Anda di halaman 1dari 41

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Rangkain kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Struktur, Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto, penelitian dimulai
pada tanggal 10 November 2018 dan selesai pada 30 juli 2019.
3.2 Alat dan Material
3.2.1 Material yang digunakan
a. semen
Semen yang digunakan adalah Semen Gresik 50kg.

Gambar 3.1. Semen gresik


b. Agregat halus
Agregat halus (pasir) yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sungai
Serayu (Purwokerto).

Gambar 3.2. agregat halus

32
c. Agregat kasar
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari (Purwokerto).

Gambar 3.3. Agregat maksimum 40 mm

Gambar 3.4. Agregat maksimum 20 mm

Gambar 3.5. Agregat maksimum 10 mm

33
d. Air
Air yang digunakan adalah air bersih, yang berada di sekitar laboratorium Fakultas Teknik
Universitas Wijaya Kusuma.
3.2.2 Alat-alat yang digunakan
a. Timbangan
1) Timbangan kapasitas 2,5 kg
Timbangan ini digunakan untuk mengukur berat pasir, pada cawan, pada pengujian berat
jenis pasir, kadar lumpur, dan gradasi pasir, memiliki ketelitian 0,1 gram.

Gambar 3.6. Timbangan kapasitas 2,5 kg


2) Timbangan kapasitas 15 kg
Timbangan ini digunakan untuk menimbang berat bahan (pasir, agregat kasar,
semen) yang akan dimasukan kedalam concerete mixer dan mengukur berat sampel silinder.

Gambar 3.7. Timbangan kapastias 15 kg

34
3) Timbangan kapasitas 20 kg
Timbangan ini digunakan untuk mengukur berat kerikil pada pengujian berat
jenis kerikil, gradasi kerikil.

Gambar 3.8. Timbangan kapastias 20 kg


4) Timbangan kapasitas 50 kg
Timbangan ini digunakan untuk mengukur berat sampel balok setelah pengujian kuat lentur.

Gambar 3.9. Timbangan kapastias 50 kg

b. Cetok (sendok semen)Alat ini digunakan untuk menuangkan adukan beton ke dalam cetakan
balok
dan silinder, meratakan permukaan cetakan yang terisi penuh oleh adukan beton.

35
Gambar 3.10. Sendok Semen
c. Satu set uji Slam
Alat uji slam yang digunakan adalah Corong-kerucut Abrams dengan  atas = 10 cm,  bawah
= 20 cm, Tinggi = 30 cm, besi Alat penumbuk beton beton  16 mm, sendok semen, dan alat
ukur. Digunakan untuk pengujian slam.

Gambar 3.11. Satu set alat uji slam

d. Alat pengaduk beton (Concrete Mixer)


Alat ini dapat digunakan untuk membuat beton yang digunakan pada pembuatan sampel pada
penelitian ini. Satu unit concrete mixer mempunyai kapasitas 0.15 m3– 0.20 m3. Adukan beton
yang didapatkan oleh alat ini akan lebih homogen jika dibandingkan cara adukan manual.

36
Gambar 3.12. Concrete Mixer

e. Cetakan silinder
Alat ini digunakan untuk mencetak benda uji dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm. Dalam 1x pengadukan dipakai 3 cetakan silinder, digunakan 6 -masksimal 9
cetakan silinder.

Gambar 3.13. Cetakkan silinder


f. Cetakan balok
Alat ini digunakan untuk mencetak benda uji dengan balok berukuran 60x15x15cm.
digunakan 1 cetakan balok dalam 1x pengadukan.

37
Gambar 3.14. cetakan balok
g. Nampan
Alat ini digunakan sebagai tempat menuang adukan dari concrete mixer
sebelum dituangkan kedalam cetakan beton.

Gambar 3.15. Tempat adukan beton / nampan

h. Gelas ukur
Alat ini digunakan sebagai takaran air untuk dilakukan proses pencampuran beton.

38
Gambar 3.16. Gelas ukur

i. Mesin oven
Alat ini digunakan untuk memanaskan atau mengeringkan agregat halus dan kasar pada
pengujian berat jenis pasir, gradasi pasir, kadar lumpur pasir, berat jenis kerikil, gradasi kerikil
dan abrasi kerikil.

Gambar 3.17. Mesin oven

j. Mesin uji kuat tekan


Alat ini digunakan untuk menguji kuat tekan dan tarik belah silinder.

39
Gambar 3.18. Pengujian kuat tekan
k. Mesin uji kuat tarik
Alat ini digunakan untuk menguji dan taik belah silinder

Gambar 3.19. Pengujian tarik belah

l. Mesin uji kuat lentur (UTM/ Universal Testing Machine)


Alat ini dapat digunakan untuk menguji kuat lentur balok.

40
Gambar 3.20. Pengujian kuat lentur
m. Sekop
Alat ini digunakan untuk memindahakn agregat ke dalam wadah/ember selanjutnya ditimbang
untuk dicampur dalam concrete mixer

Gambar 3.21. Sekop

n. Los angeles
Alat ini digunakan untuk menguji keausan agregat kasar

41
Gambar 3.22. Mesin abrasi

3.3 Proses Penelitian


Proses penelitan ini dilaksanakan di laboratorium Rekayasa Struktur Fakultas Teknik
Universitas Wijaya Kusuma.
3.3.1 Pengujian agregat halus
Pemeriksaan sangat penting sekali sebelum dilakukan pembuatan beton, karena untuk
mengetahui material itu baik dan layak untuk dipakai sesuai dengan yang disyaratkan dan juga
sebagai acuan dalam membuat rencana campuran (mix design).
a. Pengujian berat jenis agregat halus
Pengujian berat jenis ini dilakukan sesuai dengan SNI 03 – 1970 – 1990 tentang metode
pengujian berat jenis agregat halus.
1) Alat
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
i) Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
ii) Erlenmeyer dengan kapasitas 500 ml.
iii) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C.
iv) bejana tempat air.
v) Sendok.
vi) Pipet.
vii)

42
2) Cara pengujian
Urutan proses menyiapkan bahan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
i) Timbang agregat seberat 500 gram.
ii) Lalu timbang piknometer berisi air dengan volume air 500 ml.
iii) Setelah piknometer berisi air sudah ditimbang kemudian buang air tersebut untuk
selanjutnya diisi dengan agregat seberat 500 gram.
iv) Timbang lah piknometer + air + agregat. Lalu diamkan selama 24 jam.
v) Setelah didiamkan selama 24 jam ditimbang lagi sesudah itu pindahkan isi piknometer
kedalam bejana air. Sebelum dimasukan kedalam oven, air yang ada dalam bejana
dibuang terlebih dahulu menggunakan pompa hampa udara. Selanjutnya dimasukan
kedalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C tunggu 24 jam.
vi) Angkatlah bejana yang berisi agregat tadi lalu timbang.
3) Hasil pengujian
Dalam metode ini dilakukan perhitungan sebagai berikut :
B2
i) Berat jenis =
( B 3+B 4−B 1)
B4
ii) Berat jenis jenuh kering permukaan/SSD =
( B 3+B 4−B 1)
(500−B 2)
ii) Penyerapan = x 100 %
B2
Keterangan :
B1 = berat piknometer + air + agregat
B2 = berat pasir kering tungku
B3 = berat piknometer berisi air
B4 = berat kering muka/SSD
500 = berat benda uji dalam keadaan kering, dalam gram

43
Gambar 3.23. Proses Penimbangan Piknometer + Air + Pasir

Tabel 3.1. Berat jenis pasir serayu

No
Uraian Satuan Contoh 1 Contoh 2
.
Berat piknometer + pasir + air
1 (gr) 943,3 971,3
(B1)
2 Berat pasir kering tungku (B2) (gr) 479,2 473,1
3 Berat piknometer berisi air (B3) (gr) 623,7 663,2
4 Berat pasir kering muka/SSD (B4) (gr) 500,0 500,0
5 Berat jenis = B2/(B3 + B4 – B1) 2,66 2,47
6 Rata-rata berat jenis 2,56
Berat jenis SSD = B4/(B3+B4 –
7 2,77 2,61
B1)
8 Rata-rata berat jenis SSD 2,69
9 Penyerapan air (%) 4,16 5,38
10 Rata-rata penyerapan air (%) 4,77

b. Pengujian gradasi agregat halus


Metode pengujian ini berdasarkan SNI 03-1968-1990 tentang metode pengujian analisis
saringan agregat halus dan kasar.
1) Alat yang digunakan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
i) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;

44
ii) Satu set saringan; 37,5 mm (3”); 63,5 mm (2½”); 50,8 mm (2”); 19,1 mm (¾”); 12,5 mm
(½”); 9,5 mm (⅜”); No.4 (4.75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600
mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm).
iii)Oven, yang dilengkapi den-an pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)°C;
iv) Mesin pengguncang saringan
v) Kuas, sendok, dan alat-alat lainnya.
2) Cara pengujian
Urutan proses dalam menyiapkan bahan untuk pengujian adalah sebagai berikut :
i) Benda uji berupa pasir sebanyak 2500 gram dikeringkan dalam oven dengan suhu (1l0 ±
5)°C.
ii) Ambil bahan yang sudah di oven, kemudian diamkan dalam suhu ruangan.
iii) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
paling atas No. 3/8", 4, 10, 16, 30,50, 100.
iv) Lalu tuang bahan yang sudah di oven ke saringan kemudian tempatkan ke alat
penggradasian. guncang saringan selama 10 menit.
v) Setelah penggradasian selesai lalu timbang bahan yang tertinggal disaringan.
3) Hasil pengujian gradasi dapat dilihat pada tabel 3.2

Gambar 3.24. Saringan untuk uji gradasi

45
Gambar 3.25. Mesin yang digunakan untuk mengayak
.Tabel 3.2. Hasil Uji Gradasi Agregat Agak Halus pasir serayu.
Berat
Berat komulatif
Ayakan Berat tertinggal komulati
lewat
f
Lubang Rata -
Nomor I II III (%) (%) (mm)
(mm) Rata
3/8" 9,520 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
No. 4 4,750 283,90 318,70 235,9 279,50 9,24 9,24 90,76
No. 10 2,380 354,10 388,70 325,7 356,17 11,78 21,02 78,98
No.16 1,180 437,30 471,80 440,01 449,70 14,87 35,89 64,11
No.30 0,600 615,90 672,90 621,7 636,83 21,06 56,95 43,05
No.50 0,300 231,50 281,00 469 327,17 10,82 67,76 32,24
No.10
0,150 926,70 921,60 462,9 770,40 25,47 93,24 6,76
0
Sisa 225,80 219,90 167,8 204,50 6,76 0,00
3.075,2 3.274,6 2723,0 3.024,2 100,0
Jumlah 284,10 -
0 0 1 7 0

Modulus Kehalusan = 2,84

46
GRAFIK GRADASI PASIR ZONA II

100 100.00
90 90.76
80 78.98
70
64.11
60
50
Persentase berat butir yang lolos ( % ) 43.05
40
30 32.24

20 Hasil uji
Batas atas
10
6.76 Batas bawah
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang ayakan (mm)

Grafik 3.1. gradasi agregat halus


c. Pengujian kadar lumpur
 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus
berdasarkan SNI 03-4428-1997 tentang pemeriksaan bahan bangunan.
1) Alat
i) Saringan No. 50
ii) Timbangan
iii) Cawan
iv) Oven
2) Cara pengujian:
i) Ambil benda uji sesuai kebutuhan, lalu masukan ke dalam oven dengan temeperatur 1l0
± 5°C selama 24 jam.
ii) Saring benda uji, untuk agregat halus diambil yang tertahan pada saringan NO. 50.
iii) Timbang cawan kosong untuk masing-masing benda uji kering semula (A).
iv) Masukan benda uji kedalam cawan, cuci benda uji kotor kering oven tersebut sehingga
betul-betul bersih.
v) Keringkan dalam oven dengan temeperatur 1l0 ± 5°C selama 24 jam.
vi) Masukan ke desikator untuk mempercepat pendinginan.
vii) Timbang cawan + benda uji bersih kering akhir (B).
3) Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 3.3

47
Rumus yang digunakan :

A – B x 100 %
A
Dengan pengertian:
A = berat cawan kosong benda uji kering semula
B = timbang cawan + benda uji bersih kering akhir

Gambar 3.26. Cawan yang digunakan pada pengujian kadar lumpur


Tabel 3.3. Hasil Pengujian Kadar Lumpur Pasir serayu
No. Uraian Satuan Contoh I Contoh II
Berat agregat kering (semula) +
1 (gr) 60,00 60,25
cawan
2 Berat agregat kering (akhir) + cawan (gr) 58,35 59,18
3 Berat cawan (gr) 10,00 10,25
4 Berat agregat kering (semula) (A) (gr) 50,00 50,00
5 Berat agregat kering (akhir) (B) (gr) 48,35 48,93

6 (%) 3,30 2,14

7 Kadar lumpur rata-rata (%) 2,72

3.3.2 Pengujian agregat kasar


a. Pengujian berat jenis agregat kasar
Pengujian berat jenis ini dilakukan sesuai dengan SNI 03-1969-1990 (Agregat Kasar,
Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air) tentang Metode pengujian berat jenis dan
penyerapan air agregat kasar.

48
1) Alat yang digunakan
Peralatan yang dipakai meliputi :
i) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan kapasitas kira-kira
5 kg;
ii) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus
dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
iii)Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang
dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang;
iv)Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C.
v) Alat pemisah contohSaringan no. 4 (4,75 mm).
2) Cara pengujian
Urutan menyiapkan bahan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:
i) Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan.
ii) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai berat tetap sebagai
catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana
agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan
pengeringan dengan oven.
iii) Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0,5 gram (Bk);
iv) Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam;
v) Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu;
vi) Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj);
vii) Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk mengeluarkan udara
yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°C);
viii) Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan;
bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun

49
pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan
ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.
3) Hasil pengujian
Hasil pengujian dapat dilihat pada table 3.4 - 3.6

Tabel 3.4. Bj kerikil 10 mm


No Satua
Uraian Contoh 1 Contoh 2
. n
1 Berat kerikil setelah dioven (A) (gr) 2.909,0 2.924,0
2 Berat kerikil dalam air (B) (gr) 1.877,0 1.880,7
3 Berat kerikil dalam keadaan SSD (C) (gr) 3.000,0 3.000,0
4 Berat jenis = A/(C - B) 2,59 2,61
5 Rata-rata berat jenis 2,60
6 Berat jenis SSD = C/(C – B) 2,67 2,68
7 Rata-rata berat jenis SSD (%) 2,7
8 Penyerapan air = (C – A)/A (%) 3,13 2,60
9 Rata-rata penyerapan air 2,86

Tabel 3.5. Bj kerikil 20 mm


No. Uraian Satuan Contoh 1 Contoh 2
1 Berat kerikil setelah dioven (A) (gr) 2.930,7 2.921,5
2 Berat kerikil dalam air (B) (gr) 1.878,8 1.892,0
3 Berat kerikil dalam keadaan SSD (C) (gr) 3.000,0 3.000,0
4 Berat jenis = A/(C - B) 2,61 2,64
5 Rata-rata berat jenis 2,63
6 Berat jenis SSD = C/(C – B) 2,68 2,71
7 Rata-rata berat jenis SSD (%) 2,7
8 Penyerapan air = (C – A)/A (%) 2,37 2,69
9 Rata-rata penyerapan air 2,53

Tabel 3.6. Bj kerikil 40 mm


No Satua
Uraian Contoh 1 Contoh 2
. n
1 Berat kerikil setelah dioven (A) (gr) 2.909,9 2.924,2
2 Berat kerikil dalam air (B) (gr) 1.877,0 1.881,0
3 Berat kerikil dalam keadaan SSD (C) (gr) 3.000,0 3.000,0
4 Berat jenis = A/(C - B) 2,59 2,61

50
5 Rata-rata berat jenis 2,60
6 Berat jenis SSD = C/(C – B) 2,67 2,68
7 Rata-rata berat jenis SSD (%) 2,68
8 Penyerapan air = (C – A)/A (%) 3,10 2,59
9 Rata-rata penyerapan air 2,84

b. Pengujian gradasi agregat kasar


Pengujian agregat kasar dalam penelitian ini berpedoman pada Gradasi
Agregat Kasar (Split) - SNI-03-2834-2000 tentang perencanaan beton normal.
Tabel 3.7. Gradasi 10 mm, 20 mm, 40 mm
Uukuran saringan % Lolos saringan/ayakan
Ayakan Ukuran Ukuran Ukuran
Maks. Maks. Maks.
Mm SNI ASTM inch
10 mm 20 mm 40 mm
75,0 76 3 in 3 100 - 100
37,50 38 1 1/2 in 1,5 100 - 100 95 - 100
19,0 19 3 in
/4
0,75 100 - 100 95 - 100 35 - 95
9,50 9,6 in3/8
0,375 50 - 85 30 - 60 10 - 40
4,75 4,8 no. 4 0,187 0 - 10 0 - 10 0-5
1) Pengujian gradasi agregat kasar 10 mm
Dalam pengujian agregat kasar 10 mm hanya dilakukan 1x percobaan karena sudah
memenuhi batas atas dan batas bawah gradasi 10 mm.
Tabel 3.8. pengujian gradasi 10 mm
Ayakan Berat tertinggal Berat
Berat
komulatif
Lubang Rata- komulatif
Nomor 1 2 3 (%) lewat
(mm) rata (%)
(%)
3 76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 100
1½ 38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
¾" 19 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 “ 9,520 1.175,40 1.560,60 1.553,80 1429,93 23,83 23,83 76,17
No. 4 4,750 4.374,00 4.083,30 4.058,00 4171,77 69,53 93,36 6,64
sisa 0,000 450,60 356,10 388,20 398,30 6,64 100,00 0,00
Jumlah 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6000,00 100,00 217,19 -

Modulus kehalusan = 2,17

51
100 100 100
90
85
80
Presentase Berat Butir Yang Lolos (%)
70
60
50 Hasil uji

40 Batas atas
Batas bawah
30
20
10 10
0
4.8 9.6 19 38
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 3.2. Pengujian gradasi agregat kasar 20 mm


i) Trial 1
Pada gradasi ini dilakukan trial and error untuk mencari gradasi yang sesuai dengan
batas atas dan batas bawah.

Dengan prosentase agregat :


Butir 2/3 50% 3000 gr
Butir 1/2 50% 3000 gr

Tabel 3.9. Trial 1 agregat 20 mm


Berat
Berat
Ayakan Berat tertinggal komulatif
komulatif
lewat
Nomo Lubang Rata-
1 2 3 (%) (%) (%)
r (mm) rata
3 76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 100
1½ 38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
¾" 19 442,80 3.345,2 3.021,1 442,80 7,28 7,28 92,72
3/8 “ 9,520 3.444,8 1.382,4 2.054,9 3444,8 56,64 63,92 36,08
No. 4 4,750 2.139,0 1.207,6 870,70 2139,0 35,17 99,08 0,92
sisa 0,000 55,70 64,80 61,90 55,70 0,92 100,00 0,00
Jumlah 6.082,3 6.000,0 6.008,6 6082,3 100,0 270,28 -

Modulus kehalusan = 2,70

52
100 100
100.00 100
92.72 95
90

Presentase Berat Butir Yang Lolos (%)


80
70 70
60
50 Hasil uji
Batas atas
40 40 batas
36.08 35 bawah
30
20
10 10
5
0 0.92
0
4.8 9.6 19 38 76
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 3.3. Pengujian gradasi agregat kasar 20 mm


Dari tabel dan grafik diatas disimpulkan bahwa komposisi gradasi tidak memenuhi
batas atas dan batas bawah agregat 20 mm, maka dilakukan trial 2
Dari trial gradasi 20 mm didapat tabel dan grafik berikut.
ii) Trial 2
Dengan prosentase agregat :
Butir 2/3 56,66% 3400 gr
Butir 1/2 43,33% 2600 gr

Tabel 3.10 Trial 2 Gradasi agregat 20 mm


Berat
Berat
Ayakan Berat tertinggal komulatif
komulatif
lewat
Lubang Rata-
Nomor 1 2 3 (%) (%) (%)
(mm) rata
3 76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 100
1½ 38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
¾" 19 178,50 81,90 181,60 147,33 2,46 2,46 97,54
3/8 “ 9,520 3.598,0 3.154,4 3.551,6 3434,67 57,24 59,70 40,30
No. 4 4,750 1.758,0 2.562,4 1.980,0 2100,13 35,00 94,70 5,30
sisa 0,000 465,50 201,30 286,80 317,87 5,30 100,00 0,00
Jumlah 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6000,00 100,0 256,86 -
Modulus kehalusan = 2,57

53
100 100 97.54 100.00
100
90
95
80
70
60
Presentase Berat Butir Yang Lolos (%)

60
50 Hasil uji
40 40.30 Batas atas
Batas bawah
30 30
20
10 10
5.30
0 0
4.8 9.6 19 38
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 3.4. Pengujian gradasi agregat kasar 20 mm


Dari tabel dan grafik telah memenuhi batas atas dan bawah, maka pengujian dilanjutkan
ketahap selanjutnya.

3) Pengujian Gradasi agregat 40 mm


Pada gradasi ini dilakukan trial and error untuk mencari gradasi yang sesuai dengan batas
atas dan batas bawah.
i) Trial 1
Prosentase agregat :
Butir 5/3 76,66% 4600 gr
Butir 2/3 6,66 400 gr
Butir 1/2 16,66% 1000 gr
Tabel 3.11 Gradasi agregat 40 mm Trial 1
Berat
Berat
Ayakan Berat tertinggal komulatif
komulatif
lewat
Nomo Lubang Rata-
1 2 3 (%) (%) (%)
r (mm) rata
3 76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 100
1½ 38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
¾" 19 4.218,0 3.345,2 3.021,1 4218,0 72,41 72,41 27,59
3/8 “ 9,520 719,60 1.382,4 2.054,9 719,60 12,35 84,76 15,24
No. 4 4,750 831,40 1.207,6 870,70 831,40 14,27 99,03 0,97
sisa 0,000 56,50 64,80 61,90 56,50 0,97 100,00 0,00
Jumlah 5.825,5 6.000,0 6.008,6 5825,5 100,0 356,19 -

Modulus Kehalusan = 3,56

54
100 100
100.00 100
95
90
80
70 70
60
Presentase Berat Butir Yang Lolos (%)

50
Hasil uji
40 40
35 Batas atas
30 27.59 batas bawah
20
15.24
10 10
5
0 00.97
4.8 9.6 19 38 76
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 3.5. Pengujian gradasi agregat kasar 40 mm

Dari tabel dan grafik diatas disimpulkan bahwa komposisi gradasi tidak
memenuhi batas atas dan batas bawah agregat 40 mm, maka dilakukan trial 2.
Dari trial gradasi 40 mm didapat tabel dan grafik berikut.
ii) Trial 2
Prosentase agregat :
Butir 5/3 33,33% 2000 gr
Butir 2/3 33,33% 2000 gr
Butir 1/2 33,33% 2000 gr

Tabel 3.12 Gradasi agregat 40 mm Trial 2


Berat
Berat
Ayakan Berat tertinggal komulatif
komulatif
lewat
Nomo Lubang Rata-
1 2 3 (%) (%) (%)
r (mm) rata
3 76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 100
1½ 38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
¾" 19 1.360,2 3.345,2 3.021,1 1360,2 24,10 24,10 75,90
3/8 “ 9,520 2.442,6 1.382,4 2.054,90 2442,6 43,27 67,37 32,63
No. 4 4,750 1.786,2 1.207,6 870,70 1786,2 31,64 99,01 0,99
sisa 0,000 55,70 64,80 61,90 55,70 0,99 100,00 0,00
Jumlah 5.644,7 6.000,0 6.008,6 5644,7 100,0 290,48 -

Modulus kehalusan = 2,90

55
100 100
100.00 100
95
90
80

Presentase Berat Butir Yang Lolos (%)


75.90
70 70
60
50
40 40
32.63 35
30
20
10 10
5
0 00.99
4.8 9.6 19 38 76
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 3.6. Pengujian gradasi agregat kasar 40 mm

Dari tabel dan grafik diatas disimpulkan bahwa komposisi gradasi tidak
memenuhi batas atas dan batas bawah agregat 40 mm, maka dilakukan trial 3.
Dari trial gradasi 40 mm didapat tabel dan grafik berikut.

iii)Trial 3
Prosentase agregat :

Butir 5/3 66,66% 4000 gr


Butir 2/3 16,66% 1000 gr
Butir 1/2 16,66% 1000 gr

Tabel 3.13 Gradasi agregat 40 mm Trial 3


Berat
Berat
Ayakan Berat tertinggal komulatif
komulatif
lewat
Lubang Rata-
No. 1 2 3 (%) (%) (%)
(mm) rata
3 76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 100
1½ 38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
¾" 19 3.352,0 3.345,2 3.021,1 3239,4 53,93 53,93 46,07
3/8 “ 9,520 1.715,0 1.382,4 2.054,9 1717,4 28,59 82,52 17,48
No. 4 4,750 710,50 1.207,60 870,70 929,60 15,48 97,99 2,01
sisa 0,000 235,00 64,80 61,90 120,57 2,01 100,00 0,00
Jumlah 6.012,5 6.000,00 6.008,60 6007,03 100,00 334,44 -

Modulus kehalusan = 3,34

56
100 100 100
90
80

Presentase Berat Butir Yang Lolos (%)


70 70
60
50
Hasil uji
40 40
Batas atas
30
batas
20 bawah

10
5
0
4.8 9.6 19 38 76
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 3.7. Pengujian gradasi agregat kasar 20 mm

Dari tabel dan grafik telah memenuhi batas atas dan bawah, maka pengujian dilanjutkan
ketahap selanjutnya.
c. Pengujian keausan agregat kasar
Pengujian keausan agregat kasar dilakukan sesuai dengan SNI 2417:2008 (Tentang Cara
Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles) tentang cara uji keausan agregat
dengan mesin abrasi Los Angeles.
1. Alat yang digunakan
i) saringan No. 12 (1,70) dan saringan_saringan lainya.
ii) Timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5 gram.
iii)Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing antara 390
gram sampai dengan 445 gram.
iv)Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi sampai dengan 110°C
v) Alat bantu pan dan kuas.
2. Cara pengujian
i) Cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110°C sampai berat tetap.
ii) Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan
dan lakukan penimbangan.
iii) Gabungkan-gakembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki
iv) Catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.

57
v) Benda uji dan bola baja dimasukan kedalam mesin abrasi Los Angeles.
vi) Putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm, jumlah putaran gradasi
A, gradasi B, gradasi C, gradasi D adalah 500 putaran dan untuk gradasi E, gradasi F dan
gradasi G adalah 1000 putaran.
vii) Setelahn selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan
saringan No. 12 (1,70), butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih, selanjutnya
dikeringkan pada oven pada temeperatur 110°C sampai berat tetap.
viii) Jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100x putaran, dan
setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No. 12 (1,70 mm) tanpa pencucian.
Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran sapai 500 putaran agregat tertahan
diatas saringan No. 12 (1,70mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20.
3. Hasil pengujian
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus berikut:
a−b
Keausan = x 100 %
a
Dengan pengertian:
a = berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram.
b = berat benda uji saringan tertahan saringan No. 12 (1,70 mm) dinyatakan dalam gram.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 3.14 – 3.15
Tabel 3.14 Daftar gradasi dan berat benda uji
Ukuransaringan Gradasi dan berat
Lolos Tertahan
40mm 20mm 10mm D E F G
Saringan saringan
3" 2 1/2" - - - - 2500 - -
2 1/2" 2" - - - - 2500 - -
2" 1 1/2" - - - - 5000 5000 -
1 1/2" 1" 751,3 - - --- - 5000 5000
1" 3/4" 3266,8 162,8 - - - - 5000
3/4" 1/2" 949,8 3676,8 261,3 - - - -
1/2" 3/8" 2,8 702,3 749,3 - - - -
3/8" 1/4" 0,4 326,8 2606,8 - - - -
1/4" no 4 - 41,8 868,8 2500 - - -
No 4 No 8 - 24,6 267,8 2500 - - -
1000
Total 5000 5000 5000 5000 10000 10000
0
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000

58
Jumlah bola baja 12 11 8 6 12 12 12

Hasil pengujian keausan agregat kasar dapat dilihat dalam tabel 3.14.
Tabel 3.15 Hasil uji keausan agregat kasar
Nomor Contoh 40 mm 20 mm 10 mm
Berat sebelum gr A 5.000, 5000 5000
Berat sesudah diayak saringan No 12 gr B 4.011, 3648,5 3391
Berat sesudah gr (A-B) 989,0 1351,5 1609
Keausan
% 19,78 27,03 32,18

3.3.3 Penyusunan mix design


Mix Design yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Departemen
Pekerjaan Umum yang tertuang dalam SK.SNI.T-15-1990-03 “Tata Cara Pembuatan Rencana
Beton Normal”, merupakan adopsi dari metode departement of enviromen (DOE), Building
Reserch Eshtabilishment, Britain.
a. Adukan tipe 1
Agragat yang digunakan adalah agregat maksimum 10mm. Berikut langkah-langkah
rancangan campuran ( mix design):
1) Penetapan kuat tekan beton yang diisyaratkan (fc) pada umur tertentu.kuat tekan beton
yang direncanakan pada umur 28 hari adalah f'c = 20 MPa.
2) Perhitungan nilai tambah (margin). Karena belum ada penelitian ini seblumnya maka
diambil nilai margin 12.
3) Jenis semen yang digunakan adalah tipe I (semen biasa) yaitu semen Gresik.
4) Jenis agregat yang digunakam batu pecah pasir alami.
5) Menetapkan Fas (faktor air semen) dengan cara berikut:
Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata beton yang
direncanakan pada umur tertentu. Ditetapkan nilai faktor air semen dengan melihat gambar
3.27 dan 3.28 , fcr = 32 MPa pada umur 28 didapat 0,49.
6) Dari tabel 3.16. untuk pembetonan didalam ruangan dan keadaan keliling non korosif =
0,60.
7) Penetapan nilai slump lihat tabel 3.17. Slump yang direncanakan = ± 12 cm
8) Penetapan besar butir agregat maksimum 10mm berdasarkan hasil dari gradasi butiran.

59
9) Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran
maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang diinginkan lihat gambar 3.31.
Untuk beberapa tingkat kemudahan pekerjaan adukan dari tabel didapat kebutuhan air per
meter kubik berdasarkan agregat halus dan kasar yaitu (0,67 AH) + (0,33. AG) = (0,67
250) + (0,33. 225) = 233.
10) Hitung berat semen yang diperlukan
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air langkah (f)
dengan fas yang diperoleh pada langkah (a) berikut:
jumlah air yang dibutuhkan
Berat semen =
faktor air semen
233
= =477 kg. Untuk Agregat 10mm.
0,49
11) Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 3.19. Beton didalam ruangan dan
keadaan nonkorosid = 275 kg.
12) Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah (sebelumnya) ternyata lebih
sedikit dari langkah (12) maka yang dipakai kebutuhan semen yang nilainya lebih besar.
Kebutuhan semen yang diambil 477 kg. Untuk Agregat 10mm
13) Agregat halus yang digunakan yaitu grafik yang menunjukan bahwa agregat halus masuk
zona 2 ( zona ideal ).
14) Penetapan prosentase pasir terhadap campuran ini diperoleh dengan menggunakan
gambar 3.29 agregat maksimum 10mm. Didapat 50% untuk 10 mm.
15) Penetapan berat jenis pasir dan kerikil
Berikut cara perhitungan berat jenis agregat campur:
Berat jenis Pasir = 2,69
Berat jenis kerikil = 2,70
P K
Berat jenis campuran 10mm = x Bj Pasir + x Bj Kerikil
100 100
50 50
= x 2,69 + x 2,70
100 100
= 2,69

60
16) Berat jenis beton diperoleh dari gambar 3.31 berat jenis campuran dan kebutuhan air
langkah (f) = 233 ltr, maka didapat berat jenis betonya yaitu 2371 kg/m3. Untuk Ukuran
Agregat maks. 10mm.
17) Kebutuhan agregat campuran
Kebutuhan berat pasir + kerikil dihitung dengan rumus:
(W pasr + krk = berat beton - kebutuhan air – semen).
= 2371 – 233 – 477 = 1661 kg.
18) Kebutuhan agregat halus dapat dihitung dengan rumus:
W pasir = (berat pasir + kerikil) x prosentase berat pasir terhadap campuran
Kebutuhan agregat halus = 1661 kg x 50%
= 830,5 kg untuk agregat maks. 10mm
19) Kebutuhan agregat kasar dapat dihitung dengan rumus:
(berat pasir + kerikil) – kebutuhan pasir
Kebutuhan Kerikil = 1661 – 830,5
= 830,5 kg untuk agregat 10mm
b. Adukan tipe 2
Agragat yang digunakan adalah agregat maksimum 20mm. Berikut langkah-langkah
rancangan campuran ( mix design):
1) Penetapan kuat tekan beton yang diisyaratkan (fc) pada umur tertentu.kuat tekan beton
yang direncanakan pada umur 28 hari adalah f'c = 20 MPa.
2) Perhitungan nilai tambah (margin). Karena belum ada penelitian ini seblumnya maka
diambil nilai margin 12.
3) Jenis semen yang digunakan adalah tipe I (semen biasa) yaitu semen Gresik.
4) Jenis agregat yang digunakam batu pecah pasir alami.
5) Menetapkan Fas (faktor air semen) dengan cara berikut:
Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata beton yang
direncanakan pada umur tertentu. Ditetapkan nilai faktor air semen dengan melihat gambar
3.27 dan 3.29 , fcr = 32 MPa pada umur 28 didapat 0,49.
6) Dari tabel 3.16. untuk pembetonan didalam ruangan dan keadaan keliling non korosif =
0,60.
7) Penetapan nilai slump lihat tabel 3.17. Slump yang direncanakan = ± 12 cm

61
8) Penetapan besar butir agregat maksimum 20mm berdasarkan hasil dari gradasi butiran.
9) Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran
maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang diinginkan lihat gambar 3.32. Untuk
beberapa tingkat kemudahan pekerjaan adukan dari tabel didapat kebutuhan air per meter
kubik berdasarkan agregat halus dan kasar yaitu (0,67 AH) + (0,33. AG) = (0,67 195) +
(0,33. 225) = 205.
10) Hitung berat semen yang diperlukan
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air langkah (f)
dengan fas yang diperoleh pada langkah (a) berikut:
jumlah air yang dibutuhkan
Berat semen =
faktor air semen
205
= =419 kg . Untuk Agregat 20mm.
0,49
11) Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 3.19. Beton didalam ruangan dan
keadaan nonkorosid = 275 kg.
12) Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah (sebelumnya) ternyata lebih
sedikit dari langkah (12) maka yang dipakai kebutuhan semen yang nilainya lebih besar.
Kebutuhan semen yang diambil 419 kg. Untuk Agregat 20mm
13) Agregat halus yang digunakan yaitu grafik yang menunjukan bahwa agregat halus masuk
zona 2 ( zona ideal ).
14) Penetapan prosentase pasir terhadap campuran ini diperoleh dengan menggunakan
gambar 3.30 agregat maksimum 20mm. Didapat 40% untuk 10 mm.
15) Penetapan berat jenis pasir dan kerikil
Berikut cara perhitungan berat jenis agregat campur:
Berat jenis Pasir = 2,69
Berat jenis kerikil = 2,70
P K
Berat jenis campuran 10mm = x Bj Pasir + x Bj Kerikil
100 100
50 50
= x 2,69 + x 2,70
100 100
= 2,70

62
16) Perhitungan berat jenis beton diperoleh dari gambar 3.32 berat jenis campuran dan
kebutuhan air langkah (f) = 205 ltr, maka didapat berat jenis betonya yaitu 2412
kg/m3. Untuk Ukuran Agregat maks. 20mm.
17) Kebutuhan agregat campuran
Kebutuhan berat pasir + kerikil dihitung dengan rumus:
(W pasr + krk = berat beton - kebutuhan air – semen).
= 2412 – 205 – 419 = 1788 kg.
18) Kebutuhan agregat halus dapat dihitung dengan rumus:
W pasir = (berat pasir + kerikil) x prosentase berat pasir terhadap campuran
Kebutuhan agregat halus = 1788 kg x 40%
= 447 kg untuk agregat maks. 20mm
19) Kebutuhan agregat kasar dapat dihitung dengan rumus:
(berat pasir + kerikil) – kebutuhan pasir
Kebutuhan Kerikil = 1788 – 447
= 1341 kg untuk agregat 20mm
c. Adukan tipe 3
Agragat yang digunakan adalah agregat maksimum 40mm. Berikut langkah-langkah
rancangan campuran ( mix design):
1) Penetapan kuat tekan beton yang diisyaratkan (fc) pada umur tertentu.kuat tekan beton
yang direncanakan pada umur 28 hari adalah f'c = 20 MPa.
2) Perhitungan nilai tambah (margin). Karena belum ada penelitian ini seblumnya maka
diambil nilai margin 12.
3) Jenis semen yang digunakan adalah tipe I (semen biasa) yaitu semen Gresik.
4) Jenis agregat yang digunakam batu pecah pasir alami.
5) Menetapkan Fas (faktor air semen) dengan cara berikut:
Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata beton yang
direncanakan pada umur tertentu. Ditetapkan nilai faktor air semen dengan melihat gambar
3.27 dan 3.30 , fcr = 32 MPa pada umur 28 didapat 0,49.
6) Dari tabel 3.16. untuk pembetonan didalam ruangan dan keadaan keliling non korosif =
0,60.
7) Penetapan nilai slump lihat tabel 3.17. Slump yang direncanakan = ± 12 cm

63
8) Penetapan besar butir agregat maksimum 40mm berdasarkan hasil dari gradasi butiran.
9) Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran
maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang diinginkan lihat gambar 3.33.
Untuk beberapa tingkat kemudahan pekerjaan adukan dari tabel didapat kebutuhan air per
meter kubik berdasarkan agregat halus dan kasar yaitu (0,67 AH) + (0,33. AG) = (0,67
175) + (0,33. 205) = 185.
10) Hitung berat semen yang diperlukan
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air langkah (f)
dengan fas yang diperoleh pada langkah (a) berikut:
jumlah air yang dibutuhkan
Berat semen =
faktor air semen
185
= =378 kg. Untuk Agregat 40mm.
0,49
11) Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 3.19. Beton didalam ruangan dan
keadaan nonkorosid = 275 kg.
12) Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah (sebelumnya) ternyata lebih
sedikit dari langkah (12) maka yang dipakai kebutuhan semen yang nilainya lebih besar.
Kebutuhan semen yang diambil 477 kg. Untuk Agregat 40mm
13) Agregat halus yang digunakan yaitu grafik yang menunjukan bahwa agregat halus masuk
zona 2 ( zona ideal ).
14) Penetapan prosentase pasir terhadap campuran ini diperoleh dengan menggunakan
gambar 3.31 agregat maksimum 40mm. Didapat 35% untuk 10 mm.
15) Penetapan berat jenis pasir dan kerikil.
Berikut cara perhitungan berat jenis agregat campur:
Berat jenis Pasir = 2,69
Berat jenis kerikil = 2,70
P K
Berat jenis campuran 10mm = x Bj Pasir + x Bj Kerikil
100 100
50 50
= x 2,69 + x 2,70
100 100
= 2,70

64
16) Perhitungan berat jenis beton diperoleh dari gambar 3.33 berat jenis campuran dan
kebutuhan air langkah (f) = 205 ltr, maka didapat berat jenis betonya yaitu 2412
kg/m3. Untuk Ukuran Agregat maks. 40mm.
17) Kebutuhan agregat campuran
Kebutuhan berat pasir + kerikil dihitung dengan rumus:
(W pasr + krk = berat beton - kebutuhan air – semen).
= 2412 – 185 – 378 = 1849 kg.
18) Kebutuhan agregat halus dapat dihitung dengan rumus:
W pasir = (berat pasir + kerikil) x prosentase berat pasir terhadap campuran
Kebutuhan agregat halus = 1788 kg x 35%
= 283 kg untuk agregat maks. 40mm
19) Kebutuhan agregat kasar dapat dihitung dengan rumus:
(berat pasir + kerikil) – kebutuhan pasir
Kebutuhan Kerikil = 1788 – 283
= 1566 kg untuk agregat 40mm
Tabel 3.16. Persyaratan faktor air semen maksimum untuk berbagai
pembetonan
Jumlah semen min. FAS
Deskripsi
Dlm 1 m3 Beton Maks
Beton di dalam ruangan bangunan : (Kg)
a. Keadaan keliling non-korosif 275 0.60
b. Keadaan keliling korosif, 325 0.52
Beton di luar bangunan
disebabkan oleh :
a. Tidak terlindung dari hujan dan 325 0.60
b. Terlindung
matahari dari hujan dan matahari 275 0.60
Beton yang masuk ke dalam tanah :
a. Mengalami basah dan kering 325 0.55
b. Terpengaruh
berganti sulfat alkali tanah / air 375
Beton
tanahyang terus – menerus berhub.
a.
dg.Air
Airtawar 275 0,50
b. Air laut 375 0,45

Tabel 3.17. Nilai slam menurut ACI


Jenis Konstruksi Slump (mm)

65
Maksimum* Minimum
Dinding penahan dan pondasi 75 25
Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding 75 25
sub-struktur
Balok dan dinding beton 100 25
Kolom structural 100 25
Perkerasan dan slab 75 25
Beton massal 75 25

70

60

50

40
K u a t te k a n s ilin d e r (M P a )

32
30

20
91 hari

28 hari
10
7 hari

3 hari
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
0,49
Fas

Gambar 3.27 Hubungan FAS dan kuat tekan rata-rata

66
Tabel 3.18. Perkiraan kadar air bebas per meter kubik beton (liter)

Ukuran besar butir Slump (mm)


Jenis agregat
Agregat maksimum 0-10 10-30 30-60 60-180
Alami 150 180 205 225
10 mm
Batu pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20 mm
Batu pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40 mm
Batu pecah 155 175 190 205

Tabel 3.19. Kebutuhan semen minimum untuk berbagai pembetonan dan lingkungan
khusus
Deskripsi Jumlah semen min. FAS
Beton di dalam ruangan bangunan :
a. Keadaan keliling non-korosif 275 0.60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh 325 0.52
Beton di luar bangunan :
c. Tidak terlindung dari hujan dan matahari 325 0.60

67
gambar 3.28. Proporsi agregat halus pada agregat maksimum 10 mm.

Gambar 3.29. Proporsi agregat halus pada agregat maksimum 20 mm.

68
gambar 3.30. Proporsi agregat halus pada agregat maksimum 40 mm.

2800

2700
Berat jenis
agregat campuran
2600

2500 2,9
2,8
2400
Berat beton (kg/m3)

2,7
2300 2,6
2,5
2200
2,4
2100
100 120 140 160 180 200 220233 240 260
Kandungan air (liter/m3 beton)

Gambar 3.31. Grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen untuk benda uji
silinder agregat 10 mm.

69
2800

2700 Berat jenis


agregat campuran
2600

2500 2,9
Berat beton (kg/m3)

241 2,8
2400
2 2,7
2300 2,6
2200
2,5
2,4
2100
100 120 140 160 180 200 205 220 240 260
Kandungan air (liter/m3 beton)

Gambar 3.32. Grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen untuk agregat
masksimum 20 mm

2800

2700 Berat jenis


agregat campuran
2600

2500 2,
Berat beton (kg/m3)

241 9
2,8
2400
2 2,7
2300 2,6
2200
2,5
2,4
2100
100 120 140 160 180 185 200 220 240 260
Kandungan air (liter/m3 beton)

Gambar 3.33. Grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen untuk agregat
masksimum 40 mm

70
Tabel 3.20 mix design masing-masing agregat
No.. Uraian Keterangan
1 Ukuran maksimum butir 10mm 20mm 40mm
Kuat tekan silinder yang disyaratkan
2 pada umur fc 20,0 20,0 20,0 MPa
28 hari (fc)
Deviasi standar (S)
3
(Tingkat pengendalian mutu baik)
Tabel 0,0 0,0 0,0 MPa

4 Nilai tambah/margin (M) 1,64 * S 12,0 12,0 12,0 MPa


Kuat tekan rata-rata yang
5
direncanakan (fcr)
fc + M 32,0 32,0 32,0 MPa

6 Jenis semen Type I Type I Type I Gresik


7 Jenis pasir Alami Alami Alami Serayu
Batu Batu Batu
8 Jenis kerikil Purwokerto
pecah pecah pecah
9 Faktor air semen Grafik 0,49 0,49 0,49
Faktor air semen Asumsi beton dalam
10 Tabel 0,60 0,60 0,60
maksimum ruangan
11 Faktor air semen yang digunakan Min. ( fas ; fas maks) 0,49 0,49 0,49
12 Nilai slam Ketentuan 120 120 120 mm
13 Ukuran maksimum butiran kerikil ditentukan 10 20 40 mm
Kebutuhan air
14 berdasarkan pasir Tabel 225 195 175 liter
(agregat halus)
Kebutuhan air
15 berdasarkan kerikil Tabel 250 195 205 liter
(agregat kasar)
16 Kebutuhan air Tabel 233 205 185 liter
keb. air / fas yg
17 Kebutuhan semen
digunakan
477 419 378 kg

Kebutuhan semen Asumsi beton dalam 275


18
minimum
Tabel
ruangan
275 275 kg

19 Kebutuhan semen yang digunakan keb. semen maksimal 477 419 378 kg
fas digunakan / semen
20 Penyesuaian jumlah air
digunakan
233 205 185 Tetap

jumlah air / semen


21 Penyesuaian fas
digunakan
0,49 0,49 0,49 Tetap

22 Gradasi pasir Zona II Zona II Zona II Agak kasar


23 Persentase pasir Grafik 50 40 35 %
terhadap campuran ((%pasir/100)*BJ
pasir)+(((100-
24 Berat jenis agregat campuran
%pasir)/100)*BJ
2,7 2,7 2,7
kerikil)
25 Berat beton Grafik 2371 2412 2412 kg/m3
berat beton - keb. Air
26 Kebutuhan pasir dan kerikil
- semen digunakan
1.661 1788 1849 kg/m3

(%pasir/100)*keb.
27 Kebutuhan pasir
Pasir+kerikil
830,3 715 647 kg/m3

kebutuhan pasir dan


28 Kebutuhan kerikil kerikil - kebutuhan 830 1.073 1.202 kg/m3
pasir

71
72

Anda mungkin juga menyukai