Oleh :
I Nyoman Ardika ST., MT.
PROGRAM STUDI
D3 TEKNIK SIPIL
DAFTAR ISI
Halaman
I. DASAR TEORI 1
II. PENYIAPAN BAHAN BENDA UJI 2
2.1 Prosedur Persiapan 2
2.2 Langkah Kerja 2
A. Untuk Aggregat Kasar (Kerikil) 2
B. Untuk Aggregat Halus (Pasir) 3
III. ANALISA AYAKAN (Sieve Shaker) 5
3.1 Prosedur Pengujian 5
3.2 Langkah Kerja 5
IV. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGGREGAT 7
4.1 Prosedur Pengujian 7
4.2 Langkah Kerja Berat Jenis Aggregat Halus 8
4.3 Langkah Kerja Berat Jenis Aggregat Kasar 10
V. BERAT VOLUME atau BERAT ISI AGGREGAT 11
5.1 Prosedur Pengujian 11
5.2 Langkah Kerja Pengujian Berat Volume Agregat Halus 11
5.3 Langkah Kerja Pengujian Berat Volume Agregat Kasar 12
VI. PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS 14
6.1 Prosedur Pengujian 14
6.2 Langkah Kerja 14
15
VII. PENCAMPURAN ADUKAN & PEMBUATAN BENDA UJI BETON
(KUBUS BETON 150mm x 150mm x 150mm atau SILINDER Ø100 mm
tinggi 200 mm atau SILINDER Ø150 mm tinggi 300 mm.
7.1 Prosedur Pengerjaan 15
7.2 Langkah Kerja 16
VIII. TEST KUAT TEKAN BETON. 17
8.1 Prosedur Pengerjaan 17
8.2 Langkah Kerja 17
Foto-foto pelaksanaan Pengujian 18
FORMAT PENGAMBILAN DATA PENGUJIAN 25
Form analisa ayakan PASIR 25
Form analisa ayakan KERIKIL 26
Form Berat Jenis dan Penyerapan PASIR 27
Form Berat Jenis dan Penyerapan KERIKIL 28
Form Berat Volume PASIR, KERIKIL, SEMEN 29
Form Kadar Lumpur PASIR 30
Contoh Soal Analisa Campuran Beton (Mix Disain) 31
SNI 7656:2012 Tata Cara Pemilihan Campuran untuk Beton Normal, 41
Beton
ContohBerat,
formatdan BetonMix
laporan Massa
Disain Beton 86
I. DASAR TEORI
Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Yang
diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063
mm. Apabila kadar Lumpur melampaui 5%, maka agregat harus dicuci
.Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat
seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering) Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar Lumpur melampaui 1%, maka
agregat kasar harus dicuci.
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi pelumas
antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk
memperoleh beton dengan kekuatan yang maksimal maka penggunaan air harus
diperhatikan. Jika nilai kadar airnya besar dapat mempengaruhi kualitas beton.
Selain itu, nilai kadar air juga dipengaruhi oleh absorpsi material yang digunakan.
Semen adalah hidrolik binder (perekat hidrolis) yaitu senyawa yang
terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat
baru yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan. Semen yang digunakan untuk
bahan beton adalah semen Portland atau semen Portland pozzolan. Penggunaan
jenis semen disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
1
II. PENYIAPAN BAHAN BENDA UJI
Peralatan :
1) Ompreng besar
2) Ompreng kecil bentuk segi empat
3) Baskom
4) Spliter agregat halus
5) Spliter agregat kasar
6) Saringan
7) Sekrop
8) Serok
9) Cetok
10) Oven
Bahan :
1) Agregat halus (pasir tipe batu pecah) ukuran 0,5 mm
2) Agregat kasar (kerikil tipe batu pecah) ukuran 20 – 30 mm
Persiapan Bahan Untuk Masing-Masing Kelompok :
1) Pasir sebanyak 5kg
2) Kerikil sebanyak 10kg
2
4. Membagi Agregat kasar dengan menggunakan sekop menjadi 2 bagian
dengan cara menuangkan agregat kasar melalui spliter dan jatuh pada
ompreng dibawahnya. Ratakan dengan cetok supaya agregat tidak jatuh
keluar ompreng
5. Membagi 2 agregat diatas masing masing menjadi 4 bagian
menggunakan splitter, sehingga kita mendapat 8 bahan agreat di 8
ompreng berbeda, karena kita Cuma memerlukan 6 ompreng, maka 2
ompreng yang terdapat agregatnya dimasukan kembali ke dalam karung
dan disimpan untuk bahan pembuatan beton.
6. Memindahkan agregat kasar dari ompreng persegi ke dalam baskom
bundar
7. Mencuci agregat dengan menggunakan air, jika perlu gunakan bantuan
saringan untuk mencucinya. Pada saat pencucian agregat tersebut, unsur-
unsur lain sepeti pasir, kotoran, sampah dan debu harus benar- benar
hilang, sehingga yang tersisa harus agregat kasar yang benar-benar
bersih.
8. Mengisi baskom yang telah terisi agregat dengan air secukupnya, lalu
diamkan selama 24 jam. Tujuan direndam supaya seluruh pori terisi oleh
air
3
½ disimpan untuk persiapan membuat beton. (selama proses pembagian
selalu mengguanakan spliter)
6. Memasukan ¼ bagian pertama kedalam oven dengan suhu 1100 C
diamkan selama 24 jam
7. Menaruh ¼ bagian kedua ditaruh di dalam lab yang telah direndam dan
didiamkan selama 24 jam. Tujuan direndam supaya seluruh pori terisi
oleh air.
4
III. ANALISA AYAKAN (SIEVE SHAKE)
Peralatan :
1) Neraca digital
2) Cetok / Spatula
3) Baskom
4) Wadah bundar
5) Satu set ayakan
6) Kuas pembersih
7) Splitter agregat halus
8) Stopwatch
9) Spidol
Benda Uji :
1) ± 500 gram agregat halus yang telah di oven selama 24 jam.
1. Menyiapkan alat alat dan benda uji seperti : agregat halus, splitter agregat
halus, ompreng, wadah bundar, neraca digital, ayakan serta sieve shake.
2. Mengeluarkan benda uji (agregat halus) dari dalam oven
3. Membagi agregat halus dengan spliter agregat halus sehingga didapat ±
500 gram. Sisanya disimpan karena tidak digunakan.
4. Menimbang agregat halus dengan menggunakan neraca digital lalu catat
hasilnya.
5. Menyiapkan satu set ayakan lengkap dengan FAN penutup dan
saringannya.
6. Mengelap bersih satu set ayakan tersebut dengan menggunakan kuas
hingga bersih sehingga tidak terdapat debu atau kotoran yang
5
sebelumnya menempel pada ayakan, tujuan dibersihkan adalah supaya
debu/kotoran yang menempel pada ayakan tidak mempengaruhi hasil
penimbangan nanti.
7. Menimbang satu persatu ayakan dari mulai ayakan no 19 sampai no
0.075 tidak lupa juga ditimbang FAN nya. Lalu catat berat masing
masing ayakan.
8. Menyusun ayakan dari yang no terkecil ke nomor ayakan terbesar (bawah
ke atas) adapun susunannya adalah sbb : FAN, 0.075, 0.150, 0.300,
0.600, 1.180, 2.360, 4.750, 9.500, 19.000 terakhir penutup.
9. Menuangkan agregat halus dari atas ayakan kemudian pasang ayakan
yang telah terisi agregat halus ke alat sieve shake, ikat ayakan yang telah
disusun dan telah terisi agregat halus dengan kawat. Tujuannya supaya
ayakan tidak lepas pada proses pengocokan
10. Menyiapkan stopwatch yang diatur selama 15 menit, nyalakan stopwatch
bersamaan dengan alat sieve shake nya.
11. Mengangkat ayakan setelah diayak selama 15 menit.
12. Menimbang berat agregat tertahan tiap masing masing ayakan + berat
ayakan, ditimbang mulai ayakan nomor 19 sampai FAN nya. Catat
hasilnya pada table yang telah tersedia.
13. Membersihkan ayakan dari agregat yang tertahan pada tiap-tiap ayakan
dengan menggunakan kuas hingga bersih kemudaian taruh kembali pada
tempatnya.
14. Menyimpan agregat halus yang telah selesai pengujian analisa ayakan
pada wadah kecil kemudian temple plaster dan cantumkan nama
kelompok yang bersangkutan.
6
IV. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui BERAT JENIS aggregat
dalam kondisi SSD (saturated surface dry)/ kering permukaan.
1) Karung
2) Neraca digital
3) Cetok / Spatula
4) Baskom
5) Wadah bundar
6) Toples kaca dan penutupnya
7) Kerucut terpancung dan penumbuknya
8) Alas Kaca
9) Kuas pembersih
10) Sendok plastik
11) Oven
1) Neraca Ohaus
2) Wadah bundar
3) Lap kering
4) Ompreng
5) Spliter agregat kasar
6) Oven
Benda uji :
7
4.2. Langkah Kerja Berat Jenis Agregat Halus
8
10. Membagi agregat halus dengan splitter sehingga didapat agregat halus
sebanyak ± 500 gram, sisanya disimpan.
11. Menyiapkan ±500 gram agregat halus, neraca digital, toples kaca serta
penutupny, air dan pipet tetes serta lap kain.
12. Meninbang toples kosong beserta penutup kacanya pada neraca digital
lalu catat hasilnya
13. Masukkan agregat halus yang telah pada kondisi SSD kedalam toples
kaca lalu timbang toples kaca yang telah terisi agregat haalus SSD
beserta penutup kaca pada neraca digital. Catat hasilnya pada table
14. Memasukkan air kedalam toples yang telah terisi agregat halus tadi aduk
dengan sendok plastic supaya air tercampur merata dengan agregat
halusnya.
15. Memenuhkan toples yang telah terisi agregat halus dengan air
menggunakan pipet tetes ,tutup dengan penutup kaca sehingga
diusahakan tidak terdapat gelembung udara didalam toples, lab bersih
bagian luar toples dengan lap kering timbang pada neraca digital
kemudian catat hasilnya.
16. Mengeluarkan agregat halus pada poin 15 tadi kemudian tuangkan
kedalam wadah , biarkan kira-kira selama 1-2 jam sehingga lumpurnya
mengendap.
17. Mencuci bersih toples kaca dengan air kemudian isi penuh kembali
dengan air. Tutup toples dengan kaca usahakan tidak ada gelembung
udara yang terperangkap didalamnya, lab bersih bagian luar toples
dengan lap kering. Timbang dengan neraca digital kemudian catat
hasilnya.
18. Mengosongkan toples tadi kemudian di lab bersih lalu ditaruh pada
tempatnya.
19. Meniriskan air pada benda uji yang telah didiamkan tadi selama 1-2 jam
dengan cara disedot menggunakan pipet tetes, kemudian masukan ke
dalam oven dengan suhu 1100 C oven selama 24 jam.
9
4.3. Langkah Kerja Berat Jenis Agregat Kasar
10
V. BERAT VOLUME atau BERAT ISI AGREGAT
Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui BERAT VOLUME atau BERAT
ISI material yang digunakan untuk mengkonversi perbandingan BERAT ke
perbandingan VOLUME dari komposisi campuran beton yang diperoleh.
1) Neraca ohaus
2) Neraca digital
3) Kaca
4) Sekrop
5) Cetok
6) Bejana serta alat peratanya
7) Ompreng besar
8) Ompreng sedang
9) Lap kering
Benda Uji :
11
3. Menimbang berat bejana kosong pada neraca digital kemudian catat
hasilnya
4. Menimbang bejana kosong + tutup kaca pada neraca digital kemudian
catat hasilnya
5. Menyiapkan bejana kosong, kaca penutup , dan ompreng kecil.
6. Mengisi bejana dengan dengan agregat halus menggunakan cetok
kemudian ratakan permukaan atasnya menggunakan besi perata.
7. Menimbang Bejana + benda uji + tutup kaca , kemudian catat hasilnya.
8. Menuangkan agregat halus yang telah ditimbang pada ompreng yang
tadi, lalu bersihkan dengan lap atau kuas.
9. Mengisi bejana dengan air + tutup kaca, usahakan supaya tidak terdapat
air pada bejana lalu tutup dengan kaca penutup, dilap permukaan bejana
hingga tidak ada air di bagian luar bejana dan kaca
10. Menimbang bejana + air + kaca penutup pada neraca digital kemudian
catat hasilnya.
12
2. Mengisi bejana dengan semen kemudian ratakan permukaannya.
3. Sama seperti langkah sebelumnya, karena bejana dan tutup yang
digunakan adalah sama, maka tidak perlu lagi menimbang berat
bejananya
4. Menngisi bejana dengan semen kemudian timbang dengan penutup
kacanya, kemudian catat hasilnya.
5. Menuangkan semen ke ompreng semula.
6. Membersihkan alat alat yang telah dipakai kemudian taruh ditempat
semula.
13
VI. PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
14
VII. PENCAMPURAN ADUKAN & PEMBUATAN BENDA UJI BETON
(KUBUS BETON 150mm x 150mm x 150mm atau SILINDER Ø100 mm
tinggi 200 mm atau SILINDER Ø150 mm tinggi 300 mm.
Peralatan :
1) Neraca duduk
2) Ompreng besar
3) Cetok
4) Kunci pas
5) Kerucut Abram + alas + besi rojok
6) Roskam
7) Kuas
8) Pelumas
9) Cetakan beton berbentuk KUBUS/ SILINDER
10) Gelas ukur 2000ml
11) Meteran
Bahan-Bahan :
1) Agregat kasar
2) Agregat halus
3) Semen
4) Air
15
7.2. Langkah Kerja :
16
VIII. TEST KUAT TEKAN BETON.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui KUAT TEKAN setiap benda uji
KUBUS BETON atau SILINDER BETON yang dilakukan dengan menekan
benda uji pada mesin tekan pada tertentu. Hasil analisa kuat tekan beton yang
diperoleh sekaligus sebagai control terhadap kesesuaian KUAT TEKAN
BETON yang direncanakan pada perencanaan Rancangan campuran.
Peralatan :
1) Kunci pas
2) Kuas serta oli
3) Cetok
4) Mesin uji kuat tekan beton
5) Kapur
Benda uji :
Silinder beton atau Kubus beton dengan jumlah tertentu.
17
MEMBAGI DAN MEMPERSIAPKAN BAHAN
18
Membagi aggregate kasar dengan spliter
19
Membagi aggregate halus dengan spliter
20
Proses pencucian dan perendaman aggregat kasar
21
Proses meniriskan air rendaman aggregat halus
22
Proses penjemuran aggregat halus untuk mencapai kondisi SSD
23
Pengujian SSD aggregat halus
24
Nama Proyek :
Kondisi material :
Pemberi Tugas :
Asal Material :
1 19.000
2 9.500
3 4.750
4 2.360
5 1.180
6 0.600
7 0.300
8 0.150
9 0.075
10 FAN
25
Nama Proyek :
Kondisi material :
Pemberi Tugas :
Asal Material :
1 19.000
2 9.500
3 4.750
4 2.360
5 1.180
6 0.600
7 0.300
8 0.150
9 0.075
10 FAN
26
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN PASIR Hari / Tgl. : /
27
BERAT JENIS & PENYERAPAN KERIKIL Hari / Tgl. : /
28
Nama Proyek :
Kondisi material :
Pemberi Tugas :
Asal Material :
Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
I II III
Berat bejana kosong gr. W14ps
Berat bejana + Benda uji gr. W15ps
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16ps
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17ps
Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
I II III
Berat bejana kosong gr. W14kr
Berat bejana + Benda uji gr. W15kr
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16kr
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17kr
Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
I II III
Berat bejana kosong gr. W14pc
Berat bejana + Benda uji gr. W15pc
Berat bejana kosong + tutup kaca gr. W16pc
Berat bejana + Air + tutup kaca gr. W17pc
29
Nama Proyek :
Kondisi material :
Pemberi Tugas :
Asal Material :
Hasil Pengujian
Keterangan Sat. Simbul / Formula
I II III
30
> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <
Soal :
Rencanakan campuran beton untuk f’c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000
dengan data bahan sebagai berikut :
1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami)
2. Agregat halus yang dipakai : pasir
3. Diameter agregat maksimum : 20 mm
4. Tipe semen yang dipakai : tipe I
5. Struktur yang akan dibuat : pondasi telapak tidak bertulang
6. Keadaan : tidak terlindung
7. Dari hasil penelitian diperoleh :
Pasir Kerikil
Berat Jenis (SSD) 2,558 2,623
Kadar air 2,354 1,700
Resapan 3,094 2,765
Berat Volume 1554,692 1458,155
31
Agregat Kasar (coarse aggregate)
Ayakan Tertinggal Komulatif
Saringan no. Gram Prosentasi Tinggal Lolos
#76.2 (3 in) 0.000 0.000 0.000 100.000
#63.2 (2.5 in) 0.000 0.000 0.000 100.000
#50.8 (2 in) 0.000 0.000 0.000 100.000
#38.1 (1.5 in) 0.000 0.000 0.000 100.000
#25.4 (1 in) 858.000 8.572 8.572 91.428
#19.1 (3/4 in) 4899.000 48.944 57.515 42.485
#12.7 (1/2 in) 3695.000 36.915 94.430 5.570
#9.5 (3/8 in) 477.000 4.765 99.196 0.804
#4.76 (no. 4) 80.500 0.804 100.000 0.000
Jumlah 10009.500 859.713
Modulus kehalusan (fineness modulus), FM = 8.597
Zona gradasi agregat halus = 3
Penyelesaian :
Dari kebutuhan di atas, diperoleh batasan berikut :
Beton yang masuk ke dalam tanah, mengalami keadaan basah-kering berganti-ganti, maka
sesuai Tabel 3 diperoleh :
Faktor air semen maksimum, FASmaks = 0,55
Jumlah semen minimum per m3 beton = 325 kg
Tabel 3. Persyaratan FAS dan jumlah semen minimum untuk berbagai pembetonan dan lingkungan
khusus
Jumlah Semen nilai faktor
Jenis Pembetonan minimum m3 air semen
beton (kg) maksimum
Beton di dalam ruang bangunan :
a. keadaan keliling non-korosif 275 0.60
b. keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau
325 0.52
uap korosif
Beton di luar ruang bangunan :
a. tidak terlindung oleh hujan dan terik matahari langsung 325 0.60
b. terlindung oleh hujan dan terik matahari langsung 275 0.60
Beton yang masuk ke dalam tanah :
a. mengalami keadaan basah-kering berganti-ganti 325 0.55
b. mendapat pengaruh sifat dan alkali dari tanah 375 Lihat tabel 5
Beton yang kontinyu berhubungan :
a. Air tawar 275 Lihat tabel 6
b. Air laut 375
32
Pemilihan nilai standar deviasi = 7 MPa, yang di dapat dari percobaan benda uji sebelumnya di
lokasi konstruksi yang sama dengan metode dan bahan yang sama.
Pemilihan nilai slump : sesuai Tabel 7 untuk elemen struktur pondasi telapak tidak bertulang,
kaison dan struktur bawah tanah, diambil slump antara minimum 2,5 s/d maksimum 9 mm,
maka diambil nilai rentang slump : 30 – 60 mm
33
Tabel 2. Perkiraan kuat tekan beton (MPa) dengan FAS = 0,50
Kuat tekan pada umur (hari) Bentuk
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar
3 7 28 91 benda uji
Semen Portland Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
Silinder
tipe I Batu Pecah 19 27 37 45
Semen Tahan Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Sulfat tipe II, V Batu Pecah 23 32 45 54
Batu tak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Semen Portland Batu Pecah 25 33 44 48
tipe III Batu tak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu Pecah 30 40 53 60
Harga ini dipakai untuk membuat kurva yang harus diikuti menurut Gambar 2 (Grafik 1)
dalam usaha untuk mencari faktor air semen untuk beton yang dirancang dengan cara
sebagai berikut :
a. Dari Tabel 2, diperoleh nilai prakiraan kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk
silinder adalah 37 MPa.
b. Lihat Grafik 1 untuk benda uji silinder atau Grafik 2 untuk benda uji kubus.
c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui FAS 0,50 sampai memotong ordinat kuat tekan
beton pada poin (a) diatas, sehingga di dapat koordinat (fas , f’cr) = (0.50 , 37).
d. Tarik garis lengkung melalui koordinat tersebut membentuk kurva yang proposional
terhadap kurva lengkung dibawah dan diatasnya.
e. Tarik garis mendatar melalui kuat tekan, f’cr (41,48 MPa) sampai memotong kurva baru
yang ditentukan pada poin (d) diatas.
f. Tarik garis lurus kebawah dari perpotongan tersebut untuk mnedapatkan harga faktor air
semen yang diperlukan, yaitu : 0,454.
8. Faktor air semen maksimum, dalam hal ini ditetapkan 0,55 sesuai Tabel 3. Bila faktor air
semen yang diperoleh dari poin (7) tidak sama dengan faktor air semen maksimum, maka
diambil nilai FAS yang terkecil (0,454).
34
Gambar 2. Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (FAS)
(benda uji berbentuk silinder diameter 150mm, tinggi 300mm)
35
11. Kadar air bebas
Untuk mendapatkan nilai kadar air bebas, periksalah Tabel 6 yang dibuat untuk agregat
gabungan alami yang berupa batu pecah. Untuk agregat gabungan yang berupa campuran
antara pasir alami dan kerikil (batu pecah), maka kadar air bebas harus diperhitungkan
antara 180 – 210 kg/m3 (kalau nilai slump antara 30 – 60 mm dan ukuran agregat maksimum
20 mm) menggunakan persamaan (hal. 53) :
36
Gambar 14. Prosentase pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan
untuk ukuran butir maksimum 20 mm
18. Berat jenis relatif agregat adalah berat jenis agregat gabungan, artinya gabungan agregat
halus dan agregat kasar.
BJ agregat halus = 2,558
BJ agregat kasar = 2,623
BJ agregat gabungan halus dan kasar = (0,35 2,558) + (0,55 2,623)
= 2,338
19. Berat jenis beton, diperoleh dari Grafik 16 dengan jalan membuat grafik linier baru yang
sesuai dengan nilai berat jenis agregat gabungan yaitu 2,338. Titik potong grafik baru
ini sesuai dengan garis tegak lurus yang menunjukkan kadar air bebas (dalam kasus ini
194 kg/m3) akan menghasilkan nilai berat jenis beton yang direncanakan (diperoleh nilai
BJ beton = 2220 kg/m3).
37
Grafik 16. Hubungan kandungan air, berat jenis agregat campuran dan berat isi beton
20. Kadar agregat gabungan adalah berat jenis beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar
air = 2220 – 194 – 425,844 = 1600,156 kg/m3
21. Kadar agregat halus = 0,35 x 1600,156 = 560,055 kg/m3
22. Kadar agregat kasar = 1600,156 – 560,055 = 1040,101 kg/m3
Kebutuhan teoritis semen = 425,844 kg
Kebutuhan teoritis air = 194,000 kg
Kebutuhan teoritis pasir = 560,055 kg
Kebutuhan teoritis kerikil = 1040,101 kg
Rasio proporsi teoritis (dalam berat) = semen : air : pasir : kerikil
1,000 : 0,456 : 1,315 : 2,442
38
DAFTAR ISIAN (FORMULIR) PERENCANAAN CAMPURAN BETON
Tabel/grafik
No. Uraian Nilai
perhitungan
1 Kuat tekan yang Ditetapkan 30 MPa pada 28 hari, bagian tak
disyaratkan (28 hari, 5%) memenuhi syarat 5% (k=1,64)
2 Deviasi standar Diketahui 7 Mpa
3 Nilai tambah (margin) Diketahui 1,64 x 7 = 11,48 MPa
4 Kuat Tekan rata-rata target (1) + (3) 30 + 11,48 = 41,48 MPa
5 Jenis semen Ditetapkan Tipe I
6 Jenis Agregat Kasar Ditetapkan Batu pecah
Jenis Agregat Halus Ditetapkan Alami
7 Faktor air semen bebas Tabel 2, Grafik 1 0,454 (silinder)
8 Faktor air semen Ditetapkan 0,55
maksimum
9 Slump Ditetapkan 30 - 60 mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
11 Kadar air bebas Tabel 3 194 kg/m3
12 Kadar semen (11) / (8) 425,844 kg/m3
13 Kadar semen maksimum Ditetapkan - kg/m3
14 Kadar semen minimum Ditetapkan 325 kg/m3
15 Faktor air semen - -
penyesuaian
16 Gradasi agregat halus Grafik 3 s/d 6 zona 2
17 Gradasi agregat kasar atau Tabel 7, Grafik 7 s/d 12
gabungan
18 Persen agregat halus Grafik 13 s/d 15 35%
19 Berat jenis relatif (ssd) Diketahui 2,338 kg/m3
20 Berat isi beton Grafik 13 2220 kg/m3
21 Kadar agregat gabungan (20) (12) (11) 1600,156 kg/m3
22 Kadar agregat halus (18) (21) 560,055 kg/m3
23 Kadar agregat kasar (21) (22) 1040,101 kg/m3
39
Dengan demikian susunan campuran aktual untuk tiap 1 m3 beton :
Semen = 426 kg
Pasir = 560 - 4,138 = 555,862 kg
Kerikil = 1040 + 11,076 = 1051,076 kg
Air = 194 + 4,138 - 11,076 = 187,062 kg
40
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BALI
Peneliti
I Nyoman Ardika
Material campuran :
PASIR ALAMI KARANGASEM
KERIKIL BATU PECAH KARANGASEM DIAMETER MAX. 20 mm.
SEMEN TONASA / TYPE I
86
HASIL PENGUJIAN MATERIAL
LOKASI PENGUJIAN :
LABORATORIUM MATERIAL JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BALI
Pelaksana Pengujian :
I Nyoman Ardika,
I Gusti Bagus Suadnyana, S.T, dan I Ketut Darmaja.
Identitas Penelitian :
SEMEN :
Merk / TYPE : TONASA / TYPE I
PASIR :
Asal material : KARANGASEM
Jenis aggregat : ALAMI
Kondisi material : SSD (Saturated Surface Dry / Kering Permukaan)
KERIKIL :
Asal material : : KARANGASEM
Jenis aggregat : BATU PECAH
Kondisi material : : SSD (Saturated Surface Dry / Kering Permukaan)
87
Perencanaan Campuran :
Kuat tekan Silinder
15 MPa.
beton
Nilai SLUMP 120 mm.
Deviasi standard 1.5 MPa.
Penggunaan F2 (dalam ruangan kondisi korosif).
SEMEN :
Berat Volume SEMEN 1.096 Kg./m3.
PASIR :
Zone PASIR 2
Berat jenis SSD PASIR 2.468 Gr./Cm3.
Berat Volume PASIR 1.174 Kg./m3.
Rerata kandungan agg. KASAR dalam PASIR 7.321 %
KERIKIL :
Diameter butir KERIKIL max. 20 mm.
Berat jenis SSD KERIKIL 2.498 Gr./Cm3.
Berat Volume KERIKIL 1.298 Kg./m3.
88
Studi Eksperimen Pelat Beton Bertulang Pracetak Satu Arah
Berpenampang “U” Sebagai Alternatif Struktur Lantai
Tabel 6.1-1
Analisis Komposisi Campuran Beton
Benda Uji Berbentuk Silinder
Kuat Tekan f`c 15 Mpa
Hasil
No. Keterangan Satuan
Analisis
89
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BALI
HASIL PENGUJIAN
DAN
HASIL PENGOLAHAN DATA LABORATORIUM
Pelaksana Pengujian :
I Nyoman Ardika,
I Gusti Bagus Suadnyana, S.T, dan I Ketut Darmaja.
SEMEN :
Merk / TYPE : TONASA / TYPE I
PASIR :
Asal material : KARANGASEM
Jenis aggregat : ALAMI
Kondisi material : SSD (Saturated Surface Dry / Kering Permukaan)
KERIKIL :
Asal material : : KARANGASEM
Jenis aggregat : BATU PECAH
Kondisi material : : SSD (Saturated Surface Dry / Kering Permukaan)
90
Studi Eksperimen Pelat Beton Bertulang Pracetak Satu Arah Berpenampang “U”
Sebagai Alternatif Struktur Lantai
Tabel 6.1-2
Analisis hasil ayakan pasir
Keterangan :
D Ukuran Ayakan (mm)
W1 Berat Ayakan (gram)
W2.1 Berat Pasir 01 Tertahan pada Ayakan + berat Ayakan (gram)
W2.2 Berat Pasir 02 Tertahan pada Ayakan + berat Ayakan (gram)
W3 Berat PASIR Tertahan Pada Ayakan (gram)
k3 KOREKSI Berat PASIR Tertahan pd Ayakan (gram)
W4 Berat PASIR TERTAHAN Pada Ayakan Terkoreksi (gram)
W5 Komulatif Berat AGREGAT HALUS TERTAHAN pada Ayakan (gram)
W6 Berat AGGREGAT HALUS LOLOS Ayakan (gram)
%W6 % AGGREGAT HALUS LOLOS Ayakan (%)
91
Studi Eksperimen Pelat Beton Bertulang Pracetak Satu Arah
Berpenampang “U” Sebagai Alternatif Struktur Lantai
Tabel 6.1-3
Analisis hasil ayakan pasir
Jml.Ev 4 6 4 3
Keterangan :
Ev Evaluasi % pasir lolos ayakan terhadap spesifikasi Zone
Ev = 1, memenuhi syarat spesifikasi.
Ev = 0, tidak memenuhi syarat spesifikasi.
D Ukuran lubang ayakan, [mm]
%W5 % Pasir lolos ayakan
Jml. Ev Jumlah hasil evaluasi yang memenuhi persyaratan spesifikasi
untuk ukuran ayakan yang berurutan dimulai dari ukuran 19
mm.
92
Studi Eksperimen Pelat Beton Bertulang Pracetak Satu Arah Berpenampang
“U” Sebagai Alternatif Struktur Lantai
Tabel 6.1-4
Analisis Data Berat Pasir dan Volume Pasir
Data Pengujian
Keterangan Sat. Simbul
S.01 S.02
Data uji butiran Pasir yang Tertahan di Atas Saringan 4,75 mm.
ANALISIS Data uji butiran Pasir yang Tertahan di Atas Saringan 4,75 mm.
ANALISIS Data uji butiran Pasir yang Lolos Saringan 4,75 mm.
93
Tabel 6.1-5
Analisis Berat Jenis, Penyerapan, dan Kadar Lumpur Pasir
94
Studi Eksperimen Pelat Beton Bertulang Pracetak Satu Arah
Berpenampang “U” Sebagai Alternatif Struktur Lantai
Tabel 6.1-6
Analisis Data Berat Kerikil dan Volume Kerikil
Data Pengujian
Keterangan Sat. Simbul
S.01 S.02
ANALISIS Data butiran Kerikil yang Tertahan di Atas Saringan 4,75 mm.
95
Tabel 6.1-7
Analisis Berat Jenis dan Penyerapan Kerikil
Data Pengujian
Keterangan Sat. Simbul
S.01 S.02
Penyerapan Kerikil
Berat KERIKIL KERING OPEN yang
gr. W5a 623.5 696.5
tertahan diatas saringan 4,75 mm.
Berat KERIKIL KERING OPEN yang lolos
gr. W5b 0 0
saringan 4,75 mm.
96
Studi Eksperimen Pelat Beton Bertulang Pracetak Satu Arah
Berpenampang “U” Sebagai Alternatif Struktur Lantai
Tabel 6.1-8
Analisis Berat Volume Kerikil, Pasir, dan Semen
Data Pengujian
Keterangan Sat. Simbul
S1 S2
97
Hubungan Kuat Tekan Beton Dengan Faktor Air Semen (fas)
(Benda Uji Berbentuk Silinder Ø 150 mm, Tinggi 300 mm) Umur 28
Hari, Semen Type I, II, & V, Aggregat Alami
Gambar 6.1-1
98
Hubungan Kuat Tekan Beton Dengan Faktor Air Semen (fas)
(Benda Uji Berbentuk Silinder Ø 150 mm, Tinggi 300 mm) Umur 28
Hari, Semen Type I, II, & V, Aggregat Batu Pecah
Gambar 6.1-2
99
Hubungan Faktor Air Semen (fas) dengan Prosentase Aggregat Halus
terhadap Aggregat Gabungan
Diameter Butir Aggregat Max. 10 mm
Slump : 60 - 180 mm.
Gambar 6.1-3
100
Hubungan Faktor Air Semen (fas) dengan Prosentase Aggregat Halus
terhadap Aggregat Gabungan
Diameter Butir Aggregat Max. 40 mm
Slump : 60 - 180 mm.
Gambar 6.1-4
101
Hubungan Kadar air
bebas, Berat jenis
aggregat gabungan
dengan Berat jenis
beton segar
Gambar 6.1-5
102
Tabel 6.1-9
Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) Beton Dengan Faktor Air Semen 0,5 Dan Jenis
Semen Serta Aggregat Kasar yang Biasa Dipakai Di Indonesia
Tabel 6.1-10
Persyaratan Jumlah Semen Minimum Per M3 Beton dan Faktor Air Semen
Maksimum Untuk Berbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus
103