Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODE PENELITIAN

Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik
bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda
uji dan pengujian kuat tekan beton. Data-data akan berbentuk kuantitatif, dan diolah
berdasarkan pedoman pengolahan data pengujian pada Laboratorium Struktur dan Bahan,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung.

3.1 Alat dan Bahan


Alat:
1. Ayakan, pemisah partikulat berdasarkan ukuran partikel.
2. Timbangan mekanik, bergalat 0,01, 1, dan 10 gram.
3. Gelas kimia, bervolume 1000 ml.
4. Piknometer, bervolume 500 ml.
5. Penumbuk baja.
6. Lingkaran indikator warna zat organik ( organic plate ).
7. Oven pengering, bertemperatur 220°C.
8. Silinder pengukur berat volume agregat, kapasitas 2,781 dan 1,862 liter.
9. Pipa PVC, berdiameter dalam 5,7 cm.
10. Spektroskopi Serapan Atom/Atomic Absorption Spectroscopy ( AAS ).
11. Difraktometer Sinar-X / X-Ray Difractometer ( XRD ).
12. Scanning Electron Microscope ( SEM )
13. Mesin uji kuat tekan beton, berkapasitas 100 ton.
Bahan:
1. Abu ampas tebu dari PT Jatitujuh, Jatitujuh - Majalengka.
2. Semen portland tipe I merk “Semen Gresik”.
3. Air PDAM Laboratorium Struktur dan Bahan, ITB.
4. Agregat kasar dan halus.
5. Larutan NaOH 3%.

17
3.2 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir yang tertera di bawah ini :

18
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3.3 Perancangan Percobaan


3.3.1 Proses Pengujian Keadaan Fisik Bahan-Bahan Beton
3.3.1.1 Pemeriksaan Zat Organik Dalam Agregat Halus
Pemeriksaan kandungan zat organik perlu dilakukan untuk mengevaluasi adanya
zat organik di dalam agregat khususnya agregat halus. Kandungan zat organik ini perlu
diperiksa untuk melihat apakah agregat yang dipakai di dalam campuran beton
mengandung zat organik dalam batas yang masih dapat ditolerir atau tidak. Kandungan
zat organik yang melebihi batas yang diizinkan dapat mempengaruhi kualitas beton yang
dihasilkan. Dalam hal ini, agregat halus yang memenuhi persayaratan adalah agregat
halus yang memenuhi spesifikasi warna menurut percobaan warna Abrams-Harder.
Prosedur pemeriksaan zat organik dalam agregat halus adalah sebagai berikut:

19
1. Masukkan 115 ml pasir ke dalam botol tembus pandang bervolume 350 ml
(kurang lebih 1/3 isi botol).
2. Tambahkan larutan NaOH 3% hingga mencapai ± ¾ isi botol.
3. Tutup botol tersebut dengan penutup karet tahan basa dan kocok hingga lumpur
yang menempel pada agregat tampak terpisah. Biarkan selama 24 jam agar
lumpur tersebut mengendap.
4. Setelah 24 jam bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna pada
organic plate. Warna larutan yang lebih gelap daripada lingkaran no. 3 dianggap
memiliki pengotor zat organik yang melebihi batas untuk digunakan.

(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Pembuatan larutan NaOH 3% (b) Verifikasi warna larutan agregat halus

3.3.1.2 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus


Tujuan pemeriksaan kadar lumpur agregat halus ini adalah untuk menentukan
besarnya persentase lumpur yang terkandung di dalam agregat halus. Prosedur pengujian
ini adalah sebagai berikut :
1. Masukkan contoh benda uji (agregat halus) ke dalam gelas ukur.
2. Tambahkan air ke dalam gelas ukur untuk melarutkan lumpur yang terkandung di
dalam agregat halus.
3. Kocok gelas untuk mencuci agregat halus dari lumpur.
4. Simpan gelas pada tempat yang datar dan dibiarkan selama 24 jam agar lumpur
mengendap.

20
Gambar 3.3 Pengujian kadar lumpur agregat halus

5. Catat tinggi lumpur ( H1 ) dan tinggi pasir ( H2 ).


6. Kadar lumpur dihitung sebagai ( H1 / [H1 + H2] ) x 100%.

3.3.1.3 Analisis Saringan


Analisis saringan agregat kasar dan agregat halus bertujuan untuk melihat gradasi
atau distribusi ukuran butir dari kedua jenis agregat ini. Langkah-langkah pelaksaaan
analisis saringan ini adalah sebagai berikut :
1. Keringkan benda uji (agregat kasar maupun agregat halus) di dalam oven pada
temperatur 110 ± 5 oC sampai beratnya konstan.
2. Saring benda uji menggunakan perangkat saringan dengan ukuran bukaan
saringan yang telah distandarkan. Perangkat saringan divibrasi dengan mesin
pengguncang maupun secara manual selama 15 menit, kemudian distribusi
partikel yang tertinggal dicatat sesuai dengan prosedur. Kurva distribusi dibuat
berdasarkan persen kumulatif yang tertinggal.

21
Gambar 3.4 Saringan agregat

3.3.1.4 Pemeriksaan Berat Volume Agregat


Berat volume agregat adalah perbandingan antara berat agregat kering dengan
volumenya. Data berat volume agregat halus dan agregat kasar diperlukan untuk
menyusun rancangan campuran (mix design) beton. Prosedur pemeriksaan berat volume
agregat adalah sebagai berikut :
1. Keringkan agregat halus dan agregat kasar menggunakan oven pada temperatur
110 ± 5 oC selama 24 jam hingga beratnya konstan.
2. Masukkan benda uji (agregat) ke dalam silinder pengukur dengan spesifikasi yang
telah ditentukan (tabel 4.2), lalu ratakan dengan mistar perata dan ditumbuk
menggunakan penumbuk baja sebanyak 25 kali. Catat berat wadah yang berisi
benda uji (W2). Hitung berat benda uji W3 = W2 – W1, dimana W1 adalah berat
silinder ukur.

Gambar 3.5 Pengujian berat volume Agregat (a) Oven drying (b) Pemadatan.

3. Berat volum agregat = W3 / V ( kg.m-3 ), dimana V adalah volume wadah


(dm3).

22
3.3.1.5 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar dan Halus
Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan untuk menentukan besarnya kandungan
air di dalam agregat. Informasi mengenai kadar air yang terkandung di dalam agregat ini
juga dibutuhkan untuk membuat rancangan campuran (mix design) beton. Prosedur
pemeriksaan kadar air agregat kasar dan agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Timbang dan catat berat talam (W1).
2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian ditimbang. Catat beratnya (W2).
3. Hitung berat benda uji, W3 = W2 – W1.
4. Keringkan contoh benda uji bersama talam di dalam oven pada temperatur
sebesar 110 ± 5 oC hingga beratnya konstan selama 24 jam.
5. Timbang berat yang konstan tersebut (W4). Berat benda uji kering, W5 = W4 - W1.
6. Hitung kadar air agregat = ( [ W3 - W5 ] / W5 ) x 100 %.

(a) (b) (c)


Gambar 3.6 (a) Dehidrasi agregat dengan oven (b) agregat kasar kering oven (c) agregat
halus kering oven

3.3.1.6 Analisis Specific Gravity dan Absorbsi Agregat Halus


Specific gravity agregat adalah perbandingan massa suatu unit volume agregat
dengan massa air pada unit volume yang sama. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
menentukan “bulk” dan “apparent” specific gravity dan penyerapan (absorpsi) agregat
halus yang dibutuhkan dalam perancangan campuran beton.
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
1. Siapkan agregat halus sebanyak 1000 gram dengan kondisi jenuh air (keadaan
SSD = saturated surface dry). Pembuatan kondisi jenuh air dilakukan dengan

23
perendaman agregat halus selama 24 jam, lalu didehidrasi menggunakan oven
hingga mencapai kondisi jenuh air.
2. Pemeriksaan keadaan SSD dilakukan dengan cara memasukkan sebagian contoh
ke dalam metal sand cone dan dipadatkan dengan penumbuk baja sebanyak 25
kali tumbukan. Kondisi SSD diperoleh dengan indikasi bahwa jika cetakan
diangkat, butir-butir pasir akan longsor / runtuh. Jika kondisi ini tidak diperoleh,
proses dehidrasi diteruskan hingga mencapai kondisi jenuh air.
3. Masukkan contoh agregat halus berkondisi SSD sebanyak 500 gram ke dalam
piknometer. Kemudian isi piknometer dengan air sebanyak 90 % volume.
Bebaskan gelembung - gelembung udara dengan cara menggoyangkan
piknometer selama 2 menit. Lalu isi kembali piknometer hingga 100 % volume.
Rendam piknometer selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh
dan air.

(a) (b)
Gambar 3.7 (a) Piknometer (b) Penimbangan piknometer dalam air
4. Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada temperatur 110 ± 5 oC
selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang terisi air dengan volume yang
sama dengan langkah ke-3 pada temperatur 73,4 ± 3oF .
5.
3.3.2. Perencanaan Komposisi Bahan Campuran ( Mix Design ) Beton
Berdasarkan hasil pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton, diperoleh nilai
kadar air kedua tipe agregat, berat volume, specific gravity, serta persentase absorpsi air
yang akan dialami oleh keduanya. Nilai-nilai ini akan menjadi faktor koreksi dalam
penentuan kuantitas bahan dalam campuran beton.

24
Kadar air dalam beton amat dipengaruhi oleh kadar air atau persentase absorpsi
air oleh agregat, sehingga kecenderungan agregat mengabsorpsi atau menyumbang air
harus diperhitungkan. Kurangnya jumlah air ( rendahnya w/c ratio ) akan menyebabkan
kelecakan (workability) beton menurun.
Rancangan campuran beton ( mix design ) yang disusun berdasarkan karakteristik
bahan – bahan yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian lampiran.

3.4 Persiapan Benda Uji


Benda uji yang disiapkan berbentuk silinder dengan diameter, Ø, sebesar 5,7 cm,
dan tinggi, l, sebesar 11,4 cm sebanyak 48 buah. Benda uji dibuat menggunakan cetakan
pipa paralon berdimensi diameter dalam sebesar 5,7 cm, dan l, sebesar 11,4 cm. Proses
penyiapan benda uji tersebut secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran, pemotongan, pengampelasan serta pemberian dasar cetakan.
2. Penimbangan bahan – bahan yang dipakai dalam campuran beton, yaitu semen,
agregat kasar, agregat halus dan air sesuai dengan rancangan campuran
( mix design ) yang telah dibuat sebelumnya.
3. Pencampuran bahan – bahan serta pengecoran manual 48 buah benda uji.

(a) (b) (c)


Gambar 3.8 (a) Penimbangan bahan (b) Pencampuran (c) Pengecoran

4. Penyimpanan benda coran selama 24 jam, serta pembukaan cetakan dilanjutkan


dengan proses curing melalui perendaman di dalam air. Selanjutnya dilakukan
pengampelasan benda uji agar diperoleh kerataan dimensi yang cukup baik.

25
(a) (b) (c)
Gambar 3.9 (a) Pembukaan cetakan (b) Curing (c) Pengampelasan benda uji

3.5 Pengujian Kuat Tekan Beton


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton terhadap beban
berarah koaksial. Pengujian ini dilakukan pada seluruh benda uji (48 buah), sebagai usaha
untuk mengamati kecenderungan pengaruh masing-masing kadar bahan penambah
(mineral admixture) dalam rentang umur coran 3, 7, 14, dan 28 hari dengan repetisi 3 kali
yang digambarkan dalam grafik kekuatan tekan beton sebagai hubungan antara umur
beton (hari) dengan nilai kuat tekannya (MPa) pada semua komposisi yang telah
ditentukan. Pengujian dilakukan menggunakan mesin uji Universal Testing Mechine tipe
RAT 100 berkapasitas beban 100 ton di Laboratorium Struktur dan Bahan, Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung.

Gambar 3.10 Pengujian kuat tekan beton

Serpihan hasil pengujian kuat tekan beton ini akan dikarakterisasi lebih lanjut
menggunakan difraksi sinar-x (XRD) dan mokroskop-elektron pemindai (SEM) untuk
mengetahui fasa-fasa atau senyawa penyusun beton yang terlibat didalamnya. Dari sini

26
dapat dianalisis atau diprediksi seberapa jauh pengaruh penambahan mineral admixtures
dalam berbagai komposisi pada beton.

3.6 X-Ray Diffraction ( XRD )

( Lihat bagian 4.12 ).

3.7 Scanning Electron-Microscope ( SEM )

( Lihat bagian 4.11 ).

27

Anda mungkin juga menyukai