Anda di halaman 1dari 7

Modul II

PENGERINGAN BIJIH

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menghitung %moisture dari suatu bahan
2. Mahasiswa mampu menentukan kelembapan kritis melalui kurva pengeringan
3. Mahasiswa mampu memperkirakan waktu pengeringan yang efektif

B. DASAR TEORI
Pengeringan merupakan sebuah proses termal yang bertujuan untuk menghilangkan material
mudah menguap ( kelembapan ) sehingga didapatkan suatu produk padatan. Kelembaban dalam suatu
bahan dapat dikategorikan sebgai kelembaban terikat dan tidak terikat. Kelembapan terikat merupakan air
yang terjebak didalam mikrostruktur padatan sehingga memiliki tekanan uap yang lebih rendah dari air
murni. Sedangkan kelembapan tidak terikat merupakan kelebihan kandungan air yang terdapat di
permukaan bahan. Kelembaban terikat terbagi menjadi 3 kelompok ikatan yaitu : kimiawi, fisik-kimiawi,
dan fisik-mekanis. Air yang terikat secara kimiawi akan tetap stabil saat proses pengeringan. Begitu juga
dengan air yang terikat secara fisik-kimiawi. Air terjerap dan terserap ke bagian dalam material. Air yang
terikat secara fisik-mekanis terdapat dipermukaan bahan sehingga dapat dihilangkan saat proses
pengeringan (Hall, 1988).

Gambar 1 Mekanisme pengeringan suatu bahan (Athayde et al., 2018)

Proses pengeringan terjadi dalam dua tahap umum. Tahap pertama terjadi saat material terpapar
oleh udara energi panas dari alat pengering. Energi tersebut akan ditransfer dari sumber panas ke
permukaan material. Hal tersebut akan menguapkan air di permukaan. Kemudian, kelembapan yang ada
dibagian dalam material akan bergerak ke permukaan lalu teruapkan pada tahap selanjutnya. Hal ini
disebabkan adanya peningkatan temperature core. Hal ini terilustrasikan pada Gambar 1 (Cookson &
Stirk, 2019).
Gambar 2 grafik berat vs waktu pengeringan (Jabeen et al., 2015)

Kelembapan dan sifat pengeringan suatu bahan dapat diukur dengan memanaskan suatu bahan
dan menimbangnya secara bertahap. Berat bahan sudah dianggap konstan apabila perbedaan pengukuran
berat tidak lebih dari 0.25% (Kenkel, 2002). Pengurangan berat sampel saat pengeringan hingga berat
konstan terlihat pada Gambar 2. Secara teoritis, Pengeringan hingga berat konstan terjadi dalam beberapa
tahap yang digambarkan oleh sebuah kurva pengeringan seperti ditunjukkan oleh . Mekanisme
pengeringan juga dapat digambarkan oleh grafik %moisture vs waktu ; drying rate vs waktu ataupun laju
pengeringan vs %moisture. Secara umum, pengeringan terjadi dalam 4 tahap yaitu A (tahap awal) , B
(kondisi setimbang), C (penurunan laju) dan D. Hal ini ditunjukkan pada Hal ini juga dapat menentukan
critical moisture yang merupakan kelembapan saat laju pengeringan mulai melambat.

Gambar 3 Kurva pengeringan dan tahap pengeringannya (Cookson & Stirk, 2019)

Kurva pengeringan dapat dibuat dengan menghitung %moisture (X), laju pengeringan atau drying rate
(N) dan moisture ratio (MR) dengan rumus sebagai berikut (Sahin & Dincer, 2002) (McCabe et al., 1985):

W b−W k
X db= Pers. 1
W sb
W b−W k X wb
X db = = Pers. 2
W sk 1− X wb
X t −X e
MR= Pers. 3
X i− X e

R= ( )
m ∆X
A ∆t
Pers. 4

t T=
W sb
A Rc ( ( ))
X
X 1− X c + X c ln c
X2
Pers. 5

Keterangan :
Xwb = moisture wet basis (%)
Xdb = moisture dry basis (%)
Wb = berat sampel sebelum pengeringan (gram)
Wk = berat sampel setelah pengeringan (gram)
Wsb = berat awal sampel basah (gram)
Wsk = berat akhir sampel kering (gram)
MR = moisture ratio (dimensionless)
Xt = moisture saat t (waktu pengeringan) (%)
Xi = moisture awal (%)
Xe = equilibrium moisture (%)
R ; Rc = drying rate (g H2O/ g solid .min); saat constant rate
A = Luas permukaan
X1 = moisture awal (%)
Xc = critical moisture (%)
X2 = moisture akhir (%)

C. ALAT DAN BAHAN

C.1. Alat
1. Cawan Porselen
2. Timbangan Digital
3. Sendok spatula
4. Loyang
5. Sarung tangan
6. Krus tang
7. Oven
8. Stopwatch
9. Kaca arloji
C.2. Bahan
1. Bijih
2. Air

D. PROSEDUR
D.1. Pengukuran %moisture dan moisture fraction bahan
1. Timbang bijih sebanyak 20 gram
2. Masukkan bijih kedalam cawan porselen tanpa ditutup
3. Hidupkan oven dan atur set point temperature (90oC , 110oC , 130oC)
4. Masukkan cawan berisi bijih kedalam oven
5. Waktu pengeringan dihitung saat temperatur oven mencapai set point
6. Timbang bijih setiap interval waktu 5 menit
7. Bijih dikeringkan hingga berat konstan
8. Timbang bijih hasil pengeringan

E. PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA


E.1. Pengukuran %moisture dan moisture fraction
Berat cawan kosong : gram

Berat cawan + bijih : gram

Temperatur pengeringan : o
C

% moisture (wet basis) : %

%moisture (dry basis) : %

Tabel 1 Data hasil pengeringan

Waktu Berat Bijih Selisih Berat Moisture Moisture Drying


(gram) (gram) (gram) Fraction Rate
5 menit
10 menit
15 menit
……
Gambar 4 Contoh Grafik moisture fraction vs waktu (Pickles, 2003)

Gambar 5 Contoh grafik Drying rate vs Fraction (Jabeen et al., 2015)

Tabel 2 Data Temperatur dan Laju Pengeringan

Temperatur Laju Pengeringan


maksimal
90 C
o

110oC
130oC
Gambar 6 Contoh grafik Maximum Drying rate vs Temperatur (Pickles, 2003)

F. DISKUSI
1. Mengapa pengeringan dilakukan apda temperature 110oC, sedangkan titik didih air berada pada
temperature 100oC ?

2. Bagaimana meningkatkan efektifitas pengeringan ?

3. Mengapa pengeringan perlu dilakukan dalam rangkaian proses pengolahan mineral ?

4. Apakah kandungan moisture dalam suatu bahan dapat dihilangkan menjadi 0% ? jelaskan
pendapatmu !

5. Dalam industri metalurgi, alat apa saja yang dapat digunakan untuk proses pengeringan ?

G. Referensi
Athayde, M., Cota, M., & Covcevich, M. (2018). Iron ore pellet drying assisted by microwave: A kinetic
evaluation. Mineral Processing and Extractive Metallurgy Review, 39(4), 266–275.
https://doi.org/10.1080/08827508.2017.1423295
Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). CRC handbook Thermal engineering.
Hall, C. W. (1988). Handbook of Industrial Drying. Drying Technology, 6(3), 571–573.
https://doi.org/10.1080/07373938808916399
Jabeen, R., Aijaz, T., & Gul, K. (2015). Drying kinetics of potato using a self-designed cabinet dryer.
Cogent Food and Agriculture, 1(1). https://doi.org/10.1080/23311932.2015.1036485
Kenkel, J. (2002). Analytical Chemistry for Technicians. In Analytical Chemistry for Technicians.
https://doi.org/10.1201/9781420056709
McCabe, W. L. (Warren L., Smith, J. C. (Julian C., & Harriott, P. (1985). Unit operations of chemical
engineering / Warren L. McCabe, Julian C. Smith, Peter Harriott. (p. 960).
http://library.ucd.ie/iii/encore/record/C__Rb1235575?
lang=eng&ivts=WyeKQaAxy5HdrDGLca2d1w%3D%3D&casts=OnhMZ
%2FjXQVTdVAN2Pkragw%3D%3D
Pickles, C. A. (2003). Drying kinetics of nickeliferous limonitic laterite ores. Minerals Engineering,
16(12), 1327–1338. https://doi.org/10.1016/S0892-6875(03)00206-1
Sahin, A. Z., & Dincer, I. (2002). Graphical determination of drying process and moisture transfer
parameters for solids drying. International Journal of Heat and Mass Transfer, 45(16), 3267–3273.
https://doi.org/10.1016/S0017-9310(02)00057-1

Anda mungkin juga menyukai