a. Dasar Teori
Agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil) merupakan bahan pengisi.
Agregat yang baik adalah yang tidak bereaksi kimia dengan unsur semen. Agregat
halus mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm, sedangkan agregat kasar
mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm.
Peraturan beton bertulang Indonesia, 1971, (PBI-NI 2 1971) secara terperinci
menguraikan pemeriksaan agregat untuk dapat digunakan sebagai unsur pokok
pembuatan beton (PBI NI 2 1971 hal.22-23).
Menurut standart nasional Indonesia (SNI 03-2847-2002), agregat untuk beton
harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut :
1. “Spesifikasi agregat untuk beton” (ASTM C33).
2. SNI 03-2461-1991, “Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur”.
Agregat yang memenuhi spesifikasi “American Society for Testing and
Materials” (ASTM) tidak selalu tersedia secara ekonomis dan dalam beberapa
contoh material yang tidak memenuhi spesifikasi mempunyai sejarah kinerja
memuaskan yang panjang. Material yang tidak memenuhi seperti itu diizinkan
dengan persetujuan khusus bilamana diberikan bukti kinerja memuaskan yang
dapat diterima. Akan tetapi, kinerja memuaskan pada masa lampau tidak
menjamin kinerja yang baik dibawah kondisi lain dan di daerah lain. Sedapat
mungkin harus dipakai agregat yang memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Spesifikasi ini mendefinisikan persyaratan untuk gradasi dan mutu agregat halus
dan kasar untuk digunakan dalam beton. (ASTM C33).
Agregat halus harus terdiri dari pasir alam, pasir diproduksi, atau kombinasi
keduanya. Agregat halus harus bebas dari jumlah merugikan dari kotoran organik.
Agregat halus untuk digunakan dalam beton yang akan dikenakan pembasahan,
paparan diperluas ke atmosfer lembab, atau kontak dengan tanah lembab tidak
boleh berisi materi yang deleteriously reaktif dengan alkali di dalam semen dalam
jumlah cukup untuk menyebabkan ekspansi berlebihan mortar atau beton. Agregat
Fine dikenakan lima siklus tes kesehatan akan mengalami kerugian rata-rata
tertimbang yang diperlukan.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS FAJAR MAKASSAR I
LAPORAN LABORATORIUM STUKTUR DAN BAHAN
Agregat kasar harus terdiri dari kerikil, kerikil dilumatkan, batu pecah, ledakan
udara didinginkan terak tungku, atau dihancurkan hidrolik-semen beton, atau
kombinasi keduanya. Pengambilan sampel dan metode uji harus dilakukan dengan
grading dan uji modulus kehalusan, pengujian kotoran organik, pengaruh kotoran
organik pada uji kekuatan, uji kesehatan, gumpalan tanah liat dan rapuh uji
partikel, batubara dan lignit uji, kerapatan curah dari terak uji, gosok agregat
kasar, uji agregat reaktif, tes pembekuan dan pencairan. (ASTM C33/C33M).
b. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan berat aggregat kasar dalam satu satuan volume (kubikasi)
dalam dua kondisi yaitu kondisi gembur dan padat.
d. Prosedur Percobaan
1. Umum
a) Ambil contoh pasir sebanyak minimal 1 ½ kali kapasitas wadah bohler
dengan cara perempatan
b) Contoh pasir dikereingkan dalam oven selama + 24 jam
c) Keluarkan benda uji dari dalam oven, biarkan sejenak hingga dingin.
2. Kondisi gembur
a) Timbang dan catat berat wadah bohler dalam kondisi kosong (A)
Ujung tongkat pemadat harus masuk tepat pada bagian bawah dari masing-
masing lapisan.
e. Analisa Perhitungan :
C
Berat volume =
D
f. Hasil Pengamatan
g. Kesimpulan
Dari hasil percoban berat volume agregat kasar diperoleh berat volume dalam
kondisi gembur 1,41 dan dalam kondisi padat 1,65 yang tidak memenuhi syarat
sebagai material penyusun beton ( 1,6 - 1,9 kg/liter ).
h. Dokumentasi