Anda di halaman 1dari 153

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL PRAKTIKUM

PENGERINGAN ZAT PADAT

(DRYING OF SOLIDS)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Pengeringan Zat Padat (Drying Of Solids)

B. Tujuan Percobaan
Penentuan kecepatan pengeringan zat/bahan ( moisture content zat/bahan )
di dalam alat pengering.

C. Latar Belakang
Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan (dalam hal ini air)
dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai media
pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu sendiri atau di
luar alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer dengan sumber
energi udara panas dari electric heater yang dipasang diluar alat percobaan,
sebagai penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu unit dengan
electric heater itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya untuk menempatkan
zat yang akan dikeringkan secara batch. Saat pengeringan berlangsung,
permukaan kontak antara permukaan dengan udara yang selalu basah dengan
cairan sampai cairan habis teruapkan seluruhnya.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Percobaan

Pengeringan zat padat adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair
dari bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu
sampai suatu nilai rendah yang dapat di terima. Pengeringan biasanya
merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi dan hasil pengeringan
biasanya merupakan langkah terakhir biasanya siap di kemas.

Pemisahan air dari bahan padat dapat dilakukan dengan memeras zat
tersebut secara mekanik sehingga air keluar, dengan pemisah sentrifugal, atau
dengan penguapan termal. Pemisahan air secara mekanik biasanya lebih
murah biayanya, sehingga biasanya kandungan zat cair itu diturunkan terlebih
dahulu sebanyak-banyaknya dengan cara mekanik sebelum diumpankan ke
dalam pengering termal.

Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan
ke bahan lain. Ada bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama
sekali. Pada umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai
air terikat.

Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam bentuk serpih
(flake),bijian (granule),Kristal (crystal),serbuk (powder),lempeng (slab),atau
lembaran sinambung dengan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain. Zat cair
yang akan diuapkan mungkin terdapat pada permukaan zat padat seperti pada
Kristal, dapat pula seluruh zat cair terdapat di dalam zat padat seperti pada
pemisahan pelarut dari lembaran polimer, atau dapat pula sebagian zat cair
sebagian di luar dan sebagian di dalam. Umpan pengering mungkin berupa zat
cair dimana zat padat melayang sebagai partikel, atau dapat pula berbentuk
larutan.

3
Seiring dengan perkembangan teknologi, tuntutan akan kerja instrument
yang lebih terpercaya dan lebih teliti semakin meningkat, yang kemudian
menghasilkan perkembangan-perkembangan baru dalam perencanaan dan
pemakaian. Untuk menggunakan instrument secara cermat, kita perlu
memahami prinsip-prinsip kerja dan mampu memperkirakan apakah
instrument tersebut sesuai untuk pemakaian yang telah direncanakan, misalnya
pengeringan suatu bahan.
Kandungan zat cair di dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu
bahan dengan bahan yang lainnya. Bahan yang tidak mengandung zat cair / air
sama sekali disebut kering tulang. Namun pada umumnya, zat padat masih
mengandung sejumlah kecil zat cair / air.

Pada periode ini, hubungan antara moisture content dengan drying rate
dapat berupa garis lurus (linier) atau berupa garis lengkung atau mungkin juga
garis lengkung yang patah. Untuk operasi yang telah mantap (steady state)
dengan kondisi adiabatik, kecepatan perpindahan panas dan massa adalah:

Q = hG. A (tG t1) . (i)

NA = kG. A ( PL PG) . (ii)

Keterangan:

Q = Kecepatan perpindahan panas (Btu/jam)

A = Luas permukaan basah yang kontak dengan udara

tG = Suhu udara (OF)

t1 = Suhu permukaan basah (OF)

NA = Kecepatan penguapan dari permukaan basah ke udara

(lbmol/jam)

4
hG = Koefisien perpindahan panas dari udara ke permukaan basah

kG = Koefisien perpindahan panas dari permukaan basah ke udara

(lb mol/jam)

PL = Tekanan parsiil uap air dalam fase gas (atm)

PG = Tekanan parsiil uap air dalam gas (atm)

Dari persamaan (i) dan (ii) kecepatan pengeringan tiap satuan luas permukaan
basah dapat dinytatakan sebagai:

Persamaan (iii) di atas dapat dipakai untuk menentukan kecepatan


pengeringan yang akan dipanaskan dan diletakkan di dalam ruang dryer
tersebut. Skema alat tersebut sebagai berikut :

5
Dari hasil pengolahan data di atas kemudian digambarkan grafik hubungan
antara drying rate dengan moisture content, Seperti penguapan, pengeringan
adalah proses transfer massa mengakibatkan pemindahan air atau uap air dari
aliran proses. While evaporation increases the concentration of nonvolatile
components in solution, in drying processes the final product is a solid.
Sementara penguapan meningkatkan konsentrasi komponen mudah menguap
dalam larutan, dalam proses pengeringan produk akhir padat. Drying
processes reduce the solute or moisture level to Proses pengeringan
mengurangi zat terlarut atau tingkat kelembaban untuk :

1. improve the storage and handling characteristics of the product,


meningkatkan karakteristik penyimpanan dan penanganan produk,

2. maintain product quality during storage and transportation and


menjaga kualitas produk selama penyimpanan dan transportasi dan

3. reduce freight cost (less water to ship). mengurangi biaya pengiriman


(lebih sedikit air untuk kapal). Pengeringan aplikasi industri
menggunakan konduktif dan / atau transfer panas konvektif proses
untuk mengurangi konsentrasi komponen volatil sisa dalam aliran
proses yang kaya senyawa nonvolatile. Prinsip-prinsip pengeringan
padatan yang mirip dengan proses termal lainnya seperti penguapan.
Akibatnya, evaporator industri dan sistem pengeringan memiliki
kesamaan fungsional, termasuk

4. sumber energi,

5. untuk memperkenalkan pakan ke dalam sistem pengeringan,

6. sistem pengkondisian untuk memastikan bahwa makan dan aliran


produk bebas dalam mesin pengering,

7. transfer panas dan

6
8. pemisahan uap-produk peralatan.

Gambar 20 : moisture dikemas atau terikat kelembaban

Selain prinsip-prinsip termodinamika hukum Fourier seperti tugas


panas, panas-transfer rate dan suhu diferensial, pengering desain dan operasi
juga harus mempertimbangkan tiga faktor yang saling terkait yang berdampak
pengering pemilihan dan operasi: waktu partikel tinggal, sensitivitas suhu
produk dan terikat kelembaban. Kehadiran kelembaban terikat, atau
dienkapsulasi, (Gambar 20) - air yang secara kimia terikat pada selulosa,
hemiselulosa, lignin atau senyawa yang serupa dan sulit untuk menghapus -
meningkatkan waktu tinggal dalam pengering Dalam banyak kasus temperatur
juga harus ditingkatkan, dapat mempengaruhi kualitas produk suhu-sensitif.

7
BAB III
MATERI DAN METODA

A. Materi
Adapun peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut :
1. Alat-alat
1) Alat pengeringan ( Tray dryer )
2) Timbangan analitik
3) Penggaris
4) Thermometer
5) Alat pemotong (Cutter)
6) Stopwatch

2. Bahan
1) Sampel ( Apel hijau)
2) Tissue

8
B. Metoda
Prosedur kerja
1. Sampel yang akan dikeringkan terlebih dahulu diperkecil ukurannya
dengan memotongnya, lalu diukur luas permukaan dari sampel
2. Ditimbang berat awal dari sampel dan dicatat
3. Setelah penimbangan sampel, lalu Alat pengering (Tray Dryer) dinyalakan
4. Diatur suhu pemanasan sampel
5. Lalu dimasukkan sampel kedalam Alat Pengering
6. Dengan interval waktu yang ditentukan dicatat data-data yang diperlukan
untuk penganalisaan data ( data yang diambil berupa ; berat sampel,
temperature dry bulb, temperature wet bulb )
7. Setelah berat sampel tidak lagi berkurang (konstan), pengeringan
dihentikan.

9
C. Gambar Rangkaian Percobaan

BAB IV

10
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

No Time Weight Dry Bulb Wet Bulb


T Q Temp (oC) Temp (oC)
(min) (gr) T Tw

1. 0 2,578 68,2 61,7


2. 4 2,3709 68,5 62,0
3. 8 2,0811 68,7 62,2
4. 12 1,7915 68,9 62,4
5. 16 1,5742 69,0 62,5
6. 20 1,3709 69,1 62,5
7. 24 1,1868 69,1 62,6
8. 28 1,0472 69,2 62,6
9. 32 0,9252 69,2 62,7
10. 36 0,8141 69,3 62,7
11. 40 0,7261 69,3 62,8
12. 44 0,6479 69,3 62,8
13. 48 0,5840 69,3 62,8
14. 52 0,5311 69,4 62,8
15. 56 0,4932 69,4 62,9
16. 60 0,4732 69,4 62,9
17. 64 0,4561 69,4 62,9
18. 68 0,4561 69,4 62,9
19. 72 0,4561 69,4 62,9

Qo : 4,8365 gram

Lamda : 545,1kkal/Kg
Surface area of Sampel : p x l x t (2,2 x 1,2 x 0,3) cm
T : 90C
Ukuran sampel : (3x2x0,5)
Berat Sampel : 2,8578 gram

B. Pembahasan

Analisa Data ke 14 sampai 17


1. Menghitung Luas permukaan (A) (cm2)
A=2 ( p .l ) +2( p .t )+2 (l . t )

11
=2 ( 3cmx 2cm )+2(3cmx 0,5 cm)+2(2cmx 0,5 cm)
=17 cm 2
2. Menghitung Harga W

a. Pada data ke-14

Qn
w= 1
Qo

0,5311 gr
1=0,1644
0,4561 gr

b. Pada data ke-15

Qn
w= 1
Qo

0,4946 gr
1=0,0844
0,4561 gr

c. Pada data ke-16

Qn
w= 1
Qo

0,4732 gr
1=0,0374
0,4561 gr

d. Pada data ke-17

Qn
w= 1
Qo

0,4561 gr
1=0
0,4561 gr

3. Menghitung nilai M (gr/jam)

a. Pada data ke-14

12
1 jam
t=4 menit x =0,0667 jam
60 menit

m13 m14 ( 0,58400,5311 ) gr


M= =
t 0,0667 jam

0,7931 gr / jam

b. Pada data ke-15

m14 m 15 ( 0,53110,4946 ) gr
M= =
t 0,0667 jam

0,5472 gr / jam

c. Pada data ke-16

m15 m16 ( 0,49460,4732 ) gr


M= =
t 0,0667 jam

0,3208 gr / jam

d. Pada data ke-17

m16 m17 ( 0,47320,4561 ) gr


M= =
t 0,0667 jam

0,0171 gr / jam

4. Menghitung Nilai Q (kal/jam)

kkal 1000 kal 1 kg


=545,1 x x
kg 1 kkal 1000 gr

545,1 kal/gr

a. Pada data ke-14

Q=M .

13
gr kal
= 0,7931 .545,1
jam gr

kal
432,3188
jam

b. Pada data ke-15

gr kal
Q=M . =0,5472 .545,1
jam gr

kal
298,2787
jam

c. Pada data ke-16

gr kal
Q=M . =0,3208 .545,1
jam gr

kal
174,8680
jam

d. Pada data ke-17

gr kal
Q=M . =0,0171 .545,1
jam gr

kal
9,3212
jam

5. Menghitung Nilai h (kal/jam.cm2.0c)

A= 17 cm2

kkal 1000 kal 1 kg


=545,1 x x
kg 1 kkal 1000 gr

545,1 kal/gr

a. Pada data ke-14

14
kal
432,3188
Q jam
h= = 2
A ( ttw ) 17 cm ( 69,462,8 )

kal
3,8531
jam . cm2 .

b. Pada data ke-15

kal
298,2787
Q jam
h= = 2
A ( ttw ) 17 cm ( 69,462,9 )

kal
2,6993 2
jam. cm .

c. Pada data ke-16

kal
174,8680
Q jam
h= = 2
A ( ttw ) 17 cm ( 69,462,9 )

kal
1,5825
jam . cm 2 .

d. Pada data ke-17

kal
9,3212
Q jam
h= = 2
A ( ttw ) 17 cm ( 69,462,9 )

kal
0,0843
jam .cm 2 .

6. Menghitung nilai Rc ( gr/cm2.jam)

kkal 1000 kal 1 kg


=545,1 x x
kg 1 kkal 1000 gr

545,1 kal /gr

15
a. Pada data ke-14

kal
3,8531 (69,462,8)
h (t tw) jam . cm 2 .
Rc= =
kal
545,1
gr

gr
0,0466 2
jam . cm

b. Pada data ke-15

kal
2,6993 (69,462,9)
h (t tw) jam . cm2 .
Rc= =
kal
545,1
gr

gr
0,0321
jam . cm 2

c. Pada data ke-16

kal
1,5025 (69,462,9)
h (t tw) jam . cm 2 .
Rc= =
kal
545,1
gr

gr
0,0188 2
jam .cm

d. Pada data ke-17

kal
0,0843 (69,462,9)
h (ttw) jam. cm2 . gr
Rc= = =0,0010 2
kal jam . cm
545,1
gr

16
C. Grafik
a. Grafik Rc vs W

17
b. Grafik Q vs W

18
c. Grafik h vs W

19
d. Grafik Waktu vs W

20
D. Tabulasi Data

No Time Weight Dry Wet M Q H Rc


T Q Moistu (gr/ja (Kal/jam) (kal/jam.c (Gr/cm2.ja
Bulb Bulb
(min) (gr)
Temp Temp re m) m2.oC) m)
t (oC) tw Drying
Cont.

24
(oC) W Rate

1. 0 2,8578 68,2 61,7 5,2657 7,2998 3979,1209 36,0101 0,4294


2. 4 2,3709 68,5 62,0 4,1982 4,3448 2368,3508 21,4330 0,2555
3. 8 2,0811 68,7 62,2 3,5628 4,3418 2366,7151 21,4182 0,2553
4. 12 1,7915 68,9 62,4 2,9278 3,2578 1775,8267 16,0708 0,1916
5. 14 1,5742 69,0 62,5 2,4514 3,0475 1778,4907 16,0306 0,1919
6. 20 1,3709 69,1 62,5 2,0057 3,0525 1663,9177 14,8299 0,1795
7. 24 1,1868 69,1 62,6 1,2060 2,7642 1506,7654 13,6358 0,1625
8. 28 1,0472 69,2 62,6 1,2959 2,0960 1142,5296 10,1829 0,1232
9. 32 0,9252 69,2 62,7 1,0285 1,8290 990,9879 9,0225 0,1075
10. 36 0,8141 69,3 62,7 0,7849 1,6650 907,9185 8,0914 0,0979
11. 40 0,7261 69,3 62,8 0,5979 1,3193 719,1504 6,5081 0,0776
12. 44 0,6479 69,3 62,8 0,4205 1,1728 639,0752 5,7834 0,0689
13. 48 0,5840 69,3 62,8 0,2804 0,9580 522,2050 4,7258 0,0563
14. 52 0,5311 69,4 62,8 0,1644 0,7931 432,3188 3,8531 0,0466
15. 56 0,4946 69,4 62,9 0,0844 0,5472 298,2787 2,6993 0,0321
16. 60 0,4732 69,4 62,9 0,0374 0,3208 174,8680 1,5825 0,0188
17. 64 0,4561 69,4 62,9 0 0,0171 9,3212 0,0843 0,0010
18. 68 0,4561 69,4 62,9 0 - - - -
19. 72 0,4561 69,4 62,9 0 - - - -

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan modul pengeringan za t padat dengan sampel singkong dengan
ukuran luas permukaan 34 cm2 yang kami lakukan, maka kami dapat memberikan
kesimpulan :

1. Semakin lama watu pengeringan maka semakin kecil nilai panas yang
diterima
2. Semakin lama waktu pengeringan maka semkain kecil nilai kecepatan
pengeringan
3. Semakin lama waktu pengeringan maka sekain kecil nilai koefisien
perpindahan panas

25
Daftar Pustaka

Hidayah, Khanifatun. 2011.Effect Of Drying Temperature On Moisture Decrease


Of Various Grains With Rotary Dryer Counter Current System.
Semarang: Universitas Diponegoro.

McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta.

Vistanty, Hanny. 2010. Pengeringan Pasta Susu Kedelai Menggunakan Pengering


Unggun Terfluidakan Partikel Inert. Semarang: Universitas Diponegoro.

http://www.google.com/pengeringan+zat+padat/kimia/industri.html ( diakses pada


tanggal, 10 Juni 2015)

26
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL PRAKTIKUM

KOLOM DINDING BASAH

(WATTED WALL COLUMN)

27
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan

Kolom Dinding Basah (Wetted Wall Column Test)

B. Tujuan Percobaan

Untuk memperoleh koefisien transfer massa menyeluruh dengan


melakukan percobaan penguapan air oleh udara di dalam kolam dinding basah
dengan mengamati kecepatan transfer massa.

C. Latar Belakang

Pada kolom basah, kontak air dan udara terjadi di kolom dengan air
dialirkan dari kolom bagian atas, sedangkan gas dari kolom isian bagian
bawah, dimana terjadi kontak antara air dan udara di dalam kolom yang
menimbulkan penurunan tekanan. Penurunan tekanan ini disebabkan karena

28
adanya aliran udara yang masuk dari bawah ke atas. Selain gesekan antara air
dan dinding kolom juga menyebabkan aliran sekitar dinding menjadi lambat
sehingga tekanannya menurun.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Percobaan
Humidifikasi dan dehumidifikasi melibatkan perpindahan bahan antara
fasa cair yang murni dengan gas tetap yang tidak dapat larut dalam zat cair
itu.Operasi ini agak lebih sederhana daripada absorpsi (penyerapan) dan
pelucutan (stripping),karena bila zat cair itu hanya terdiri dari satu komponen
saja,maka tidak ada gradien konsentrasi dan tahanan terhadap perpindahan
pada fase cair itu.Di lain pihak, dalam hal ini ,perpindahan kalor dan
perpindahan masa sama-sama mempunyai peranan penting dan saling
mempengaruhi.

Dalam operasi humidifikasi,lebih-lebih diterapkan pada sistem udara-


air,ada beberapa definisi yang lazim digunakan.Perhitungan keteknikan disini
29
biasanya ialah satuan massa gas bebas-uap, dimana dengan uap dimaksudkan
adalah bentuk gas daripada komponen yang juga terdapat dalam bentuk gas
saja.

Kelembaban (humidity) ialah massa uap yang dibawa oleh satuan massa
gas bebas-uap.Menurut definisi ini,kelmbapan hanya bergantungpada tekanan
bagian-uap didalam campuran bila tekanan total dibuat tetap.adi tekanan-
bagian uap adal;ah atm, rasio molal antara uap dan gas pada 1 atm adalah Pa /
(1-pA).

Dalam operasi hunidifikasi dan dehumidifikasi ,fase zat cair adalah


komponen tunggal.Tekanan-bagian keseimbangan zat terlarut didalam fase
gas,oleh karena itu,merupakan fungsi tunggal dari suhu bila tekanan total
sistem itu dibuat konstan.Demikian pula,pada tekanan sedang,tekanan-bagian
keseimbangan hampir tidak bergantung pada tekanan total dan dapat dikatakan
sama dengan tekanan-uap zat cair.Menurut hukum daltontekanan-
keseimbangan dapat dikonversikan menjadi fraksi-molbkeseimbangan ye
dalam fase gas.Oleh karena zat cairnya murni,Xe selalu satu.Data
keseimbangan biasanya disajikan sebagai grafik ye dihubungkan dengan
kelembaban jenuh.
Gas dengan kelembaban awal dan suhu T mengalir secara continu melalui
kamar siram A.kamar itu diisolasi sehingga prosesnya adiabatik.Zat cair itu
disirekulasikan oleh pompa B dari reservoar pada dasar kamar siram melalui
semprot C dan kembali kedalam reservoar.Gas yang mengalir melalui kamar
itu melalui kamar itu menjadi lebih dingin dan lembab Suhu zat cair itu akan
mencapai satu keadaan suhu keadaan-stedi Ts yang disebut suhu jenuh
adiabatik.Kecuali jika gas yang masuk itu jenuh ,suhu jenuh adiabatik selalu
lebih rendah dari suhu gas-masuk.Jika kontak antara zat cair dan gas itu cukup
baik sehingga zat cair dan gas baik sehingga zat cair dan gas keluar berada
dalam kedalam gas itu hilang dari kamar itu,maka diperlukan tambahan zat
cair pengganti. Untuk menyederhanakan analisis kita,penambahan zat cair
kedalam reservoar itu diandaikan pada suhu Ts.

30
Diagram yang praktis yang menunjukkan sifat-sifat campuran gas
permanen dan gas yang mampu-kondensasi disebut grafik kelmbapan
(humidity chart).Manfaat grafik kelambaban sebagai sumber data mengenai
campuran udara-air tertentu.Andaikan umpamanya bahwa suatu arus tertentu
udara yang belum jenuh berada pada suhu T dan persen kelembapan.Udara ini
ditunjukkan oleh titik A pada grafik.Titik ini merupakan titik potong antara
garis suhu tetap dan garis persen kelembapan tetap.

Grafik kelembapan dapat pula dibuat untuk setiap tekanan total yang
dikehendaki.Data yang diperlakukan adalah tekanan uap dan kalor laten
penguapan dari komponen yang mampu kondensasi sebagai fungsi suhu,kalor
spesifik gas murni dan uap murni,serta bobot molekul kedua komponen.Jika
kita menginginkan grafik atas dasar mol,semua persamaan itu dapat dengan
mudah dimodifikasi sehingga menggunakan satuan molal.Jika kita
menghendaki grafik pada tekanan selain dari 1 atm kita pun dapat membuat
modifikasi yang sesuai terhadap semua persamaan diatas.Grafik-grafik untuk
beberapa sistyem umum selain udara-air sudah terdapat dalam publikasi.

Humidifikasi adalah sebuah proses dalam ilmu keteknik kimiaan dimana


pada proses tersebut terjadi fenomena penambahan kandungan uap air pada
aliran gas atau udara, dan proses sebaliknya dari humidifikasi adalah
dehumidifikasi, tentunya kebalikan dari proses humidifikasi pastinya, bila
humidifikasi proses penambahan kandungan uap air, maka dehumidifikasi
adalah proses pengurangan kandungan air pada aliran gas. Fungsi dari proses
humidifikasi adalah pada aplikasi di industri, proses ini bertujuan untuk
mentransfer panas dari uap air ke udara atau biasa disebut dengan steam (uap
air) yang kemudian steam ini akan digunakan pada proses semisal
pengeringan suatu bahan yang masih lembab, proses lain selain pada aplikasi
di industri adalah pada proses yang terjadi secara alami, misalnya pada proses
pengeringan baju, terlihat di sekeliling baju beberapa uap air yang
mengelilingi, uap ini terjadi karna suhu panas dari matahari yang

31
menyebabkan kandungan air pada baju menguap, dan terbawa oleh aliran
udara di sekelilingnya.

Diatas merupakan salah satu aplikasi dari sebuah proses Humidifikasi,


diatas merupakan salah satu proses yang sering terjadi di dalam proses industri
khususnya pada bagian pengeringan, jadi proses diatas merupakan proses yang
terjadi di cooling tower, proses singkatnya adalah air yang masuk sebagai air
umpan kemudian dinaikkan konsentrasi garamnya dengan maksud titik
didihnya supaya tinggi lalu di blowdown yaitu untuk mengurangi uap air
kemudian air di naikkan tekanannya lalu masuk ke HE yang kemudian air
keluaran HE yaitu air hangat lalu di spray kan yang kemudian udara dialirkan
ke atas yang kemudian udara tersebut membawa air hangat menuju ke atas
sebagai uap air, proses perpindahan uap air ke udara itulah yang dinamakan
humidifikasi.

Dry bulb Temperaure (Temperatur bola kering) adalah temperatur udara


yang diukur dalam keadaan bebas dari kandungan uap air.
Wet bulb Temperatur (Temperatur bola basah) merupakan temperatur
kesetimbangan yang dicapai apabila sejumlah kecil cairan diuapkan ke
dalam jumlah besar campuran uap-gas yang tidak jenuh
Temperatur Kritis (Critical Temperature) adalah temperatur minimal
dimana gas tidak dapat dicairkan pada tekanan kritisnya. Pada tekanan
berapapun jika temperaturnya berada diatas temperatur kritisnya tidak akan
dapat dicairkan. Dapat juga dikatakan bahwa zat yang berada pada
temperatur kritisnya panas penguapannya sama dengan nol, dengan
demikian tidak jelas fasenya, apakah sebagai fase cair ataukah sebagai fase
gas.
Tekanan Kritis (Critical Pressure) adalah tekanan minimal yang
diperlukan untuk mencairkan gas pada temperatur kritisnya.
Fluida superkritis (Supercritical Fluid) zat /fluida yang berada pada
kondisi diatas temperatur dan tekanan kritis

32
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi

1. Alat-alat
Kolom dinding basah
Thermostat
Pompa
Compressor
Thermometer
Flow meter
2. Bahan Percobaan

1. Air

B. Metoda

33
2. Prosedur Kerja

1. Oleh compressor, udara dimasukan kedalam kolom dinding basah setelah


melalui flowmeter. Oleh pompa dengan kecepatan alir konstan, air dialirkan
melalui thermostat melalui bagian atas tangki kekolom dinding basah, lalu
air akan meluber dan jatuh mengalir dalam bentuk lapisan tipis pada
dinding kolom sambil berkontak dengan udara.
2. Bila aliran air dalam bentuk lapisan tipis (filim air) sudah setabil serta
keadaan steady state telah tercapai, maka suhu dan kelembaban masing-
masing baik udara masuk maupun udara keluar dapat dicari dngan
mengamati suhu thermometer bola basah dan suhu thermometer bola
kerring.
3. Suhu air masuk dan suhu air keluar di amati.
4. Aliran di ubah dan perlakuan yang sama di ulangi seperti langkah-langkah
1 sampai dengan langkah 2.

C. Gambar Rangkaian Percobaan

34
Kolom dinding basah

Compressor

BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

No Wakt Aliran air Aliran Suhu udara masuk Suhu udara keluar
u udara
0
Menit L/m C NL/m SBK SBB t SBK SBB t
1 7 0,575 45 25 30 20 10 33 31,5 2,5
2 14 0,575 45 30 30,3 20,5 9,8 34 33 1,5

35
3 21 0,575 45 35 30,5 20,8 9,7 35 33,3 1,7
4 28 0,575 45 40 31 21 10 36 34 2

R : 0,005 m

L : 1,000 m

Viskositas : 0,0664 kg/m.jam

B. Pembahasan (data ke 3)

1. Menghitung laju aliran air Q (m3/jam)

liter 103 m3 60 menit m3


Q=0,575 x x =0,0345
menit 1 liter 1 jam jam

2. Menghitung laju aliran udara Q (m3/jam)


3 3
liter 10 m 60 menit
Q=35 x x
menit 1 liter 1 jam

m3
2,1
jam

36
3. Menghitung kecepatan udara V (m/jam)

2. R


2
A= xD = x
4 4

2.0,005 m


3,14
x
4

Q m
V= ( )
A jam
3
m
2,1
jam

7,85 x 105 m2

m
0,26751 x 105
jam

4.Menghitung tekanan uap parsial PA1 (udara masuk) dan PA2 (udara keluar) (mmHg)

Mencari harga PA1 (udara masuk) untuk data nomor 3

H1=0,012 dari grafik humidity

PA 1 29
=
PT PA 1 18 1
H( )
PA 1 29
=
760 mmHgPA 1 18 ( )
0,012

PA1 = 14,6933 mmHg 0,01933 PA1

1,01933 PA 1 = 14,6933 mmHg

PA 1=14,4146 mmHg

Mencari harga PA2 (udara keluar)

H2=0,032 dari grafik humidity

37
PA 2 29
= ( )
PT PA 2 18 2
H

PA 2 29
=
760 mmHgPA 2 18 ( )
0,032

PA 2 = 39,1822 mmHg 0,05155

1,05155 PA 2 = 39,1822 mmHg

PA 2=37,2614 mmHg

5. Menghitung nilai PAW1 dan PAW2 (mmHg)

Untuk data nomor 3

5.a. Mencari nilai PAW1

PA 1=PAW 10,5(t 1tw 1)

14,4146 mmHg=PAW 10,5 (30,520,8) o


C

14,4146 mmHg = PAW1 0,4,85

PAW 1=19,2646 mmHg

5.b. Mencari nilai (PAW2)

PA 2=PAW 20,5(t 2tw 2)

37,2614 mmHg=PAW 2 0,5(3533,3) o


C

37,2614 mmHg=PAW 2 0,85

PAW 2=38,1114 mmHg

6. Menghitung nilai ln PA (mmHg)

Untuk data nomor 3

38
( PAW 1PA1 )( PAW 2 PA2 )
ln PA=
PAW 1PA 1
2,303.log ( PAW 2PA 2 )
( 19,264614,4146 ) mmHg( 38,111437,2614 ) mmHg

2,303. log
(
(19,264614,4146)mmHg
( 38,111437,2614)mmHg)
4,85 mmHg0,85 mmHg

4,85
2,303. log ( )
0,85

2,2964 mmHg

7. menghitung koefisien transfer udara pada dinding /KG (kg/jam.m2.atm)

g x ( 2RL ) x x PA PA
KG=
PT ( ln PA )
2 1

Interpolasi g pada T 32

x = 30,5 y1 = 1,293

x1 = 0 y2 = 1,093

x2 = 50

xx 1 y y 1
=
x 2x 1 y 2 y 1

30,50 y1,293 kg/m3


=
500 (1,0931,293)kg /m3

30,5 y1,293 kg/m3


=
50 0,2 kg/m3

6,1 kg kg
3
=50 y 64,65 3
m m

39
kg
y=1,171
m3

kg
g =1,171
m3

g x ( 2RL ) x x PA PA
KG=
PT ( ln PA )
2 1

kg 0,005 m m
1,171
m32
x
2.1 (
m
x 26751 )
jam 37,261414,4146 mmHg

1 atm
x
2,2964( )
kg
779,1331 2
m . jam . atm

8. Menghitung bilangan Reynold

Interpolasi padaT 30,5

kg
y17,10
30,50 m. sec
=
500 kg
(19,5417,10)
m . sec

kg
y 17,10
30,5 m . sec

50 kg
2,44
m. sec

kg
50y 855 = 68,32
m. sec

kg
50y = 923,323
m. sec

40
kg
y = 18,4664 x 10-6
m. sec

kg 3600 sec kg
=18,4664 x 106 x = 0,0664
m. sec 1 jam m. jam

.d .
=

kg m
1,171 . ( 2 x 0,01 m ) x 26751
m
3
jam

kg
0,0664
m. jam

=4717,6838

C. Grafik

41
42
43
D. Tabulasi Data (data no 1 dan 2)

No Aliran air Aliran udara Udara masuk Udara keluar


m3/jam m/jam T (oC) m3/jam m/jam SBK SBB t Sat v.p Part SBK SBB t Sat v.p Part
t1 Tw1 ( PAW1 v.p t2 Tw2 PAW2 v.p
( ( mmHg PA1 mmHg PA2
) mmHg mmHg
) )
1 0,0345 137,57 45 1,5 7,85 x 30 20 10 17,1687 12,1687 33 31,5 2,5 35,901 35,901
105 8 8 08 08
2 0,0345 191,08 45 1,8 0,24 x 30,3 20,5 9,8 16,785 12,0502 34,5 33 1,5 36,071 36,071
105 8 8
3 0,0345 45 2,1 0,2675 x 30,5 20,8 9,7 19,2646 14,4146 35 33,3 1,7 38,1114 38,1114
105
4 0,0345 45 2,4 0,3057 x 31 21 10 18,8046 13,8046 36 34 2 40,962 40,962
105 1 1

Sambungan tabulasi data di atas:

Kelembaban PA1---PA2 ln PA KG Re
Masuk (H1) Keluar (H2) mmHg Kg/m2.jam
mmHg

44
0,0101 0,0301 35,15108 2,2421 654,5516 4687,3011
0,01 0,022 12,0502 2,0620 454,658 4821,6062
0,012 0,032 22,8468 2,2964 779,1331 4717,6838
0,0115 0,0345 26,1575 2,4849 940,4531 5333,78
R : 0,005

L :1m

Viskositas : 0,0664 kg/m.jam

D : 0,01 m

45
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa :

1. Semakin besar laju aliran udara yang diberikan,maka semakin besar suhu udara
masuk dan keluar, baik pada bola kering maupun bola basah.

2. Semakin laju aliran air yang diberikan maka semakin besar suhu udara masuk
dan keluar, baik pada bola kering maupun bola basah.

3. Semakin laju kecepatan udara maka besar nilai koefisien transfer massa
menyeluruh yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta

44
Sriwigiyatno, Kentut. 2006. Analisis Pengaruh Kolom Udara Terhadap Nilai
Serapan Koefisien Bunyi pada Dinding Partisi Menggunakan Metode
Tabung Impedansi Dua Mikrofon. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

http://rezaasmitaraa.blogspot.com/2013/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x
30.html ( Diakses pada tanggal, 10 Juni 2015 )

http://davitchemicalz.blogspot.com/2014/03/istilah-istilah-mengenai-humidifikasi.
html ( Diakses pada tanggal, 10 Juni 2015 )

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL PRAKTIKUM

44
KESETIMBANGAN FASA UAP-CAIR

(VAPOUR-LIQUID PHASE EQUILIBRUM)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2016

BAB I

PENDAHULUAN

44
A. Judul Percobaan

Kesetimbagan Fasa Uap-Cair (Vapour-Liquid Phase Equilibrium)

B. Tujuan percobaan
1. Untuk menentukan Relative volatility berdasarkan komponen.

2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap relative volatility.

C. Latar Belakang

Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.
Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan fasa
Gibbs. Untuk sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus
Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan
perubahan suhu. Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal
mengikuti hukum Raoult. Larutan non elektrolit nyata (real) akan mengikuti
hukum Henry. Sifat sifat koligatif dari larutan dua komponen akan dibahas
pada bab ini.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Percobaan

44
Operasi pemisahan fasa liquid-liquid ada beberapa macam, yaitu distilasi,
ekstraksi dan absorbs. Seperti hal nya pemisahan komponen-komponen
campuran etanol-air yang dilakukan dengan proses distilasi. Distilasi adalah
proses yang digunakan untuk memisahkan campuran fluida berdasarkan titik
didih yang di ikuti oleh kondensasi. Data yang diperlukan dalam penyelasaian
persoalan distilasi adalah data keseimbangan antara fasa liquid dan fasa gas.
Bentuk dan sumber data kesetimbangan antara fasa liquid dan fasa gas
diantaranya dapat digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan atau
diperoleh dengan cara eksperimen. Dua fasa dikatakan berada dalam
kesetimbangan jika temperature, tekanan dan potensial kimia dari masing-
masing komponen yang terlibat di kedua fasa bernilai sama. Salah satu alat
yang digunakan untuk memperoleh data kesetimbangan antara fasa liquid dan
fasa gas adalah glass othmer still. Adapun hal-hal yang berpengaruh dalam
system kesetimbangannya, yaitu: tekanan(P), suhu(T), konsentrasi komponen
A dalam fasa liquid(x) dan konsentrasi komponen A dalam fasa uap(y).

1. Dasar Kesetimbangan Uap-Cair

Keberhasilan suatu operasi penyulingan tergantung pada keadaan


setimbang yang terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu
campuran.Dalam hal ini akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari
kompoenen A (yang lebih mudah menguap) dan komponen B (yang kurang
mudah menguap).Pada gambar 4.65 merupakan hubungan antara komponen A
dan komponen B dengan suhu kesetimbangan uap-cair. Campuran dua
komponen disebut juga dengan campuran biner. Pada sumbu
horisontal,menunjukkan fraksi dari komponen A. Diujung sebelah kiri ditandai
dengan angka nol,artinya fraksi komponen A, xA dan yA = 0, atau pada titik
tersebut merupakan komponen B murni. Disisi lain, pada ujung sebelah
kanan,ditandai dengan angka 1, merupakan komponen A murni. Garis vertikal
menunjukkan suhu, baik suhu A, B maupun campuran A dan B. Pada grafik
tersebut terlihat bahwa titik didih (boiling point) dari komponen A murni lebih

44
rendah dibanding komponen B,TA < TB. Hal ini menunjukkan
bahwa,komponen A lebih mudah menguap dibanding komponen B.

Kurva bagian atas pada grafik tersebut, menunjukkan kurva untuk titik
embun (dew point), sedangkan kurva dibagian bawah, merupakan kurva titik
gelembung (bubble point). Ruang diatas kurva titik embun, bahan berada pada
fase uap,sedangkan ruang dibawah kurva titik gelembung,bahan berada pada
fase cair. Diantara kedua kurva tersebut, bahan berada pada fase campuran.

2. Diagranm Keseimbangan Fase Pada Distilasi Biner

44
keseimbangan Uap-cair dapat disajikan dalam kumpulan koordinat
yang berbeda untuk menjelaskan dan mengukur tingkatan pada proses
distilasi. Kita akan menyusun masing-masinggrafik menggunakan batasan
yang telah ditentukan secara termodinamika dan menggambarkanarti fisiknya.
Hubungan antara jumlah tiap fase akan ditentukan menggunakan Lever-
rule.Diagram FasePemisahan dari campuran cairan menjadi komponen-
komponennya adalah salah satu prosesterpenting di industri kimia. Prosedur
yang umum untuk melakukan pemisahan ini adalahdistilasi, sebuah operasi
yang berdasr pada feomena fisik dimana uap dan cairan berada padakondisi
komposisi setimbang yang biasanya berbeda. Nyatanya, bagian yang menguap
dari fasecairnya telah dihasilkan pada pemisahan parsial pada awal
pencampuran. Tingkat dari pemisahanakan ditentukan dengan keseimbangan
antara fase uap dan cairan. Hubungan antar komposisidari kedua fase pada
keseimbangan biasanya disajikan dengan diagram keseimbangan fase.Metode
penyajiannya harus tetap dengan jumlah variable yang bersangkutan.
Gibbsmenampilkannya dalam keadaan seimbang beserta sejumlah fase,
berikut hubungan yangrelevan:F= C + 2 P .(1)
Dimana F adalah jumlah derajat kebebasan, atau variable bebas. C adla jumlah
komponen dan Padlah jumlah fase saat ini.
Penyajian grafis dari data akan bergantung dari nilai F dan kita dapat
memperkirakannya dan plotting akan meningkat lebih kompleks sebagaimana
membesarnya nilai F. Tafsiran tampilandari grafis biasanya membatasinya
pada nilai F = 2, itulah sebabnya disebut system biner.Kebanyakan proses
distilasi di industry dilaksanakan pada tekanan relative konstan, dan
untuk alasan ini diagramkeseimbangan fase di tampilkan pada isobar. Dengan
suhu dan komposisi pada koordinatnya.DIAGRAM SUHU- KOMPOSISI
Diagram khusus suhu-komposisi ditunjukkan dalam Figure 1. Garis
lengkungABC menunjukkan komposisi cair jenuh dan AEC komposisi fase
uap jenuh. Untuk alasan ituakan menjadi sedikit lebih jelas, diagram ini juga
disebut diagram boiling point.

44
Untuk paham arti dari diagram kita akan menunjukkan beberapa
proses dan melihat bagaimana itu dapatdisajikan dalam diagram suhu-
komposisi.Anggap suatu cair campuran G dengan komposisi xo dan suhu T0.
Jika mulai dipanaskan, makasuhunya akan naik mencapai nilai T1 pada kurva
ABC. Ini menandakan bahwa campuran telahmencapai suhu jenuhnya
sehinggapemanasan lebih lanjut akan menyebabkan mendidih. Suhu
T1kemudian dapat di asumsikan sebagai suhu dimana pertama kali gelembung
uap muncul, danuntuk alas an ini disebut titk didih dari cairan pada komposisi
x0. Kita telah menunjukkansebelumnya bahwa biasanya fase uap akan akan
mempunyai perbedaan komposisi darikomposisi fase cairnya. Komposisi ini
sesuai dengan y0 dan diperoleh dengan menggambar garismendatar
(horizontal) pada T1 sampai memotong kurva ABC. Pemanasan selanjutnya
akanmeningkatkan jumlah fase uap saat ini dan sebagai akibatnyta akan
mengubah komposisi darifase cairnya. Akhirnya, semua fase cair akan
menguap dan karena tidak ada material yanghilang, komposisi uap akhir akan
sama dengan campuran cair asli/awal (titik E). Inimenunjukkan bahwa
meskipun komposisi dari tiap fase berubah terus menerus selam
proses penguapan, komposisi keseluruhan dari system adalah tetap atau
konstan.
Penambahan panasakan menyebabkan uap kelebihan beban sampai itu
mencapai tahapan pada titik F.Sekarang kita dapat membalikkan proses
sebagai berikut. Dimulai dengan uap lewat jenuh F pada suhu T2 kita
dinginkan sampai titik E pada kurva AEC. Di sini uap menjadi jenuh
sehingga pendinginan lebih lanjut akan menyebabkan fase cair muncul. Suhu
T3 dapat di asumsikansebagai suhu dimana pertama kalinya cairan tampak
dan untuk alas an ini disebut titik embundari uap pada komposisi y0.Sejak
titik awal telah berubah ubah, beberapa penyusunan awal komposisi x0 atau
y0 dapatdiperlakukan menjadi proses yang dijelaskan di atas. Dengan kata
lain, kurva ABC biasdidefinisikan sebagai kurva titik didih dan kurva AEC
sebagai kurva titik pengembunan.Kemudian kita dapat membagi grafik T-x-y
menjadi tiga wilayah: 1) Di bawah kurva ABCmenunjukkan campuran dalam

44
keadaan cair dingin; b) wilayah di atas AEC menunjukkan uaplewat jenuh; c)
area di antara dua kurva yang berhubungan adlah campuran jenuh
darikeseimbangan uap-cair.Itu memungkinkan untuk menghitung proporsi
relatif pada saatkeduanya fase jenuh? Untuk menjawab pertanyaan ini,
kitaharus mengingat bahwa pendinginan atau pemanasan tidak mengubah
komposisi keseluruhansystem Calling (T,xAT) jumlah mol total dan komposisi
system pada fase cair (L,xAL) dan faseuap dalam keseimbangan
(V,yAL), didapat: Neraca Total Bahan:T = L + V (2)
Neraca Bahan Komponen A:
DIAGRAM KOMPOSISICara lain untuk menggambarkan perbedaan
komposisi dari fase cair dan fase uap adalah denganmenggambarkan / meng
plotkan satu dengan yang lain, biasanya dengan komponen yang lebihvolatil.
Gambar 2 menunjukkan jenis diagram komposisi. Garis 45* menunjukkan uap
dengankomposisi sama dengan bentuk cairnya, jadi kurva yang lebih lebar
menunjukkan pemisahan dariini (cair-uap), bagian yang lebih lebar merupakan
perbedaan diantara 2 fase. Ini harus dicatat bahwa perbedaan kesetimbangan,
suhu berhubungan dengan tiap titik dalam kurva. Normalnyasuhu ini tidak
terindikasiGambar 1 dan 2 menunjukkan yang disebut system normal. Bila
komponen memiliki perbedaansifat fisik atau interaksi kimia yang kuat, maka
akan terjadi perbedaan dalam diagram suhu-komposisi dan diagram
komposisinya, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.Gambar 3(a) dan
3(b) menunjukkan system azeotrop. Campuran ini , dimana ada
komposisikritisPosisi Xa dimana fase uap dan fase cair mempunyai komposisi
yang sama, jadi tidak terjadi perubahan saat pemanasan di lakukan. Larutan
tersebut disebut Azeotrop dan untuk memisahkanlarutan tersebut dilakukan
beberapa metode yang special. Gambar 3(a) menunjukkan bahwa titik didih
dari larutan adalah maksimum, yang disebut dengan Maximum Boiling
Azeotrop.Gambar 3(b) menunjukkan hal yang sama, yang disebut dengan
Minimum Boiling Azetrop. Daridefenisi kata azeotrop, kita dapat mengetahui
bahwa kurva komposisi akan menunjukkan Crossover point pada 45Jika
interaksi antara komponen-komponen cukup kuat, pemisahan fase cair dapat

44
terjadi.(Gambar 3(c)). Dalam immisible region 2 fase cairan terjadi dan fase
ini mengindikasikan bahwa boiling temperature dari larutan sama seperti
komposisi dari fase uap yang konstan. Hubunganantara komposisi dari 2 fase
ditunjukkan dalam gambar 3 Dalam jangkauan tekanan antara dua

tekanan kritis, system akan dapat menjadi fase cairan saja melebihi
jangkauan komposisi dimanafase cair terjadi. Dalam kata lain, bentuk yang
umum dari diagram akan tetap sama, diagram tak digunakan untuk komposisi
dibawah 0 sampai 1,0. Kenaikan tekanan akan menurunkan jangkauan ini
sampai suatu saat akan menghilang sempurna.

44
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi

1. Satu set peralatan yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan fasa


uap cair yang terdiri dari
1. Still-pot
2. Condenser
3. Thermometer
4. Overflow vessel
5. Stopcock
6. Nichrome wire heater
7. Isolasi dan joint
2. Alat untuk mengukur indeks bias larutan ( refraktometer )
Bahan yang digunakan :

1. Larutan methanol dengan kadar 32% mol


2. Air

B. Metoda

Prosedur Kerja

1. Larutan methanol di buat dengan kadar 32% mole


2. Semua peralatan di periksa apakah sudah baik dan siap untuk digunakan.
3. Setelah semua larutan dan peralatan telah selesai dipersiapkan larutan
tersebut dimasukkan kedalam still-pot sebanyak 350 cc.
4. Air pendingin dialirkan kedalam kondensor, kemudian diikuti pengaliran
listrik dengan menekan switch H1 dan H2 (arus listrik jangan dibiarkan
mengalir apabila keadaan still-pot sedang kosong.
5. Bila pendingin sudah berlangsung dan kondensat telah tertampung, operasi
ini dibiarkan terus sampai berkali- kali sampai selama 1 jam

44
6. Sampel di ambil dari hasil destilasi dan dari still-pot kira-kira 10 cc, untuk
masing-masing. Kemudian dianalisa untuk mengetahui indeks refractive
atau kerapatan. Kemudian dengan cara yang sama lakukan percobaan
dengan membuka stopcock K2 dan K3 secara berurutan
7. Percobaan dilakukan dengan memasukkan larutan berikutnya dengan
kadar yang berbeda-beda secara berturut-turut. Hasil pengamatan
percobaan isikan kedalam lembar data.

C. Gambar Rangkaian Percobaan

BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

44
A. Hasil Kerja Praktek

Temperatur (c) Destilate Residu


Stopcock Top Bottom Ind.Bia Frak.mol Ind.Bia Frak.mol
s Y s X
K1 68 72 1,3456 0,845 1,3510 0,640
K2 72 76 1,3491 0,735 1,3522 0,450
K3 76 80 1,3507 0,650 1,3512 0,300
K4 80 84 1,3517 0,555 1,3493 0,200

Kadar : 45 % mol

Volume Metanol (V1) = 162,0089 ml

Volume Aquadest = 87,9911 ml

Titik didih air = 373 K

Titik didih methanol = 377,5 K

B. Pembahasan

1. Menghitung MF

44
0,79 V 1
32
0,45=
0,79 V 1 V 2 1
+
32 18

0,79 V 1
32
0,45=
0,79 V 1 250V 1
+
32 18

V 1 X 0,79 250V 1 V 1 X 0,79


0,45 X + =
32 18 32

0,3555 X V 1 112,50,45 X V 1 0,79 X V 1


+ =
32 18 32

0,3555 X V 1 0,79 X V 1 112,50,45 X V 1


=
32 32 18

0,4345 X V 1 112,50,45 X V 1
=
32 18

7,821 V1 = 3600-14,4 V1

7,821 V1 + 14,4 V1 = 3600

22,221 V1 = 3600

3600
V1 =
22,221

V1 = 162,0089 ml

V 2=( 250V 1 )

( 250162,0089 ) ml

87,9911 ml

44
Pembuktian

gr
1629,0089 ml x 0,79
ml
32
Mf =
gr gr
1629,0089 ml x 0,79 87,9911 ml x 1
ml ml
+
32 18

3,9995 mol

( 3,9995+ 4,8833 ) mol

3,9995

8,8878

0,4499

2. Menghitung relative Volatility Berdasarkan Komponen A

YA / XB
AB =
YB / XA

YB=1YA

XB = 1- XA

A. Untuk K1

YB= 1-0,845

= 0,155

XB= 1-0,640

= 0,36

0,845/0,36
AB=
0,155/0,640

= 9,6917

44
B. Untuk K2

YB = 1-0,735

= 0,265

XB = 1-0,450

= 0,55

0,735/0,55
AB =
0,265/0,450

= 2,2692

C.Untuk K3

YB = 1-0,650

= 0,35

XB = 1-0,300

= 0,7

0,650/0,70
AB =
0,35/0,300

= 0,7959

= 4,2182

D.Untuk K3

YB = 1-0,555

= 0,445

XB = 1-0,200

= 0,8

44
0,555/0,8
AB =
0,445/0,200

= 0,3117

3. Menghitung Pengaruh temperature

t
A . B=8,9
TA+TB

T Air = 100 oC + 273 = 373 K

T Metanol = 64,5 oC + 273 = 337,5 K

t= T Air T Metanol

( 100+273 ) K( 64,5+273 ) K

35,5 K

a. Untuk K1

TA= ( 68+273 ) K=341 K

TB=( 72+273 ) K=345 K

AB =8,9
[ t
TA+TB ]
AB =8,9
[ 35,5 K
( 341+ 345 ) K ]
0,4605

b. Untuk K2

TA= (72+273 ) K =345 K

44
TB=( 76+ 273 ) K =349 K

AB =8,9
[ t
TA+TB ]
AB =8,9
[ 35,5 K
( 345+349 ) K ]
0,4552

c. Untuk K3

TA= (76 +273 ) K=349 K

TB=( 80+ 273 ) K =353 K

AB =8,9
[ t
TA+TB ]
AB =8,9
[ 35,5 K
( 349+ 353 ) K ]
0,45007

d. Untuk K3

TA= ( 80+273 ) K=353 K

TB=( 84 +273 ) K=357 K

AB =8,9 [ t
TA+TB ]
AB =8,9
[ 35,5 K
( 353+357 ) K ]
0,445

44
C. Grafik

a. Grafik Metanol Air

44
b. Grafik Konsentrasi Metanol Vs Indeks Bias

44
D. Tabulasi Data

Temperatur Destilat Residu Relative volatility


Stoptoc Berdasarka Berdasarka YB YX
Top Bottom Ind.bias Frak.mol Ind.bia Frak.mol n n
Y s X prbandinga temperatur
n tekanan
uap parsial
K1 68 72 1,3456 0,845 1,3610 0,640 9,6917 0,4607 0,155 0,36
K2 72 76 1,3491 0,735 1,3512 0,450 2,2692 0,4552 0,265 0,55
K3 76 80 1,3507 0,650 1,3512 0,300 0,7959 0,45007 0,35 0,7
K3 80 84 1,3517 0,555 1,3493 0,200 0,3117 0,4450 0,445 0,8

Kadar : 45 % mol Titik didih air = 373 k

Volume Metanol = 162,0089 ml Titik didih methanol = 337,5 k

Volume Aquadest = 87,9911 ml

44
BAB V

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin besar temperatur TOP dan BOTTOM tiap sampel maka,semakin
besar fraksi Y yang dihasilkan.
2. Semakin besar temperatur TOP dan BOTTOM tiap sampel maka,maka
semakin besar relative volatility berdasarkan perbandingan tekanan uap
parsial.
3. Semakin besar temperatur TOP dan BOTTOM tiap sampel maka,maka
semakin besar relative volatility berdasarkan temperatur.

DAFTAR PUSTAKA

Sari, Ni Ketut. 2010. Vapour-Liquid Equilibrium (VLE) Water-Etanol From


Bulrush Fermentation. Surabaya: UPN

Sediawan, Wahyudi Budi. 2000. Berbagai Teknologi Proses Pemisahan.


Yogyakarta: UGM.

Page | 68
http://www.google.com/kesetimbangan+uap+cair/kimia/industri.html

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL PRAKTIKUM

Page | 69
MENARA DESTILASI

(PACKED TOWER)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2016

BAB I

PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Menara Destilasi (Packed tower)
B. Tujuan Percobaan

Page | 70
a. Melakukan percobaan atas campuran Methanol Air dengan menggunakan
peralatan jenis Menara Isian ( packed tower ).
b. Mengevaluasikan performace Bahan Isian untuk Menara Distilasi dengan
memperbandingkan komposisi destilasi hasil yang diperoleh dari Menara
Isian tanpa Bahan Isian ( kosong ). ( jika memungkinkan hitunglah Height
Equivalent to a Theoritic plate ( H.E.T.P )
C. Latar Belakang

Distilasi adalah suatu metode operasi pemisahan suatu komponen dari


campurannya yang didasarkan pada perbedaan titik didih atau tekanan uap
murni masing-masing komponen dengan menggunakan panas sebagai tenaga
pemisah.Proses pemisahan pada operasi distilasi terjadi karena adanya
perpindahan massa akibat kontak antar fasa uap dengan fasa cairannya. Jika
kontak antarfasa dibiarkan berlangsung dalam waktu relative cukup, maka
sistem akan dimungkinkan berada dalam keseimbangan fisis. Setelah
keseimbangan fisistercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya dan
dikondensasikan membentuk embunan distilat.

Dalam keadaan seimbangan terdapat beda komposisi antara fasa uap


dengan fasa cairannya. Komposisi komponen ringan dalam fasa uap lebih
besar disbanding komposisi komponen yang sama dalam fase cairannya.
Dalam distilat banyak mengandung komponen dengan tekanan uap murni
tinggi atau yang mempunyai titik didih rendah sedangkan komponen yang
tekanan uap murninya rendah atau yang mempunyai titik didih tinggi
sebagian besar terdapat dalam residu.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
Sejarah

Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar


abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama

Page | 71
oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria
dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus
dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat
tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4.

Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli


kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi
pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat
alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang
memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead
dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih
dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat
terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang
bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik
penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).

Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah


pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan
khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll[1].
Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk
penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah
digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas
terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling.

Distilasi adalah suatu proses pemisahan campuran cairan


berdasarkan sifat volatilitas menjadi hasil atas destilat dan hasil bawah
atau bottom.Proses ini telah berkembang pesat utamanya dilingkungan
industri perminyakan karena banyak diperlukan untuk pemisahan minyak
mentah (crude oil) menjadi fraksi-fraksinya.

Page | 72
Disamping merupakan unit operasi yang banyak dipakai dalam industri,
destilasi juga merupakan pengguna energi yang sangat banyak,sehingga perlu
pemikiran adanya konservasi energi .Hali ini sejalan dengan trend kenaikan bahan
bakar yang terus meningkat dari tahun ketahun.
Konservasi energi bertujuan untuk mengurangi kebutuhan energi .Untuk
pabrik yang sudah berdiri bisa dilakukan dengan me-review perancangan menara
distilasi dan dilanjutkan dengan audit energi berdasarkan data proses.Untuk
rencana pendirian pabrik baru,rancangan menara distilasi yang hemat energi
sudah bisa dirancang sejak awal.Dari kondisi tersebut jelaslah diperlukan
pemahaman yang baik tentang analisis dan sintesis, termasuk perancangan menara
destilasi.
Destilasi merupakan teknik pemisahan campuran yang terdiri dari dua atau
lebih komponen menjadi komponen yang mempunyai tingkat kemurnian sesuai
keinginan.Secara umum teknik distilasi banyak digunakan dalam industri refinery
dan industri petrokimia.Permasalahan utama dalam distilasi adalah pemakaian
energi yang tinggi.
Beberapa teknik telah dikembangkan untuk mengatasi masalah besarnya
konsumsi energi seoertin pengintegrasian dari kolom distilasi dengan keseluruhan
proses yang secara teori dapat menghasilkan penghematan energi yang signifikan
sampai dengan 28-33% bila dibandingkan dengan konfigurasi
nkonvensional.Teknik lain adalah dengan melakukan optimasi untuk mencari
kondisi operasi yang membutuhkan energi yang terkecil.Optimasi ini bisa
dilakukan dengan memanfaatkan algoritma genetika.
Algoritma genetika adalah algoritma pencarian yang didasarkan pada
mekanisme seleksi alamiah dan genetika alamiah.Optimasi algoritma genetika
umum digunakan karena kemudahan dalam implementasi dan kemampuannya
untuk menemukan solusi dengan baik.
Metode algoritma genetika banyak dipakai untuk tujuan optimasi numerik
dengan merepresentasikan masalah kedalam persamaan matematis.Dengan
demikian mutlak diperlukan adanya suatu metode untuk merepresentasikan proses
kolom distilasi.Namun pengembangan model distilasi yang non linear dan
multivariabel dengan persamaan matematis menjadi kendala tersendiri berkaitan
dengan jumlah persamaan yang dibutuhkan serta waktu penyelesaian yang lama.

Page | 73
Jenis-jenis Destilasi

Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi


sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain
itu ada pula distilasi ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous,
distilasi dengan menggunakan garam berion, distilasi pressure-swing, serta
distilasi reaktif.

Distilasi Sederhana

Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan


titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika
campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas.
Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana
digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.

Distilasi Fraksionisasi

Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-


komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih kurang dari 20 C dan bekerja pada tekanan atmosfer
atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan
pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen
dalam minyak mentah

Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah


adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap
dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang

Page | 74
berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-
plat di bawahnya.[8] Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.

Distilasi Uap

Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang


memiliki titik didih mencapai 200 C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang
fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran
senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya.
Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut
dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi
dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti
minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk,
dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.

Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam


campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari
campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke
labu distilat.

Distilasi Vakum

Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin


didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum
atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di
atas 150 C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut
dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin,
karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk
mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator
berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini.

Page | 75
Azeotrop

Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang


memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang
menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari
azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan
tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari
azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap,
yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan,
tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam
kekuatan intramolekuler dalam larutan.

Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut


tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan
air. Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan
tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran
dan memisahkan air lagi.[8] Campuran azeotrop merupakan penyimpangan
dari hukum Raoult.

BAB III
MATERI DAN METODA

A. Materi
1. Peralatan percobaan ialah :
1. Labu Destilasi 500 ml
2. Batu didih
3. Heater (penangas air)
4. Termometer dan pendingin refluks ( condensor ).
5. Pendingin samping dan wadah sampel.
6. Piknometer
7. Beaker glass
8. Erlemeyer

Page | 76
2. Bahan percobaan ialah :
1. Metanol secukupnya.
2. Aquades seperlunya.

B. Metoda

Prosedur kerja :

1. Susunan peralatan di periksa


2. 150 ml larutan Metanol Air (49% mol metanol = 24%) dimasukkan
kedalam labu destilasi.
3. Beberapa batu didih di masukkan kedalam labu destilasi untuk mencegah
terjadinya semburan cairan yang mendidih dan agar terjadinya pendidihan
dan agar halus dan merata.
4. Air pendingin dialirkan kedalam masing masing pendingin.
5. Penangas air dihidupkan dan di atur pada temperature tertentu
6. Amati temperatur pada puncak labu distilasi.
7. Waktu yang dibutuhkan methanol untuk terkondensasi di catat (stopwatch
di hidupkan saat temperature 64,5 0C tercapai)
8. Operasi di biarkan sampai pada waktu tertentu
9. Penangas air di matikan dan di ukur destilat dengan residunya.
10. Massa jenis destilat dan residu di ukur dengan menggunakan piknometer.
11. Data-data yang diperlukan kemudian di catat pada tabel data pengamatan.

C. Gambar Rangkaian Percobaan

Page | 77
BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

No Sampel Berat sampel Berat sampel Density v.metanol + Kadar Fraksi mol
Berat pikno + pikno (gr) (gr/ml) air methanol
kosong (gr) (ml) (%)
(gr)

1 Destilat 11,7129 15,8892 4,1763 0,83526 250 46 0,73

2 Residu 11,7129 16,3556 4,6427 0,92854 250 46 0,32

Page | 78
Tanggal : 18 Mei 2016

Titik didih methanol : 64,5 oC

Bahan : 46 % methanol

Titik didih air : 100 oC

Jumlah bahan : 250 ml

Volume destilat : 131,5 ml

Komposisi methanol : 164 ml

Volume residu :114 ml

Komposisi air : 86 ml

Waktu destilasi : 2 jam, 15 menit

Page | 79
B. Pembahasan

1. Menghitung volume air dan volume methanol, bila 46% methanol


dalam 250 ml

methanol : 0,79 gr/ml

air : 1 gr/ml

BM methanol : 32 gr/mol

BM air : 18 gr/mol

V1 + V2 : 250 ml

V2 :250 ml - V1

W 1/ M 1
Mf =
W 1/ M 1+W 2/ M 2

V 1. 1
M1
0,46=
V 1. 1 V 2. 2
+
M1 M2

250V 1


0,79 V 1
+
32
0,79 V 1
32
0,46=

0,46 ( V 1.0,79 +
250V 1 V 1.0,79
32 ) ( 18 )
=
32

0,3637V 1 1150,46 V 1 V 1 .0,79


+ =
32 18 32

0,3637V 1 0,79V 1 1150,46 V 1


=
32 32 18

Page | 80
0,79V 1 0,3634 1150,46 V 1
=
32 32 18

0,4266V 1 1150,46 V 1
=
32 18

7,6788V 1=368014,72 V 1

7,6788V 1+14,72 V 1=3680

22,3988 V 1=3680

V 1=164,2945158 ml

V 2=( 250V 1 )

( 250164,2945158 ) ml

85,7054842 ml

Pembuktian

V 1. 1
M1
Mf =
V 1. 1 V 2. 2
+
M1 M2

164,2945158 ml x 0,79
32

164,2945158 ml x 0,79 85,7054842ml x 1
+
32 18

4,056020859+ 4,761415789

4,056020859

4,056020859

8,817436648

Page | 81
= 0,46

2. Menghitung Neraca Massa

D CH3OH : 73%
H2O : 27%

Feed

46% CH3OH

54% H2O

R CH3OH : 32 %
H2O : 668%

Neraca massa total

F=D+ R
250 ml=D+ R .(1)

Neraca massa CH3OH


F=D+ R

46% x 250 ml = 73% D + 32% R


0,46 x 250 ml = 0,73 D + 0,32 R

115 ml = 0,73 D + 0,32 R (2)


Neraca massa Air
F=D+ R
54% x 250 ml = 27 % D + 68% R
0,54 x 250 ml = 0,27 D + 0,68R

Page | 82
135 ml = 0,27 D + 0,68 R .(3)
Eliminasi persamaan 2 dan 3
115 ml = 0,73 D + 0,32 R ] *0,27
135 ml = 0,27 D + 0,68 R ] *0,73
31,05 ml = 0,1971 D + 0,0864 R
98,55ml = 0,1971 D + 0,4964 R
-67,5 = -0,41 R
R = 164,6341 ml

F =D+R
D =F-R
D = 250 164,6341 ml
D = 85,3659 ml
D = 85,3659 ml

C. Grafik

Page | 83
Page | 84
Page | 85
D. Tabulasi Data

No Sampel Berat sampel Berat Density v.metanol + Kadar Fraksi


Berat pikno + pikno sampel (gr/ml) air methanol mol
kosong (gr) (gr) (ml) (%) H2O CH3OH
(gr)

1 Destilat 11,7129 15,8892 4,1763 0,83526 250 46 0,73 23 73

2 Residu 11,7129 16,3556 4,6427 0,92854 250 46 0,73 68 32

Tanggal : 18 Mei 2016 Titik didih methanol : 64,5 oC

Bahan : 46 % methanol Titik didih air : 100 oC

Jumlah bahan : 250 ml Volume destilat : 131,5 ml

Komposisi methanol : 164 ml Volume residu :114 ml

Komposisi air : 86 ml Waktu destilasi : 2 jam, 15 menit

Page | 86
BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Proses destilasi menggunakan prinsip pemishan komponen komponen


berdasarkan titik didih.

2. Komponen yang terdapat lebih banyak adalah komponen yang


memiliki titik didih lebih rendah,sedangkan komponen yang terdapat
lebih sedikit memiliki titik didih lebih tinggi.

3. Destilat lebih banyak terkandung pada methanol daripada air


sedangkan pada residu terkandung pada lebih banyak air daeipada
methanol.

Page | 77
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arif, Joko Sugeng, Rimbo Biworondoko, Sutijan. 2004. Verifikasi


Model Non Keseimbangan Menara Distilasi Pada Campuran
Hidrokarbon Biner. Yogyakarta: UGM

Biyanto, Totok. R. 2007. Algoritma Genetika Untuk Mengoptimasi Energi Pada


Proses Kolom Distilasi Metanol-Air. Surabaya: ITS.

McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi

Page | 78
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL PRAKTIKUM

MENARA PENDINGIN

(COOLING TOWER)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

Page | 79
MEDAN

2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan

MENARA PENDINGIN ( Cooling Tower)

B. Maksud Dan Tujuan Percobaan

1. Maksud
Agar mahasiswa/I mengetahui proses menara pendingin dan
aplikasinya dalam industry

2. Tujuan Percobaan
1. Untuk pemakaian kembali air pendingin pabrik pabrik
kimia berat ( besar ) atau sebagai hasil pengunaan
pengendalian udara (air conditioning ) yang menyebar luas.
2. Untuk mempelajari Psycrometic Chart udara basah, udara
kering dan juga memperoleh prinsip dasar untuk unit operasi
pengendalian udara (air condicition ) pengeringan penguapan.

C. Latar Belakang

Menara pendingin (cooling tower) adalah alat penghilang panas yang


digunakan untuk memindahkan kalor buangan ke atmosfer. Mendara pendingin
dapat menggunakan penguapan air atau hanya menggunakan udara saja untuk
mendinginkannya. Menara pendingin umumnya digunakan untuk
mendinginkan air yang dialirkan, pada kilang minyak, pabrik kimia, pusat
pembangkit listrik, dan pendinginan gedung. Menara yang digunakan bervariasi
dalam ukurannya.

Page | 80
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Menara Pendingin itu


Air dingin diperlukan untuk, sebagai contoh, penyejuk udara/ AC, proses-proses
manufakturing atau pembangkitan daya. Menara pendingin merupakan suatu
peralatan yang digunakan untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara
mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfir. Menara
pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara
yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir. Sebagai akibatnya, air yang
tersisa didinginkan secara signifikan (Gambar 1). Menara pendingin mampu
menurunkan suhu air lebih dari peralatan-peralatan yang hanya menggunakan
udara untuk membuang panas, seperti radiator dalam mobil, dan oleh karena itu
biayanya lebihefektif dan efisien energinya.

Gambar 1. Diagram skematik sistim menara pendingin


(Laboratorium Nasional Pacific Northwest, 2001)

Komponen menara pendingin

Page | 81
Komponen dasar sebuah menara pendingin meliputi rangka dan wadah,
bahan pengisi, kolamair dingin, eliminator aliran, saluran masuk udara, louvers,
nosel dan fan. Kesemuanya dijelaskan dibawah. 1 Rangka dan wadah. Hampir
semua menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup luar
(wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya. Dengan rancangan yang lebih
kecil, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat menjadi rangka. Bahan Pengisi.
Hampir seluruh menara menggunakan bahan pengisi (terbuat dari plastik
atau kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan kontak
udara dan air. Terdapat dua jenis bahan pengisi:
1. Bahan pengisi berbentuk percikan/Splash fill: air jatuh diatas lapisan yang
berurut dari batang pemercik horisontal, secara terus menerus pecah menjadi
tetesan yang lebih kecil,sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan
pengisi percikan dari plastik memberikan perpindahan panas yang lebih baik
daripada bahan pengisi percikan dari kayu.
2.Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan plastik tipis dengan jarak
yang berdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk lapisan
film yang tipis dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat
berbentuk datar,bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi
film lebih efisien dan memberi perpindahan panas yang sama dalam volume yang
lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash.
Kolam air dingin. Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah
menara, dan menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan
pengisi. Kolam biasanya memiliki sebuah lubang atau titik terendah untuk
pengeluaran air dingin. Dalam beberapa desain, kolam air dingin berada dibagian
bawah seluruh bahan pengisi. Pada beberapa desain aliran yang berlawanan arah
pada forced draft, air di bagian bawah bahan pengisi disalurkan ke bak yang
berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai kolam air dingin. Sudu-sudu fan
dipasang dibawah bahan pengisi untuk meniup udara naik melalui menara.
Dengan desain ini, menara dipasang pada landasannya, memberikan kemudahan
akses bagi fan dan motornya.

Page | 82
Drift eliminators. Alat ini menangkap tetes-tetes air yang terjebak dalam
aliran udara supaya tidak hilang ke atmosfir.Saluran udara masuk. Ini merupakan
titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran masuk bisa berada pada seluruh
sisi menara (desain aliran melintang) atau berada dibagian bawah
menara (desain aliran berlawanan arah).
Louvers. Pada umumnya, menara dengan aliran silang memiliki saluran
masuk louvers. Kegunaan louvers adalah untuk menyamakan aliran udara ke
bahan pengisi dan menahan air dalam menara. Beberapa desain menara aliran
berlawanan arah tidak memerlukan louver.
Menara pendingin jenis natural draft
Menara pendingin jenis natural draft atau hiperbola menggunakan
perbedaan suhu antara udara ambien dan udara yang lebih panas dibagian dalam
menara. Begitu udara panas mengalir ke atas melalui menara (sebab udara panas
akan naik), udara segar yang dingin disalurkan ke menara melalui saluran udara
masuk di bagian bawah. Tidak diperlukan fan dan disana hampir tidak ada
sirkulasi udara panas yang dapat mempengaruhi kinerja.
Kontruksi beton banyak digunakan untuk dinding menara dengan
ketinggian hinggamencapai 200 m. Menara pendingin tersebut kebanyakan hanya
digunakan untuk jumlah panas yang besar sebab struktur beton yang besar cukup
mahal.

Gambar 2. Menara pendingin jujut isap,


lawan arah

Page | 83
Komponen menara pendingin
Komponen dasar sebuah menara pendingin meliputi rangka dan wadah,
bahan pengisi, kolam air dingin, eliminator aliran, saluran masuk udara, louvers,
nosel dan fan. Kesemuanya dijelaskan dibawah.

Rangka dan wadah.

Hampir semua menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup


luar (wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya. Dengan rancangan yang
lebih kecil, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat menjadi rangka.

Bahan Pengisi.
Hampir seluruh menara menggunakan bahan pengisi (terbuat dari plastik
atau kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan kontak
udara dan air. Terdapat dua jenis bahan pengisi:
Bahan pengisi berbentuk percikan/Splash fill: air jatuh diatas lapisan yang
berurut dari batang pemercik horisontal, secara terus menerus pecah menjadi
tetesan yang lebih kecil, sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan
pengisi percikan dari plastic memberikan perpindahan panas yang lebih baik
daripada bahan pengisi percikan dari kayu.
Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan plastik tipis dengan
jarak yang berdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk
lapisan film yang tipis dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya
dapat berbentuk datar, bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis
bahan pengisi film lebih efisien dan memberi perpindahan panas yang sama
dalam volume yang lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash.
Kolam air dingin.
Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah menara,
dan menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan
pengisi. Kolam biasanya memiliki sebuah lubang atau titik terendah untuk
pengeluaran air dingin. Dalam beberapa desain, kolam air dingin berada
dibagian bawah seluruh bahan pengisi. Pada beberapa desain aliran yang

Page | 84
berlawanan arah pada forced draft, air di bagian bawah bahan pengisi
disalurkan ke bak yang berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai kolam
air dingin. Sudu-sudu fan dipasang dibawah bahan pengisi untuk meniup
udara naik melalui menara. Dengan desain ini, menara dipasang pada
landasannya, memberikan kemudahan akses bagi fan dan motornya.
BAB III

MATERI DAN METODE

A. Materi
a. Perlengkapan penyediaan air panas.
1. Tangki air panas.
2. Panaskan listrik tercelup ( 3 KW x2 ).
3. Unit Otomatis pengontrolan suhu.
4. Distribusi air panas.
5. Penampungan Air panas.
b. Perlengkapan Udara Dingin.
1. Blower dan motor penggerak ( 0,75 KW ).
2. Unit pemanasan Udara ( 3 KW ).
3. Unit Otomotis Pengontrol suhu,
4. Penapis dan proyektor radiasi.
5. Drift water eliminator
c. Unit Transfer massa dan Transfer panas
1. Kayu bahan isian.
2. Jendela transfarans.
3. Perlengkapan bahan isihan yang dapat ditukar dengan cepat.
d. Panel dan Instrument.
1. Thermometer and meansuring position selector.
a. Suhu air didalam tangki air panas.
b. Suhu air dingin didalam tangki penyimpanan.
c. Suhu udara pendinginan didalam pipa saluran ( duct ).
2. Higrometer .
Dry Bulb and wet Bulb Thermometer inlet of duct and ambled
conditioning
3. Flow meter.
Rotameter air ( maksimum 1.000 l/jam )
4. Dial Indicator and Pressure measuring top selector
a. Pressure drop across orifice plate
b. Pressure drop across mass and heat transfer unit
c. Static pressure in air duct

Page | 85
5. Saklat Tenaga.
a. Penyediaan sumber tenaga ( utama ).
b. Blower
c. Pompa dan Pemanas.

B. Metoda

Prosedur Percobaan :
A. Persiapan.
1. Penyedian air.
Air dalam tangki puncak diawasi dan air pada wayer reservoir
mempertahankan air puncak konstan dan disediakan sebagai air
pendingin untuk diuji.
2. Penyediaan air kota pengambilan ( drain ) untuk diuji :
Air kota disediakan ( dialirkan dengan jalur arus pipa baru, dan
arus drain ( drain valve = VRD ) tertup. Air kota didalam tangki air
dibuat melubert agar tinggi permukaan air dapat selalu konstan dan
air yang meleburkan keluar melalui pipa pembuangan air dapat
selalu konstan dan air yang meluber keluar tinggi permukaan air
dapat selalu konstan dan air yang meluber keluar melalui pipa
pembuangan saluran.
3. Mencegah pembekuan.
Pada musim dingin keluar semua air dari peralatan ( dari cooling
Tower ) supaya tidak membeku didalamnya. Di indonesia karena
iklim tropis hal ini tidak akan terjadi .
B. Pengawasan temperatur Sensors
Awasilah temperatur Sensors yang tercelup didalam air yang selain
harus bersih di dalam kantongan. Kantongan terletak didalam bahan isihan
unit Transfer panas massa dan Transfer panas.
C. Pengawasan Higrometer.

Higrometer mempunyai thermometer bola kering dan bola basah. Awasilah


sensible point termometer bola basah yang terbalut dengan kain dimana
termometer tercelup didalam pot air.

D. Pengawasan Sensible Incline Manometer ( or dial Indicated


Manometer )
E. Pemeriksaan bagian listrik luar.

Page | 86
1. Peralatan ini memerlukan sumber tenaga yang ditujukkan pada
sampul dari pada manual peralatan ini mempunyai panjang 5
meter.
2. Dua kabel jalur penyediaan tenaga listrik ditukar posisinya, jika
arah putaran motor berlawanan dengan tanda kutip pada
permukaan motor penggerak untuk pompa air.

F. Power Swith Operation

1. Knop operasi Water Temperatur Control, Air Temp. Control


( fine ) ( Coarse ) knop diatas digunakan untuk menjaga suhu
( t1 ) dan suhu udara pendingin ( T2 ) bila didinginkan, Nomor
nomor diletakan pada posisi terendah adalah terdigin . Sebelum
operasi dimulai knop knop diatur pada angka terendah terendah.
2. Pastikan bahwa saklar skalar pada posisi OFF yaitu skalar:
POWER SUPPLY , WATER HEATING,
WATER PUMP, BLOWER dan AIR HEATING.

3. Putar saklar saklar pada posisi tahap tahap sebagai berikut :

Tahap 1. Power suplly blower water heating dan air heating

Tahap 2. Putaran knop knop Water Temp.control, air temperatur


control (fine ) dan AIR TEMP. CONTROL pada angka yang
diinginkan.

Tahap 3. Hidupkan Water pump

F. Water Flow control Valve ( V1) and memotion shuterr are provided for
rate controling. Pengukuran peralatan ini dioperasikan pada keadan
seimbangan thermal dan steady state, sehingga operasi harus di mulai
beberapa jam seblum pengujian sesunggunya.

C. Gambar Percobaan
a. Gambar alat
1. Blower dan Pompa 2. Heater

Page | 87
3.Termocouple 4. Temperatur Set

5 Flowmeter

b. Gambar rangkaian percobaan

Page | 88
BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

5.1.a Data pengamatan Cooling tower

MEASUREHENTS
HOT COOLING AIR
WATER
Temp Press Hunidty Press
Hend In duch Miss and heat
Thank
To ho hdo T2 TW1 T1 TW1 P1 P2
O O
C O
C MmH2O C MmH2O

Page | 89
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
40 30,8 82 79 29,4 28,4 31,3 30,3 18 34
40 32,4 81 78 30,9 29,9 31,5 16 35
40 33,0 82 79 31,3 30,3 31,8 16 38
40 33,4 80 77 31,7 30,2 32 15 43

HOT WATER
TEMP FLOE
RATE
TRANSHER UNIT TANK
t1 t12 t13 t14 t15 t16 t17 t2 tR tL L
o
C Kg/l
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
40 38,0 39.4 38.5 39.4 32.5 31.8 31.2 30.9 35.2 200
.
4 36,4 36,8 35,4 33,5 33, 31,9 31,8 36,5 200
0 5
4 37,6 38 36,4 36,1 36, 33,2 33,3 38,3 200
0 1
4 36,4 36,8 35,9 35,3 35, 33,4 31,0 37,2 200
0 3

B. Pembahasan

DATA I

1. Menghitung laju alir air L ( Kg/Hour )


L = 500 liter/ hour
= 500 liter/hour x 0,99221 kg/liter

Page | 90
= 496,105 Kg/hour

2. Mencari Kelembaban udara dari grafik psychometric chart 1 dan 2 dari


grafik psychometric didapat T1 = 32,7oC TW1 = 32oC
Maka relative humidity (Q1) adalah 100%
T2 = 31,7 oC TW2 =30,2oC
Maka relative humidity (Q2) adalah 100%.

3. Menghitung tekanan statis udara Pn ( Kg/m2)

Pn = Pa 13,6 + ho
Diketahui : Pa = 760 mmHg = 1 Kg/cm2
= 1000 Kg/cm2
Ho = 12 mmH2O = 12Kg/m2
Ditanya : Pn..?
Jawab : Pn = Pa 13,6 + ho
Pn =( 760 13,6 )mmH2O+ 80mmH2O
= 10416 mmH2O
= 10416 Kg/m2

4. Menghitung temperature statis udara ( Tn)

Tn = 273 + To
Diketahui : To = 33.40C
Ditanya : Tn..?
Jawab : Tn = 273 + To
= 273 + 33.4
= 306,4K
5. Menghitung densitas udara yang mengalir n ( Kg/m3)
Pn
n=
29,46 x Tn

= 10416 Kg/m2
29,46 x 306.4K
= 1,1539 Kg/m2

6. Menghitung laju aliran udara G ( Kg/hour)

2
G = 3600 d 2 g hdo n
4

Page | 91
3,14
= 3600 x 0,0087 x 1,000 x (0.1053 m) 2
4
2 x 9,8 x 77 x 1.153 9
= 1306,9836 kg/jam

7. Menghitung laju aliran udara V (m/sec)


V = G / 3600 x n
/4 x D2

1,1539 kg /m2

0,1053 m


= 2
0.785.
3600 .

1306,9836 kg / jam

= 36,1643 m/detik

8. Menghitung bilangan Reynold


. D .
Rd =

Density Pada Temperatur 31,70 C Dengan cara interpolasi nilai V pada



suhu 31,7 0C Maka dapat dicari :

X X1 = Y Y1
X2 X1 Y2 Y1
31,7 0 = Y 1,293
50 0 1,093-1,293
31,7 =y 1,293
50 -0,2
50Y - 855 = -634
Y = 1,1662Kg/m3

Page | 92
MENCARI VISCOSITAS
X X1 = Y Y1
X2 X1 Y2 Y1
31,7 0 = Y 17,10X10-6
50 0 2,44 x 10 -6
31,7 = y 17,10X10-6
50 2,44X10-6
Y = 18,646x10-6 kg/m.s
. D .
Rd = Rd =

1.1662 x 0.1053 m x 36,1643 m/s


6
18.6469 . 10
= 0.237965.10-6
=237965

Reynold Air
L
=
A
L= 500 L/jam x 1 jam / 3600 S x 1 dm3/L x 1 m3/103dm3
=0.000138 m3/s
3
0.000138 X 103 m /s
= 3
0.0017 m
= 0.08117 m/s
d.
Rd =

0.08117 m x 0.04755 m/s
= 0.00663

=5859

Page | 93
C. Grafik

Page | 94
Page | 95
Page | 96
D. Tabulasi Data

MEASUREHENTS
HOT COOLING AIR
WATER
Temp Press Hunidty Press
Hend In duch Miss and heat
Thank
To ho hdo T2 TW1 T1 TW1 P1 P2
O O
C O
C MmH2O C MmH2O
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
40 30,8 82 79 29,4 28,4 31,3 30,3 18 34
40 32,4 81 78 30,9 29,9 31,5 16 35
40 33,0 82 79 31,3 30,3 31,8 16 38
40 33,4 80 77 31,7 30,2 32 15 43

HOT WATER
TEMP FLOE
RATE
TRANSHER UNIT TANK
t1 t12 t13 t14 t15 t16 t17 t2 tR tL L
o
C Kg/l
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
40 38,0 39.4 38.5 39.4 32.5 31.8 31.2 30.9 35.2 200
.
4 36,4 36,8 35,4 33,5 33, 31,9 31,8 36,5 200
0 5
4 37,6 38 36,4 36,1 36, 33,2 33,3 38,3 200
0 1
4 36,4 36,8 35,9 35,3 35, 33,4 31,0 37,2 200
0 3

CALLOLATIONS
COOLING AIR

Page | 97
Relative Flow Rate Vlld Rey Reyno
Humudi kry nold ld
ty Air Udara

Q1 Q2 Pn Tn n G Rd Rd

- - Kg/ K Kg/m Kg/ m/s - -


m3 3
jam
22 23 24 25 26 27 28 29 30
200 94 93 10418 303,8 1,164 13,296 32 5384405,
0 7 23 26
91,
68
9
0,984 89 91 11437, 305,4 52712 1364,84 311 5580,693
42 6 104 8
10,
019
396,8 94,7 92,9 10418 305 1,1556 1324,85 322 4996,80
44 11 6,9
597
496,1 93,5 93 10411 306,4 1,1539 1306,98 226 5875,825
05 6 463

BAB V

KESIMPULAN

Page | 98
A. Kesimpulan

Semakin besar laju alir air maka akan semakin besar temperatur bola
kering dan bola basah.
Temperatur bola kering lebih tinggi dari temperatur bola basah.
Semakin tinggi temperatur bola basah dan bola kering maka akan tinggi
kelembapan udaranya.

DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum SATUAN OPERASI II, 2011, PTKI MEDAN

Page | 99
Coulson and Richardsons, 2002,Chemical Engineering,5th Edition,
Butterworth- Heinemann, Tokyo
Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3nd
Edition, Prentice Hall, Inc, U.S.A
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi
keempat, jilid 2, Erlangga, Jakarta
www.energyefficiencyasia.org

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL PRAKTIKUM

Page | 100
FLUIDISASI

(FLUIDIZATION)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2016

BAB I

PENDAHULUAN

Page | 101
A. Judul Percobaan
Fluidisasi ( Fluidization )

B. Tujuan Percobaan
- Mempelajari pengaruh Kehilangan Tekanan ( Pressure Drop)
pada Fixed dan Fluidized Bed, mengukur porositas (voidage)
dan mengamati keadaan Fluidisasi.
- Mempelajari kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)

Page | 102
BAB II

LANDASAN TEORITIS

Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka
di dalam fluida itu akan terbentuklah lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu
meluncur di atas yang lain, hingga mencapai bentuk yang baru. Selama perubahan
bentuk itu, terdapat tegangan geser yang besarnya tergantung pada viskositas
fluida dan laju luncur. Tetapi bila sesudah itu mendapatkan bentuk akhirnya,
semua tegangan geser itu kan hilang. Fluida yang dalam kesetimbangan itu bebas
dari segala tegangan geser.

Pada suatu suhu dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas
atau rapatan (density) tertentu yang dalam praktek keteknikan biasanya diukur
dalam pound per cubic atau dalam kilogram per meter kubik. Walaupun densitas
fluida bergantung pada suhu dan tekanan, perubahan densitas karena perubahan
variable itu mungkin besar atau mungkin kecil. Jika densitas itu hanya sedikit
terpengaruh oleh perubahan yang agak besar pada suhu atau tekanan, maka fluida
itu disebut tak mampu mampat (incompressible), tetapi jika densitasnya peka
terhadap perubahan variable itu, fluida itu disebut fluida mampu mampat
(compressible). Zat cait biasanya dianggap tak mampu mampat sedangkan gas-gas
mempu mampat. Namun penggunaan istilah itu relative, densita zat cair dapat saja
mengalami perubahan yang cukup berarti apabila tekanan dan suhu diubah dalam
jangkau yang cukup luas. Demikian pula gas yang mengalami perubahan tekanan
dan suhu yang kecil saja dapat berlaku sebagai fluida tak mampu mampat.
Perubahan densitasnya dalam kondisi seperti itu dapat diabaikan tanpa
menimbulkan kesalahan yang berarti.

Sifat dasar dari setiap fluida static adalah tekanan. Tekanan dikenal
sebagai gaya permukaan yang diberikan oleh fluida terhadap dinding bejana.

Page | 103
Teknan terdapat pada setiap titik di dalam volume fluida. Pertanyaan fundamental
kita adalah apa tekanan itu? Apakah tekanan itu tidak bergantung pada arah atau
berubahkah ia menurut arah? Untuk fluida static, tekanan ternyata tidak
bergantung pada orientasi permukaan dalam temoat bekerjanya tekanan itu.
Prinsip-prinsip fisika yang paling utama dalam penerapan mekanika fluida ialah
persamaan-persamaan neraca massa atau persamaan kontinuitas, persamaan
neraca momentum linear dan neraca momentum angular (sudut) dan neraca energi
mekanik. Persamaan itu dapat dituliskan dalam bentuk diferensial yang
menunjukkan kondisi pada suatu titik di dalam elemen volume fluida, atau dapat
pula dalam bentuk integral yang berlaku untuk suatu volume dituliskan dalam
bentuk difrernsial yang menunjukkan kondisi pada suatu titi di dalam elemen
volume fluida atau dapat pula dalam bentuk integral yang berlaku untuk suatu
volume.

A. Pengertian Fluidisasi.

Fluidisasi dipakai untuk menerangkan atau menggambarkan salah satu cara


mengontakkan butiran-butiran padat dengan fluida (gas atau cair). Sebagai
ilustrasi dengan apa yang dinamakan fluidisasi ini, kita tinjau suatu bejana dalam
air di dalam mana ditempatkan sejumlah partikel padat berbentuk bola, melalui
unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dengan arah aliran dari bawah ke atas.
Pada laju al ir yang cukup rendah partikel padat akan diam. Keadaan yang
demikian disebut sebagai unggun diam ataufixed bed. Kalau laju alir gas
dinaikkan, maka akan sampai pada suatu keadaan dimana unggun padatan tadi
tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada kondisi partikel yang mobil
ini, sifat unggun akan menyerupai sifat-sifat suatu cairan dengan viskositas tinggi,
misalnya ada kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik.
Keadaan demikian disebut fluidized bed.

Page | 104
B. Kehilangan Tekanan (Pressure Drop)

Aspek utama yang akan ditinjau di dalam percobaan ini adalah untuk
mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup
penting karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang
diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Korelasikorelasi matematik yang menggambarkan hubungan
antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun
diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan
menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi.

Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh


viscous loses, Blake memberikan hubungan sebagai berikut :

2
P k . .s
. gc= 3 u..............(1)
L

Dimana : dP/L : kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran

gC : faktor konversi

: viskositas fluida

: porositas unggun yang didefinisikan sebagai


perbandingan volume ruang kosong di dalam unggun
dengan volume unggunnya

V : kecepatan alir superficial fluida

S : luas permukaan spesifik partikel

Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume


unggun) dihitung berdasarkan korelasi berikut:

Page | 105
6 ( 1 )
s= .......................(2)
dp

Sehingga persamaan (1) menjadi :

P 36k .. ( 1 )
. gc= 2 3 u..............(3)
L dp .

atau

P 36k .. ( 1 )
. gc= 2 3 u..............(4 )
L dp .

Persamaan (4) ini kemudian diturunkan lagi oleh kozeny dengan


mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekuivalent dengan satu
kumpulan saluransaluran lurus yang partikelnya mempunyai luas permukaan
dalam total dan volume total masing-masing sama dengan luas permukaan luar
partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta k yang diperoleh
beberapa peneliti sedikit berbeda misalnya:

Kozeny (1927) k= 150

Carman ( 1937) k= 180

US Bureau of Munes (1951) k= 200

Untuk aliran turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi,


sehingga Ergun (1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana kehilangan
tekanan digambarkan sebagai hubungan dari : viscous losses dan kinetic
energy losses.

2
P k 1. . ( 1 ) k 2 . . ( 1 ) g 2
. gc= u.+ . u . . .. .. . .. .. . ..(5 )
l dp 2 . 3 3 dp

dimana: k1 =150

Page | 106
k2 = 1,75

Pada tekanan ekstrim, yaitu:

1. Aliran laminer (Re=20), sehingga term II bisa diabaikan

2. Aliran turbulen (Re=1000), sehingga term I bisa diabaikan

UNGGUN TERFLUIDAKAN (fluidized bed)

Untuk unggun terfluidakan, persamaan yang menggambarkan pressure


drop adalah persamaan Ergun yaitu:

2
P 150 ( 1f ) 1, 75 ( 1 ) g 2
gc= u+ . . . .... .. . .... ... ... .... ... ( 6 )
l dp 2 . f 2 3 dp

Dimana f adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada


keadaan ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam
fluida, akan terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya berat dan
gaya apung dari fluida di sekelilingnya.

Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel gaya apung atau:

[kehilangan tekanan pada unggun] [luas penampang] = [volume unggun] [densitas


zat padat-densitas fluida].

[ P ][ A ] =( A . L )( 1f ) ( P f ) . g ... ........... .......(7)


gc
P g
=( 1f ) ( P f ) ....... .. .......... .......... ........ ..(8 )
l gc

Page | 107
Kecepatan Minimum Fluidisasi

Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan


superficial fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa diperoleh
dengan

mengkombinasikan persamaan (6) dengan persamaan (8)

2 2 3
150 ( 1 mf ) . dp . g 1,75( dp ) g 2 dp . g ( sg ) g
. mf + . mf = .. .. . .(9)
mf . mf 3 . 2 2

Page | 108
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi

1. Alat
- Blower
- Plat Orifice
- Manometer H2O
- Kolom Fluidized Bed
- Katup-katup (Valve)
- Timbangan
- Gelas Ukur
2. Bahan
- Pasir Kuarsa
- Aquadest

B. METODA

1. Ditimbang partikel-partikel padat (pasir kuarsa) yang akan digunakan dan


dicari porositasnya
2. Diperiksa rangkaian peralatan.
3. Diuji terlebih dahulu peralatan yang digunakan dalam keadaan kosong
4. Setelah pengujian dalam keadaan kosong, pasir kuarsa diisi ke dalam
kolom dengan ketinggian tertentu
5. Dihidupkan blower dan di atur flow rate udara yang mengalir dengan
memutar valve utama dan by pass
6. Dicatat gerakan partikel yang terjadi di dalam kolom sampai terjadi
fluidisasi
7. Diulangi percobaan dengan variable flow rate yang berbeda-beda

Page | 109
8. Setelah pengambilan data untuk fluidized bed, kemudian ditutup katup
utama perlahan dan dilakukan pengamatan sampai partikel-partikel pasir
kuarsa diam dan dicatat sebagai fixed bed

C. Gambar Rangkaian dan percobaan


Gambar Percobaan

1. Blower dan Pompa 2. Kolom Fluidisasi

Gambar Rangkaian

Page | 110
BAB IV

HASIL KERJA PRAKTER DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

No. Temperatur Manometer Air Volume L Keterangan


Pipa U
(oC) (m3/sec) (cm)
(mmH2O)

1. 1 1 0,2 x 10-3 23 Diam

2. 13 13 1,6 x 10-3 29 Bergerak

3. 16 16 1,9 x 10-5 40 Bergerak

4 23 23 2,2 x 10-5 48,5 Bergerak

5 50 28 2,4 x 10-5 60 Bergerak

D1 = 56,30 mm V1 = 15 ml
M2 =108,6gr 0 =0,16

Dp = 0,39 mm V2 = 15 ml
Vt = 30 ml

L =1 M M1 =96,2gr
p =1,24 gr/ml

Page | 111
B. Pembahasan

1. Menghitung Porositas Partikel


(V 1 +V 2 )V TOT
0=
(V 1 +V 2 )
(15+15)ml25 ml
=
(15+15)ml
(3025 )ml
=
30 ml
5 ml
=
30 ml
=0, 16

2. Menghitung Densitas Partikel


M 1M 2
P=
V TOT V 1
(108,696 ,2) gr
=
(2515 )ml
12,4 gr
=
10ml
=1,24 gr/ml

3. Menghitung Laju Alir Udara


Q
V S=
A
Dimana :
3, 14
A= ( Di )2 A= ( 0, 0563m )2
4 4
2
=0,0024 m
3 3
V 0,2 x 10 m /sec
V S= =
A 0, 0024 m2
=0,0833 m/sec

4. Fixed Bed (Saat Diam)

Page | 88
a. Vt 0 = AL0

=0,0024 m2 0,23 m
0,00055 m3
0,55 x 103 m3

b. V Udara= 0 Vt 0

=0,16 x0,55 x103 m3


0,088x 103 m3

c. V Partikel =Vt 0 V Udara

=0,55 x103 m3 0, 088 x103 m3


3 3
0,462x 10 m

( 1 0 ) U S L0
P=150 2
2
d. ( 0 ) ( Dp ) g
o
Mencari Nilai (32 C )
xx 1 y y 1 320 y 17 ,10
= =
x 2 x 1 y 2 y1 500 19 ,5417 , 10
32 y17,10
=
50 2,44
322, 44
y17,10=
50
73,2
y= +17,10
50
y=18,6616 x10 kg/m. s

Page | 89
( 1 0 ) U S L0
P=150 2
2
( 0 ) ( Dp ) g

( 10, 16 )2 18 , 660, 0831


=150
(0, 25 )3 (0,39 x 103 )2 9,8
1,0928 /0,059
18 ,52 kg /m2

5. Fluidized Bed (Saat Bergerak)

a. Vli= AL1

=0,0024 m2 0, 29 m
3 3
0,69 x 10 m

Vt 1 V Partikel
mf =
b. Vt 1

0, 69 x103 0, 462 x103


=
0, 69 x103
0, 33

3
1 ( mf )
Umf =
150
g
1
( Pasir Udara )Dp 2
c. ( mf )
Mencari Udara pada suhu 40oC
xx 1 y y 1 400 y1, 293
= =
x 2 x 1 y 2 y1 500 1,0931, 293
40 y1, 293
=
50 0,2
40(0,2)
y1, 293=
50
8,0
y= +1, 293
50
3
y=1, 133 kg/m

Page | 90
3
1 ( mf )
Umf = g ( Pasir Udara )Dp 2
150 ( 1 mf )
1 ( 0, 33 )3
= 9,8 ( 12401, 133 )(0, 00039)2
150 ( 10, 33 )
0, 0653 x 0, 0536 . x 1238,86 x 0,1521 x106
0, 6595.106 m/s

P mf =L1( Partikel Udara) ( 1 mf )


d.
=0,291238,86 x 0,67
=240,71kg/m2
Untuk data nomor 3
Vli = 0,00248 m2x0,4 m
= 0,992x10 -3 m3

Vt 1 V Partikel
mf =
Vt 1
3 3
0, 992 x 10 0, 4788 x 10
=
0,992 x103
= 0,51

Menghitung udara dengan t =42 OC


xx 1 y y 1 420 y 1,293
= =
x 2 x 1 y 2 y1 500 1, 0931,293
42 y1,293
=
50 ( 1,0931,293 )
50 y=( 8,4+64 ,65 )
y=1, 125 kg/m .2
3
1 ( 0,51 )
Umf = 9,8 ( 12401, 125 )0, 0039 m2
150 (10, 51 )
=3,3x10-6 kg/s
PF = 0,4X(1240-1,125)X(1-0,51)
2
=242,81Kg/ m

Untuk data nomor 4


Vli = 0,00248 m2x0,485 m
= 1,2x10 -3 m3

Page | 91
Vt 1 V Partikel
mf =
Vt 1
1,2 x 103 0, 4788x 103
=
0,992 x103
= 0,601

Menghitung udara dengan t =48 OC


xx 1 y y 1 420 y 1,293
= =
x 2 x 1 y 2 y1 500 1, 0931,293
48 y1, 293
=
50 ( 1, 0931, 293 )
50 y=(9,6+64 ,65 )
2
y=1, 101 kg/m
1 ( 0,51 )3
Umf = 9,8 ( 12401, 125 )0, 0039 m2
150 (10, 51 )
6 2
=6,69x 10 kg/ s
PF =0,485X(1240-1,101)X(1-0,601)
2
=239,74 m

Untuk Data Nomor 5


Vli = 0,00248 m2x0,6 m
= 1,4x10 -3 m3

Vt 1 V Partikel
mf =
Vt 1
1,4 x103 0, 4788 x103
=
1,4 x 103
= 0,658
3
1 ( 0,51 )
Umf = 9,8 ( 12401, 125 )0, 0039 m2
150 (10, 51 )
6 2
=10,255x 10 kg/ s

PF =0,6X(1240-1,093)X(1-0,658)
2
=254,22kg/ m

Page | 92
C.Grafik

Page | 93
D.

Page | 94
No Temp Manomet Air Vol L Vs VUdara VP Pf Umf Ket
(oC) (m3/s) (cm (m/s) (m3) (m3) (Kg/m2) (-)
. er
(mmH2O) )

1. 32 1 0,2 x 10-3 23 0,887 0,088.10- 0,46 - - Diam


x 10-2 3
2

2. 40 13 1,6 x 10-3 29 - - 240,71 0,6595x Bergerak


10-6

3. 42 16 1,9x 10-3 40 - - 242,81 3,3x10-6 Bergerak

4 48 23 2,2x 10-3 48,5 - - 239,74 6,0x10-6 Bergerak

5 50 28 2,4 x 10-3 254,22 10,255x Bergerak


60 10-6

D1 = 56,30 mm V1 = 15 ml
Dp = 0,39mm V2 = 15 ml
M1 = 96,2 gr Vt = 15 ml
M2 = 108,6 gr

Page | 95
BAB VII
KESIMPULAN

1. Semakin tinggi laju udara yang diberikan, maka tinggi partikel pada
tabung semakin tinggi juga.
2. Semakin tinggi udara yang dimasukkan, temperatur akan ikut naik.
3. Pada percobaan, pada ketinggian tertinggi didapat pada laju udara
3,9x 10-5 m3/sec dengan tinggi 45 cm.

Page | 123
DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum OPERASI TEKNIK KIMIA II, 2015, PTKI MEDAN

Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3ndEdition,


Prentice Hall, Inc, U.S.A

McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisikeempat, jilid

2, Erlangga, Jakarta

http://davitchemicalz.blogspot.com/2014/03/fluidisasi.html

Page | 124
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL PRAKTIKUM

REAKTOR TANGKI BERPENGADUK

(STIRRED TANK REACTOR)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2016

Page | 125
BAB I
PENDAHULUAN

A. JudulPercobaan
REAKTOR TANGKI BERPENGADUK

B. TujuanPercobaan
1. Mempelajari bagaimana metode menentukan persamaan kecepatan reaksi
dengan data-data yang diukur pada Reactor Batch.
2. Mempelajari bagaimaname nerapkan persamaan kecepatan reaksi dalam
industry.
3. Mempelajar ipengetahuaan dasar untuk merancang Reaktor Batch.

C. LatarBelakang

Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering


dijumpai dalam industri kimia. Pada industri skala besar, reaktor tangki
berpengaduk lebih sering diaplikasikan karena kemampuan operasinya yang
dapat diatur kapasitasnya. Unjuk kerja reaktor alir tangki berpengaduk perlu
dipelajari untuk mengetahui karakteristik aliran fluida, reaksi yang terjadi,
serta optimasi pengoperasian reaktor.Pengoperasian reaktor alir tangki
berpengaduk meliputi tiga tahapan yaitu pengisisan reaktor hingga overflow,
kondisi kontinyu, hingga steady state tercapai. Evaluasi variabel-variabel
operasi sangat mudah dilakukan pada kondisi steady state.Pemodelan
matematik diperlukan untuk mempermudah dalam menganalisa permasalahan
yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk. Model
matematika yang diusulkan diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan
ini mudah diselesaikan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Page | 126
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu
reaksi berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara
fisika. Reaktor kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik
dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti
reaktor skala industri. Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state
dan mudah dalam kontrol temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam
reaktor ditentukan oleh laju alir dari feed masuk dan keluar, maka waktu
tinggal sangat terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan per
volume reaktor yang tinggi, karena dibutuhkan reaktor dengan volume
yang sangat besar. Ada dua model teoritis paling populer yang digunakan
dalam pereaksian kimia yang beroperasi dalam keadaan tunak (steady-
state), yaitu CSTR (Continuos Stirred Tank Reactor) dan plug Flow
Reaktor (PFR). Perbedaannya adalah pada dasar asumsi konsentrasi
komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi. CSTR merupakan
reaktor model berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang
bekerja dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap
komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran konsentrasi
tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang
keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada reaksi homogen di
mana semua bahan baku dan katalis cair.
Reaktor industri kimia merupakan peralatan yang komplek dalam
transfer panas, transfer massa, difusi dan friksi yang mungkin ditemui
selama reaksi kimia, ini harus dijaga dan terkontrol. Continous stirred tank
reactor sering digunakan secara multiply dan secara seri. Reaktan secara
terus-menerus dimasukkan ke dalam vessel pertama dan overflow diantara
masing-masing saat terjadi pencampuran dalam masing-masing vessel.
Biasanya komposisi uniform dalam individual vessel, tapi ada gradient
konsentrasi dalam sistem secara keseluruhan.Keberhasilan operasi suatu
proses pengolahan sangat bergantung pada aktifnya pengadukan dan
pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran sebetulnya tidak sama satu sama lain. Pengadukan (agitator)

Page | 127
menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara tertentu. Pada suatu
bahan didalam bejana, dimana gerakan ini biasanya mempunyai semacam
pola sirkulasi. Pencampuran (mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan
secara acak, dimana bahan yang satu menyebar kedalam bahan yang lain
dan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu terpisah dalam dua fase atau lebih.
Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana
derajat homogenitas bahan yang bercampur tersebut sangat berbeda-
beda. Tujuan dari pengadukan antara lain adalah untuk membuat suspensi
partikel zat padat, untuk meramu zat cair yang mampu bercampur
(miscible), untuk menyebar (dispersi) gas di dalam zat cair yang lain,
sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus, dan
untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan
atau material kalor. Kadang-kadang pengaduk digunakan untuk beberapa
tujuan sekaligus, misal dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam
bejana hidrogenasi gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana
terdapat partikel-partikel katalis padat dalam keadaan suspensi, sementara
kalor dikeluarkan melalui kumparan atau mantel.

Reaktor tangki berpengaduk yang ideal beroperasi secara isotermal


pada kecepatan alir yang konstan. Bagaimanapun kesetimbangan energi
diperlukan untuk memprediksi temperatur agar konstan pada saat panas
dari reaksi cukup (atau pertukaran panas antara lingkungan dengan reaktor
tidak mencukupi) untuk membuat perbedaan antara suhu umpan dengan
reaktor. Tangki berpengaduk dapat memberikan pilihan yang lebih baik
atau bahkan lebih buruk daripada tubular flow unit pada sistem reaksi
ganda. Coil stainless didalam reaktor CSTR berguna sebagai pemindah
panas permukaan untuk memanaskan atau mendinginkan reaktan kimia.
Coil itu dihubungkan untuk memanaskan sirkulator air atau disebut juga
CW-16 chiller. Coil inlet ini berada pada posisi didepan reaktor dan return
reaktor itu berada pada bagian belakang dari reaktor. Agitator (pengaduk)
turbin bekerja pada sambungan dengan mengatur baffle (suatu alat untuk

Page | 128
mencegah aliran) untuk menghasilkan pengadukan dan perpindahan panas
yang sempurna. Agitator ini bekerja dengan menggunakan motor listrik
yang ditaruh pada penutup reaktor. Motor ini dijalankan dengan
variablespeed unit yang ditaruh didepan sevice unit
Stired Tank (tangki berpengaduk) dalam industry kimia
digunakan untuk reaksi-reaksi batch tumpak dalam skala kecil.
Alat ini terdiri dari tangki silindris yang dilengkapi dengan
agitator pengaduk. Tangki ini digunakan untuk pemanasan atau
pendinginan, dipakai jaket sehingga air panasatau air dingin dapat
dialirkan (dipindahkan). Pengadukan dipakai dalam berbagai aplikasi,
misalnya : Dispersi suatu zat terlarut dalam suatu pelarut,
penyatuan dua cairan yang dapat di campur , produksi slurry dari
padatan halus didalam suatu cairan, pengadukan suatu cairan
homogeny untuk meningkatkan heat transfer kecairan

Perpindahan panas dan energy pada proses tangki


berpengaduk berjaket pada praktikum i n i terjadi sangat
berbeda dengan proses perpindahan panas yang sering
k i t a j u m p a i H a l i n i disebabkan karena proses yang terjadi
adalah proses taktetap (unsteady state). Jadi
koefesien p e r p i n d a h a n panas (U) tidak dapat digunkan
d a l a m p e r s a m a a n F o u r i e r, y a i t u Q = U . A . T. Persamaan
Fourier tersebut hanya bias digunakan bila tangki beroperasi secara
sinambung/steadystate. Dalam semuakasus, laju total perpindahan panas
dapat diekspresi kan dalam bentuk daya gerak penurunan temperature dan
hambatan Perpindahan panas dari suatu zat kezat lain seringt erjadi
berulang-ulang dalam industry pangan.Seperti proses memasak,
membakar, sterilesasi ataupun pendinginan termasuk kedalam perpindahan
panas. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau
pengeluaran ka1or,untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Pindah panas adalah suatu proses

Page | 129
yang dinamis, yaitu panas dipindahkan secara spontan dari satu kondisi
kekondisi lain yang suhunya lebih rendah. Kecepatan pindah panas ini
akan bergantung pada perbedaan suhu antar kedu akondisi. Semakin besar
perbedaan, maka semakin besar kecepatan pindah panasnya.

Reaktor industri kimia merupakan peralatan yang komplek dalam


transfer panas, transfer massa, difusi dan friksi yang mungkin ditemui
selama reaksi kimia, ini harus dijaga dan terkontrol.Reaktan secara terus-
menerus dimasukkan ke dalam vessel pertama dan overflow diantara
masing-masing saat terjadi pencampuran dalam masing-masing vessel.
Biasanya komposisi uniform dalam individual vessel, tapi ada gradient
konsentrasi dalam sistem secara keseluruhan.Keberhasilan operasi suatu
proses pengolahan sangat bergantung pada aktifnya pengadukan dan
pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran sebetulnya tidak sama satu sama lain. Pengadukan (agitator)
menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara tertentu. Pencampuran
(mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan secara acak, dimana bahan
yang satu menyebar kedalam bahan yang lain dan sebaliknya, sedang
bahan-bahan itu terpisah dalam dua fase atau lebih. Istilah pencampuran
digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana derajat homogenitas
bahan yang bercampur tersebut sangat berbeda-beda. Tujuan dari
pengadukan antara lain adalah untuk membuat suspensi partikel zat padat,
untuk meramu zat cair yang mampu bercampur (miscible), untuk
menyebar (dispersi) gas di dalam zat cair yang lain, sehingga membentuk
emulsi atau suspensi butiran-butiran halus, dan untuk mempercepat
perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau material kalor.

Page | 130
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi
Alat-alatangdigunakan:
Reaktorkapasitas 1000 ml
Pendingin
Seal unit
Kerekan (pulley)
Motor
Water batch
Pengaduk
Pemanas
Thermometer
As fleksibel
Pipettetes
Pipetvolum
Buret
Beaker glass
Gelasukur
Erlenmeyer
Statif
Labulehertiga
Bahan yang digunakandalampercobaaniniyaitu:
MetilAsetat (CH3COOCH3)
AsamKlorida (HClcair 0.45N)
Ba(OH)2 (cair) 0,1 N
Air
Indicator pp

B. Metoda
Prosedurkerja:
1. 250 ml larutan HCL 0,45 N dimasukkan kedalam reaktor.
2. Reactor diletakkan didalam Water Batch dimana suhu air senantiasa
dipertahankan konstan pada 300C.
3. Bila suhu HCl sudah sama dengan suhu Water Batch, 10 ml larutan Metil
Asetat dituangkan kedalam reactor dan segera diaduk.

Page | 131
4. Bila larutan benar-benar homogen 7 ml sampel diambil dari reactor.
Kemudian sampel ini dituangkan kedalam labu leher tiga 100 ml,
dimana didalamnya sudah tersedia 23 ml air. Tujuaannya adalah untuk
mengencerkan sampel tersebut.
5. Konsentrasi zat pereaksi pada sampel adalah konsentrasi mula-mula zat
pereksi.
6. Kondisi larutan didalam reactor dijaga, yaitu suhu dan kecepatan
pengadukan dipertahankan konstan dan jalan kan reaksi.
7. 7 ml sampel dari reactor diambil dan encerkan dengan cara yang sama
seperti langkah ke-4. Pengambilan sampel ini dilakukan pada menit ke-
6, menit ke12, menit ke-18.
8. Larutan sampel tersebut di titrasi dengan larutan Ba(OH)20,1 N untuk
menganalisa kadar asam asetat bebas didalam larutan.

C. Gambar Rangkaian Percobaan

Page | 132
BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. HasilKerjaPraktek

Reac Titration
Std Reac. Ba(OH)2 Consuption (ml)

Page | 133
H.M H.M Temp Note
Sampl ( 1 2 3 V
e
No.
1 0 - 30 4,00 4,00 3,90 3,96 -
2 10 - 30 3,90 4,00 4,00 3,96 -
3 20 - 30 4,20 4,10 4,00 4,10 -
4 30 - 30 4,70 4,80 4,90 4,80 -
5 40 - 30 4,90 4,90 4,85 4,88 -
6 50 - 30 4,85 4,95 4,95 4,92 -
7 60 - 30 5,00 5,05 5,10 5,05 -
8 70 - 30 5,60 5,70 5,70 5,65 -
9 80 - 30 5,50 5,40 5,40 5,70 -

Konsentrasi HCl : 0,4 N

Volume HCl : 500 ml

Volume Methyl asetat : 25 ml

Konsentrasi Ba(OH)2 : 0,1 N

B. Pembahasan

Dik: 1. MenentukannormalitasHCl

BJ=1,19 kg/l
%= 37%
BJx %x1000
N . HCl=
BE
1,19 x 37 %x1000

36,5
12,06 N
Mencari volume HCl yang dipipet:
V1 . N1 = V2 . N2

Page | 134
500 ml . 0,4 N = V2 . 12,06 N
V2 = 16,58 ml ( diencerkan dalam 500 ml aquadest)
2. Menghitung gr Ba(OH)2
gr=NxBExV
ek gr
0,1 x 157,74 x 1 l
l ek
15,774 gr
3. Menghitungkonsentrasi total acid

Volume darireaktor : 5 ml
Volume untuktitrasi : 10 ml
Volume darireaktor + aquades : 55 ml

a.Menit ke-0
V 1+V 2
V2 =
2
4,00+4,00
= 2
= 4,00 ml

V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,00 x 0,1 N
50
N 1=0,4444 N

b.Menit ke-10
V 1+V 2
V2 =
2
4,00+4,00
= 2
= 4,00 ml

V 1 N 1 =V 2 N 2

10
5 ml x N =4,00 x 0,1 N
50 1

N 1=0,4444 N

c.Menitke-20

Page | 135
V 1+V 2
V2 =
2
4,20+4,10
=
2
= 415 ml

V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,15 x 0,1 N
50

N 1=0,4611 N

d.Menitke-30
V 1+V 2
V2 =
2
4,70+4,80
= 2
= 4,75 ml

V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,75 x 0,1 N
50

N 1=0,5277 N

e.Menitke- 40
V 1+V 2
V2 =
2
4,90+4,90
= 2
= 4,90 ml

V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,90 x 0,1 N
50
N 1=0,5444 N

f.Menitke- 50
V 1+V 2
V2 =
2

Page | 136
4,95+4,95
= 2
= 4,95 ml

V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=4,95 x 0,1 N
50
N 1=0,5500 N

g.Menitke- 60
V 1+V 2
V2 =
2
5,00+5,05
= 2
= 5,025 ml

V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=5,025 x 0,1 N
50
N 1=0,5583 N

h.Menitke- 70
V 1+V 2
V2 =
2
5,70+5,65
= 2
= 5,675 ml

V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=5,675 x 0,1 N
50
N 1=0,6305 N

i.Menitke- 80
V 1+V 2
V2 =
2
5,50+5, t 40
= 2
= 5,45 ml

Page | 137
V 1 N 1 =V 2 N 2
10
5 ml x N 1=5,45 x 0,1 N
50
N 1=0,6055 N

4. Menghitungkonsentrasiasamasetat
a. Menitke-0= 0,000 N
b. Menitke-10
N 1 menit 10N 1 menit 0
0,444 N0,444 N
0,03 N
c. Menitke-20
N 1 menit 20N 1 menit 0
0,4622 N 0,444 N
0,0167 N

d. Menitke-30
N 1 menit 30N 1 menit 0
0,5277 N0,444 N
0,0833 N

e. Menit ke-40
N 1 menit 40N 1 menit 0
0,5444 N0,444 N
0,1 N

f. Menit ke-50
N 1 menit 50N 1 menit 0
0,5500 N0,444 N
0,1056 N

g. Menit ke-60
N 1 menit 60N 1 menit 0
0,5583 N 0,444 N
0,1139 N

h. Menit ke-70
N 1 menit 70N 1 menit 0
0,6305 N 0,444 N
0,1861 N

i. Menit ke-80
N 1 menit 80N 1 menit 0
0,6055 N 0,444 N

Page | 138
0,1611 N

5. Menghitungkonsentrasi metal asetatdalam 25 ml


Dik: BJ=0,93 kg/l
BM=74,08
V = 25 ml
BJxV 0,93 x 25
N= = =0,3138 N
BM 74,08

N.CH3COOCH3dalam 500 ml

a. Menitke-0
0,3138
Ca= x 1000
525
gr . mol
0,5977
l

b. Menitke-10
Ca=0,59770,000
gr . mol
0,5977
l

c. Menitke-20
Ca=0,59770,0167
gr .mol
0,581
l
d. Menitke-30
Ca=0,59770,0833
gr . mol
0,5144
l

e. menit ke-40
Ca=0,59770,1
gr . mol
0,4977
l

f. menit ke-50
Ca=0,597701056
gr .mol
0,4921
l
g. menit ke-60
Ca=0,59770,1139
gr . mol
0,4838
l

Page | 139
h. Mennitke- 70
Ca=0,59770,1861
gr . mol
0,4116
l

i. Menit ke-80
Ca=0,59770,1611
gr . mol
0,4366
l

6. Menghitungkecepatanmetylasetat(r)
r=KxCa

a. Menitke-0= 0,000
b. Menit ke-10
konsentrasias . asetat menit 10 60 menit
x
waktu ( 10 menit ) 1 jam
0,000 N 60 menit
x
10 menit 1 jam
N
0
jam

c. Menit ke-20
konsentrasias . asetat menit 20 60 menit
x
waktu ( 20 menit ) 1 jam
0,0167 N 60 menit
x
20 menit 1 jam
N
0,0501
jam

d. Menit ke-30
konsentrasias . asetat menit 30 60 menit
x
waktu ( 30 menit ) 1 jam
0,0833 N 60 menit
x
30 menit 1 jam
N
0,1666
jam

e . menit ke40

Page | 140
0,1 N 60 menit
x
40 menit 1 jam
N
0,15
jam

f . Menit ke50
0,1056 N 60 menit
x
50 menit 1 jam
N
0,1267
jam

g .menit ke60
0,1139 N 60 menit
x
60 menit 1 jam
N
0,1139
jam

h . menit ke70
0,1861 N 60 menit
x
70 menit 1 jam
N
0,1595
jam

i. menit ke80
0,1611N 60 menit
x
80 menit 1 jam
N
0,1208
jam

7. Menghitunghargakonstanta
r
k=
Ca

a. Menit ke-0

k =0,000

b. Menit ke-10
N
0
jam
k=
gr . mol
0,5977
l
1
0 jam

Page | 141
c. Menit ke-20
N
0,0511
jam
k=
gr . mol
0,581
l
1
0,0862 jam

d. Menit ke-30
N
0,1666
jam
k=
gr .mol
0,5144
l
1
0,3238 jam

e. menit ke-40
N
0,15
jam
k=
gr . mol
0,4977
l
1
0,3013 jam

f. Menit le-50
N
0,1267
jam
k=
gr . mol
0,4921
l
1
0,2574 jam

g. Menit ke-60
N
0,1139
jam
k=
gr . mol
0,4838
l
1
0,2345 jam

h. Menitt ke-70
N
0,1595
jam
k=
gr . mol
0,4116
l
1
0,3875 jam

i. Menit ke-80

Page | 142
N
0,1208
jam
k=
gr . mol
0,4366
l
1
0,2766 jam

8. Menghitung average reaction concentration

a. Menit ke-0
0,5977 N
b. Menit ke-10
Ca menit 0+ Camenit 10

2
( 0,5977+0,5977 ) gramol/l

2
0,5977 gramol/l

c. Menit ke-20
Ca menit 0+Camenit 20

2
( 0,5977+0,581 ) gramol /l

2
0,5893 gramol /l

d. Menit ke-30
Ca menit 0+ Camenit 30

2
( 0,5977+0,5144 ) gramol /l

2
0,5560 gramol /l

e. Menit ke-40
Ca menit 0+ Camenit 40

2
( 0,5977+0,4977 ) gramol/l

2
0,5477 gramol/l

f. Menit ke-50
Ca menit 0+ Camenit 50

2
( 0,5977+0,4921 ) gramol /l

2

Page | 143
0,5449 gramol /l

g. Menit ke-60
Ca menit 0+ Camenit 60

2
( 0,5977+0,4838 ) gramol /l

2
0,5407 gramol/l

h. Menit ke-70
Ca menit 0+ Camenit 70

2
( 0,5977+0,4116 ) gramol /l

2
0,5046 gramol/l

i. Menit ke-80
Ca menit 0+Camenit 80

2
( 0,5977+0,4366 ) gramol/l

2
0,5171 gramol /l

Page | 144
C. Grafik

a. Grafik waktu reaksi Vs konsentrasi CH3COOH

Page | 145
Page | 146
b. Grafik konsentrasi CH3COOH Vs r

Sa Time R Titration Const Con Con Avera Ave React


Total st tst ge rag ion
mp ea
S R Ba(OH)2 Acid Ace Met Reacti e Rate
le c (g tic hyl on Rac w
t e consunption mol/l) Aci Ace Rate tion Cons
No Te
d a (ml) d tate (r) Con tant(
m 1 2 3 V (g (g (g.mo st(c k)
H c mol mol l/l.hr) ) (
p
. H /l) /l) (g jam
1

( mol )
M . /l)

M
)
1 0 - 30 4, 4, 3, 3, 0.444 0,0 0,5 0,000 0,5 0,000
00 00 90 96 00 977 977
2 1 - 30 3, 4, 4, 3, 0,444 0,0 0,5 0,000 0,5 0,000
0 90 00 00 96 00 977 977
3 2 - 30 4, 4, 4, 4, 0,461 0,0 0,5 0,050 0,5 0,086
0 20 10 00 10 1 167 81 1 81 2
4 3 - 30 4, 4, 4, 4, 0,527 0,0 0,5 0,166 0,5 0,323
0 70 80 90 80 7 83 144 6 144 0
5 4 - 30 4, 4, 4, 4, 0,544 0,1 0,4 0,15 0,4 0,301
0 90 90 85 88 4 977 977 3
6 5 - 30 4, 4, 4, 4, 0,550 0,1 0,4 0,126 0,4 0,257
0 85 95 95 92 0 056 921 7 921 4
7 6 - 30 5, 5, 5, 5, 0,558 0,1 0,4 0,113 0,4 0,235
0 00 05 10 05 3 139 838 9 838 4
8 7 - 30 5, 5, 5, 5, 0,630 0,1 0,4 0,159 0,4 0,387
0 60 70 70 65 5 866 116 5 116 4
9 8 - 30 5, 5, 5, 5, 0,605 0,1 0,4 0,120 0,4 0,276
0 50 40 40 70 5 611 366 8 366 6

D. Tabulasi Data

Konsentrasi HCl = 0,4 N

Page | 147
Volume HCl = 500 ml

Volume methyl Asetat = 25 ml

Konsentrasi Ba(OH)2 = 0,1 N

Page | 148
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak volume Ba(OH)2 yang
dibutuhkan untuk menitar sampel.
2. Semakin lama waktu reaksi maka semakin beasar konsentrasi total acid dan
asam asetat.
3. Semakin lama waktu reaksi maka semakin besar kecepatan reaksi methyl
asetat.

DAFTAR PUSTAKA

Page | 149
Anonym. TangkiBerpengaduk. Bandung: ITB

McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta

Yulianto, M.E, I. Hartati , A.P. siswanto. 2007. EkstraksiasamLemakBebas Dari


MinyakNabatiDenganPelarutMetanolDalamTangkiBerpengaduk.
Semarang: UnDip.

http://davitchemicalz.blogspot.com/2014/03/tangki-berpengaduk.html

Page | 150

Anda mungkin juga menyukai