Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung
kerta wara nugraha-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah mengenai Sifat
Agregat Dalam Campuran Beton.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan penulis hanya
dapat mengucapkan terimakasih atasas pengarahannya. Penulis berharap semoga segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
penulis butuhkan untuk menjadi lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini mampu
memberikan manfaat bagi penulis dan teman teman lainnya. Terimakasi
Denpasar, 10 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................................

1.5 Sumber Data ................................................................................................................

1.6 Ruang Lingkup Pembatasan ........................................................................................ 2


BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Agregat ........................................................................................................ 3
2.2 Sifat-Sifat Agregat...,.......,..... ........................................................................................ 3
1. Serapan Air dan Kadar Air Agregat............................................................................. 3
2. Berat Jenis dan Daya Serap Agregat ........................................................................... 6
3. Gradasi Agregat .......................................................................................................... 6
4. Modulus Halus Butir .................................................................................................. 10
5. Kekekalan................................................................................................................... 11
6. Perubahan Volume...................................................................................................... 11
7. Karakteristik Panas....................................................................................................... 11
8. Pemeriksaan Mutu Agregat ......................................................................................... 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 13
3.2 Saran .............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada umumnya beton dikenal sebagai material yang tersusun dari komposisi
utama batuan (agregat). agregat merupakan suatu material granular(pasir, kerikil, batu
pecah dan kerak tungku besi), yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu bahan
berupa pasir dan media pengikat yaitu semen untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau adukan yang berfungsi sebagai material pengisi suatu adukan dan biasanya
menempati sekitar 75 % dari isi total beton sehingga agregat mempunyai pengaru yang
besar terhadap sifat dan daya tahan beton itu sendiri. Seperti ketahanan beton terhadap
pengaruh pembekuan-pencairan, keadaan basahkering, pemanasanpendinginan dan
abarasikerusakan akibat reaksi kimia.
Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup besar dari volume beton
dan sangat mempengaruhi sifat beton maka perlu diperhatikan sifat sifat penyusun
beton tersebut yang paling penting adalah sifat dari agregat itu sendiri. Sifat-sifat agregat
sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat-sifat ini harus kita ketahui dan pelajari agar
dapat mengambil tindakan yang positif dalam megatasi masalah yang timbul. Agregat yang
digunakan diindonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton
dan dalam hal-hal yang tidak termuat dalam SII 0052-80 makaagregat tersebut harus memenuhi
syarat dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C-33-82, Standard Specification For Concrete
Aggregates (ulasan PB, 1989:14).

1.2. Rumusan Masalah


Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang
dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah
1. Sifat Apa saja yang di miliki oleh agregat ?
1.3. Tujuan Penulisan
Secara terperinci tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui:
1. Sifat - sifat yang di miliki oleh agregat.

1.4. Manfaat Penulisan

Penulis berharap, setelah membaca makalah ini maka wawasan pembaca tentang
sifat-sifat agregat dalam campuran beton bertambah, serta mengetahui seberapa penting
nya sifat agregat dalam campuran beton.
1.5. Ruang Lingkup Pembatasan
Dalam makalah ini kami membatasi topik yang akan dibahas. Penulis hanya akan
membahas sifat sifat agregat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan campuran
beton.
1.6. Sumber Data
Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis mengambil dari banyak sumber
baik dari internet, makalah kakak kelas, buku yang membahas topik ini ataupun dari hasil
diskusi kelompok kami.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agregat
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik
atau adukan, menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butirbutir batu pecah,
kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk
mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil (fragmenfragmen) yang berfungsi sebagai
bahan campuran atau pengisi dari suatu beton.
2.2 Sifat-Sifat Agregat

1. Serapan Air dan Kadar Air Agregat


Pada saat terbentuknya agregat kemungkinan terjadinya udara yang terjebak dalam
lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral pembentuk akibat perubahan cuaca,
mak terbentuklah lubang, atau rongga kecil didalam butiran agregat (pori). Pori dalam
agregat mempunyai variasi yang cukup besardan menyebar diseluruh tubuh butiran. Pori
mungkin menjadi reservoir air bebas didalam agregat. Presentasi berat air yang mampu
diserap agregat didalam air disebut sebagai serapan air, sedangkan benyaknya air yang
terkandung dalam agregat disebut kadar air .

Serapan Air
3

Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat pada
kondisi jenuh permukaan kering (JPK), atau saturated surface dry (SSD), kondisi ini
merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton,
sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada
kondisi kering tungku.
Resapan efektif dinyatakan dengan banyaknya jumlah yang diperlukan agregat
dalam kodisi kering udara (Wku) menjadi SSD (WSSD), rumusnya adalah:

Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan diserap
(Wsr) oleh agregat (Wag)dalam adukan beton, yaitu dengan rumus :

Sehingga kelebihan air dalam campuran beton yang merupakan kontribusi dari
agregat dapat dihitung dengan rumus :

Air kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (W tam) terhadap
campuran adukan beton, yaitu :

Kelebihan (Wag)dan berat pada kondisi SSD (WSSD) dapat digunakan untuk
menghitung banyaknya kandungan air (K air) dalam agregat yang dinyatakan
dalam rumus:
4

Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat. Kadar air
agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering
tetapi megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat menyerap air.
3. Jenuh kering permukaan (JPK), yaitu keadaan dimana tidak air di permukaan
agregat , tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi ini air dalam agregat
tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran beton.
4. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung
air, sehngga akan menyebabkan penambahan pada kadar air campuran beton.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai, yaitu
kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam presentase
dan dapat dihitung sebagai berikut :

Jika agregat basah ditimbang beratnya (W1 ), kemudian dikeringkan dalam


tungku dengan suhu 100050 sampai beratnya konstan (biasanya selama 16-24
jam), kemudian ditimbang beratnya (W2), maka kadar airnya (KA) dapat
diketahui.

2. Berat Jenis dan Daya Serap Agregat


Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis
dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga secara langsung
menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat
5

jenias dan daya serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin kecil
daya serap agregat tersebut.
3. Gradasi Agregat
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa gradasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapat campuran beton yang baik kadang-kadang kita
harus mencampur beberapa jenis agregat. Untuk tu pengetahuan mengenai gradasi ini pun
menjadi penting. Dalam pengerjaan beton yang paling banyak dipakai adalah agregat normal
dengan gradasi yang harus memenuhi syarat standar, namun untuk keperluan yang khusus
sering dipakai agregat ringan maupun agregat berat.

Gradasi Agregat Normal


SK. SNI T-15-1990-03 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus yang diadopsi
dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokan dalam empat daerah
seperti dalam tabel berikut ini :

Keterangan :
- daerah gradasi I = Pasir Kasar
- daerah gradasi II = Pasir Agak Kasar
- daerah gradasi III = Pasir Halus
- daerah gradasi IV = Pasir Agak Halus
ASTM C.33-86 dalam Standard Specification For Concrete Aggregates
memberikan syarat gradasi agregat halus seperti yang tercantum dalam tabel dibawah
ini, dimana agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos pada satu set
ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayaka berikutnya.

Menurut British Standard (B.S), gradasi agregat kadar (kerikil/batu pecah) yang baik
sebaiknya masuk dalam batas yang tercantum dalam tabel berikut :

Gradasi Agregat Campuran


Gradasi yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung dari suatu tempat
(quarry). Dalam praktek biasanya dlakukan pencampuran agar didapatkan gradasi
yang baik antara agregat kasar dengan agregat halus. SK SNI T-15-199003:21memberikan batas gradasi yang diadopsi dari B.S, seperti yang tercamtum
dalam tabel-tabel dibawah ini :
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 40 mm

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 30 mm

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 20 mm

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 10 mm

4. Modulus Halus Butir


Modulus halus butir (fines modulus) atau biasa disingkat dengan MHB ialah suatu
indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat (Abrams,
1918). MHB di definisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat yang tertinggal
di atas satu set ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3 dan 0.15 mm), kemudian nilai
tersebut dibagi dengan seratus (Ilsley, 1942:232).
Makin besar nilai MHB suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat halus mempunyai nilai MHB 5-8. Nilai ini juga dapat dipakai sebagai
dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat campuran nilai
MHB yang biasa dipakai sekitar 5.0-6.0. Hubungan ketiga nilai MHB tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Dengan :
W = Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar (kerikil/
batupecah)
K = Modulus halus butir agregat kasar
P = Modulus halus butir agregat halus
C = Modulus halus butir agregat campuran
Untuk mempermudah perhitungan MHB agregat, pekerjaan sebaiknya dilakukan
dengan tabulasi.

10

5. Kekekalan
Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk memeriksa
reaksinya pada agregat (PB 89,1990). Agregat harus memenuhi syarat seperti yang tercantum
dalam SII.0052-80 Mutu dan Cara Uji agregat beton untuk beton normal atau yang
memenuhi syarat ASTM C.33-86, Standard Specification for Concrete Aggregates . Syarat
mutu untuk agregat normal adalah sebagai berikut :
1. Agregat halus jika di uji dengan larutan garam sulfat ( natrium sulfat,NaSO4),
bagiannya yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan magnesium sulfat
(MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 15%.
2. Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat, NaSO 4),
bagiannya yang hancur maksimum 12% dan jika diuji magnesium sulfat (MgSO 4)
bagiannya yang hancur maksimum 18%.
6. Perubahan Volume
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan dalam volume
adalah kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air, seiring dengan mengeringnya beton.
Jika agregat mengandung senyawa kimia yang dapat mengganggu proses hidrasi dari semen,
maka beton yang terbentuk akan mengalami keretakan. ASTM C.330, Specification for
lightweight Aggregates for Structural Concrete memberikan ketentuan bahwa susut-kering
untuk agregat ringan tidak boleh melebihi 0,10%.
7. Karakteristik Panas
Pada Agregat karakteristik panas akan sangat mempengaruhi keawetan dan kualitas
dari beton. Sifat utamanya adalah koefisien muai, panas jenis dan pengahantar panas.
1. Koefisien muai
Koefisien muai tergantung pada jenis bahan agregatnya. Koefisien muai berkisar
antara 5,4 x 10-6 sampai 12,6 x 10-6 per derajat celcius, adapun koefisien muai
pasta semen sekitar 10.8 x 10-6 sampai 16.2 x 10-6 per derajat Celsius. Jika
koefisien besar, maka perubahan suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan
sehingga saat melepaskan lekatan antara agregat dan pasta semen. Jika koefisien
muai dari keduanya berbeda lebih dari 5,4 x 10-6 , beton akan retak , jika
mengalami panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran.

11

2. Panas Jenis dan pengantar panas


Panas jenis dihitung jika beton digunakan untuk pekerjaan masa dan juga untuk
pekerjaan khusus.
8. Pemeriksaan Mutu Agregat
Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan campuran
beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang
diharapkan. Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII .0052-80, Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus memenuhi
syarat ASTM C.330-80 Standard Specification for Concrete Aggregates Agregat ringan
harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM c.330-80 Specification for lightweight
Aggregates for Structural Concrete. Sebagian syarat-syarat telah di jelaskan di atas.

12

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa agregat
merupakan suatu material granular (pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi) baik itu
berasal dari alama ataupun buatan yang mempunyai suatu karakteristik dan sifat tertentu
(kimia, fisis dan Mekanis) yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan mutu konstruksi
beton itu sendiri, baik buruknya kualitas beton di tentukan saat kita memilih material tersebut
sebelum di campur dengan bahan yang lainnya. Terutama saat penggunaan agregat haruslah
memenuhi sifat-sifat dasar yang ada diatas.
Dengan melakukan uji dan penelitian terlebih dahulu terhadap agregat dapat
meningkatkan kualitas dan mutu suatu konsruksi beton. Dan memperhatikan sifat-sifat
penting yang sangat mempengaruhi dalam proses pembuatan beton.
3.2 SARAN
Dari hasil tulisan tentang topik agregat ini, kami menyarankan sebagai berikut :
1. Ketika kita akan membuat suatu adukan beton, diharapkan mengikuti peraturan atau
syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Mempelajari dan memahami tentang sifat sifat agregat sebelum menggunakan
agregat dalam campuran beton.

13

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1.

Apa itu agregat beserta sifat sifat nya


http://rauyanfauzi.blogspot.co.id/2015/12/apa-itu-agregat.html.
Accessed 10th Oktober 2016.

2.

Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton

http://resashogi.blogspot.co.id/2015/11/sifat-sifat-agregat-dalamcampuran-beton.html. Accessed 10th Oktober 2016.

3. Mulyono, Tri. 2005. Teknologi Beton. Yogyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai