Anda di halaman 1dari 14

1

TUGAS PRAKTIKUM
FISIKA BANGUNAN

Disusun oleh :

Ralisza Farreline Prasetya (19505241022)

Kelas A2

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019/2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-Nya
penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada Bu Indah Wahyuni S.Pd.T,. M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah fisika
bangunan yang selalu memberikan nasehat dan dukungan serta kepada semua pihak yang
telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan baik,

Paper ini saya susun bertujuan untuk memenuhi tugas pengganti praktikum mata kuliah
fisika bangunan Prodi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, berdasarkan pengetahuan
yang saya peroleh dari beberapa buku dan media elektronik dengan harapan orang yang
membaca dapat memahami tentang apa saja teori, rumus dan keterkaitan masing-masing
materi dalam mata kuliah ini.

Akhirnya, saya menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penerbitan paper ini di masa mendatang.

Yogyakarta, 27 Juni 2020

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
1. Menetukan Angka Pori, Porositas, Massa Jenis dan Berat Satuan Bahan .................................. 6
2. Pengujian Permeabilitas Bahan Bangunan.................................................................................. 7
3. Pengujian Daya Isolasi Bahan Terhadap Panas .......................................................................... 7
4. Pengujian Daya Refleksi Warna Terhadap Cahaya .................................................................... 9
5. Menentukan Panas Jenis Bahan Bangunan ............................................................................... 10
6. Pengujian Kelembaban Udara ................................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 14
4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia teknik sipil, ada mata kuliah yang dinamakan fisika bangunan.
Fisika Bangunan merupakan batu penjuru dari perancangan, konstruksi, dan operasi
performansi tinggi dari bangunan. Kalau misalkan posisi kita sebagai arsitek, kita
harus merancang suatu bangunan yang awet dan tahan lama, memiliki efisiensi energi
tinggi, terjangkau dan mendukung kesehatan. Untuk menghindari berbagai
permasalahan dari bangunan, berbagai ilmu yang cukup unik harus digabungkan
misalnya Perpindahan Panas dan Masa, sains material, meteorologi, teknologi
konstruksi, psikologi manusia, serta analisis dan desain keteknikan harus
diaplikasikan ketika merancang sebuah bangunan. Paduan dari berbagai ilmu dan
keahlian ini sering disebut dengan “building science”. Dan fisika bangunan terbagi
menjadi dua yaitu teori dan praktikum. Ada banyak hal yang dipelajari dalam
praktikum fisika bangunan yang nantinya akan sangat berguna dalam suatu
perencanaan pembangunan.

B. Rumusan Masalah
Apa sajakah materi dalam praktikum fisika bangunan serta kebermanfaatannya
dalam dunia teknik sipil?

C. Tujuan
Tujuan penulisan paper ini untuk mengetahui apa sajakah materi dalam
praktikum fisika bangunan serta kebermanfaatannya dalam dunia teknik sipil.
5

BAB II LANDASAN TEORI

Jika kita ingin merancang sebuah bangunan, sangatlah penting bagi kita untuk
mempelajari cara merancang bangunan agar nyaman dihuni, awet dan tahan lama.
Dengan memanfaatkan ilmu fisika bangunan, kita dapat mengetahui apa saja yang
harus dipersiapkan saat merancang suatu bangunan

Fisika bangunan merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang digunakan


untuk menganalisa dan berfokus untuk mengendalikan fenomena fisika yang memiliki
pengaruh pada bangunan dan rancangan arsitektur. Secara sederhana, fisika bangunan
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bahan-bahan bangunan, ventilasi, sistem
pengkondisian udara, akustik, perlindungan terhadap bencana, dan pemakaian energi
di dalam bangunan. Menurut sejarah, ilmu ini pertama kali berkembang di Eropa,
terutama di Candinavia yang sekarang menjadi dua negara yaitu Norwegia dan
Swedia. Ilmu ini sendiri sering disebut dengan nama Fisika Bangunan atau Building
Physics, ada juga menyebutnya Ilmu Bangunan atau Science Building.

Pada perkuliahan teknik sipil, kita juga mempelajari mengenai apa itu fisika
bangunan, yang terbagi menjadi dua yaitu, teori dan praktikum. Yang akan kita bahas
dalam paper kali ini yaitu mengenai materi yang dilaksanakan atau dipraktekkan
dalam mata kuliah praktikum fisika bangunan tentang angka pori, porositas,
permeabilitas, kelembaban udara dan lain-lain yan nantinya diharapkan dapat menjadi
bekal atau ilmu dalam dunia kerja.
6

BAB III PEMBAHASAN

Di dalam bab pembahasan ini, saya akan menjabarkan apa saja materi dalam
praktikum fisika bangunan yang dilaksanakan serta kebermanfaatannya dalam dunia
teknik sipil.

1. Menetukan Angka Pori, Porositas, Massa Jenis dan Berat Satuan Bahan
Dalam bahan- bahan bangunan terdapat dua bagian yaitu bagian padat dan
bagian pori. Pori sendiri mempunyai makna lubang (rongga-rongga kecil) pada kulit
atau permukaan suatu benda padat, sama halnya pada permukaan bahan bangunan.
Hal ini dapat dikaitkan dengan besar kecilnya rongga-rongga pada permukaan yang
disebut dengan porositas. Pada struktur bahan bangunan terdapat massa bagian padat,
massa bair dan massa total, juga ada volume air, volume padat dan volume ruang
(pori). Bahan yang baik/padat yang porositanya kecil, massa jenis dan berat
satuannya lebih berat.

volume ruang (Vr) Vt−Vp


Rumus : Angka pori(e) = =
volume padat (Vp Vp

volume ruang (Vr) Vt−Vp


Porositas (n) = =
volume total (Vt) Vt

massa kering oven Mk


Massa jenis (ρ) = volume padat
= Vp
(gr/𝑐𝑚3 )

Berat satuan (γ) ∶

massa kering oven Mk


a. Keadaan kering (γk) = = (gr/𝑐𝑚3 )
volume total Vt
massa jenuh Mb
b. Keadaan jenuh air (γb) = = (gr/𝑐𝑚3 )
volume total Vt

volume padat Vp
Kepadatan/kerapatan = d = volume total
= Vt
x 100%

Kebermanfaatannya dalam dunia Teknik Sipil adalah mengetahui kualitas


bahan bangunan seperti genteng, batu bata untuk meminimalisir kerugian pada saat
pengerjaan suatu bangunan.
7

2. Pengujian Permeabilitas Bahan Bangunan


Permeabilitas adalah kemampuan (bahan, membran, dan sebagainya)
meloloskan partikel dengan menembusny, contoh fluida. Permeabilitas dipengaruhi
oleh besar, bentuk dan hubungan antar butir (kerapatan) dalam suatu batuan. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permeabilitas, yaitu

1. Distribusi ukuran butir, contoh pada suatu batuan, apabila ukuran butirnya
semakin beragam, maka pori-pori batuan akan semakin kecil sehingga
permeabilitas batuan juga akan semakin kecil
2. Susunan butiran, apabila susunan butirannya semakin rapi, maka semakin
besar pula nilai permeabilitasnya
3. Geometri butiran, semakin menyudut geometri butiran, maka
permeabilitasnya akan semakin kecil
4. Hubungan antar pori: Semakin bagus hubungan antar pori pada batuan,
maka permeabilitasnya akan semakin besar

Pada saat akan melakukan pengujian, bahan yang akan diselidiki


permeabilitasnya harus dalam keadaan jenuh, dengan cara merendamnya terlebih
dahulu dalam air.

Rumus : volume (V) = debit (Q) x waktu (t)

Q = V x A dengan V = k.i

Sehingga volume air yang merembes : V = Q . t = A . k . h/L . t

V. L
Atau koefisien permeabilitas bahan : k = (cm/s)
A. h. t

Kebermanfaatannya dalam dunia Teknik Sipil adalah dapat mengetahui


kualitas bahan-bahan bangunan yang baik permeabilitasnya sehingga dalam pemilihan
bahan bangunan untuk perencenaan pembangunan tidak banyak merugi.

3. Pengujian Daya Isolasi Bahan Terhadap Panas


Bahan teknik memilki beberapa fungsi salah satunya untuk penghematan
energi maupun pengurangan daya hantar baik panas maupun listrik. Bahan teknik
8

yang biasa memiliki fungsi tersebut pada pekerjaan teknik terutama teknik mesin
adalah bahan isolasi, khususnya isolasi panas. Dalam konstruksi bangunan, isolasi
panas/kalor sangat penting. Berbagai bentuk isolasi dilakukan sebagai cara
mengurangi transmisi energi panas melalui dinding, langit-langit, dan lantai. Secara
sederhana, hal ini membantu menjaga ruang interior ruang ber-AC atau ruangan
khusus lainnya lebih dingin di saat panas.

Bahan isolasi merupakan bahan penyekat yang memiliki arti tidak mampu
menghantarkan (Indiyanto, hal: 121). Jika hal ini dikaitkan dengan bahan isolasi
panas, maka mengandung arti bahan isolasi panas adalah bahan yang tidak mampu
menghantarkan panas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan suatu
ruang :

1. Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi


nyaman (termal) manusia. Hoppe (1988) memperlihatkan bahwa suhu
manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21ºC. Kenaikan lebih
lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun
menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu
nyaman untuk kulit tercapai.

2. Suhu radiasi matahari dari sekeliling permukaan (plafon, dinding, pintu,


jendela dan lantai) juga ikut mempengaruhi kenyamanan ruang.

3. Kecepatan udara juga mempengaruhi kenyamanan termal, dimana semakin


besar kecepatan udara akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu
kulit manusia.

4. Pemilihan bahan-bahan konstruksi isolasi juga harus mempertimbangkan


dari segi ekonomi.

Setiap bahan bangunan mempunyai daya isolasi terhadap panas, bergantung pada
karakteristik bahan yang bersangkutan.

suhu awal−penurunan suhu


Rumus : DI =
5 x 60"
9

Kebermanfaatannya dalam dunia Teknik Sipil yaitu pada saat pemilihan


bahan untuk pembuatan suatu bangunan, agar bisa memperkirakan bahan apa saja
yang nantinya dapat menghasilkan kesan nyaman dalam ruangan.

4. Pengujian Daya Refleksi Warna Terhadap Cahaya


Pada saat merencanakan penerangan dalam ruangan ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi perancangan peneranan itu sendiri,
antara lain

1. Kuat penerangan atau daya lampu.


2. Warna cahaya yang diperlukan.
3. Arah pencahayaan sumber penerangan.
4. Gambar ruangan, dimensi ruangan dan rencana tata letak lampu.
5. Warna dan panrulan dari langit-langit, dinding, lantai dan meja kursi
(perabot yang ada di dalam ruangan).
6. Kondisi ruangan seperti: temperatur, kelembaban, dan debu.
7. Faktor refleksi warna dari seluruh komponen ruangan.

Dari beberapa faktor yang telah disebutkan, percobaan ini memfokuskan pada
refleksi warna terhadap cahaya pada penerangan karena pada saat perancangan suatu
bangunan, selain sumber cahaya, warna dari ruangan juga perlu dipikirkan
sebelumnya. Selain meneyesuaikan kenyamanan dengan pengguna, warna pada
dinding ruangan berpengaruh terhadap suhu dan juga energi listrik yang dikonsumsi
dari ruangan tersebut (Prianto, 2010).

Pada percobaan ini, digunakan alat luxmeter untuk mengetahui kuat


penerangan dari refleksi suatu bidang dengan warna tertentu dan kuat penerangan
dari refleksi pada cermin dengan daya terang yang sama untuk menentukan suatu
daya refleksi warna rungan terhadap cahaya.

Kuat penerangan hasil refleksi warna tersebut


Rumus : DR = x 100 %
Kuat penerangan hasil refleksi cermin

Kebermanfaatannya dalam dunia Teknik Sipil yaitu pada saat perencanaan


bangunan pada mata kuliah gambar teknik atau CAD, kita dapat mempertimbangkan
10

tata letak pencahayaan dengan melihat ukuran ruangan serta warna pada setiap
komponen ruangan agar tercipta suatu kenyamanan.

5. Menentukan Panas Jenis Bahan Bangunan


Panas jenis adalah banyaknya panas yang diperlukan untuk menimbulkan
kenaikan suhu yang sama ada berbeda-beda dari suatu bahan ke bahan yang lain.
Panas/kalor adalah salah satu bentuk energi. Banyaknya panas yang diperlukan
suatu benda untuk menaikkan suhunya sangat bergantung pada kapasitas panas dari
bahan benda tersebut. Panas jenis suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan
antara kapasitas panas jenis bahan itu dengan kapasitas jenis air.

Sebelum mengukur panas jenis suatu bahan yang perlu diperhatikan adalah
dua atau lebih benda yang berbeda suhunya apabila bersentuhan cukup lama akan
membentuk suhu akhir yang sama. Benda bersuhu tinggi memberikan kalor kepada
benda bersuhu rendah. Kalor yang diberikan sama dengan kalor yang diterima.
Pernyataan ini sesuai disebut dengan asas black.

Alat yang sering digunakan dalam menghitung jumlah kalor disebut


kalorimeter, terdiri atas sebuah bejana logam yang kalor jenisnya diketahui. Bejana
ini biasanya ditempatkan di dalam bejana lain yang agak besar dan dipisahkan oleh
bahan penyekat, misalnya gabus atau wol. Di atas permukaannya terdapat lubang
sebagai tempat thermometer dan pengaduk (Kertiasa, 2000).

Rumus : Q = m . c . t,

Q1 = Q2

Mb . cb . (𝑡2 − 𝑡𝑎 ) = ma . ca . (ta - t1) + mp . cp . (ta - t1) + mk . ck . (ta - t1)

Maka, panas jenis bahan yang dicari sbb:

(Ma.Ca+Mk.Ck+Mp.Cp)(ta−t1)
Cb = [ ]
Mb (t2−ta)

Keterangan :

mb= massa benda uji

mk = massa calorimeter
11

mp = massa pengaduk

ma = massa air

t2 = suhu benda uji mula-mula (setelah dipanaskan)

t1 = suhu (air+calorimeter+pengaduk) mula-mula

ta = suhu akhir yang dicapai

cb = panas jenis benda

ca = panas jenis air

cp = panas jenis pengaduk

ck = panas jenis calorimeter

Kebermanfaatannya dalam dunia Teknik Sipil adalah dapat mengetahui


atau memilah bahan - bahan bangunan yang biasa digunakan di dalam pekerjaan
konstruksi bangunan.

6. Pengujian Kelembaban Udara


Definisi kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer.
Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban
udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam
bentuk uap air. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya
turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah
menjadi titik-titik air. Udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat
dikandungnya disebut udara jenuh. Cara menentukan kelembaban udara pada
pengujian ini dengan alat yang disebut ‘Higrometer Renault atau Higrometer Dew
Point”.

Terdiri dari dua tabung dengan bagian bawah yang dilapisi bahan perak
mengkilat. Pada salah satu tabung diisi dengan spiritus atau bahan lain yang mudah
menguap, dan suhunya diturunkan hingga mencapai angka tertentu yang ditandai
dengan munculnya bintik-bintik air atau pengembunan pada bagian bawah perak
mengkilat tadi. Suhu saat uap air menjadi embun disebut titik embun (t e ), sedangkan
suhu yang ditunjukkan pada thermometer pada tabung yang lain disebut suhu ruang
(𝑡𝑟 ).
12

Macam-macam kelembabab yaitu kelembaban relatif dan kelembaban mutlak.


Kelembaban relatif atau nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang
terkandung di udara pada suhu yang sama. Kelembaban absolut atau mutlak yaitu
banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3.

tek.parsial uap air pada suhu udara


Rumus : Kr = x 100 % atau
tek.uap air jenuh pada suuhu udar

tek.uap air pada suhu titik embun (Pte)


Kr = x 100 %
tek.uap air pada suhu ruang (Ptr)

Pte
Kr = x ρ uap air pada suhu titik embun (gr/cm3 )
Ptr

Kebermanfaatannya dalam dunia Teknik Sipil yaitu pada saat perencanaan


ruangan dapat mempertimbangkan aliran udara, pencahayaan, apakah perlu
pemasangan ac atau pendingin ruangan lainnya untuk mencapai kenyamanan.
13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkann hal-hal yang sudah saya sampaikan diatas, yang dapat
disimpulkan dari pembahasan yaitu bahwasanya fisika bangunan itu sendiri penting
dalam perancangan suatu bangunan karena mencakup karakteristik bahan-bahan
bangunan yang nantinya berpengaruh dalam suatu pembangunan. Dan pada praktikum
fisika bangunan ada 6 materi yang dipraktekkan, masing-masing dari materi tersebut
memiliki manfaat dalam dunia teknik sipil seperti yang sudah saya sebutkan diatas
guna mancapai keberhasilan dalam suatu perencanaan pembangunan.

B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan yaitu sebaiknya dalam mengerjakan
praktikum atau pengujian ada baiknya kita benar-benar mempersiapkan segala sesuatu
dan juga teliti dalam bekerja karena hal itu akan mempengaruhi pada hasil akhir dari
pengujian tersebut.
14

Daftar Pustaka

Andi, Darma M. 2010. “Kelembaban Pada Bangunan”, http://b4nd1t30.blogspot.com/2010/03/fisika-


bangunan.html, diakses pada 28 Juni 2020 pukul 21.20.

Ansh. 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelembaban Udara”,


http://ans29.blogspot.com/2014/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html, diakses pada 28 Juni 2020
pukul 07.50.

Azis Abdu, Mohammad, dkk. 2016. “Analisis Pengaruh Warna Dan Ukuran Dinding Ruangan
Terhadap Intensitas Pencahayaan” dalam Jurnal Pembelajaran Fisika, Volume 5 (hlm 35-40). Jember.

2019. “Merencanakan Penerangan Dalam Ruangan”,


https://www.situstekniksipil.com/2019/05/merencanakan-penerangan-dalam-ruangan.html, diakses
pada 28 Juni 2020 pukul 07.23.

“Pengertian Menurut Para Ahli”, https://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-


permeabilitas/, diakses pada 27 Juni 2020 pukul 10.50.

Pranata, Agus. 2018. “Bab I Pendahuluan”, https://docplayer.info/61950309-Bab-i-pendahuluan-c-1-


panas-jenis-adalah-kapasitas-panas-bahan-tiap-satuan-massanya-yaitu-c-2.html, diakses pada 28 Juni
2020 pukul 07.27.

Puspa, Ayu. “Bahan Isolasi Panas”,


https://www.academia.edu/19992552/BAHAN_ISOLASI_PANAS, diakses pada 27 Juni 2020 pukul
20.15.

Sukron, Jalaludin. 2013. “Penentuan Kapasitas Panas Jenis Dan Panas Spesifik Produk Susu”,
http://jalalsukron.blogspot.com/2013/12/laporan-penentuan-kapasitas-panas-jenis.html, diakses pada
28 Juni 2020 pukul 07.32.

Yuliawan, I Putu. 2012. “Kelembaban dan Tekanan Udara”,


http://iputuyuliawanappp.blogspot.com/2012/02/kelembaban-dan-tekanan-udara.html, diakses pada
28 Juni 2020 pukul 07.42.

https://text-id.123dok.com/document/oz1rg13vq-angka-pori-void-ratio-porositas-porocity-derajat-
kejenuhan-degree-of-saturation.html, diakses pada 27 Juni 2020 pukul 10.27.

https://id.wikipedia.org/wiki/Porositas, diakses pada 27 Juni 20210 pukul 10.35.

https://id.wikipedia.org/wiki/Permeabilitas, diakses pada 27 Juni 2020 pukul 10.50.

https://www.arsitur.com/2019/01/jenis-jenis-bahan-isolasi-panas-pada.html, diakses pada 27 Juni


2020 pukul 20.08.

Anda mungkin juga menyukai