Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA


MODUL : DRYING

Nama Mahasiswa : M. AMAR RAFLI


NIM : 432186050420006

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH


CILEGON
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. latar Belakang

Drying adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi
kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima,
menggunakan panas. Atau pada oengertian lain, Drying merupakan salah satu proses
pengambilan sejumlah cairan yang terkandung didalam suatu bahan (padatan) dengan
menggunakan medium berupa gas atau udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga
kandungan cairan menjadi berkurang karena menguap. Drying banyak digunakan dalam berbagai
macam industri, baik industri besar maupun kecil.

Dalam skala laboratorium ini, praktikan akan menggunakan bahan yang mengandung air
cukup banyak. Sedangkan alat yang akan digunakan sebagai pengering (dryer) adalah oven .
Selama proses pengeringan, dibuat interval tertentu, misalnya setiap 8 menit, maka bahan
dikeluarkan dari oven dan ditimbang beratnya. Penimbangan harus dilakukan secara cepat dan
teliti. Proses drying atau pengeringan dihentikan bila hasil penimbangan bahan menunjukkan
angka yang relatif konstan dan berat tersebut merupakan Wk.

Pada percobaan drying atau pengeringan ini, kita akan dapat mengetahui pengaruh kadar
air yang terdapat pada bahan terhadap kecepatan pengeringan dan waktu pengeringan. Selain itu,
kita juga dapat menentukan harga koefisien perpindahan massa H2O dari padatan ke udara (ky)
pada periode kecepatan pengeringan tertentu. Dan juga dapat mengetahui cara kerja proses
pengeringan, alat yang digunakan pada proses pengeringan.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh berat sampel terhadap waktu pengeringan.


2. Mengetahui pengaruh kadar air terhadap waktu pengeringan.
3. Mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap waktu pengeringan.

1.3. Manfaat

1. Dapat mengetahui pengaruh berat sampel terhadap waktu pengeringan.


2. Dapat mengetahui pengaruh kadar air terhadap waktu pengeringan.
3. Dapat mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap waktu pengeringan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Secara Umum

Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam pengolahan
pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air produk seperti berbagai
buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya setelah panen. Pengeringan adalah proses
pemindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air
dari permukaan bahan tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses
pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air
antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan
mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.

Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang
memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan
bahan (Nay, 2007). Pengeringan juga disebut dengan penghidratan atau penghilangan sebagian
atau keseluruhan uap air dari suatu bahan (Hasibuan, 2005). Prinsip pengeringan melibatkan
dua hal yaitu panas yang diberikan pada bahan dan air yang harus dikeluarkan dari bahan
(Supriyono, 2003).

Konsep Dasar Sistem Pengering

Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan


benda sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang. Perpindahan panas dapat
terjadi karena adanya perbedaan temperatur yang signifikan antara dua permukaan.
Perbedaan temperatur ini ditimbulkan oleh adanya aliran udara panas diatas permukaan
benda yang akan dikeringkan yang mempunyai temperatur lebih dingin.

Mekanisme Pengeringan

Proses pengeringan dilakukan melalui dua periode yaitu periode kecepatan konstan dan
periode kecepatan penurunan. Periode kecepatan konstan sering kali disebut sebagai periode
awal, dimana kecepatannya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan perpindahan
massa dan panas (Rao et al,2005).

Udara yang terdapat dalam proses pengeringan mempunyai fungsi sebagai pemberi
panas pada bahan, sehingga menyebabkan terjadinya penguapan air. Fungsi lain dari
udara adalah untuk mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan yang dikeringkan.
Kecepatan pengeringan akan naik apabila kecepatan udara ditingkatkan. Kadar air akhir apabila
mulai mencapai kesetimbangannya, maka akan membuat waktu pengeringan juga ikut naik
atau dengan kata lain lebih capat (Desrosier 1988).
Klasifikasi pengering
Tidak ada klasifikasi sederhana dari peralatan pengeringan.Beberapa pengeringan yang
kontinue, dan beberapa beroprasi secara batch beberapa agitasi padatan dan beberapa dasarnya
unagitated.Operasi di bawah vakum dapat digunakan untuk mengurangi suhu pengeringan.
Beberapa pengeringan dapat enangani hampir semua jenis material, sementara yang lain sangat
terbatas dalam jenis pakan mereka dapat diterima.

Definisi utama dapat dibuat antara:

1. Pengeringan yang padat langsung dapat terkena udara

2. Pengeringan yang panas ditransfer ke padat dari media eksternal seperti kondensasi uap,
biasanya melalui permukaan logam dengan yang padat dalam kontak.

Pengering yang dapat menunjukkan padatan ke uap udara disebut adiabatic atau langsung
pengering, dimana semua panas ditransfer ke media eksternal dan dikenal sebagai pengeringan
non adiabatic atau tidak langsung oleh pengering yang dipanaskan oleh listrik, radian, atau pada
oven dan microwave juga non adiabatic.Beberapa unit digabungkan adiabatic dan non adiabatic
maka dikenal sebagai pengering tidak langsung. (McCabe, 1993)

Proses pengeringan:

a. Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air.

b. Dengan cara menurunkan RH dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan.

c. Proses pemanas ke bahan, daripermukaan bahan ke pusat bahan.

d. Proses perpindahan massa; prosespengeringan (penguapan), terjadi panas laten, dari


permukaan bahan ke udara.

e. Panas sensible; panas yang dibutuhkan atau dilepaskan untuk menaikkan atau menurunkan
suhu suatu benda.

perpindahan panas; proses pemanasan dan terjadi panas sensible dari medium

f. Panas laten; panas yang diperlukan untuk mengubah wujud zat dari padat ke cair, cair ke gas,
dan seterusnya tanpa mengubah suhu benda tersebut.

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan

A. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air menguap melalui
permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian
permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan
yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena :
(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan
yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar,
(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus
bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui
massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari
bahan tersebut.

B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin
cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air
yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya
untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses
pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan
dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.

C. Kecepatan Aliran Udara

Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan
bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang
bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan
menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah
terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara
disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat,
yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.

D. Tekanan Udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut
air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti kerapatan udara makin
berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan.
Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab,
sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.

E. Kelembapan Udara

Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara maka
makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air Setiap
bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban pada suhu
tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan
mengambil uap air dari atmosfir.
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai berikut :

1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.


2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan permukaan
komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.

Metode Umum Pengeringan

Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara yang berbeda.

Proses pengeringan dapat dikelompok kan sebagai:

1. Batch : bahan dimasukkan ke dalam peralatan pengering dan pengering berlangsung selama
periode waktu tertentu.
2. Kontinyu : bahan ditambahkan secara terus-menerus ke dalam pengering dan bahan kering
dipindahkan secara terus-menerus.

Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa
yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus di transfer dari medium
pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus
dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran
fluida di mana cairan harus di transfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan
berlangsung. (wetryan, 2013)

Drying banyak digunakan dalam berbagai macam industri, baik industri besar maupun
kecil. Proses pengeringan sangat erat hubungannya dengan alat pengering. Pemilihan alat
pengering berdasarkan pertimbangan kondisi operasi, kebutuhan energi, biaya perawatan, hasil
yang diinginkan, kapasitas, bahan yang diolah, jenis sumber energi alat, efisiensi energi serta
pertimbangan-pertimbangan ekonomis.

Di industri alat-alat drying sangat berfariasi tergantung pada kebutuhan industri yang
bersangkutan. Mekanisme transfer panas pada alat pengering dapat secara langsung ataupun tak
langsung. Jenis-jenis alat pengering yang terdapat di industri dapat dilihat dilihat pada daftar.

Pada proses pengeringan cairan yang dapat diuapkan adalah cairan bebas. Cairan bebas
yaitu cairan total dalam bahan dikurangi cairan kesetimbangan. Cairan kesetimbangan adalah
cairan yang terkandung dalam bahan yang setimbang dengan tekanan uap parsial dalam udara
setelah bahan dikenai proses pengeringan yang cukup lama pada kondisi pengeringan
konstan.(Ginanjar.2011)
2.3 Macam-macam Dryer
1. Tray Dryer
Tray Dryer (Cabinet Dryer) merupakan salah satu alat pengeringan yang
tersusun dari beberapa buah tray di dalam satu rak. Tray dryer sangat besar manfaatnya bila
produksinya kecil, karena bahan yang akan dikeringkan berkontak langsung dengan udara
panas.
Mekanisme Kerja:
Pada tray dryer yang juga disebut rak,bahan dapat berupa padatan kental atau padatan pasta,
disebarkan merata pada tray logam yang dapat dipindahkan di dalam ruang (cabinet). Uap
panas disirkulasi melewati permukaan tray secara sejajar, panas listrik juga digunakan
khususnya untuk menurunkan muatan panassekitar 10-20 % udara yang melewati atas tray
adalah udara murni, sisanya menjadi udara sirkulasi. Setelah pengeringan, ruang atau kabinet
dibuka dan tray diganti denganpengering tumbak (batch) tray. Modifikasi tipe ini adalah tipe
tray truck yang ditolak ke dalam pengering. Pada kasus bahan granular (butiran), bahan bisa
dimasukkan dalam kawat pada bagian bawah tiap-tiap tray, kemudian melalui sirkulasi
pengering, uap panas melewati bed permeabel memberikan waktu pengeringan yang lebih
singkat disebabkan oleh luas permukaan yang lebihbesar kena udara.

2. Spray Dryer
Pengeringan semprot (spray drying) cocok digunakan untuk pengeringan bahan pangan
cair seperti susu dan kopi (dikeringkan dalam bentuk larutan ekstrak kopi). Cairan yang
akan dikeringkan dilewatkan pada suatu nozzle (semacam saringan bertekanan) sehingga
keluar dalam bentuk butiran (droplet) cairan yang sanga thalus. Butiraniniselanjutnya masuk
kedalam ruang pengeringyang dilewatioleh aliran udara panas (Anonim,2009).
Mekanisme kerja:
Pada proses dengan menggunakan spray dryer liquid atau larutanslurry disemprotkan ke dalam
tempat yang dialirkan gas-gas panas berupatitik-titik berkabut, air dengan cepat diuapkan dari
dropplet menujupartikel padat yang disemprotkan kepada aliran gas panas tadi. Aliran gasdan
cairan di dalam spray yang dialirkan secara co-counter, counter-current dan kombinasi
keduanya (Ranganna, 1977). Tetesan yang terbentuk tadi selanjutnya diumpankan dengan
spraynozel atau cakram spray dengan kecepatan tinggi yang berputar di dalamkamar-kamar
slinder. Hal ini dapat menjamin bahwa tetesan-tetesan airdan partikel padatan basah tidak
bercampur dan permukan padatan tidakkaku sebelum sampai ke tempat pengeringan, setelah itu
baru digunakan chamber yang besar. Padatan kering akan keluar dibawah chamber melalui
screw conveyer.Kemudian gas dialirkan dengan cyclone sparator agar proses dapatberlangsung
dengan baik. Produknya berupa partikel ringan dan berporos. Contohnya susu bubuk kering
yang dihasilkan dari pengeringan susu cairdengan spray drayer

3. Freeze Dryer

Freeze Dryer merupakan suatu alat pengeringan yang termasuk kedalam


Conduction Dryer/ Indirect Dryerkarena proses perpindahan terjadi secara tidak langsung
yaitu antara bahan yang akan dikeringkan (bahan basah) dan media pemanas terdapat
dinding pembatas sehingga air dalam bahan basah / lembab yang menguap tidak terbawa
bersama media pemanas. Hal ini menunjukkan bahwa perpindahan panas terjadi secara
hantaran (konduksi), sehingga disebut jugaConduction Dryer/ Indirect Dryer.

Cara oprasionalnya sebagai berikut: ekstrak cairan atau kental sebelum


dimasukkan kedalam Freeze Dryer telah dibekukan dalam refrigerator (lemari es) minimal
semalam. Setelah membeku kemudian dimasukkan ke dalam alat, alat disetting sesuai dengan
yang diinginkan. Oleh vaccum puma alat tersebut akan menyedot solvent yang telah beku
(freeze) menjadi uap. Prinsip kerja alat ini adalah merubah fase padat/es/freeze menjadi fase
gas (uap).
2.6 Aplikasi Dryer di Industri Garam
Beberapa tahun perkembangan dalam teknologi, pembuatan sodium chloride dilakukan
dengan beberapa macam bahan baku alami, adapun macam pembuatan sodium chloride adalah:
2.1.A. Pembuatan Sodium Chloride Dengan Proses Multiple-Effect Evaporation
2.1.B. Pembuatan Sodium Chloride Dengan Proses Open Pan
2.1.C. Pembuatan Sodium Chloride Dengan Proses Rock Salt Mining
2.1.D. Pembuatan Sodium Chloride Dengan Proses Solar Evaporation

Perbandingan masing-masing proses sebagai berikut :

Dari uraian diatas, maka dipilih pembuatan Sodium Chloride dari air laut dengan proses
multiple effect evaporation, dengan beberapa pertimbangan :
a. Bahan baku mudah didapat di dalam negeri. (bisa dibuat dengan melarutkan garam rakyat) b.
Yields yang dihasilkan lebih tinggi dibanding proses lainnya.
c. Produk yang dihasilkan memenuhi standar pasar.
Uraian Proses

Adapun uraian dan penjelasan proses adalah sebagai berikut :


Pertama-tama garam rakyat dengan kadar NaCl 84,6% dilarutkan pada tangki pelarut M-111
dengan penambahan air proses dari utilitas, sehingga menjadi larutan garam 23,3%. Untuk
persiapan bahan baku soda, caustic soda dan soda ash , pertama-tama larutan caustic soda 48%
dari F-120 dicampur dengan soda ash dari silo F-130 dalam tangki pencampur M-140.
Campuran soda dan larutan garam kemudian direaksikan dalam reaktor R-210.
Reaksi yang terjadi : (Shreve's : 232)
Reaksi-1. CaSO4(Aq) + 2 NaOH(Aq) Na2SO4(S) + Ca(OH)2(Aq)
Reaksi-2. MgCl2(Aq) + 2 NaOH(Aq) 2 NaCl(S) + Mg(OH)2(Aq)
Reaksi-3. MgSO4(Aq) + 2 NaOH(Aq) Na2SO4(S) + Mg(OH)2(Aq)
Reaksi-4. Ca(OH)2(Aq) + Na2CO3(S) 2 NaOH(S) + CaCO3(S)
Reaksi-5. Mg(OH)2(Aq) + Na2CO3(S) 2 NaOH(S) + MgCO3(S)
Reaktor dijaga kondisi operasinya pada tekanan 1 atm dan suhu kamar 32°C. Reaksi yang
terjadi bersifat eksotermis maka digunakan air pendingin yang dilewatkan pada jaket pendingin
untuk menjaga kondisi operasi. Produk reaktor kemudian dialirkan ke thickener H-220 untuk
proses pemisahan cake dan filtrat. Cake berupa limbah padat kemudian dialirkan ke pengolahan
limbah padat, sedangkan filtrat berupa larutan brine ditampung sementara pada tangki F-221.
Larutan brine kemudian dipekatkan dan dikristalkan pada multiple effect evaporator V-230
sampai menjadi kristal garam sodium chloride dengan kadar 95%. Campuran kristal dan mother
liquor kemudian ditampung pada tangki F-236. Campuran kemudian difiltrasi pada rotary drum
vacuum filter H-240 untuk proses pemisahan cake dan filtrat. Filtrat berupa mother liquor
kemudian dibuang ke pengolahan limbah cair, sedangkan cake berupa kristal sodium chloride
kemudian dikeringkan pada rotary dryer B-250 dengan bantuan screw conveyor J-241.
Pada rotary dryer B-250 terjadi proses pengeringan kristal sodium chloride pada suhu 100°C
dengan bantuan udara panas secara berlawanan arah. Udara panas dan padatan terikut
kemudian dipisahkan pada cyclone H-251 , dimana udara panas dibuang ke pengolahan limbah
gas, sedangkan padatan terikut diumpankan secara bersamaan dengan produk bawah rotary
dryer menuju ke cooling conveyor J-260 untuk proses pendinginan sampai suhu kamar (32°C).
Kristal sodium chloride kemudian diumpankan dengan bucket elevator J261 menuju ke ball
mill C-270 untuk dihaluskan 100 mesh. Kristal kemudian disaring pada screen H-271, dimana
produk yang tidak lolos saringan direcycle kembali ke ball mill dengan belt conveyor J-272 dan
produk kristal sodium chloride ukuran 100 mesh kemudian ditampung pada silo sodium
chloride F-310 sebagai produk akhir.

Rotary Drum Dryer

Pengering ini digunakan untuk mengeringkan zat-zat berbentuk cairan,misalnya susu


atau air buah. Alatnya terdiri dari pipa silinder yang besar, adayang hanya satu ada yang
dua, bagian dalamnya berfungsi menampung danmengalirkan uap panas. Drum dryer sangat
cocok untuk penanganan lumpur ataupadatan yang berbentuk pasta atau suspensi serta untuk
bermacam-macam larutan (Anonim, 2010).
Dalam operasional pengeringan, cairan, bubur, atau materi yang dihaluskan diletakan
sebagai lapisan tipis pada permukaan luar drum berputar yang dipanaskan oleh uap.
Setelah sekitar tiga perempat dari titik putaran, produk sudah kering dan dipindahkan
denganpisau/scraper statis. Produk kering kemudian ditumbuk menjadi serpih atau bubuk.
Pengeringan drum adalah salah satu metode pengeringan yang paling hemat energi dan
khususnya efektifuntuk mengeringkan cairan dengan viskositas tinggi atau bubur
makanan.
Perbedaan penggunaan drum dryerjika dibandingkan dengan oven dalampengolahan pangan
yang mengadung pati adalah tidak merusak bahan karena suhuyang digunakan berkisar antara
80oC dalam waktu yang cepat, yaitu hanya sekaliputaran drum. sedangkan penggunaan oven
dalam pengeringan adalah dapat merusak bahan karena suhu yang dugunakan tinggi dalam
waktu yang relatiflama.

Prinsip Kerja:
Bagian drum berfungsi sebagai suatu evaporator. Beberapa variasi darijenis drum tunggal
adalah dua drum yang berputar dengan umpan masuk dari atas atau bagian bawah kedua drum
tersebut. Terdiri dari gulungan logam panas yang berputar. Pada bagian luar terjadi penguapan
lapisan tipis zat cair atau lumpur untuk dikeringkan. Padatan kering dikeluarkandari gulungan
yang putarannya lebih diperlambat.

Mekanisme Kerja:
Cairan yang akan dikeringkan disiramkan pada silinder pengeringtersebut dan akan keluar
secara teratur dan selanjutnya menempel pada permukaan luar silinder yang panas
sehingga mengering, dan karena silinder tersebut berputar dan di bagian atas terdapat
pisau pengerik (skraper) maka tepung-tepung yang menempel akan terkerik dan berjatuhan
masuk ke dalam penampung, sehingga didapat tepung sari hasil tanaman yang kering dan
memuaskan (Ahmad, 2010).

Beberapa permasalahan yang timbul pada drum dryer:


(1) terjadi fluktuasi kadar air dan ketebalan bahan
(2) akumulasi noncondensable gas dalam tabung yang mempengaruhi keseragaman
pengeringan
(3) suhu permukaan drum mungkin berbeda-beda sepanjang drum.
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Bahan yang digunakan

a. Buah

3.2 Alat yang digunakan

a. Oven
b. Neraca Analitik
c. Pisau
d. Stopwatch
e. Penggaris

3.3 Gambar Alat


3.4 Prosedur percobaan

A. Timbang bahan yang akan di keringkan

B. Hitung luas permukaan nya

C. Masukan ke dala Oven bahan yang sudah di siapkan (pada suhu 100°C)

D. setelah 8 menit ambil bahan yang di keringkan tadi lalu timbang

E. Ulangi percobaan tersebut sampai berat bahan konstan


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil percobaan drying dengan menggunakan alat bantu berupa oven untuk
mengeringkan potongan buah yang di jadikan sebagai sample dan telah di bagi menjadi 3
buah sample dengan ukuran dan berat awal yang berbeda – beda dapat di lihat data hasil
uji coba dengan 3 sample potongan buah yang sama tersebut.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini saya melakukan uji coba pengeringan pada sample potongan buah
dengan berat dan ukuran yang berbeda – beda, awal mmula kita siapkan buah dan potong
buah tersebut dan hitung luas dan berat sample awal masing masing, kemudian kita
masukan ke dalam oven selama 8 menit pada temperatur 100℃. langkah selanjut nya
setelah 8 menit kemudian kita timbang dan ukur luas dari ke 3 saple potongan buah
tersebut, kemudian kita masukan kembali ke dala oven selama 8 menit lagi. setelah 8
menit ke 2, kita abil dan timbang berat dan ukur luas dari ke 3 saple tersebut, apabila berat
dan ukuran luas dari ke 3 saple tersebut belum konstan, maka kita lakukan lagi langkah
sebelum nya yaitu masukan kembali saple ke dala oven dan panaskan selama 8 menit
sampai berat konstan. Dari tabel hasil percobaan di atas, di mana berat ke 3 sample sudah
konstan menunjukan bahwa percobaan yang di lakukan sudah sesuai dengan prinsip pada
pengeringan.
GRAFIK BERAT SAMPLE VS WAKTU
PENGERINGAN
(SAMPLE 1)
0.6

0.5

0.4
BERAT

0.3

0.2

0.1

0.0
0 5 10 15 20 25 30
WAKTU (MENIT)

Dari Grafik di atas yaitu grafik pengaruh berat sample terhadap waktu pengeringan
pada sample 1 terjadi penurunan berat dari 0.5 gram sampai 0.09 gram pada menit ke 24.

GRAFIK BERAT SAMPLE VS WAKTU


PENGERINGAN
(SAMPLE 2)
0.6
0.5
0.4
BERAT

0.3
0.2
0.1
0.0
0 5 10 15 20 25 30
WAKTU (MENIT)

Dari Grafik di atas yaitu grafik pengaruh berat sample terhadap waktu pengeringan
pada sample 2 terjadi penurunan berat dari 0.5 gram sampai 0.09 gram pada menit ke 24.
GRAFIK BERAT SAMPLE VS WAKTU
PENGERINGAN
(SAMPLE 3)
0.4

0.3
BERAT

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30
WAKTU (MENIT)

Dari Grafik di atas yaitu grafik pengaruh berat sample terhadap waktu pengeringan
pada sample 3 terjadi penurunan berat dari 0.3 gram sampai 0.045 gram pada menit ke 24.

GRAFIK PENGARUH LUAS PERMUKAAN VS


WAKTU (SAMPLE 1)
1.8
1.6
LUAS PERMUKAAN

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
WAKTU (MENIT)

Dari Grafik di atas yaitu grafik pengaruh luas permukaan tehadap waktu
penngeringan dapat di lihat pada sample 1 terjadi penurunan luas permukaan atau bisa di
katakan saple menjdai mengecil di mana dari 1.65 cm2 pada menit ke 8 dan mengecil
sampai 1.04 cm2 pada menit ke 24.
GRAFIK PENGARUH LUAS PERMUKAAN VS
WAKTU (SAMPLE 2)
1.8
1.6
LUAS PERMUKAAN

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
WAKTU (MENIT)

Dari Grafik di atas yaitu grafik pengaruh luas permukaan tehadap waktu
penngeringan dapat di lihat pada sample 2 terjadi penurunan luas permukaan atau bisa di
katakan saple menjdai mengecil di mana dari 1.6 cm2 pada menit ke 8 dan mengecil
sampai 1.2 cm2 pada menit ke 24.

GRAFIK PENGARUH LUAS PERMUKAAN VS


WAKTU (SAMPLE 3)
2
1.8
1.6
LUAS PERMUKAAN

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
WAKTU (MENIT)

Dari Grafik di atas yaitu grafik pengaruh luas permukaan tehadap waktu
penngeringan dapat di lihat pada sample 3 terjadi penurunan luas permukaan atau bisa di
katakan saple menjdai mengecil di mana dari 1.87 cm2 pada menit ke 8 dan mengecil
sampai 1.17 cm2 pada menit ke 24.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini saya dapat mengetahui pengaruh berat sample, kadar air dan luas
permukaan terhadap waktu pengeringan semua itu telah saya dapat kan hasil yang sesuai
ternyata lama nya waktu pengeringan berefek terhadap beratt sample di mana sample
mempunyai berat awal yang lumayan berat, naun setelah di keringkan dengan lama nya
waktu pengeringan ternyata berat nya menurun drastis, begitu pula dengan kadar air yang
terkandung pada ke 3 sample potongan buah dan luas permukaan potongan saple buah
yang semakian lama semakin mengecil.
DAFTAR PUSTAKA

http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/2009/02/modul-202-pengeringan.pdf.
http://eprints.polsri.ac.id/1916/3/BAB_II_Dyan_Mentary.pdf
http://eprints.ums.ac.id/64529/13/BAB%20II-7.pdf
http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/SRD_pengeringancont.pdf
Ginanjar. 2011. “drying” .(https://tentangteknikkimia.wordpress.com/2011/12/17/drying/).
McCabe.W.L,Smith,J.C.N Harriot,P.1993.”Unit Operation Of Chemical Engineering”,5th
edition,Mcgraw-Hill,Inc.New York.
Westryan.2013. “pengeringan”.(http://westryantindaon.blogspot.co.id/2013/07/pengeringan.html).

Anda mungkin juga menyukai