggunakan pembakaran batu arang
(M.S. Besari, 2003).

2.3 Faktor yang Harus Diperhatikan


Pada umumnya jika berhubungan dengan tuntutan mutu dan keawetan yang
tinggi diinginkan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan
dalam menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi, meliputi faktor air semen
(FAS), kualitas agregat halus, kualitas agregat kasar, dan penggunaan bahan tambah
baik admixture (kimia) maupun aditif (mineral).

2.3.1 Faktor Air Semen


Secara umum, semakin besar nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton.
Dengan demikian, untuk menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi FAS dalam
beton haruslah rendah. Sayangnya hal ini menyebabkan kesulitan dalam
pengerjaannya. Umumnya nilai FAS minimum untuk beton normal sekitar 0.4 dan nilai
maksimumnya 0.65. Tujuan pengurangan FAS ini adalah untuk mengurangi hingga
seminimal mungkin porositas beton yang dibuat sehingga akan dihasilkan beton mutu
tinggi. Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, FAS dapat diartikan sebagai water to
conebtious yang umumnya ditambatkan pada campuran beton beton mutu tinggi.

2.3.2 Kualitas Agregat Halus (Pasir)


Bentuk agregat halus akan dimat. Agregat berbentuk bulat mena ru3 kua tas
mutu beton yang Gradasi yang baik dan teratur (continous) dan agregat halus besar
kemungkinan akan menghasilkan beton yang mempunyai keiuatan tinggi dibandingkan
dengan agregat yang bergradasi gap atau seragam. Gradas, Yang baik adalah gradasi
yang memenuhi syarat zona tertentu dan agregat kbih besar dar 4594 dan tertahan pada
ayakan berikutnya.

2.3.3 Kualitas Agregat Kasar


Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat dapat
bersifat kurang kuat karena dua hal. Pertama, karena terdiri dari bahan yang lemah atau
terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam dalam hal pengikatan
(interlocking). Kedua, porositas yang besar akan memengaruhi keuletan atau ketahanan
terhadap beban kejut

2.3.4 Bahan tambah


Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu bahan tambah yg bersifat kimiawi dan bahan tambah yang bersifat
mineral. Bahan tambah kimia yang banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja
beton mutu tinggi yang bersifat memperbaiki kelecakan. Penggunaa bahan tambah
mineral umumnya digunakan dan popular adalah abu terbang yang merupakan hasil
residu pembangkitr listrik tenaga uap yanag mengandung pozolan yang sangat baik jika
digunakan umtuk membentuk beton mutu tinggi
2.3.5 Kontrol Kualitas
Beton yang bermutu tinggi memiliki control terhadap kualitas proses produksi
beton pada saat pengambilan sampel, pengujian maupun proses penakaran sampai
perawatan mutlak menjadi perhatian penting.

2.3.6 Kendala
Untuk membentuk beton bermutu tinggi ada beberapa permasalahan yg terjadi
yang umumnya dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek yaitu:

a. Keagagalan mutu beton mencapai target kuat tekan sebagaimana yang


disyaratkan.
b. Keseragaman dan ketidakteraturan mutu dan kelecakan beton yang di hasilkan
untuk suatu elemen yang dihasilkan masih sangat kecil.
c. Kehilangan nilai slump antara saat pengadukan sampai penuangan beton

2.4 Reactive powder concrete


Reactive powder concrete (RPC) merupakan Ultra High Performance Concrete
(UHSC) yang mempunyai karakteristik sebagai material sangat padat dengan kuat
tekanannya mencapai 800 MPa.kekuatan yang sangat tinggi tersebut dapat tercapai
karena factor air semen (fas) yang digunakan pada campuran RPC bernilai ekstrem
rendah (0,15 -0,26), dan dilakukan optimalisasi-micro matriks beton yang ultra padat.
Kuat tekan beton yang sangat tinggi berkorelasi dengan sifat getas beton, tetapi
hal ini dapat diminimalkan dengan penambahan serat baja sehingga di peroleh struktur
RPC yang bersifat daktail dengan dimensi struktur yang ramping, bobot struktur yang
ringan, dan dapat memikul beban sekuat baja.

2.4.1 Ferrocement
Ferrocement merupakan bahan gabungan yang diperoleh dari campuran beton
dengan tulangan kawat ayam/kawat yang dianyam. Kawan beton jenis ini mempunayai
kekuatan tarik yang sangat tinggi daktail, serta lebih waterproofing. Ketebalannya
biasanya antara 10-60 mm dengan volume tulangan 6% -8% satu lampisan / dua lapis.
Karena kerapatannya yang tinggi dari tulangan maka volume agregat halus seikitar 60-
75% volume mortarnya .
Keunggulan ferrocement diantaranya;
1. Struktur tipis dan ringan dimana reduksi berat sendir sampai dengan 30% dan
lebar sekitar 15%.
2. Memungkinkan untum dipabrikasi.
3. Memudahkan pengerjaan.
4. Menghemat bahan cetakan.

2.4.2 Shotcrete
Shotcrete banyak digunakan diberbagai proyek teknik dan konstruksi sipil, dari
perbaikan atau konstruksi bangunan, untuk menunda atau menahan dinding penahan.
Shocrete berdasarkan prosesnya ada dua, yaitu Shotcrete basah atau Shotcrete kering.
Shotcrete basah adalah sebuah proses yang bahan beton kering dicampur dengan air
sebelum dipompa ke dalam selang pengiriman atau pipa atau penempatan pneumatic,
sementara itu shotcrete kering adalah proses dimana komposisi kering atau sedikit
lembab dari beton diperkenalkan didalam mesin semprot dan disampaikan secara
pneumatic melalui selang pistol penyemprotan dimana air pencampuran ditambahkan.
Perbedaan utama antara proes ini ialah ketika perbedaan peletakkan air disuntikkan.

2.4.3 Polymer Concrete


Polymer Concrete adalah bahan komposit yang berfungsi dari polymerisasi
campuran monomer atau agregat. Monomer polymer yang bertindak sebagai pengikat
agregat dan komposit yang dihasilkan disebut beton. Penggunaan awal polymer
concrete digunakan untuk membangun kelongsis dan sebagainya. Kemudian karena
curing cepat ikatan yang sangat baik untuk beton semen dan penguatan baja, kekuatan
tinggi, dan daya tahan, itu digunakan secara luas sebagai bahan perbaikan. Polymer
concrete pracetak telah digunakan untuk menghasilkan berbagai produk seperti tangki
asam, mambol, saluran air, hambatan mendali handway dan sebagainya.
Sifat polymer concrete sangat berbeda tergantung pada kondisi persiapan.
Untuk jenis polymer concrete tertentu, sifatnya tergantung pada kandungan pengikat,
distribusi ukuran agregat, alam dan isi mikrofiller, kondisi penyembuhan, dan
sebagainya. Resin yang paling umum digunakan untuk polymer concrete adalah resin
poliester tak jenuh, methiry, epoksi resin, resin furan, resin poliuretan, dan resin
formaldehida urea. Umumnya, lebih dari 75-80% volume polymer concrete ditempati
oleh agregat dan pengisi lainnya.
Beton polimer disiapkan dengan mencampur resin polimer dengan campuran
agregat. MicroFillers juga dipekerjakan untuk mengisi void yang terdapat dalam
campuran agregat. Resin polimer yang biasa digunakan pada beton polimer adalah
methacrylate, resin poliester, resin epoksi, resin vinilester, dan resin Furan. Resin
poliester tak jenuh adalah sistem resin yang paling umum digunakan untuk beton
polimer karena ketersediaan biaya rendah dan mudah, dan sifat mekanik yang bagus.
Resin Furan juga digunakan untuk sebagian besar negara di Eropa. MMA telah
mendapat aplikasi terbatas karena kelesuannya yang lebih tinggi dan bau yang tidak
menyenangkan; Namun, telah mendapat perhatian karena kerjanya yang baik dan
kursabilitas suhu rendah. Pilihan jenis resin tertentu tergantung pada faktor seperti
biaya, properti yang diinginkan, dan ketahanan bahan kimia / cuaca yang dibutuhkan.
Resin epoksi lebih disukai dari poliester karena sifat mekanik mereka yang lebih baik
serta daya tahan lebih baik bila dikenai faktor lingkungan yang keras, namun biaya
yang lebih tinggi adalah penghalang dalam penerimaan yang meluas. Studi komparatif
mengenai sifat-sifat beton epoxy dan polymer menyatakan bahwa beton epoxy
tradisional memiliki sifat yang lebih baik daripada beton poliester, namun sifat beton
poliester dapat ditingkatkan sampai tingkat yang sama dengan penambahan microfiller
dan agen kopling silan.
BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa beton adalan suatu elemen dalam
konstruksi yang merupakan struktur sederhana yang dibentuk oleh campuran semen,
air, agregat halus, agregat kasar yang berupa batu pecah atau kerikil, udara serta bahan
campuran lainnya. Bahan konstruksi beton pada umumnya mempunyai kekuatan untuk
menahan tekanan yang tinggi. Tidak heran, mengapa bahan konstruksi satu ini kerap
menjadi bahan baku pembuata suatu bangunan, seperti jembatan, gedung, sampai
bantalan rel kereta api.

Anda mungkin juga menyukai