Anda di halaman 1dari 28

Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tugas
mata kuliah Pembiayaan Pembangunan yang berjudul “Dana Alokasi Khusus”
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu selama proses penyelesaian makalah ini, secara khusus kepada:
• Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kami kesehatan serta
kesempatan untuk membuat makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai.
• Putu Gde Ariastita, ST, MT selaku dosen pengajar sekaligus dosen
pembimbing pembuatan makalah tugas mata kuliah Pembiayaan
Pembangunan atas bimbingannya dalam membantu memberikan saran,
masukan, maupun kritik selama penyusunan makalah ini sampai selesai.
Penyusunan makalah tugas mata kuliah Pembiayaan Pembangunan ini
bertujuan untuk memahami pengertian dan penjelasan lebih dalam lagi dari
dana alokasi khusus.
Dalam penyusunan makalah, penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan yang terjadi, baik pada teknis penulisan maupun pembahasan
materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan dapat
memberikan masukan informasi serta pengetahuan yang bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya.

Surabaya, 19 Oktober 2015

Penyusun

Dana Alokasi Khusus 1


Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4
1.2 Tujuan........................................................................................................ 4
1.3 Sistematika Penulisan............................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dana Alokasi Khusus...............................................................6
2.2 Dasar Hukum............................................................................................ 6
2.3 Kriteria Dana Alokasi Khusus.....................................................................6
2.4 Penghitungan Dana Alokasi Khusus..........................................................8
2.5 Arah Kegiatan Dana Alokasi Khusus........................................................10
2.6 Dana Pendamping................................................................................... 13
2.7 Dana Reboisasi........................................................................................ 13
2.8 Bentuk Dana Alokasi Khusus...................................................................14
2.9 Kendala dalam Dana Alokasi Khusus.......................................................18
2.10 Penyaluran Dana Alokasi Khusus............................................................19
2.11 Perbedaan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus......................22
2.12 Studi Kasus............................................................................................. 23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 26

Dana Alokasi Khusus 2


Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alur Penentuan Daerah Penerima DAK................................................10
Gambar 2 Alur Penentuan Alokasi DAK................................................................11
Gambar 3 Tren Alokasi DAK................................................................................. 18
Gambar 4 Penyaluran Dana Alokasi Khusus........................................................22

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Reformulasi DAK Tahun 2015...................................................................16
Tabel 2 Perbedaan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus......................22

Dana Alokasi Khusus 3


Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilayah teritorialnya
tersebar di tiga puluh empat provinsi dengan potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang beragam. Keberagaman tersebut merupakan
indicator utama dalam membedakan bagaimana sistem tata kelola
pemerintahan dan pembangunan berlaku dalam tiap-tiap daerah. Dalam hal tata
kelola pemerintahan dan pembangunan di daerah, Pemerintah Indonesia telah
melakukan regulasi secara nasional yang telah berdampak sistemik bagi tata
kelola pemerintahan dan pembangunan, khususnya di daerah otonom.
Paradigma politik ketatanegaraan yang semula cenderung bernuansa
otoritarian menjadi lebih demokratis. Pola kekuasaan eksekutif yang terpusat
dan terlalu dominan diakui sebagai pola yang kurang mendukung dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata di tanah air. Perubahan ini
khususnya terjadi dalam hal keuangan, dimana pemerintah pusat bertanggung
jawab menjaga keseimbangan alokasi dana antar daerah. Untuk itu, pemerintah
pusat melakukan transfer dana ke daerah melalui beberapa mekanisme atau
yang dikenal dengan dana perimbangan.
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan terbagi atas tiga
jenis, antara lain Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan
Dana Bagi Hasil (DBH). Ketiga jenis tersebut mempunyai tujuan yang berlainan
satu sama lain.
Salah satu bentuk hubungan keuangan pusat dan daerah yang terhimpun
dalam jenis dana perimbangan adalah DAK, adapun tujuan utama transfer dana
tersebut yaitu untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan wajib
atau pilihan daerah dan merupakan prioritas nasional, sehingga dapat
membantu mengurangi beban biaya kegiatan khsuus yang harus ditanggung
oleh pemerintah daerah. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
penjelasan dari Dana Alokasi Khusus disertai dengan mekanisme dan
penggunaan dari Dana Alokasi Khusus tersebut.
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Dana Alokasi Khusus” ini
adalah untuk memahami pengertian dan penjelasan lebih dalam lagi dari dana
alokasi khusus.

1.3 Sistematika Penulisan


Berikut ini merupakan sistematika dari penulisan makalah yang berjudul
“Dana Alokasi Khusus”:
BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang dari makalah ini,
tujuan penulisan, serta sistematika penulisan dari materi ini.
BAB II merupakan bab pembahasan yang berisi tentang penjelasan mengenai
dana alokasi khusus
BAB III merupakan bab penutup. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dana Alokasi Khusus


Dana alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Daerah
tertentu yang dimaksud adalah daerah dengan pertimbangan kriteria umum,
kriteria khusus, dan kriteria teknis. Tujuan diberikan DAK adalah membantu
daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan
dasar masyarakat, serta untuk mendorong percepatan pembangunan daerah
sehingga tercapainya sasaran prioritas nasional.

2.2 Dasar Hukum


Dasar Hukum mengenai dana Alokasi Khusus diatur dalam:
1. UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
2. PP No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

2.3 Kriteria Dana Alokasi Khusus


Kriteria pengalokasian DAK terdapat 3 macam, yaitu:
1. Kriteria Umum
Dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang tercermin
dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil
Daerah. Kemudian kemampuan keuangan daerah juga dihitung berdasarkan
indeks fiscal netto dan ditetapkan setiap tahun. Perhitungan kriteria umum
adalah sebagai berikut:

KU = (PAD + DAU + (DBH – DBHDR)) –


Dimana:
PAD = Pendapatan Belanja
Asli daerah,
GajiDAU = Dana Alokasi Umum, DBH =
PNSD
Dana Bagi Hasil, DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi, PNSD
= Pegawai Negeri Sipil Daerah.KU dibawah rata-rata KU secara
nasional adalah daerah yang menjadi prioritas mendapatkan DAK.
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal netto (IFN)


tertentu yang ditetapkan setiap tahun. Dalam tahun 2011, arah kebijakan
umum DAK adalah untuk membantu daerah-daerah yang kemampuan
keuangan daerahnya relatif rendah. Hal ini diterjemahkan bahwa DAK
dialokasikan untuk daerah-daerah yang kemampuan keuangan daerahnya
berada di bawah rata-rata nasional atau IFN-nya kurang dari 1 (satu). Dalam
hal ini, rata-rata kemampuan keuangan daerah secara nasional dihitung
dengan menggunakan rumus di bawah ini.

Selanjutnya, perhitungan IFN dilakukan dengan membagi kemampuan


keuangan daerah dengan rata-rata nasional kemampuan keuangan daerah.
Jika IFN < 1, atau dengan kata lain daerah tersebut memiliki kemampuan
keuangan daerah lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata nasional, maka
daerah tersebut mendapatkan prioritas dalam memperoleh DAK.

2. Kriteria Khusus
Dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah. Daerah yang
termasuk dalam pengaturan otonomi khusus atau termasuk dala 199
kabupaten tertinggal diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK, sedangkan
karakteristik daerah meliputi:
1. Daerah Tertinggal
2. Daerah Perabatasan dengan Negara lain
3. Daerah Rawan Bencana
4. Daerah Pesisir
5. Daerah Ketahanan Pangan
6. Daerah Potensi Pariwisata
3. Kriteria Teknis
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Disusun berdasarkan indicator-indikator yang dapat menggambarkan


kondisi sarana dan prasarana, serta pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan
DAK di daerah. Kriteria teknis kegiatan DAK dirumuskan oleh masing-masing
menteri teknis terkait, yakni:

- Bidang Pendidikan dirumuskan oleh Menteri Pendidikan

- Bidang Kesehatan dirumuskan oleh Menteri Kesehatan;

- Bidang Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi dan Infrastruktur Air


Minum dan Senitasi dirumuskan oleh Menteri Pekerjaan Umum;

- Bidang Prasarana Pemerintahan dirumuskan oleh Menteri Dalam Negeri;

- Bidang Kelautan dan Perikanan dirumuskan oleh Menteri Kelautan dan


Perikanan;

- Bidang Pertanian dirumuskan oleh Menteri Pertanian;

- Bidang Lingkungan Hidup dirumuskan oleh Menteri Lingkungan Hidup;

- Bidang Keluarga Berencana dirumuskan oleh Kepala Badan Koordinator


Keluarga Berencana Nasional;

- Bidang Kehutanan dirumuskan oleh Menteri Kehutanan;

- Bidang Sarana dan Prasaranan Pedesaan dirumuskan oleh Menteri


Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal; dan

- Bidang Perdagangan dirumuskan oleh Menteri Perdagangan.

2.4 Penghitungan Dana Alokasi Khusus


Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua tahapan yaitu:
a. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK
Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK harus memenuhi kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Penentuan daerah ini melalui 4
tahapan yakni:
1. Jika suatu daerah memenuhi kriteria umum yang ditunjukkan dengan IFN
< 1, maka daerah tersebut pada proses ini layak mendapat alokasi DAK;
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

2. Jika pada proses no. 1 di atas daerah tidak memenuhi, maka dilihat kriteria
khusus yang pertama yaitu apakah daerah tersebut termasuk dalam
pengaturan otonomi khusus atau termasuk dalam 199 kabupaten
tertinggal. Jika ya, maka daerah tersebut layak memperoleh alokasi DAK;

3. Jika daerah tersebut tidak termasuk dalam kriteria khusus pada butir 2 di
atas, maka lihat kembali kriteria khusus yang kedua yaitu karakteristik
wilayah yang ditunjukkan dengan indeks kewilayahan (IKW). Pada proses
ini, IFN dan IKW digabungkan sehingga menghasilkan IFW. Dalam hal ini
apabila IFW > 1, maka daerah tersebut layak memperoleh DAK;

4. Jika daerah tersebut ternyata masih belum layak untuk mendapatkan DAK
pada proses nomor 3 di atas, maka dilihat kriteria teknisnya untuk masing-
masing bidang yang didanai dari DAK yang dicerminkan dengan indeks
teknis (IT). Pada proses ini, IT digabungkan dengan IFW sehingga
menghasilkan IFWT. Jika IFWT > 1, maka daerah tersebut layak mendapat
alokasi DAK pada bidang tersebut

Gambar 1 Alur Penentuan Daerah Penerima DAK


b. Penentuan besaran alokasi DAK masing masing daerah
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan


perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis. Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan. Penentuan besaran alokasi DAK ini melalui 3 tahapan yakni:
1. Setelah proses penentuan daerah tertentu dilalui, maka harus dihitung
besaran alokasi untuk masing-masing bidang dan masing-masing daerahnya
(ADB, alokasi daerah dan bidang);

2. IFWT masing-masing daerah dikalikan dengan Indeks Kemahalan


Konstruksi (IKK) dan menghasilkan Bobot Daerah (BD) untuk masingmasing
daerah;

3. Selanjutnya, BD tersebut dikalikan dengan pagu alokasi DAK masing-


masing bidang sehingga dihasilkan alokasi daerah bersangkutan untuk
masing-masing bidang.

Gambar 2 Alur Penentuan Alokasi DAK


Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

2.5 Arah Kegiatan Dana Alokasi Khusus


Adapun arah kegiatan dari DAK sendiri, yaitu:
a) DAK Pendidikan
Diarahkan untuk menunjang pelaksanaan program Wajib Belajar (Wajar)
Pendidikan Dasar 9 tahun yang bermutu, yang diperuntukkan bagi SD, baik
negeri maupun swasta, yang diprioritaskan pada daerah tertinggal, daerah
terpencil, daerah perbatasan, daerah rawan bencana, dan daerah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
b) DAK Kesehatan
Diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam
rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB); meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga
miskin serta masyarakat di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan
kepulauan, melalui peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan, khususnya untuk pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana
dan prasarana puskesmas, dan jaringannya termasuk poskesdes, dan rumah
sakit provinsi/kabupaten/kota untuk pelayanan kesehatan rujukan, serta
penyediaan sarana/prasarana penunjang pelayanan kesehatan di
kabupaten/kota.
c) DAK Keluarga Bencana
Diarahkan untuk meningkatkan daya jangkau dan kualitas pelayanan
tenaga lini lapangan Program KB, sarana dan prasarana pelayanan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)/advokasi Program KB; sarana dan
prasarana pelayanan di klinik KB; dan sarana pengasuhan dan pembinaan
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

tumbuh kembang anak dalam rangka menurunkan angka kelahiran dan laju
pertumbuhan penduduk, serta meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan
keluarga.
d) DAK Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan
prasarana jalan provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka memperlancar
distribusi penumpang, barang dan jasa, serta hasil produksi yang
diprioritaskan untuk mendukung sektor pertanian, industri, dan pariwisata
sehingga dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi regional.
e) DAK Infrastruktur Irigasi
Diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan
prasarana sistem irigasi termasuk jaringan reklamasi rawa dan jaringan
irigasi desa yang menjadi urusan kabupaten/kota dan provinsi khususnya di
daerah lumbung pangan nasional dan daerah tertinggal dalam rangka
mendukung program peningkatan ketahanan pangan.
f) DAK Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi
Diarahkan untuk meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan air
minum dan meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan penyehatan
lingkungan (air limbah, persampahan, dan drainase) untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat.
g) DAK Pertanian
Diarahkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pertanian di tingkat
usaha tani, dalam rangka meningkatkan produksi guna mendukung
ketahanan pangan nasional.
h) DAK Kelautan dan Perikanan
Diarahkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana produksi,
pengolahan, peningkatan mutu, pemasaran, dan pengawasan, serta
penyediaan sarana dan prasarana pemberdayaan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
i) DAK Prasarana Pemerintah Daerah
Diarahkan untuk meningkatkan kinerja daerah dalam menyelenggarakan
pembangunan dan pelayanan publik di daerah pemekaran, dan
diprioritaskan untuk daerah yang terkena dampak pemekaran tahun 2007-
2008, serta digunakan untuk pembangunan/perluasan/rehabilitasi total
gedung kantor/bupati/walikota, dan pembangunan/perluasan/rehabilitasi
total gedung kantor DPRD, dengan tetap memperhatikan kriteria perhitungan
alokasi DAK.
j) DAK Lingkungan Hidup
Diarahkan untuk meningkatkan kinerja daerah dalam menyelenggarakan
pembangunan di bidang lingkungan hidup melalui peningkatan penyediaan
sarana dan prasarana kelembagaan dan sistem informasi pemantauan
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

kualitas air, pengendalian pencemaran air, serta perlindungan sumber daya


air di luar kawasan hutan.
k) DAK Kehutanan
Diarahkan untuk meningkatkan fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS),
meningkatkan fungsi hutan mangrove dan hutan pantai, pemantapan fungsi
hutan lindung, Taman Hutan Raya (TAHURA), hutan kota, serta
pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan termasuk
operasional kegiatan penyuluhan kehutanan.
l) DAK Sarana dan Prasarana Perdesaan
Ditujukan khusus untuk daerah tertinggal, dan diarahkan untuk
meningkatkan aksesibilitas dan ketersediaan prasarana dan sarana dasar
untuk memperlancar arus angkutan penumpang, bahan pokok, dan produk
pertanian lainnya dari daerah pusat-pusat produksi di perdesaan ke
daerah pemasaran.
m) DAK Perdagangan
Diarahkan untuk menunjang penguatan sistem distribusi nasional melalui
pembangunan sarana dan prasarana perdagangan yang terutama berupa
pasar tradisional di daerah perbatasan, daerah pesisir dan pulau-pulau kecil,
daerah tertinggal/terpencil, serta daerah pasca bencana.

2.6 Dana Pendamping


Dana pendamping merupakan dana yang diperuntukkan untuk mendanai
kegiatan yang bersifat kegiatan fisik. Untuk menyatakan komitmen dan
tanggung jawab pemerintah daerah, daerah penerima DAK wajib
mengalokasikan dana pendamping yang berasal dari dana APBD-nya sebesar
minimal 10% dari jumlah DAK yang diterimanya. Dana pendamping ini
digunakan untuk mendampingi kegiatan yang dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus
(DAK). Kewajiban penyediaan dana pendamping ini merupakan wujud komitmen
terhadap bentuk kegiatan yang didanai dari DAK yang merupakan salah satu
kewenangan daerah. Untuk daerah dengan kemampuan fiscal tertentu tidak
diwajibkan menyediakan dana pendamping, yakni untuk daerah yang selisih
antara Penerimaan Umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan nol atau
negatif. Selain itu, daerah penerima DAK juga wajib menyediakan 3% dari nilai
DAK yang diterima untuk biaya umum yang diambil dari sumber penerimaan
lainnya.
Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawabnya, daerah penerima
wajib mengalokasikan dana pendamping dalam APBD-nya sebesar minimal 10%
dari jumlah DAK yang diterimanya. Untuk daerah dengan kemampuan fiskal
tertentu tidak diwajibkan menyediakan dana pendamping yakni daerah yang
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

selisih antara Penerimaan Umum APBD dan belanja pegawainya sama dengan
nol atau negatif. Namun dalam pelaksanaannya, tidak ada daerah penerima DAK
yang mempunyai selisih antara Penerimaan Umum APBD dan belanja
pegawainya sama dengan nol atau negatif.

2.7 Dana Reboisasi


Salah satu penyumbang dana alokasi khusus didapatkan dari Dana
Reboisasi yang dikhususkan untuk bidang kehutanan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Dana Reboisasi yang
selanjutnya disebut DR merupakan dana yang dipungut dari pemegang Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dari Hutan Alam yang berupa kayu dalam
rangka reboisasi dan rehabilitasi hutan. Penerimaan Negara yang berasal dari
dana reboisasi diatur dalam UU No 33 Tahun 2004 Pasal 14 sebagai berikut:
a. 60% (enam puluh persen) bagian Pemerintah Pusat digunakan untuk
rehabilitasi hutan dan lahan secara nasional; dan
b. 40% (empat puluh persen) bagian daerah digunakan untuk kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan di kabupaten/kota penghasil.

Adapun aturan mengenai Dana Reboisasi meliputi tatacara pengenaan,


tatacara pembayaran dan sebagainya diatur dalam Peraturan Pemerintah No 35
Tahun 2000. Peraturan Pemerintah ini telah mengalami perubahan yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2007 pada pasal 7 dimana Dana
Reboisasi yang harus dibayar disetor dalam mata uang dollar Amerika Serikat
(USD) dengan biaya transfer/korespondensi dibebankan pada Wajib Bayar. Hal ini
dikarenakan pertimbangan berikut:
a. Bahwa akibat dana reboisasi disetor dengan mata uang rupiah berdasarkan
kurs jual dollar Amerika Serikat yang berlaku di Bank Indonesia pada saat
pembayaran dengan biaya transfer/korespondensi dibebankan pada wajib
bayar sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (5) Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi terjadi selisih antara mata
uang rupiah dengan nilai kurs dollar Amerika Serikat;
b. Bahwa untuk menghindari terjadinya kurang bayar (kurang setor) akibat
selisih nilai kurs dollar Amerika Serikat atas penyetoran Dana Reboisasi,
perlu mengubah pembayaran atas kewajiban Dana Reboisasi dengan mata
uang dollar Amerika Serikat (USD);
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi;
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Namun dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 memuat mengenai


pengaturan Bagi Hasil penerimaan Pajak Penghasilan (PPh), dana reboisasi yang
semula termasuk bagian dari DAK kini dialihkan menjadi Dana Bagi Hasil.
2.8 Bentuk Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah tertentu berdasarkan
usulan daerah yang berisi usulan-usulan kegiatan dan sumber-sumber
pembiayaannya yang diajukan oleh daerah tersebut. Bentuknya dapat berupa
rencana suatu proyek atau kegiatan tertentu atau dapat berbentuk dokumen
program rencana pengeluaran tahunan dan multi tahunan untuk sektor-sektor
serta sumber-sumber pembiayaannya.
Dalam sektor/kegiatan yang disusulkan oleh daerah termasuk dalam dana
alokasi khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan atau tidak
dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus alokasi umum,
maka daerah perlu membuktikan bahwa daerah kurang mampu membiayai
seluruh pengeluaran usulan kegiatan tersebut dari:
 Pendapatan Anggaran Daerah
 Bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan
 Bagian Daerah dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
 Bagian Daerah dari Penerimaan SDA
 Dana Alokasi Umum
 Pinjaman Daerah
 dan lain-lain yang termasuk dalam penerimaan yang sah dimana
penggunaannya dapat ditentukan sepenuhnya oleh Daerah.
Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan DAK adalah DAK
tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan
kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas seperti pelaksanaan
penyusunan rencana dan program, pelaksanaan tender pengadaan kegiatan
fisik, kegiatan penelitian dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan fisik,
kegiatan perjalanan pegawai daerah dan kegiatan umum lainnya yang sejenis.
Anggaran alokasi DAK untuk TA. 2015 adalah sebesar Rp.
35.820.675.000.000,-. Jumlah anggaran tersebut kemudian dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. DAK Reguler sebesar Rp 33.000.000.000.000,- dan
b. DAK Tambahan Sebesar Rp 2.820.675.000.000,-
DAK Reguler dialokasikan kepada Daerah yang memenuhi kriteria dan
untuk mendanai 14 Bidang DAK TA. 2015, sedangkan DAK Tambahan hanya
diperuntukkan bagi Daerah Tertinggal dan Daerah Perbatasan serta hanya untuk
mendanai DAK Bidang Transportasi (Infrastruktur Jalan dan Transportasi
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Perdesaan), Bidang Infrastruktur Irigasi maupun bidang Infrastruktur Sanitasi dan


Air Minum.
Adapun kebijakan yang diterapkan dalam DAK TA. 2015 adalah sebagai
berikut:
1. Mendukung pencapaian prioritas nasional dalam RKP, serta melakukan
restrukturisasi bidang DAK sehingga lebih fokus dan berdampak signifikan.
2. Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif
rendah dalam membiayai pelayanan publik untuk mendorong pencapaian
standar pelayanan minimal (SPM), melalui penyediaan sarana dan prasarana
fisik pelayanan dasar masyarakat, serta meningkatkan efektivitas belanja
daerah,dengan lebih memperhatikan daerah tertinggal, perbatasan dan
pesisir/kepulauan.
3. Meningkatkan koordinasi penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) sehingga lebih
tepat sasaran dan tepat waktu.
4. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui
koordinasi perencanaan dan pengelolaan DAK di berbagai tingkatan
pemerintahan.
5. Meningkatkan akurasi data-data teknis dan menajamkan indikator
pengalokasian DAK;
6. Pengalokasian DAK lebih memprioritaskan daerah-daerah dengan
kemampuan fiskal rendah;
7. Memprioritaskan daerah tertinggal, daerah perbatasan dengan negara lain,
daerah pesisir dan kepulauan sebagai kriteria khusus dalam pengalokasian
DAK;
8. Meningkatkan koordinasi dan kualitas pemantauan dan evaluasi, baik di
tingkat pusat maupun daerah.;
9. Mendorong mekanisme pelaporan dan evaluasi DAK berbasis elektronik (web
based system) yang terintegrasi.
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Tabel 1 Reformulasi DAK Tahun 2015


Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Gambar 3 Tren Alokasi DAK


Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

2.9 Kendala dalam Dana Alokasi Khusus


Dana alokasi khusus yang merupakan sumber penerimaan dalam APBD di
kabupaten/kota maupun provinsi sangat diharapkan oleh daerah untuk
percepatan pembangunan pada bidang-bidang/sektor strategis untuk
peningkatan infrastruktur, pelayanan masyarakat dibidang kesehatan dan
pendidikan dll.
Dalam pelaksanaan di daerah ditemukan banyak kendala, sehingga serapan
dana DAK maupun kinerja fisik kegiatan belum dapat dikatakan maksimal.
Kendala yang banyak dialami daerah dalam pelaksanaan dana DAK ini, antara
lain :
1. Proses Penganggaran di APBD
Sebaiknya perencanaan pembangunan harus sinergis dan mengacu pada
kebutuhan daerah dan yang lebih penting mengikuti alur perencanaan dan
penganggaran. DAK merupakan sumber pendapatan bagi daerah yang
dipergunakan sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat dalam hal ini kementerian dan lembaga.
Dalam perjalanannya, DAK belum dapat dipastikan baik program maupun
anggarannya yang harus diprogramkan dalam APBD di daerah. Selalu terjadi
keterlambatan atas alokasi dana DAK. Sedangkan proses penyusunan
Perencanaan dalam APBD sudah berjalan sesuai tata aturan yang tertuang
dalam Permendagri Nomor 54 Tahun 2010.
2. Beban Berat dengan Dana Pendamping
Kewajiban daerah bagi penerima DAK adalah menyediaan dana
pendamping dari APBD. Jika daerah dengan Pendapatan Asli Daerah tinggi
tentu tidak menjadi masalah. Daerah yang dikategorikan memiliki PAD
rendah ini merupakan beban berat yang harus ditampung di pembiayaan
daerah
3. Petunjuk Teknis Selalu Terlambat
Seperti uraian di atas, sebaiknya rangkaian perencanaan DAK merupakan
satu kesatuan. Sehingga proses perencanaan dan penganggaran di daerah
dapat sinkron dan telah berdasarkan analisa sesuai karakteristik daerah.
Tetapi dalam kenyataan, petunjuk teknis masih terlambat dan berubah-ubah.
4. Petunjuk Teknis Terlalu Kaku
Petunjuk teknis pemanfaatan DAK merupakan acuan satu-satunya dalam
pelaksanaan, daerah tidak memiliki peluang untuk membuat revisi sesuai
kebutuhan. Bahkan ironisnya, ada juknis yang tidak bisa dilaksanakan di
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

daerah tertentu. Misalkan dalam konstruksi bangunan dengan genteng,


sementara daerah tersebut tidak ada produksi genteng. Ada indikasi juga
para pengelola DAK di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) memiliki rasa
takut berlebihan dalam pemanfaatan DAK karena pemahaman juknis.
5. Program Kegiatan Yang Kurang sinkron, antara DAK, bantuan Pusat dan
Dana Dekonstentrasi
Pengalokasian DAK belum maksimal memperhatikan semua program yang
ada, belum terkoneksi dengan program-program pusat lainnya. Ada program
bantuan hibah dari kementerian/lembaga, Program Urusan Bersama, Tugas
Pembantuan dan dana Dekonsentrasi lainnya. Tak tertutup kemungkinan
program kegiatan yang dilaksanakan pada objek yang sama.
6. DAK Belum Maksimal Dalam Pengukuran Outcome,
Dalam pengukuran outcome belum maksimal, sehingga masih sering
terjadi program kegiatan yang berulang. Sebaiknya, perlu evaluasi pada
setiap kegiatan tersebut untuk mencapai sasaran yang sesuai target
ketuntasan.
Hal lainnya, program DAK yang terserap, realisasinya rendah dan lambat.
Selain keterlambatan juknis juga dipengaruhi oleh prosedur keuangan di
APBD. Jika angka DAK mengalami ketidakcocokan yang di APBD dengan
alokasi, tentu perlu waktu untuk melakukan perubahan pada peraturan
kepala daerah dalam penjabaran APBD atau masuk pada pembahasan APBD
perubahan yang terlaksana akhir tahun.
Sehingga dapat dikatakan bahwa DAK merupakan harapan besar bagi
daerah dalam percepatan pembangunan. Sangat diharapkan dengan alokasi
yang semakin naik dan berkelanjutan sampai memenuhi target tertentu. Daerah
dapat menyusun program pembangunan yang lebih fokus, tidak seperti layaknya
arisan, sekarang dapat DAK tahun besok belum tahu. Kedua, perlu adanya
sinkronisasi semua program kegiatan DAK dengan kegiatan pembangunan
lainnya yang relevan dengan bidang DAK, sehingga tidak terjadi penganggaran
pada objek yang sama. Ketiga, dana pendamping seharusnya tidak diperlukan,
selain memberatkan daerah sulit pula mengevaluasi pemanfaatan dana DAK
murni. Keempat, petunjuk teknis pelaksanaan DAK sebaiknya terbit pada awal
proses perencanaan agar semua perencanaan terlaksana dengan baik dan
sesuai mekanisme dan penjadwalan.
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

2.10 Penyaluran Dana Alokasi Khusus


Ketentuan tentang penyaluran Dana Alokasi Khusus kepada Daerah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan pelaksanaan penyaluran Dana
Alokasi Khusus ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan, yaitu
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara
Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sebagaimana telah
diubah dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 655/KMK.02/2000 tanggal
27 Desember 2001 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus.
Dibawah ini merupakan 9 tahap penyaluran DAK,
1. RKUD
Penyaluran DAK dilakukan dengan cara pemindah bukuan dari RKUN ke
RKUD. Prinsip penyaluran adalah untuk pengisian Kasda, bukan belanja.
2. Bertahap
Penyaluran dilakukan secara bertahap :
 Tahap 1 : 30% dari total pagu DAK
 Tahap 2 : 45% dari total pagu DAK
 Tahap 3 : 25% dari total pagu DAK
3. Tidak Sekaligus
Penyaluran DAK tidak dapat dilakukan secara sekaligus dan tidak melampaui
tahun anggaran berjalan.
4. Persyaratan
Penyaluran DAK tersebut dapat dilakukan setelah dokumen persyaratan
diterima oleh DJPK. Penyaluran DAK Tahap 1 paling vepat dilakukan pada
bulan Februari.
5. Tahap I
Dokumen persyaratan penyaluran DAK Tahap 1 :
 Perda tentang APDB tahap berjalan
 Laporan Penyerapan Penggunaan DAK tahun sebelumnya
 Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahap III tahun sebelumnya
 Rekapitulasi SP2D untuk DAK Tahap III tahun sebelumnya
 Surat Pernyataan Dana Pendamping DAK tahun berjalan
6. Tahap II
Dokumen persyaratan penyaluran DAK Tahap 2 :
 Laporan Realiasi Penyerapan DAK Tahap I tahun berjalan
 Rekapitulasi SP2D untuk DAK Tahap I tahun berjalan
7. Tahap III
Dokumen persyaratan penyaluran DAK Tahap 3 :
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

 Laporan Realiasi Penyerapan DAK Tahap II tahun berjalan


 Rekapitulasi SP2D untuk DAK Tahap II tahun berjalan
8. Syarat 90%
Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahap I atau II dapat dibuat setelah
penggunaan/penyerapan DAK di daerah ≥90% dari DAK yang diterima
Kasda. (0≤Sisa DAK di Kasda ≤10%)
9. Batas Akhir
Laporan Realisasi Penyerapan DAK diterima paling lambat 7(tujuh) hari kerja
sebelum tahun anggaran berjalan berakhir. Bila melampaui batas waktu
tersebut maka DAK tidak dapat dicairkan.

Gambar 4 Penyaluran Dana Alokasi Khusus

TRIWULAN I
 Sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pagu alokasi;
 Paling cepat pada bulan Februari dan Paling lambat tanggal 31 Juli , setelah
kepala Daerah menyampaikan:
- Perda APBD tahun berjalan;
- Laporan realisasi penyerapan DAK dan/atau DAK Tambahan triwulan IV
tahun anggaran sebelumnya;
- Laporan penyerapan penggunaan DAK dan/atau DAK Tambahan tahun
anggaran sebelumnya;
- Surat Pernyataan Penyediaan Dana Pendamping.

TRIWULAN II
 Sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi;
 Setelah Daerah menyampaikan Laporan realisasi penyerapan DAK dan/atau
DAK Tambahan Tw I tahun anggaran berjalan.

TRIWULAN III
 Sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi;
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

 Setelah Daerah menyampaikan Laporan realisasi penyerapan DAK dan/atau


DAK Tambahan sampai dengan Tw II tahun anggaran berjalan.

TRIWULAN IV
 Sebesar 20% (dua puluh persen) dari pagu alokasi;
 Setelah Daerah menyampaikan Laporan realisasi penyerapan DAK dan/atau
DAK Tambahan sampai dengan Tw III tahun anggaran berjalan.

2.11 Perbedaan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus


Berikut merupakan perbedaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan Dana
Alokasi Khusus (DAK).
Tabel 2 Perbedaan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus

DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS


Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah
merupakan salah satu transfer dana dana yang berasal dari APBN, yang
Pemerintah kepada pemerintah dialokasikan kepada daerah untuk
daerah yang bersumber dari membantu membiayai kebutuhan
pendapatan APBN, yang dialokasikan tertentu. Dana Alokasi Khusus dapat
dengan tujuan pemerataan dialokasikan dari APBN kepada Daerah
kemampuan keuangan antar daerah tertentu untuk membiayai dana dalam
untuk mendanai kebutuhan daerah APBN, yang dimaksud sebagai daerah
dalam rangka pelaksanaan tertentu adalah daerah-daerah yang
desentralisasi. mempunyai kebutuhan yang bersifat
khusus.
DAU bersifat hibah umum ( block DAK harus mengikuti rambu-rambu
grant ); oleh karenanya, pemda yang telah ditetapkan oleh
memiliki kebebasan dalam Pemerintah Pusat.
memanfaatkannya tanpa campur
tangan Pemerintah Pusat.
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

2.12 Studi Kasus


Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Berdasarkan studi kasus diatas diketahui bahwa penggunaan DAK di Kota


Manado telah tepat sasaran dimana penggunaan DAK ini digunakan untuk
membiayai pembangunan Jembatan Dendengan agar cepat selesai. Seperti
yang telah diketahui sebelumnya bahwa dana alokasi khusus diberikan kepada
daerah apabila daerah tersebut tidak mampu dalam pendanaan daerah yang
didapat dari DAU maupun PAD. Adapun salah satu bentuk dari penyaluran DAK
yaitu digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu dengan
adanya DAK untuk pembangunan infrastruktur Jembatan Dendengan diharapkan
proses pembangunan dapat cepat terselesaikan sehingga nantinya dapat
menyejahterakan masyarakat setempat dan pemerataan pembangunan
infrastruktur yang diharapkan pemerintah pusat dapat terealisasikan.
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dana alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Daerah tertentu yang dimaksud di sini
adalah daerah dengan pertimbangan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis. Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah
yang tercermin dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai
Negeri Sipil Daerah. Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan
karakteristik daerah. Sedangkan kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-
indikator yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana, serta
pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di daerah.
Adapun arah kegiatan dari DAK sendiri, yaitu:
a. DAK Pendidikan
b. DAK Kesehatan
c. DAK Keluarga Berencana
d. DAK Infrastruktur Jalan dan Jembatan
e. DAK Infrastruktur Irigasi
f. DAK Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi
g. DAK Pertanian
h. DAK Kelautan dan Perikanan
i. DAK Prasarana Pemerintah Daerah
j. DAK Lingkungan Hidup
k. DAK Kehutanan
l. DAK Sarana dan Prasarana Perdesaan
m. DAK Perdagangan
Salah satu penyumbang dana alokasi khusus didapatkan dari dana
pendamping maupun dana reboisasi. Dana pendamping merupakan dana yang
diperuntukkan untuk mendanai kegiatan yang bersifat kegiatan fisik. Untuk
menyatakan komitmen dan tanggung jawab pemerintah daerah, daerah
penerima DAK wajib mengalokasikan dana pendamping yang berasal dari dana
APBD-nya sebesar minimal 10% dari jumlah DAK yang diterimanya. Dana
pendamping ini digunakan untuk mendampingi kegiatan yang dibiayai oleh Dana
Alokasi Khusus (DAK).
Sedangkan dana reboisasi merupakan dana alokasi khusus yang
dikhususkan untuk bidang kehutanan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 55
Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Dana Reboisasi merupakan dana yang
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

dipungut dari pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dari Hutan Alam
yang berupa kayu dalam rangka reboisasi dan rehabilitasi hutan. Penerimaan
Negara yang berasal dari dana reboisasi diatur dalam UU No 33 Tahun 2004
Pasal 14, 60% bagian Pemerintah Pusat digunakan untuk rehabilitasi hutan dan
lahan secara nasional sedangkan 40% bagian daerah digunakan untuk kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan di kabupaten/kota penghasil.
Dana alokasi khusus yang merupakan sumber penerimaan dalam APBD di
kabupaten/kota maupun provinsi sangat diharapkan oleh daerah untuk
percepatan pembangunan pada bidang-bidang/sektor strategis untuk
peningkatan infrastruktur, pelayanan masyarakat dibidang kesehatan dan
pendidikan dll. Namun dalam pelaksanaan di daerah ditemukan banyak kendala,
sehingga serapan dana DAK maupun kinerja fisik kegiatan belum dapat
dikatakan maksimal. Kendala yang banyak dialami daerah dalam pelaksanaan
dana DAK ini, antara lain :
1. Proses Penganggaran di APBD
2. Beban Berat dengan Dana Pendamping
3. Petunjuk Teknis Selalu Terlambat
4. Petunjuk Teknis Terlalu Kaku
5. Program Kegiatan Yang Kurang sinkron, antara DAK, bantuan Pusat dan Dana
Dekonstentrasi
6. DAK Belum Maksimal Dalam Pengukuran Outcome,
Ketentuan tentang penyaluran Dana Alokasi Khusus kepada Daerah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan pelaksanaan penyaluran Dana
Alokasi Khusus ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan, yaitu
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara
Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sebagaimana telah
diubah dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 655/KMK.02/2000 tanggal
27 Desember 2001 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus.
Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. (2014). Femonena


Pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK).
http://www.solselkab.go.id/post/read/706/fenomena-pengelolaan-dana-
alokasi-khusus-dak.html (Diakses pada 15 Oktober 2015).

Leaflet Dana Alokasi Khusus Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Direktorat Dana Perimbangan. (2015). Modul Pengalokasian Dana Alokasi Khusus


Tahun 2015. Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi.

Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 Tentang Dana Reboisasi.

UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

Manado Express. (2015). Walikota Manado Alokasikan Dan DAK untuk Jembatan
Dendal. www.manadoexpress.co/berita-8884-walikota-manado-alokasikan-
dana-dak-untuk-jembatan-dendal.html (Diakses pada 15 Oktober 2015).

Anda mungkin juga menyukai