Anda di halaman 1dari 70

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

BAB I
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT

1.1 Tujuan Percobaan


Untuk menentukan berat / volume agregat halus dan agregat kasar
pada beton sebagai perbandingan antara berat material kering dengan
volume beton. Cara ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian
beton, untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan
jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari
agregat kasar.

1.2 Dasar Teori


Agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil) merupakan bahan
pengisi. Agregat yang baik adalah agregat yang tidak bereaksi kimia dengan
unsur semen. Agregat halus adalah pasir alami sebagai hasil desintegrasi
secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu
dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm, sedangkan agregat kasar
mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm.
Standar Nasional Indonesia SNI 03-2834-2000 menguraikan
pemeriksaan agregat untuk dapat digunakan sebagai unsur pokok
pembuatan beton. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat ( 2200
– 2500 ) kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah.
Agregat yang dapat dipakai harus memenuhi syarat SNI 03-2834-2000
tentang mutu dan cara uji agregat beton. Adapun syarat yang digunakan
dalam pembuatan beton adalah sebagai berikut:
1. Keawetan beton
2. Kuat tekan
3. Ekonomis

Universitas Islam Sultan Agung 1


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

1.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1) Timbangan digital dengan ketelitian 1 gram
2) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang terbuat
dari baja,
3) Sekop atau sendok semen,
4) Kubus dari baja dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm,
5) Silinder dari baja dengan diameter 15 cm, tinggi 30 cm.

Gambar 1.1 Timbangan Digital

Gambar 1.2 Tongkat Pemadat

Gambar 1.3 Sekop

Universitas Islam Sultan Agung 2


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Gambar 1.4 Cetakan


b. Bahan
1) Agregat halus (pasir)
2) Agregat kasar (kerikil).

Gambar 1.5 Pasir

Gambar 1.6 Kerikil

1.4 Cara Kerja


Masukkan benda uji kedalam kubus dan silinder hingga penuh
menggunakan sekop atau sendok semen. Berikut tahapan pengerjaannya :
1.4.1 Pemeriksaan Berat Volume Agregat dengan Cara Lepas
a. Menimbang dan mencatat berat kubus dan silinder (W1),

Universitas Islam Sultan Agung 3


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Gambar 1.7 Menimbang Cetakan


b. Masukkan benda uji ke dalam kubus dan silinder dengan hati
hati menggunakan sekop sampai penuh,

Gambar 1.8 Memasukkan Benda Uji ke Cetakan


c. Ratakan permukaan benda uji sampai rata,
d. Timbang silinder dan kubus yang sudah diisi benda uji (W2),

Gambar 1.9 Menimbang Cetakan Dengan Benda Uji

Universitas Islam Sultan Agung 4


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

e. Hitung berat benda uji (W3) dengan persamaan :

W3 = W2 - W1

Keterangan : W1 = Berat kubus (kg)


W2 = Berat kubus atau silinder + agregat (kg)
W3 = Berat agregat (kg)

1.4.2 Pemeriksaan Berat Volume Agregat dengan Cara Pemadatan


a. Berat kubus dan silinder harus di timbang (W1).
b. Wadah diisi dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal
(1/3 bagian), setiap lapis di padatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali secara merata. Pada pemadatan tongkat harus
tetap masuk sampai bagian dasar di tiap lapisan.

Gambar 1.10 Memadatkan Benda Uji pada Cetakan


c. Permukaan wadah di ratakan sampai benar-benar rata.
d. Timbang kubus dan silinder yang telah diisi benda uji (W2).
e. Menghitung berat benda uji (W3) dengan persamaan :

W3 = W2 – W1

Keterangan : W1 = Berat kubus (kg)


W2 = Berat kubus atau silinder + agregat
(kg)
W3 = Berat volum agregat (kg)

Universitas Islam Sultan Agung 5


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

1.5 Data yang Diperoleh


1.5.1 Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir)
Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus dengan Cara Lepas
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Berat Berat Wadah Berat Berat Volume
Kode
No Wadah (kg) + Agregat (kg) Agregat (kg) Agregat (kg/m3)
Wadah
(W1) (W2) (W3) W3 / V Wadah
1. Kubus A 14,04 19,88 5,84 1730,370
2. Silinder A 12,26 20,90 8,64 1630,496
 Cetakan kubus dengan ukuran (15 x 15 x 15) cm
 Cetakan silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm

Tabel 1.2 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus dengan Cara Pemadatan


Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Berat Berat Wadah + Berat Berat Volume
Kode
No Wadah (kg) Agregat (kg) Agregat (kg) Agregat (kg/m3)
Wadah
(W1) (W2) (W3) W3 / V Wadah
1. Kubus B 14,52 20,70 6,18 1831,111
2. Silinder B 10,82 20,86 10,04 1894,697
 Cetakan kubus dengan ukuran (15 x 15 x 15) cm.
 Cetakan silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm

Universitas Islam Sultan Agung 6


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

1.5.2 Pemeriksaan Agregat Kasar (Kerikil)


Tabel 1.3 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar dengan Cara Lepas
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Berat Berat Wadah + Berat Berat Volume
Kode
No Wadah (kg) Agregat (kg) Agregat (kg) Agregat (kg/m3)
Wadah
(W1) (W2) (W3) W3 / V Wadah
1. Kubus A 14,54 19,22 4,68 1389,6915
2. Silinder A 10,40 17,78 7,38 1392,716
 Cetakan kubus dengan ukuran (15 x 15 x 15) cm.
 Cetakan silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Tabel 1.4 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar dengan Cara Pemadatan

Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Berat Berat Wadah Berat Berat Volume
Kode
No Wadah + Agregat Agregat Agregat (kg/m3)
Wadah
(kg)(W1) (kg)(W2) (kg)(W3) W3 / V Wadah
1. Kubus B 13,54 18,92 5,38 1594,074
2. Silinder B 10,98 19.00 8,02 1513,493
 Cetakan kubus dengan ukuran (15 x 15 x 15) cm.
 Cetakan silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Universitas Islam Sultan Agung 7


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

1.6 Analisa Data Pengujian


1.6.1 Dengan Cara Lepas
a. Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir)
1) Kubus A

W3 = W2 – W1 (kg)
Volume Kubus =SxSxS (m³)
W3
Berat Volume Agregat = (kg/m³)
V

Keterangan:
V = Volume Kubus (m3)
S = Sisi Kubus (m)
W1 = Berat Kubus (kg)
W2 = Berat Kubus + agregat (kg)
W3 = Berat Agregat (kg)
W3
= Berat Volume Agregat(kg/m³)
V

 Sisi Kubus (S) = 15 cm = 0,15 m


 Volume Kubus (V) =SxSxS
= 0,15 x 0,15 x 0,15
= 0,003375 m3
 Berat Kubus (W1) = 14,04 kg
 Berat Kubus + Agregat (W2) = 19,88 kg
 Berat Agregat (W3) = W2 – W1
= 19,88 – 14,04
= 5,84 kg
W3
 Berat Volume Agregat =
V

Universitas Islam Sultan Agung 8


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

5,84 kg
=
0 , 003375 m3
= 1730,370 kg/m³

2) Silinder A

W3 = W2 – W1 (kg)
W3
Berat Volume Agregat = (kg/m³)
V
1
Volume Silinder = 4 π d2x t (m³)

Keterangan:
V = Volume Silinder (m3)
d = Diameter Silinder (m)
t = Tinggi Silinder (m)
W1 = Berat Silinder (kg)
W2 = Berat Silinder + Berat Agregat (kg)
W3 = Berat Agregat (kg)
W3
= Berat Volume Agregat (kg/m³)
V

 Diameter Silinder (d) = 15 cm = 0,15 m


 Tinggi Silinder (t) = 30 cm = 0,3 m
1 2
 Volume Silinder (V) = πd xt
4
1
= x 3,14 x
4
0,152x0,3
= 0,00529875 m3
 Berat Silinder (W1) = 12,26 kg
 Berat Silinder + Agregat (W2) = 20,90 kg
 Berat Agregat (W3) = W2 – W1
= 20,90 – 12,26

Universitas Islam Sultan Agung 9


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

= 8,64 kg
W3
 Berat Volume Agregat =
V
8,64 kg
=
0 , 00529875m 3
= 1630,496 kg/m3

b. Pemeriksaan Agregat Kasar (Kerikil)


1) Kubus A

W3 = W2 – W1 (kg)
Volume Kubus =SxSxS (m³)
W3
Berat Volume Agregat = (kg/m³)
V

Keterangan:
V = Volume Kubus (m3)
S = Sisi Kubus (m)
W1 = Berat Kubus (kg)
W2 = Berat Kubus + Agregat (kg)
W3 = Berat Agregat (kg)
W3
= Berat Volume Agregat (kg/m³)
V

 Sisi Kubus (S) = 15 cm = 0,15 m


 Volume Kubus (V) =SxSxS
= 15 x 15 x 15
= 0,003375 m3
 Berat Kubus (W1) = 14,54 kg
 Berat Kubus + Agregat (W2) = 19,22 kg
 Berat Agregat (W3) = W2 – W1
= 19,22 – 14,54

Universitas Islam Sultan Agung 10


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

= 4,68 kg
W3
 Berat Volume Agregat =
V
4,68 kg
=
0 , 003375 m3
= 1386,667 kg/m³`

2) Silinder A

W3 = W2 – W1 (kg)
W3
Berat Volume Agregat = (kg/m³)
V
1
Volume Silinder = π d2 x t (m³)
4
Keterangan:
V = Volume Silinder (m3)
d = Diameter Silinder (m)
t = Tinggi Silinder (m)
W1 = Berat Silinder (kg)
W2 = Berat Silinder + Berat Agregat (kg)
W3 = Berat Agregat (kg)
W3
= Berat Volume Agregat (kg/m³)
V

 Diameter Silinder (d) = 15 cm = 0,15 m


 Tinggi Silinder (t) = 30 cm = 0,30 m
1
 Volume Silinder (V) = π d2 x t
4
1
= x 3,14 x 0,152 x
4
0,3
= 0,00529875 m3

Universitas Islam Sultan Agung 11


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

 Berat Silinder (W1) = 10,40 kg


 Berat Silinder + Agregat (W2) = 17,78 kg
 Berat Agregat (W3) = W2 – W1
= 17,78 – 10,40
= 7,38 kg
W3
 Berat Volume Agregat =
V
7,38 kg
= 3
0 , 00529875m
= 1392,716 kg/m3

1.6.2 Dengan Cara Pemadatan


a. Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir)
1) Kubus B

W3 = W2 –W1 (kg)
Volume Kubus =SxSxS (m³)
W3
Berat Volume Agregat = (kg/m³)
V

Keterangan:
V = Volume Kubus (m3)
S = Sisi Kubus (m)
W1 = Berat Kubus (kg)
W2 = Berat Kubus + Agregat (kg)
W3 = Berat Agregat (kg)
W3
= Berat Volume Agregat (kg/m³)
V

 Sisi Kubus (s) = 15 cm = 0,15 m


 Volume Kubus (V) =SxSxS
= 0,15 x 0,15 x 0,15
= 0,003375 m3

Universitas Islam Sultan Agung 12


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

 Berat Kubus (W1) = 14,52 kg


 Berat Kubus + Agregat (W2) = 20,70 kg
 Berat Agregat (W3) = W2 – W1
= 20,70 – 14,52
= 6,18 kg
W3
 Berat Volume Agregat =
V
6,18 kg
= 3
0,003375 m
= 1831,111 kg/m³

2) Silinder B

W3 = W2 – W1 (kg)
W3
Berat Volume Agregat = (kg/m³)
V
1
Volume Silinder = π d 2x t (m³)
4
Keterangan:
V = Volume Silinder (m3)
d = Diameter Silinder (m)
t = Tinggi Silinder (m)
W1 = Berat Silinder (kg)
W2 = Berat Silinder + Berat Agregat (kg)
W3 = Berat Agregat (kg)
W3
= Berat Volume Agregat (kg/m³)
V

 Diameter Silinder (d) = 15 cm = 0,15 m


 Tinggi Silinder (t) = 30 cm = 0,30 m

Universitas Islam Sultan Agung 13


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

1
 Volume Silinder(V) = π d 2x t
4
1
= x 3,14 x 0,152 x
4
0,3
= 0,00529875 m3
 Berat Silinder (W1) = 10,82 kg
 Berat Silinder + Agregat (W2) = 20,86 kg
 Berat Agregat (W3) = W2 – W1
= 20,86 – 10,82
= 10,04 kg
W3
 Berat Volume Agregat =
V
10,04 kg
=
0 , 00529875m 3
= 1894,697 kg/m3
b. Pemeriksaan Agregat Kasar (Kerikil)
1) Kubus B

W3 = W2 – W1 (kg)
Volume Kubus =SxSxS (m³)
W3
Berat Volume Agregat = (kg/m³)
V

Keterangan:
V = Volume Kubus (m3)
S = Sisi Kubus (m)
W1 = Berat Kubus (kg)
W2 = Berat Kubus + Agregat (kg)
W3 = Berat Agregat (kg)
W3
= Berat Volume Agregat (kg/m³)
V

Universitas Islam Sultan Agung 14


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

 Sisi Kubus (S) = 15 m = 0,15 m


 Volume Kubus (V) =SxSxS
= 0,15 x 0,15 x 0,15
= 0,003375 m3
 Berat Kubus (W1) = 13,54 kg
 Berat Kubus + agregat (W2) = 18,92 kg
 Berat Agregat (W3) = W2 – W1
= 18,92 – 13,54
= 5,38 kg
W3
 Berat Volume Agregat =
V
5,38 kg
= 3
0,003375 m
= 1594,074 kg/m³

2) Silinder B

W3 = W2 – W1 (kg)
W3
Berat Volume Agregat = (kg/m³)
V
1 2
Volume Silinder = πd xt (m³)
4

Keterangan :
V = Volume Silinder (m3)
d = Diameter Silinder (m)
t = Tinggi Silinder (m)
W1 = Berat Silinder (kg)
W2 = Berat Silinder + Agregat (kg)
W3 = Berat Agregat (kg)

Universitas Islam Sultan Agung 15


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

W3
= Berat Volume Agregat (kg/m³)
V

 Diameter Silinder (d) = 15 cm = 0,15 m


 Tinggi Silinder (t) = 30 cm = 0,30 m
1 2
 Volume Silinder (V) = π xt
4 d
1
= x 3,14 x 0,152
4
x0,3
= 0,00529875 m3
 Berat Silinder (W1) = 10,98 kg
 Berat Silinder + Agregat (W2) = 19.00 kg
 Berat Agregat (W3) = W2 – W1
= 19,00 – 10,98
= 8,02 kg
W3
 Berat Volume Agregat =
V
8,02 kg
=
0 , 00529875m 3
= 1513,493 kg/m3
1.7 Kesimpulan
a. Berat volume rata-rata dari agregat halus (pasir) adalah :
 Dengan menggunakan cara lepas
1730,370 kg/m3+ 1630,496 kg/m 3
( ) = 1680,433 kg/m³
2
 Dengan memakai cara pemadatan
1831,111kg /m3+1 894,697 kg /m3
( ) = 1862,904 kg/m³
2
 Rata-rata agregat halus
1680,433 kg /m3+1 862,904 kg /m3
( ) = 1771,6685 kg/m³
2

Universitas Islam Sultan Agung 16


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

b. Berat volume rata-rata dari agregat kasar (kerikil) adalah:


 Dengan menggunakan cara lepas
1386,667 kg/m 3+1392,716 kg/m 3
( ) = 1389,6915 kg/m³
2
 Dengan memakai cara pemadatan
1594 , 074 kg /m3+1 513,493 kg/m 3
( ) = 1553,7835 kg/m³
2
 Rata-rata agregat kasar
1389,6915 kg/m3+ 1553 ,7835 kg /m3
( ) = 1471,7375 kg/m³
2
Berdasarkan “Standar Nasional Indonesia, 2000”, Berat satuan agregat
rata-rata adalah sebagai berikut (SNI 03-2834-2000):
 Berat volume rata-rata agregat halus adalah > 1517,085 kg/m³
 Berat volume rata-rata agregat kasar adalah > 1460,425 kg/m³
Dari data-data di atas hasil pengujian berat volume rata-rata untuk
agregat halus (pasir) lebih besar dari satuan yang telah ditetapkan oleh SNI
03-2834-2000. Dan agregat kasar (kerikil) adalah lebih besar dari satuan
yang telah ditetapkan oleh SNI 03-2834-2000.

1.8 Saran
Saran yang dapat diberikan pada pelaksanaan pemeriksaan berat
volume agregat yaitu sebagai berikut:
a. Percobaan yang dilakukan sebaiknya mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dalam SNI.
b. Menggunakan alat dan bahan dalam kondisi baik sesuai ketentuan yang
ada.

Universitas Islam Sultan Agung 17


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

c. Lebih teliti saat memadatkan (menusuk) benda uji.

BAB II
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT

2.1 Tujuan Percobaan


Untuk mencari kadar prosentase lumpur dalam agregat halus atau
pasir, kandungan lumpur harus kurang dari 5 % dan Untuk mencari kadar
prosentase lumpur dalam agregat kasar atau kerikil, kandungan lumpur

Universitas Islam Sultan Agung 18


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

harus kurang dari 1 % itu adalah syarat agregat kasar untuk pembuatan
beton.

2.2 Dasar Teori


Lumpur tidak diizinkan dalam jumlah banyak, ada kecenderungan
meningkatnya pemakaian air dalam campuran beton, jika ada bahan-bahan
itu tidak dapat menyatu dengan semen sehingga menghalangi penggabungan
antara semen dan agregat serta mengurangi kekuatan tekan beton.
Kandungan lumpur agregat halus kurang dari 5% merupakan
ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus atau pasir untuk
pembuatan sebuah beton. Jika kadar lumpur yang didapat lebih dari
prosentase yang telah ditetapkan oleh “Standart Nasional Indonesia (SNI
03-6821-2002)” agregat halus (pasir) dapat merusak kuat tekan beton.
Untuk mencari kadar prosentase lumpur dalam agregat kasar atau kerikil,
kandungan lumpur harus kurang dari 1 % itu adalah syarat agregat halus
untuk pembuatan beton.

Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir
serta kekerasan yang sebagai mana telah tercantum dalam Standart Nasional
Indonesia (SNI 03-6821-2002) tentang Metode Uji Kadar Bahan Agregat.

2.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1) Gelas ukur
2) Cawan
3) Oven dengan suhu (110 ± 5) ºC
4) Timbangan dengan ketelitian 0,1 %

Universitas Islam Sultan Agung 19


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Gambar 2.1 Gelas Ukur

Gambar 2.2 Cawan

Gambar 2.3 Oven

Gambar 2.4 Timbangan

b. Bahan

Universitas Islam Sultan Agung 20


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

1) Pasir alam sebagai hasil disintegrasi ”alami” batuan atau pasir


yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm,
2) Air bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang
mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau bahan-
bahan lain yang merugikan terhadap beton.

2.4 Cara Kerja


2.6.1 Cara Endapan
a. Contoh benda uji dimasukkan kedalam gelas ukur,
b. Tambahkan air kedalam gelas ukur guna melarutkan lumpur,
c. Gelas ukur dikocok hingga merata atau sampai heterogen,
d. Simpan gelas ukur pada tempat datar dan endapkan selama 24
jam,

Gambar 2.5 Pengukuran Kadar Lumpur Dengan Cara Endapan

e. Ukur volume pasir (V1) dan volume lumpur (V2),

Universitas Islam Sultan Agung 21


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

f. Sehingga didapatkan persamaan untuk kadar lumpur :

V2
x 100 %
V 1+V 2

Keterangan :
V1 = Volume Pasir (ml)
V2 = Volume Lumpur (ml)

2.6.2 Cara Cucian


a. Timbang berat cawan (a),
b. Timbang berat cawan dan benda uji dalam keadaan kering (b),
c. Masukkan benda uji ke dalam cawan dan dicuci beberapa kali
hingga airnya bersih,
d. Timbang berat cawan dan berat benda uji setelah dicuci,
e. Benda uji dikeringkan dalam oven selama 24 jam,
f. Keluarkan benda uji dari oven setelah di oven (c),
g. Sehingga mendapatkan persamaan kadar lumpur :

b−c
x 100 %
c−a

Keterangan :
a = Berat Cawan (gram)
b = Berat Cawan + Agregat sebelum di cuci (gram)
c = Berat Cawan + Agregat setelah di oven (gram)

Universitas Islam Sultan Agung 22


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

2.5 Data yang Diperoleh


2.5.1 Endapan
Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
( Pasir ) dengan Cara Endapan
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Percobaan Volume Pasir (V1) Volume Lumpur (V2)
I 300 ml 10 ml
II 300 ml 20 ml

2.5.2 Cucian
Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
(Kerikil) dengan Cara Cucian
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Berat Cawan + Berat Cawan +
Berat Cawan
Percobaan Agregat sebelum Agregat setelah di
(a)
dicuci (b) oven (c)
I 45 gr 545 gr 540 gr
II 45 gr 545 gr 540 gr

2.6 Analisa Data Percobaan


2.6.1 Cara Endapan Agregat Halus

V2
Kadar Lumpur (%) = x 100%
V 1+V 2

Kadar Lumpur Rata-Rata (%) =


Kadar Lumpur I + Kadar Lumpur II
a. Percobaan I 2

 Volume pasir (V1) =300 ml


 Volume lumpur (V2) =10 ml

Universitas Islam Sultan Agung 23


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

V2
 Kadar lumpur I = x 100%
V 1+V 2
10
= x 100%
300+10
= 3,23 %
b. Percobaan II
 Volume pasir (V1) = 300 ml.
 Volume lumpur (V2) = 20 ml.
V2
 Kadar lumpurII = x 100%
V 1+V 2
20
= x 100 %
300+20
= 6,25 %
c. Kadar Lumpur Rata-rata
 Kadar lumpur I = 1,01 %
 Kadar lumpur II = 1,01 %
kadar lumpur I +kadar lumpur II
 Kadar lumpur rata2 =
2
1,01% +1,01 %
= = 1,01 %
2

2.6.2 Cara Cucian

b−c
Kadar Lumpur (%) = x 100 %
b−a

Kadar lumpur I + Kadar lumpur II


Kadar Lumpur rata2 (%) =
2

Agregat Halus

a. Percobaan I
 Berat cawan (a) = 45 gr

Universitas Islam Sultan Agung 24


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

 Berat cawan + agregat sebelum dicuci (b) = 545 gr


 Berat cawan + agregat setelah dicuci (c) = 560 gr

b−c
 Kadar lumpur I = x 100 %
b−a
=
545−560
x 100 %
545−45
= 1,01 %

b. Percobaan II
 Berat cawan (a) = 45 gr
 Berat cawan + agregat sebelum dicuci (b) = 545 gr
 Berat cawan + agregat setelah dicuci (c) = 560 gr
b−c
 Kadar lumpur I = x 100 %
b−a
545−560
= x100%
545−45
= 1,01 %

c. Kadar Lumpur Rata-rata


 Kadar lumpur I = 1,01 %
 Kadar lumpur II = 1,01 %
kadar lumpur I +kadar lumpur II
 Kadar lumpur rata2 =
2
1,01% +1,01 %
=
2
= 1,01 %

2.7 Tabel Hasil Kadar Lumpur


Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Kadar Lumpur Agregar Halus ( Pasir )
dengan Cara Endapan

Universitas Islam Sultan Agung 25


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Volume Kadar
Volume Kadar Lumpur
Percobaan Lumpur Lumpur
Pasir (V1) Rata – rata (%)
(V2) (%)
I 300 ml 10 ml 3,23 %
4,74 %
II 300 ml 20 ml 6,25 %
Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Kadar Lumpur Agregat Kasar ( Krikil )
dengan Cara Cucian
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
Berat Cawan Berat Cawan
Berat Kadar Kadar Lumpur
+ Agregat + Agregat
Percobaan Cawan Lumpur Rata – rata
Sebelum dicuci sesudah
(a) (%) (%)
(b) dicuci (c)
I 45 gr 545 gr 560 gr 1,01 %
1,01 %
II 45 gr 545 gr 560 gr 1,01 %

2.8 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan di atas didapatkan :
 Kadar lumpur agregat halus rata–rata dengan cara endapan 4,74 %
 Kadar lumpur agregat kasar rata-rata dengan cara cucian 1,01 %
 Kadar Lumpur Agregat rata-rata 2,875 %

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Peresentase Rata-Rata Dengan Cara


Endapan dan dengan Cara Cucian
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang
No. Percobaan Cara Presentase Kadar Rata-rata
Lumpur
Rata -

Universitas Islam Sultan Agung 26


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

rata
`1 `Uji I Endapan 3,23 %
4,74 %
2 Uji II Endapan 6,25 %
2,875 %
3 Uji III Cucian 1,01 %
1,01 %
4 Uji IV Cucian 1,01 %

Dari rata-rata hasil pemeriksaan kadar lumpur agregat halus (pasir)


dengan cara endapan adalah 4,74 % < 5 %. Dan rata-rata pemeriksaan kadar
lumpur agregat kasar ( krikil ) dengan cara cucian adalah 1,01 % > 1 %.
Rata-rata hasil pemeriksaan kadar lumpur agregat halus dengan cara
endapan dan agregat kasar dengan cara cucian adalah 2,875 % < 5 %. kadar
lumpur agregat halus ( pasir ) tidak melebihi ketentuan standart yang telah
ditetapkan, sehingga agregat ini dapat digunakan untuk campuran beton,
namun kadar lumpur agregat kasar ( krikil ) melebihi ketentuan yang
ditetapkan sehingga tidak dapat digunakan untuk campuran beton ketentuan
ini sesuai dengan standart yang telah ditetapkan dalan Standart Nasional
Indonesia ( SNI 03-6821-2002 ).

2.9 Saran
Saran yang dapat diberikan pada pelaksanaan pemeriksaan kadar
lumpurdala agregat halus dan kasar yaitu sebagai berikut:
a. Percobaan yang dilakukan sebaiknya mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dalam SNI.
b. Menggunakan alat dan bahan dalam kondisi baik sesuai ketentuan yang
ada.

Universitas Islam Sultan Agung 27


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

BAB III
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

3.1 Tujuan Percobaan


Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka persentase dari
kadar air yang dikandung oleh agregat. Hasil pengujian kadar air agregat
dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan proporsi campuran dan
pengendalian mutu beton. Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan
antara berat air yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan
kering, dinyatakan dalam persen (%).

3.2 Dasar Teori


Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dalam keadaan kering dan dinyatakan dalam persen
(%). Di dalam campuran beton, air mempunyai dua buah fungsi. Yang
pertama untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan
pengikatan dan berlangsungnya pengerasan. Yang kedua adalah sebagai
pelumas campuran kerikil, pasir dan semen agar dapat ditempatkan dalam
cetakan dan sesuai dengan rencana. Air dalam campuran beton terdiri
atas :
1.      Air yang terserap didalam agregat
2.      Air yang berada pada permukaan agregat
3.      Air yang di tambah dalam proses pencampuran

Universitas Islam Sultan Agung 28


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Sangatlah sulit untuk mencapai agregat dalam keadaan SSD


(saturated surface dry) dilapangan yaitu kondisi dari partikel agregat atau
padat berpori lainnya ketika void permeable diisi dengan air tetapi terkena
permukaan kering sehingga perlu mengkonversikan keadaan yang
sebenarnya dari agregat dilapangan menjadi keadaan SSD, yaitu dengan
mengetahui kadar air kapasitas absorpsi dari agregat yang diukur. Kadar
air bebas dihitung dari total kadar air dikurangi kapasitas absorpsi. Dapat
disimpulkan bahwa kadar air yang terkandung dalam agregat dapat
mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran. Salah satu
sifat yang mempengaruhi besarnya air yang terdapat dalam agregat adalah
porositas berabsorpsi.
Sesuai dengan standar, pengukuran kadar air agregat halus dan kasar
dalam keadaan SSD maupun keadaan asli dilakukan dengan cara
sederhana yaitu dengan menimbang agregat yang masih mengandung
kadar air, lalu mengkeringkannya dalam oven selama 24 jam ditimbang
lagi sebagai berat kering dan di hitung besarnya kadar air dari agregat
tersebut. Sedangkan untuk pengukuran kadar air beton telah di
standarisasikan pula dalam SNI 1969:2008 tentang “Cara Uji Berat Jenis
dan Penyerapan Air agragat Halus dan Kasar”.

3.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1) Timbangan dengan ketelitian 1 gr,
2) Cawan logam tahan karat dengan kapasitas yang cukup besar untuk
wadah atau tempat benda uji di dalam oven,

Universitas Islam Sultan Agung 29


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

3) Oven yang suhunya dapat diatur hingga mencapai suhu (110 ± 5)

ºC.
Gambar 3.1 Timbangan

Gambar 3.2 Cawan Logam

Gambar 3.3 Oven

b. Bahan
1) Agregat halus atau pasir.
2) Agregat kasar atau kerikil.

3.4 Cara Kerja


a. Timbang berat cawan lalu catat hasilnya (a),

Universitas Islam Sultan Agung 30


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Gambar 3.4 Menimbang Cawan


b. Masukkan benda uji ke dalam cawan, timbang berat cawan dan benda uji
(b),

Gambar 3.5 Menimbang Benda Uji


c. Benda uji yang berada di dalam cawan dimasukkan oven dan dikeringkan
selama 24 jam,

Gambar 3.6 Memasukkan Benda Uji Ke Dalam Oven


d. Keluarkan dan timbang berat cawan yang sudah di oven selama 24 jam
(c),

Universitas Islam Sultan Agung 31


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Gambar 3.7 Mengeluarkan Benda Uji


e. Hitung kadar air dan kadar air rata-rata pada tiap percobaan benda uji,
sehingga mendapatkan persamaan sebagai berikut :

b−c
x 100 %
c−a

Keterangan : a = berat cawan (gr)


b = berat cawan + agregat sebelum dioven (gr)
c = berat cawan + agregat setelah dioven (gr)

3.5 Data yang Diperoleh


Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus ( Pasir )
Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang

Percobaan Berat Cawan Berat Cawan + Agregat Berat Cawan +


(gram) Sebelum Dioven (gram) Agregat Setelah Dioven
(b) (gram)
(a)

Universitas Islam Sultan Agung 32


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

(c)

I 45 545 540

II 50 550 545

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar ( Kerikil )


Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang

Berat Cawan +
Berat Cawan Berat Cawan + Agregat
Agregat Setelah Dioven
Percobaan (gram) Sebelum Dioven (gram)
(gram)
(a) (b)
(c)

I 45 590 580

II 45 545 580

3.6 Analisa Data Pengujian


a. Pemeriksaan Agregat Halus ( Pasir )

b−c
Kadar air = x 100 % (%)
c−a
kadarairI + kadarairII
Kadar air rata-rata = (%)
2

1) Percobaan I
 Berat cawan (a) = 45gr
 Berat cawan + agregat sebelum dioven (b) = 540 gr
 Berat cawan + agregat setelah dioven (c) = 550 gr
b−c
 Kadar air I = x 100%
c−a

Universitas Islam Sultan Agung 33


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

54 0−5 50
= x
550−45
100%
=1,01 %

2) Percobaan II
 Berat cawan (a) = 50 gr
 Berat cawan + agregat sebelum dioven (b) = 550 gr
 Berat cawan + agregat setelah dioven (c) = 545 gr
b−c
 Kadar air I = x 100%
c−a
550−54 5
= x
5 45−50
100%
= 1,01 %

3) Kadar air rata-rata


 Kadar air I = 1,01 %
 Kadar air II = 1,01 %
kadar air I + kadar air II
 Kadar air rata-rata =
2
1,01% +1 , 01%
=
2
= 1,01 %

Tabel 3.3 Hasil Penghitungan Kadar Air Agregat Halus ( Pasir )

Universitas Islam Sultan Agung 34


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang

Berat Cawan + Berat Cawan +


Berat Cawan Agregat Agregat Kadar
Kadar
(gram) Sebelum Setelah Air Rata-
Percobaan Air
Dioven (gram) Dioven(gram) rata
(a) (%)
(%)
(b) (c)

I 45 545 540 1,01


1,01
II 50 550 545 1,01

b. Pemeriksaan Agregat Kasar ( Kerikil )

b−c
Kadar air = x100%
c−a
kadar air I + kadar air II
Kadar air rata-rata =
2
1) Percobaan I
 Berat cawan (a) = 45 gr
 Berat cawan + agregat sebelum dioven (b) = 590 gr
 Berat cawan + agregat setelah dioven (c) = 580 gr
b−c
 Kadar air I = x 100%
c−a
5 90−5 80
= x
580−4 5
100% = 1,
%
2) Percobaan II
 Berat cawan (a) = 45 gr
 Berat cawan + agregat sebelum dioven (b) = 590 gr
 Berat cawan + agregat setelah dioven (c) = 580 gr

Universitas Islam Sultan Agung 35


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

b−c
 Kadar air II = x 100%
c−a
5 90−5 80
= x
5 80−4 5
100% =
1,83 %
3) Kadar air rata-rata
 Kadar air I = 1,83 %
 Kadar air II = 1,83 %
kadar air I + kadar air II
 Kadar air rata-rata =
2
1, 83 % +1 ,83 %
=
2
= 1,83 %

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Kadar Air Agregat Kasar ( Kerikil )


Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang

Berat Berat Cawan + Berat Cawan


Cawan Agregat + Agregat Kadar Kadar Air
Percobaan Sebelum Setelah Dioven Air Rata-rata
(gram) Dioven (gram) (gram) (%) (%)
(a) (b) (c)

I 45 590 580 1,83


1,83
II 45 590 580 1,83

Dari hasil contoh analisa data perhitungan, diperoleh :


 Kadar air rata-rata untuk agregat halus (pasir) adalah :

Universitas Islam Sultan Agung 36


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

1, 01 %+ 1, 01 %
= = 1,01 %
2
 Kadar air rata-rata untuk agregat kasar (kerikil) adalah
1, 83 % +1 ,83 %
= = 1,83 %
2

3.7 Kesimpulan
Agregat Nilai Kadar Air Kesimpulan

Agregat Halus 1,01 % 0 % < 1,01 % < 4,00 %

Agregat Kasar 1,83 % 1,2 % < 1,83 % < 4,00 %

Dari rata-rata hasil pemeriksaan kadar air agregat halus ( pasir )


dengan cara di oven adalah 0 % < 0,2 % < 4,00 %, sehingga agregat halus
tidak dapat digunakan sebagai bahan campuran beton karena kadar air
kurang dari 0,2 %. Dan rata-rata pemeriksaan kadar air agregat kasar
( kerikil ) dengan cara di oven adalah 0,2 % < 1 % < 4,00 %, sehingga
agregat kasar ( kerikil ) dapat digunakan sebagai bahan campuran beton
menurut SNI 1969:2008 tentang“Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Halus dan Kasar”.

3.8 Saran
Agar kadar air yang terkandung dalam agregat halus sesuai dengan
syarat bahan bangunan, maka agregat halus perlu disimpan. Penyimpanan
agregat halus dilakukan pada ruangan tertutup maupun terbuka. Apabila
penyimpanannya dilakukan dalam ruangan terbuka, maka agregat halus
harus dilindungi dari air hujan yang dapat meningkatkan kadar air dalam
agregat.

Universitas Islam Sultan Agung 37


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

BAB IV
PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN

4.1 Tujuan Percobaan


Mengetahui pembagian butir gradasi agregat dari agregat halus dan
agregat kasar termasuk agregat campuran yang diperlukan dalam
perencanaan adukan beton, dengan menggunakan seperangkat sarigan yang
memiliki ukuran jaring-jaring tertentu dengan hasil pemeriksaan dinyatakan
dalam presentase material tertahan pada setiap saringan, presentase total dari
material yang lolos saringan, dan presentase total dari material yang tertahan
pada setiap saringan, serta indeks modulus kehalusan.

4.2 Dasar Teori


Agregat yaitu butiran yang berfungsi sebagai bahan pengisi campuran
beton. Agregat ini kira-kira berisi sebanyak 70% volume beton sehingga
hal ini sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Agregat berisi
material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku
pijar, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik dalam SNI 03-2834-
2002 Tentang “Tata Cara Perencanaan Rencana Campuran Beton
Normal”. Penggunaan agregat bertujuan untuk memberi kekerasan pada
beton yang dapat menahan beban, goresan dan cuaca, mengontrol

Universitas Islam Sultan Agung 38


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

workability, serta agar lebih ekonomis karena menghemat pemakaian


semen.
Agregat yang dipakai campuran beton dibedakan menjadi dua jenis
yaitu agregat halus dan agregat kasar. Berikut penjelasannya :
A. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari bebatuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat pemecah batu, mempunyai butiran sebesar 4,76 mm menurut
“Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran
dengan bahan dasar semen” (SNI 03-6820-2002) maka agregat halus
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Susunan butir agregat halus mempunyai kehalusan antara 2,0 - 3,0
2. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat
kekal. Yang berarti tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan
temperatur.
3. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh
garam. Jika dipakai natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10
% berat, sedangkan jika dipakai magnesium sulfat yang hancur
maksimum 15% berat.
4. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(terhadap berat kering). Jika kadar lumpur melebihi 5 % pasir harus
dicuci. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

B. Agregat Kasar
Agregat kasar biasa disebut kerikil sebagai hasil alami dari
batuan yang diperoleh dari industry pemecah batu. Sebagian besar
butirannya berukuran antara 4,7 mm sampai 150 mm. Agregat kasar
yang akan dicampurkan sebagai adukan beton harus mempunyai syarat

Universitas Islam Sultan Agung 39


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

mutu yang ditetapkan. Adapun persyaratan agregat kasar yang


digunakan dalam campuran beton menurut SNI 03-2847-2002 adalah
sebagai berikut :
1) Syarat fisik
 Harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori, yang
butiranya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butiran pipihnya
tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
 Kadar lemah bagian yang lemah jika iuji dengan goresan batang
tembaga maksimum 5%
 Kekerasan yang ditentukan dengan menggunakan bejana
Rudellof tidak boleh mengandung bagian hancur yang tembus
ayakan 2 mm lebih dari 16% berat,
 Bagian yang hancur bila diuji dengan menggunakan mesin Los
Angeles, tidak boleh lebih dari 27% berat,
 Kadar Lumpur, maksimal 1%,
 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak
beton.

2) Syarat kimia
 Kekekalan terhadap Na2SO4 bagian yang hancur, maksimum 12
% berat, dan kekekalan terhadap MgSO4 bagian yang hancur,
maksimum 18%.
 Kemampuan bereaksi terhadap alkali harus negative sehingga
tidak berbahaya. Pada beton mutu tinggi, kadar semen yang
dibutuhkan juga cukup tinggi. Keadaan ini menyebabkan
gradasi agregat relative tidak dipentingkan bila dibandingkan
dengan beton normal.

Tabel 4.1 Persyaratan Gradasi Agregat

No. Ukuran Saringan Agregat Halus Agregat Kasar

Universitas Islam Sultan Agung 40


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Min Max Min Max


Ø (mm)
(%) (%) (%) (%)

1. 24 - - 78 100

2. 19 - - 78 100

3. 12,5 - - 25 100

4. 9,5 100 100 0 85

5. 4,7 95 100 0 60

6. 2,38 80 100 0 0

7. 1,19 50 85 - -

8. 0,59 25 60 - -

9. 0,27 5 30 - -

10. 0,19 0 10 - -

11. 0,07 - - - -

12. Alas (0,0) 0 0 0 0

Sumber : ASTM C33

4.3 Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
1) Timbangan dari neraca dengan ketelitian 0,1 dari berat yang di uji.
2) Seperangkat saringan.
3) Alat pemisah atau sample spilter
4) Mesin penggetar saringan.
5) Kuas.
6) Sendok.

Universitas Islam Sultan Agung 41


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Gambar 4.1 Saringan

Gambar 4.2 Mesin Penggetar


b. Bahan
1) Agregat halus atau pasir = 1000 gram

Universitas Islam Sultan Agung 42


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

2) Agregat kasar atau kerikil = 1000 gram

4.4 Cara Kerja


a. Contoh benda uji dimasukkan dalam susunan saringan dimulai dari
ukuran saringan yang terbesar, saringan digetarkan dengan mesin
penggetar selama 15 menit,
b. Timbang dan catat hasil yang diperoleh dari percobaan
c. Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan pada masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji.

Gambar 4.3 Percobaan Analisa Saringan Menggunakan Mesin Penggetar

Universitas Islam Sultan Agung 43


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Gambar 4.4 Pencatatan Hasil Pecobaan Analisa Saringan

Gambar 4.5 Pencatatan Hasil Percobaan Analisa Saringan

4.5 Data yang Diperoleh


4.5.1. Data Pengukuran Massa Agregat Halus
Setelah melakukan penyaringan untuk agregat halus (pasir),
diperoleh data-data yang telah tercantum dalam tabel 4.2, berikut
tabel dari hasil penyaringan agregat halus (pasir) :

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Analisa Agregat Halus

Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi


Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)

Universitas Islam Sultan Agung 44


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Semarang

Presentase
Ukuran Berat Berat Berat Komulatif Persen
Agregat
No Saringan Cawan Cawan+Agregat Agregat Tertinggal Finer
Tertinggal

mm gram gram gram % % %

1. 9,5 55 65 10 1,18 1,18 98,82

2. 4,7 45 90 45 5,29 6,47 93,53

3. 2,38 45 65 20 2,35 8,82 91,18

4. 1,19 45 235 190 22,35 31,17 68,83

5. 0,59 50 315 265 31,18 62,35 37,65

6. 0,27 45 200 155 18,24 80,59 19,41

7. 0,15 45 210 165 19,41 100 0

8. PAN

JUMLAH 3,9058

 Berat agregat semula = 1000 gram


 Berat agregat setelah disaring = 850 gram
 Berat kehilangan = 150 gram

4.5.2. Perhitungan Analisa Saringan pada Agregat Halus (pasir)


A. Berat Kehilangan
Berat Semula−Berat setelah disaring
x 100%
Berat Semula

 Berat agregat semula = 1000 gram


 Berat agregat setelah disaring = 850 gram
1000 gr −850 gr
 Berat kehilangan = x 100 %
1000 gr
= 15%

Universitas Islam Sultan Agung 45


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

c
B. Prosentase Agregat Tertinggal = x 100%
∑c
10
1) Tertahan komulatif Ø 9,5 = x 100% = 1,176
850
%
45
2) Tertahan komulatif Ø 4,7 = x 100% = 5,294 %
850
20
3) Tertahan komulatif Ø 2,38 = x 100% = 2,352 %
850
190
4) Tertahan komulatif Ø 1,19 = x 100% = 22,352 %
850
265
5) Tertahan komulatif Ø 0,59 = x 100% = 31,176 %
850
155
6) Tertahan komulatif Ø 0,27 = x 100% = 18,235 %
850
165
7) Tertahan komulatif Ø 0,15 = x 100% = 19,411 %
850
0
8) Tertahan komulatif Ø (PAN) = x 100% = 0%
850
C. Komulatif Agregat Tertinggal
Lolos Saringan 9,5 = (1,18 + 5,29) % = 6,47%
Lolos Saringan 4,7 = (6,47 + 2,35) % = 8,82%
Lolos Saringan 2,38 = (8,82 + 22,35) % = 31,17%
Lolos Saringan 1,19 = (31,17 + 31,18) % = 62,35%
Lolos Saringan 0,59 = (62,35 + 18,24) % = 80,59%
Lolos Saringan 0,27 = (80,59 + 19,41) % = 100%
Lolos Saringan 0,15 = (100 + 0) % = 100%
Lolos Saringan PAN = (0 + 0) % = 0%

D. Present Finer

∑ c−e
f = x 100%
∑c
Keterangan : f = Present finer (%)
∑c = Jumlah total agregat setelah disaring (gr)

Universitas Islam Sultan Agung 46


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

E = Komulatif agregat tertinggal (gr)

850−1,18
1. Saringan Ø 9,5 = x100% = 99,86%
850
850−6,47
2. Saringan Ø 4,7 = x100% = 99,23%
850
8,50−8,82
3. Saringan Ø 2,38 = x100% = 98,96 %
850
850−31,17
4. Saringan Ø 1,19 = x100% = 96,30%
850
850−62,35
5. Saringan Ø 0,59 = x 100%= 92,66%
850
850−80,59
6. Saringan Ø 0,27 = x 100% = 99,93%
850
850−100
7. Saringan Ø 0,15 = x 100% = 88,23%
850
850−0
8. Saringan Ø PAN = x 100% = 0%
850

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Analisa Saringan pada Agregat Halus

SNI Prosentase
Berat Prosentase Komulatif Present
Ukuran Komulatif
Agregat Agregat Agregat Finer
No Saringan agregat
(c) tertinggal Tertinggal (f) Min Max
(mm) tertinggal
(gram) (d)(%) (e)(gram) (%) (%) (%) (%)

1. 9,5 55 1,8 1,18 98,86 100 100 6,47

2. 4,7 45 5,29 6,47 99,23 95 100 8,82

3. 2,38 45 2,35 8,82 98,96 80 100 31,17

4. 1,19 45 22,35 31,17 96,30 50 85 62,35

5. 0,59 50 31,18 62,35 92,66 25 60 80,59

Universitas Islam Sultan Agung 47


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

6. 0,27 45 18,24 80,59 99,33 5 30 100

7. 0,15 45 19,41 100 82,83 0 10 100

8. PAN 0 - - 0

MODULUS KEHALUSAN FM 1.5<FM<3.8 PASIR KASAR

SII.0052 Fineness Modulus

FM =
∑ % Kumulatif bertahan
100

1,8+5,29+2,35+22,35+31,18+18,24+ 19,41
=
100
100,62
=
100
= 1.0062
120 120

100 100

80 80
Prosentase Butir Lolos %

60 60
max
min
40 40 lolos

20 20

0 0
0 0.15 0.3 0.6 1.195 2.375 4.75 9.5 12.5
Ukuran cawan (mm)

Gambar 4.6 Grafik Prosentase Agregat Halus yang Lolos Saringan

4.5.3. Data Pengukuran Massa Agregat Kasar (kerikil)


Setelah melakukan penyaringan untuk agregat kasar (kerikil), diperoleh
data-data yang telah tercantum dalam tabel 3.4, berikut table dari hasil
penyaringan agregat kasar (kerikil) :

Universitas Islam Sultan Agung 48


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Tabel 4.4 Hasil Penyaringan Agregat Kasar

Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi


Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang

Berat Cawan Berat Cawan + Berat Agregat


Ukuran Saringan
No (gram) Agregat (gram) (gram)
(mm)
(a) (b) (c)

1. 25 55 280 225

2. 19 45 285 240

3. 12,5 45 320 275

4. 9,5 45 140 95

5. 4,7 50 110 60

6. 2,38 45 50 5

7. 1,19 45 125 80

8. Pan

JUMLAH 980

4.5.4 Perhitungan Analisa Saringan pada Agregat Kasar


A. Berat Kehilangan
Berat Semula−Berat setelah disaring
x 100%
Berat Semula

 Berat agregat semula = 1000 gram


 Berat agregat setelah disaring = 980 gram
1000 gr −980 gr
 Berat kehilangan = x 100 % = 2 %
1000 gr

Universitas Islam Sultan Agung 49


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

c
B. Prosentase Agregat Tertinggal = x 100%
∑c
225
1) Tertahan komulatif Ø 25 = x 100% = 22,959%
980
240
2) Tertahan komulatif Ø 19 = x 100% = 24,489 %
980
275
3) Tertahan komulatif Ø 12,5 = x 100% = 28,06%
980
95
4) Tertahan komulatif Ø 9,5 = x 100% = 9,693 %
980
60
5) Tertahan komulatif Ø 4,7 = x 100% = 6,122 %
980
5
6) Tertahan komulatif Ø 2,38 = x 100% = 0,510 %
980
80
7) Tertahan komulatif Ø 1,19 = x 100% = 8,16%
980
0
8) Tertahan komulatif Ø PAN = x 100% = 0 %
980

C. Komulatif Agregat Tertinggal


Lolos Saringan 25 = (0 + 0) % = 0%
Lolos Saringan 19 = (0 + 22,959) % = 22,959 %
Lolos Saringan 12,5 = (22,959 + 28,06) % = 51,019 %
Lolos Saringan 9,5 = (51,019 + 9,693) % = 60,712%
Lolos Saringan 4,7 = (60,712 + 6,122) % = 66,834 %
Lolos Saringan 2,38 = (66,834 + 0,510) % = 67,344 %
Lolos Saringan1,19 = (0 + 0) % = 0%
Lolos Saringan PAN = (0 + 0) % = 0%

D. Present Finer

∑ c−e
f= x 100%
∑c
Universitas Islam Sultan Agung 50
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Keterangan : f = Present finer (%)


∑c = Jumlah total agregat setelah disaring (gr)
e = Komulatif agregat tertinggal (gr)

980−0
1) Saringan Ø 25 = x 100% = 100 %
980
980−22,959
2) Saringan Ø 19 = x 100% =
980
97,657 %
980−51,019
3) Saringan Ø 12,5 = x 100%
980
= 94,793 %
980−60,712
4) Saringan Ø 9,5 = x 100% =
980
93,804 %
980−66,834
5) Saringan Ø 4,7 = x 100% =
980
93,180 %
980−67,344
6) Saringan Ø 2,38 = x 100% =
980
93,128 %
980−0
7) Saringan Ø 1,19 = x 100% = 100 %
980
980−0
8) Saringan Ø PAN = x 100% = 100 %
980

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Analisa Saringan pada Agregat Kasar

No Ukuran Berat Prosentase Komulatif Present SNI


Saringan Agregat Agregat Agregat Finer
(gram) Tertinggal Tertinggal (f)(%) Min Max
(mm)

Universitas Islam Sultan Agung 51


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

(c) (e)(%) (%) (%)


(d)(%)
1. 25 225 22,96 22,96 77,04 78 100

2. 19 240 24,49 47,45 52,55 78 100

3. 12,5 275 28,06 75,51 24,49 25 100

4. 9,5 95 9,69 85,2 14,8 0 85

5. 4,7 60 6,12 91,32 8,68 0 60

6. 2,38 5 0,51 91,83 8,17 0 0

7. 1,19 80 8,16 99,99 0,01 0 0

9. Pan 0 0

MODULUS KEHALUSAN FM 6 < FM < 7,1 SPLIT

SII.0052 Fineness Modulus

FM =
∑ % Kumulatif bertahan
100

22,96+47,45+75,51+ 85,2+ 91,32+ 91,83+99,99


=
100
454,26
=
100
= 4,5426

Universitas Islam Sultan Agung 52


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

120

Presentase Butir Lolos (%) 100

80

60

40

20

0
0 0.3 0.6 1.195 2.375 4.75 9.5 12.5 24
Ukuran Cawan

max lolos min

Gambar 4.7 Grafik Prosentase Agregat Kasar yang Lolos Saringan

4.6 Kesimpulan
Tabel 4.6 Hasil perhitungan Fineness Modulus (FM)

No. Fineness Modulus Hasil Perhitungan ASTM C33


( FM ) (mm)

1. Agregat Halus 1,0062 1,5 < FM < 3,8 PASIR


KASAR

2. Agregat Kasar 4,5426 6 < FM > 7,1 SPLIT

Dari perhitungan dari data yang dimasukkan, maka didapatkan


Fineness Modulus dari agregat halus adalah 1,0062 mm sedangkan untuk
agregat kasar 4,5426 mm. Berdasarkan SII.0052 Fineness Modulus yang
baik untuk pasir berkisar 1,5 sampai 3,8 sedangkan untuk agregat kasar
berkisar 6 sampai 7,1. Jadi untuk Fineness modulus baik agregat halus
maupun agregat kasar tergolong standar.

Universitas Islam Sultan Agung 53


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

4.7 Saran
Telah diketahui dengan penggunaan agregat yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang ada akan menurunkan kekuatan beton yang dihasilkan. Untuk
mendapatkan hasil optimum, saran yang dapat diberikan antara lain :
a. Menggunakan agregat kasar dan halus yang sesuai ketentuan yang ada
untuk mencapai mutu beton yang direncanakan.

Universitas Islam Sultan Agung 54


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

BAB V
PERENCANAAN CAMPURAN BETON

5.1 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan dari proporsi campuran adalah menentukan
komposisi komponen atau unsur beton dengan ketentuan tekan
karakteristik.

5.2 Dasar Teori


Perancangan cara Inggris atau dikenal dengan metode Departemen
Pekerjaan Umum yang tertuang dalam SNI 03-2384-2000 “Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal” merupakan adopsi dari
cara Department of Environment (DOE), Building Research
Establishment, Britain.

Syarat Perancangan

a. Kuat Tekan Rencana (MPa)

Beton yang dirancang harus memehui persyaratan kuat tekan


rata – rata, yang memenuhi syarat berdasarkan data deviasi standar
hasil uji tekan yang lalu (umur 28 hari) untuk kondisi dan jenis
konstruksi yang sama. Persyaratan kuat tekan didasarkan hasil uji
kubus berisi 150 mm, maka hasilnya harus dikonversi menggunakan
persamaan :

f’c = {0,76 + 0,2 log (f’ck / 15)] f’ck

Keterangan :

f’c = kuat tekanbeton yang disyaratkan, MPa

f’ck = kuat tekan beton, MPa, dari uji kubus beton


berisi 150 mm

Universitas Islam Sultan Agung 55


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Data kuat tekan sebagai dasar perancangan, dapat


menggunakan hasil uji kurang dari 28 hari berdasarkan data yang
lalu untuk kondisi yang sama. Jika menggunakan hal ini maka
dalam perancangan harus disebutkan (dalam gambar atau dalam
uraian lainnya), dan hasilnya dikonversi untuk umur 28 hari
berdasarkan tabel 1 (PC,1989 : 6).

Tabel 5.1 Perkembangan Kuat Tekan Untuk Semen Portland Tipe I

Umur Beton (hari) Semen Portland Tipe I


3 0,46
7 0,70
14 0,88
21 0,96
28 1,00

b. Pemilihan Proporsi Campuran

Rencana kekuatan beton didasarkan pada hubungan antara


kuat tekan dengan faktor air semen. Pemilihan proporsi campuran
beton harus memenuhi syarat atau ketentuan - ketentuan sebagai
berikut :
1.
Untuk beton dengan kuat tekan f’c > 20 MPa, proporsi
campuran2 percobaan harus didasarkan pada campuran berat atau
weight batching, (SNI, 1989 : 17).
2.
Untuk beton dengan kuat tekan f’c hingga 20 MPa, proporsi
campuran percobaan boleh didasarkan pada campuran volume
atau volume batching (SNI.T-15-1990-03). Penakaran volume
harus didasarkan pada campuran dalam berat yang dikonversikan
ke dalam volume berdasarkan berat satuan volume atau bulk
masing – masing bahan (SNI, 1989 : 17).

Universitas Islam Sultan Agung 56


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

3.
Khusus untuk beton yang direncanakan mempunyai kekuatan
sebesar 10 MPa, bila pertimbangan praktis dan kondisi setempat
tidak memungkinkan pelaksanaan beton dengan mengikuti
prosedur perancangan proporsi campuran (PBI, 1989 :17), dapat
digunakan perbandingan 1pc : 2ps : 3kr dengan nilai slump beton
tidak boleh melebihi 100 mm. Jika beton tersebut digunakan
untuk struktur yang kedap air, dapat digunakan perbandingan 1pc
: 1,5ps : 2,5kr.

c. Bahan Campuran

Bahan yang digunakan dalam campuran harus memenuhi


syarat standar, yaitu :

1. Air, harus memenuhi syarat yang berlaku, dalam hal ini


tertuang dalam SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi air
sebagai bahan bangunan. Air yang dapat diminum dapat
langsung digunakan, namun jika tidak memenuhi syarat atau
tidak dapat diminum, air yang digunakan harus memenuhi
syarat uji perbandingan kekukatan tekan dengan menggunkan
bahan air standar, minimal memenuhi syarat 90% kuat
tekannya. Perbandingan campuran dibuat dan diuji berdasarkan
syarat uji ASTM C109, “Test Methods for Compressive
Strength of Hydraulic Cement Mortars (using 50 mm cube
specimens)”.

2. Semen, harus memenuhi syarat SII-0013-81, tentang “Mutu dan


Cara Uji Semen Portland” atau SK SNI S-04-1989-F,
“Spesifikasi Bahan Perekat Hidrolis sebagai Bahan Bangunan”.

3. Agregat, harus memenuhi syarat SII-0052-80, tentang “Mutu


dan Cara Uji Agregat Beton” atau SK SNI S-04-1989-F,
“Spesifikasi Agregat sebagai Bahan Bangunan”.

Universitas Islam Sultan Agung 57


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

d. Perhitungan Proporsi Campuran

Faktor air semen untuk mencapai kuat tekan yang ditargetkan


berdasarkan :

1. Hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh dari
hasil penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi
pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil
penelitian sebagai pedoman, dapat digunakan tabel 7.2 dan
grafik 7.1 (SNI, 1990 : 6-8).

2. Untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus


memenuhi ketentuan SK SNI S-04-1989-F untuk beton tahan
sulfat dan beton kedap air (SNI, 1989 : 21-23).

Tabel 5.2 Perkiraan Kuat Tekan Beton Dengan FAS 0,5

Jenis Kuat Tekan pada Umur Bentuk


Jenis Semen Agregat Benda
Kasar 3 7 28 29 Uji
Batu tak
Semen pecah 17 23 33 40
(alami) Silinder
Portland
Tipe I atau Batu pecah 19 27 37 45
Semen Batu tak
Tahan Sulfat pecah 20 28 40 48
Tipe II, V (alami) Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Batu tak
pecah 21 28 38 44
(alami) Silinder
Semen Batu pecah 25 33 45 48
Portland
Tipe III Batu tak
pecah 25 31 46 53
(alami) Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

Universitas Islam Sultan Agung 58


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

5.3 Peralatan dan Bahan


a Peralatan
1. Timbangan
2. Sekop atau sendok semen
3. Wadah
4. Pengaduk beton

Gambar 5.1 Timbangan

Gambar 5.2 Pengaduk Beton

Universitas Islam Sultan Agung 59


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

b Bahan

Bahan 1 Silinder 3 Silinder 4 Silinder

Air 1,176 3,528 4,705

Semen 2,557 7,671 10,227

Pasir 4,058 12,172 16,230

Kerikil 7,213 21,640 28,854

Obat 0,1396

Bahan 1 Balok 2 Balok

Air 2,997 5,994

Semen 6,515 13,030

Pasir 10,339 20,678

Kerikil 18,380 36,761

Obat 0,0847 0,1694

5.4 Cara Kerja


a. Siapkan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah
yang terpisah,
b. Persiapkan wadah yang cukup untuk menampung volume beton
basah rencana,
c. Masukan agregat halus dan agregat kasar kedalam wadah,
d. Dengan menggunakan sekop, lakukan pencampuran agregat,
e. Tambahkan semen pada agregat campuran dan ulangi proses
pencampuran sehingga diperoleh adukan kering agregat dan semen
yang merata,

Universitas Islam Sultan Agung 60


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

f. Tuangkan 1/3 jumlah air total ke dalam wadah dan lakukan


pencampuran sampai terlihat konsisten adukan yang merata,
g. Tambahkan lagi 1/3 jumlah air ke dalam wadah dan ulangi proses
untuk mendapatkan konisten adukan.

Universitas Islam Sultan Agung 61


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

5.5 Data yang Diperoleh

5.5.1 Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir)


Setelah melakukan penyaringan untuk agregat halus
(pasir), diperoleh data-data berikut tabel dari hasil penyaringan
agregat halus (pasir).

Tabel 5.3 Data Hasil Penyaringan Agregat Halus

Ukuran Berat Berat Berat Presentase Komulatif Preset


No Saringan Cawan Cawan + Agregat Agregat Agregat Finer
(mm) (Gr) Agregat (Gr) Tertinggal Tertinggal (%)
(A) (Gr) (C = B – (%) (%)
(B) A)

1 4,75 45 55 10 1,27 1,27 98,75

2 2,38 45 150 105 13,38 14,65 85,35

3 2 45 80 35 4,46 19,11 80,89

4 1,19 45 50 5 0,64 19,75 80,25

5 0,59 50 325 275 35,03 54,78 45,22

6 0,3 45 295 250 31,85 86,62 13,37

7 0,75 45 150 105 13,38 100 100

8 PAN 0 0 0 0 0 0

Jumlah 785

Universitas Islam Sultan Agung 62


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

5.5.2 Pemeriksaan Agregat Kasar (Kerikil)


Setelah melakukan penyaringan untuk agregat kasar
(Kerikil), diperoleh data-data berikut tabel dari hasil
penyaringan agregat kasar (Kerikil).

Tabel 5.4 Data Hasil Penyaringan Agregat Halus

Ukuran Berat Berat Berat Presentase Komulatif Preset


No Saringa Cawan Cawan + Agregat Agregat Agregat Finer
n (Gr) Agregat (Gr) Tertinggal Tertinggal (%)
(mm) (A) (Gr) (C = B – (%) (%)
(B) A)

1 25 45 100 55 2,4 2,4 97,6

2 19 45 650 605 26,4 28,82 71,18

3 12,5 45 1075 1030 44,98 73,8 26,2

4 4,75 45 455 410 17,9 91,7 8,3

5 2,38 50 220 170 7,42 99,1 0,88

6 2 45 65 20 0,9 100 100

7 0 0 0 0 0 0 0

8 PAN 0 0 0 0 0 0

Jumlah 2290

Universitas Islam Sultan Agung 63


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

5.6 Contoh Analisa Data Percobaan


a.
Data-data Campuran Beton

Data-data untuk perencanaan campuran beton :

Jenis Agregat Halus (Pasir) : batu alami

Jenis Agregat Kasar (Kerikil) : batu pecahan

Berat Jenis Agregat Halus : kg/m3

Berat Jenis Agregat Kasar : 927,828 kg/m3

Ukuran Maksimal Agregat : 20 mm

b.
Langkah-Langkah Perencanaan Campuran Beton (mix design)

1. Kuat tekan beton yang disyaratkan, K = 350 kg/m

f’c = (350 / 0,083) MPa

= 29 MPa

2. Umur beton = 28 Hari

3. Deviasi Standar = 7

4. Nilai Tambah (margin) = 7 x 1,64

= 11,48 Mpa

= 12 MPa

5. Hitung kuat tekan rata-rata, f’cr

Karena dalam pembuatan belum pernah memiliki pengalaman


maka nilai margin langsung ditetapkan 12 MPa

f’cr = 30 + 12

= 42 MPa

6. Jenis semen Portland (ditetapkan) = Tipe 1

Universitas Islam Sultan Agung 64


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

7. Jenis agregat :

 Kasar = batu Pecah

 Halus = Pasir Alami

42
37

0,4 0,5

Grafik 5.1 Tabel Kadar Air Bebas

8. Faktor Air Semen,

FAS = 0,46

 Faktor Air Semen maksimum = 0,5

 Faktor Air Semen yang digunakan = 0,46

9. Nilai slump ditentukan = 60 mm – 180 m

10. Ukuran agregat naksimum = 40 mm

11. Kadar air bebas = 185 Kg/m3

Universitas Islam Sultan Agung 65


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Rata –Rata = 185


Gambar 5.3 Tabel Kadar Air Bebas

12. Kadar semen = Kadar Semen / FAS

= 185 / 0,46
= 40, 2174 Kg/m3
13. Susunan agregat halus = Zone 1

Ukuran agregat maksimum 20 mm

36

0,4
6
Persen pasir terhadap kadar total agregat yang dianjurkan untuk ukuran
butir maksimum 20 mm

Universitas Islam Sultan Agung 66


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

Grafik 5.2 Prosentase Pasir Terhadap Agregat Gabungan

14. Persen agregat halus = 36 %

15. Kadar agregat gabungan = 2360 kg/m3

2360

2,59

Grafik 5.3 Perkiraan Berat Isi Beton Basah yang Telah Selesai Didapatkan

16. Kadar agregat halus = % Ag. halus x Kadar Ag. gabungan

= 36, 5 % x 2360

= 861,4 kg/m3

17. Kadar agregat kasar = kadar agregat gab. – kadar agregat halus

= 2380 – 861,4

= 1498,6 kh/m3

18. Berat jenis beton agregat = ( % agregat halus x B.J halus)

+ (% agregat kasar x B.J agregat


kasar )

= (36 % x 2,58) + (64% x 2,6)

Universitas Islam Sultan Agung 67


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

= 2,596

19. Kadar agregat halus = % agregat halus x Kadar agregat gab.

= 36, 5 % x 2360

= 861,4 kg/m3

20. Kadar agregat kasar = kadar agregat gab. – kadar agregat halus

= 2380 – 861,4

= 1498,6 kh/m3

19. Berat jenis beton = ( % agregat halus x B.J agregat halus)

+ (% agregat kasar x B.J agregat kasar )

= (36 % x 2,58) + (64% x 2,6)

= 2,596
c.
Komposisi Campuran :

Perencanaan 1 m3 :
Air = 185 L
Semen = 402,174 Kg
Pasir = 861,174 Kg
Kerikil = 19,669 Kg

Perbandingan :
Semen Pasir Kerikil Air

402,17 kg 861,4 kg 1498,6 kg 185 L

Semen : Pasir : kerikil : Air

1 : 2,141 : 3,726 : 0.46

Universitas Islam Sultan Agung 68


Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

5.7 Kesimpulan
Kebutuhan untuk benda uji sebanyak 4 silinder = 4 x 5298,75
= 21195 cm3
= 0,021195 m3
Maka kebutuhan bahan-bahan campuran :

Air = 0,021195x 185 x 1,2 = 4,70529 L


Semen = 0,021195x 402,17 x 1,2 = 10,2288 kg
Pasir = 0,021195x 861,4 x 1,2 = 21,909kg

Kerikil = 0,021195x 1498,6 x 1,2 = 38.115 kg

Kebutuhan untuk benda uji sebanyak 1 kubus 1 balok:

= 0,003375 + 0,0135

= 0,016875

Maka kebutuhan bahan-bahan campuran :

Air = 0,016875 x 185 x 1,2 = 3,74625 L


Semen = 0,016875 x 402,17 x 1,2 = 8,1439 kg
Pasir = 0,016875 x 861,4 x 1,2 = 17.443 kg
Kerikil = 0,016875 x 1498,6 x 1,2 = 30,347 kg

Kondisi lapangan :

Semen Pasir Kerikil Air

8,1439kg 17,443 kg 30,347kg 3,74625lt

Semen : Pasir : Kerikil : Air


Universitas Islam Sultan Agung 1 : 2,141 : 3.726
69 : 0,46
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi (Kelompok 23)

5.8 Saran
Saran yang dapat diberikan pada perencanaan campuran beton
adalah sebagai berikut:
a. Prosedur pelaksanaan sebaiknya mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan pada SNI.
b. Menggunakan alat dan bahan sesuai ketentuan yang ada.

Universitas Islam Sultan Agung 70

Anda mungkin juga menyukai