METODE PENELITIAN
Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik
bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda
uji dan pengujian kuat tekan beton. Data-data akan berbentuk kuantitatif, dan diolah
berdasarkan pedoman pengolahan data pengujian pada Laboratorium Struktur dan Bahan,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung.
17
3.2 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir yang tertera di bawah ini :
18
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
19
1. Masukkan 115 ml pasir ke dalam botol tembus pandang bervolume 350 ml
(kurang lebih 1/3 isi botol).
2. Tambahkan larutan NaOH 3% hingga mencapai ± ¾ isi botol.
3. Tutup botol tersebut dengan penutup karet tahan basa dan kocok hingga lumpur
yang menempel pada agregat tampak terpisah. Biarkan selama 24 jam agar
lumpur tersebut mengendap.
4. Setelah 24 jam bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna pada
organic plate. Warna larutan yang lebih gelap daripada lingkaran no. 3 dianggap
memiliki pengotor zat organik yang melebihi batas untuk digunakan.
(a) (b)
Gambar 3.2 (a) Pembuatan larutan NaOH 3% (b) Verifikasi warna larutan agregat halus
20
Gambar 3.3 Pengujian kadar lumpur agregat halus
21
Gambar 3.4 Saringan agregat
Gambar 3.5 Pengujian berat volume Agregat (a) Oven drying (b) Pemadatan.
22
3.3.1.5 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar dan Halus
Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan untuk menentukan besarnya kandungan
air di dalam agregat. Informasi mengenai kadar air yang terkandung di dalam agregat ini
juga dibutuhkan untuk membuat rancangan campuran (mix design) beton. Prosedur
pemeriksaan kadar air agregat kasar dan agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Timbang dan catat berat talam (W1).
2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian ditimbang. Catat beratnya (W2).
3. Hitung berat benda uji, W3 = W2 – W1.
4. Keringkan contoh benda uji bersama talam di dalam oven pada temperatur
sebesar 110 ± 5 oC hingga beratnya konstan selama 24 jam.
5. Timbang berat yang konstan tersebut (W4). Berat benda uji kering, W5 = W4 - W1.
6. Hitung kadar air agregat = ( [ W3 - W5 ] / W5 ) x 100 %.
23
perendaman agregat halus selama 24 jam, lalu didehidrasi menggunakan oven
hingga mencapai kondisi jenuh air.
2. Pemeriksaan keadaan SSD dilakukan dengan cara memasukkan sebagian contoh
ke dalam metal sand cone dan dipadatkan dengan penumbuk baja sebanyak 25
kali tumbukan. Kondisi SSD diperoleh dengan indikasi bahwa jika cetakan
diangkat, butir-butir pasir akan longsor / runtuh. Jika kondisi ini tidak diperoleh,
proses dehidrasi diteruskan hingga mencapai kondisi jenuh air.
3. Masukkan contoh agregat halus berkondisi SSD sebanyak 500 gram ke dalam
piknometer. Kemudian isi piknometer dengan air sebanyak 90 % volume.
Bebaskan gelembung - gelembung udara dengan cara menggoyangkan
piknometer selama 2 menit. Lalu isi kembali piknometer hingga 100 % volume.
Rendam piknometer selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh
dan air.
(a) (b)
Gambar 3.7 (a) Piknometer (b) Penimbangan piknometer dalam air
4. Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada temperatur 110 ± 5 oC
selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang terisi air dengan volume yang
sama dengan langkah ke-3 pada temperatur 73,4 ± 3oF .
5.
3.3.2. Perencanaan Komposisi Bahan Campuran ( Mix Design ) Beton
Berdasarkan hasil pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton, diperoleh nilai
kadar air kedua tipe agregat, berat volume, specific gravity, serta persentase absorpsi air
yang akan dialami oleh keduanya. Nilai-nilai ini akan menjadi faktor koreksi dalam
penentuan kuantitas bahan dalam campuran beton.
24
Kadar air dalam beton amat dipengaruhi oleh kadar air atau persentase absorpsi
air oleh agregat, sehingga kecenderungan agregat mengabsorpsi atau menyumbang air
harus diperhitungkan. Kurangnya jumlah air ( rendahnya w/c ratio ) akan menyebabkan
kelecakan (workability) beton menurun.
Rancangan campuran beton ( mix design ) yang disusun berdasarkan karakteristik
bahan – bahan yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian lampiran.
25
(a) (b) (c)
Gambar 3.9 (a) Pembukaan cetakan (b) Curing (c) Pengampelasan benda uji
Serpihan hasil pengujian kuat tekan beton ini akan dikarakterisasi lebih lanjut
menggunakan difraksi sinar-x (XRD) dan mokroskop-elektron pemindai (SEM) untuk
mengetahui fasa-fasa atau senyawa penyusun beton yang terlibat didalamnya. Dari sini
26
dapat dianalisis atau diprediksi seberapa jauh pengaruh penambahan mineral admixtures
dalam berbagai komposisi pada beton.
27