A. TUJUAN
Tujuan penggunaan admixture pada beton segar adalah untuk memperbaiki workability
beton, mengatur faktor air semen pada beton segar, mengatur waktu pengikatan aduk
beton, meningkatkan kekuatan beton keras, meningkatkan sifat kedap air pada beton keras,
dan meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras termasuk terhadap zat-zat kimia dan
tahan terhadap gesekan.
B. DASAR TEORI
Kuat tekan beton merupakan parameter utama yang harus diketahui dan dapat
memberikan gambaran tentang sifat-sifat mekanisnya yang lain dari beton tersebut. Hal ini
dikarenakan karakteristik utama beton adalah sangat kuat dalam menahan gaya tekan,
tetapi sangat lemah dalam menerima gaya tarik.
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton keras untuk menahan gaya tekan dalam
setiap satu satuan luas permukaan beton. Secara teoritis, kekuatan tekan beton dipengaruhi
oleh kekuatan komponen- komponennya yaitu:
1. Pasta semen
2. Volume rongga
3. Agregat
4. Interface (hubungan antar muka) antara pasta semen dengan agregat.
Pengujian kuat tekan beton dimaksudkan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton
melalui mesin tekan beton. Besarnya kuat tekan beton ini menunjukkan baik tidaknya mutu
pelaksanaan beton. Apabila mutu pelaksanaan beton dan benar maka akan didapat mutu
beton sesuai dengan yang diinginkan.
Bahan tambah adalah suatu bahan bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam
campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan
atau betonnya. Jenis bahan tambah yang digunakan adalah bahantambah admixture. Bahan
tambah (Admixture) adalah bahan atau material selain air, semen dan agregat ditambahkan
ke dalam beton selama pengadukan. Admixture digunakan untuk memodifikasi sifat dan
karakteristik beton.
Tabel 3.5.1 Faktor pengali untuk deviasi standar bila data hasil uji yang tersedia < 30
Jumlah Pengujian Faktor Pengali Deviasi Standar
Kurang dari 15 F’c + 12
15 1,16
20 1,08
25 1,03
30 atau lebih 1,00
Kemudian untuk menentukan mutu beton atau kuat tekan karakteristik beton dapat
digunakan rumus :
𝐟′ 𝐜 = 𝐟𝐜𝐫 − 𝐌
Di mana :
f’ c = Kuat tekan karakteristik beton (kg/cm2)
fcr = Kuat tekan rata-rata (kg/cm2)
M = Margin (Mpa)
Selanjutnya untuk menghitung margin (M) dapat digunakan rumus:
M = 1,64 Sr Sr < 4
M = 2,64 Sr – 4 Sr > 4
Di mana :
M = Margin (Mpa)
Sr = Nilai standar deviasi
Selanjutnya untuk nilai Kr dan Sr dapat dihitung dengan rumus:
K rata-rata = (K/koefisien umur 21 hari)
𝜮(𝒇𝒄 − 𝒇𝒄𝒓) 𝟐
𝐒𝐫 = √
𝒏−𝟏
Di mana :
n = jumlah benda uji
D. LANGKAH KERJA
1. Setelah mencapai umur yang diharapkan, mengeluarkan benda uji dari bak perendaman
sehari sebelum uji tekan dan didiamkan hingga kering selama 24 jam.
2. Setelah didiamkan selama 24 jam, selanjutnya menimbang benda uji.
3. Menyiapkan mesin kuat tekan beton dan meletakkan benda uji pada mesin tekan beton.
4. Menyalakan mesin uji tekan sampai benda uji mengalami batas maksimum.
5. Mengeluarkan benda uji dan melanjutkan uji tekan benda uji lainnya.
6. Menghitung kuat tekan beton.
E. KEBUTUHAN BAHAN CAMPURAN
A. Kebutuhan bahan campuran beton secara teoritis (per m3 beton) hasil rancangan
campuran beton secara teoritis / kondisi SSD (sebelum dikoreksi).
B. Kebutuhan bahan campuran beton jika digunakan 5 buah benda uji berupa silinder
(150 x 300 mm)
Silinder = 𝜋 x r² x t
= 3,14 x (0,075m)² x 0,30 m
= 0,0053 m3
Volume = V. Silinder x banyaknya benda uji x faktor koreksi
= 0,0053 m3 x 5 x 1,2
= 0,0318 m3
➢ Kebutuhan bahan pada perencanaan beton dengan bahan tambah (admixture) pada
benda uji kubus untuk uji tekan yaitu:
• Semen = 580 × 0,0318
= 18,44 kg
• Agregat Halus = 560 × 0,0318
= 17,87 kg
• Agregat Kasar = 500 × 0,0318
(BP 1-2) = 15,90 kg
b. Dasar Teori
Pengujian slump beton dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan beton segar di
mana dalam Mix Design telah ditentukan ( 60 – 80 mm ). Campuran beton dikatakan
encer apabila penggunaan air lebih dari yang direncanakan, sebaliknya beton dikatakan
kental/kaku apabila penggunaan air kurang dari air yang direncanakan.
d. Langkah Kerja
1. Kerucut terpancung dan plat dibasahi terlebih dahulu.
2. Meletakkan kerucut terpancung di atas plat.
3. Kerucut terpancung diisi dengan beton segar dalam 3 bagian. Tiap lapisan berisi
kira – kira 1/3 isi kerucut terpancung tersebut, dan dipadatkan dengan 25 kali
tumbukan pada setiap lapisan.
4. Setelah kerucut penuh dan penumbukan selesai ratakan permukaan kerucut
terpancung dan angkat kerucut terpancung secara perlahan dan ukur ketinggiannya
dangan mistar ukur yang telah disediakan.
e. Data Hasil Pengujian Slump
Tabel 3.5.3 Data Hasil Pengujian Slump
Slump
Campuran Rata-rata Satuan
I II III
Tanpa bahan tambah cm
Dengan bahan tambah 6,5 7 7,2 6,9 cm
I. KESIMPULAN
Hasil kuat tekan rata-rata yang menggunakan bahan tambah 0,7% terhadap semen
diperoleh kuat tekan rata-rata 25,56 N/mm2 dan bahan tambah 0,8% terhadap semen
diperoleh kuat tekan rata-rata 38,83N/mm2 .
A. Rekapitulasi Kuat Tekan Beton Normal Dengan Beton Bahan Tambah Sikamen Ln
REKAPITULASI HASIL PENGUJIAN
B. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kuat tekan beton normal diperoleh mutu beton f’c = 26,48 < 40 Mpa. Hasil ini diakibatkan
Dikarenakan agregat kasar yang digunakan termasuk gradasi senjang sehingga tingkat kepadatannya
tidak terlalu sempurna. Untuk mencapai mutu beton f’c 40 Mpa dilakukan dengan menggunakan
salah satu bahan tambah yang dapat meningkatkan seperti Visco creete 10, Tance 60 RA, Sikament
ln, dll. Maupun dengan mengadakan trial mix dengan menambah semen. Karena pada beton normal
tidak mencapai kuat tekan beton yang direncanakan maka perlu digunakan bahan tambah berupa
Sikament ln dengan dosis : 0,7 % dan 0,8 % .
2. Beton dengan bahan tambah sikament ln dosis 0,7%. Diperoleh hasil kuat tekan beton 25,56 Mpa
dan dosis 0,8% diperoleh hasil kuat tekan 38,83Mpa. Seharusnya hasil yang diperoleh kuat tekan
beton dengan bahan tambah senilai dan bahkan lebih besar dari kuat tekan yang direncanakan yaitu
sebesar 40 Mpa. Hal ini disebabkan adanya kekeliruan pada proses pembuatan beton,seperti slump
pada beton dengan bahan tambah 0,7 % Sikaement – LN diperoleh nilai slump yang sangat tinggi
yaitu 150,3 mm dan tidak memenuhi nilai slump yang direncanakan (60-100 mm), takaran material
yang kurang maksimal, penggunaan air yang melebihi takaran, maupun banyaknya material yang
terbuang pada saat proses pengadukan. Berbagai macam kekeliruan inilah yang menyebabkan kuat
tekan beton yang dihasilkan tidak maksimal atau sangat kecil dari yang seharusnya.
J. GAMBAR ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Gambar 5.4 Mengukur dimensi benda Gambar 5.5 Menimbang benda uji
uji kuat tekan