TINJAUAN PUSTAKA
Self Compacting Concrete (SCC) pertama kali dibuat di Jepang pada tahun
1980an. Self Compacting Concrete (SCC) merupakan beton yang sifatnya sangat
plastis dan mudah mengalir tanpa perlu dipadatkan karena beton tersebut telah
memiliki sifat untuk memadat sendiri. Konsekuensi dari beton bertulang yang
dan kekedapan air beton sehingga mudah terjadi karat pada besi tulangan. Beton
dan bleeding walaupun memiliki sifat yang mengalir. Hal ini disebabkan karena
agregat pada beton segar terdistribusi secara merata. Material yang digunakan
pada beton konvensional dan SCC sama, hanya saja SCC memerlukan bahan
tambah berupa admixture. SCC memiliki fluiditas yang tinggi karena penambahan
(SCC) telah banyak digunakan dalam dunia konstruksi dan telah diterima
II - 1
penggunaanya, misalnya digunakan sebagai piling dan shotcrete. Perkembangan
SCC utamanya telah memfokuskan pada struktur sipil dengan penulangan yang
padat dan telah diterima di dalam dunia konstruksi utamanya pada saat
(John N. & Ban S.,2003 dalam
pengecoran ditempat yang sulit di jangkau beton normal.
Made,S. & Lusman,2011)
Setelah padat dan mengeras, beton SCC memiliki kualitas yang bagus dan
relatif mudah untuk mencapai beton mutu tinggi, beton dengan permeabilitas
rendah, beton tahan kimia atau karbonasi dan beton dengan permukaan dan
e. Meningkatkan kualitas beton walau pada kondisi penuangan beton segar yang
II - 2
2.1.3. Kriteria bahan penyusun SCC
berfungsi sebagai bahan pengikat antara agregat kasar dan agregat halus dalam
beton. Apabila semen dicampur dengan air dan membentuk suatu adukan yang
yang disertai dengan pelepasan panas. Kondisi ini mengandung resiko besar
terhadap penyusutan beton yang berakibat pada keretakan beton. Reaksi semen
Sifat kimia dari semen Portland cukup rumit. Dalam hal ini cukup untuk
mengenal pilihan bahan dan pengertian terhadap pengaruh empat macam senyawa
Menurut L.J Murdock dan K. M. Brook pada saat semen diberi air akan
timbul reaksi kimia antara semen dan air. Reaksi ini menghasilkan macam-
macam senyawa kimia yang menyebabkan ikatan dan pengerasan. Ada empat
besar panas yang menyebabkan pengerasan awal tetapi kurang pengaruh terhadap
II - 3
kekuatan batas, kurang ketahanan terhadap agresi kimiawi, paling menonjol
mengalami disintegrasi oleh sulfat air tanah, dan tendensinya sangat besar untuk
Senyawa ini mengeras dalam beberapa jam dengan melepas sejumlah panas.
akan relatif tinggi dan penyusutan keringnya relatif rendah sehingga lebih awet.
dan kristal dari larutan semen dengan air dimana timbul adhesi dan daya tarik
fisik satu dengan yang lainnya dan terhadap agregat secara berangsur-angsur
II - 4
- Tipe I, semen Portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
terjadi.
2.1.3.2. Agregat
bentuk dari agregat kasar sangat penting dalam pencapaian komposisi SCC.
Sebaiknya digunakan agregat kasar yang bulat dengan permukaan yang tidak licin
disini adalah kondisi dan sifat keberadaan air dalam agregat sehingga agregat
berada pada salah satu kondisi diantaranya kondisi kering mutlak, kering, SSD,
(Madjid Akkas,
dan basah. Kondisi agregat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
2008)
II - 5
- Kondisi agregat kering mutlak, yaitu agregat tidak mengandung air sama
sekali. Hal ini dapat dicapai dengan jalan mengeringkan dalam oven sampai
berat tetap.
- Agregat kering mutlak, yaitu kondisi agregat kering muka tapi tidak jenuh air
atau tidak kering dan tidak basah, tapi sebagian pori-pori terisi air dan
- Kondisi agregat SSD (Saturated Surface Dry), yaitu agregat kondisi kering
- Kondisi agregat basah, yaitu semua pori-pori agregat jenuh dengan air sampai
Kondisi agregat dapat berubah dari kondisi yang satu ke kondisi lainnya.
Hal ini sangat penting diperhatikan dalam pembuatan beton karena akan
berpengaruh pada jumlah air dalam campuran beton. Dalam pembuatan beton
agregat halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara
disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian dapat diberikan
batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4,80 mm (British
Standard) atau 4,75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang
ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm ( 4,75 mm ) dan agregat halus adalah
batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm). Agregat dengan ukuran lebih
besar dari 4,80mm dibagi lagi menjadi dua : yang berdiameter antara 4,80 –
II - 6
40mm disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40mm disebut kerikil kasar.
(Made,S. & Lusman,2011)
kecil dari 40mm. Dan untuk penelitian ini digunakan ukuran agregat kasar yaitu
20mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40mm digunakan untuk
tanah, bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasa dinamakan pasir dan agregat
kasar dinamakan dengan kerikil, split, atau batu pecah. (Mulyono,T.hal 65)
Agregat halus berfungsi sebagai pengisi dalam beton. Modulus halus butir
Semakin besar nilai MHB suatu agregat, semakin besar butiran agregatnya.
agregat yang baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama dan
2.1.3.3. Air
II - 7
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih,tidak mengandung
minyak, asam, alkali, zat organis, dan bahan lainnya yang dapat merusak beton
dan tulangan.
2007 )
2. Bentuk butir: bentuk bulat, maka kebutuhan air menurun (batu pecah perlu
3. Gradasi agregat: gradasi baik, maka kebutuhan air menurun untuk kelecakan
yang sama.
4. Kotoran dalam agregat: makin banyak silt, tanah liat dan lumpur, maka
5. Jumlah agregat halus (dibandingkan agregat kasar): agregat halus lebih sedikit,
dikontrol dengan baik. Semakin tinggi mutu beton yang dibutuhkan nilai faktor
ais semen (fas) semakin rendah, sedangkan dilain pihak untuk menambah
2.1.3.4. Superplasticizer
II - 8
meningkatkan workabilitas beton sampai pada tingkat yang cukup besar dan juga
mengalir dan umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar. Pada
alternatif lain, bahan ini digunakan untuk meningkatkan kekuatan beton, karena
sama.
sebagai “bahan tambah kimia pengurang air”, yang terdiri atas beberapa jenis,
Ketiga jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan disebut
superplasticizer karena bahan ini dapat mengurangi air pada campuran beton
maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat yang sulit
seperti tempat yang terdapat penulangan yang padat. Superplasticizer tidak akan
jumlah dari butiran-butiran halus (semen dan pasir yang ukuran partikelnya
II - 9
2.1.4. Styrofoam sebagai Bahan Tambah Beton
segi mekanis maupun suhu, namun bersifat agak rapuh maupun lunak pada suhu
dibawah 100°C . Styrofoam ini memiliki kuat tarik sampai 40 MN/m2, modulus
lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser sampai 0,99 GN/m2 , angka poisson 0,33.
satuannya menjadi sangat kecil, yaitu berkisar antar 13-16 kg/m3. Penggunaan
styrofoam pada beton dapat dianggap sebagai rongga udara. Namun keuntungan
menjadi ringan, dapat juga bekerja sebagai serat yang meningkatkan kekuatan
beton. Kerapatan atau berat jenis beton dengan campuran styrofoam dapat diatur
Salah satu kelemahan beton terlihat dari kemampuan menahan tarik yang
lemah. Dalam setiap konstruksi sipil, untuk dapat menahan beban tertentu tanpa
baja.
Baja tulangan beton terdiri dari batang, kawat, dan jaring kawat baja las.
Yang terpenting dalam baja tulangan adalah sebagai berikut: (G.Nawy, 1998)
1. Modulus Young, Es
2. Kekuatan leleh, fy
II - 10
3. Kekuatan batas, fu
Selain baja polos juga dapat digunakan baja ulir (deformasi), yaitu batang
tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip teratur
dengan pola tertentu atau batang tulangan yang dipilin pada proses produksinya.
Kekuatan bending dan fatigue tulangan tergantung pada keberadaan geometri atau
bentuk ulir tulangan. Efek takikkan (notch effect) ulir tulangan akan mereduksi
Gambar 2.1. Diagram tegangan regangan hasil uji tarik (sumber:Ir.Oentoeng, 1999)
II - 11
Gambar 2.2. Diagram tegangan regangan hasil uji tarik yang diarsir pada Gambar
2.1 (sumber:Ir.Oentoeng, 1999)
Gambar 2.1 merupakan diagram tegangan regangan carbon steel A36 dari
batang yang ditarik aksial sampai batang patah. Gambar 2.2 merupakan
pembesaran kurva tegangan regangan yang diarsir pada gambar 2.1. Pada gambar
tampak batang ditarik sampai mencapai yield point (titik leleh) yaitu sebesar 36
ksi. Sebelum mencapai titik leleh batang berada dalam fase elastis. Setelah
bertambah sampai mencapai st = 0,014. Fase ini merupakan fase plastis.
yang disebut tegangan ultimit (kuat tarik baja). Fase ini disebut pergeseran
II - 12
regangan (strain hardening). Setelah melampaui titiktegangan ultimit penampang
dan akhirnya baja putus. Fase ini disebut pelunakan regangan (strain softening).
Regangan, tegangan leleh dan tegangan ultimit pada pengujian kuat tarik
baja berbeda-beda tergantung mutu bajanya. Pada tabel 2.2 ditunjukkan nilai
tegangan ultimit, tegangan leleh, dan peregangan minimum berbagai jenis baja.
kuat lekat. Lekat geser hanya dapat diperoleh dengan mengoptimalisasikan ulir
tulangan. Aspek parameter yang paling penting dalam lekatan adalah tinggi dan
spasi antar ulir tulangan, suatu koefisien yang akan diperoleh bila kedua
parameter tersebut dikombinasikan yang biasa disebut dengan relative rib area
(fR) didefinisikan sebagai perbandingan antara luas ulir tulangan dan luas
(Federation Internationale du
sekeliling tulangan. FR dapat diketahui melalui persamaan:
Beton, 1999 dalam Made,S. & Lusman, 2011)
II - 13
fR = γ.h s / cs (1)
(sumber: Federation Internaionale du Beton (fib), 1999 dalam Made,S. & Lusman,2011)
Tabel 2.3. Nilai Persyaratan Minimum fR Menurut prEN 10080 dan ENV 10080.
D
Dk
Spiral
reinforcement
Pitch, p Cover
Spiral stirrup
Diameter
Gambar 2.3. Detail sengkang spiral. (Sumber: M.ghoneim & Mah. El-mihilmy, Foto-Design of
Reinforced Concrete Structures, 2006 dalam Made,S. & Lusman,2011.)
Menurut Nawy, 1998 tipe lain dari tulangan lateral adalah tulangan spiral
daktalitas beton. Beton yang berada di luar efek kekangan dari kolom tulangan
spiral akan mengalami spalling yang tidak wajar dan secara tiba-tiba terjadi gaya
II - 14
lateral seperti gaya gempa. Oleh karena itu, spasi dan ukuran tulangan spiral di
desain untuk mempertahankan beban yang selain beban sendiri kolom. Jarak
antara tulangan spiral dibatasi pada range 1 sampai 3 inch (25.4 – 76.2 mm)
penambahan tekanan lateral pada core (inti) beton dengan memperbanyak jumlah
lilitan spiral beton. Seperti pada Gambar 2.4. Jadi, sengkang spiral didesain untuk
meningkatkan kemampuan core beton.(M.ghoneim & Mah. El-mihilmy, 2006 dalam Made,S. &
Lusman,2011)
lepasnya lekatan antara baja tulangan dan beton (Winter, 1993 dalam Panggoa,V.,2011) . Salah
satu anggapan dasar yang digunakan dalam perencanaan dan analisis struktur
beton bertulang adalah lekatan batang tulangan baja dengan beton yang
beton bertulang bekerja menahan beban akan timbul tegangan lekat berupa shear
interlock pada permukaan singgung antara batang tulangan dengan beton. (Istimawan
Dipohusado, 1994)
Menurut Nawy (1998), kuat lekat antara baja tulangan dan beton yang
II - 15
1. Adhesi antara elemen beton dan bahan penguatnya yaitu tulangan baja.
Dimana adhesi ini adalah gaya tari- menarik (ikatan kimiawi) yang terbentuk
pada seluruh bidang kontak antara beton dan tulangan akibat adanya proses
disekeliling tulangan.
3. Tahanan Geser (friksi) terhadap gelincir dan saling “mengunci” pada saat
permukaan yang tidak beraturan pada bidang kontak antara tulangan dengan
beton.
4. Efek kualitas beton termasuk kekuatan tarik dan tekannya. Akibat desakan
oleh tegangan radial, beton mengalami tegangan tarik keliling, jika tegangan
yang terlalu kecil akan mengakibatkan keruntuhan putus pada tulangan karena
kuat lekatnya terlalu jauh lebih tinggi dari pada kuat putus baja. Sedangkan
diameter yang terlalu besar akan mengakibatkan keruntuhan slip, karena kuat
tarik baja lebih besar dari kuat lekatnya sehingga akan terjadi slip yang
II - 16
Kontribusi masing-masing faktor ini sulit dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Kontribusi beton dengan adanya faktor saling geser, susut dan mutu
beton ditambah dengan kontribusi tulangan baja yang bergantung pada dimensi,
bentuk dan jarak tulangan ditambah dengan efek mekanis saling berinteraksi satu
µ= P (2)
π . D . ld
(sumber:Edward G. Nawy, Reinforced Concrete, 2009.)
kedua transfer gaya yang terjadi disebabkan oleh friksi antara tulangan dan beton.
bahwa pada pembebanan tertentu dimana tulangan polos mencapai tegangan lelah,
adhesive dan friksi dapat hilang dengan cepat, hal ini disebabkan karena adanya
II - 17
Pada tulangan ulir (ribbed bar) mekanisme lekatan terjadi beberapa tahap
yang dapat dilihat pada Gambar 2.5. Pada tahap pertama yang terjadi adalah
melawan beton. Tegangan yang terjadi masih sangat kecil. Setelah terjadi
peningkatan nilai tegangan lekat yang lebih tinggi, mulai terjadi retak cone shape
dan terjadi lekatan friksi dan iterlocking, Pada tahap kedua ini, terjadi
displacement pada tulangan di dalam beton (slip) dimana terjadi interlocking dan
menghasilkan retak radial pada beton. Gaya tahanan yang terjadi disepanjang
tulangan ini biasanya disebut dengan tegangan lekat atau gaya lekat. Pada tahap
ketiga, diawali dengan retak radial. Pada tahap ini tegangan lekat dan
dalam matriks beton. Akhir dari tahap keempat terjadi dua bentuk kegagalan
Stage IV
Stage III
II
Stage I SLIP
Gambar 2.4. Mekanisme Transfer Lekatan Tulangan Ulir Pull Out Test. (sumber: fib,
reinforced concrete, 199 dalam Made,S. & Lusman,2011)
(a) (b)
Gambar 2.5. Deformasi disekitar tulangan. (a). splitting bond failure (b). pull-out
bond failure. (sumber: fib, reinforced concrete, 1999 dalam Made,S. & Lusman,2011)
II - 18
2.6. Sifat –Sifat Keruntuhan Lekatan
lekat, pada umumnya ditunjukkan oleh terjadinya salah satu dari berikut ini :
(Mindess,S.,1994 dalam Panggoa,V.,2011)
1) Splitting failure
Kondisi ini ditunjukkan adanya retak pada beton akibat tegangan tarik yang
tidak bisa ditahan oleh cover beton, keruntuhan ini mengakibatkan menurunnya
Merupakan suatu kondisi keruntuhan dimana besi tulangan tercabut dari dalam
beton tanpa mengalami retak yang diakibatkan oleh komponen tegangan geser
Kuat lekatan jauh lebih besar dari pada kuat putus tulangan, sehingga tulangan
putus.
dan tegangan leleh tulangan yang sangat menentukan ketahanan tulangan untuk
terjadinya slip. Kuat lekat beton µ adalah suatu fungsi dari kuat tekan beton.
II - 19
Berdasarkan SNI-03-2847-2002, panjang penyaluran ld, dinyatakan dalam
diameter db untuk batang ulir dan kawat ulir dalam kondisi tarik, harus ditentukan
berdasarkan ld/db, dapat dilihat pada Tabel 2.4, dan tidak boleh kurang dari
300mm.
(Sumber: SNI-03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, 2002)
(3)
(Sumber: SNI-03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, 2002)
II - 20
α, β, dan λ = koefisien
Nilai α, β, dan λ dapat diketahui dari tabel 2.5. Digunakan faktor lokasi
penulangan (α) sebesar 1.0 , faktor pelapis (β) sebesar 1.0 , dan faktor beton
agregat ringan (λ) sebesar 1.0 untuk SCC dan sebesar 1.3 untuk beton SCC-
Styrofoam
(Sumber: SNI-03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, 2002)
II - 21
2.8. Kuat Tekan Beton
dengan luas tampang silinder beton dengan satuan N/mm2. Kuat tekan beton
ditentukan oleh perbandingan semen, agregat halus, agregat kasar, air dan
Besarnya kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kuat tekan rata-rata dan kuat batas
beton.
digunakan, misal semen dengan alumina yang tinggi akan menghasilkan beton
dengan kuat hancur pada umur 24 jam sama dengan semen portland biasa
beton.
II - 22