Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BETON

PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT

Penyusun :

KARINA LARASATI GUNAWAN

NRP. 1020040003

PL 3A

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2021/2022
BAB I

DASAR TEORI

Agregat merupakan material alami atau bahan buatan yang berfungsi


sebagai bahan campuran beton. Menurut Silvia Sukirman (2003), agregat
merupakan buti-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal
dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar
maupun kecil (fragmen-fragmen) yang berfungsi sebagai bahan campuran atau
pengisi dari suatu beton. Agregat menempati ±70% volume beton, sehingga
sangat berpengaruh terhadap sifat ataupun kualitas beton sehingga pemilihan
agregat merupakan bagian yang penting untuk pembuatan beton. Agregat dapat
mengurangi penyusutan akibat perkerasan beton dan juga mempengaruhi
koefisien pemuaian akibat suhu panas. Pemilihan jenis agregat yang akan dipilih
tergantung pada mutu agregat, ketersedianya di lokasi, harga serta jenis konstruksi
yang akan menggunakannya.

Agregat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu agregat alam dan agregat


buatan. Agregat alam merupakan agregat yang berbentuk alami. Terbentuk
berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari aliran air
sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang terbentuk dari proses
degradasi berbentuk kubus (bersudut) dan permukaannya kasar. Agregat buatan
merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-pabrik semen dan
mesin pemecah batu. Jenis agregat yang digunakan sebagai bahan susunan beton
adalah agregathalus dan agregat kasar.

1. Agregat Halus
Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh
langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu.
Agregat yang butir butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus,
sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt, dan
yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay. Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5%, serta tidak mengandung zat-zat
organik yang dapat merusak beton. Kegunaannya adalah untuk mengisi
ruangan antara butir agregat kasar. Persyaratan agregat halus secara umum
menurut SNI-03-6821-2002 adalah sebagai berikut :
a. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras
b. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
karena faktor cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan
larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian
yang hancur adalah 10% berat.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(terhadap berat kering), jika kadar lumpurnya melebihi 5% maka
pasir harus di cuci.
2. Agregat Kasar
Agregat kasar yaitu agregat yang butirannya memiliki ukuran lebih
besar dari 4,75 mm. Agregat kasar selalu identik dengan sebutan kerikil
ataupun batu pecah. Kerikil sebagai desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 mm - 40 mm.

Menurut Tjokrodimulyo (1996), beberapa faktor yang harus diperhatikan


pada saat pemilihan untuk pekerjaan campuran beton, yaitu :

1. Bentuk Agregat.
Bentuk agregat dipengaruhi oleh dua sifay yaitu kebulatan dan
sperikal. Kebulatan atau ketajaman sudut ialah sift yang dimiliki
tergantung pada ketajaman relative dari sudut dan ujung butir. Sperikal
adalah sifat yang tergantung pada rasio antara luas bidang permukaan butir
dan volume butir.
2. Tekstur Permukaan Butir.
Tekstur permukaan adalah suati sifat permukaan yang tergantung
pada ukuran, halus, atau kasar, mengkilap atau kusam. Pada dasarnya
tekstur permukaan butir dapat dibedakan menjadi : sangat halus (glassy),
halus, granuler, kasar, berkristal, berpori, dan berlubang – lubang. Tekstur
permukaan butir tergantung pada kekerasan, ukuran molekul, tekstur
batuan, dan besar gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang
menyebabkan kehalusan permukaan agregat.
3. Berat Jenis Agregat.
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan
massa air dengan volume sama pada suhu yang sama.
4. Berat Satuan dan Kepadatan.
Berat satuan agregat adalah berat agregat satu satuan volume,
dinyatakan dengan kg/liter atau ton/m3. Jadi berat satuan dihitung
berdasarkan berat agregat dalam suatu tempat tertentu, sehingga yang
dihitung volumenya ialah volume padat (meliputi pori tertutup) dan
volume pori terbuka.
5. Ukuran Maksimum Agregat.
Ukuran maksimum agregat yang biasa dipakai adalah 10 mm, 20
mm, atau 40 mm.
6. Gradasi Agregat.
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat, jika
butir agregat mempunyai ukuran yang sama, maka volume pori akan
besar, sebaliknya jika butiran agregat bervariasi maka volume pori akan
kecil.
7. Kadar Air Agregat.
Kandungan didalam agregat dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu
kering tungku, kering udara, jenuh kering muka, dan basah.
8. Kekuatan dan Keuletan Agregat.
Kekerasan agregat tergantung dari kekerasn bahan penyusunnya.
Butiran agregat dapat bersifat kurang kuat disebabkan dua hal yaitu,
karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel-partikel yang
kuat tapi tidak terikat dengan kuat dan pada umumnya kekuatan dan
elastisitas agregat tergantung dari jenis batuan, tekstur dan struktur
butirannya, karena agregat merupakan bagian terbesar dari beton sehingga
kekuatan agregat akan mempengaruhi kekuatan beton.
BAB II

METODE PRAKTIKUM

Alat & Bahan

1. Kunci inggris
2. Satu set saringan
3. Shieve shaker (mesin penggetar)
4. Wadah
5. Timbangan kapastitas 30 kg
6. Sekop
7. Oven

Langkah Pengujian

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Mengambil agregat kasar sebanyak 2 kg
3. Mengambil agregat halus sebanyak 1 kg
4. Setelah agregat kasar dan agregat halus ditimbang masing masing 2 kg
dan 1 kg masukkan ke dalam oven, atur suhu sebesar 110 ℃ , selama
24 jam
5. Menimbang agregat kasar dan halus setelah dipanaskan 24 jam dalam
oven
6. Menyiapkan satu set saringan
7. Memasukkan benda uji kedalam saringan paling atas lalu menutup
saringan tersebut
8. Memasangkan satu set saringan yang telah berisi benda uji pada mesin
penggetar (shieve shaker). Kunci penutup saringan agar bahan uji tidak
tumpah
9. Menyalakan mesin penggetar selama 15 menit, agregat akan turun ke
bawah
10. Mematikan mesin setelah 15 menit lalu mengeluarkan saringan dari
mesin penggetar
11. Menimbang berat benda uji pada setiap nomor saringan
12. Melakukan proses yang sama pada agregat halus
13. Mencatat pada form lalu menghitung Analisa dari data yang telah
didapat.
BAB III

HASIL PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Hasil Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang ada di video YouTube dengan judul


“Praktikum Perkerasan Jalan Raya - Modul 6 Pemeriksaan Analisa Saringan
Agregat Halus dan Kasar” didapatkan hasil bahwa analisa saringan agregat halus
dan kasar merupakan pengelompokan besar butir agregat halus dan kasar menjadi
komposisi gabungan yang di tinjau berdasarkan saringan. Saringan yang
digunakan yaitu No saringan ½, 3/8, 4, 8, 16, 30, 50, 100, 200 dan pan. Tujuan
dari praktikum pengujian analisis saringan agregat yaitu untuk pemeriksaan
penentuan pembagian ukuran butir (gradasi) agregat halus dan kasar dengan
menggunakan saringan serta memperoleh distribusi besaran atau jumlah butiran
baik agregat halus dan agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukkan

dalam tabel atau grafik. Berikut ini


adalah contoh tabel hasil praktek saringan agregat kasar dan agregat halus.

Kesimpulan

Analisa saringan agregat halus dan kasar merupakan pengelompokan besar


butir agregat halus dan kasar menjadi komposisi gabungan yang di tinjau
berdasarkan saringan. Saringan yang digunakan yaitu No saringan ½, 3/8, 4, 8, 16,
30, 50, 100, 200 dan pan. Tujuan dari praktikum tersebut yaitu untuk pemeriksaan
penentuan pembagian ukuran butir (gradasi) agregat halus dan kasar dengan
menggunakan saringan serta memperoleh distribusi besaran atau jumlah butiran
baik agregat halus dan agregat kasar.

REFERENSI

Bintoro, Agnes Yuanita. Arthur Daniel Limantara. Sigit Winarto. 2018. Evaluasi
Kekuatan Concblock Dengan Agregat Halus Dan Agregat Kasar Dari
Tempurung Kelapa. JURMATEKS. 1(1). 160-171.

Vitri, Gusni. Hazmal Herman. 2019. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai
Material Tambahan Beton. Jurnal Teknik Sipil ITP. 6(2). 78-87.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Batu Cetak
Beton Pasangan Dinding. SNI No. 6821:2002. Badan Standarisasi Nasional.

Djakaria, Salihun. Analisa Agregat terhadap Kuat Tekan Beton Pada Pembangunan
Jalan ISIMU-PAGUYAMAN Metode Paving Rigid. RADIAL – juRnal
perADaban saIns, rekayAsa dan teknoLogi. 4(2). 128-138.

Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata cara pemilihan campuran untuk beton
normal, beton berat, dan beton massa. SNI No. 7656:2012. Badan
Standarisasi Nasional.

Praktikum Perkerasan Jalan Raya – Modul 6 Pemeriksaan Analisa Saringan


Agregat Halus dan Kasar. 14 Desember 2020. (Diakses 22 September 2021).
Diakses dari https://youtu.be/58akRMdRcXs

Anda mungkin juga menyukai