Anda di halaman 1dari 5

KRITERIA AGREGAT SEBAGAI PEMBUAT BETON

A. Pengertian Agregat
Agregat merupakan material granural seperti pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak
tungku besi, yang dipakai bersamaan dengan media pengikat untuk membentuk
semen hidraulik atau adukan. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah
mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi
yang berlangsung lama. Agregat juga dapat diperoleh dengan memecah batuan induk
yang lebih besar.
Agregat pembentuk beton dibagi menjadi dua yaitu :
1. Agregat halus
Agregat halus untuk beton merupakan agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-
alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
2. Agregat kasar
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu,
dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan
tergantung pada maksud pemakaian.

B. Klasifikasi Ukuran Agregat


Agregat maksimum yang akan digunakan pada struktur beton tergantung pada
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
 Tidak lebih 1/5 dari dimensi terkecil struktur
 Tidak lebih 1/3 dari tebal pelat lantai
 Tidak lebih dari 3/4 dari jarak bersih tulangan, berkas tulangan atau berkas kabel
prategang.
C. Klassifikasi Tekstur dan Bentuk
Bentuk dan tekstur permukaan agregat sangat penting untuk sifat adukan beton
dan sifat beton setelah mengeras. Pada adukan beton akan mempengaruhi
workability sedangkan pada beton keras akan mempengaruhi daya lekat antara
agregat dengan pastanya. Kuat rekatan antara agregat dengan pasta semen
tergantung pada tekstur permukaan agregat. Berdasarkan pemeriksaan visual tekstur
permukaan butiran agregat dibedakan menjadi:
 glassy (sangat halus)
 smooth (halus)
 granular (bergerigi)
 rough (kasar)
 crystalline (berkristal)
 honeycombed (berpori).
Sedangkan untuk bentuk butiran agregat dapat dibedakan menjadi:
 rounded (bulat)
 irregular (bulat sebagian)
 flaky (pipih)
 angular (bersudut)
 elongated (lonjong)
 flaky and elongated (pipih dan lonjong)
Agregat dengan permukaan kasar lebih disukai daripada agregat dengan
permukaan halus karena tekstur permukaan kasar dapat meningkatkan rekatan
sekaligus kuat tekan beton.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan lonjong hanya dapat
dipakai,apabila jumlah butir-butir pipih dan lonjong tersebut tidak melampaui 20 % dari
berat agregat seluruhnya.

D. Sifat-Sifat Mekanik Agregat


1. Lekatan (Boonding)
Bentuk butir dan tekstur permukaan agregat akan mempengaruhi kekuatan beton
terutama beton mutu tinggi. Tekstur lebih kasar akan menyebabkan daya lekat lebih
besar antara partikel dengan pasta. Daya lekat baik ditandai dengan banyaknya
partikel agregat yang pecah dalam beton akibat pengujian kuat tekan. Tetapi terlalu
banyak partikel agregat yang pecah menandakan bahwa agregat terlalu lemah.
2. Kekuatan (Strength)
Kekuatan yang dibutuhkan pada agregat lebih tinggi daripada kekuatan beton
karena tegangan sebenarnya yang terjadi pada masing-masing partikel lebih tinggi
daripada tegangan nominal yang diberikan. Pengijian kekuatan agregat dapat
dilakukan secara langsung yaitu dengan cara membentuk benda uji silinder dari
batuan induk, dengan cara pengeboran. Sampel yang telah dibor kemudian dipotong
sehingga terbentuk benda uji silinder dengan tinggi 2 kali diameter. Kemudian
dilakukan pengujian tekan dengan Compression Testing Machine. Kuat tekan agregat
batu hitam (andesite) biasanya berkisar antara 600-1800 kg/cm2. Pada pembuatan
beton mutu tinggi, kuat tekan batu yang digunakan harus lebih besar dari kuat tekan
beton yang direncanakan.
3. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan agregat sangat diperlukan khususnya pada beton untuk struktur jalan
atau pada lantai beton yang memikul beban lalu lintas yang berat. Kekerasan agregat
dapat diukur dengan Los Angeles Test.
4. Ketahanan (Toughness)
Ketahanan merupakan daya tahan agregat terhadap pecah yang diakibatkan dari
tumbukan, pengukuran ketahananan biasanya dilakukan dengan uji kejut. Benda uji
merupakan silinder tipis yang dijatuhi hammer.

E. Sifat-sifat Fisik Agregat


1. Specific Gravity (Berat Jenis)
Berat jenis agregat adalah perbandingan berat agregat di udara dari suatu unit
volume terhadap berat air dengan volume yang sama. Pengukuran berat jenis dapat
dilakukan pada 3 kondisi :
 Apparent Specific Gravity (berat jenis absolut) yaitu perbandingan berat agregat
tanpa pori di udara dengan volumenya
 Bulk Specific Gravity (Saturated Surface Dry) yaitu perbandingan berat agregat,
termasuk berat air dalam pori dengan volumenya
 Bulk Specific Gravity (Dry) yaitu perbandingan berat agregat, termasuk pori di
udara dengan volumenya.
2. Apparent specific gravity
Merupakan perbandingan massa agregat kering (yang di oven pada suhu 110°C
selama 24 jam) terhadap massa air dengan volume yang sama dengan agregat
tersebut. Apparent specific gravity berkisar antara 2,5-2,7
3. Bulk Density (Berat Volume)
Berat volume adalah berat atau massa aktual yang akan mengisi suatu
penampung/wadah dengan volume satuan. Berat volume diukur dalam kondisi padat
dan gembur.
4. Porositas dan Absorpsi
Porositas dan absorpsi mempengaruhi daya lekat antara agregat dengan pasta,
daya tahan terhadap abrasi, dan mempengaruhi nilai specific gravity. Absorpsi
agregat ditentukan dengan pengurangan berat dari kondisi SSD ke kondisi kering
oven. Sehingga perbandingan antara pengurangan berat tersebut dengan berat
kering dalam persen disebut absorpsi agregat.
5. Kadar Air
Berbeda dengan absorpsi yang nilainya tetap sedangkan kadar air nilainya
berubah ubah sesuai dengan kondisi cuaca. Kadar air ditentukan dengan
pengurangan berat agregat dari kondisi tertentu ke kondisi kering oven. Kadar air
adalah perbandingan antara pengurangan berat tersebut terhadap berat kering dalam
persen. Pengukuran kadar air sangat diperlukan pada pelaksanaan pencanpuran
beton sehingga kelecakan dan faktor air semen adukan beton tetap seperti yang
direncanakan.
6. Ukuran agregat maksimum
Agregat maksimum untuk keperluan pembuatan benda uji di laboratorium tidak
boleh lebih dari ¼ dimensi terkecil dari cetakan
7. Berat isi
Merupakan berat agregat yang ditempatkan didalam wadah 1m³. untuk beton
normal, berat isinya berkisar antara 1200-1760 kg.
F. Sifat-Sifat lainnya
Sifat-sifat lain yang harus dimiliki agregat diantaranya:
1. Kandungan air
Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya dibagi atas:
a. Kering oven, Kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran beton
secara maksimal (dengan kapasitas penuh).
b. Kering udara, Kondisi agregat yang kering di permukaanya, namun mengandung
sedikit air di rongga rongganya. Agregat ini mampu menyerap air didalam
campuran meskipun tidak dengan kapasitas penuh.
c. Jenuh dengan permukaan kering, Kondisi agregat yang permukaannya kering ,
namun semua rongga-rongganya terisi air. Agregat dengan kondisi ini tidak akan
menyerap dan menyalurkan air kedalam campuran.
d. Basah, kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada
permukaannya. Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan air kedalam
campuran.
2. Bulking pada pasir
Bulking merupakan efek lain dari adanya kelembapan pada pasir, yaitu
pertambahan volume pasir akibat adanya lapisan air yang mendorong partikel pasir
sehingga berada pada jarak yang lebih jauh. Bulking mempengaruhi penakaran pasir
berdasarkan volume (volume batching).
3. Gradasi
Gradasi dan ukuran maksimuma agregat dapat mempengaruhi proporsi agregat
dalam campuran, kebutuhan air, jumlh semen,biaya produksi, sifat susut dan
durabilitas beton.
Berdsarkan teori rongga minimum, semakin beragam ukuran agregat, maka
semakin sedikit rongga yang terbentuk diantara susunan agregat. Hal ini
menyebabkan jumlah pasta yang dibutuhkan untuk mengisi rongga menjadi lebih kecil
dan campuran beton menjadi lebih ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai