BAB III
PEMERIKSAAN BERAT ISI (SATUAN) AGREGAT
3.1 Pendahuluan
Perbandingan antara berat dan volume (termasuk rongga-rongga antara butir-butir
pasir ataupun kerikil) disebut berat satuan atau berat isi. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui cara mencari berat satuan (isi) tersebut.
3.2 Tujuan
Untuk menentukan berat isi agregat halus dan kasar atau campuran dari kedua agregat.
3.3 Alat
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji.
2. Talam atau nampan berukuran besar yang terbuat dari seng plat untuk
mengeringkan contoh agregat.
3. Tongkat pemadat silinder dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat dengan
panjang 60 cm dan diameter 15 mm serta ujungnya tumpul/bulat.
4. Mistar perata
5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder untuk agregat halus, dengan
ukuran minimum sebagai berikut,
Diameter : 152.4 mm
Tinggi : 154.9 mm
Volume : 2832 mm3
6. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder untuk agregat kasar, dengan
ukuran minimum sebagai berikut,
Tabel 3.1 Ukuran bejana dengan ukuran maksimum butir agregat kasar
Ukuran butir Bejana
maksimum agregat
Diameter (mm) Tinggi (mm) Volume (liter)
(mm)
12.7 152.4 154.9 2.832
25.4 203.2 292.1 9.435
38.1 254 279.4 14.458
Setelah mengetahui parameter yang diperlukan, yakni berat agregat serta volume
agregat tersebut, maka dihitung berat satuan menggunakan rumus sebagai berikut,
𝑊
ɣsat =
𝑉𝑡
dimana, ɣsat = Berat satuan, W = Berat agregat, dan Vt = Volume total
Kondisi
Kondisi lepas Kondisi padat Kondisi padat
lepas
3.8 Perhitungan
Dihitung berat isi (satuan) pada masing masing benda uji (agregat halus dan kasar)
melalui proses perhitungan berikut ini,
a. Dihitung berat bersih benda uji tesebut menggunakan rumus:
W3 (gram)= W2-W1
b. Dihitung volume wadah / bejana (Vb).
Vb= ¼ x π x d2 x t
Dimana : d = diameter tempat/ wadah (cm)
t = tinggi tempat/wadah (cm)
c. Dihitung berat satuan agregat halus dan kasar ( ɣsat).
ɣsat = 𝑊 3
𝑉𝑏
Berat satuan
(gr/cm3)
3.9 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan untuk agregat
kasar pada kondisi lepas dan kondisi padat secara berurut sebesar … gr/cm 3 dan … gr/cm3 .
Sedangkan untuk agregat halus pada kondisi lepas dan kondisi padat secara berurut sebesar …
gr/cm3 dan … gr/cm3. Berdasarkan dari hasil yaitu berat isi agregat kasar dan halus yang
terbesar adalah berat agregat dalam kondisi padat. Hal ini disebabkan karena dalam kondisi
padat atau menggunakan metode penumbukan membuat rongga udara yang kosong menjadi
terisi dan lebih padat.
3.11 Dokumentasi
a. Berat isi (satuan) gembur
1. Benda uji yang sudah dicampurkan secara merata akan diperiksa mewakili
agregat dilapangan
2. Timbang berat wadah bejana
3. Masukkan agregat ke wadah bejana
4. Mendatarkan permukaan menggunakan mistar perata
5. Timbang berat wadah bejana berisi benda uji
BAB V
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT DI LAPANGAN
5.1 Pendahuluan
Pemeriksaan kadar air merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar serapan air
yang terjadi di dalam agregat. Dalam pembuatan beton, kadar air sangat dibutuhkan guna
mengetahui komposisi yang tepat dalam membuat suatu beton yang baik dan sesuai yang
diharapkan.
5.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk mengetahui nilai kadar air yang
terjadi di dalam agregat halus dan kasar saat di lapangan sehingga memenuhi prosedur yang
harus dilaksanakan dalam perencanaan dan pembuatan beton.
5.3 Alat
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Timbangan dan Neraca dengan ketelitian 0,2 dari berat benda uji.
2. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai
(110±5)°C.
3. Talam atau nampan berukuran besar sebagai wadah agregat
3. Kadar air Jenuh kering permukaan (SSD) yaitu keadaan dimana ridak ada air di
permukaan agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air. pada
kondisi ini air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada
campuran beton.
4. Kadar air kondisi basah yaitu kondisi dimana butir-butir agegat banyak
mengandung air, sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air campuran
beton.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu kondisi
kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam persen dan dapat
dihitung sebagai berikut,
Agregat basah ditimbang beratnya (W1) kemudian dikeringkan dalam tungku dengan
suhu 100 derajat celcius sampai beratnya konstan (biasanya selama 16-24jam) kemudian
ditimbang beratnya (W2) maka kadar airnya dapat diketahui.
Di dalam pembuatan beton, agregat kasar berfungsi untuk memadatkan dan
mengeraskan beton bersama-sama dengan semen dan pasir, untuk mengurangi biaya beton,
jika dipakai dalam volume yang besar.Sedangkan agregat halus berfungsi untuk mengisi pori
yang ada antar agregat kasar, sehingga membantu kekuatan dari beton serta mengeraskan
beton.
Jumlah air sama pentingnya untuk menghasilkan produk beton yang baik. Air
membantu meratakan semen di seluruh agregat dan membantu pengadukannya. Pola silica
yang terdapat di dalam pasir menyebabkan adanya kemampuan pasir menyerap air dan
membuat ikatannya dengan semen akan menjadi makin kuat. Namun, kadar air yang terdapat
di dalam pasir amat mempengaruhi volume pasir akibat sifat anomaly air pada pasir. Hal ini
akan menyebabkan berat satuan agregat, terutama berat satuan agregat halus, dalam hal ini
adalah pasir akan menjadi berubah ubah seiring kadar air yang berubah di dalam pasir. Oleh
karena itu, kadar air yang optimum menjadi salah satu pertimbangan dalam proses pembuatan
beton.
Urutan proses dari pengujian ini adalah (Untuk agregat kasar maupun halus):
1. Ditimbang agregat kasar dan halus yang ada di lapangan dan akan dipakai untuk
proses pembuatan beton ( biasanya untuk agregat kasar sebesar 3000 gram dan
5.8 Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Untuk Agregat Halus
1. Berat Air
D=B–C
2. Berat Agregat Kering
E=C–A
3. Kadar Air
F = 𝐷 x 100%
𝐸
Seluruh perhitungan ditulis secara detail dan hasilnya dimasukkan pada tabel berikut,
Halus Kasar
5.9 Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan nilai kadar air yang diperoleh untuk agregat halus
sebesar … dan agregat kasar sebesar … Menurut SNI untuk pasir yang digunakan sebagai
campuran dalam adukan beton adalah 2% - 8%. Apabila agregat mengalami penambahan
atau pegurangan air yang dibutuhkan dalam pembuatan beton diharapkan dapat sama dengan
beton yang memiliki kadar air normal sehingga menghasilkan kuat tekan yang sesuai.
5.11 Dokumentasi
1. Menimbang dan mencatat berat cawan
2. Memasukkan benda uji ke dalam cawan dan timbang
3. Mengeringkan benda uji
4. Timbang berat benda uji kering
BAB VI
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR AGREGAT
6.1 Pendahuluan
Pemeriksaan kandungan lumpur ini merupakan cara untuk menetapkan banyaknya
kandungan lumpur (tanah liat dan debu) terutama dalam pasir secara teliti. Dalam pengujian
kali ini menggunakan metoda penjumlahan bahan dalam agregat yang lolos saringan 200
(0,0075) yang dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam melaksanakan pengujian
untuk menentukan jumlah setelah dilakukan pencucian benda uji.
6.2 Tujuan
Tujuan dari metoda ini adalah untuk memperoleh persentase jumlah bahan dalam
agregat melalui saringan 200 (0,075).
6.3 Alat
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Peralatan yang digunakan harus sesuai dengan kalibrasi dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Peralatan yang digunakan harus baik, layak dipakai dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3. Jenis peralatan yang harus digunakan adalah :
a. Saringan yang terdiri dari dua ukuran yang pada bagian dibawahnya dipasang
saringan No.200 (0,075 mm) dan diatasnya saringan yang dipakai adalah saringan
No.16 (1,18 mm)
b. Wadah yang digunakan untuk mencuci benda uji adalah wadah yang dapat
menampung benda uji sehingga pada waktu pengadukan (melakukan pencucian)
benda uji dan air cucian tidak tumpah.
c. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1% dari berat benda uji.
4. Oven dilengkapi dengan pengatur suhu sehingga mencapai suhu yang telah
ditentukan.
a. Agregat halus
Pasir yang digunakan sebagai material pengisi memiliki standar-standar kelayakan
penggunaan bahan seperti ASTM dan SNI. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas pasir,
perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui karakteristik dan kualitas pasir tersebut. Salah
satu syarat agregat halus (pasir) sebagai bahan penyusun beton adalah agregat halus tidak
boleh mengandung lumpur lebih dari 5%(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan
dengan lumpur adlah bagian-bagian yang melalui ayakan 0,063mm. apabila kadar lumpur
melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci (PBI-1971). Kebersihan material penyusun
beton harus dipertimbangkan, maksudnya adalah tidak boleh ada benda asing selain material
tersebut dalam beton. Adanya benda asing lain inilah yang menyebabkan kekuatan beton
menjadi berkurang. Lumpur merupakan partikel yang berukuran 0,075 mikron atau lebih.
Lumpur yang terdapat pada permukaan agregat dapat mengganggu ikatan antara agregat
dengan pasta semen. Karena ikatan ini sangat penting dalam adukan beton, maka dapat
berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan beton. Jika dalam agregat mengandung
banyak lumpur akan menambah permukaan agregat sehingga keperluan air untuk
membasahi semua permukaan butiran dalam campuran meningkat. Ini mengakibatkan
kekuatan dan ketahanan beton dapat menurun. Karena pengaruh buruk tersebut, maka
jumlahnya dalam agregat dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 5 % menurut PBI 1971 atau
3% menurut ASTM C-33- 2003.
b. Agregat kasar
Menurut SNI 03-2834-2000 Agregat kasar adalah kerikil yang berupa batu pecah yang
diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm
( SNI 03-4804-1998). Pengujian kebersihan kerikil terhadap lumpur adalah pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat pada kerikil (agregat kasar).
Hal ini penting dilakukan akibat adanya pengaruh lumpur yang berlebihan terhadap agregat
kasar untuk pembuatan beton, antara lain,
Lumpur mengandung air sehingga memungkinkan kecendrungan penggunaan air
berlebih sehingga dapat merubah factor air semen yang digunakan pada mix desain.
Sifat lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga menghalangi
pengikatan antara semen dan agregat sehingga dapat mempengaruhi kekuatan beton,
yang nantinya juga akan berpengaruh pada mutu dan umur beton yang akan dihasilkan
Unsur Sulfat pada lumpur dapat memberikan pengaruh yang paling besar yaitu
menyebabkan pengembangan pada beton dan korosi pada tulangan beton
Adapun syarat minimal yang akan digunakan dalam pemeriksaan ini adalah
berdasarkan SK SNI S-04-1989 bahwa kandungan lumpur yang terdapat pada agregat kasar
(kerikil) tidak boleh melebihi 1% (ditentukan pada keadaan kering lolos ayakan 0.063mm).
6.8 Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut,
a. Agregat Halus
1. Berat Benda Uji Kering Sebelum
Dicuci (W4) = W2 – W1
b. Agregat Kasar
1. Berat Benda Uji Kering Sebelum
Dicuci (W4) = W2 – W1
2. Berat Benda Uji Kering Sesudah Dicuci
(W5) = W3 – W1
3. Persentase Kadar Lumpur
𝑊4 − 𝑊5
% Kadar Lumpur = X 100 %
𝑊4
6.9 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan didapatkan persentase kadar lumpur agregat halus sebesar …
dan agregat kasar sebesar … Berat benda uji sebelum dicuci memiliki berat yang lebih besar
daripada berat benda uji yang sudah dicuci lalu dikeringkan karena kadar lumpur pada benda
uji telah dihilangkan pada saat proses pencucican. Sesuai standar spesifikasi agregat dimana
nilai kadar lumpur agregat halus < 1% dan agregat kasar < 5%. Jika kadar lumpur melebihi
standar yang telah ditentukan maka agregat harus dicuci
6.11 Dokumentasi
1. Penimbangan benda uji sebelum dicuci
2. Proses pencucian benda uji
3. Proses pengeringan benda uji setelah dicuci
4. Penimbangan benda uji setelah dicuci