BAB 1
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
(SNI 1964:2008)
Analisa saringan adalah penentuan persentase berat butir agregat yang lolos dari satu
set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
Sifat-sifat suatu macam agregat tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Oleh
karena itu, pengukuran besarnya butiran agregat merupakan suatu percobaan yang sangat
penting dilakukan dalam bidang ilmu bahan. Besarnya butiran menjadi dasar untuk
pemberian atau klasifikasi nama kepada macam-macam agregat tertentu. Analisa saringan
dilakukan dengan cara mengayak dengan menggetarkan contoh agregat kasar melalui
analisa satu set ayakan, dimana lubang- lubang atau diameter dari ayakan tersebut
berurutan dan makin kecil. Analisa saringan ini dilakukan pada agregat halus yang
diayak dengan saringan berdiameter #9,52 mm, #4,75 mm, #2,36 mm, #1,18 mm,
#0,600 mm, #0,300 mm, #0,150 mm, #0,075 mm, pan.
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F).
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu
beton semen hidraulik atau adukan. Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat
merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang
berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat beruppa ukuran
besar mauppun kecil atau fragmen‐fragmen.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah (misalnya kerikil). Agregat alami dapat diklasifikasikan
kedalam sejarah terbentuknya peristiwa geologi, yaitu agregat beku, agregat
sedimen, dan agregat metamorf, yang kemudian dibagi lagi menjadi kelompok-
kelompok yang lebih kecil, yaitu:
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS BAB I
1. Pasir galian
Pasir galian ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan
bebas dari kandungan garam.
2. Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir
halus dan bulat-bulat akibat proses gesekan. Pada sungai yang dekat dengan
hutan kadang-kadang banyak mengandung humus.
3. Pasir pantai
Pasir pantai ialah pasir yang diambil dari pantai. Pasir pantai berasal dari
sungai yang mengendap di muara sungai (di pantai) atau hasil gerusan air di
dasar laut yang terbawa arus air laut dan mengendap di pantai. Pasir pantai
biasanya berbutir halus. Bila merupakan pasir dari dasar laut maka pasirnya
banyak mengandung garam. Oleh karena itu maka sebaiknya pasir pantai
diperiksa dulu sebelum di pakai. Jika mengandung garam maka sebaiknya
dicuci dulu dengan air tawar sebelum tawar sebelum dipakai.
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan. Agregat adalah material granular,
misalnya pasir, kerikil, batu pecah. Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat
merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir dan W adalah berat agregat
halus total, maka presentase berat yang tertahan adalah :
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS BAB I
Berat tertahan
%tertahan= x100% (1.1)
Berat total
Atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk
mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil. Agregat halus adalah agregat
yang semua butirannya menembus ayakan dengan lubang 4,8mm. Agregat halus
terdiri dari pasir alam, pasir buatan/pecah, atau kombinasi dari keduanya. Ciri-ciri
agregat halus adalah sebagai berikut :
a. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh
garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah
10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat
kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.
4. Modulus halus butir (fineness modulus) ialah suatu indeks yang sering
dipakai untuk menjadi ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat.
Modulus halus butir (MHB) ini didefinisikan sebagai jumlah persen
kumulatif dari butir-buitr agregat yang tertinggal di atas suatu set ayakan dan
kemudian dibagi seratus.
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS BAB I
∑ % Tertahan
Modulus halus butir = (1.2)
100
1.2 Maksud
2 Satu set saringan dengan besaran saringan no : 3/4; 1/2; 3/8; 4; 8; 16;
30; 50; 100; 200.
3 Mesin Pengguncang (Sieve Shaker).
4 Timbanga elektrik.
7 Dessicator.
8 Cawan.
9 Pan.
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS BAB I
10 Kuas.
11 Sendok
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS BAB I
PRAKTIKUM PERKERASAN
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS BAB I
3/ = 0 gram
4
1/ = 0 gram
2
3/ = 0 gram
8
4 = 0 gram
8 = 500,5 gram = 500,5 gram
16 = 606 gram = 1106,5 gram
30 = 537,5 gram = 1644 gram
50 = 427 gram = 2071 gram
100 = 256,5 gram = 2327,5 gram
200 = 200,5 gram = 2528 gram
Pan = 462 gram = 2990 gram
𝟎
3/4 = ( ) x 100 % = 0%
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟎
1/2 = ( ) x 100 % = 0%
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟎
3/8 = ( ) x 100 % = 0%
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟎
4 = ( ) x 100 % = 0%
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟓𝟎𝟎,𝟓
8 = ( ) x 100 % = 16,73 %
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟏𝟏𝟎𝟔,𝟓
16 = ( ) x 100 % = 37,00 %
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟏𝟔𝟒𝟒
30 = ( ) x 100 % = 54,98 %
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟐𝟎𝟕𝟏
50 = ( ) x 100 % = 69,26 %
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟐𝟑𝟐𝟕,𝟓
100 = ( ) x 100 % = 77,84 %
𝟐𝟗𝟗𝟎
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS BAB I
𝟐𝟓𝟐𝟖
200 = ( ) x 100 % = 84,54 %
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟐𝟗𝟗𝟎
Pan = ( ) x 100 % = 100 %
𝟐𝟗𝟗𝟎
𝟎+𝟎+𝟎+𝟎+𝟏𝟔,𝟕𝟑+𝟑𝟕,𝟎𝟎+𝟓𝟒,𝟗𝟖+𝟔𝟗,𝟐𝟔+𝟕𝟕,𝟖𝟒+𝟖𝟒,𝟓𝟒
FM =
𝟏𝟎𝟎
= 3,40
1.9.2 Saran
a. Praktikan harus teliti pada saat menimbang setiap saringan yang
digunakan.
b. Menjaga agar ketika membuka saringan benda uji tidak bertebaran
kemana – mana.
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS BAB I
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK
LAMPIRAN
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
(SNI ASTM C136:2012)
No. Lampiran : 1.1 Tanggal :
Jenis material : Agregat Halus
Dikerjakan oleh : Kelompok E
(Pasir)
Nomor Contoh : 1 Dihitung oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa :
Berat Contoh : -
1/ 0 0 0 0
2
3/ 0 0 0 0
8
4 0 0 0 0
8 500,5 500,5 16,73 83,27
16 606 1106,5 37,00 63,00
30 537,5 1644 54,98 45,02
50 427 2071 69,26 30,74
100 256,5 2327,5 77,84 22,16
200 200,5 2528 84,54 15,46
Pan 462 2990 100 0
Total 2990
Mengetahui
Asisten Lab. Teknik Sipil
NIM.
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR BAB II
BAB 2
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR
Salah satu bahan yang sering dipakai untuk membuat aspal adalah Agregat.
Agregat halus yang akan diuji dikeringkan dalam oven,. Agregat halus yang
tertahan pada masing-masing saringan ditimbang dan selanjutnya dihitung
persentase dari agregat halus yang tertahan pada saringan tersebut. Klasifikasi
Agregat adalah sebagai berikut:
1. Agregat Kasar, agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan
No. 4 (4,75 mm)
2. Agregat Halus, agregat dengan ukuran butir lebih halus dari saringan
No. 4 (4,75 mm)
3. Kadar Lempung
Lempung memengaruhi mutu campuran agregat dengan aspal karena:
a. Lempung membungkus partikel-partikel agregat sehingga ikatan
antara aspaldan agregat berkurang.
b. Lempung mengakibatkan luas daerah yang harus diselimuti aspal
bertambah.
Dengan kadar aspal sama menghasilkan tebal lapis perkerasan yang
lebih tipis yang dapat mengakibatkan lapisan teroksidasi sehingga
lapisan cepat rapuh dangetas.
c. Lempung cenderung menyerap air yang berakibat hancurnya lapisan
aspal.
B𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧
%tertahan = x 100 % (2.1)
B𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
∑ % 𝐓𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧
Modulus halus butir = (2.2)
𝟏𝟎𝟎
2.2 Maksud
Maksud dari percobaan ini adalah sebagai acuan dan pegangan dalam
pemeriksaan untuk menentukan butir gradasi kasar dengan menggunakan
saringan.
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR BAB II
Benda uji yang dipakai dalam percobaan ini adalah split 1-2 dan sreening
1. Satu set saringan no. 3/4; 1/2; 3/8; 4; 8; 16; 30; 50; 100; 200 atau ukuran
ayakan #19,1mm, #12,7mm, #9,52mm, #4,75mm, #2,36mm, #1,18mm,
#0,600mm, #0,300mm, #0,150mm, #0,075mm dan pan.
2. Mesin pengguncang (sieve shaker)
3. Timbangan elektrik.
4. Oven.
5. Kuatring (alat pemisah benda uji).
6. Desikator.
7. Cawan.
8. Pan.
9. Kuas.
10. Sendok.
1 Ambil benda uji agregat kasar Split 1-2 (Lolos saringan no. ¾
tertahan no.3/8) dan Screening (lolos saringan no. 3/8 tertahan no.4)
masing-masing sebanyak 1000 gram.
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR BAB II
B𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧
%tertahan = x 100 % (2.3)
B𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
∑ % 𝐓𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧
Modulus halus butir = (2.4)
𝟏𝟎𝟎
MULAI
SELESAI
Saringan no:
3/ = 0 gram
4
Saringan no:
𝟎
3/4 = ( ) x 100 % = 0%
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟏𝟎𝟒𝟐,𝟓
1/2 = ( ) x 100 % = 20,83 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟏𝟖𝟒𝟒,𝟓
3/8 = ( ) x 100 % = 36,86 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟐𝟒𝟓𝟐
4 = ( ) x 100 % = 49,00 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR BAB II
𝟐𝟖𝟕𝟐
8 = ( ) x 100 % = 57,39 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟑𝟐𝟖𝟗
16 = ( ) x 100 % = 65,73 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟑𝟕𝟎𝟒
30 = ( ) x 100 % = 74,02 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟒𝟏𝟎𝟖
50 = ( ) x 100 % = 82,10 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟒𝟑𝟓𝟏
100 = ( ) x 100 % = 86,95 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟒𝟓𝟒𝟖
200 = ( ) x 100 % = 90,89 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
Pan = ( ) x 100 % = 100 %
𝟓𝟎𝟎𝟑,𝟓
0+20,83+36,86+49,00+57,39+65,73+74,02+82,10+86,95+90,89
FM =
100
=5,63
Saringan no.
3/ = 0 gram
4
1/ = 0 gram
2
3/ = 0 gram
8
Saringan no.
𝟎
3/4 = ( ) x 100 % = 0%
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟎
1/2 = ( ) x 100 % = 0%
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟎
3/8 = ( ) x 100 % = 0%
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟕𝟒𝟒,𝟓
4 = ( ) x 100 % = 18,61 %
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟏𝟕𝟖𝟒
8 = ( ) x 100 % = 44,6 %
𝟒𝟎𝟎𝟎
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR BAB II
𝟐𝟐𝟏𝟏,𝟓
16 = ( ) x 100 % = 55,28 %
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟐𝟔𝟒𝟒
30 = ( ) x 100 % = 66,1 %
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟑𝟎𝟔𝟐,𝟓
50 = ( ) x 100 % = 76,56 %
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟑𝟑𝟐𝟑,𝟓
100 = ( ) x 100 % = 83,08 %
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟑𝟓𝟑𝟗
200 = ( ) x 100 % = 88,47 %
𝟒𝟎𝟎𝟎
𝟒𝟎𝟎𝟎
Pan = ( ) x 100 % = 100 %
𝟒𝟎𝟎𝟎
Saringan no.
3/4 = 100 % - 0 % =0%
2.9 Grafik
Dari hasil pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar didapat hasil Modulus Halus
Butir Split 1 – 2 = 5,63 dan Screening = 4,327 dengan berat benda uji 1000 gram, hasil
yang diperoleh tidak sesuai dengan SNI ASTM C136 – 2012 dengan nilai Split 1 – 2 = 6,0
– 8,0 dan Screening = 5,0 – 6,0.
2.10.2 Saran
Saran untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan keseriusan praktikan dalam mengerjakannya, terutama dalam
menyaring benda uji.
b. Pengecekan alat – alat yang akan digunakan, serta ketelitian dalam menimbang
alat – alat.
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR BAB II
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK
LAMPIRAN
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
(SNI ASTM C136:2012)
No. Lampiran : 2.2 Tanggal :
Jenis material : Screening Dikerjakan oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : 1 Dihitung oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa :
Berat Contoh : 1000 gram
1/ 0 0 0 0
2
3/ 0 0 0 0
8
Mengetahui
Asisten Lab. Teknik Sipil
NIM.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK
LAMPIRAN
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR
(SNI ASTM C136:2012)
No. Lampiran : 2.1 Tanggal :
Jenis material : Split 1-2 Dikerjakan oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : 1 Dihitung oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa :
Berat Contoh : 1000
Mengetahui
Asisten Lab. Teknik Sipil
NIM.
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
BAB III
BERAT JENIS AGREGAT HALUS
A. Teori Dasar
Berat jenis SSD disebut juga dengan berat jenis jenuh kering
permukaan (Saturated and Surface-Dry, SSD) yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25° C. Pada keadaan ini
permukaan agregat kering (tidak ada air), tetapi butiran-butiran agregat jenuh
dengan air. Dengan demikian butiran-butiran agregat pada keadaan jenuh
kering muka (JKM) atau SSD tidak menyerap air dan tidak menambah jumlah
air bila dipakai dalam campuran aduk beton.
Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu 25o C. berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25o C. Berat jenis semu
ialah perbanding anantara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25o C. penyerapan
ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap berat agregat
kering dinyatkan dalam persen.
Maksud dari percobaan ini adalah sebagai pegangan dalam pengujian
untuk menentukan berat jenis semu agregat tersebut dan angka penyerapan.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh besaran berat jenis curah,
berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu dan besar angka
penyerapan.
Karena adanya udara yang terjebak dalam suatu butiran agregat ketika
pembentukannya atau karena dekomposisi mineral pembentuk tertentu oleh
perubahan cuaca, maka terbentuklah pori-pori (lubang) dengan ukuran yang
mikrokopis, pori-pori tersebut tersebar di seluruh butiran, beberapa jenis
agregat yang sering digunakan mempunyai volume pori tertutup sekitar dari 0
– 20 % volume butirnya.
24
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
25
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-
F). Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu
beton semen hidraulik atau adukan. Adapun macam-macam agregat:
1. Agregat halus yaitu pasir alam sebagai hasil disintegrasi 'alami' batuan
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm
2. Agregat kasar yaitu kerikil sebagai hasil disintegrasi 'alami' dari batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm
3. Agregat ringan yaitu agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat isi sebesar 1 100 kg/m3
Menurut standar SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A), agregrat untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut (kecuali agregat khusus, misalnya agregrat ringan
dan sebagainya). Persyaratan untuk agregrat halus adalah :
a) Butir-butirnya keras dan tidak berpori. Indeks kekerasan ≤ 2,2 % (diuji
dengan goresan batang tembaga).
b) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan). Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.
c) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat saringan 0,06 mm)
lebih dari 5 %.
d) Tidak mengandung zat organik terlalu banyak, yang dibutuhkan dengan
percobaan warna dengan larutan NaOH, yaitu warna cairan diatas endapan
agregat halus tidak boleh lebih gelap dari pada warna standar/
pembanding.
e) Modulus halus butir antara 1,5 – 3,80 dengan variasi butir sesuai standar
gradasi.
f) Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat halus tidak
reaktif terhadap alkali.
26
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
g) Agregrat halus dari pantai, boleh dipakai tetapi dengan petunjuk dari
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Bahan yang digunaka dalam praktikum perkerasan jalan adalah agregat
halus abu batu. Abu batu merupakan hasil Samping dari mesin pemecah batu
dalam proses pemecahan batu menjadi batu pecah dapat dijadikan bahan
pengganti agregat halus. Namun abu batu mempunyai banyak kelemahan
seperti penyerapan air yang lebih besar dari pasir alam. Jenis jenis agregat,
adalah batuan atau agregat yang biasa digunakan dalam konstruksi jalan
umumnya diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu, agregat alam,
agregat hasil pemrosesan, agregat buatan atau agregat artifisial.
1. Agregat alam (natural aggregates)
Agregat alam adalah agregat yang digunakan dalam bentuk
alamiahnya dengan sedikit atau tanpa pemrosesan sama sekali. Agregat ini
terbentuk dari proses erosi alamiah atau proses pemisahan akibat angin,
air, pergeseran es, dan reaksi kimia.Dua jenis agregat alam yang
digunakan untuk konstruksi jalan adalah pasir dan kerikil. Kerikil biasanya
didefinisikan sebagai agregat yang berukuran lebih besar dari 6,35 mm.
Pasir didefinisikan sebagai partikel yang lebih kecil dari 6,25 mm, tapi
lebih besar dari 0,075 mm. Sedangkan partikel yang lebih kecil dari 0,075
mm disebut sebagai mineral pengisi (filler).
2. Agregat yang diproses
Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring
sebelum digunakan. pemecahan batuan/ agregat dilakukan untuk merubah
tekstur permukaan partikel dari licin ke kasar, merubah bentuk partikel
dari bulat ke angular, dan untuk meningkatkan distribusi serta rentang
ukuran partikel.Penyaringan terhadap agregat yang telah dipecahkan akan
menghasilkan partikel agregat dengan rentang gradasi tertentu.
3. Agregat buatan
Agregat ini didapat dari proses kimia atau fisika dari beberapa material
sehingga menghasilkan suatu material baru yang sifatnya menyerupai
agregat. Jenis agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses industri
dan dari proses material yang sengaja diproses agar dapat digunakan
27
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
C. Benda Uji
Benda uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah abu batu (Iolos saringan
no.4)
E. Cara Pengujian
1. Mengambil benda uji abu batu yang lolos saringan no 4 (4,75mm).
28
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
29
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
2. Perhitungan
1) Berat Jenis Bulk
BK 500
=
B + SSD - Bt
=
1511 + 429 – 1766,5
= 2,88 gram/ml
4) Penyerapan (Absorption)
429 – 500
= SSD - BK x 100% = x 100% = -14,2 %
BK 500
Bulk 2,88
Berat Jenis permukaan Jenuh (SSD) 2,47
Semu (Apparent) 2,04
Penyerapan (Absorption) (%) -14,2%
2. Saran
Sebaiknya ketika mencatat data setelah ditimbang tunggu lebih dulu agar
angka pada timbangan berhenti terlebih dahulu.
30
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
LAMPIRAN
BERAT JENIS AGREGAT HALUS
1.
Timbangan Elektrik
2. Picnometer
3.
4.
Saringan no.4
5.
Dessicator
24
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
6.
Cawan
7.
Kain Lap
8.
Sendok
25
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
LAMPIRAN
BERAT JENIS ASPAL PADAT
Menyiapkan picnometer
1
kemudian membersihkannya.
24
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
Mengangkat kerucut
Abraham dengan hati-
hati. Jika benda uji
6 runtuh sebagian, maka
benda uji tersebut sudah
dalam keadaan kering
permukaan (SSD).
24
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
Mengambil sampel
7
benda uji 300 gram.
±24 jam
26
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
Menimbang benda
uji setelah benda uji
10
dingin atau beratnya
tetap.
Memasukan benda
uji ke dalam
picnometer dengan
11
bantuan corong agar
benda uji dapat
masuk seluruhnya.
Menambahkan air
suling sebanyak 2/3
12
bagian dari isi
picnometer.
28
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
Menambahkan air
kembali hingga batas
leher picnometer.
14 Kemudian
menimbangnya.
30
BERAT JENIS AGREGAT HALUS BAB III
Mengisi kembali
picnometer dengan air
suling hingga batas
16 leher, kemudian
menimbangnya kembali.
24
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK
LAMPIRAN
Mengetahui,
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK
BAB IV
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
A. Teori Dasar
Berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25° C. Jenuh kering muka (saturated
and surface-dry, SSD). Pada keadaan ini permukaan agregat kering (tidak ada
air), tetapi butiran – butiran agregat jenuh dengan air. Berat jenis relatif jenuh
dan permukaan kering dapat didefinisikan sebagai perbandingan dari berat
bahan yang tidak kedap air diudara dalam keadaan jenuh air dan permukaan
kering kepada berat air dengan volume yang sama di udara.
Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering
pada suhu 25°. Berat jenis volume agregat dalam keadaan kering oven adalah
perbandingan berat agregat setelah proses pengeringan terhadap volume
agregat dalam air. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang
diisi oleh agregat. Yang dimaksud dengan :
1. Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu 250 C
2. Berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250 C
3. Berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu 250C
4. Penyerapoan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry
terhadap berat agregat kering dinyatakan dalam persen.
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu
bahan tambah. Polymer adalah jenis bahan tambah yang sering di gunakan
saat ini, sehingga aspal modifikasi sering disebut juga aspal polymer. Antara
32
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang biasanya
digunakan untuk tujuan ini, yaitu:
1. Aspal Polymer Elastomer dan karet adalah jenis – jenis polyer
elastomer yang SBS (Styrene Butadine Sterene), SBR (Styrene
Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet adalah
jenis polymer elastoner yang biasanya digunakan sebagai bahan
pencampur aspal keras. Penambahan polymer jenis ini dimaksudkan
untuk memperbaiki sifat rheologi aspal, antara lain penetrasi,
kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Campuran beraspal
yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki tingkat
elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat dengan
aspal keras. Presentase penambahan bahan tambah (additive) pada
pembuatan aspal polymer harus ditentukan berdasarkan pengujian
labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas
tertentumemang dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan
campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan
pengaruh yang negatif.
2. Aspal Polymer Plastomer, seperti halnya dengan aspal polymer
elastomer, penambahan bahan polymer plastomer pada aspal keras juga
dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras
dan sifat sifik campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah
banyak digunakan antara lain adalah EVA ( Ethylene Vinyle Acetate),
Polypropilene, dan Polyethilene. Presentase penambahan polymer ini
kedalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian
labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas
tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal
dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan
memberikan pengaruh yang negatif.
Maksud dari percobaan Berat Jenis Agregat Kasar adalah sebagai
pemeriksaan atau pun pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat
jenis semu agregat tersebut dan angka penyerapannya Tujuan dari percobaan
Berat Jenis Agregat Kasar adalah untuk memperoleh besaran/jumlah berat
33
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu dan
besaran angka penyerapannya.
Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut: cuci benda uji,
keringkan dalam oven, kemudian dinginkan. Timbang dengan ketelitian 0,5
gram (Bk), rendam benda uji dalam air selama 24 jam. Selanjutnya keluarkan
benda uji dari air lalu ditimbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj),
letakkan benda uji di dalam keranjang dan goncangkan batunya lalu tentukan
beratnya di dalam air (Ba). Kemudian hitung berat jenis curah, berat jenis
kering-permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan dengan
menggunakan rumus-rumus berikut:
𝐵𝑘
Berat Jenis Bulk = ……..………(5.1)
𝐵𝑗−𝐵𝑎
𝐵𝑗
Berat jenis kering - permukaan jenuh = ………(5.2)
𝐵 − 𝐵𝑎
𝐵𝑘
Berat jenis semu = 𝐵𝑘−𝐵𝑎 ………………(5.3)
100 (𝐵𝑗−𝐵𝑘)
Penyerapan (Absorsi) =
𝐵𝑘
……..………(5.4)
dengan:
Bk = berat benda uji kering oven
B = berat benda uji kering oven permukaan jenuh
Bj = berat benda uji kering oven permukaan jenuh di dalam air
34
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
35
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
C. Benda Uji
Benda uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah Agregat Kasar yaitu
Split 1 - 2 dan Screening.
E. Cara Pengujian
1. Mengambil benda uji yang tertahan saringan no 4 (4,75 mm).
2. Memasukkan benda uji kedalam cawan yang telah disiapkan, lalu mencuci
benda uji sehingga lumpur dan benda-benda yang melekat pada agregat
menghilang,
3. Menambahkan air hingga benda uji terendam seluruhnya.
4. Mendiamkan benda uji yang terendam air selama ±24 jam.
5. Membuang air yang merendam benda uji setelah ±24 jam, kemudian
menebarkan benda uji secara merata diatas kain lap yang telah disiapkan,
lalu mengangin-anginkan hingga permukaan benda uji terlihat kering
permukaan.
6. Menimbang benda uji kering permukaan jenuh.
7. Meletakkan benda uji kedalam keranjang yang terendam dalam air,
kemudian menggoncangkan benda uji agar udara yang terperangkap dapat
keluar, kemudian tentukan berat benda uji dalam air.
8. Mengangkat benda uji, kemudian memasukkan benda uji ke dalam oven
dan mendiamkannya hingga dingin agar beratnya tetap.
9. Lakukan perhitungan pada benda uji setelah benda uji dingin.
36
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
= 2,59 gram/ml
37
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
b. Screening
Berat benda uji kering oven (Bk) = 752 gram
Berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj) = 774 gram
Berat benda uji di dalam air (Ba) = 467,5 gram
1) Berat Jenis Bulk
Bk
=
Bj − Ba
752
=
774 - 467,5
= 2,45 gram/ml
2) Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD)
Bj
=
Bj − Ba
774
=
774- 467,5
= 2,52 gram/ml
3) Berat Jenis Semu (Apparent)
Bk
=
Bk − Ba
752
=
752 - 467,5
= 2,64 gram/ml
4) Persen Penyerapan (Absorption)
Bj - BK
= x 100%
BK
774 – 752
= x 100%
752
= 2,92%
38
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
Split 1 – 2 Screening
Berat Jenis Bulk 2,33 gram/ml 2,45 gram/ml
Berat Jenis SSD 2,43 gram/ml 2,52 gram/ml
Berat Jenis Semu 2,59 gram/ml 2,64 gram/ml
Penyerapan 4,3 % 2,92 %
2. Saran
Sebaiknya ketika mencatat hasil bacaan pada timbangan elektrik tidak
terburu-buru, tunggu hingga hasil bacaan pada timbangan berhenti agar
data yang didapat sesuai.
39
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
LAMPIRAN
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
Timbangan Elektrik
2
Saringan no. 4
3
Dessicator
4
Cawan
32
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
Kain Lap
6 Sendok
7 Timbangan SSD
33
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
LAMPIRAN
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
Menambahkan air
3. hingga benda uji
terendam seluruhnya.
32
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
33
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
Menimbang keranjang
diudara setelah itu
meletakan benda uji ke
dalam keranjang yang
terendam dalam air
7. menggoncangkan benda
uji agar udara yang
terperangkap dapat
keluar setelah itu
menentukan beratnya
dalam air.
32
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
LAMPIRAN
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
KETERANGAN I
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 882 gr
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 920 gr
Mengetahui
32
BERAT JENIS AGREGAT KASAR BAB IV
KETERANGAN I
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 752 gr
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 774 gr
Mengetahui
33
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
BAB V
BERAT JENIS ASPAL PADAT
A. Teori Dasar
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal padat dan
beratair suling dengan isi yang sama pada suhu 25 C atau15,6 C. Aspal
merupakan campuran yang digunakan sebagai bahan perekat antar agregat
yang digunakan dalam praktikum perkerasan jalan. Ketika pengujian dapat
terlihat pemakaian kadar aspal dengan persentase yang berbeda yang nantinya
akan berpengaruh terhadap stabilitas perkerasan tersebut. Ketika kadar aspal
yang digunakan terlalu banyak maka akan terjadi stabilitas yang lemah dan
ketika aspal yang digunakan sesuai untuk campuran perkerasan maka stabilitas
yang terjadi pun akan baik.
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat
menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan
jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal
adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan
aspal (RSNI 06-2456-1991).
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen
keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi
ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu
tertentu ( Buku panduan praktikum bahan lapis keras, Laboratorium Teknik
Transportasi Universitas Gajah Mada).
Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian
mutu aspal atau tar (material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau
semi padat, dengan unsur utama bitumen) untuk keperluan pembangunan,
peningkatan atau pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi ini sangat
dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan
permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun
dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban yang
digunakan dalam penentuan penetrasi aspal (RSNI 06-2456-1991).
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
41
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
……………………….(6.1)
42
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
43
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
44
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
C. Benda Uji
Benda uji yang dipakai dalam percobaan ini adalah aspal padat yang dicairkan
dengan pemanasan pada suhu 115oC diatas titik lembek aspal.
E. Cara Pengujian
1. Menyiapkan Picnometer lalu membersihkan Picnometer sehingga tidak
ada debu yang menempel didalamnya.
2. Menimbang Picnometer dan tutupnya dengan menggunakan timbangan
elektrik.
3. Memasukkan air kedalam Picnometer hingga penuh kemudian menutup
rapat tutupnya.
4. Memasukkan Picnometer yang telah berisi air kedalam Water Bath
selama ±30 menit dengan suhu ±25oC.
5. Merendam, dan mengeringkan sisi luar Picnometer dengan kain lap,
kemudian menimbang Picnometer yang berisi air dan penutup
Picnometer dengan timbangan elektrik.
6. Membuang air dalam Picnometer lalu mengeringkannya.
7. Memasukkan aspal cair kedalam Picnometer hingga 3/4 tinggi
Picnometer dan mendiamkannya selama ±40 menit.
8. Menimbang Picnometer dengan aspal didalamnya serta tutup
Picnometer.
45
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
Dimana :
W1 = Berat Picnometer
W2 = Berat Picnometer + Air (25 ̊ C)
W3 = Berat Picnometer + Bahan Uji
W4 = Berat Picnometer + Bahan Uji + Air (25 ̊ C)
Dari hasil percobaan I didapat data sebagai berikut :
W1 = 34,7 gram/ml
W2 = 130,4 gram/ml
W3 = 59,85 gram/ml
W4 = 130,04 gram/ml
Maka, didapat nilai Berat Jenis semu (Apparent) :
𝑊3−𝑊1
Berat Jenis Semu (Apparent) =
(𝑊2−𝑊1) – (𝑊4-𝑊3)
(59,85 - 34,7)
=
(130,4 - 34,7) - (130,04 - 59,85)
= 0,985 gram/ml
46
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
2. Saran
a. Berhati-hati dalam mencairkan aspal di atas kompor, menggunakan
masker saat mencairkan aspal.
b. Mengatur suhu aspal, jangan sampai suhu lebih dari yang ditentukan.
c. Lebih teliti dan berhati-hati dalam penuangan komposisi aspal panas
dalam Picnometer.
d. Mencatat data pada form yang tersedia.
47
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
LAMPIRAN
BERAT JENIS ASPAL PADAT
1 Picnometer
2 Timbangan Elektrik
3 Water Bath
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
4 Kain Lap
5 Kompor Listrik
6 Teko
41
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
LAMPIRAN
BERAT JENIS ASPAL PADAT
Menyiapkan picnometer
1
kemudian membersihkannya.
Setelah merendam,
mengeringkan sisi picnometer
5 dengan lap, kemudian
menimbangnya (picnometer +
air + tutup).
Membersihkan dan
11 mengeluarkan aspal dari dalam
picnometer dengan cara
memanasinya hingga leleh dan
aspal yang tersisa pada dinding
dalam picnometer di bersihkan
dengan cara mengelap
menggunakan bensin.
BERAT JENIS ASPAL PADAT BAB V
LAMPIRAN
Mengetahui
41
KEKENTALAN ASPAL BAB VI
BAB 6
KEKENTALAN ASPAL
Viscositas atau kekentalan aspal secara universal adalah waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan bahan sebanyak 60 ml dalam detik pada slum tertentu melalui
lubang universal (Universal Office) yang telah distandarkan dan dinyatakan dalam
kekentalan saybolt furol yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan suatu
bahan sebanyak 60 ml dalam detik pada suhu tertentu melalui lubang Furol (Furol
padat, encer sampai cair. Hubungan antara kekuatan dan suhu adalah sangat
berkurang.
Kekuatan absolute atau dinamik dinyatakan dalam satuan pada detik atau poise (1
kekentalan kinematik sama dengan kekentalan absolute dibagi dengan berat jenis
dalam kondisi tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan
Metode Saybolt Furol. Angka viskositas Furol adalah suatu angka dalam detik,
yang diperlukan bagi 60 cm3 bahan aspal untuk melalui suatu lubang pipa sempit
yang ukurannya tertentu, dan pada suhu tertentu. Makin tinggi angka viskositas
Furol pada suatu suhu tertentu, makin pekat bahannya. Hasil dari pengukuran ini
dilakukan pada temperatur 600oC dan 1350oC. 600oC adalah temperatur maksimal
digunakan untuk mengukur viskositas dengan cara torsi pada spindle yang
terhadap perputaran dalam tabung benda uji. Nilai viskositas aspal dalam
Sedangkan kekentalan atau Viskositas absolute pada alat Saybolt Furol dinyatakan
oleh waktu menetes (dalam detik) yang diperlukan oleh 60 ml benda uji untuk
melalui suatu lubang yang telah dikalibrasi, diukur dibawah kondisi tertentu.
Waktu ini kemudian dikoreksi dengan suatu koefisien kalibrasi tertentu dan
selanjutnya dilaporkan sebagai nilai viskositas dari benda uji tersebut pada
temperatur tertentu.
Sifat kekentalan material aspal merupakan salah satu faktor penting dalam
Disini hubungan antara kekentalan dan suhu memegang peranan penting. Sebelum
ditentukan dulu karena bila tidak akan mempengaruhi sifat campuran aspal itu
pada suhu tersebut, apabila viskositasnya terlalu rendah, maka aspal tersebut
menjadi kurang berperan sebagai bahan perekat pada campuran dan ini akan
material dan aspal yang akan digunakan termasuk dengan pemeriksaan viskositas
aspal dengan alat Saybolt Furol. Berdasarkan gradasi agregat yang didapat, dibuat
komposisi agregat terbaik dan kadar aspal terbaik untuk campuran ideal.
dengan variasi viskositas aspal dan diuji marshall untuk mendapatkan kadar aspal
terbaik.
Benda uji yang dipakai dalam percobaan ini adalah aspal cair.
b. Termometer
c. Saringan no. 20
d. Labu penampung
e. Stopwatch.
g. Aspal.
a. Mengisikan oli maksimal 9 liter pada tempat penampungan oli sampai batas
atas tabung furol terendam atau sampai paling sedikit 6 mm diatas tanda batas
tabung viskometer;
b. Menetapkan dan pertahankan penangas oli (oil bath) pada temperatur
pengujian.
1. Temperatur pengujian yang ditetapkan untuk mengukur viskositas
KEKENTALAN ASPAL BAB VI
o o o o o o
saybolt furol adalah 120 C, 130 C, 140 C, 150 C, 160 C, 180 C bila
o
dianggap kurang dapat diteruskan sampai dengan 240 C/
m. Menghitung waktu dalam saybolt furol detik yang telah dikoreksi dari
6.7.2 Perhitungan
Mencari nilai centistones (cm2)
t = 45 detik
t = 118 detik
t = 78 detik
t = 148 detik
t = 55 detik
6.8.1 Kesimpulan
Dari pengujian kekentalan (viskositas) aspal keras yang telah dilakukan, dapat kita
simpulkan bahwa pada suhu rendah (dingin) aspal akan beku, namun jika suhu
naik atau tinggi aspal akan mengental atau bahkan sampai menjadi cair,
kekentalan dapat kita ketahui dengan semakin sedikitnya waktu yang dibutuhkan,
untuk mengeluarkan aspal dari lubang. Pada Alat viskositas saybolt tersebut
dengan kenaikan suhu yang ditentukan, berarti semakin tinggi suhu aspal tersebut
didapatkan kesimpulan dengan nilai viskositas 322,64 CST pada suhu 140oC
KEKENTALAN ASPAL
BAB VI
termasuk kedalam aspal cair kelas MC 250; 98,1 CST dan 119,9 CST
pada suhu 200oC dan 180oC termasuk kedalam aspal cair kelas MC 70.
Benda
No SNI 03-6721-2002 Hasil Pengujian Keterangan
Uji
MC 30 - 60 CST -
6.8.2 Saran
a. Berhati – hati dalam pengambilan benda uji berupa aspal cair yang panas.
LAMPIRAN
KEKENTALAN ASPAL
No. Lampiran : 6.1 Tanggal :
Jenis material : Aspal Cair Dikerjakan oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : 1 Dihitung oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Sugiharto
Berat Contoh : -
Mengetahui
Asisten Lab. Teknik Sipil
BAB 7
KEHILANGAN BERAT ASPAL
A. Teori Dasar
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kehilangan minyak pada aspal
akibat pemanasan berulang. Pengujian ini pun adalah untuk mengukur
perubahan kinerja aspal akibat kehilangan berat. Untuk mengevaluasi hanya
pada beberapa karakteristik aspal, seperti kehilangan berat dan penetrasi,
daktailitas dan titik lembek setelah kehilangan berat, dimana cara tersebut
dinamakan Thin Film Over Test ( TFOT). Bitumen merupakan suatu bahan
perekat berwarna coklat hingga hitam atau gelap, yang dapat didapatkan dari
alam maupun dari proses buatan. Kandungan utama dari bitumen adalah
senyawa hidrokarbon seperti aspal, tar.
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya
sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan
bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu
aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan
aspal. Semua aspal-aspal adalah termoplastik, yang mana akan menjadi lebih
keras lebih merekat dengan berkurangnya temperatur dan akan menjadi lebih
lembut, lebih sedikit yang merekat sebagai bila temperatur mereka meningkat.
karakteristik ini dikenal sebagai kepekaan temperatur. Aspal pada temperatur-
temperatur yang berbeda. Saat temperatur meningkat, aspal menjadi lebih sedikit
yang merekat (lebih banyak cair). Mengetahui kepekaan temperatur aspal itu
yang sedang digunakan di suatu campuran seman aspal sangat penting, karena
itu menandai temperatur yang tepat untuk mencampur aspal dengan bahan
lainnya
Pada suatu aspal cahaya diketahui memiliki efek yang merusak.
Kerusakan yang timbul sering berasal dari sinar matahari , yang akan merusak
aspal, dengan di bantu oleh Faktor air dan cairan pelarut lainnya. Kerusakan
molekul dengan cara ini disebut faktor oksidasi, untungnya sinar yang merusak
ini hanya dapat mempengaruhi beberapa lapisan molekul lapisan atas aspal.
Oleh karena itu, foto oksidasi dianggap kecil pengaruhnya apabila dilihat dari
KEHILANGAN BERAT ASPAL BAB VII
table aspal keseluruhan. Namun proses di atas tidak dapat di abaikan dalam
konstribusinya terhadap proses pengrusakan akibat cuaca pada pad alapisan
permukaan tipis aspal.
Karakteristik campuran aspal khususnya mengenai durabilitas sangat
tergantung pada karakteristik yang tersedia pada lapisan tipis aspal. Untuk
mengevaluasi durabitas material aspal tersedia prosedur yang disebut Thin film
Oven Test (TFOT) dengan melakukan pembatasan evaluasinya hanya pada
karakteristik aspal, seperti kehilangan berat.
Pada pengujian ini kita menggnakan metoda TFOT , dimana suatu
sampel tipis di panaskan dalam oven selama periode tertentu, dan karakteristik
sampel sesudah dipanaskan kemudian diperiksa untuk meneliti indikasi adanya
proses pengerasan dari material aspal.
Pengujian TOFT bertujuan mengetahui kehilangan minyak pada aspal
akibat pemanasan berulang, pengujian ini mengukur perubahan kenerja aspal
akibat kehilangan berat. Cahaya diketahui mempunyai efek yang merusak pada
aspal karena kerusakan yang ditimbulkan sering berasal dari matahari dan
dibantu oleh aspek air dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan molekul aspal ini dinamakan oksidasi. Ini dianggap kecil
pengaruhnya apabila dari tebak aspal keseluruhannya, namun proses diatas
akibat cuaca pada lapisan permukaan agregat. Karakteristik campuran
khususnya durabilitas aspal sangat tergantung pada karakteristik lapis tipis
aspal. Pada Pengujian ini, suatu sampel tipis dipanaskan. Kemudian diperiksa
untuk meneliti adanya proses pengerasan atau proses pelapukan atau proses
pelapukan material aspal.
Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan evaluasi
karakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat yang dilihat adalah nilai
penetrasi titik lembek dan daktalitas. Untuk itu sangat dianjurkan saat
penyiapan sampel dibuat 2 buah sampel. Untuk mendapatkan material aspal
yang akan dipakai untuk campuran, diharapkan pengujian TFOT dan penurunan
berat ini tidak terlalu besar, selisih dari nilai penetrasi sebelum dan sesudah
menunjukkan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu.Untuk
49
KEHILANGAN BERAT ASPAL BAB VII
50
KEHILANGAN BERAT ASPAL BAB VII
C. Benda Uji
Benda uji yang dipakai pada percobaan ini adalah aspal cair.
E. Cara Pengujian
1. Mengaduk contoh aspal serta memanaskan untuk mendapatkan campuran
yang merata tidak lebih dari 30 menit.
2. Menuangkan contoh aspal ±50 gr ke dalam thin box (A).
3. Menyiapkan benda uji ganda, benda uji yang akan diperiksa harus bebas air.
4. Menghidupkan oven, menjalankan motor pemutar plat yang berada dalam
oven. Lalu memasang thermometer pada tempatnya, hingga terletak pada
jarak 1,9 cm dari pinggir plat. Setelah oven mencapai suhu 163oC,
meletakan benda uji di atas pelat yang berputar.
5. Mendinginkan benda uji pada suhu ruang, lalu menimbang benda uji
tersebut (B).
51
KEHILANGAN BERAT ASPAL BAB VII
52
KEHILANGAN BERAT ASPAL BAB VII
= 17,988 %
1. Gambar Alat
2. Gambar Kerja
53
KEHILANGAN BERAT ASPAL BAB VII
2. Saran
Sebaiknya ketika mencatat hasil bacaan pada timbangan tidak terburu-buru,
tunggu hingga hasil bacaan pada timbangan berhenti agar data yang didapat
sesuai.
54
A. LAMPIRAN
B. KEHILANGAN BERAT ASPAL
1. Data Pengamatan
Tabel 7.1 (Terlampir)
KETERANGAN NILAI
Berat cawan + aspal keras 86
Berat cawan kosong 36
Berat aspal keras 50
Berat sebelum pemanasan 50
Berat sesudah pemanasan 34,53
Berat endapan 15,47
Kehilangan berat aspal 17,988 %
PENETRASI ASPAL BAB VIII
BAB 8
PENETRASI ASPAL
A. Teori Dasar
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau
lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika
temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan
temperatur kepekaan terhadap temperatur dari setiap jenis aspal berbeda-beda,
yang dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspalnya, walaupun mungkin
mempunyai nilai penetrasi atau viskositas yang sama pada temperatur tertentu.
Kepekaan terhadap tempaeratur akan menjadi dasar perbedaan umur aspal
untuk menjadi retak atau mengeras. Parameter kepekaan aspal terhadap
temperatur adalah indeks penetrasi (PI)
Nilai PI antara -1 dan +1 adalah nilai PI yang umum dimiliki oleh aspal
yang digunakan untuk material perkerasan jalan. Aspal yang digunakan
sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai :
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan
antara sesama aspal.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada
didalam butir agregat itu sendiri
Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal
haruslah memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat
dilaksanakannya mempunyai tingkat kekentalan tertentu
Aspal yang digunakan dalam perkerasan jalan, terdiri dari beberapa jenisyaitu:
a. Aspal Alam : Aspal gunung (Rock Asphalt), Aspal Danau (Lake Asphalt)
b. Aspal Buatan : Aspal minyak, Ter (jarang dipakai sebagai bahan perkerasan,
karena cepat mengeras)
Penentuan penetrasi adalah suatu cara untuk mengetahui konsistensi
aspal. Konsistensi aspal merupakan derajat kekentalan aspal yang sangat
dipengaruhi oleh suhu. Untuk aspal keras atau lembek penentuan konsistensi
dilakukan dengan penetrometer.
PENETRASI ASPAL BAB VIII
55
PENETRASI ASPAL BAB VIII
56
PENETRASI ASPAL BAB VIII
C. Benda uji
Benda uji yang dipakai dalam percobaan ini adalah aspal keras
E. Cara Pengujian
1. Panaskan aspal keras kurang lebih cukup untuk mengisi 2 buah tinbox
secara perlahan-lahan sampai mencair dan bisa dituangkan dengan waktu
pemanasan lebih kecil dari 30 menit.
2. Mengaduk selama pemanasan secara perlahan-lahan agar udara tidak masuk
kedalam contoh.
3. Menutup tinbox agar benda uji tidak kena debu lalu mendiamkan selama 1-
1,5 jam untuk tinbox kecil dan 1,5-2 jam untuk tinbox besar pada ruang AC
atau kulkas dengan temperatur (15ᴼC - 30ᴼC).
4. Memasang jarum pada pluyer head.
5. Meletakan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban 100
gram berikut pada pluyer head.
6. Memindahkan tempat air beserta benda uji kebawah alat penetrasi.
57
PENETRASI ASPAL BAB VIII
59
PENETRASI ASPAL BAB VIII
91 + 93 + 94 + 95 + 96
=
5
= 93,8 mm
H. Gambar alat dan Gambar kerja
1. Gambar alat
Tabel 8.2 (Terlampir)
2. Gambar kerja
Tabel 8.3 (Terlampir)
I. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pada percobaan penetrasi aspal, didapatkan nilai penetrasi sebagai berikut,
a. Rata-rata hasil dari beban 100 gram = 93,8 mm
Penetrasi yang diatas masuk kestandar penetrasi aspal yang dipakai dijalan.
Hasil ini masuk dalam persyaratan umum penetrasi aspal yaitu digambarkan
seperti tabel dibawah ini. Berdasarkan pengujian :
a. Untuk berat 100 gram termasuk penetrasi 80 (penetrasi rendah
digunakan untuk jalan dengan volume lalu lintas tinggi, dan daerah
dengan cuaca iklim panas).
Tabel 8.4 persyaratan umum penetrasi aspal
Jenis aspal Penetrasi 40 Penetrasi 60 Penetrasi 80
Persyaratan MIN MAX MIN MAX MIN MAX
umum 40 59 60 79 80 99
2. Saran
a. Pada saat penetrasi jarum untuk mengenai benda uji, hendaklah benda
uji diposisikan terlebih dahulu, agar ketika jarum dijatuhkan bisa
mengenai benda uji, usahakan jarak selalu konstan antara benda uji dan
jarum penetrasi.
b. Pada arloji penetrometer hendaknya ketika setelah jarum penetrasi
dijatuhkan, tidak ditekan, namun hanya didorong saja agar benda uji
pun hanya terdorong oleh jarum saja karena jika kita menekan arloji
penenometer kemudian tekanan diteruskan pada jarum penetrasi, angka
60
PENETRASI ASPAL BAB VIII
61
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK
BAB 9
Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa
metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan ( flow), serta analisis
kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Alat Marshall merupakan
alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2
KN (5000 lbs) dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai
Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiameter 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5
inchi (6,35 cm). Prosedur pengujian Marshall mengikuti SNI 06 -2489-1991, atau
AASHTO T 245-90, atau ASTM D 1559-76 dan SNI 06-2489:2011 Secara garis
besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda uji, penentuan berat jenis bulk
dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow, dan perhitungan sifat volumetrik
benda uji. Pada persiapan benda uji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain:
63
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh Departemen
Course) / Lapis Aus Aspal Beton. AC-WC adalah salah satudari tiga macam
campuran lapis aspal beton yaitu AC-WC, AC-BC dan AC-Base. Ketiga jenis
(Asphalt Concrete- Wearing Course)/ Lapis Aus Aspal Beton. AC-WC adalah
salah satu dari tiga macam campuran lapis aspal betonya itu AC-WC, AC-BC dan
Penggunaan AC-WC yaitu untuk lapis permukaan (paling atas) dalam perkerasan
dan mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston
lebih peka terhadap variasi dalam proporsi campuran. Gradasi agregat gabungan
dalam persen berat agregat, harus memenuhi batas-batas dan harus berada di luar
75
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
mm atau ¾”. Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima
beban sampai terjadi alir (flow) yang dinyatakan dalam kilogram sedangkan alir
(flow) adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat
Marshall ditemukan oleh Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM
menerima beban sampai terjadi alir (flow) yang dinyatakan dalam kilogram
sedangkan alir (flow) adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal
9.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang
b. Split 1-2.
c. Screening.
d. Abu Batu.
76
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
9.4 Peralatan
a. Lengkap Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi
silider, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
2. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
bagian sudutnya;
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan
2. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
perlengkapannya;
perlengkapannya;
77
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
2. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
perlengkapannya;
perlengkapannya;
g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai
200⁰C (± 3⁰C )
1 gram;
k. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250⁰ C dan 100⁰C
l. Perlengkapan lain :
3. Kompor atau pemanas (hot plate); Tiga buah cetakan benda uji yang
berdiameter 10,6 cm dan tinggi 7,62 cm lengkap dengan pelat alas dan
leher sambung.
4. Sarung tangan dari asbes; sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan (masker).
78
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
79
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
a) Kantong plastik
setelah itu mengeluarkan benda uji dari alat pengering (oven) dan tunggu
penyaringan;
Tabel 9.1
Tabel 9.1 Tingkat Kekentalan (Viscositas) Aspal untuk Aspal Padat dan
Aspal Cair
PENCAMPURAN PEMADATAN
Kinematik
170±20 170±20 C.ST 280±30 280±30 C.ST
Viscosimeter
80
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
81
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
93,3–148,9°C;
82
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
6. Melepas pelat alat berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian
membalikkan cetakan yang berisi benda uji dan memasang kembali plat
benda uji di atas permukaan yang rata dan membiarkan selama kira-kira ±
b. Persiapan Pengujian
5. Merendam benda uji di dalam air selama ±24 jam pada suhu ruangan;
6. Setelah merendam ±24 jam, kemudian menimbang benda uji dalam air
kepala penekan, sehingga kepala penekan yang ada dapat meluncur bebas
83
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
c. Cara Pengujian
Waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendam
detik.
1. Merendam benda uji dalam bak perendam ( water bath) selama 30-40
menit dengan suhu tetap 60oC±1oC untuk benda uji yang menggunakan
aspal padat masukkan benda uji ke dalam oven selama minimum 2 jam
2. Mengeluarkan benda uji dari bak perendam dan meletakkan benda uji
4. Memasang arloji pengukur alir (Flow) pada kedudukannya atas salah satu
batang penuntun dan mengatur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol
kepala penekan;
84
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
85
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
menurun seperti yang ditunjukan oleh jarum arloji tekan dan mencatat
yang bersangkutan.
8. Mencatat nilai akhir (flow) yang ditunjukan oleh jarum arloji pengukur alir
86
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
Dengan memplotkan hasil persen lolos dari tiap fraksi (split 1-2, Screening, dan
a. Garis berat I, antara grafik persen lolos split 1-2 dengan grafik persen lolos
screening.
b. Garis berat II, antara grafik persen lolos screening dengan grafik persen lolos
abu batu.
87
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
¾ = 14 % x 100 % = 14 %
½ = 14 % x 38,3262 % = 5,36567 %
3/
8 = 14 % x 0 % =0 %
4 = 14 % x 0 % =0 %
8 = 14 % x 0 % =0 %
16 = 14 % x 0 % =0 %
30 = 14 % x 0 % =0 %
50 = 14 % x 0 % =0 %
100 = 14 % x 0 % =0 %
200 = 14 % x 0 % =0 %
¾ = 29% x 100 % = 29 %
½ = 29% x 100 % = 29 %
3/
8 = 29% x 100 % = 29 %
88
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
4 = 29% x 0 % =0 %
8 = 29% x 0 % =0 %
16 = 29% x 0 % =0 %
30 = 29% x 0 % =0 %
50 = 29% x 0 % =0 %
100 = 29% x 0 % =0 %
200 = 29% x 0 % =0 %
¾ = 57% x 100 % = 57 %
½ = 57% x 100 % = 57 %
3/
8 = 57% x 100 % = 57 %
4 = 57% x 100 % = 57 %
Cek Agregat Gabungan = 14% Split (1-2) + 29% Screening+ 57% Abu
Batu
¾ = 14 + 29 + 57 = 100 %
89
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
½ = 5,36567 + 29 + 57 = 91,36567 %
90
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
3/8 = 0 + 29 + 57 = 86 %
4 = 0 + 0 + 57 = 57 %
8 = 0 + 0 + 41,9256 = 41,9256 %
16 = 0 + 0 + 29,866 = 29,866 %
30 = 0 + 0 + 24,4017 = 24,4017 %
50 = 0 + 0 + 12,1537 = 12,1537 %
= 100 – 41,9256
= 58,0744
= 58,0744 – 3,580
91
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
= 54,4944
= 3,580
K =1
= 6,129252
Diambil 3 buah benda uji dengan persentase aspal yang berbeda yaitu :
5 ; 5,5 ; dan 6. Perhitungan campuran Aspal, Split 1-2, Screening dan Abu
a) Aspal 5 %
b) Aspal 5,5 %
92
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
93
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
c) Aspal 6 %
Isi Benda Uji = Berat Benda Uji SSD – Berat Benda Uji Dalam Air
BJ Aspal = 1
Diketahui :
94
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
= 1,55564
Teoritis =
% Agregat = 100 % - 5 % = 95 %
% Aspal = 5 %
Bj Agregat = 1,55564
Bj Aspal = 1
% Aspal = 5,5 %
Bj Agregat = 1,55564
Bj Aspal =1
% Agregat = 100 % - 6 % = 94 %
95
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
% Aspal = 6 %
Bj Agregat = 1,55564
Bj Aspal = 1
Berat Isi =
VIM = 100 x ( )
A =( ) −
B =( ) −
C = ( )
A = − (( − ) )−
B = − (( − ) ) −
96
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
C = − (( − ) )
(Kalibrasi didapat dari pembacaan dial terhadap penunjuk standar yaitu 26,284
kg/m3)
A = 26
B = 26
C = 26
VFA
( ( ))
A = −
( ( ))
B = −
()
C =
MQ =
A =
B =
C =
97
ANALISISA PENGUJIAN MARSHALL BAB IX
9.8.1 Kesimpulan
Dari Pengujian yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Sample
Pengujian Standar Keterangan
A B C
VIM -20,71466% -31,96573% 44,43378% 3-5 % Tidak sesuai (A, B, C)
VMA -17,92253% -34,73619% 37,03685% ≥ 14 % Tidak sesuai (A , B)
VFA -34,6259% -22,5619% 10,85937% ≥ 65 % Tidak sesuai (A, B, C)
Stabilitas 1751,588 kg 1540,954 kg 1363,578 kg ≥ 800 kg Sesuai (A, B, C)
Flow 3,29 mm 3,10 mm 2,09 mm 2 - 4 mm Sesuai(A, B, C)
Marshall
1248,63 kg/mm 1165,81 kg/mm 1530,14 kg/mm ≥ 250 kg/mm Sesuai (A, B, C)
Ountient
9.8.2 Saran
c. Hati-hati dalam pemasangan arloji pada alat Marshall karena jika salah
d. Meletakkan benda uji di tempat yang aman sebelum digunakan atau pada saat
praktikum berlangsung.
98
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254)395502; Fax (0254)395440, 376712
Website: www.ft-untirta.ac.id
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 9.1 Tanggal : 17 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Berat Contoh : 1200 gram
Tabel 9.8 Rencana Campuran AC/WC
A B C
% gram % gram % gram
Aspal 5 60 5,5 66 6 72
Split 1-2 14 159,6 14 158,76 14 157,92
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 9.2 Tanggal : 17 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Berat Contoh : 1200 gram
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 9.3 Tanggal : 16 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur. S
Berat Contoh : 1200 gram
Tabel 9.8 Data Pengamatan Analisa Data Pengujian Marshall
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 9.4 Tanggal : 17 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Berat Contoh : 1200 gram
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 9.5 Tanggal : 17 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Berat Contoh : 1200 gram
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 9.6 Tanggal : 17 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Berat Contoh : 1200 gram
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
NIM.3336170105
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254)395502; Fax (0254)395440, 376712
Website: www.ft-untirta.ac.id
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 9.7 Tanggal : 17 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Berat Contoh : 1200 gram
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
NIM.3336170105
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254)395502; Fax (0254)395440, 376712
Website: www.ft-untirta.ac.id
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 9.8 Tanggal : 17 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Berat Contoh : 1200 gram
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
NIM.3336170105
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAHAN & BETON – SURVEYING – INVESTIGASI TANAH – HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Tlp. (0254)395502; Fax (0254)395440, 376712
Website: www.ft-untirta.ac.id
LAMPIRAN
ANALISA PENGUJIAN MARSHALL
No.Lampiran : 10.9 Tanggal : 17 Juni 2021
Jenis Material : Aspal Dikerjakan Oleh : Kelompok E
Nomor Contoh : Dihitung Oleh : Kelompok E
Pekerjaan : Uji Material Diperiksa : Abdul Syukur
Berat Contoh : 1200 gram
Mengetahui :
Asisten Laboratorium
NIM.3336170105