METODOLOGI PENELITIAN
Start
Pengadaan material
Trial mix
Tidak Tidak
Ya
Finish
Pengadaan material
Trial mix
Tidak
Ya
Pembuatan benda uji
Specimen NVC
1. Ukuran matriks 195 mm3
2. Ukuran matriks 180 mm3
3. Ukuran matriks 150 mm3
Finish
Pengadaan material
Trial mix
Tidak
Ya
Specimen SCC
1. Ukuran matriks 195 mm3
2. Ukuran matriks 180 mm3
3. Ukuran matriks 150 mm3
Finish
2012)
1. Oven
2. Timbangan
2. Bak perendam
Cement (PCC).
2. Pasir yang digunakan adalah pasir yang berasal dari lokasi di daerah Bili-
Bili.
3. Batu pecah yang digunakan adalah yang berasal dari lokasi di daerah Bili-
Bili.
buah.
1. Agregat halus
III - 5
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan pada peraturan (ASTM C136-96a).
2. Agregat Kasar
III - 6
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan pada peraturan (ASTM C131-03).
Penentuan komposisi mix design dengan cara trial mix yang mengacu pada
Dalam beton SCC agregat kasar dibatasi jumlahnya agar dapat mengalir
dan memadat sendiri. Volume agregat kasar dibatasi jumlahnya sekitar 50%
dari volume total. Hal ini berdasarkan pertimbangan tingkat keakuratan pada
Penetapan kadar air bebas ini didasarkan pada hasil trial mix dan
dibawah ini.
III - 7
Gambar 3.4. Kurva Air Bebas. (Sumber: Abd. Madjid Akkas, Rekayasa Bahan, 1996.)
Dalam penetapan faktor air semen akan dipengaruhi oleh kondisi agregat.
Untuk mendapatkan nilai kuat yang tinggi diusahakan nilai faktor air semen
nilai factor air semen maka semakin susah pengerjaannya dan dapat
Penetapan kadar semen didasarkan pada pertimbangan dari kadar air bebas
rumus :
Dimana:
bebas dan berat jenis spesific gabungan, seperti yang tertera pada grafik dibawah
ini.
Gambar 3.5. Kurva Berat Volume Beton Segar. (Sumber: Abd. Madjid Akkas, Rekayasa Bahan,
1996.)
rumus:
III - 9
Admixture yang digunakan berupa superplasticizer (Sikament LN).
Penetapan komposisi diperoleh dengan cara trial mix. Dosis yang digunakan
disarankan 0.6% –1.5% dari berat semen. Hasil perhitungan mix design dapat
Dalam pembuatan cetakan benda uji terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Memotong material yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji seperti
plywood, tulangan ulir dan tulangan polos sebagai sengkang spiral, sesuai
Hasil pembuatan cetakan benda uji tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Cetakan Benda Uji. (Sumber: Foto-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH,
2011.)
III - 10
3.4.4. Pembuatan Benda Uji
mixer (mesin pengaduk beton). Seperti terlihat pada Gambar 3.7. Proses kerja
Material pembentuk beton (semen, pasir, kerikil, air) ditimbang sesuai dengan
Masukkan kerikil, pasir, dan air 2/3 bagian ke dalam concrete mixer,
sebelumnya basahi terlebih dahulu concrete mixer dengan air agar pada proses
mixing komposisi air yang telah dihitung tidak berkurang akibat diserap oleh
Putar concrete mixer selama 1 menit agar material pasir, kerikil yang telah
masukkan semen lalu putar mixer selama 1 menit kemudian masukan sisa air
yang homogen.
Gambar 3.7. Pembuatan Benda Uji. (Sumber: Foto- Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-
UH, 2011.)
III - 11
3.4.5. Pengujian Slump Flow SCC dan Slump Flow SCC-Styrofoam
Set alat pengukuran slump flow dengan cara meletakkan kerucut terpancung
diatas flow table untuk mengukur slump flow, setelah itu isi kerucut terpancung
dengan beton segar hingga penuh (karena beton tersebut merupakan self-
Slump Cone
Flow Table
Gambar 3.8. Alat Slump Flow Test. (Sumber: Foto-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-
UH, 2011.)
Slump = 65 cm
(a)
III - 12
Slump = 67 cm
(b)
Gambar 3.9. Pengukuran nilai slump (a). Slump SCC (b). Slump SCC-
Styrofoam. (Sumber: Foto-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH, 2011.)
Cetak hasil campuran beton SCC dan SCC- yang telah diukur slump flow
180 x180 x180 mm³, dan 195 x195 x195 mm³ tanpa dilakukan pemadatan. Ratakan
curing selama 28 hari.Untuk benda uji kuat tekan digunakan cetakan berbentuk
Benda uji yang telah dilepas dari cetakannya dan diberikan tanda dirawat
dengan cara merendamnya di dalam bak air sampai batas waktu pengujian
kekuatan beton yang dapat di lihat pada Gambar 3.10. Perawatan benda uji ini
III - 13
dilakukan berdasarkan ASTM C171—03. Perawatan benda uji dilakukan dengan
tujuan untuk:
Mencegah terjadinya penguapan air yang terlalu cepat pada beton yang masih
Gambar 3.10. Proses perawatan benda uji. (Sumber: Foto-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan
Sipil FT-UH, 2011.)
Machine kapasitas 1500 KN dapat dilihat pada Gambar 3.11. Hasil pengujian
Gambar 3.11. Compression Test Machine. (Sumber: Foto-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan
Sipil FT-UH, 2011.)
III - 14
2. Pull out test menggunakan alat Universal Testing Machine kapasitas 100 kN
dapat dilihat pada Gambar 3.12. Hasil pengujian dapat di lihat pada Lampiran
16.
Gambar 3.12. Alat Pull Out Test (Universal Testing Machine). (Sumber: Foto-
Laboratorium Mekanik Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang, 2012.)
kapasitas 100 kN dapat dilihat pada Gambar 3.13. Hasil perhitungan dapat di
Gambar 3.13. Alat Universal Testing Machine. (Sumber: Foto- Laboratorium Mekanik Teknik
Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang, 2012.)
III - 15
3.4.9. Prosedur Pengujian Kuat Tekan Beton
Machine dengan kapasitas 1500 KN, pengujian ini dilakukan berdasarkan ASTM
C469 - 02. Prosedur pelaksanaan pengujian kuat tekan terdiri dari beberapa
tahapan yaitu :
Sampel beton berbentuk kubus yang telah mencapai umur uji dikeluarkan dari
sikat baja, setelah itu diamkan beberapa saat hingga sampel beton mencapai
kondisi SSD.
Setelah sampel beton mencapai kondisi SSD, timbang sampel beton tersebut,
Jalankan mesin penekan dengan beban yang konstan yaitu 120 KN/menit.
kenaikan 50 KN.
Pembebanan dilakukan hingga benda uji hancur dan beban maksimum yang
Dalam pengujian ini dapat diperoleh kuat tekan beton dengan rumus sebagai
berikut :
P
f’c (1)
A
(Sumber: Edward G. Nawy, Reinforced Concrete, 2009)
III - 16
3.4.10. Prosedur Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan Ulir.
Pasang besi yang akan di uji pada dudukan bawah dengan menggunakan
pengunci 3 biji sesuai dengan nomornya dan diameter besi yang tertera pada
Sebelum memasang pengunci bagian atas perhatikan bahwa plat dudukan besi
berada pada posisi nol dari grafik bacaan. Pasang penutup bagain atas dengan
Setelah semua alat terpasang dengan benar dan kuat tekan tombol load release
Pada pengujian tarik besi diperoleh nilai tegangan leleh dari tulangan tersebut
P
fy = (2)
A
(Sumber: Edward G. Nawy, Reinforced Concrete, 2009)
III - 17
3.4.11. Pengujian Pull-Out
Gambar 3.14. Kerangkeng yang telah dimodifikasi. (Sumber: Foto- Laboratorium Mekanik
Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang, 2012.)
Machine kapasitas 100 kN. Pada alat ini dibuatkan kerangkeng yang dimodifikasi
yang bisa menahan benda uji pada saat besi yang tertanam dalam beton di tarik.
Adapun contoh kerangkeng yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 3.14.
Prosedur pelaksanaan pengujian pull out test terdiri dari beberapa tahap yaitu :
Siapkan benda uji dan kerangkeng yang telah dimodifikasi, pasang kerangkeng
Pasang kertas grafik pada alat yang tersedia dan pasang pula polpen pada
pengait untuk menggambar grafik hubungan besar beban yang diberikan dan
III - 18
Putar tombol on load value agar kerangkeng yang dipasang tidak terlepas dan
nyalakan mesin dengan menekan tombol pump on, perhatikan bahwa jarum
Adapun rumus yang digunakan pada pull-out test ini adalah perhitungan
τ = P (3)
π .D. ld
(Sumber: Edward G.Nawy, Beton Bertulang, 1998.)
Dalam percobaan pull-out test ini tidak hanya besarnya Tegangan lekat
yang diperoleh tetapi dapat juga diperoleh grafik hubungan antara beban tarik (P)
dan displacement (Δ) melalui grafik yang tergambar dari alat Universal Testing
Machine.
III - 19