Penyusun :
NRP. 1020040003
PL 3A
DASAR TEORI
1. Agregat Halus
Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh
langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu.
Agregat yang butir butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus,
sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt, dan
yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay. Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5%, serta tidak mengandung zat-zat
organik yang dapat merusak beton. Kegunaannya adalah untuk mengisi
ruangan antara butir agregat kasar. Persyaratan agregat halus secara umum
menurut SNI-03-6821-2002 adalah sebagai berikut :
a. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras
b. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
karena faktor cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan
larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian
yang hancur adalah 10% berat.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(terhadap berat kering), jika kadar lumpurnya melebihi 5% maka
pasir harus di cuci.
2. Agregat Kasar
Agregat kasar yaitu agregat yang butirannya memiliki ukuran lebih
besar dari 4,75 mm. Agregat kasar selalu identik dengan sebutan kerikil
ataupun batu pecah. Kerikil sebagai desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 mm - 40 mm.
1. Bentuk Agregat.
Bentuk agregat dipengaruhi oleh dua sifay yaitu kebulatan dan
sperikal. Kebulatan atau ketajaman sudut ialah sift yang dimiliki
tergantung pada ketajaman relative dari sudut dan ujung butir. Sperikal
adalah sifat yang tergantung pada rasio antara luas bidang permukaan butir
dan volume butir.
2. Tekstur Permukaan Butir.
Tekstur permukaan adalah suati sifat permukaan yang tergantung
pada ukuran, halus, atau kasar, mengkilap atau kusam. Pada dasarnya
tekstur permukaan butir dapat dibedakan menjadi : sangat halus (glassy),
halus, granuler, kasar, berkristal, berpori, dan berlubang – lubang. Tekstur
permukaan butir tergantung pada kekerasan, ukuran molekul, tekstur
batuan, dan besar gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang
menyebabkan kehalusan permukaan agregat.
3. Berat Jenis Agregat.
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan
massa air dengan volume sama pada suhu yang sama.
4. Berat Satuan dan Kepadatan.
Berat satuan agregat adalah berat agregat satu satuan volume,
dinyatakan dengan kg/liter atau ton/m3. Jadi berat satuan dihitung
berdasarkan berat agregat dalam suatu tempat tertentu, sehingga yang
dihitung volumenya ialah volume padat (meliputi pori tertutup) dan
volume pori terbuka.
5. Ukuran Maksimum Agregat.
Ukuran maksimum agregat yang biasa dipakai adalah 10 mm, 20
mm, atau 40 mm.
6. Gradasi Agregat.
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat, jika
butir agregat mempunyai ukuran yang sama, maka volume pori akan
besar, sebaliknya jika butiran agregat bervariasi maka volume pori akan
kecil.
7. Kadar Air Agregat.
Kandungan didalam agregat dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu
kering tungku, kering udara, jenuh kering muka, dan basah.
8. Kekuatan dan Keuletan Agregat.
Kekerasan agregat tergantung dari kekerasn bahan penyusunnya.
Butiran agregat dapat bersifat kurang kuat disebabkan dua hal yaitu,
karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel-partikel yang
kuat tapi tidak terikat dengan kuat dan pada umumnya kekuatan dan
elastisitas agregat tergantung dari jenis batuan, tekstur dan struktur
butirannya, karena agregat merupakan bagian terbesar dari beton sehingga
kekuatan agregat akan mempengaruhi kekuatan beton.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
1. Kunci inggris
2. Satu set saringan
3. Shieve shaker (mesin penggetar)
4. Wadah
5. Timbangan kapastitas 30 kg
6. Sekop
7. Oven
Langkah Pengujian
Hasil Pembahasan
Kesimpulan
REFERENSI
Bintoro, Agnes Yuanita. Arthur Daniel Limantara. Sigit Winarto. 2018. Evaluasi
Kekuatan Concblock Dengan Agregat Halus Dan Agregat Kasar Dari
Tempurung Kelapa. JURMATEKS. 1(1). 160-171.
Vitri, Gusni. Hazmal Herman. 2019. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai
Material Tambahan Beton. Jurnal Teknik Sipil ITP. 6(2). 78-87.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Batu Cetak
Beton Pasangan Dinding. SNI No. 6821:2002. Badan Standarisasi Nasional.
Djakaria, Salihun. Analisa Agregat terhadap Kuat Tekan Beton Pada Pembangunan
Jalan ISIMU-PAGUYAMAN Metode Paving Rigid. RADIAL – juRnal
perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi. 4(2). 128-138.
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata cara pemilihan campuran untuk beton
normal, beton berat, dan beton massa. SNI No. 7656:2012. Badan
Standarisasi Nasional.