Anda di halaman 1dari 11

BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

b) Agregat Kasar (Split) : kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70

mikro (0,075 mm) maksimum 1%.

Lumpur adalah bagian-bagian yang berasal dari agregat alam (kerikil dan pasir)

yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis kurang dari 2,0 t/m3 (SK

SNI S-04-1989-F). Bahan-bahan ini adalah bahan-bahan yang menyebabkan

terganggunya proses pengikatan pada beton serta pengerasan betonnya, selain

yang telah diketahui yakni alkali dan sulfat.Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

menentukan kandungan lumpur yang terdapat dalam agregat halus. Benda uji

yang digunakan pada percobaan ini merupakan benda uji berupa pasir level kadar

lumpur pada agregat merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terganggunya

proses mengikat dan pengerasan beton. Kadar lumpur tidak bisa menyatu dengan semen

sehingga menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat yang akhirnya

menyebabkan kuat tekan beton akan berkurang dengan tidak mengikat materi satu sama

lain. SK SNI S-04-1989-F, tingkat level kadar lumpur yang diijinkan maksimal 5% untuk

agregat halus (pasir) dan maksimal 1% untuk agregat kasar (split).

Dalam penelitian ini untuk mengetahui efek dari kadar lumpur pada isi agregat

halus pada kuat tekan beton pada lima variasi tingkat kategori kadar lumpur bersih

dengan kandungan 1% dan 2%, kadar lumpur 4% dan pasir kotor dengan tingkat

7% dan 11%, sedangkan untuk isi kadar lumpur kasar agregat 0,7%.

Untuk menciptakan mutu beton yang baik (kuat tekan tinggi), maka bahan

penyusun beton harus memenuhi syarat teknis. Salah satu syarat teknis adalah

agregat halus (pasir) tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat pasir.

Kadar lumpur agregat normal yang diijinkan SK SNI S–04–1989–F untuk agregat

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

halus (pasir) maksimal 5% dan untuk agregat kasar (split) maksimal 1%. Ada

kecenderungan meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton yang

bersangkutan, jika terdapat lumpur.

Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga menghalangi

penggabungan antara semen dengan agregat. Pada akhirnya kekuatan tekan beton

akan berkurang karena tidak adanya saling mengikat. Dala penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh kadar lumpur pada agregat halus (pasir) terhadap kuat tekan

beton dibuat lima variasi kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus (pasir)

yaitu katagori pasir dengan kadar lumpur bersih (1% & 2%), pasir dengan kadar

lumpur sedang (4%) dan pasir dengan kadar lumpur kotor (7% & 11%) sedangkan

untuk kadar lumpur yang terdapat pada agregat kasar adalah 0.70% ( kurang dari

1%).

a) Signifikansi
Pengaruh kadar lumpur pada agregat halus dalam pembuatan mix design

beton mempengaruhi sifat sifat serta kuat tekan beton. Dalam penelitian

iniakan diketahui sifat–sifat beton akibat pengaruh kadar lumpur yang

bervariasi dari yang kadar lumpurnya bersih, sedang sampai yang kadar

lumpurnya kotor (1%, 2%, 4%, 7%, 11%) terhadap workability, berat jenis

betonnya, berat betonnya sendiri serta kuat tekan beton yang dihasilkan.

b) Metode Penelitian

Dalam penelitian ini material yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Agregat halus : Pasir Muntilan

2. Agregat Kasar : Batu Pecah (Split) ex. Gunung Pati Semarang


PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6
BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

3. Semen Portland : Semen Gresik Tipe I (40kg)

4. Air sumber laboratorium bahan dan konstruksi

Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil

desintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan. Agregat halus ini

mempunyai ukuran butir antara 1,5 - 3,8 atau butirannya menembus ayakan

ukuran kurang lebih 5,0 mm. Sedang agregat kasar adalah agregat berupa kerikil

sebagai hasil desintegrasi alami batu-batuan atau batu pecah yang ukuran

butirannya lebih besar dari 5,0 mm. Gradasi agregat merupakan distribusi ukuran

butiran agregat. Alat untuk mengukur besar butir agregat biasanya digunakan

ayakan atau saringan. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam

volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirnya bervariasi maka volume

pori akan kecil.

Untuk pembuatan adukan beton atau mortar diperlukan suatu butiran yang

mempunyai volume pori sesedikit mungkin. Hal ini karena jika volume pori

agregat kecil membutuhkan volume perekat sedikit. Agregat halus untuk beton

dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau

berupa pasir buatan yang dihasil oleh alat-alat pemecah batu. Adapun syarat-

syarat dari agregat halus yang digunakan menurut PBI 1971, antara lain:

a. Pasir terdiri dari butir- butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya tidak

mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian- bagian

yang bisa melewati ayakan 0,063 mm. Bila kadar lumpur lebih dari 5%.

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

Menurut peraturan yang dipakai saat ini ( SK SNI S -04 -1989-F dan SK SNI T-

15-1990-03 ) kekasaran agregat halus dibagi menjadi ampat zone yaitu pasir

halus, agak halus, agak kasar, dan kasar, demikian halnya dengan agregat kasar.

Sifat-sifat agregat yang mempengaruhi mutu beton salah satunya adalah bentuk

butiran dan keadaan permukaan. Butiran agregat biasanya berbentuk bulat

(agregat yg berasal dari sungai/pantai), tidak beraturan, bersudut tajam dengan

permukaan kasar, ada yang berbentuk pipih dan lonjong. Bentuk butiran

berpengaruh pada :

a. Luas permukaan agregat

b. Jumlah air pengaduk pada beton

c. Kestabilan/ketahanan (durabilitas) pada beton

d. Kelecakan (workability)

e. Kekuatan beton Keadaan permukaan agregat berpengaruh pada daya ikat

antara agregat dengan semen.

a. Permukaan kasar → ikatannya kuat

b. Permukaan licin → ikatannya lemah

4.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kandungan lumpur yang terdapat


dalam suatu agregat (agregat kasar).

4.3 Benda Uji


Benda uji yang digunakan pada percobaan ini merupakan benda uji berupa

agregat kasar (split/koral).

4.4 Alat- Alat yang Digunakan


a) Neraca (0,1 gram sensivity).

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

b) Saringan no.200.

c) Cawan/ wadah/ pan anti karat ukuran besar.

d) Drying oven cap 760 ltr (110 ± 5)℃.

4.5 Prosedur Percobaan


Agregat Kasar

Hari Pertama :
1. Menimbang cawan/ wadah/pan anti karat yang ukurannya cukup besar,

kemudian mencatat hasilnya (W1);

2. Mengambil split yang masih alami secukupnya, kemudian memasukan

kedalam cawan/wadah/pan anti karat;

3. Memasukan cawan/wadah/pan anti karat yang telah diisi split/koral ke

dalam drying oven selama ±24 jam dengan suhu (100 ± 5)℃ (sampai

beratnya tetap).

Hari Kedua :

1. Mengeluarkan benda uji (split/koral) pada cawan/wadah/pan anti karat yang

sebelumnya disimpan dalam drying oven selama ± 24 jam dan mendiamkan

beberapa saat;

2. Setelah cukup dingin, menimbang benda uji (split/koral) pada

cawan/wadah/pan anti karat dan mencatat nilainya (W2). Jadi,berat benda

uji (split/koral) mula– mula : A = W2 – W1

3. Kemudian memberikan air secukupnya pada benda uji (split/koral) yang ada

didalam cawan/wadah/pan anti karat sampai benda uji (split/koral) terendam

seluruhnya;

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

4. Menggoncang-goncang cawan/wadah/pan anti karat yang berisi benda uji

(split/koral), kemudian menuangkan air pencucinya ke dalam saringan no.

200 dengan hati-hati agar benda uji (split/koral) tidak ikut tertuang kedalam

saringan no. 200 tersebut;

5. Memasukkan air pencuci baru sampai benda uji (split/koral) terendam

seluruhnya;

6. Kemudian menggoncang – goncangkan cawan/wadah/pan anti karat yang

berisi benda uji (split/koral) kemudian menuangkan air pencucinya kedalam

saringan no. 200 dengan hati – hati agar benda uji (split/koral) tidak ikut

tertuang kedalam saringan no. 200 tersebut;

7. Mengembalikan benda uji uji (split/koral) yang terthan dalam saringan

No.200 ke cawan/wadah/pan anti karat, kemudian memasukkan seluruh

bahan benda uji (split/koral) ke dalam drying oven selama ±24 jam.

Hari Ketiga :

1. Mengeluarkan benda uji (split/koral) dari drying oven (setelah ± 24 jam),

kemudian mendiamkan agar benda uji (split/koral) cukup dingin;

2. Setelah itu, Menimbang benda uji (split/koral) tersebut dengan neraca,

mencatat nilainya (W3).

Jadi, berat kering benda uji (split/koral) : B = W3 – W1

Agregat Halus

a) Cara I

Hari Pertama :

1. Menimbang cawan/ wadah/pan anti karat yang ukurannya cukup besar,

kemudian mencatat hasilnya (W1);


PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6
BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

2. Mengambil pasir yang masih alami secukupnya, kemudian memasukan

kedalam cawan/wadah/pan anti karat;

3. Memasukan cawan/wadah/pan anti karat yang telah diisi pasir ke dalam

drying oven selama ±24 jam dengan suhu (100 ± 5)℃ (sampai beratnya

tetap).

Hari Kedua :

4. Mengeluarkan benda uji (pasir) pada cawan/wadah/pan anti karat yang

sebelumnya disimpan dalam drying oven selama ± 24 jam dan mendiamkan

beberapa saat;

5. Setelah cukup dingin, menimbang benda uji (pasir) pada cawan/wadah/pan

anti karat dan mencatat nilainya (W2). Jadi,berat benda uji (pasir) mula–

mula : A = W2 – W1;

6. Menuang pasir kedalam tabung gelas ukur;

7. Kemudian memberikan air sampai ketinggian 12 cm diatas permukaan pasir

dan mendiamkan selama ± 1 jam;

8. Mengaduk pasir ± 15 detik dan mendiamkan selama±1 menit;

9. Membuang seluruh air yang ada didalam gelas ukur dengan hati-hati agar

butiran-butiran pasir tidak ikut terbuang;

10. Ulangi percobaan point (4) sampai dengan (6) sampai air terlihat jernih;

11. Membuang airnya dengan perlahan setelah air terlihat jernih;

12. Menuangkan bahan benda uji (pasir) ke dalam cawan yang telah

diketahui beratnya (W3), Kemudian memasukkan seluruh bahan benda uji

(pasir) ke dalam drying oven selama ± 24 jam (sampai beratnya tetap).

Hari Ketiga :
PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6
BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

1. Mengeluarkan benda uji (pasir) dari drying oven (setelah ± 24 jam),

kemudian mendiamkan dalam dessicator;

2. Setelah itu, Menimbang benda uji (pasir) tersebut dengan neraca,

mencatat nilainya (W4).

Jadi, berat kering benda uji (pasir) : B = W4 – W3.

b) Cara II
1. Mengambil Agregat halus (pasir) apa adanya (alami);

2. Memasukan pasir kedalam gelas ukur;

3. Menuangkan air biasa (aquades) sampai pasirnya terendam

4. Menuangkan cuka secukupnya

5. Menggoyang-goyangkan secara mendatar (horizontal);

6. Mendiamkan beberapa saat sampai terlihat adanya pemisahan antara butiran

pasir dan lumpurnya dan sudah tidak terjadi lagi penurunan butiran-butiran

pasir; Kemudian membaca skala volume untuk besaran pasir dan lumpur

pada gelas ukur tersebut.

4.6 Data Pengamatan dan Perhitungan


4.6.1 Data Pengamatan
Data Pengamatan Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar (Tabel 4.3

Terlampir) dan Agregat Halus (Tabel 4.4 Terlampir)

4.6.2 Data Perhitungan


Diketahui :

Agregat Kasar

Berat wadah/pan (W1) = 158 gr

Berat pan + benda uji (W2) = 458 gr


PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6
BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

Berat benda uji (A) = W2 – W1

=458 – 158

= 300 gr

Berat wadah + split kering (W3) = 453 gr

Berat split kering (B) = W3 - W1

= 453 – 158

= 293 gr

A−B
Kadar Lumpur Agregat Kasar = ×100%
B

300−293
= ×100%
293

= 1,695 %

Agregat Halus

Berat wadah/pan (W1) = 166,5 gr

Berat pan + benda uji (W2) = 601,5 gr

Berat benda uji (A) = W2 – W1

=601,5 – 166,5

= 500 gr

Berat wadah + split kering (W3) = 582 gr

Berat kering (B) = W3 - W1

= 582 – 166,5

= 415,5 gr

A−B
Kadar Lumpur Agregat Halus = ×100%
B

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6


BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

500−415,5
= ×100%
415,5

= 20,337 %

Cara II agregat halus

Volume Lumpur (V1) = 1 ml

Volume Pasir (V2) = 147 gr

Volume Total (V) = 148 gr

V1(lumpur)
Kadar Lumpur Agregat halus = ×100%
V(total)

1
= ×100%
148

= 0,68 %

4.7 Gambar Alat dan Gambar Kerja

4.7.1 Gambar Alat

Gambar Alat Pengujian Kadar Lumpur Agregat kasar (Tabel 4.5 Terlampir)

Gambar Alat Pengujian Kadar Lumpur Agregat halus (Tabel 4.6 Terlampir)

4.7.2 Gambar Kerja


Gambar Kerja Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar (Tabel 4.7
Terlampir)
Gambar Kerja Pengujian Kadar Lumpur Agregat halus (Tabel 4.8
Terlampir)

4.8 Kesimpulan dan Saran

4.8.1 Kesimpulan
PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6
BAB 4 KADAR LUMPUR AGREGAT

Dari pengamatan dan perhitungan pada percobaan kadar lumpur agregat

kasar didapatkan hasil:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar

Hasil SK-SNI-S-04-
Benda Uji Keterangan
Pengamatan 1989-F
Agregat Kasar Tidak memenuhi
1,695 % ≤1%
standar
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

Benda Hasil SK SNI S-


Pengujian Keterangan
Uji Pengamatan 04-1989-F
Tidak memenuhi
Agregat Cara I 20,337% ≤5%
standar
Halus
Cara II 0,68 % ≤5% Memenuhi standar

4.8.2 Saran
Dari data percobaan diperoleh beberapa saran dalam percobaan yaitu :
a. Perhatikan ketelitian dalam menimbang
b. Gunakan agregat sesuai dengan standar Dmaks yang ditentukan
c. Menghindari air cuka yang tumpah
d. Membaca nilai penimbangan dengan teliti

PRAKTIKUM ILMU BAHAN 2019 KELOMPOK 6

Anda mungkin juga menyukai