MODUL PRAKTIKUM
(DRYING OF SOLIDS)
MEDAN
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Pengeringan Zat Padat (Drying Of Solids)
B. Tujuan Percobaan
Penentuan kecepatan pengeringan zat/bahan ( moisture content zat/bahan )
di dalam alat pengering.
C. Latar Belakang
Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan (dalam hal ini air)
dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai media
pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu sendiri atau di
luar alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer dengan sumber
energi udara panas dari electric heater yang dipasang diluar alat percobaan,
sebagai penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu unit dengan
electric heater itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya untuk menempatkan
zat yang akan dikeringkan secara batch. Saat pengeringan berlangsung,
permukaan kontak antara permukaan dengan udara yang selalu basah dengan
cairan sampai cairan habis teruapkan seluruhnya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Percobaan
Pengeringan zat padat adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair
dari bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu
sampai suatu nilai rendah yang dapat di terima. Pengeringan biasanya
merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi dan hasil pengeringan
biasanya merupakan langkah terakhir biasanya siap di kemas.
Pemisahan air dari bahan padat dapat dilakukan dengan memeras zat
tersebut secara mekanik sehingga air keluar, dengan pemisah sentrifugal, atau
dengan penguapan termal. Pemisahan air secara mekanik biasanya lebih
murah biayanya, sehingga biasanya kandungan zat cair itu diturunkan terlebih
dahulu sebanyak-banyaknya dengan cara mekanik sebelum diumpankan ke
dalam pengering termal.
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan
ke bahan lain. Ada bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama
sekali. Pada umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai
air terikat.
Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam bentuk serpih
(flake),bijian (granule),Kristal (crystal),serbuk (powder),lempeng (slab),atau
lembaran sinambung dengan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain. Zat cair
yang akan diuapkan mungkin terdapat pada permukaan zat padat seperti pada
Kristal, dapat pula seluruh zat cair terdapat di dalam zat padat seperti pada
pemisahan pelarut dari lembaran polimer, atau dapat pula sebagian zat cair
sebagian di luar dan sebagian di dalam. Umpan pengering mungkin berupa zat
cair dimana zat padat melayang sebagai partikel, atau dapat pula berbentuk
larutan.
3
Seiring dengan perkembangan teknologi, tuntutan akan kerja instrument
yang lebih terpercaya dan lebih teliti semakin meningkat, yang kemudian
menghasilkan perkembangan-perkembangan baru dalam perencanaan dan
pemakaian. Untuk menggunakan instrument secara cermat, kita perlu
memahami prinsip-prinsip kerja dan mampu memperkirakan apakah
instrument tersebut sesuai untuk pemakaian yang telah direncanakan, misalnya
pengeringan suatu bahan.
Kandungan zat cair di dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu
bahan dengan bahan yang lainnya. Bahan yang tidak mengandung zat cair / air
sama sekali disebut kering tulang. Namun pada umumnya, zat padat masih
mengandung sejumlah kecil zat cair / air.
Pada periode ini, hubungan antara moisture content dengan drying rate
dapat berupa garis lurus (linier) atau berupa garis lengkung atau mungkin juga
garis lengkung yang patah. Untuk operasi yang telah mantap (steady state)
dengan kondisi adiabatik, kecepatan perpindahan panas dan massa adalah:
Keterangan:
(lbmol/jam)
4
hG = Koefisien perpindahan panas dari udara ke permukaan basah
(lb mol/jam)
Dari persamaan (i) dan (ii) kecepatan pengeringan tiap satuan luas permukaan
basah dapat dinytatakan sebagai:
5
Dari hasil pengolahan data di atas kemudian digambarkan grafik hubungan
antara drying rate dengan moisture content, Seperti penguapan, pengeringan
adalah proses transfer massa mengakibatkan pemindahan air atau uap air dari
aliran proses. While evaporation increases the concentration of nonvolatile
components in solution, in drying processes the final product is a solid.
Sementara penguapan meningkatkan konsentrasi komponen mudah menguap
dalam larutan, dalam proses pengeringan produk akhir padat. Drying
processes reduce the solute or moisture level to Proses pengeringan
mengurangi zat terlarut atau tingkat kelembaban untuk :
4. sumber energi,
6
8. pemisahan uap-produk peralatan.
7
BAB III
MATERI DAN METODA
A. Materi
Adapun peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut :
1. Alat-alat
1) Alat pengeringan ( Tray dryer )
2) Timbangan analitik
3) Penggaris
4) Thermometer
5) Alat pemotong (Cutter)
6) Stopwatch
2. Bahan
1) Sampel ( Apel hijau)
2) Tissue
8
B. Metoda
Prosedur kerja
1. Sampel yang akan dikeringkan terlebih dahulu diperkecil ukurannya
dengan memotongnya, lalu diukur luas permukaan dari sampel
2. Ditimbang berat awal dari sampel dan dicatat
3. Setelah penimbangan sampel, lalu Alat pengering (Tray Dryer) dinyalakan
4. Diatur suhu pemanasan sampel
5. Lalu dimasukkan sampel kedalam Alat Pengering
6. Dengan interval waktu yang ditentukan dicatat data-data yang diperlukan
untuk penganalisaan data ( data yang diambil berupa ; berat sampel,
temperature dry bulb, temperature wet bulb )
7. Setelah berat sampel tidak lagi berkurang (konstan), pengeringan
dihentikan.
9
C. Gambar Rangkaian Percobaan
BAB IV
10
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
Qo : 4,8365 gram
Lamda : 545,1kkal/Kg
Surface area of Sampel : p x l x t (2,2 x 1,2 x 0,3) cm
T : 90C
Ukuran sampel : (3x2x0,5)
Berat Sampel : 2,8578 gram
B. Pembahasan
11
=2 ( 3cmx 2cm )+2(3cmx 0,5 cm)+2(2cmx 0,5 cm)
=17 cm 2
2. Menghitung Harga W
Qn
w= 1
Qo
0,5311 gr
1=0,1644
0,4561 gr
Qn
w= 1
Qo
0,4946 gr
1=0,0844
0,4561 gr
Qn
w= 1
Qo
0,4732 gr
1=0,0374
0,4561 gr
Qn
w= 1
Qo
0,4561 gr
1=0
0,4561 gr
12
1 jam
t=4 menit x =0,0667 jam
60 menit
0,7931 gr / jam
m14 m 15 ( 0,53110,4946 ) gr
M= =
t 0,0667 jam
0,5472 gr / jam
0,3208 gr / jam
0,0171 gr / jam
545,1 kal/gr
Q=M .
13
gr kal
= 0,7931 .545,1
jam gr
kal
432,3188
jam
gr kal
Q=M . =0,5472 .545,1
jam gr
kal
298,2787
jam
gr kal
Q=M . =0,3208 .545,1
jam gr
kal
174,8680
jam
gr kal
Q=M . =0,0171 .545,1
jam gr
kal
9,3212
jam
A= 17 cm2
545,1 kal/gr
14
kal
432,3188
Q jam
h= = 2
A ( ttw ) 17 cm ( 69,462,8 )
kal
3,8531
jam . cm2 .
kal
298,2787
Q jam
h= = 2
A ( ttw ) 17 cm ( 69,462,9 )
kal
2,6993 2
jam. cm .
kal
174,8680
Q jam
h= = 2
A ( ttw ) 17 cm ( 69,462,9 )
kal
1,5825
jam . cm 2 .
kal
9,3212
Q jam
h= = 2
A ( ttw ) 17 cm ( 69,462,9 )
kal
0,0843
jam .cm 2 .
15
a. Pada data ke-14
kal
3,8531 (69,462,8)
h (t tw) jam . cm 2 .
Rc= =
kal
545,1
gr
gr
0,0466 2
jam . cm
kal
2,6993 (69,462,9)
h (t tw) jam . cm2 .
Rc= =
kal
545,1
gr
gr
0,0321
jam . cm 2
kal
1,5025 (69,462,9)
h (t tw) jam . cm 2 .
Rc= =
kal
545,1
gr
gr
0,0188 2
jam .cm
kal
0,0843 (69,462,9)
h (ttw) jam. cm2 . gr
Rc= = =0,0010 2
kal jam . cm
545,1
gr
16
C. Grafik
a. Grafik Rc vs W
17
b. Grafik Q vs W
18
c. Grafik h vs W
19
d. Grafik Waktu vs W
20
D. Tabulasi Data
24
(oC) W Rate
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan modul pengeringan za t padat dengan sampel singkong dengan
ukuran luas permukaan 34 cm2 yang kami lakukan, maka kami dapat memberikan
kesimpulan :
1. Semakin lama watu pengeringan maka semakin kecil nilai panas yang
diterima
2. Semakin lama waktu pengeringan maka semkain kecil nilai kecepatan
pengeringan
3. Semakin lama waktu pengeringan maka sekain kecil nilai koefisien
perpindahan panas
25
Daftar Pustaka
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta.
26
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
MODUL PRAKTIKUM
27
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I
MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
B. Tujuan Percobaan
C. Latar Belakang
Pada kolom basah, kontak air dan udara terjadi di kolom dengan air
dialirkan dari kolom bagian atas, sedangkan gas dari kolom isian bagian
bawah, dimana terjadi kontak antara air dan udara di dalam kolom yang
menimbulkan penurunan tekanan. Penurunan tekanan ini disebabkan karena
28
adanya aliran udara yang masuk dari bawah ke atas. Selain gesekan antara air
dan dinding kolom juga menyebabkan aliran sekitar dinding menjadi lambat
sehingga tekanannya menurun.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Percobaan
Humidifikasi dan dehumidifikasi melibatkan perpindahan bahan antara
fasa cair yang murni dengan gas tetap yang tidak dapat larut dalam zat cair
itu.Operasi ini agak lebih sederhana daripada absorpsi (penyerapan) dan
pelucutan (stripping),karena bila zat cair itu hanya terdiri dari satu komponen
saja,maka tidak ada gradien konsentrasi dan tahanan terhadap perpindahan
pada fase cair itu.Di lain pihak, dalam hal ini ,perpindahan kalor dan
perpindahan masa sama-sama mempunyai peranan penting dan saling
mempengaruhi.
Kelembaban (humidity) ialah massa uap yang dibawa oleh satuan massa
gas bebas-uap.Menurut definisi ini,kelmbapan hanya bergantungpada tekanan
bagian-uap didalam campuran bila tekanan total dibuat tetap.adi tekanan-
bagian uap adal;ah atm, rasio molal antara uap dan gas pada 1 atm adalah Pa /
(1-pA).
30
Diagram yang praktis yang menunjukkan sifat-sifat campuran gas
permanen dan gas yang mampu-kondensasi disebut grafik kelmbapan
(humidity chart).Manfaat grafik kelambaban sebagai sumber data mengenai
campuran udara-air tertentu.Andaikan umpamanya bahwa suatu arus tertentu
udara yang belum jenuh berada pada suhu T dan persen kelembapan.Udara ini
ditunjukkan oleh titik A pada grafik.Titik ini merupakan titik potong antara
garis suhu tetap dan garis persen kelembapan tetap.
Grafik kelembapan dapat pula dibuat untuk setiap tekanan total yang
dikehendaki.Data yang diperlakukan adalah tekanan uap dan kalor laten
penguapan dari komponen yang mampu kondensasi sebagai fungsi suhu,kalor
spesifik gas murni dan uap murni,serta bobot molekul kedua komponen.Jika
kita menginginkan grafik atas dasar mol,semua persamaan itu dapat dengan
mudah dimodifikasi sehingga menggunakan satuan molal.Jika kita
menghendaki grafik pada tekanan selain dari 1 atm kita pun dapat membuat
modifikasi yang sesuai terhadap semua persamaan diatas.Grafik-grafik untuk
beberapa sistyem umum selain udara-air sudah terdapat dalam publikasi.
31
menyebabkan kandungan air pada baju menguap, dan terbawa oleh aliran
udara di sekelilingnya.
32
BAB III
A. Materi
1. Alat-alat
Kolom dinding basah
Thermostat
Pompa
Compressor
Thermometer
Flow meter
2. Bahan Percobaan
1. Air
B. Metoda
33
2. Prosedur Kerja
34
Kolom dinding basah
Compressor
BAB IV
No Wakt Aliran air Aliran Suhu udara masuk Suhu udara keluar
u udara
0
Menit L/m C NL/m SBK SBB t SBK SBB t
1 7 0,575 45 25 30 20 10 33 31,5 2,5
2 14 0,575 45 30 30,3 20,5 9,8 34 33 1,5
35
3 21 0,575 45 35 30,5 20,8 9,7 35 33,3 1,7
4 28 0,575 45 40 31 21 10 36 34 2
R : 0,005 m
L : 1,000 m
B. Pembahasan (data ke 3)
m3
2,1
jam
36
3. Menghitung kecepatan udara V (m/jam)
2. R
2
A= xD = x
4 4
2.0,005 m
3,14
x
4
Q m
V= ( )
A jam
3
m
2,1
jam
7,85 x 105 m2
m
0,26751 x 105
jam
4.Menghitung tekanan uap parsial PA1 (udara masuk) dan PA2 (udara keluar) (mmHg)
PA 1 29
=
PT PA 1 18 1
H( )
PA 1 29
=
760 mmHgPA 1 18 ( )
0,012
PA 1=14,4146 mmHg
37
PA 2 29
= ( )
PT PA 2 18 2
H
PA 2 29
=
760 mmHgPA 2 18 ( )
0,032
PA 2=37,2614 mmHg
38
( PAW 1PA1 )( PAW 2 PA2 )
ln PA=
PAW 1PA 1
2,303.log ( PAW 2PA 2 )
( 19,264614,4146 ) mmHg( 38,111437,2614 ) mmHg
2,303. log
(
(19,264614,4146)mmHg
( 38,111437,2614)mmHg)
4,85 mmHg0,85 mmHg
4,85
2,303. log ( )
0,85
2,2964 mmHg
g x ( 2RL ) x x PA PA
KG=
PT ( ln PA )
2 1
Interpolasi g pada T 32
x = 30,5 y1 = 1,293
x1 = 0 y2 = 1,093
x2 = 50
xx 1 y y 1
=
x 2x 1 y 2 y 1
6,1 kg kg
3
=50 y 64,65 3
m m
39
kg
y=1,171
m3
kg
g =1,171
m3
g x ( 2RL ) x x PA PA
KG=
PT ( ln PA )
2 1
kg 0,005 m m
1,171
m32
x
2.1 (
m
x 26751 )
jam 37,261414,4146 mmHg
1 atm
x
2,2964( )
kg
779,1331 2
m . jam . atm
kg
y17,10
30,50 m. sec
=
500 kg
(19,5417,10)
m . sec
kg
y 17,10
30,5 m . sec
50 kg
2,44
m. sec
kg
50y 855 = 68,32
m. sec
kg
50y = 923,323
m. sec
40
kg
y = 18,4664 x 10-6
m. sec
kg 3600 sec kg
=18,4664 x 106 x = 0,0664
m. sec 1 jam m. jam
.d .
=
kg m
1,171 . ( 2 x 0,01 m ) x 26751
m
3
jam
kg
0,0664
m. jam
=4717,6838
C. Grafik
41
42
43
D. Tabulasi Data (data no 1 dan 2)
Kelembaban PA1---PA2 ln PA KG Re
Masuk (H1) Keluar (H2) mmHg Kg/m2.jam
mmHg
44
0,0101 0,0301 35,15108 2,2421 654,5516 4687,3011
0,01 0,022 12,0502 2,0620 454,658 4821,6062
0,012 0,032 22,8468 2,2964 779,1331 4717,6838
0,0115 0,0345 26,1575 2,4849 940,4531 5333,78
R : 0,005
L :1m
D : 0,01 m
45
BAB V
KESIMPULAN
1. Semakin besar laju aliran udara yang diberikan,maka semakin besar suhu udara
masuk dan keluar, baik pada bola kering maupun bola basah.
2. Semakin laju aliran air yang diberikan maka semakin besar suhu udara masuk
dan keluar, baik pada bola kering maupun bola basah.
3. Semakin laju kecepatan udara maka besar nilai koefisien transfer massa
menyeluruh yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta
44
Sriwigiyatno, Kentut. 2006. Analisis Pengaruh Kolom Udara Terhadap Nilai
Serapan Koefisien Bunyi pada Dinding Partisi Menggunakan Metode
Tabung Impedansi Dua Mikrofon. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
http://rezaasmitaraa.blogspot.com/2013/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x
30.html ( Diakses pada tanggal, 10 Juni 2015 )
http://davitchemicalz.blogspot.com/2014/03/istilah-istilah-mengenai-humidifikasi.
html ( Diakses pada tanggal, 10 Juni 2015 )
MODUL PRAKTIKUM
44
KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR
MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
44
A. Judul Percobaan
B. Tujuan percobaan
1. Untuk menentukan Relative volatility berdasarkan komponen.
C. Latar Belakang
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.
Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan fasa
Gibbs. Untuk sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus
Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan
perubahan suhu. Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal
mengikuti hukum Raoult. Larutan non elektrolit nyata (real) akan mengikuti
hukum Henry. Sifat sifat koligatif dari larutan dua komponen akan dibahas
pada bab ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Percobaan
44
Operasi pemisahan fasa liquid-liquid ada beberapa macam, yaitu distilasi,
ekstraksi dan absorbs. Seperti hal nya pemisahan komponen-komponen
campuran etanol-air yang dilakukan dengan proses distilasi. Distilasi adalah
proses yang digunakan untuk memisahkan campuran fluida berdasarkan titik
didih yang di ikuti oleh kondensasi. Data yang diperlukan dalam penyelasaian
persoalan distilasi adalah data keseimbangan antara fasa liquid dan fasa gas.
Bentuk dan sumber data kesetimbangan antara fasa liquid dan fasa gas
diantaranya dapat digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan atau
diperoleh dengan cara eksperimen. Dua fasa dikatakan berada dalam
kesetimbangan jika temperature, tekanan dan potensial kimia dari masing-
masing komponen yang terlibat di kedua fasa bernilai sama. Salah satu alat
yang digunakan untuk memperoleh data kesetimbangan antara fasa liquid dan
fasa gas adalah glass othmer still. Adapun hal-hal yang berpengaruh dalam
system kesetimbangannya, yaitu: tekanan(P), suhu(T), konsentrasi komponen
A dalam fasa liquid(x) dan konsentrasi komponen A dalam fasa uap(y).
44
rendah dibanding komponen B,TA < TB. Hal ini menunjukkan
bahwa,komponen A lebih mudah menguap dibanding komponen B.
Kurva bagian atas pada grafik tersebut, menunjukkan kurva untuk titik
embun (dew point), sedangkan kurva dibagian bawah, merupakan kurva titik
gelembung (bubble point). Ruang diatas kurva titik embun, bahan berada pada
fase uap,sedangkan ruang dibawah kurva titik gelembung,bahan berada pada
fase cair. Diantara kedua kurva tersebut, bahan berada pada fase campuran.
44
keseimbangan Uap-cair dapat disajikan dalam kumpulan koordinat
yang berbeda untuk menjelaskan dan mengukur tingkatan pada proses
distilasi. Kita akan menyusun masing-masinggrafik menggunakan batasan
yang telah ditentukan secara termodinamika dan menggambarkanarti fisiknya.
Hubungan antara jumlah tiap fase akan ditentukan menggunakan Lever-
rule.Diagram FasePemisahan dari campuran cairan menjadi komponen-
komponennya adalah salah satu prosesterpenting di industri kimia. Prosedur
yang umum untuk melakukan pemisahan ini adalahdistilasi, sebuah operasi
yang berdasr pada feomena fisik dimana uap dan cairan berada padakondisi
komposisi setimbang yang biasanya berbeda. Nyatanya, bagian yang menguap
dari fasecairnya telah dihasilkan pada pemisahan parsial pada awal
pencampuran. Tingkat dari pemisahanakan ditentukan dengan keseimbangan
antara fase uap dan cairan. Hubungan antar komposisidari kedua fase pada
keseimbangan biasanya disajikan dengan diagram keseimbangan fase.Metode
penyajiannya harus tetap dengan jumlah variable yang bersangkutan.
Gibbsmenampilkannya dalam keadaan seimbang beserta sejumlah fase,
berikut hubungan yangrelevan:F= C + 2 P .(1)
Dimana F adalah jumlah derajat kebebasan, atau variable bebas. C adla jumlah
komponen dan Padlah jumlah fase saat ini.
Penyajian grafis dari data akan bergantung dari nilai F dan kita dapat
memperkirakannya dan plotting akan meningkat lebih kompleks sebagaimana
membesarnya nilai F. Tafsiran tampilandari grafis biasanya membatasinya
pada nilai F = 2, itulah sebabnya disebut system biner.Kebanyakan proses
distilasi di industry dilaksanakan pada tekanan relative konstan, dan
untuk alasan ini diagramkeseimbangan fase di tampilkan pada isobar. Dengan
suhu dan komposisi pada koordinatnya.DIAGRAM SUHU- KOMPOSISI
Diagram khusus suhu-komposisi ditunjukkan dalam Figure 1. Garis
lengkungABC menunjukkan komposisi cair jenuh dan AEC komposisi fase
uap jenuh. Untuk alasan ituakan menjadi sedikit lebih jelas, diagram ini juga
disebut diagram boiling point.
44
Untuk paham arti dari diagram kita akan menunjukkan beberapa
proses dan melihat bagaimana itu dapatdisajikan dalam diagram suhu-
komposisi.Anggap suatu cair campuran G dengan komposisi xo dan suhu T0.
Jika mulai dipanaskan, makasuhunya akan naik mencapai nilai T1 pada kurva
ABC. Ini menandakan bahwa campuran telahmencapai suhu jenuhnya
sehinggapemanasan lebih lanjut akan menyebabkan mendidih. Suhu
T1kemudian dapat di asumsikan sebagai suhu dimana pertama kali gelembung
uap muncul, danuntuk alas an ini disebut titk didih dari cairan pada komposisi
x0. Kita telah menunjukkansebelumnya bahwa biasanya fase uap akan akan
mempunyai perbedaan komposisi darikomposisi fase cairnya. Komposisi ini
sesuai dengan y0 dan diperoleh dengan menggambar garismendatar
(horizontal) pada T1 sampai memotong kurva ABC. Pemanasan selanjutnya
akanmeningkatkan jumlah fase uap saat ini dan sebagai akibatnyta akan
mengubah komposisi darifase cairnya. Akhirnya, semua fase cair akan
menguap dan karena tidak ada material yanghilang, komposisi uap akhir akan
sama dengan campuran cair asli/awal (titik E). Inimenunjukkan bahwa
meskipun komposisi dari tiap fase berubah terus menerus selam
proses penguapan, komposisi keseluruhan dari system adalah tetap atau
konstan.
Penambahan panasakan menyebabkan uap kelebihan beban sampai itu
mencapai tahapan pada titik F.Sekarang kita dapat membalikkan proses
sebagai berikut. Dimulai dengan uap lewat jenuh F pada suhu T2 kita
dinginkan sampai titik E pada kurva AEC. Di sini uap menjadi jenuh
sehingga pendinginan lebih lanjut akan menyebabkan fase cair muncul. Suhu
T3 dapat di asumsikansebagai suhu dimana pertama kalinya cairan tampak
dan untuk alas an ini disebut titik embundari uap pada komposisi y0.Sejak
titik awal telah berubah ubah, beberapa penyusunan awal komposisi x0 atau
y0 dapatdiperlakukan menjadi proses yang dijelaskan di atas. Dengan kata
lain, kurva ABC biasdidefinisikan sebagai kurva titik didih dan kurva AEC
sebagai kurva titik pengembunan.Kemudian kita dapat membagi grafik T-x-y
menjadi tiga wilayah: 1) Di bawah kurva ABCmenunjukkan campuran dalam
44
keadaan cair dingin; b) wilayah di atas AEC menunjukkan uaplewat jenuh; c)
area di antara dua kurva yang berhubungan adlah campuran jenuh
darikeseimbangan uap-cair.Itu memungkinkan untuk menghitung proporsi
relatif pada saatkeduanya fase jenuh? Untuk menjawab pertanyaan ini,
kitaharus mengingat bahwa pendinginan atau pemanasan tidak mengubah
komposisi keseluruhansystem Calling (T,xAT) jumlah mol total dan komposisi
system pada fase cair (L,xAL) dan faseuap dalam keseimbangan
(V,yAL), didapat: Neraca Total Bahan:T = L + V (2)
Neraca Bahan Komponen A:
DIAGRAM KOMPOSISICara lain untuk menggambarkan perbedaan
komposisi dari fase cair dan fase uap adalah denganmenggambarkan / meng
plotkan satu dengan yang lain, biasanya dengan komponen yang lebihvolatil.
Gambar 2 menunjukkan jenis diagram komposisi. Garis 45* menunjukkan uap
dengankomposisi sama dengan bentuk cairnya, jadi kurva yang lebih lebar
menunjukkan pemisahan dariini (cair-uap), bagian yang lebih lebar merupakan
perbedaan diantara 2 fase. Ini harus dicatat bahwa perbedaan kesetimbangan,
suhu berhubungan dengan tiap titik dalam kurva. Normalnyasuhu ini tidak
terindikasiGambar 1 dan 2 menunjukkan yang disebut system normal. Bila
komponen memiliki perbedaansifat fisik atau interaksi kimia yang kuat, maka
akan terjadi perbedaan dalam diagram suhu-komposisi dan diagram
komposisinya, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.Gambar 3(a) dan
3(b) menunjukkan system azeotrop. Campuran ini , dimana ada
komposisikritisPosisi Xa dimana fase uap dan fase cair mempunyai komposisi
yang sama, jadi tidak terjadi perubahan saat pemanasan di lakukan. Larutan
tersebut disebut Azeotrop dan untuk memisahkanlarutan tersebut dilakukan
beberapa metode yang special. Gambar 3(a) menunjukkan bahwa titik didih
dari larutan adalah maksimum, yang disebut dengan Maximum Boiling
Azeotrop.Gambar 3(b) menunjukkan hal yang sama, yang disebut dengan
Minimum Boiling Azetrop. Daridefenisi kata azeotrop, kita dapat mengetahui
bahwa kurva komposisi akan menunjukkan Crossover point pada 45Jika
interaksi antara komponen-komponen cukup kuat, pemisahan fase cair dapat
44
terjadi.(Gambar 3(c)). Dalam immisible region 2 fase cairan terjadi dan fase
ini mengindikasikan bahwa boiling temperature dari larutan sama seperti
komposisi dari fase uap yang konstan. Hubunganantara komposisi dari 2 fase
ditunjukkan dalam gambar 3 Dalam jangkauan tekanan antara dua
tekanan kritis, system akan dapat menjadi fase cairan saja melebihi
jangkauan komposisi dimanafase cair terjadi. Dalam kata lain, bentuk yang
umum dari diagram akan tetap sama, diagram tak digunakan untuk komposisi
dibawah 0 sampai 1,0. Kenaikan tekanan akan menurunkan jangkauan ini
sampai suatu saat akan menghilang sempurna.
44
BAB III
A. Materi
B. Metoda
Prosedur Kerja
44
6. Sampel di ambil dari hasil destilasi dan dari still-pot kira-kira 10 cc, untuk
masing-masing. Kemudian dianalisa untuk mengetahui indeks refractive
atau kerapatan. Kemudian dengan cara yang sama lakukan percobaan
dengan membuka stopcock K2 dan K3 secara berurutan
7. Percobaan dilakukan dengan memasukkan larutan berikutnya dengan
kadar yang berbeda-beda secara berturut-turut. Hasil pengamatan
percobaan isikan kedalam lembar data.
BAB IV
44
A. Hasil Kerja Praktek
Kadar : 45 % mol
B. Pembahasan
1. Menghitung MF
44
0,79 V 1
32
0,45=
0,79 V 1 V 2 1
+
32 18
0,79 V 1
32
0,45=
0,79 V 1 250V 1
+
32 18
0,4345 X V 1 112,50,45 X V 1
=
32 18
7,821 V1 = 3600-14,4 V1
22,221 V1 = 3600
3600
V1 =
22,221
V1 = 162,0089 ml
V 2=( 250V 1 )
( 250162,0089 ) ml
87,9911 ml
44
Pembuktian
gr
1629,0089 ml x 0,79
ml
32
Mf =
gr gr
1629,0089 ml x 0,79 87,9911 ml x 1
ml ml
+
32 18
3,9995 mol
( 3,9995+ 4,8833 ) mol
3,9995
8,8878
0,4499
YA / XB
AB =
YB / XA
YB=1YA
XB = 1- XA
A. Untuk K1
YB= 1-0,845
= 0,155
XB= 1-0,640
= 0,36
0,845/0,36
AB=
0,155/0,640
= 9,6917
44
B. Untuk K2
YB = 1-0,735
= 0,265
XB = 1-0,450
= 0,55
0,735/0,55
AB =
0,265/0,450
= 2,2692
C.Untuk K3
YB = 1-0,650
= 0,35
XB = 1-0,300
= 0,7
0,650/0,70
AB =
0,35/0,300
= 0,7959
= 4,2182
D.Untuk K3
YB = 1-0,555
= 0,445
XB = 1-0,200
= 0,8
44
0,555/0,8
AB =
0,445/0,200
= 0,3117
t
A . B=8,9
TA+TB
t= T Air T Metanol
( 100+273 ) K( 64,5+273 ) K
35,5 K
a. Untuk K1
AB =8,9
[ t
TA+TB ]
AB =8,9
[ 35,5 K
( 341+ 345 ) K ]
0,4605
b. Untuk K2
44
TB=( 76+ 273 ) K =349 K
AB =8,9
[ t
TA+TB ]
AB =8,9
[ 35,5 K
( 345+349 ) K ]
0,4552
c. Untuk K3
AB =8,9
[ t
TA+TB ]
AB =8,9
[ 35,5 K
( 349+ 353 ) K ]
0,45007
d. Untuk K3
AB =8,9 [ t
TA+TB ]
AB =8,9
[ 35,5 K
( 353+357 ) K ]
0,445
44
C. Grafik
44
b. Grafik Konsentrasi Metanol Vs Indeks Bias
44
D. Tabulasi Data
44
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin besar temperatur TOP dan BOTTOM tiap sampel maka,semakin
besar fraksi Y yang dihasilkan.
2. Semakin besar temperatur TOP dan BOTTOM tiap sampel maka,maka
semakin besar relative volatility berdasarkan perbandingan tekanan uap
parsial.
3. Semakin besar temperatur TOP dan BOTTOM tiap sampel maka,maka
semakin besar relative volatility berdasarkan temperatur.
DAFTAR PUSTAKA
Page | 68
http://www.google.com/kesetimbangan+uap+cair/kimia/industri.html
MODUL PRAKTIKUM
Page | 69
MENARA DESTILASI
(PACKED TOWER)
MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Menara Destilasi (Packed tower)
B. Tujuan Percobaan
Page | 70
a. Melakukan percobaan atas campuran Methanol Air dengan menggunakan
peralatan jenis Menara Isian ( packed tower ).
b. Mengevaluasikan performace Bahan Isian untuk Menara Distilasi dengan
memperbandingkan komposisi destilasi hasil yang diperoleh dari Menara
Isian tanpa Bahan Isian ( kosong ). ( jika memungkinkan hitunglah Height
Equivalent to a Theoritic plate ( H.E.T.P )
C. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sejarah
Page | 71
oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria
dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus
dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat
tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4.
Page | 72
Disamping merupakan unit operasi yang banyak dipakai dalam industri,
destilasi juga merupakan pengguna energi yang sangat banyak,sehingga perlu
pemikiran adanya konservasi energi .Hali ini sejalan dengan trend kenaikan bahan
bakar yang terus meningkat dari tahun ketahun.
Konservasi energi bertujuan untuk mengurangi kebutuhan energi .Untuk
pabrik yang sudah berdiri bisa dilakukan dengan me-review perancangan menara
distilasi dan dilanjutkan dengan audit energi berdasarkan data proses.Untuk
rencana pendirian pabrik baru,rancangan menara distilasi yang hemat energi
sudah bisa dirancang sejak awal.Dari kondisi tersebut jelaslah diperlukan
pemahaman yang baik tentang analisis dan sintesis, termasuk perancangan menara
destilasi.
Destilasi merupakan teknik pemisahan campuran yang terdiri dari dua atau
lebih komponen menjadi komponen yang mempunyai tingkat kemurnian sesuai
keinginan.Secara umum teknik distilasi banyak digunakan dalam industri refinery
dan industri petrokimia.Permasalahan utama dalam distilasi adalah pemakaian
energi yang tinggi.
Beberapa teknik telah dikembangkan untuk mengatasi masalah besarnya
konsumsi energi seoertin pengintegrasian dari kolom distilasi dengan keseluruhan
proses yang secara teori dapat menghasilkan penghematan energi yang signifikan
sampai dengan 28-33% bila dibandingkan dengan konfigurasi
nkonvensional.Teknik lain adalah dengan melakukan optimasi untuk mencari
kondisi operasi yang membutuhkan energi yang terkecil.Optimasi ini bisa
dilakukan dengan memanfaatkan algoritma genetika.
Algoritma genetika adalah algoritma pencarian yang didasarkan pada
mekanisme seleksi alamiah dan genetika alamiah.Optimasi algoritma genetika
umum digunakan karena kemudahan dalam implementasi dan kemampuannya
untuk menemukan solusi dengan baik.
Metode algoritma genetika banyak dipakai untuk tujuan optimasi numerik
dengan merepresentasikan masalah kedalam persamaan matematis.Dengan
demikian mutlak diperlukan adanya suatu metode untuk merepresentasikan proses
kolom distilasi.Namun pengembangan model distilasi yang non linear dan
multivariabel dengan persamaan matematis menjadi kendala tersendiri berkaitan
dengan jumlah persamaan yang dibutuhkan serta waktu penyelesaian yang lama.
Page | 73
Jenis-jenis Destilasi
Distilasi Sederhana
Distilasi Fraksionisasi
Page | 74
berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-
plat di bawahnya.[8] Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
Distilasi Uap
Distilasi Vakum
Page | 75
Azeotrop
BAB III
MATERI DAN METODA
A. Materi
1. Peralatan percobaan ialah :
1. Labu Destilasi 500 ml
2. Batu didih
3. Heater (penangas air)
4. Termometer dan pendingin refluks ( condensor ).
5. Pendingin samping dan wadah sampel.
6. Piknometer
7. Beaker glass
8. Erlemeyer
Page | 76
2. Bahan percobaan ialah :
1. Metanol secukupnya.
2. Aquades seperlunya.
B. Metoda
Prosedur kerja :
Page | 77
BAB IV
No Sampel Berat sampel Berat sampel Density v.metanol + Kadar Fraksi mol
Berat pikno + pikno (gr) (gr/ml) air methanol
kosong (gr) (ml) (%)
(gr)
Page | 78
Tanggal : 18 Mei 2016
Bahan : 46 % methanol
Komposisi air : 86 ml
Page | 79
B. Pembahasan
air : 1 gr/ml
BM methanol : 32 gr/mol
BM air : 18 gr/mol
V1 + V2 : 250 ml
V2 :250 ml - V1
W 1/ M 1
Mf =
W 1/ M 1+W 2/ M 2
V 1. 1
M1
0,46=
V 1. 1 V 2. 2
+
M1 M2
250V 1
0,79 V 1
+
32
0,79 V 1
32
0,46=
0,46 ( V 1.0,79 +
250V 1 V 1.0,79
32 ) ( 18 )
=
32
Page | 80
0,79V 1 0,3634 1150,46 V 1
=
32 32 18
0,4266V 1 1150,46 V 1
=
32 18
7,6788V 1=368014,72 V 1
22,3988 V 1=3680
V 1=164,2945158 ml
V 2=( 250V 1 )
( 250164,2945158 ) ml
85,7054842 ml
Pembuktian
V 1. 1
M1
Mf =
V 1. 1 V 2. 2
+
M1 M2
164,2945158 ml x 0,79
32
164,2945158 ml x 0,79 85,7054842ml x 1
+
32 18
4,056020859+ 4,761415789
4,056020859
4,056020859
8,817436648
Page | 81
= 0,46
D CH3OH : 73%
H2O : 27%
Feed
46% CH3OH
54% H2O
R CH3OH : 32 %
H2O : 668%
F=D+ R
250 ml=D+ R .(1)
Page | 82
135 ml = 0,27 D + 0,68 R .(3)
Eliminasi persamaan 2 dan 3
115 ml = 0,73 D + 0,32 R ] *0,27
135 ml = 0,27 D + 0,68 R ] *0,73
31,05 ml = 0,1971 D + 0,0864 R
98,55ml = 0,1971 D + 0,4964 R
-67,5 = -0,41 R
R = 164,6341 ml
F =D+R
D =F-R
D = 250 164,6341 ml
D = 85,3659 ml
D = 85,3659 ml
C. Grafik
Page | 83
Page | 84
Page | 85
D. Tabulasi Data
Page | 86
BAB V
KESIMPULAN
Page | 77
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi
Page | 78
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
MODUL PRAKTIKUM
MENARA PENDINGIN
(COOLING TOWER)
Page | 79
MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
1. Maksud
Agar mahasiswa/I mengetahui proses menara pendingin dan
aplikasinya dalam industry
2. Tujuan Percobaan
1. Untuk pemakaian kembali air pendingin pabrik pabrik
kimia berat ( besar ) atau sebagai hasil pengunaan
pengendalian udara (air conditioning ) yang menyebar luas.
2. Untuk mempelajari Psycrometic Chart udara basah, udara
kering dan juga memperoleh prinsip dasar untuk unit operasi
pengendalian udara (air condicition ) pengeringan penguapan.
C. Latar Belakang
Page | 80
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Page | 81
Komponen dasar sebuah menara pendingin meliputi rangka dan wadah,
bahan pengisi, kolamair dingin, eliminator aliran, saluran masuk udara, louvers,
nosel dan fan. Kesemuanya dijelaskan dibawah. 1 Rangka dan wadah. Hampir
semua menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup luar
(wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya. Dengan rancangan yang lebih
kecil, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat menjadi rangka. Bahan Pengisi.
Hampir seluruh menara menggunakan bahan pengisi (terbuat dari plastik
atau kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan kontak
udara dan air. Terdapat dua jenis bahan pengisi:
1. Bahan pengisi berbentuk percikan/Splash fill: air jatuh diatas lapisan yang
berurut dari batang pemercik horisontal, secara terus menerus pecah menjadi
tetesan yang lebih kecil,sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan
pengisi percikan dari plastik memberikan perpindahan panas yang lebih baik
daripada bahan pengisi percikan dari kayu.
2.Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan plastik tipis dengan jarak
yang berdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk lapisan
film yang tipis dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat
berbentuk datar,bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi
film lebih efisien dan memberi perpindahan panas yang sama dalam volume yang
lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash.
Kolam air dingin. Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah
menara, dan menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan
pengisi. Kolam biasanya memiliki sebuah lubang atau titik terendah untuk
pengeluaran air dingin. Dalam beberapa desain, kolam air dingin berada dibagian
bawah seluruh bahan pengisi. Pada beberapa desain aliran yang berlawanan arah
pada forced draft, air di bagian bawah bahan pengisi disalurkan ke bak yang
berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai kolam air dingin. Sudu-sudu fan
dipasang dibawah bahan pengisi untuk meniup udara naik melalui menara.
Dengan desain ini, menara dipasang pada landasannya, memberikan kemudahan
akses bagi fan dan motornya.
Page | 82
Drift eliminators. Alat ini menangkap tetes-tetes air yang terjebak dalam
aliran udara supaya tidak hilang ke atmosfir.Saluran udara masuk. Ini merupakan
titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran masuk bisa berada pada seluruh
sisi menara (desain aliran melintang) atau berada dibagian bawah
menara (desain aliran berlawanan arah).
Louvers. Pada umumnya, menara dengan aliran silang memiliki saluran
masuk louvers. Kegunaan louvers adalah untuk menyamakan aliran udara ke
bahan pengisi dan menahan air dalam menara. Beberapa desain menara aliran
berlawanan arah tidak memerlukan louver.
Menara pendingin jenis natural draft
Menara pendingin jenis natural draft atau hiperbola menggunakan
perbedaan suhu antara udara ambien dan udara yang lebih panas dibagian dalam
menara. Begitu udara panas mengalir ke atas melalui menara (sebab udara panas
akan naik), udara segar yang dingin disalurkan ke menara melalui saluran udara
masuk di bagian bawah. Tidak diperlukan fan dan disana hampir tidak ada
sirkulasi udara panas yang dapat mempengaruhi kinerja.
Kontruksi beton banyak digunakan untuk dinding menara dengan
ketinggian hinggamencapai 200 m. Menara pendingin tersebut kebanyakan hanya
digunakan untuk jumlah panas yang besar sebab struktur beton yang besar cukup
mahal.
Page | 83
Komponen menara pendingin
Komponen dasar sebuah menara pendingin meliputi rangka dan wadah,
bahan pengisi, kolam air dingin, eliminator aliran, saluran masuk udara, louvers,
nosel dan fan. Kesemuanya dijelaskan dibawah.
Bahan Pengisi.
Hampir seluruh menara menggunakan bahan pengisi (terbuat dari plastik
atau kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan kontak
udara dan air. Terdapat dua jenis bahan pengisi:
Bahan pengisi berbentuk percikan/Splash fill: air jatuh diatas lapisan yang
berurut dari batang pemercik horisontal, secara terus menerus pecah menjadi
tetesan yang lebih kecil, sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan
pengisi percikan dari plastic memberikan perpindahan panas yang lebih baik
daripada bahan pengisi percikan dari kayu.
Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan plastik tipis dengan
jarak yang berdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk
lapisan film yang tipis dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya
dapat berbentuk datar, bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis
bahan pengisi film lebih efisien dan memberi perpindahan panas yang sama
dalam volume yang lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash.
Kolam air dingin.
Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah menara,
dan menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan
pengisi. Kolam biasanya memiliki sebuah lubang atau titik terendah untuk
pengeluaran air dingin. Dalam beberapa desain, kolam air dingin berada
dibagian bawah seluruh bahan pengisi. Pada beberapa desain aliran yang
Page | 84
berlawanan arah pada forced draft, air di bagian bawah bahan pengisi
disalurkan ke bak yang berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai kolam
air dingin. Sudu-sudu fan dipasang dibawah bahan pengisi untuk meniup
udara naik melalui menara. Dengan desain ini, menara dipasang pada
landasannya, memberikan kemudahan akses bagi fan dan motornya.
BAB III
A. Materi
a. Perlengkapan penyediaan air panas.
1. Tangki air panas.
2. Panaskan listrik tercelup ( 3 KW x2 ).
3. Unit Otomatis pengontrolan suhu.
4. Distribusi air panas.
5. Penampungan Air panas.
b. Perlengkapan Udara Dingin.
1. Blower dan motor penggerak ( 0,75 KW ).
2. Unit pemanasan Udara ( 3 KW ).
3. Unit Otomotis Pengontrol suhu,
4. Penapis dan proyektor radiasi.
5. Drift water eliminator
c. Unit Transfer massa dan Transfer panas
1. Kayu bahan isian.
2. Jendela transfarans.
3. Perlengkapan bahan isihan yang dapat ditukar dengan cepat.
d. Panel dan Instrument.
1. Thermometer and meansuring position selector.
a. Suhu air didalam tangki air panas.
b. Suhu air dingin didalam tangki penyimpanan.
c. Suhu udara pendinginan didalam pipa saluran ( duct ).
2. Higrometer .
Dry Bulb and wet Bulb Thermometer inlet of duct and ambled
conditioning
3. Flow meter.
Rotameter air ( maksimum 1.000 l/jam )
4. Dial Indicator and Pressure measuring top selector
a. Pressure drop across orifice plate
b. Pressure drop across mass and heat transfer unit
c. Static pressure in air duct
Page | 85
5. Saklat Tenaga.
a. Penyediaan sumber tenaga ( utama ).
b. Blower
c. Pompa dan Pemanas.
B. Metoda
Prosedur Percobaan :
A. Persiapan.
1. Penyedian air.
Air dalam tangki puncak diawasi dan air pada wayer reservoir
mempertahankan air puncak konstan dan disediakan sebagai air
pendingin untuk diuji.
2. Penyediaan air kota pengambilan ( drain ) untuk diuji :
Air kota disediakan ( dialirkan dengan jalur arus pipa baru, dan
arus drain ( drain valve = VRD ) tertup. Air kota didalam tangki air
dibuat melubert agar tinggi permukaan air dapat selalu konstan dan
air yang meleburkan keluar melalui pipa pembuangan air dapat
selalu konstan dan air yang meluber keluar tinggi permukaan air
dapat selalu konstan dan air yang meluber keluar melalui pipa
pembuangan saluran.
3. Mencegah pembekuan.
Pada musim dingin keluar semua air dari peralatan ( dari cooling
Tower ) supaya tidak membeku didalamnya. Di indonesia karena
iklim tropis hal ini tidak akan terjadi .
B. Pengawasan temperatur Sensors
Awasilah temperatur Sensors yang tercelup didalam air yang selain
harus bersih di dalam kantongan. Kantongan terletak didalam bahan isihan
unit Transfer panas massa dan Transfer panas.
C. Pengawasan Higrometer.
Page | 86
1. Peralatan ini memerlukan sumber tenaga yang ditujukkan pada
sampul dari pada manual peralatan ini mempunyai panjang 5
meter.
2. Dua kabel jalur penyediaan tenaga listrik ditukar posisinya, jika
arah putaran motor berlawanan dengan tanda kutip pada
permukaan motor penggerak untuk pompa air.
F. Water Flow control Valve ( V1) and memotion shuterr are provided for
rate controling. Pengukuran peralatan ini dioperasikan pada keadan
seimbangan thermal dan steady state, sehingga operasi harus di mulai
beberapa jam seblum pengujian sesunggunya.
C. Gambar Percobaan
a. Gambar alat
1. Blower dan Pompa 2. Heater
Page | 87
3.Termocouple 4. Temperatur Set
5 Flowmeter
Page | 88
BAB IV
MEASUREHENTS
HOT COOLING AIR
WATER
Temp Press Hunidty Press
Hend In duch Miss and heat
Thank
To ho hdo T2 TW1 T1 TW1 P1 P2
O O
C O
C MmH2O C MmH2O
Page | 89
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
40 30,8 82 79 29,4 28,4 31,3 30,3 18 34
40 32,4 81 78 30,9 29,9 31,5 16 35
40 33,0 82 79 31,3 30,3 31,8 16 38
40 33,4 80 77 31,7 30,2 32 15 43
HOT WATER
TEMP FLOE
RATE
TRANSHER UNIT TANK
t1 t12 t13 t14 t15 t16 t17 t2 tR tL L
o
C Kg/l
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
40 38,0 39.4 38.5 39.4 32.5 31.8 31.2 30.9 35.2 200
.
4 36,4 36,8 35,4 33,5 33, 31,9 31,8 36,5 200
0 5
4 37,6 38 36,4 36,1 36, 33,2 33,3 38,3 200
0 1
4 36,4 36,8 35,9 35,3 35, 33,4 31,0 37,2 200
0 3
B. Pembahasan
DATA I
Page | 90
= 496,105 Kg/hour
Pn = Pa 13,6 + ho
Diketahui : Pa = 760 mmHg = 1 Kg/cm2
= 1000 Kg/cm2
Ho = 12 mmH2O = 12Kg/m2
Ditanya : Pn..?
Jawab : Pn = Pa 13,6 + ho
Pn =( 760 13,6 )mmH2O+ 80mmH2O
= 10416 mmH2O
= 10416 Kg/m2
Tn = 273 + To
Diketahui : To = 33.40C
Ditanya : Tn..?
Jawab : Tn = 273 + To
= 273 + 33.4
= 306,4K
5. Menghitung densitas udara yang mengalir n ( Kg/m3)
Pn
n=
29,46 x Tn
= 10416 Kg/m2
29,46 x 306.4K
= 1,1539 Kg/m2
2
G = 3600 d 2 g hdo n
4
Page | 91
3,14
= 3600 x 0,0087 x 1,000 x (0.1053 m) 2
4
2 x 9,8 x 77 x 1.153 9
= 1306,9836 kg/jam
1,1539 kg /m2
0,1053 m
= 2
0.785.
3600 .
1306,9836 kg / jam
= 36,1643 m/detik
X X1 = Y Y1
X2 X1 Y2 Y1
31,7 0 = Y 1,293
50 0 1,093-1,293
31,7 =y 1,293
50 -0,2
50Y - 855 = -634
Y = 1,1662Kg/m3
Page | 92
MENCARI VISCOSITAS
X X1 = Y Y1
X2 X1 Y2 Y1
31,7 0 = Y 17,10X10-6
50 0 2,44 x 10 -6
31,7 = y 17,10X10-6
50 2,44X10-6
Y = 18,646x10-6 kg/m.s
. D .
Rd = Rd =
Reynold Air
L
=
A
L= 500 L/jam x 1 jam / 3600 S x 1 dm3/L x 1 m3/103dm3
=0.000138 m3/s
3
0.000138 X 103 m /s
= 3
0.0017 m
= 0.08117 m/s
d.
Rd =
0.08117 m x 0.04755 m/s
= 0.00663
=5859
Page | 93
C. Grafik
Page | 94
Page | 95
Page | 96
D. Tabulasi Data
MEASUREHENTS
HOT COOLING AIR
WATER
Temp Press Hunidty Press
Hend In duch Miss and heat
Thank
To ho hdo T2 TW1 T1 TW1 P1 P2
O O
C O
C MmH2O C MmH2O
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
40 30,8 82 79 29,4 28,4 31,3 30,3 18 34
40 32,4 81 78 30,9 29,9 31,5 16 35
40 33,0 82 79 31,3 30,3 31,8 16 38
40 33,4 80 77 31,7 30,2 32 15 43
HOT WATER
TEMP FLOE
RATE
TRANSHER UNIT TANK
t1 t12 t13 t14 t15 t16 t17 t2 tR tL L
o
C Kg/l
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
40 38,0 39.4 38.5 39.4 32.5 31.8 31.2 30.9 35.2 200
.
4 36,4 36,8 35,4 33,5 33, 31,9 31,8 36,5 200
0 5
4 37,6 38 36,4 36,1 36, 33,2 33,3 38,3 200
0 1
4 36,4 36,8 35,9 35,3 35, 33,4 31,0 37,2 200
0 3
CALLOLATIONS
COOLING AIR
Page | 97
Relative Flow Rate Vlld Rey Reyno
Humudi kry nold ld
ty Air Udara
Q1 Q2 Pn Tn n G Rd Rd
BAB V
KESIMPULAN
Page | 98
A. Kesimpulan
Semakin besar laju alir air maka akan semakin besar temperatur bola
kering dan bola basah.
Temperatur bola kering lebih tinggi dari temperatur bola basah.
Semakin tinggi temperatur bola basah dan bola kering maka akan tinggi
kelembapan udaranya.
DAFTAR PUSTAKA
Page | 99
Coulson and Richardsons, 2002,Chemical Engineering,5th Edition,
Butterworth- Heinemann, Tokyo
Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3nd
Edition, Prentice Hall, Inc, U.S.A
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi
keempat, jilid 2, Erlangga, Jakarta
www.energyefficiencyasia.org
MODUL PRAKTIKUM
Page | 100
FLUIDISASI
(FLUIDIZATION)
MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 101
A. Judul Percobaan
Fluidisasi ( Fluidization )
B. Tujuan Percobaan
- Mempelajari pengaruh Kehilangan Tekanan ( Pressure Drop)
pada Fixed dan Fluidized Bed, mengukur porositas (voidage)
dan mengamati keadaan Fluidisasi.
- Mempelajari kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)
Page | 102
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka
di dalam fluida itu akan terbentuklah lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu
meluncur di atas yang lain, hingga mencapai bentuk yang baru. Selama perubahan
bentuk itu, terdapat tegangan geser yang besarnya tergantung pada viskositas
fluida dan laju luncur. Tetapi bila sesudah itu mendapatkan bentuk akhirnya,
semua tegangan geser itu kan hilang. Fluida yang dalam kesetimbangan itu bebas
dari segala tegangan geser.
Pada suatu suhu dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas
atau rapatan (density) tertentu yang dalam praktek keteknikan biasanya diukur
dalam pound per cubic atau dalam kilogram per meter kubik. Walaupun densitas
fluida bergantung pada suhu dan tekanan, perubahan densitas karena perubahan
variable itu mungkin besar atau mungkin kecil. Jika densitas itu hanya sedikit
terpengaruh oleh perubahan yang agak besar pada suhu atau tekanan, maka fluida
itu disebut tak mampu mampat (incompressible), tetapi jika densitasnya peka
terhadap perubahan variable itu, fluida itu disebut fluida mampu mampat
(compressible). Zat cait biasanya dianggap tak mampu mampat sedangkan gas-gas
mempu mampat. Namun penggunaan istilah itu relative, densita zat cair dapat saja
mengalami perubahan yang cukup berarti apabila tekanan dan suhu diubah dalam
jangkau yang cukup luas. Demikian pula gas yang mengalami perubahan tekanan
dan suhu yang kecil saja dapat berlaku sebagai fluida tak mampu mampat.
Perubahan densitasnya dalam kondisi seperti itu dapat diabaikan tanpa
menimbulkan kesalahan yang berarti.
Sifat dasar dari setiap fluida static adalah tekanan. Tekanan dikenal
sebagai gaya permukaan yang diberikan oleh fluida terhadap dinding bejana.
Page | 103
Teknan terdapat pada setiap titik di dalam volume fluida. Pertanyaan fundamental
kita adalah apa tekanan itu? Apakah tekanan itu tidak bergantung pada arah atau
berubahkah ia menurut arah? Untuk fluida static, tekanan ternyata tidak
bergantung pada orientasi permukaan dalam temoat bekerjanya tekanan itu.
Prinsip-prinsip fisika yang paling utama dalam penerapan mekanika fluida ialah
persamaan-persamaan neraca massa atau persamaan kontinuitas, persamaan
neraca momentum linear dan neraca momentum angular (sudut) dan neraca energi
mekanik. Persamaan itu dapat dituliskan dalam bentuk diferensial yang
menunjukkan kondisi pada suatu titik di dalam elemen volume fluida, atau dapat
pula dalam bentuk integral yang berlaku untuk suatu volume dituliskan dalam
bentuk difrernsial yang menunjukkan kondisi pada suatu titi di dalam elemen
volume fluida atau dapat pula dalam bentuk integral yang berlaku untuk suatu
volume.
A. Pengertian Fluidisasi.
Page | 104
B. Kehilangan Tekanan (Pressure Drop)
Aspek utama yang akan ditinjau di dalam percobaan ini adalah untuk
mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup
penting karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang
diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Korelasikorelasi matematik yang menggambarkan hubungan
antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun
diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan
menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi.
2
P k . .s
. gc= 3 u..............(1)
L
Dimana : dP/L : kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran
gC : faktor konversi
: viskositas fluida
Page | 105
6 ( 1 )
s= .......................(2)
dp
P 36k .. ( 1 )
. gc= 2 3 u..............(3)
L dp .
atau
P 36k .. ( 1 )
. gc= 2 3 u..............(4 )
L dp .
2
P k 1. . ( 1 ) k 2 . . ( 1 ) g 2
. gc= u.+ . u . . .. .. . .. .. . ..(5 )
l dp 2 . 3 3 dp
dimana: k1 =150
Page | 106
k2 = 1,75
2
P 150 ( 1f ) 1, 75 ( 1 ) g 2
gc= u+ . . . .... .. . .... ... ... .... ... ( 6 )
l dp 2 . f 2 3 dp
Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel gaya apung atau:
Page | 107
Kecepatan Minimum Fluidisasi
2 2 3
150 ( 1 mf ) . dp . g 1,75( dp ) g 2 dp . g ( sg ) g
. mf + . mf = .. .. . .(9)
mf . mf 3 . 2 2
Page | 108
BAB III
A. Materi
1. Alat
- Blower
- Plat Orifice
- Manometer H2O
- Kolom Fluidized Bed
- Katup-katup (Valve)
- Timbangan
- Gelas Ukur
2. Bahan
- Pasir Kuarsa
- Aquadest
B. METODA
Page | 109
8. Setelah pengambilan data untuk fluidized bed, kemudian ditutup katup
utama perlahan dan dilakukan pengamatan sampai partikel-partikel pasir
kuarsa diam dan dicatat sebagai fixed bed
Gambar Rangkaian
Page | 110
BAB IV
D1 = 56,30 mm V1 = 15 ml
M2 =108,6gr 0 =0,16
Dp = 0,39 mm V2 = 15 ml
Vt = 30 ml
L =1 M M1 =96,2gr
p =1,24 gr/ml
Page | 111
B. Pembahasan
Page | 88
a. Vt 0 = AL0
=0,0024 m2 0,23 m
0,00055 m3
0,55 x 103 m3
b. V Udara= 0 Vt 0
( 1 0 ) U S L0
P=150 2
2
d. ( 0 ) ( Dp ) g
o
Mencari Nilai (32 C )
xx 1 y y 1 320 y 17 ,10
= =
x 2 x 1 y 2 y1 500 19 ,5417 , 10
32 y17,10
=
50 2,44
322, 44
y17,10=
50
73,2
y= +17,10
50
y=18,6616 x10 kg/m. s
Page | 89
( 1 0 ) U S L0
P=150 2
2
( 0 ) ( Dp ) g
a. Vli= AL1
=0,0024 m2 0, 29 m
3 3
0,69 x 10 m
Vt 1 V Partikel
mf =
b. Vt 1
3
1 ( mf )
Umf =
150
g
1
( Pasir Udara )Dp 2
c. ( mf )
Mencari Udara pada suhu 40oC
xx 1 y y 1 400 y1, 293
= =
x 2 x 1 y 2 y1 500 1,0931, 293
40 y1, 293
=
50 0,2
40(0,2)
y1, 293=
50
8,0
y= +1, 293
50
3
y=1, 133 kg/m
Page | 90
3
1 ( mf )
Umf = g ( Pasir Udara )Dp 2
150 ( 1 mf )
1 ( 0, 33 )3
= 9,8 ( 12401, 133 )(0, 00039)2
150 ( 10, 33 )
0, 0653 x 0, 0536 . x 1238,86 x 0,1521 x106
0, 6595.106 m/s
Vt 1 V Partikel
mf =
Vt 1
3 3
0, 992 x 10 0, 4788 x 10
=
0,992 x103
= 0,51
Page | 91
Vt 1 V Partikel
mf =
Vt 1
1,2 x 103 0, 4788x 103
=
0,992 x103
= 0,601
Vt 1 V Partikel
mf =
Vt 1
1,4 x103 0, 4788 x103
=
1,4 x 103
= 0,658
3
1 ( 0,51 )
Umf = 9,8 ( 12401, 125 )0, 0039 m2
150 (10, 51 )
6 2
=10,255x 10 kg/ s
PF =0,6X(1240-1,093)X(1-0,658)
2
=254,22kg/ m
Page | 92
C.Grafik
Page | 93
D.
Page | 94
No Temp Manomet Air Vol L Vs VUdara VP Pf Umf Ket
(oC) (m3/s) (cm (m/s) (m3) (m3) (Kg/m2) (-)
. er
(mmH2O) )
D1 = 56,30 mm V1 = 15 ml
Dp = 0,39mm V2 = 15 ml
M1 = 96,2 gr Vt = 15 ml
M2 = 108,6 gr
Page | 95
BAB VII
KESIMPULAN
1. Semakin tinggi laju udara yang diberikan, maka tinggi partikel pada
tabung semakin tinggi juga.
2. Semakin tinggi udara yang dimasukkan, temperatur akan ikut naik.
3. Pada percobaan, pada ketinggian tertinggi didapat pada laju udara
3,9x 10-5 m3/sec dengan tinggi 45 cm.
Page | 123
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisikeempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta
http://davitchemicalz.blogspot.com/2014/03/fluidisasi.html
Page | 124
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
MODUL PRAKTIKUM
MEDAN
2016
Page | 125
BAB I
PENDAHULUAN
A. JudulPercobaan
REAKTOR TANGKI BERPENGADUK
B. TujuanPercobaan
1. Mempelajari bagaimana metode menentukan persamaan kecepatan reaksi
dengan data-data yang diukur pada Reactor Batch.
2. Mempelajari bagaimaname nerapkan persamaan kecepatan reaksi dalam
industry.
3. Mempelajar ipengetahuaan dasar untuk merancang Reaktor Batch.
C. LatarBelakang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Page | 126
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu
reaksi berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara
fisika. Reaktor kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik
dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti
reaktor skala industri. Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state
dan mudah dalam kontrol temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam
reaktor ditentukan oleh laju alir dari feed masuk dan keluar, maka waktu
tinggal sangat terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan per
volume reaktor yang tinggi, karena dibutuhkan reaktor dengan volume
yang sangat besar. Ada dua model teoritis paling populer yang digunakan
dalam pereaksian kimia yang beroperasi dalam keadaan tunak (steady-
state), yaitu CSTR (Continuos Stirred Tank Reactor) dan plug Flow
Reaktor (PFR). Perbedaannya adalah pada dasar asumsi konsentrasi
komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi. CSTR merupakan
reaktor model berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang
bekerja dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap
komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran konsentrasi
tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang
keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada reaksi homogen di
mana semua bahan baku dan katalis cair.
Reaktor industri kimia merupakan peralatan yang komplek dalam
transfer panas, transfer massa, difusi dan friksi yang mungkin ditemui
selama reaksi kimia, ini harus dijaga dan terkontrol. Continous stirred tank
reactor sering digunakan secara multiply dan secara seri. Reaktan secara
terus-menerus dimasukkan ke dalam vessel pertama dan overflow diantara
masing-masing saat terjadi pencampuran dalam masing-masing vessel.
Biasanya komposisi uniform dalam individual vessel, tapi ada gradient
konsentrasi dalam sistem secara keseluruhan.Keberhasilan operasi suatu
proses pengolahan sangat bergantung pada aktifnya pengadukan dan
pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran sebetulnya tidak sama satu sama lain. Pengadukan (agitator)
Page | 127
menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara tertentu. Pada suatu
bahan didalam bejana, dimana gerakan ini biasanya mempunyai semacam
pola sirkulasi. Pencampuran (mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan
secara acak, dimana bahan yang satu menyebar kedalam bahan yang lain
dan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu terpisah dalam dua fase atau lebih.
Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana
derajat homogenitas bahan yang bercampur tersebut sangat berbeda-
beda. Tujuan dari pengadukan antara lain adalah untuk membuat suspensi
partikel zat padat, untuk meramu zat cair yang mampu bercampur
(miscible), untuk menyebar (dispersi) gas di dalam zat cair yang lain,
sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus, dan
untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan
atau material kalor. Kadang-kadang pengaduk digunakan untuk beberapa
tujuan sekaligus, misal dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam
bejana hidrogenasi gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana
terdapat partikel-partikel katalis padat dalam keadaan suspensi, sementara
kalor dikeluarkan melalui kumparan atau mantel.
Page | 128
mencegah aliran) untuk menghasilkan pengadukan dan perpindahan panas
yang sempurna. Agitator ini bekerja dengan menggunakan motor listrik
yang ditaruh pada penutup reaktor. Motor ini dijalankan dengan
variablespeed unit yang ditaruh didepan sevice unit
Stired Tank (tangki berpengaduk) dalam industry kimia
digunakan untuk reaksi-reaksi batch tumpak dalam skala kecil.
Alat ini terdiri dari tangki silindris yang dilengkapi dengan
agitator pengaduk. Tangki ini digunakan untuk pemanasan atau
pendinginan, dipakai jaket sehingga air panasatau air dingin dapat
dialirkan (dipindahkan). Pengadukan dipakai dalam berbagai aplikasi,
misalnya : Dispersi suatu zat terlarut dalam suatu pelarut,
penyatuan dua cairan yang dapat di campur , produksi slurry dari
padatan halus didalam suatu cairan, pengadukan suatu cairan
homogeny untuk meningkatkan heat transfer kecairan
Page | 129
yang dinamis, yaitu panas dipindahkan secara spontan dari satu kondisi
kekondisi lain yang suhunya lebih rendah. Kecepatan pindah panas ini
akan bergantung pada perbedaan suhu antar kedu akondisi. Semakin besar
perbedaan, maka semakin besar kecepatan pindah panasnya.
Page | 130
BAB III
A. Materi
Alat-alatangdigunakan:
Reaktorkapasitas 1000 ml
Pendingin
Seal unit
Kerekan (pulley)
Motor
Water batch
Pengaduk
Pemanas
Thermometer
As fleksibel
Pipettetes
Pipetvolum
Buret
Beaker glass
Gelasukur
Erlenmeyer
Statif
Labulehertiga
Bahan yang digunakandalampercobaaniniyaitu:
MetilAsetat (CH3COOCH3)
AsamKlorida (HClcair 0.45N)
Ba(OH)2 (cair) 0,1 N
Air
Indicator pp
B. Metoda
Prosedurkerja:
1. 250 ml larutan HCL 0,45 N dimasukkan kedalam reaktor.
2. Reactor diletakkan didalam Water Batch dimana suhu air senantiasa
dipertahankan konstan pada 300C.
3. Bila suhu HCl sudah sama dengan suhu Water Batch, 10 ml larutan Metil
Asetat dituangkan kedalam reactor dan segera diaduk.
Page | 131
4. Bila larutan benar-benar homogen 7 ml sampel diambil dari reactor.
Kemudian sampel ini dituangkan kedalam labu leher tiga 100 ml,
dimana didalamnya sudah tersedia 23 ml air. Tujuaannya adalah untuk
mengencerkan sampel tersebut.
5. Konsentrasi zat pereaksi pada sampel adalah konsentrasi mula-mula zat
pereksi.
6. Kondisi larutan didalam reactor dijaga, yaitu suhu dan kecepatan
pengadukan dipertahankan konstan dan jalan kan reaksi.
7. 7 ml sampel dari reactor diambil dan encerkan dengan cara yang sama
seperti langkah ke-4. Pengambilan sampel ini dilakukan pada menit ke-
6, menit ke12, menit ke-18.
8. Larutan sampel tersebut di titrasi dengan larutan Ba(OH)20,1 N untuk
menganalisa kadar asam asetat bebas didalam larutan.
Page | 132
BAB IV
A. HasilKerjaPraktek
Reac Titration
Std Reac. Ba(OH)2 Consuption (ml)
Page | 133
H.M H.M Temp Note
Sampl ( 1 2 3 V
e
No.
1 0 - 30 4,00 4,00 3,90 3,96 -
2 10 - 30 3,90 4,00 4,00 3,96 -
3 20 - 30 4,20 4,10 4,00 4,10 -
4 30 - 30 4,70 4,80 4,90 4,80 -
5 40 - 30 4,90 4,90 4,85 4,88 -
6 50 - 30 4,85 4,95 4,95 4,92 -
7 60 - 30 5,00 5,05 5,10 5,05 -
8 70 - 30 5,60 5,70 5,70 5,65 -
9 80 - 30 5,50 5,40 5,40 5,70 -
B. Pembahasan
Dik: 1. MenentukannormalitasHCl
BJ=1,19 kg/l
%= 37%
BJx %x1000
N . HCl=
BE
1,19 x 37 %x1000
36,5
12,06 N
Mencari volume HCl yang dipipet:
V1 . N1 = V2 . N2
Page | 134
500 ml . 0,4 N = V2 . 12,06 N
V2 = 16,58 ml ( diencerkan dalam 500 ml aquadest)
2. Menghitung gr Ba(OH)2
gr=NxBExV
ek gr
0,1 x 157,74 x 1 l
l ek
15,774 gr
3. Menghitungkonsentrasi total acid
Volume darireaktor : 5 ml
Volume untuktitrasi : 10 ml
Volume darireaktor + aquades : 55 ml
a.Menit ke-0
V 1+V 2
V2 =
2
4,00+4,00
= 2
= 4,00 ml
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,00 x 0,1 N
50
N 1=0,4444 N
b.Menit ke-10
V 1+V 2
V2 =
2
4,00+4,00
= 2
= 4,00 ml
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N =4,00 x 0,1 N
50 1
N 1=0,4444 N
c.Menitke-20
Page | 135
V 1+V 2
V2 =
2
4,20+4,10
=
2
= 415 ml
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,15 x 0,1 N
50
N 1=0,4611 N
d.Menitke-30
V 1+V 2
V2 =
2
4,70+4,80
= 2
= 4,75 ml
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,75 x 0,1 N
50
N 1=0,5277 N
e.Menitke- 40
V 1+V 2
V2 =
2
4,90+4,90
= 2
= 4,90 ml
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,90 x 0,1 N
50
N 1=0,5444 N
f.Menitke- 50
V 1+V 2
V2 =
2
Page | 136
4,95+4,95
= 2
= 4,95 ml
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,95 x 0,1 N
50
N 1=0,5500 N
g.Menitke- 60
V 1+V 2
V2 =
2
5,00+5,05
= 2
= 5,025 ml
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=5,025 x 0,1 N
50
N 1=0,5583 N
h.Menitke- 70
V 1+V 2
V2 =
2
5,70+5,65
= 2
= 5,675 ml
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=5,675 x 0,1 N
50
N 1=0,6305 N
i.Menitke- 80
V 1+V 2
V2 =
2
5,50+5, t 40
= 2
= 5,45 ml
Page | 137
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=5,45 x 0,1 N
50
N 1=0,6055 N
4. Menghitungkonsentrasiasamasetat
a. Menitke-0= 0,000 N
b. Menitke-10
N 1 menit 10N 1 menit 0
0,444 N0,444 N
0,03 N
c. Menitke-20
N 1 menit 20N 1 menit 0
0,4622 N 0,444 N
0,0167 N
d. Menitke-30
N 1 menit 30N 1 menit 0
0,5277 N0,444 N
0,0833 N
e. Menit ke-40
N 1 menit 40N 1 menit 0
0,5444 N0,444 N
0,1 N
f. Menit ke-50
N 1 menit 50N 1 menit 0
0,5500 N0,444 N
0,1056 N
g. Menit ke-60
N 1 menit 60N 1 menit 0
0,5583 N 0,444 N
0,1139 N
h. Menit ke-70
N 1 menit 70N 1 menit 0
0,6305 N 0,444 N
0,1861 N
i. Menit ke-80
N 1 menit 80N 1 menit 0
0,6055 N 0,444 N
Page | 138
0,1611 N
N.CH3COOCH3dalam 500 ml
a. Menitke-0
0,3138
Ca= x 1000
525
gr . mol
0,5977
l
b. Menitke-10
Ca=0,59770,000
gr . mol
0,5977
l
c. Menitke-20
Ca=0,59770,0167
gr .mol
0,581
l
d. Menitke-30
Ca=0,59770,0833
gr . mol
0,5144
l
e. menit ke-40
Ca=0,59770,1
gr . mol
0,4977
l
f. menit ke-50
Ca=0,597701056
gr .mol
0,4921
l
g. menit ke-60
Ca=0,59770,1139
gr . mol
0,4838
l
Page | 139
h. Mennitke- 70
Ca=0,59770,1861
gr . mol
0,4116
l
i. Menit ke-80
Ca=0,59770,1611
gr . mol
0,4366
l
6. Menghitungkecepatanmetylasetat(r)
r=KxCa
a. Menitke-0= 0,000
b. Menit ke-10
konsentrasias . asetat menit 10 60 menit
x
waktu ( 10 menit ) 1 jam
0,000 N 60 menit
x
10 menit 1 jam
N
0
jam
c. Menit ke-20
konsentrasias . asetat menit 20 60 menit
x
waktu ( 20 menit ) 1 jam
0,0167 N 60 menit
x
20 menit 1 jam
N
0,0501
jam
d. Menit ke-30
konsentrasias . asetat menit 30 60 menit
x
waktu ( 30 menit ) 1 jam
0,0833 N 60 menit
x
30 menit 1 jam
N
0,1666
jam
e . menit ke40
Page | 140
0,1 N 60 menit
x
40 menit 1 jam
N
0,15
jam
f . Menit ke50
0,1056 N 60 menit
x
50 menit 1 jam
N
0,1267
jam
g .menit ke60
0,1139 N 60 menit
x
60 menit 1 jam
N
0,1139
jam
h . menit ke70
0,1861 N 60 menit
x
70 menit 1 jam
N
0,1595
jam
i. menit ke80
0,1611N 60 menit
x
80 menit 1 jam
N
0,1208
jam
7. Menghitunghargakonstanta
r
k=
Ca
a. Menit ke-0
k =0,000
b. Menit ke-10
N
0
jam
k=
gr . mol
0,5977
l
1
0 jam
Page | 141
c. Menit ke-20
N
0,0511
jam
k=
gr . mol
0,581
l
1
0,0862 jam
d. Menit ke-30
N
0,1666
jam
k=
gr .mol
0,5144
l
1
0,3238 jam
e. menit ke-40
N
0,15
jam
k=
gr . mol
0,4977
l
1
0,3013 jam
f. Menit le-50
N
0,1267
jam
k=
gr . mol
0,4921
l
1
0,2574 jam
g. Menit ke-60
N
0,1139
jam
k=
gr . mol
0,4838
l
1
0,2345 jam
h. Menitt ke-70
N
0,1595
jam
k=
gr . mol
0,4116
l
1
0,3875 jam
i. Menit ke-80
Page | 142
N
0,1208
jam
k=
gr . mol
0,4366
l
1
0,2766 jam
a. Menit ke-0
0,5977 N
b. Menit ke-10
Ca menit 0+ Camenit 10
2
( 0,5977+0,5977 ) gramol/l
2
0,5977 gramol/l
c. Menit ke-20
Ca menit 0+Camenit 20
2
( 0,5977+0,581 ) gramol /l
2
0,5893 gramol /l
d. Menit ke-30
Ca menit 0+ Camenit 30
2
( 0,5977+0,5144 ) gramol /l
2
0,5560 gramol /l
e. Menit ke-40
Ca menit 0+ Camenit 40
2
( 0,5977+0,4977 ) gramol/l
2
0,5477 gramol/l
f. Menit ke-50
Ca menit 0+ Camenit 50
2
( 0,5977+0,4921 ) gramol /l
2
Page | 143
0,5449 gramol /l
g. Menit ke-60
Ca menit 0+ Camenit 60
2
( 0,5977+0,4838 ) gramol /l
2
0,5407 gramol/l
h. Menit ke-70
Ca menit 0+ Camenit 70
2
( 0,5977+0,4116 ) gramol /l
2
0,5046 gramol/l
i. Menit ke-80
Ca menit 0+Camenit 80
2
( 0,5977+0,4366 ) gramol/l
2
0,5171 gramol /l
Page | 144
C. Grafik
Page | 145
Page | 146
b. Grafik konsentrasi CH3COOH Vs r
( mol )
M . /l)
M
)
1 0 - 30 4, 4, 3, 3, 0.444 0,0 0,5 0,000 0,5 0,000
00 00 90 96 00 977 977
2 1 - 30 3, 4, 4, 3, 0,444 0,0 0,5 0,000 0,5 0,000
0 90 00 00 96 00 977 977
3 2 - 30 4, 4, 4, 4, 0,461 0,0 0,5 0,050 0,5 0,086
0 20 10 00 10 1 167 81 1 81 2
4 3 - 30 4, 4, 4, 4, 0,527 0,0 0,5 0,166 0,5 0,323
0 70 80 90 80 7 83 144 6 144 0
5 4 - 30 4, 4, 4, 4, 0,544 0,1 0,4 0,15 0,4 0,301
0 90 90 85 88 4 977 977 3
6 5 - 30 4, 4, 4, 4, 0,550 0,1 0,4 0,126 0,4 0,257
0 85 95 95 92 0 056 921 7 921 4
7 6 - 30 5, 5, 5, 5, 0,558 0,1 0,4 0,113 0,4 0,235
0 00 05 10 05 3 139 838 9 838 4
8 7 - 30 5, 5, 5, 5, 0,630 0,1 0,4 0,159 0,4 0,387
0 60 70 70 65 5 866 116 5 116 4
9 8 - 30 5, 5, 5, 5, 0,605 0,1 0,4 0,120 0,4 0,276
0 50 40 40 70 5 611 366 8 366 6
D. Tabulasi Data
Page | 147
Volume HCl = 500 ml
Page | 148
BAB V
KESIMPULAN
1. Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak volume Ba(OH)2 yang
dibutuhkan untuk menitar sampel.
2. Semakin lama waktu reaksi maka semakin beasar konsentrasi total acid dan
asam asetat.
3. Semakin lama waktu reaksi maka semakin besar kecepatan reaksi methyl
asetat.
DAFTAR PUSTAKA
Page | 149
Anonym. TangkiBerpengaduk. Bandung: ITB
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta
http://davitchemicalz.blogspot.com/2014/03/tangki-berpengaduk.html
Page | 150