Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEMINAR HASIL

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM BUTIR AGREGAT KASAR


TERHADAP WORKABILITY DAN SIFAT MEKANIK BETON

Oleh :

M Miftahul Mubin

14.4101.2412

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA

PURWOKERTO

2020
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH SEMINAR HASIL


TUGAS AKHIR

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM BUTIR AGREGAT KASAR


TERHADAP WORKABILITY DAN SIFAT MEKANIK BETON

Disusun Oleh :

1. Nama : M. Miftahul Mubin

NPM : 1441012412

Telah Disetujui dan disyahkan

Purwokerto, …...........................

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

F. Eddy Poerwodihardjo, ST., MT. Iwan Rustendi, ST., MT.

NIS : 6100741042 NIS. 6100741045


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Beton adalah material konstruksi hasil yang secara umum menjadi
kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas dan infrastruktur dalam konstruksi. Seiring
dengan perkembangan zaman, maka pemilihan bahan baku beton untuk kebutuhan
konstruksi menjadi sangat penting. Beberapa hal yang perlu ditinjau dalam
pembuatan beton adalah, harga yang relatif murah, mudah didapat, dan sesuai dengan
spesifikasi bangunan yang direncanakan.
Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau semen
hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan (admixture). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin
mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana 20 Mpa (f’c) pada usia 28 hari. Beton
memiliki daya kuat tekan yang baik oleh karena itu beton banyak dipakai atau
dipergunakan untuk pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan, jembatan
dan jalan.
Pada era teknologi sekarang ini, beton merupakan salah satu bahan bangunan
yang paling banyak digunakan dalam dunia konstruksi di Indonesia. Oleh sebab itu
penelitian dan inovasi perlu lebih ditingkatkan untuk menyempurnakan kinerja beton.
Penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh ukuran agregat kasar terhadap
karakteristik beton, baik beton segar maupun beton keras.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengaruh ukuran butir agregat kasar terhadap sifat


workability beton.
2) Untuk mengetahui pengaruh ukuran butir agregat kasar terhadap sifat
mekanik beton yaitu kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur.

3
3. Batasan Masalah
Batasan penelitian ini adalah :

1) Ukuran butir maksimum agregat kasar yang digunakan adalah 40mm, 20mm dan
10mm.
2) Sifat mekanik yang diuji adalah kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur.
3) Mutu beton yang di rencanakan sebesar K-250 / 20 MPa.
4) Umur pengujian beton dilaksanakan pada umur 28 hari.
5) Jumlah benda uji masing-masing 5 buah untuk uji kuat tekan dan tarik belah, dan
3 buah untuk benda uji kuat lentur.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Literatur
Penelitian ini berpedoman pada buku Teknologi Beton (Ir. Kardiyono
Tjokrodimuljo, ME, 1996) dan menggunakan peraturan SNI.
2. Alur Penelitian
Alur penelitian ini adalah sebgai berikut :

Pra Penelitian
Pengujian Benda Uji
Hipotesa Penelitan

Penyusunan Laporan
Studi Literatur

Kesimpulan
Persiapan Bahan dan Alat

Pengujian Bahan

Pembuatan Benda Uji

5
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Rangkaian kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa
Struktur Program Studi Teknik Sipil Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto
dimulai pada bulan September 2018 – juni 2019.
2. Pengujian Bahan
2.1 Pengujian Agregat Halus
Pemeriksaan sangat penting sekali sebelum dilakukan pembuatan beton,
karena untuk mengetahui material itu baik dan layak untuk dipakai sesuai dengan
yang disyaratkan dan juga sebagai acuan dalam membuat rencana campuran (mix
design).
a. Pengujian berat jenis agregat halus
Pengujian berat jenis ini dilakukan sesuai dengan SNI 03 – 1970 – 1990
tentang metode pengujian berat jenis agregat halus.
Cara perhitungan sebagai berikut :
B2
Berat jenis =
( B 3+B 4−B 1)
B4
Berat jenis jenuh kering permukaan/SSD =
( B 3+B 4−B 1)

(500−B 2)
Penyerapan = x 100 %
B2

Keterangan :

B1 = berat piknometer + air + agregat

B2 = berat pasir kering tungku

B3 = berat piknometer berisi air

B4 = berat kering muka/SSD

500 = berat benda uji dalam keadaan kering, dalam gram

6
b. Pengujian gradasi agregat halus
Metode pengujian ini berdasarkan SNI 03-1968-1990 tentang metode
pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar.
Tabel 3.1. Gradasi agregat halus

c. Pengujian kadar lumpur


 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar lumpur yang terdapat pada agregat
halus berdasarkan SNI 03-4428-1997 tentang pemeriksaan bahan bangunan.
Cara perhitungan:
A – B x 100 %
A
Dengan pengertian:
A = berat cawan kosong benda uji kering semula

B = timbang cawan + benda uji bersih kering akhir

2.2 Pengujian agregat kasar


a. Pengujian berat jenis agregat kasar
Pengujian berat jenis ini dilakukan sesuai dengan SNI 03-1969-1990 (Agregat Kasar,
Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air) tentang Metode pengujian berat jenis
dan penyerapan air agregat kasar.

7
Cara perhitungan :
A
Berat Jenis =
C−B
S 1+ S 2+ S 3
Rata-rata BJ =
3
C
Berat Jenis SSD =
C−B
T 1+T 2+T 3
Rata-rata BJ SSD =
3
Keterangan :
A = Berat kerikil setelah dioven (gr)
B = Berat kerikil dalam air (gr)
C = Berat kerikil dalam SSD (gr)
S = BJ
T = BJ SSD

b. Pengujian gradasi agregat kasar


Pengujian agregat kasar dalam penelitian ini berpedoman pada Gradasi Agregat
Kasar (Split) - SNI-03-2834-2000 tentang perencanaan beton normal.
Tabel 3.2. Gradasi 10 mm, 20 mm, 40 mm

c. Pengujian keausan agregat kasar

8
Pengujian keausan agregat kasar dilakukan sesuai dengan SNI 2417:2008
(Tentang Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles) tentang cara
uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles.

Cara perhitungan :
a−b
Keausan = x 100 %
a
Dengan pengertian:
a = berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram.
b = berat benda uji saringan tertahan saringan No. 12 (1,70 mm) dinyatakan
dalam gram.
Tabel 3.3. Hasil pengujian keausan
Ukuransaringan Gradasi dan berat
Lolos Tertahan
40mm 20mm 10mm D E F G
Saringan saringan
3" 2 1/2" - - - - 2500 - -
2 1/2" 2" - - - - 2500 - -
2" 1 1/2" - - - - 5000 5000 -
1 1/2" 1" 751,3 - - --- - 5000 5000
1" 3/4" 3266,8 162,8 - - - - 5000
3/4" 1/2" 949,8 3676,8 261,3 - - - -
1/2" 3/8" 2,8 702,3 749,3 - - - -
3/8" 1/4" 0,4 326,8 2606,8 - - - -
1/4" no 4 - 41,8 868,8 2500 - - -
No 4 No 8 - 24,6 267,8 2500 - - -
1000
Total 5000 5000 5000 5000 10000 10000
0
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
Jumlah bola baja 12 11 8 6 12 12 12

Tabel 3.4. Hasil pengujian keausan


Nomor Contoh 40 mm 20 mm 10 mm
Berat sebelum gr A 5.000, 5000 5000
Berat sesudah diayak saringan No 12 gr B 4.011, 3648,5 3391
Berat sesudah gr (A-B) 989,0 1351,5 1609

9
Keausan
% 19,78 27,03 32,18
2.3 Penyusunan Mix Design
Mix Design yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Departemen
Pekerjaan Umum yang tertuang dalam SK.SNI.T-15-1990-03 “Tata Cara Pembuatan
Rencana Beton Normal”, merupakan adopsi dari metode departement of enviromen (DOE),
Building Reserch Eshtabilishment, Britain.
Tabel 3.5 Mix design agregat maksimum 10 mm, 20 mm dan 40 mm
No.. Uraian Keterangan
1 Ukuran maksimum butir 10mm 20mm 40mm
Kuat tekan silinder yang disyaratkan
2 pada umur fc 20,0 20,0 20,0 MPa
28 hari (fc)
3 Deviasi standar (S) Tabel 0,0 0,0 0,0 MPa
(Tingkat pengendalian mutu baik)
4 Nilai tambah/margin (M) 1,64 * S 12,0 12,0 12,0 MPa
5 Kuat tekan rata-rata yang fc + M 32,0 32,0 32,0 MPa
direncanakan (fcr)
6 Jenis semen Type I Type I Type I Gresik
7 Jenis pasir Alami Alami Alami Serayu
8 Jenis kerikil
Batu Batu Batu Purwokerto
pecah pecah pecah
9 Faktor air semen Grafik 0,49 0,49 0,49
Faktor air semen Asumsi beton dalam
10 Tabel
maksimum ruangan
0,60 0,60 0,60
11 Faktor air semen yang digunakan Min. ( fas ; fas maks) 0,49 0,49 0,49
12 Nilai slam Ketentuan 120 120 120 mm
13 Ukuran maksimum butiran kerikil ditentukan 10 20 40 mm
Kebutuhan air
14 berdasarkan pasir Tabel 225 175 liter
(agregat halus) 195
Kebutuhan air
15 berdasarkan kerikil Tabel liter
(agregat kasar) 250 195 205
16 Kebutuhan air Tabel 233 205 185 liter
17 Kebutuhan semen keb. air / fas yg 477 419 378 kg
digunakan
18 Kebutuhan semen Tabel Asumsi beton dalam 275 275 275 kg
minimum ruangan
19 Kebutuhan semen yang digunakan keb. semen maksimal 477 419 378 kg
20 Penyesuaian jumlah air fas digunakan / semen 233 205 185 Tetap
digunakan
21 Penyesuaian fas jumlah air / semen 0,49 0,49 0,49 Tetap
digunakan
22 Gradasi pasir Zona II Zona II Zona II Agak kasar
23 Persentase pasir Grafik 50 40 35 %
terhadap campuran

10
((%pasir/100)*BJ
24 Berat jenis agregat campuran pasir)+(((100- 2,7 2,7 2,7
%pasir)/100)*BJ
kerikil)
25 Berat beton Grafik 2371 2412 2412 kg/m3
26 Kebutuhan pasir dan kerikil berat beton - keb. Air 1.661 1788 1849 kg/m3
- semen digunakan
27 Kebutuhan pasir (%pasir/100)*keb. 830,3 715 647 kg/m3
Pasir+kerikil
kebutuhan pasir dan
28 Kebutuhan kerikil kerikil - kebutuhan 830 1.073 1.202 kg/m3
pasir

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian Agregat halus
a. gradasi pasir
Hasil pengujian gradasi untuk agregat halus masuk dalam zona 2. Metode
pengujian ini berdasarkan SNI 03-1968-1990 tentang metode pengujian analisis
saringan agregat halus dan kasar. Hasil pemeriksaan lengkapnya dapat dilihat dalam
Gambar 4.1.

GRAFIK GRADASI PASIR ZONA II

100 100 100 100.00


Persentase yang lolos ( % )

90 90 90.76
80 90
78.98
70 75
64.11
60 60
55
50
43.05
40
30 32.24 35
30
20 10 Hasil uji
Batas
10
6.76 8 atas
0 0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
Lubang ayakan (mm)

Grafik 4.1. gradasi agregat dalam zona 2

b. berat jenis pasir

11
Dari hasil pengujian berat jenis pasir didapat nilai 2.69
c. kadar lumpur pasir
Dari pemeriksaan kadar lumpur pasir didapat nilai rata-rata 4,20 %, memenuhi
syarat kandungan lumpur maskimum pada pasir yaitu rata-rata 5% yang ditetapkan
menurut SNI 03-4428-1997 tentang pemeriksaan bahan bangunan pasir beton,. Maka
pasir dapat digunakan untuk material beton pada penelitian.

4.2 Hasil Pengujian Agregat Kasar


a. Berat jenis
Dari pengujian berat jenis masing-masing agregat diperoleh hasil 2,7 untuk
agregat maksimum 10 mm, 2,7 untuk agregat maksimum 20 mm, 2,68 untuk agregat
maksimum 40 mm.
b. Gradasi agregat kasar
Metode pengujian ini berdasarkan SNI 03-1968-1990 tentang metode
pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar. Hasil pengujian gradasi agregat
kasar dapat dilihat pada grafik 4.2 – 4.4.

100 100.00 100.00

80
Presentase Lolos (%)

76.17 Hasil
60 uji
Batas
40 atas
Batas
20 bawah
6.64
0
4.8 9.6 19 38
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 4.2 gradasi agregat maksimum 10 mm

12
100 97.54 100.00

80

PresentaseLolos (%)
Hasil
60 uji
Batas
40 40.30 atas
20 Batas
bawah
5.30
0
4.8 9.6 19 38
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 4.3 gradasi agregat maskimum 20 mm

100 100.00
Presentase Berat Butir Yang Lolos

90
80 Hasil
70 uji
60
Batas
50 46.07
(%)

atas
40
30 batas
20 17.48 bawa
10 h
0 2.01
4.8 9.6 19 38 76
Lubang Ayakan (mm)

Grafik 4.4 gradasi agregat maksimum 40 mm


c. Keausan agregat kasar
Hasil pengujian agregat kasar dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles
didapat nilai keausan agregat maksimum 40 mm sebesar 19,78%, agregat maksimum
20 mm sebesar 27,03%, agregat maksimum 10 mm sebesar 32,08% Sesuai dengan
persyaratan SNI 03-2417-1990 (Metode Pengujian keausan Agregat Dengan Mesin
Abrasi Los Angeles) yaitu keausan maksimum 40 %. Sehingga agregat kasar tersebut
dapat digunakan sebagai bahan pembuat beton.

13
4.3 Hasil Pengujian Slam Tes
Pengujian slump test dilakukan setiap kali membuat adukan untuk benda uji,
dari hasil pengujian slump test di dapat rata-rata hasil seperti tabel 4.1
Dari grafik 4.5 dan tabel 4.1 didapat nilai slam agregat maksimum 10 mm
dengan nilai slam rat-rata 5,9 cm, agregat 20 mm nilai slam rata-ratanya 4,23cm, dan
agregat maksimum 40 mm nilai slam rata-rata 2,83cm.

Rata-rata slam
9
7
5.9
5
4.23
3 2.83
1 Rata-rata slam
m m m
m m m
10 20 40
um um um
sim sim sim
ak ak ak
r m r m r m
ti ti ti
Bu Bu Bu

Grafik 4.5 rata-rata nilai slam

Tabel 4.1 Nilai slam adukan


Tipe Pengujian Benda uji Nilai slam Rata-rata
adukan (cm)
Tipe 1 1 Silinder 6 5,9
2 Silinder 5
3 Silinder 6,2
4 Silinder 6,5
5 Balok 5,5
6 Balok 5,5
7 Balok 6
8 Balok 6,5
Tipe 2 1 Silinder 4 4,23
2 Silinder 3,8
3 Silinder 4
4 Silinder 3,7
5 Balok 4,5
6 Balok 4,5
7 Balok 4,5
8 Balok 4,8
Tipe 3 1 Silinder 2,8

14
2 Silinder 2,5 2,83
3 Silinder 2,6
4 Silinder 3
5 Balok 3
6 Balok 3
7 Balok 2,7
8 Balok 3

4.4 Hasil Pengujian Sifat Mekanik Beton


a. Hasil pengujian kuat tekan beton
Kuat tekan beton dihitung dengan persamaan:
P
ƒc' =
A

dimana:
ƒc'= Kuat tekan beton (MPa)
P = Berat beban Maksimum (N)
A = Luas permukaan benda uji (mm2)
Hasil perhitungan kuat tekan beton untuk umur 28 hari selengkapnya
disajikan dalam Tabel 4.2. – 4.4.

Tabel 4.2. Hasil uji kuat tekan beton agregat maksimum 10 mm umur 28 Hari.
Fc’ Rata-rata
Beban Maksimal
Umur MPa (MPa)
(Kg) (N)
28 33000 323,73 18,33
28 29000 284,49 16,11
28 31000 304,11 17,22 17,11
28 36000 353,16 19,99
28 25000 245,25 13,89

15
Tabel 4.3. Hasil uji kuat tekan beton agregat maksimum 20 mm umur 28 Hari.
Fc’ Rata-rata
Beban Maksimal
Umur MPa (MPa)
(Kg) (N)
28 30000 294,3 16,66
28 36000 353,16 19,99
28 30000 294,3 16,66 17,99
28 33000 323,73 18,33
28 33000 323,73 18,33

Tabel 4.4. Hasil uji kuat tekan beton agregat maksimum 40 mm umur 28 Hari.
Fc’ Rata-rata
Beban Maksimal
Umur MPa (MPa)
(Kg) (N)
28 43000 421,83 23,88
28 37000 362,97 20,55
28 28000 274,68 15,55 19,99
28 37000 362,97 20,55
28 35000 343,35 19,44

16
Kuat tekan beton
23
22
21
20 19.99
19
18 17.99
17 17.11
16
15
14
13
SP 10 mm SP 20 mm SP 40 mm

Grafik 4.6 kuat tekan

Gambar 4.1 Hasil uji kuat tekan

Hasil pengujian kuat tekan beton menunjukkan bahwa semakin besar ukuran
butir agregat kuat tekannya semakin besar, hal ini terlihat dari jumlah rata-rata
kenaikkan kuat tekannya. Benda uji yang menggunakan agregat maksimum 10 mm
ke 20 mm sebesar 0,88 MPa atau sebesar 3,08 % dan agregat maksimum 20 mm ke
40 mm sebesar 2MPa atau sebesar 3,60 %.

4.5 Hasil Pengujian kuat tarik belah


Kuat tarik belah beton dihitung dengan persamaan:

17
ft = 2P
π Ls.D
di mana:
ft = kuat tarik beton (N/mm2)
P = beban maksimum yang diberikan (N)
D = diameter silinder (mm)
Ls = tinggi silinder (mm)
Hasil perhitungan kuat tarik belah beton untuk umur 28 hari selengkapnya
disajikan dalam Tabel 4.5. sampai dengan Tabel 4.7

Tabel 4.5 Hasil uji kuat tarik belah agregat maksimum 10 mm umur 28 Hari.
Berat Ft Rata-rata
Beban Maksimal
(gr) MPa (MPa)

(Kg) (N)
12010 16000 156,96 4,5
12130 16000 156,96 4,5
12160 16500 161,87 4,64 4,58
12170 16000 156,96 4,5
11990 17000 166,77 4,78

Tabel 4.6 Hasil uji kuat tarik belah agregat maksimum 20 mm umur 28 Hari.
Berat Ft Rata-rata
Beban Maksimal
(gr) MPa (MPa)

(Kg) (N)
12010 17000 166,77 4,78
12330 16000 156,96 4,5
12180 16000 156,96 4,5 4,72
12175 17000 166,77 4,78
12150 18000 176,58 5,06

18
Tabel 4.7 Hasil uji kuat tarik belah agregat maksimum 40 mm umur 28 Hari.
Berat Beban Ft Rata-rata

(gr) Maksimal MPa (MPa)

(Kg) (N)
11900 18000 176,58 5,06
11920 18000 176,58 5,06
11900 17000 166,77 4,78 5,12
12000 20000 196,2 5,62
11850 18000 176,58 5,06

Kuat tarik belah


6

5.5
5.12
5
4.72
4.5 4.58

3.5

3
SP 10 mm SP 20 mm SP 40mm

19
Gambar 4.7 Grafik tarik belah

Gambar 4.2 Hasil uji tarik belah

Hasil pengujian kuat tarik beton pada tabel 4.10 – 4.12 menunjukkan bahwa
kekuatan tarik beton mengalami kenaikan antara agregat maksimum 10 mm ke 20
mm sebesar 0,2 MPa atau sebesar 0,21 % dan agregat 20 mm ke 40 mm sebesar 0,4
MPa atau sebesar 0,24 %. Kuat tarik terhadap kuat tekan umumnya antara 9 – 15 %
dari kuat tekan beton atau antara 2,60 - 3,00 MPa.

4.6 Hasil pengujian kuat lentur beton


Kuat lentur beton dihitung dengan persamaan:
fs = 3Pa
bh2
di mana :
fs = Kuat Tarik Lentur [MPa]
P = Beban pada waktu lentur [kN]
L = Jarak bentang antara dua garis perletakan [mm]
b = Lebar penampang balok [mm]
h = Tinggi penampang balok [mm]
a = Jarak as perletakan ke gaya [mm]
Hasil perhitungan kuat tekan beton untuk umur 28 hari selengkapnya
disajikan dalam Tabel 4.8 sampai dengan Tabel 4.10
Tabel 4.8 Hasil uji kuat lentur beton agregat maksimum 10 mm umur 28 Hari.

20
Berat fs
Beban Maksimal Rata-rata
(gr) MPa

(Kg) (N)
31775 3058,1 30000 1,35
31440 2650,36 26000 1,17 1,3
32095 3058,1 30000 1,35

Tabel 4.9 Hasil uji kuat lentur beton agregat maksimum 20 mm umur 28 Hari.
Berat fs
Beban Maksimal Rata-rata
(gr) MPa
(Kg) (N)
32650 3261,98 32000 1,44

32300 3465,85 34000 1,53 1,5

31800 3465,85 34000 1,53

Tabel 4.10 Hasil uji kuat lentur beton agregat maksimum 40 mm umur 28 Hari.

Berat fs
Beban Maksimal Rata-rata
(gr) MPa

(Kg) (N)
32210 3669,72 36000 1,62
32190 3669,72 36000 1,62 1,6
32250 3465,85 34000 1,53

21
Kuat lentur balok
2.50
2.30
2.10
1.90
1.70
1.60
1.50 1.50
1.30 1.30
1.10
0.90
0.70
0.50
SP 10 mm SP 20 mm SP 40mm

Grafik 4.8 kuat lentur balok

Gambar 4.3 Hasil uji kuat lentur balok


Hasil pengujian kuat lentur beton pada tabel 4.8 – 4.10 menunjukkan bahwa
kuat lentur mengalami kenaikan antara agregat 10 mm ke agregat 20 mm sebesar
0,20MPa atau sebesar 0,020 % dan agregat maksimum 20 mm ke agregat maksimum
40 mm 0,1MPa atau sebesar 0,024 %, dengan titik belah hasil pengujian pada bagian
tengah.

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Ukuran Maksimum Butir Agregat Kasar
Terhadap Workability dan Sifat Mekanik Beton” yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Hasil uji sampel kuat tekan beton menunjukkan bahwa semakin besar ukuran butir
agregat kuat tekannya semakin besar, hal ini terlihat dari jumlah rata-rata
kenaikkan kuat tekannya. Kuat tekan benda uji yang menggunakan agregat
maksimum 10 rata-rata 17,11 MPa dengan kenaikan rata-rata agregat maksimum
10 mm ke 20 mm sebesar 0,88 MPa atau 3,08 % dan rata-rata agregat maksimum
20 mm 17,99 MPa, rata-rata agregat maksimum 40 mm 19,99 dengan kenaikan
rata-rata agregat maksimum 20 mm ke 40 mm sebesar 2MPa atau 3,60 %.
2. Hasil uji sampel kuat tarik beton menunjukan bahwa rata-rata benda uji yang
menggunakan agregat maksimum 10 mm sebesar 4,58 MPa, kekuatan tarik beton
mengalami kenaikan antara agregat maksimum 10 mm ke 20 mm sebesar 0,2 MPa
atau 0,21 %. Rata-rata agregat 20 mm sebesar 4,72 MPa, rata-rata agregat
maksimum 40 mm sebesar 5,12 MPa dengan kenaikan sampel yang menggunakan
agregat maksimum 20 mm ke 40 mm sebesar 0,4 MPa atau 0,24 %.

23
3. Hasil uji sampel kuat lentur beton menunjukkan bahwa rata-rata benda uji yang
menggunakan agregat maksimum 10 mm sebesar 1,30 MPa, kuat lentur beton
mengalami kenaikan antara agregat 10 mm ke agregat 20 mm sebesar 0,20MPa
atau sebesar 0,020 %. Rata-rata agregat 20 mm sebesar 1,50 MPa, rata-rata agregat
maksimum 40 mm sebesar 1,60 MPa dengan kenaikan sampel yang menggunakan
agregat maksimum 20 mm ke 40 mm sebesar 0,1 MPa atau 0,024 %.
4. Hasil pengujian kuat tekan menunjukan agregat maksimum 40 mm adalah yang
memiliki rata-rata tertinggi dan mencapai mutu rencana.

5.2 Saran
1. Proses pencampuran bahan pada saat pembuatan beton dilakukan secara akurat
karena apabila bahan yang tercampur tidak merata akan mengakibatkan
berkurangnya mutu beton yang direncanakan.
2. Pada proses pemadatan beton perlu mendapat perlakuan yang sama pada setiap
benda uji.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ukuran maksimum butir agregat
kasar dengan menambah zak adiktif.
4. Penggunaan agregat maksimum 10 mm dapat digunakan untuk struktur yang
mempunyai pertemuan tulangan sangat rapat. Misal, pertemuan balok dengan kolom,
balok dengan balok.
5. Penggunaan agregat maksimum 20 mm dapat digunakan untuk struktur balok dan
kolom.
6. Penggunaan agregat maksimum 40 mm dapat digunakan untuk struktur pondasi dan
plat lantai

24

Anda mungkin juga menyukai