Disusun Oleh:
Nuzulul Alifin Nur, M.Pd.
Fakultas : Teknik
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Sipil Koordinator Laboratorium Fisika,
Program Sarjana Terapan,
Dr. -Ing. Satoto Endar Nayono, M.Sc., M.Eng. Nuzulul Alifin Nur, M.Pd.
NIP. 19750508 199903 1 001 NIP. 19930312 201903 2 019
ii
DAFTAR ISI
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIKA TEKNIK
Aturan-aturan umum yang harus dipatuhi oleh mahasiswa praktikum adalah sebagai berikut.
iv
PENGUJIAN MENENTUKAN ANGKA PORI, POROSITAS, MASA JENIS, DAN
BERAT SATUAN BAHAN
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan angka pori, porositas, massa
jenis dan berat satuan bahan bangunan.
2. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat karya ilmiah pelaporan hasil percobaan
B. Pendahuluan
Bahan bangunan yang pervious (porous) terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
padat dan bagian pori. Kepadatan bahan akan sangat besar pengaruhnya terhadap
kekuatan bahan tersebut. Pada umumnya, semakin porous suatu bahan akan makin
lemah pula kekuatannya. Gambaran mengenai struktur bahan bangunan adalah
sebagai berikut.
0
Massa air : ma= ρa × V a
Massa total : mt =ρt ×V t
C. Dasar Teori
(ditambahkan oleh mahasiswa secara individu)
D. Alat Percobaan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
2. Oven
3. Gelas ukur
4. Bejana sebagai wadah air
1
5. Benang
6. Lap
E. Bahan Percobaan
1. Batu kali (3 sampel)
2. Bata merah (3 sampel)
3. Genteng (3 sampel)
F. Langkah Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Timbang benda uji yang sudah dalam keadaan kering oven, yaitu batu kali
(ukuran 3x3x3 cm), bata merah (ukuran 3x3x3 cm), dan genteng berbentuk
balok.
2
3. Masukkan semua benda uji tersebut ke dalam air hingga menjadi jenuh
(diamkan selama kurang lebih 10 menit atau jika sudah tidak ditemukan
gelembung udara yang mucul).
4. Angkat benda uji dari dalam air lalu lap permukaannya dengan kain.
5. Timbang kembali benda uji tersebut dalam keadaan jenuh.
6. Hitung volume total benda uji dengan bantuan gelas ukur, yaitu dengan
memasukkan air di gelas ukur (Massa Air) sampai kira-kira benda uji terendam,
masukkan benda uji dengan diikat tali terlebih dahulu untuk memudahkan saat
pengambilan benda uji.
7. Lakukan percobaan masing-masing sebanyak 3 kali (di 3 benda uji) untuk
masing-masing bahan dan catat hasilnya.
8. Bersihkan tempat praktikum dan semua peralatan yang telah digunakan.
9. Catat seluruh data hasil pengamatan.
H. Analisis Data
1. Perhitungan Angka Pori (e)
Hitung secara manual, setelah itu hasilnya masukkan ke dalam table di bawah
ini.
3
Benda V ruang V padat Angka pori (e)
Batu Kali A
B
C
Bata Merah A
B
C
Genteng A
B
C
4
Benda Massa Kering Oven/V padat
Bata Merah A
B
C
Genteng A
B
C
5
Benda (V padat/V total) x 100%
Genteng A
B
C
Batu Kali A
B
C
x=… Σ=…
Bata A
Merah B
C
x=… Σ=…
Genteng A
B
C
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
b. Porositas
Batu Kali A
B
C
x=… Σ=…
Bata A
Merah B
6
Benda x x−x |x−x| |x−x|
2
SD
C
x=… Σ=…
Genteng A
B
C
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
c. Massa Jenis
Batu Kali A
B
C
x=… Σ=…
Bata A
Merah B
C
x=… Σ=…
Genteng A
B
C
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
d. Berat Satuan Kering
Batu Kali A
B
C
7
Benda x x−x |x−x| |x−x|
2
SD
x=… Σ=…
Bata A
Merah B
C
x=… Σ=…
Genteng A
B
C
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
e. Berat Satuan Jenuh Air
Batu Kali A
B
C
x=… Σ=…
Bata A
Merah B
C
x=… Σ=…
Genteng A
B
C
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
f. Kerapatan/Kepadatan
8
Benda x x−x |x−x| |x−x|
2
SD
Batu Kali A
B
C
x=… Σ=…
Bata A
Merah B
C
x=… Σ=…
Genteng A
B
C
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
Keterangan:
x : nilai angka pori (batu kali, bata merah, dan genteng)
x : rata-rata dari angka pori (batu kali, bata merah, dan genteng)
x−x : deviasi
|x−x| : deviasi mutltak
SD : standar deviasi =
√ Σ |x−x|²
n−1
dimana n adalah jumlah
9
PENGUJIAN PERMEABILITAS
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan koefisien permeabilitas
bahan bangunan.
2. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat karya ilmiah pelaporan hasil percobaan.
B. Pendahuluan
Permeabilitas bahan adalah daya rembes zat cair (fluida) yang mengalir
melalui suatu bahan dalam keadaan tekanan tetap. Sifat ini dinyatakan sebagai
jumlah air yang merembes tiap-tiap 1 cm2 bahan pada setiap detiknya pada tekanan
tetap. Nilai permeabilitas suatu bahan akan sangat tergantung pada kerapatan
bahannya.
10
K1 K2 Tabung
Meriatte
K3
h1 dan h2
L
A
Alat ini digunakan untuk penyelidikan bahan yang bersifat porous (dengan K
> 2,7.10-7 cm/dt). Bahan yang akan diselidiki permeabilitasnya (K) harus dalam
keadaan jenuh, yakni dengan cara merendam terlebih dahulu dalam air. Bila luas
bidang permukaan bahan yang diresapi air = A dan tebal bahan yang dilalui air =L
serta selisih permukaan air yang masuk dan yang keluar adalah h, maka harga
hidrolik gradient (i) = h/L. Sementara itu, volume air yang meresap melalui
permukaan bahan adalah : volume (V) = debit (Q) × waktu (t). Sedangkan debit air
yang merembes (Q) sama dengan kecepatan rembesan kali luas permukaan
rembasan atau Q = V.A. Dan kecepatan rembesan V = K.i
Sehingga volume air yang merembes V = Q.t = A.k.h/L.t atau
V .L
Koefisien permeabilitas bahan K = (cm/detik)
A .h . t
C. Kajian Teori
(ditambahkan oleh mahasiswa secara individu)
D. Alat Percobaan
1. Seperangkat instrument pengujian permeabilitas
2. Stopwatch
3. Jangka Sorong
4. Mistar
11
Gambar 2.1. Seperangkat
alat pengujian permeabilitas
E. Bahan Percobaan
1. Genteng
2. Asbes
F. Langkah Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pasang/rakit alat dengan rangkaian sesuai arahan dari dosen pembimbing atau
teknisi.
3. Isilah tabung meriatte sampai penuh, pastikan bahwa semua kran (K 1, K2, K3)
dalam keadaan tertutup.
4. Ukurlah ketebalan bahan dan ukuran penampang resapannya.
5. Tutuplah keran pada pipa/tabung pengukur volume (K2), dan bukalah kran yang
menghubungkan tabung mariatte dengan bahan percobaan (K1) serta kran
pelepas udara (K3).
6. Setelah tabung di atas bahan sudah penuh air, maka bukalah kran pada pipa
pengukur volume (pipa kapiler) yaitu K2 dan biarkan air mengalir sampai batas
0 (jangan sampai ada gelembung udara).
7. Tutuplah kran pelepas udara (K3) dan kran yang menghubungkan antara tabung
mariatte dengan bahan (K1).
12
8. Catatlah lama waktu yang diperlukan untuk volume perembesan tertentu
(misalnya untuk setiap 0,01 ml) hingga mencapai volume rembesan tertentu
(misal 0,01 ml).
9. Ukurlah selisih tinggi antara as pipa pengukur (as pipa kapiler) dengan
permukaan atas bahan percobaan (h1 dan h2).
10. Ulangi pengamatan ini dengan dimulai lagi dari titik 0 sebanyak 2 kali untuk
masing-masing jenis bahan.
11. Bersihkan tempat praktikum dan semua peralatan yang digunakan.
12. Catat semua hasil pengamatan menjadi laporan sementara. Laporkan dan
mintakan pengesahan kepada dosen pembimbing.
G. Tabel Hasil Pengamatan
Percobaan I Percobaan II
Benda Volume Waktu (t) Volume Waktu (t) Keterangan
Perembesan detik Perembesan detik
Asbes L= cm
p= cm
l= cm
h1= cm
h2= cm
Genteng L= cm
p= cm
l= cm
h1= cm
h2= cm
13
Percobaan I Percobaan II
Benda Volume Waktu (t) Volume Waktu (t) Keterangan
Perembesan detik Perembesan detik
Keterangan:
L : tebal masing-masing bahan percobaan (asbes dan genteng)
p : panjang masing-masing bahan percobaan (asbes dan genteng)
l : lebar masing-masing bahan percobaan (asbes dan genteng)
h1 dan h2 : tinggi antara as pipa pengukur (as pipa kapiler) dengan permukaan
atas
bahan percobaan
H. Analisis Data
V .L
Hitung secara manual Koefisien Permeabilitas K = , setelah itu hasilnya
A .h . t
masukkan ke dalam table di bawah ini.
Percobaan I Percobaan II
Bend Volume Wak Koefisien Volume Wak Koefisien Keterang
a Perembes tu (t) Permeabili Perembes tu (t) Permeabili an
an detik tas an detik tas
Asbes L= cm
p= cm
l= cm
h1= cm
h2= cm
Gente L= cm
ng p= cm
l= cm
14
Percobaan I Percobaan II
Bend Volume Wak Koefisien Volume Wak Koefisien Keterang
a Perembes tu (t) Permeabili Perembes tu (t) Permeabili an
an detik tas an detik tas
h1= cm
h2= cm
1
2
3
4
5
6
8
9
10
K =… Σ=…
K ± SD
K ± 5% K
2. Asbes II
15
No. K K− K |K −K| 2
|K −K| SD
2
3
4
5
6
8
9
10
K =… Σ=…
K ± SD
K ± 5% K
3. Genteng I
No. K K− K |K −K| 2
|K −K| SD
1
2
3
4
5
6
8
9
10
K =… Σ=…
K ± SD
K ± 5% K
4. Genteng II
No. K K− K |K −K| 2
|K −K| SD
1
2
16
No. K K− K |K −K| |K −K|
2
SD
3
4
5
6
8
9
10
K =… Σ=…
K ̅ ± SD
K ̅ ± 5%K ̅
I. Kesimpulan
(Disimpulkan oleh mahasiswa)
J. Evaluasi
Jelaskan apa yang akan terjadi jika benda uji mula-mula tidak dalam keadaan jenuh
air!
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan daya isolasi bahan terhadap
panas.
2. Melakukan analisis dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat karya ilmiah sebagai pelaporan hasil percobaan.
B. Pendahuluan
17
Isolasi panas/kalor adalah sangat penting untuk perencanaan bangunan di
daerah tropis, yang dimaksudkan agar jangan sampai terlalu banyak panas/kalor
matahari yang masuk ke dalam rumah, sehingga dapat mengurangi kenyamanan bagi
penghuninya. Terlebih lagi bagi rumah-rumah atau ruangan yang menggunakan alat
AC, ruangan untuk orang sakit, dan ruangan-ruangan khusus lainnya. Masalah
isolasi kalor/panas dari bahan-bahan yang digunakan harus diperhitungkan secara
cermat.
Suatu konstruksi (dinding, atap, jendela, dsb) dikatakan memiliki daya isolasi
kalor apabila konstruksi tersebut sanggup mengurangi penghantaran kalor dari sisi
yang panas ke sisi yang dingin. Dalam hal ini, ada empat faktor yang perlu
dipertimbangkan yang dapat memengaruhi kenyamanan suatu ruangan, yaitu:
1. Perkiraan suhu maksimal dan minimal yang masih dapat diterima. Hal ini
biasanya berhubungan dengan persyaratan suhu maksimal dan minimal untuk
kebutuhan suatu ruangan. Ruangan sekolah, rumah sakit, ruang tamu, gudang,
ruang tidur, ruang operasi, dll akan membutuhkan persyaratan suhu maksimal
dan minimal yang berbeda-beda.
2. Kadar kelembapan udara juga sangan berpengaruh terhadap kenyamanan dan
suhu ruang. Kelembapan udara akan sangat berpengaruh terhadap segi
kenyamanan dan suhu ruangan serta tingakt keawetan dari perabot yang ada di
dalamnya.
3. Setiap ruangan akan membutuhkan derajat kenikmatan minimum tertentu.
Sehingga perlu dipikirkan mengenai konstruksi isolasi kalornya dan harus
dipilih pula alternative lain untuk mencapai derajat kenikmatan tersebut.
4. Dalam memilih bahan-bahan konstruksi isolasi kalor juga harus
dipertimbangkan pula dari segi ekonomi.
Setiap bahan bangunan mempunyai sifat menahan panas atau memiliki daya
isolasi terhadap panas. Daya isolasi panas suatu bahan akan tergantung dari sifat
karakteristik bahan yang bersangkutan. Bahan yang berpori banyak pada umumnya
akan mempunyai daya isolasi panas yang lebih besar dibanding bahan yang sama
tetapi strukturnya lebih padat.
Dalam percobaan ini, hendak diselidiki daya isolasi terhadap panas yang
terdiri dari: pasir, serbuk kayu, dan udara. Daya isolasi panas bahan yang diselidiki
dinyatakan sebagai penurunan suhu untuk tiap satuan waktu, sehingga dinyatakan
dengan satuan ºC/detik atau ºF/detik.
18
B. Kajian Teori
(ditambahkan oleh mahasiswa secara individu)
C. Alat Percobaan
1. Tabung gas
2. Tabung isolator
3. Statip
4. Stop watch
5. Thermometer
6. Panci
7. Kompor pemanas air
D. Bahan Percobaan
1. Air panas
2. Serbuk kayu
3. Pasir halus
4. Udara
E. Langkah Percobaan
1. Siapkan bahan dan peralatan yang digunakan.
19
2. Isilah tabung isolator dengan bahan (pasir, serbuk kayu atau udara) yang akan
diselidiki daya isolasinya terhadap panas.
3. Rebus air pada panic dengan kompor hingga mendidih.
4. Isilah tabung gelas dengan air mendidih, kemudian masukkan pada tabung
isolator yang telah diisi dengan bahan yang akan diselidiki daya isolasinya
terhadap panas.
5. Amati penurunan suhu yang terjadi.
6. Catat hasilnya pada table yang sudah disediakan.
20
Suhu awal−Penurunan suhu
Menghitung secara manual Daya Isolasi D I = antara
5 x 60 '
lain pasir, serbuk kayu, dan udara, setelah itu hasilnya masukkan ke dalam table di
bawah ini.
Pengukuran
Bahan
1 2 3 4 5
Pasir
Serbuk kayu
Udara
SD =
√ Σ |x−x|²
n−1
1. Pasir
1
2
3
4
5
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
2. Serbuk kayu
1
2
21
3
4
5
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
3. Udara
1
2
3
4
5
x=… Σ=…
x ± SD
x ± 5% x
H. Kesimpulan
(Disimpulkan oleh mahasiswa)
I. Evaluasi
1. Jelaskan mengapa bahan-bahan yang berpori besar cenderung mempunyai daya
isolasi terhadap panas yang lebih besar jika dibanding daya isolasi bahan yang
sama tetapi strukturnya lebih padat!
2. Mengapa bahan-bahan yang memiliki panas jenis yang benar juga akan emiliki
daya isolasi terhadap panas yang besar pula?
22
2. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat karya ilmiah sebagai laporan hasil percobaan.
B. Pendahuluan
Dalam perencanaan penerangan suatu ruangan, maka ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan, yang akan sangat mempengaruhi hasil perencanaan tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Daya lampu atau kuat cahaya
2. Penempatan titik lampu (sumber cahaya)
3. Sistem penyinarannya (langsung atau tak langsung)
4. Armatur lampu (alat-alat/perkakas lampu)
5. Bentuk ruangan dan bentuk serta warna perabot ruangan
6. Keadaan dinding, langit-langit, lantai, dan sebagainya
7. Pengaruh refleksi warma baik dari perabot, dinding, langit-langit, lantai, dan
sebagainya
Dari beberapa faktor diatas, maka percobaan ini memfokuskan pada pengaruh
refleksi warna terhadap cahaya lampu penerangan. Dan mengingat begitu banyaknya
faktor yang akan mempengaruhi terhadap hasil perencanaan suatu penerangan, maka
perhitungan yang teliti dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut tentulah
akan menjadi sangat kompleks. Untuk itu, ada beberapa hal yang cukup didasarkan
pada pertimbangan praktis saja baik berdasarkan perkiraan-perkiraan maupun
pengalaman.
Refleksi warna terhadap cahaya pada umumnya dinyatakan dalam %, yang
mana merupakan perbandingan antara daya refleksi warna tertentu dengan daya
refleksi sebuah cermin, yang dalam hal ini dianggap 100%. Refleksi warna tersebut
juga akan dipengaruhi oleh daya lampu (sumber cahaya) yang menyinarinya.
Berikut ini disajikan daftar koefisien rata-rata refleksi untuk cahaya baur dari
bidang-bidang yang berwarna.
Koefisien rata-rata refleksi bidang berwarna untuk cahaya baur, yaitu:
23
Warna Koefisien Refleksi Warna (%)
Terang Cukup Gelap
Kelabu 60 35 20
Hijau 60 30 12
Coklat 50 25 3
Biru 50 20 5
Merah 35 20 10
Hitam - 4 -
Sumber: YB Mangunwijaya, Pengantar Fisika Bangunan: hal 227
Dalam hal ini, untuk menentukan daya refleksi warna digunakan alat bantu
lux-meter, yakni untuk mengukur kuat penerangan yang ditimbulkan oleh
refleksi/pantulan dari bidang dengan warna tertentu dan kuat penerangan yang
ditimbulkan oleh refleksi/pantulan dari sebuah cermin untuk daya penerangan yang
sama. Jadi, daya refleksi warna dari bidang dengan warna tertentu dapat ditentukan
sebagai berikut:
C. Kajian Teori
(ditambahkan oleh mahasiswa secara individu)
D. Alat Percobaan
1. Seperangkat kotak eksperimen daya refleksi warna
2. Lux meter
3. Lampu pijar dengan daya 75W, 100W, 150W, dan 200W
24
Gambar 4.1. Lampu dengan daya Gambar 4.2. Lux meter
75W, 100W, 150W, dan 200W
E. Bahan Percobaan
1. Papan dengan permukaan warna yang akan diselidiki
2. Cermin
F. Langkah Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pasang lampu dengan daya tertentu (misal 75W) pada bidang sisi tempat lampu
dan nyalakan lampu tersebut dengan tegangan tetap 220-230 volt.
3. Pasang cermin pada lubang di bagian bawah kotak eksperimen.
4. Pasang lux-meter pada lubang di bagian sisi yang berlawanan dengan sinar
lampu.
5. Catatlah kuat penerangan yang ditunjukkan pada lux-meter.
6. Gantilah cermin dengan papan yang permukannya berwarna tertentu yang akan
diselidiki.
25
7. Ulangi percobaan ini dengan menggunakan lampu yang dayanya berbeda-beda
(100W, 150W, dan 200W).
8. Catatlah semua data hasil pengamaran pada table yang sudah disediakan
9. Bersihkan tempat praktikum dan semua peralatan yang digunakan.
H. Analisis Data
26
Menghitung Daya Refleksi secara manual, setelah itu hasilnya masukkan ke dalam
table di bawah ini.
27
e=… Σ=…
e ± SD
e ± 5%e
3. Hijau muda
28
6. Hijau tua
29
J. Evaluasi
1. Ditinjau dari segi kuat penerangan yang dihasilkan, sebenarnya warna-warna
perabot yang cerah lebih menguntungkan. Akan tetapi mengapa dalam
praktiknya masih banyak ditemui pemilihan perabot yang berwarna gelap untuk
ruangan tertentu?Jelaskan!
30
PENGUJIAN PANAS JENIS BAHAN BANGUNAN
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan panas jenis bahan bangunan.
2. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan tersebut.
3. Membuat karya ilmiah laporan hasil percobaan.
B. Pendahuluan
Panas jenis suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan berapa kalori panas
yang diperlukan untuk memanaskan satu-satuan massa zat tersebut dengan
menaikkan suhunya sebesar 1º celcius. Dengan demikian untuk memanaskan suatu
zat yang massanya m gram dengan menaikkan suhunya sebesar tº celcius akan
diperlukan kalori sebesar Q = m . c . t kalori, dimana c adalah panas jenis zat
tersebut. Panas jenis suatu zat ternyata harganya tidak tetap, tetapi akan tergantung
pada suhunya. Oleh karena itu, panas jenis suatu zat biasanya dinyatakan untuk
interval suhu tertentu. Sedangkan panas jenis yang dimaksudkan dalam percobaan
ini adalah panas jenis rata-rata untuk interval suhu tersebut. Salah satu alat yang
digunakan untuk menentukan panas jenis suatu zat adalah kalorimeter.
Kalorimeter ini terdiri dari bejana A yang diisi dengan yang tertentu
banyaknya dan tutupnya dibuat berlubang untuk memasukkan termometer T dan
pengaduk P. Kemudian panas hilang dicegah dengan cara menyelimuti bejana A
dengan bejana lain yang terbuat dari bahan penyekat panas, yaitu bejana C. Bahan
yang hendak diselidiki panas jenisnya dipanaskan dalam suatu tungku atau uap air
hingga mencapai suhu tertentu, misalnya t2. Misalkan bahan tersebut massanya mb
dan panas jenisnya cb. Andaikan suhu mula-mula air kalorimeter dan pengaduk
adalah t1, dan setelah bahan dengan suhu t2 dimasukkan dalam kalorimeter, diaduk,
dicapai suhu akhir ta.
Jika selama percobaan, tidak ada panas yang hilang, maka menurut Asas Black
dinyatakan bahwa jumlah panas (Q) yang dilepas oleh bahan pada saat suhunya
turun dari t2 menjadi ta adalah sama dengan jumlah panas yang diterima oleh air,
kalorimeter, dan pengaduk sehingga menyebabkan kenaikan suhu dari t1 menjadi ta.
Asas Black: Jumlah panas (Q) yang diberikan/dilepas oleh benda = jumlah
panas (Q) yang diterima oleh kalorimeter, air, dan pengaduk.
31
Q = m . c . t, maka:
Q yang dilepas oleh benda: Q = Qb = mb . cb . (t2 – ta)
Q yang diterima oleh (air + kalorimeter + pengaduk) = Q2
1. Yang diterima oleh air : Qa = ma . ca . (ta – t1)
2. Yang diterima oleh pengaduk : Qa = mp . cp . (ta – t1)
3. Yang diterima oleh calorimeter : Qa = mk . ck . (ta – t1)
Maka Q2 = Qa + Qp + Qk
mb . cb . (t2 – ta) = ma . ca . (ta – t1) + mp . cp . (ta – t1) + Qa = mk . ck . (ta – t1),
maka panas jenis bahan yang dicari sebagai berikut.
Keterangan:
mb = massa benda uji/bahan yang dicari panas jenisnya,
mk = massa kalorimeter,
mp = massa pengaduk,
ma = massa air,
t2 = suhu benda uji/bahan mula-mula (setelah dipanaskan),
t1 = suhu (air + kalorimeter + pengaduk) mula-mula,
ta = suhu akhir yang dicapai,
cb = panas jenis benda uji/bahan (yang diselidiki),
ca = panas jenis air (diketahui),
cp = panas jenis pengaduk (diketahui),
ck = panas jenis kalorimeter (diketahui).
Panas jenis (c) yang dimaksudkan dalam percobaan ini sebenarnya adalah
kapasitas panas jenis dari bahan yang bersangkutan yang dinyatakan dalam satuan
cal/gr Cº atau Btu/lb Fº. Sedangkan panas jenis suatu benda/bahan pada dasarnya
merupakan perbandingan antara kapasitas panas jenis bahan tersebut dengan
kapasitas panas jenis air. Oleh karena kapasitas panas jenis air harganya adalah 1
cal/gr Cº atau 1 Btu/lb Fº, maka panas jenis suatu bahan merupakan bilangan tanpa
satuan yang secara numerik harganya sama dengan kapasitas panas jenisnya.
Misalkan kapasitas panas jenis tembaga merah adalah 0,093 cal/gr Cº, maka nilai
panas jenisnya adalah 0,093.
32
C. Kajian Teori
(ditambahkan oleh mahasiswa secara individu)
D. Alat Percobaan
1. Seperangkat kalorimeter, tabung penyekat panas dan pengaduk
2. Termometer
3. Panci
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
5. Penjepit untuk mengambil benda panas
6. Kompor pemanas
E. Bahan Percobaan
1. Batu kali
2. Bata merah
3. Genteng
F. Langkah Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Nyalakan kompor yang sudah ditumpangi panic yang berisi air.
3. Rebus air sampai mendidih.
4. Timbanglah kalorimeter kosong, pengaduk, dan bahan yang akan ditentukan
panas jenisnya.
5. Isilah kalorimeter dengan air sampai kira-kira benda uji terendam.
6. Timbanglah massa (kalorimeter + air), sehingga massa air dalam kalorimeter
akan dapat diketahui (Massa air).
7. Masukkan semua benda uji ke dalam panci, dan tunggu beberapa saat.
8. Bacalah suhu pada termometer yang terpasang pada bejana didih (t2),
angkatlah salah satu benda uji dan dengan cepat masukkan ke dalam
kalorimeter yang sudah berisi air.
9. Aduk-aduklah dan bacalah suhu maksimum yang dapat dicapai yang
merupakan suhu akhir percobaan (ta).
10. Ulangi percobaan ini tiga kali (3 benda uji) untuk masing-masing jenis bahan
dengan volume air yang bervariasi.
11. Bersihkan tempat praktikum dan semua peralatan yang digunakan.
12. Catat semua hasil pengamatan pada table yang sudah disediakan.
33
G. Tabel Hasil Pengamatan
H. Analisis Data
Menghitung panas jenis benda uji/bahan (Cb) secara manual, setelah itu hasilnya
masukkan ke dalam table di bawah ini.
34
Cb ± SD
Cb ± 5%Cb
2. Bata Merah
35
PENGUJIAN KELEMBAPAN UDARA
A. Tujuan Percobaan
Setelah selesai praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami prosedur pengujian dalam menentukan kelembaban udara.
2. Melakukan analisis data dalam membuat kesimpulan dari hasil percobaan
tersebut.
3. Membuat karya ilmiah laporan hasil percobaan.
B. Pendahuluan
Ada beberapa cara untuk menentukan kelembaban udara. Salah satu cara yang
digunakan dalam percobaan ini aalah dengan menggunakan alat yang disebut
“Higrometer Renault” atau disebut juga “Higrometer Dew Point”. Alat ini terdiri
dari dua tabung yang pada bagian bawahnya dilapisi dengan bahan perak yang
mengkilat. Pada salah satu tabung diisi dengan ether atau spiritus yang mudah
menguap.Pada tabung yang berisi spiritus tersebut suhunya diturunkan yaitu dengan
cara menghembuskan atau meniup udara di dalamnya sehingga terjadi penurunan
suhu secara berangsur-angsur.
Akibat adanya penurunan suhu secara terus menerus, maka setelah mencapai
suhu tertentu, pada dinding luar bejana tersebut akan terjadi pengembunan yang
diamati dengan munculnya bintik-bintik air atau terjadi keburaman pada dinding
tabung yang mengkilat tersebut. Suhu dimana uap air dalam udara mulai
mengembun disebut sebagai suhu titik embun (te), sedangkan suhu yang ditunjukkan
oleh thermometer pada tabung yang lain (t1) disebut sebagai suhu ruang (tr).
Dalam kaitannya dengan kelembaban udara ini dikenal adanya istilah
kelembaban relative (relative humadity) dan kelembaban multak (absolute
humadity).Kelembaban mutlak (Km) adalah banyaknya/jumlah massa uap air dalam
udara untuk tiap satuan volume pada suhu titik embun atau tekanan parsial uap air
(Pte) dengan massa uap air dalam udara untuk tiap satuan volume pada tekanan
maksimum pada temperature tersebut atau tekanan uap air jenuh pada suhu tersebut
(Ptr). Dengan demikian, harga kelembaban relative dan kelembaban mutlak dapat
ditentukan sebagai berikut :
1. Kelembaban Relatif atau kelembaban nisbi:
36
Tekanan parsial uap air pada suhu udara
Kr = x 100 %
Tekananuap air pada suhu udara
Tekananuap air suhu titik embun( Pte )
Kr = x 100 %
Tekanan uap air suhu ruang ( Ptr)
2. Kelembaban mutlak:
Pte gram
Km = x ρuap air pada suhu titik embun( dalam )
Ptr cm3
37
Gambar 6.1. Seperangkat Higrometer Renaoult
E. Bahan Percobaan
1. Udara dalam ruangan
F. Langkah Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Isilah salah satu tabung hygrometer dengan spiritus.
3. Bacalah suhu pada kedua thermometer dari kedua tabung (T 1 dan T2).
Pastikan bahwa suhu pada kedua thermometer adalah sama yaitu tr.
4. Hidupkan pompa udara sehingga terjadi penurunan suhu pada tabung berisi
spiritus.
5. Matikan pompa udara setelah terjadi pengembunan, tampak buram, dan
terasa dingin pada lapisan perak tabung yang berisi spiritus, dan catatlah
suhunya (te).
6. Tunggu hingga warna buram pada lapisan perak kembali mengkilat. Untuk
memastikan, maka kedua thermometer harus menunjukkan suhu yang sama.
7. Lakukan pengamatan ini sebanyak 4 kali dengan suhu awal (tr) yang
berbeda-beda.
8. Bersihkan tempat praktikum dan semua peralatan yang digunakan.
9. Catatlah semua hasil pengamatan pada table yang sudah disediakan
38
G. Tabel Hasil Pengamatan
H. Analisis Data
1. Menghitung tekanan air pada titik embun (Pte) saat jendela tertutup lampu mati,
jendela tertutup lampu nyala, jendela terbuka lampu mati, dan jendela terbuka
lampu nyala. Setelah itu hasilnya masukkan ke dalam table di bawah ini.
2. Menghitung tekanan air pada suhu ruang (Ptr) saat jendela tertutup lampu mati,
jendela tertutup lampu nyala, jendela terbuka lampu mati, dan jendela terbuka
lampu nyala. Setelah itu hasilnya masukkan ke dalam table di bawah ini.
3. Menghitung massa jenis uap air pada suhu titik embun ( ρ ) saat jendela tertutup
lampu mati, jendela tertutup lampu nyala, jendela terbuka lampu mati, dan
jendela terbuka lampu nyala. Setelah itu hasilnya masukkan ke dalam table di
bawah ini.
4. Menghitung kelembapan relatif (Kr) saat jendela tertutup lampu mati, jendela
tertutup lampu nyala, jendela terbuka lampu mati, dan jendela terbuka lampu
nyala. Setelah itu hasilnya masukkan ke dalam table di bawah ini.
5. Menghitung kelembapan mutlak (Km) saat jendela tertutup lampu mati, jendela
tertutup lampu nyala, jendela terbuka lampu mati, dan jendela terbuka lampu
nyala. Setelah itu hasilnya masukkan ke dalam table di bawah ini.
39
Percobaan Pte Ptr gram Kr Km
ρ( )
cm3
Jendela
terbuka
lampu mati
Jendela
terbuka
lampu nyala
40
Percobaan Km Km - Km |Kr−Km| |Kr−Km| ² SD
lampu mati
Jendela
tertutup
lampu nyala
Jendela
terbuka
lampu mati
Jendela
terbuka
lampu nyala
Km = Σ=…
…
Km ± SD
Km ± 5% Km
I. Kesimpulan
(Disimpulkan oleh mahasiswa)
J. Evaluasi
1. Berdasarkan pengalaman dari beberapa percobaan yang telah anda lakukan,
ternyata semisal kelembapan relatif yang dieroleh adalah tinggi (>90%), padahal
secara teoritis berkisaran antara 60-70%. Berdasarkan pernyataan tersebut,
sebutkan beberapa kemungkinan yang menjadi penyebabnya!
41