PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“ Pengeringan Zat Padat ( Drying of Solids ) ’’
B. Tujuan Percobaan
Penetapan kecepatan pengeringan zat/ bahan (moisture content zat/
bahan) didalam alat pengering.
C. Latar belakang
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Percobaan
Pemisahan air atau zat cair lain dari zat padat dapat dilakukan
dengan memeras zat cair itu secara mekanik hingga keluar, atau dengan
pemisah sentrifugal, atau dengan penguapan secara termal. Pemisahan zat
cair secara mekanik lebih murah biayanya, dan karna itu biasanya
kandungan zat cair itu diturunkan terlebih dahulu sebanyak-banyaknya
dengan cara itu sebelum mengumpankannya ke pengering panas.
2
lempeng (slab), atau lembaran senambung (continous sheet)-dengan sifat-
sifat yang mungkin sangat berbeda satu sama lain. Zat cair yang akan
diuapkan itu mungkin terdapat pada permukaan zat padat, sebagaimana
dalam hal Kristal, bias pula selruhnya terdapat didalam zat padat, misalnya
pada pemisahan zat pelarut dari lembaran polimer ; atau sebagian diluar,
sebagian di dalam. Umpan terhadap beberapa penhering mungkin berupa
zat cair, dimana zat padat itu melayang sebagai partikel, atau mungkin
pula berbentuk larutan. Hasil pengeringan ada yang tahan terhadap
penangan kasar dan lingkungan yang sangat panas tetapi ada pula yang
memelukan penangan yang hati-hati pada suhu rendah atau sedang. Oleh
karena itu pengering yang terdapat di pasaran sangat banyak macam
ragamnya. Perbedaan satu sama lain terutama terletak dalam hal cara
memindahkan zat padat di dalam zone pengeringan dan dalam cara
perpindahan kalor.
3
gas panas (biasanya udara, dam (2) pengering-pengering dimana kalor
berpindahan ke zat padat dari suatu medium luar, misalnya uap yang
terkondensasi, biasanya melalui permukaan logam yang bersentuhan
dengan zat padat itu. Pengering dimana zat padat bersentuhan dengan
panas disebut pengering adiabatic (adiabatic dryer) atau pengering
langsung (direct dryer); selang yang satu lagi, dimana perpindahan kalor
berlangsung dari suatu medium luar, dinamakan pengering nonadiabatik
(nonadiabtaikc dryer) atau pengering radiasi, atau gelombang mikro juga
merupakan pengering nonadiabatk.
4
4. Gas dialirkan melaluizat padat dengan keepatan yang cukup untuk
memfluidisasikan hamparan. Tentu saja dalam hal ini tidak dapat
dihindarkan terjadinya pembawaikutan partikel-partikel yang halus.
5. Zat padat seluruhnya dibawa ikut dengan arus gas kecepatan tinggi dan
diangkut secara pneumatic dan peranti pencampuran ke pemisah
mekanik.
Prinsip-prinsip pengeringan
5
mekanisme aliran bahan pembasah itu didalam zat padat, serta metode
pemberian kalor yang diperlukan untuk penguapan-semuanya itu
menyebabkan kita tidak bias melakukan satu pembahasan tunggal. Kita
terpaksa mengandalkan kepada prinsip-prinsip umum yang digunakan
secara semikuantitatif. Pengering jarang sekali dirancang sendiri oleh
pemakai, tetapi biasanya dobeli dari perusahaan-perusahaan yang
mengkhususkna diri pada perekayasaan dan fabrikasi peralatan
pengeringan.
6
percobaan, sebagai penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu
unit dengan electric heater itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya
untuk menempatkan zat yang akan dikeringkan secara batch. Saat
pengeringan berlangsung, permukaan kontak antara permukaan dengan
udara yang selalu basah dengan cairan sampai cairan habis teruapkan
seluruhnya.
Pada periode ini, hubungan antara moisture content dengan drying rate
dapat berupa garis lurus (linier) atau berupa garis lengkung atau mungkin
juga garis lengkung yang patah. Untuk operasi yang telah mantap (steady
state) dengan kondisi adiabatik, kecepatan perpindahan panas dan massa
adalah:
Dari persamaa (i) dan (ii) kecepatan pengeringan tiap satuan luas
permukaan basah dapat dinytatakan sebagai:
7
Persamaan (iii) di atas dapat dipakai untuk menentukan kecepatan
pengeringan yang akan dipanaskan dan diletakkan di dalam ruang dryer
tersebut. Skema alat tersebut sebagai berikut :
8
improve the storage and handling characteristics of the product,
meningkatkan karakteristik penyimpanan dan penanganan produk,
maintain product quality during storage and transportation and menjaga
kualitas produk selama penyimpanan dan transportasi dan
reduce freight cost (less water to ship). mengurangi biaya pengiriman
(lebih sedikit air untuk kapal). Pengeringan aplikasi industri
menggunakan konduktif dan / atau transfer panas konvektif proses
untuk mengurangi konsentrasi komponen volatil sisa dalam aliran
proses yang kaya senyawa nonvolatile. Prinsip-prinsip pengeringan
padatan yang mirip dengan proses termal lainnya seperti penguapan.
Akibatnya, evaporator industri dan sistem pengeringan memiliki
kesamaan fungsional, termasuk sumber energi, untuk memperkenalkan
pakan ke dalam sistem pengeringan, sistem pengkondisian untuk
memastikan bahwa makan dan aliran produk bebas dalam mesin
pengering, transfer panas dan pemisahan uap-produk peralatan.
9
Kelembaban Relatif (RH) dalam Alat Pengering
Proses pengeringan akan berlangsung dengan baik apabila
didukung oleh sirkulasi udara yang baik. Sirkulasi udara sangat
dipengaruhi oleh kelembaban relatif (RH).
10
BAB III
A. Materi
a. Alat
1. Alat pengeringan ( Tray dryer )
2. Timbangan analitik
3. Penggaris
4. Thermometer
5. Alatpemotong (Cutter)
b. Bahan
1. Buah Pear
2. Tissue
B. Metoda/ Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan dipersiapkan
2. Alat pengering dan dry bulb serta wet bulb dihubungkan kesumber arus
Listrik
3. Tombol ON pada alat pengering ditekan atau dihidupkan, (sampel buah pear
dibuat persegi panjang
4. Tombol ON ditekan pada alat dry bulb dan wet bulb ( p = 3,2 cm, l = 2,8
cm, t = 1 cm ) dan ditimbang
5. Tombol ON ditekan pada motor alat pengering dan atur temperaturnya pada
suhu 90oC
6. Sampel atau buah pear dimasukkan dalam alat pengering dan diletakkan
diatas try, biarkan selama 5 menit, setelah selesai dikeringkan selama 5
menit baca temperatur pada dry bulb dan wet bulb, timbang sampel/ buah
pear yamh telah dikeringkan, pengeringan dilanjutkan sampai beratnya
konstan
7. Tombol off ditekan pada alat dry bulb dan wet bulb
11
8. Tombol off ditekan pada motor alat pengering, pengaturan suhu pada alat
pengering dikembalikan pada angka 0o C
9. Tombol off pada alat pengering ditekan
10. Alat pengering, dry bulb, wet bulb dilepaskan dari sumber arus
11. Alat yang terpakai dibersihkan dan dirapikan tempat praktikum
C. Gambar Percobaan
12
BAB IV
DATA PENGAMATAN
NO Measurement
13
27 130 2,0319 69,4 62,9
Q0 = 2,0319 g
Qn = 9,3108 g
ƛ = 545,1 kkal/ kg
Surface area of sampel : P = 2,0 cm, L = 1,7 cm, T = 0,,5 cm
BAB V
A. Analisa data
Pengerjaan Data 19 - 27
14
Dit : A....?
A ¿ 2 ( P × l )+2 ( P ×t )+ 2 ( L ×t ) cm2
¿ 2 ( 3,2 x 2,8 ) cm+2 ( 3,2 x 1 ) cm+2 ( 2,8 x 1 ) cm
¿ 2 ( 8,96 ) cm+ 2 ( 3,2 ) cm+2 ( 2,8 ) cm
¿ 29,92 cm 2
Qn
W¿ −1
Q0
Qn 3,0241 gr
W19 = −1 = −1
Q0 2,0319 gr
= 0,4883
Qn 2,7672 gr
W20 = −1 = −1
Q0 2,0319 gr
= 0,3618
Qn 2,5769 gr
W21 = −1 = −1
Q0 2,0319 gr
= 0,2682
Qn 2,4235 gr
W22 = −1 = −1
Q0 2,0319 gr
= 0,1927
Qn 2,2729 gr
W23 = −1 = −1
Q0 2,0319 gr
= 0,1186
Qn 2,1405 gr
W24 = −1= −1
Q0 2,0319 gr
= 0,0534
Qn 2,0381 gr
W25 = −1 = −1
Q0 2,0319 gr
= 0,0030
Qn 2,0356 gr
W 26 = −1 = −1
Q0 2,0319 gr
= 0,0018
15
Qn 2,0319 gr
W27 = −1 = −1
Q0 2,0319 gr
=0
M sebelum−M sesudah
M=
t
3,0241−2,7672
M19 = ( )g
0,083 Jam
= 3,0952 g/ Jam
2,7672−2,5769
M20 = ( )g
0,083 Jam
= 2,2928 g/ Jam
2,5769−2,4235
M 21 = ( )g
0,083 Jam
= 1,8482 g/ Jam
2,4235−2,2729
M22 = ( )g
0,083 Jam
= 1,8144 g/ Jam
2,2729−2,1405
M23 = ( )g
0,083 Jam
= 1,5952 g/ Jam
2,1405−2,0381
M24 = ( )g
0,083 Jam
= 1,2337 g/ Jam
2,0381−2,0356
M25 = ( )g
0,083 Jam
= 0,0301 g/ Jam
16
2,0356−2,0319
M26 = ( )g
0,083 Jam
= 0,0446 g/ Jam
2,0319−2,0319
M27 = ( )g
0,083 Jam
= 0 g/ Jam
17
1007,4538 kal/ jam
h21 = 2 = 5,1802 kal/jam.cm2.oC
29,92cm (69,4−62,9)℃
989,0294 kal/ jam
h22 = = 5,0855 kal/jam.cm2.oC
29,92cm2 (69,4−62,9)℃
869,5435 kal/ jam
h23 = 2 = 4,4711 kal/jam.cm2.oC
29,92cm (69,4−62,9)℃
672,4899 kal/ jam
h24 = = 3,4579 kal/jam.cm2.oC
29,92cm2 (69,4−62,9)℃
16,4075 kal/ jam
h25 = 2 = 0,0844 kal/jam.cm2.oC
29,92cm (69,4−62,9)℃
24,3115 kal/ jam
h26 = = 0,1250 kal/jam.cm2.oC
29,92cm2 ( 69,4−62,9 ) ℃
0 kal/ jam
h27 = 2 = 0 kal/jam.cm2.oC
29,92cm (69,4−62,9)℃
Rc = h(t−tw )
❑
kal
8,5439 cm℃ ( 69,4−62,8)° C
Rc 19 = jam = 0,1034 g/jam.cm2
545,1 kal/g
kal
6,4264 cm ℃ (69,4−62,9)° C
Rc 20 = jam = 0,0766 g/jam.cm2
545,1 kal/ g
kal
5,1802 cm℃ (69,4−62,9)° C
Rc 21 = jam = 0,0618 g/jam.cm2
545,1 kal/g
kal
5,0855 cm℃ ( 69,4−62,9 ) ° C
Rc 22 = jam = 0,0606 g/jam.cm2
545,1 kal/ g
kal
4,4711 cm℃ (69,4−62,9)° C
Rc 23 = jam = 0,0533 g/jam.cm2
545,1kal /g
kal
3,4579 cm℃ (69,4−62,9) ° C
Rc 24 = jam = 0,0412 g/jam.cm2
545,1 kal/g
18
kal
0,0844 cm ℃ (69,4−62,9)° C
Rc 25 = jam = 0,0010 g/jam.cm2
545,1 kal/ g
kal
0,1250 cm℃ ( 69,4−62,9) °C
Rc 26 = jam = 0,0015 g/jam.cm2
545,1 kal/g
kal
0 cm ℃ (69,4−62,9) ° C
Rc 27 = jam = 0 g/jam.cm2
545,1 kal/g
B. Grafik
19
20
21
22
23
C. Tabulasi Data
Dry Wet A Kadar Massa Panas H Rc
Weigh Bulb Bulb (cm2) air uap yang Kal/cm2JamoC g/cm2Jam
Time
t Tem Tem teruap (M) diterima
No T
Q p p g/Jam Q
(min)
(g) (oC) (oC) Kal/jam
T Tw
1. 0 9,3108 68,3 61,7 29,92 3,5823 6,6170 3606,92 18,2655 0,2211
2. 5 8,7596 68,5 62,0 29,92 3,3110 6,6806 3641,59 18,7247 0,2232
3. 10 8,2031 68,7 62,1 29,92 3,0371 6,1092 3330,12 16,8637 0,2041
4. 15 7,6942 68,9 62,3 29,92 2,7867 5,2424 2857,63 14,4710 0,1752
5. 20 7,2725 69,0 62,4 29,92 2,5717 4,6758 2548,77 12,9070 0,1562
6. 25 6,868 69,1 62,5 29,92 2,3800 4,9699 2709,09 13,7188 0,1661
7. 30 6,454 69,1 62,6 29,92 2,1763 5,1896 2828,85 14,5457 0,1734
8. 35 6,0217 69,2 62,6 29,92 1,9635 4,2935 2341,36 11,8566 0,1435
9. 40 5,6639 69,2 62,7 29,92 1,7874 3,8331 2089,42 10,7436 0,1281
10 29,92 1,6303 3,6902 2011,52 10,1863 0,1233
45 5,3446 69,3 62,7
.
11 50 5,0372 69,3 62,7 29,92 1,4790 3,2100 1749,77 8,8608 0,1072
12 55 4,7698 69,3 62,7 29,92 1,3747 3,3793 1849,05 9,3281 0,1129
13 60 4,4833 69,4 62,8 29,92 1,2089 3,4711 1891,74 9,5747 0,1159
14 65 4,2002 69,4 62,8 29,92 1,0671 2,7397 1443,13 7,5612 0,0915
15 70 3,9728 69,4 62,8 29,92 0,9852 2,9987 1634,29 8,2761 0,1001
16 75 3,7239 69,4 62,8 29,92 0,8327 2,1915 1191,37 6,0183 0,0731
17 80 3,542 69,4 62,8 29,92 0,7431 3,0927 1685,52 8,5325 0,1033
18 85 3,2853 69,4 62,8 29,92 0,6168 3,1456 1715,06 8,6851 0,1051
19 90 3,0241 69,4 62,8 29,92 0,4883 3,0952 1687,19 8,5439 0,1034
20 95 2,7672 69,4 62,9 29,92 0,3618 2,2928 1249,80 6,4264 0,0766
21 100 2,5769 69,4 62,9 29,92 0,2682 1,8482 1007,45 5,1802 0,0618
22 105 2,4235 69,4 62,9 29,92 0,1927 1,8144 989,02 5,0855 0,0606
23 110 2,2729 69,4 62,9 29,92 0,1186 1,5952 869,54 4,4711 0,0533
24 115 2,1405 69,4 62,9 29,92 0,0534 1,2337 672,48 3,4579 0,0412
25 120 2,0381 69,4 62,9 29,92 0,0030 0,0301 16,40 0,0844 0,0010
26 125 2,0356 69,4 62,9 29,92 0,0018 0,0446 24,31 0,1250 0,0015
27 130 2,0319 69,4 62,9 29,92 0 0 0 0 0
24
25
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan :
“Kolom Dinding Basah”
B. Tujuan Percobaan :
Untuk memperoleh koefisien transfer massa menyeluruh dengan
melakukan percobaan penguapan air oleh udara di dalam kolam dinding basah
dengan mengamati kecepatan transfer massa.
C. Latar Belakang
Pada kolom basah, kontak air dan udara terjadi di kolom dengan air
dialirkan dari kolom bagian atas, sedangkan gas dari kolom isian bagian
bawah, dimana terjadi kontak antara air dan udara di dalam kolom yang
menimbulkan penurunan tekanan. Penurunan tekanan ini disebabkan karena
adanya aliran udara yang masuk dari bawah ke atas. Selain gesekan antara air
dan dinding kolom juga menyebabkan aliran sekitar dinding menjadi lambat
sehingga tekanannya menurun.
27
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kelembaban (humidity) ialah massa uap yang dibawa oleh satuan massa
gas bebas-uap.Menurut definisi ini,kelmbapan hanya bergantungpada tekanan
bagian-uap didalam campuran bila tekanan total dibuat tetap.adi tekanan-
bagian uap adal;ah atm, rasio molal antara uap dan gas pada 1 atm adalah Pa
/(1-pA).
28
tekanan-uap zat cair.Menurut hukum daltontekanan-keseimbangan dapat
dikonversikan menjadi fraksi-molbkeseimbangan ye dalam fase gas.Oleh
karena zat cairnya murni,Xe selalu satu.Data keseimbangan biasanya disajikan
sebagai grafik ye dihubungkan dengan kelembaban jenuh.
Gas dengan kelembaban awal dan suhu T mengalir secara continu melalui
kamar siram A.kamar itu diisolasi sehingga prosesnya adiabatik.Zat cair itu
disirekulasikan oleh pompa B dari reservoar pada dasar kamar siram melalui
semprot C dan kembali kedalam reservoar.
Gas yang mengalir melalui kamar itu melalui kamar itu menjadi lebih
dingin dan lembab Suhu zat cair itu akan mencapai satu keadaan suhu
keadaan-stedi Ts yang disebut suhu jenuh adiabatik.Kecuali jika gas yang
masuk itu jenuh ,suhu jenuh adiabatik selalu lebih rendah dari suhu gas-
masuk.
Jika kontak antara zat cair dan gas itu cukup baik sehingga zat cair dan gas
baik sehingga zat cair dan gas keluar berada dalam kedalam gas itu hilang dari
kamar itu,maka diperlukan tambahan zat cair pengganti. Untuk
menyederhanakan analisis kita,penambahan zat cair kedalam reservoar itu
diandaikan pada suhu Ts.
29
Grafik kelembapan dapat pula dibuat untuk setiap tekanan total yang
dikehendaki.Data yang diperlakukan adalah tekanan uap dan kalor laten
penguapan dari komponen yang mampu kondensasi sebagai fungsi suhu,kalor
spesifik gas murni dan uap murni,serta bobot molekul kedua komponen.Jika
kita menginginkan grafik atas dasar mol,semua persamaan itu dapat dengan
mudah dimodifikasi sehingga menggunakan satuan molal.Jika kita
menghendaki grafik pada tekanan selain dari 1 atm kita pun dapat membuat
modifikasi yang sesuai terhadap semua persamaan diatas.Grafik-grafik untuk
beberapa sistyem umum selain udara-air sudah terdapat dalam publikasi.
30
Kelembaban (humidity) ialah massa uap yang dibawa oleh satuan massa
gas bebas-uap.Menurut definisi ini,kelmbapan hanya bergantungpada tekanan
bagian-uap didalam campuran bila tekanan total dibuat tetap.adi tekanan-
bagian uap adal;ah atm, rasio molal antara uap dan gas pada 1 atm adalah Pa
/(1-pA).
Fungsi dari proses humidifikasi adalah pada aplikasi di industri, proses ini
bertujuan untuk mentransfer panas dari uap air ke udara atau biasa disebut
dengan steam (uap air) yang kemudian steam ini akan digunakan pada proses
semisal pengeringan suatu bahan yang masih lembab.
Proses lain selain pada aplikasi di industri adalah pada proses yang terjadi
secara alami, misalnya pada proses pengeringan baju, terlihat di sekeliling
baju beberapa uap air yang mengelilingi, uap ini terjadi karna suhu panas dari
matahari yang menyebabkan kandungan air pada baju menguap, dan terbawa
oleh aliran udara di sekelilingnya.
31
Wet bulb Temperatur (Temperatur bola basah) merupakan temperatur
kesetimbangan yang dicapai apabila sejumlah kecil cairan diuapkan ke
dalam jumlah besar campuran uap-gas yang tidak jenuh
32
BAB III
MATERI DAN METODA
A. Materi
1) Alat Percobaan :
1. Kolom dinding basah
2. Thermostat
3. Pompa
4. Compressor
5. Thermometer
6. Flow meter
2) Bahan Percobaan
1. Air
B. Metoda
1) Prosedur Kerja
Alat dan bahan dipersiapkan
Pompa dihidupkan atau dicokkan kesu dinding bah.ma proses
berlangsung.
Setelah temperatur air 40 C, kabel penghubung pemanas dilepaskan dari
sumber arus (bila temperatur air turun dihubungkan kembali ke sumber
arus).
Kabel pompa dan kompresor dihubungkan ke sumber arus.
Laju udara diatur 50 NL/m rotameter udara sedangkan aliran air
disesuaikan dengan grafik dengan waktu 8 menit.
Percobaan diulangi dengan mengganti laju aliran air sebesar 12 NL/m dan
13 NL/m.
Data dimasukkan ke data pengamatan.
33
2) Gambar Rangkaian Percobaan
Compressor
BAB IV
34
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Aliran
waktu Aliran air Suhu udara masuk Suhu udara keluar
udara
No
0
Menit L/men C NL/men SBK SBB Δt SBK SBB Δt
1 8 10 45 20 32 28 4 34 33 1
2 8 11 45 20 32 25 7 35 34 1
3 8 12 45 20 32 26 6 36 34 2
4 8 13 45 20 33 25 8 37 32,5 4,5
5 8 14 45 20 33 25 8 37 35 2
R : 0,005 m
L :1m
ʋ❑ : 18,7592 x 10-6 Kg/m.sec
35
1. Menghitung laju aliran air (m3/jam)
liter 60 menit 1dm3 1 m3
Q=12 x x x 3 3
menit 1 jam 1 liter 10 dm
m3
¿ 0,72
jam
2. Menghitung laju aliran udara (Nm3/jam)
liter 60 menit 1dm 3 1 m3
Q=20 N x x x 3 3
menit 1 jam 1 liter 10 dm
m3
¿ 1,2 N
jam
3. Menghitung kecepatan aliran air (m/jam)
m3
1,2 N
Qudara jam
V= =
A 3,14 x ¿ ¿ ¿
m
¿ 15286,6242 N
jam
4. Menghitung tekanan uap parsial (PA1=udara masuk dan PA2=udara keluar)
1. udara masuk
H1 = 0,019 dari grafik humidity
PA 1 29
=
PT −PA 1 18 1
H ( )
PA 1 29
=
760 mmHg−PA 1 18
0,019( )
PA 1=22,5734 mmHg
2. udara keluar
H2 = 0,033 dari grafik humidity
PA 1 29
=
PT −PA 1 18 2
H ( )
PA 2 29
=
760 mmHg−PA 2 18
0,033( )
PA 2=38,3668 mmHg
36
5. Menghitung nilai PAW1 dan PAW2 (mmHg)
1. udara masuk (PAW1)
PA 1=PAW 1 −0,5(t 1−tw 1)
22,5734 mmHg=PAW 1−0,5(32−26)
PAW 1=25,5734 mmHg
2. udara keluar (PAW2)
PA 2=PAW 2 −0,5(t 2−tw 2)
38,3668 mmHg=PAW 2−0,5(36−34)
PAW 2=39,3668 mmHg
37
ρg x ( 2RL ) x ῡ x PA −PA
KG=
PT ( ln ∆ PA )
2 1
kg 0,005 m m
1,113
m 32
x( 2.1 m ) x 15286,6242 N
jam ( 38,3668325−22,5734454 ) mmHg
¿
1 atm
x ( 1,8201 mmHg )
kg
¿ 369,075102 N 2
m . jam . atm
38
C. Grafik
39
40
D. Tabulasi Data (data no 4)
Aliran air Aliran udara Udara masuk Udara keluar
No Nm3 t1 Tw1 Δt PAW1 PA1 t2 Tw2 Δt PW2
m3/jam ℃ m/jam PA2 mmHg
/jam (℃) (℃) (℃) mmHg mmHg ℃ ℃ ℃ mmHg
15286,62
1 10 45 20 32 28 4 26,8694 24,8694 34 33 1 38,29957 38,29574
42
15286,62
2 11 45 20 32 25 7 22,0634 22,5654 35 34 1 42,1635 41,6635
42
15286,62
3 12 45 20 32 26 6 25,5734 25,5734 36 34 2 39.3668 38,3668
42
15286,62
4 13 45 20 33 25 8 20,2686 20,2686 37 32,5 4,5 35,0169 35,0169
42
15286,62
5 14 45 20 33 25 8 37,2631 37,2631 37 35 2 41,6635 41,6635
42
Kelembaban ln ∆ PA KG Re
41
Masuk (H1) Keluar (H2) mmHg Kg/m2 . jam. atm udara
0,021 0,033 1,08134 564,2833 2449,2
0,019 0,036 1,5414 381,34 2449,272
0,019 0,033 1,82015 369,075 2449,272
0,017 0,03 3,03949 564,2853 2525,93
0,032 0,036 2,1637 86,5005 2449,271
R : 0,005 L:1m
Viscositas udara : 18,7592 x 10−6 kg/m sec
42
BAB V
KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin kecil suhu udara yang masuk maka akan semakin tinggi pula udara
yang keluar.
2. Jika waktu yang diperlukan semakin lama maka suhu bola kering dan suhu bola
basah semakin besar.
3. Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan nilai bilangan reynoldnya
adalah 2449,272.
61
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta
Sriwigiyatno, Kentut. 2006. Analisis Pengaruh Kolom Udara Terhadap Nilai
Serapan Koefisien Bunyi pada Dinding Partisi Menggunakan Metode
Tabung Impedansi Dua Mikrofon. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
http://rezaasmitaraa.blogspot.com/2013/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x
30.html
http://davitchemicalz.blogspot.com/2014/03/istilah-istilah-mengenai-humidifikasi.
html
62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan :
Teknik Pemisahan Bahan Padat-Cair (Kristalisasi)
B. Tujuan Percobaan :
1. Untuk mengetahui teknik pemisahan bahan padat-cair
2. Untuk mengetahui jumlah bahan padat dan cair yang terbentuk.
3. Untuk mengkristalkan stearin dengan cara pendinginan.
C. Latar Belakang :
63
BAB II
LANDASAN TEORI
Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan
gliserol merupakan penyusun utama lemak hewan dan nabati. Trigliserida
termasuk lipid sederhana dan juga merupakan bentuk cadangan lemak dalam
tubuh manusia. Berikut ini adalah persamaan umum pembentukan trigliserida :
Keragaman jenis trigliserida bersumber dari kedudukan dan jati diri asam
lemak. Trigliserida sederhana adalah triester yang terbuat dari gliserol dan tiga
molekul asam lemak yang sama. Contohnya, dari gliserol dan tiga molekul asam
stearat akan diperoleh trigliserida sederhana yang disebut gliseril tristearat atau
tristearin.
64
berbeda. Lemak hewan dan minyak nabati merupakan campuran beberapa
trigliserida. Asam-asam lemak yang menyusun lemak juga dapat dibedakan
berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon.
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen terikat pada
satu atom karbon. Dikatakan jenuh karena atom
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap.
Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal
karena adanya ikatan rangkap. Lemak yang mengandung satu saja asam lemak tak
jenuh disebut lemah jenuh.
1. Dura, cangkang tebal (antara 2 sampai 8 mm), daging buah tipis (antara 35
sampai 55%), inti besar, tidak dikelilingi sabut pada kulit luar tempurung dan
hasil ekstraksi minyaknya antara 17 sampai 18 %.
2. Psifera, hampir tidak mempunyai cangkang, daging buah tebal (lebih tebal dari
daging buah jenis Dura), inti sangat tipis dan tidak dikembangkan untuk tujuan
komersil.
3. Tenera, suatu hibrida yang diperoleh dari penyilangan Dura dan Psifera,
cangkang tipis (antara 0,5 sampai 4 mm), serat tebal mengelilingi inti yang kecil,
daging buah tebal (antara 60 sampai 96% dari buah) dan hasil ekstraksi
minyaknya berkisar antara 23 sampai 26%.
65
4. Macocarya, memiliki tempurung dengan tebal 5 mm dan daging buah yang
sangat tipis.
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting
disamping minyak dan gas yang juga memiliki nilai ekspor yang cukup baik. Oleh
sebab itu diperlukan pengawasan untuk mempertahankan kualitas maupun
kuantitas komoditi tersebut. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan tersebut harus
didukung dengan mutu yang baik pula. Minyak kelapa sawit dengan mutu yang
baik akan dinilai lebih tinggi. Kriteria minyak kelapa sawit yang diperlukan
adalah berwarna pucat dan aroma bau yang normal, dapat disimpan dalam jangka
yang cukup, mudah dimurnikan dan kadar asam lemak bebas (ALB) serendah
mungkin (Pahan, 2006).
Asam lemak bebas merupakan salah satu kriteria mutu dalam Standar
Nasional Indonesia untuk minyak goreng atau minyak kelapa sawit yang belum
dimurnikan. Standar kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit adalah
kurang dari 5%. Asam lemak bebas pada CPO terbentuk akibat proses hidrolisis
trigliserida dan faktor yang mempengaruhi proses ini antara lain adalah kadar air,
aktivitas enzim yang berfungsi sebagai katalis (enzim lipase), suhu dan kandungan
fosfor. Reaksi hidrolisis terjadi akibat interaksi antara air dengan lemak yang
menyebabkan putusnya beberapa asam lemak dari trigliserida pada minyak yang
menghasilkan Free Fatty Acid (FFA) dan gliserol (Lawson, 1985).
66
Pembentukan ALB dikatalis oleh enzim lipase yang terdapat dalam sel
mesokrap atau yang berasal dari luar sel seperti yang dihasilkan oleh bakteri
maupun kapang.
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha menekan
kadar ALB sekaligus memaksimalkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit di
saat buah belum matang (saat metabolisme pembentukan minyak belum
sempurna) belum menghasilkan gliserida yang sempurna. Pemetikan setelah batas
tepat panen yang ditandai dengan buah berjatuhan dan menyebabkan pelukaan
pada buah lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga
meningkatkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh
sehingga kadar ALB meningkat. Oleh sebab itu pemanenan tandan buah segar
harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit
yang berkualitas tinggi.
67
Sebaiknya panen dilakukan pada saat buah berumur 15-17 minggu karena
pada saat itu tidak terjadi peningkatan asam lemak bebas yang terbentuk antara
lain karena
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak
sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang
terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam
lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk
sesudah 100 hari setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah
dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan
minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak
bebas dan gliserol.
68
D. Kadar Air
Air adalah komponen yang tidak diinginkan dalam minyak atau lemak
karena dapat menyebabkan hidrolisis minyak dan lemak yang membentuk gliserol
dan asam lemak bebas (ALB). Kadar air yang tinggi pada minyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti kadar air pada bahan baku. Buah yang terlalu matang
mengandung air yang lebih banyak. Prinsip perhitungan persentase kandungan air
adalah selisih berat contoh sebelum dan sesudah dipanaskan (Sudarmadji, 1989).
Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat kecil (kurang
dari 0,15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, yaitu pada tingkat kadar air
yang demikian kecil akan memudahkan proses oksidasi dari minyak itu sendiri.
Proses oksidasi menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau tidak enak
(ketengikan) sehingga mutu minyak menjadi turun (Sastrosayono, 2008).
Hidrolisis minyak kelapa sawit ini akan menghasilkan gliserol dan asam
lemak bebas yang kemudian mudah teroksidasi sehingga terbentuk peroksida
yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak. Untuk mendapatkan kadar
air yang sesuai dengan yang diinginkan yaitu kurang dari 0,5%, maka harus
dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini
bertujuan untuk menghambat atau menekan proses hidrolisa dan oksidasi minyak
(Taib, 2000).
Minyak sawit terdiri dari dua jenis yaitu hasil ekstraksi daging buah
(mesokarp) dan minyak inti sawit dari inti buah kelapa sawit. Hasil ekstraksi
daging buah dikenal dengan minyak kelapa sawit kasar (CPO) yang dapat diolah
lebih lanjut menjadi minyak goreng (Djajeng dan Yuliani, 2005).
Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat. Hal ini karena minyak
sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon
lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh pigmen yang dikandung. Minyak
69
sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan
vitamin A. Komponen dalam minyak kelapa sawit seperti disajikan pada tabel 2.
Minyak kelapa sawit mengandung antara 500 sampai 700 ppm karoten dan
merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. CPO berwarna merah
jingga. Minyak kelapa sawit ini diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit
melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna
kuning hingga merah dan berbentuk semi padat pada suhu ruang. Keberadaan air
dan serat halus tersebut menyebabkan minyak kelapa sawit tidak dapat langsung
digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan (Naibaho, 1988). Sifat
fisiko-kimia dari minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor atau rasa,
kelarutan dalam pelarut organik, titik asap, polymorphism, dan lain-lain warna
minyak kelapa sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang terdapat didalam kelapa
sawit, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau
kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak kelapa sawit
(Pahan, 2006).
70
F. Kinetika Reaksi
Kinetika reaksi juga dikenal sebagai kinetika kimia yaitu bidang ilmu yang
mempelajari tentang suatu proses kimia. Kinetika kimia meliputi tentang kondisi
percobaan yang berbeda dan dapat mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta
menghasilkan data tentang mekanisme reaksi dan perubahan keadaan , serta
pembangunan model matematis yang dapat menggambarkan karakteristik dari
reaksi kimia. Tahun 1864, Peter Waage dan Cato Guldberg mempelopori
pengembangan kinetika kimia dengan merumuskan hukum aksi massa , yang
menyatakan bahwa kecepatan reaksi kimia sebanding dengan jumlah bahan yang
bereaksi.
71
BAB II
A. Materi :
Alat :
Bahan :
- Minyak Curah
- Larutan KOH
- Indikator PP
- Es Batu
72
B. Metode / Prosedur kerja :
1. Proses pemanasa minyak curah
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Minyak curah dituang kedalam beaker glass sebanyak 200 ml
c. Magnetik stirer dihidupkan dan diatur suhu 90 ℃ .
d. Thermometer dimasukkan dan batang pengaduk di aduk
sampai suhu 65-70 ℃.
2. Proses pendinginan minyak curah
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Es batu dipecahkan, kemudian beaker glass berisi minyak
curah dimasukkan kembali.
c. Suhu konstan 23℃ selama 20 menit.
3. Mencari density
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Pikno kosong ditimbang, kemudian pikno diisi sampel.
c. Pikno + sampel ditimbang.
4. Titrasi sampel
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Sampel ditimbang sebanyak 2 gr dineraca digital dalam
Erlenmeyer.
c. Methanol ditambahkan sebanyak 30 ml.
d. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes.
e. KOH dimasukkan kedalam buret.
f. Sampel didalam Erlenmeyer dititrasi dengan KOH 0,1 N
sampai warna TAT merah jambu muda.
73
e. Gambar Rangkaian Percobaan
74
BAB IV
DATA PENGAMATAN
75
B. Pembahasan
1. Menghitung Density
Rumus umum:
massa pikno+ sampel−massa pikno kosong
ρ=
Volume Pikno
a. Minyak Curah
( 18,3680−13,5615 ) gram
ρ= = 0,9613g/mL
5 mL
b. Stearin
( 18,4182−13,5686 ) gram
ρ= = 0,9699 g/mL
5 mL
c. Olein
( 18,3731−13,5508 ) gram
ρ= = 0,9644 g/mL
5 mL
2. Menghitung %FFA
Vtitrasi x N x BM Minyak
%FFA = x 100%
w x 1000
BM Minyak curah : 256,4 g/mol
BM Olein : 282,47 g/mol
BM Stearin : 284,48 g/mol
b. %FFA Olein
mek
0,17 mL x 0,1 x 282,47 g/mol
%FFA = ml x 100%
2,3433 g x 1000 mek / mol
= 0,2019 %
76
c. %FFA Stearin
mek
0,17 mL x 0,1 x 284,48 g/mol
%FFA = ml x 100%
2,3242 g x 1000 mek /mol
= 0,2022 %
3. Menghitung M.Olein
M. RBDPO : 220,4 g
M. Stearin : 125,4 g
M.olein?
A=B+C
m RBDPO Xg m stearin
= +
ρ RBDPO ρ olein ρ stearin
220,4 g Xg 125,4 g
= +
o , 9613 g /ml 0,9644 0,9699 g /ml
Xg
99,98 mL =
0,9644 g/¿ml ¿
X = 96,42 gram
Maka: A = B + C
77
4. Menghitung Volume RBDPO
M RBDPO : 220,4 g
M stearin : 125,4 g
M olein : 96,42 g
ρ RBDPO : 0,9613 g/ml
ρstearin : 0,9699 g/ml
ρ olein : 0,9644 g/ml
V stearin : 129,29 ml
V olein : 99,98 ml
V RBDPO ?
A=B+C
m RBDPO molein m stearin
= +
X (ml) v (nl) v(ml)
220,4 g 96,42 g 125,4 g
= +
X (ml) 99,98 ml 129,29ml
220,4 g
= (0,9643 + 0,9699) g/ml
X (ml)
220,4 g
X= = 113,9489 ml
1,9342 g/ml
78
C. Tabulasi Data
79
Berat M.olein V.RBDPO Berat Berat Berat pikno Berat pikno
sampel(g (g) (mL) pikno pikno+palmitat +stearin +stearin
) kosong (g) (g) (gr)
(g)
220,4
95,4
80
BAB V
KESIMPULAN
1. Berdasarkan data, minyak curah memiliki kadar asam lemak bebas yang
paling tinggi, kemudian disusul stearin dan olein.
2. Semakin tinggi berat molekul asam lemak, semakin banyak jumlah kadar
asam lemak bebasnya.
3. Pemisahan antara olein dan stearin dilakukan pada suhu 65°C, kemudian
stearin dikristalkan pada suhu 20°C.
81
DAFTAR PUSTAKA
Zaliha O, Chong CL, Cheow CS, Nur Izzah AR, Kellens MJ. 2004.
Crystallization properties of palm oil by dry fractionation. J Food Chem.
86(2): 245250.
82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“Menara Destilasi (Packed tower)”
B. Tujuan Percobaan
a. Melakukan percobaan atas campuran Methanol – Air dengan menggunakan
peralatan jenis Menara Isian (packed tower).
b. Mengevaluasikan performace Bahan Isian untuk Menara Distilasi dengan
memperbandingkan komposisi destilasi hasil yang diperoleh dari Menara
Isian tanpa Bahan Isian (kosong). Jika memungkinkan hitunglah Height
Equivalent to a Theoritic plate ( H.E.T.P)
C. Latar Belakang
83
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sejarah
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam
pada masa kekhalifahanAbbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol
menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini
menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro,
The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815)
yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat
terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang
bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan
diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).
84
Distilasi adalah suatu proses pemisahan campuran cairan berdasarkan sifat
volatilitas menjadi hasil atas destilat dan hasil bawah atau bottom.Proses ini telah
berkembang pesat utamanya dilingkungan industri perminyakan karena banyak
diperlukan untuk pemisahan minyak mentah (crude oil) menjadi fraksi-fraksinya.
Destilasi merupakan teknik pemisahan campuran yang terdiri dari dua atau
lebih komponen menjadi komponen yang mempunyai tingkat kemurnian sesuai
keinginan.Secara umum teknik distilasi banyak digunakan dalam industri refinery
dan industri petrokimia.Permasalahan utama dalam distilasi adalah pemakaian
energi yang tinggi.
Uap mengalir ke atas dan cairan mengalir ke bawah. Uap dan cairan
kemudian dikontakkan dalam plate atau pada permukaan bahan isian. Sebagian
dari kondensat pada kondenser dikembalikan ke atas kolom sehingga mengalir di
atas feed point sedangkan sebagian dari cairan di dasar menara diuapkan dengan
reboiler dan dikembalikan sebagai uap. Bagian di bawah feed point di mana
komponen yang lebih volatil berpindah dari cairan ke uap, disebut
sesi stripping sedangkan di atas feed point, konsentrasi komponen yang lebih
85
volatil meningkat dan disebut sesi enriching. Sering ditemui, menara distilasi
dioperasikan dengan lebih dari satu aliran umpan masuk (Coulson, 1983).
Menara dengan bahan isian terdiri atas sebuah silinder vertikal yang
didalamnya terdapat bahan isian tertentu. Bahan isian merupakan media untuk
memperluas bidang kontak antara fase uap dan cair sehingga transfer massa dan
panas berjalan baik. Cairan mengalir melewati permukaan bahan isian dalam
bentuk lapisan film tipis sehingga luas bidang kontak antara fase uap dan cair
86
makin besar. Cairan masuk dari bagian atas menara, sedangkan gas masuk dari
bagian bawah menara (Brown, 1950).
Jenis bahan isian yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Harus memiliki luas permukaan per volume yang besar sehingga dapat
menyediakan luas kontak yang besar.
2. Harus memiliki porositas yang besar sehingga pressure drop tidak tinggi.
3. Harus dapat memiliki ”wetting characteristic” yang baik.
4. Tahan korosi.
5. Memiliki bulk density yang rendah.
6. Tidak mahal.
87
Jenis-jenis Destilasi
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana,
distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi
ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan
garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif.
Distilasi Sederhana
Distilasi Fraksionisasi
Distilasi Uap
88
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap
adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-
masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk
campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi
dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk
alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau
jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Distilasi Vakum
BAB III
METODA PERCOBAAN
89
A. Alat percobaan
1. Labu Destilasi 500 ml
2. Batu didih
3. Heater (penangas air)
4. Termometer dan pendingin refluks ( condensor ).
5. Pendingin samping dan wadah sampel.
6. Piknometer
7. Beaker glass
8. Erlemeyer
B. Bahan percobaan
1. Metanol secukupnya.
2. Aquades seperlunya.
C. Prosedur kerja
A. Destilasi
1. Alat dan bahan disiapkan.
90
2. Labu destilasi diletakkan di atas penangas air yang dipasang pada
statif dan klem.
3. Metanol diukur sebanyak 300 ml dalam beaker glass.
4. Metanol dimasukkan ke dalam labu destilasi menggunakan
corong.Masukkan 3 buah batu didih
5. Pada bagian atas labu destilasi dipasang pendingin leibig yang
telah dihubungkan ke keran air.
6. Penangas air diisi air.
7. Pada labu destilasi dipasang tutup yang bertermometer padanya.
8. Pada penampung hasil Destilat diletakkan beaker glass.
9. Tutup labu destilasi dengan aluminium foil.
10. Hubungkan ke sumber arus penangas air dan hidupkan keran air.
11. Stopwatch dihidupkan bersamaan dengan sumber arus.
12. Tunggu hingga tetes destilat pertama.Pada suhu berapa destilat
pertama.
13. Temperatur dibaca pada termometer dan dilihat bila temperatur
telah menunjukkan antara 63-65 C, maka suhu pemanasan harus
berada diantara 60-70 C.Bila suhu rendah dari 65 C, maka
pemanasan dilakukan pada suhu 65-75. C.
14. Temperatur dijaga agar konstan hingga akhir destilasi.
15. Bila tidak ada lagi destilat yang jatuh, maka destilasi dihentikan.
B. Prosedur larutan
1.Destilat diukur volumenya dengan gelas ukur 500 ml.
2.Residu diukur volumenya dengan gelas ukur 50 ml.
3.Ditimbang pikno kosong.Dicatat hasilnya.
4.Pikno diisi residu dan ditimbang.Dicatat beratnya.
5.Pikno kosong ditimbang dan dicatat beratnya.
6.Pikno diisi destilat dan dicatat beratnya.
D. Gambar Rangkaian Percobaan
91
BAB IV
92
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
A. DATA PENGAMATAN
Berat Berat
Kadar
N pikno pikno + Density Volume
Sampel metanol
O kosong sample (gr/ml) (ml)
(%)
(gr) (gr)
16,132
2 Residu 25,1214 0,8989 38 205
3
93
B. ANALISA DATA
A.Perhitungan
1. Pembuatan larutan metanol – air
Dik : ρ 1 = 0,79 gr/ml
µ1 = 32 gr/mol
µ2 = 18 gr/mol
V1 = 174,50 ml
V2 = 125,50 ml
ρ 2 = 1 gr/ml
Dit : mf= . . . . . . . . . . . . ?
W1
BM 1
mf = W1
W
BM 1 + 2
BM 2
ρ1 ×V 1
µ1
mf =
V 1× ρ 1 V 2 × ρ2
+
µ1 µ2
0,79 gr /ml ×V 1
32 gr /mol
0,38 =
V 1× 0,79 gr /ml 1(300−V 1)
+
32 gr /mol 18 gr / mol
0,0246 V 1
0,38 = 0,0246 V 1+16,67−0,055 V 1
0,0246V 1
0,38 = 16,67−0,0309 V 1
6,3346 -0,0117 V1 = 0,0246 V1
6,3346 = 0,0363 V1
6,3346
V1 =
0,0363
V1 = 174,5068 ml
V2 = 300 ml – 174,5068 ml = 125,4932 ml
94
ρ1 ×V 1
µ1
mf = V 1× ρ 1 V 2 × ρ2
+
µ1 µ2
gr
0,79 ×174,5068 ml
ml
32 gr /mol
= gr
1 ×125,4932 ml
174,5068 ml × 0,79 gr /ml ml
+
32 gr /mol 18 gr /mol
4,3081 mol
= 4,3081 mol ×6,9718 mol
= 0,3819 (Terbukti)
2. Neraca massa
Destilat
X D=66% Metanol
34% Air
Feed 300 ml
Xf=38 %
Residu
X R=34% Metanol
66% Air
1. Neraca Massan Total
In=Out
F=D+R ………....(1)
2. Neraca Massa Komponen
Xf.F= X D.D + X R.R …..(2)
Eleminasi persamaan 1 dan 2
F =D + R x 0,66 0,66.F =0,66.D +0,66.R
0,38.F=0,66.D+0,34.R x 1,00 0,38.F =0,66.D+0.34.R (-)
0,32.R = 84
95
R=262,5 ml
Substitusi ke pers.2
0,66.D = 24,75 ml
D = 37,5 ml
96
b.Grafik
97
98
C. Tabulasi
Berat
Berat
pikno Berat Density Vol Kadar
N pikno D R F
Sampel kosong + sample sample sample
O kosong
sample (gr) (gr/ml) (ml) (%)
(gr) (ml) (ml) (ml)
(gr)
174,5
1 Destilat 16,122 24,6062 8,4842 0,8484 38
068 37, 262,
300
125,4 5 5
2 Residu 16,1323 25,1214 8,9891 0,8989 38
932
99
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapa disimpulkan bahwa:
1. Untuk membuat methanol 38% dalam labu 300 ml dibutuhkan
174,5068 ml methanol dan 125,4932 ml
2. Berdasarkan perhitungan neraca massa diperoleh destilar sebanyak
37,5 ml dan residu 262,5 ml.
3. Bahwa methanol memiliki berat yang lebih ringan daripada air dan
memiliki density yang lebih kecil dari air sehingga akan lebih mudah
menguap.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
B. Tujuan Percobaan
1. Untuk pemakaian kembali air pendingin pabrik – pabrik kimia berat
( besar ) atau sebagai hasil pengunaan pengendalian udara (air
conditioning ) yang menyebar luas.
2. Untuk mempelajari Psycrometic Chart udara basah, udara kering dan
juga memperoleh prinsip dasar untuk unit operasi pengendalian udara
(air condicition ) pengeringan penguapan.
C. Latar Belakang
Kolam air dingin. Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah
menara, danmenerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan
bahan pengisi. Kolam biasanyamemiliki sebuah lubang atau titik terendah
untuk pengeluaran air dingin. Dalam beberapadesain, kolam air dingin berada
dibagian bawah seluruh bahan pengisi. Pada beberapa desainaliran yang
berlawanan arah pada forced draft, air di bagian bawah bahan pengisi
disalurkanke bak yang berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai kolam air
dingin. Sudu-sudu fandipasang dibawah bahan pengisi untuk meniup udara
naik melalui menara. Dengan desain ini,menara dipasang pada landasannya,
memberikan kemudahan akses bagi fan dan motornya.
Drift eliminators. Alat ini menangkap tetes-tetes air yang terjebak dalam
aliran udara supayatidak hilang ke atmosfir.Saluran udara masuk. Ini
merupakan titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran masukbisa berada
pada seluruh sisi menara (desain aliran melintang) atau berada dibagian bawah
menara (desain aliran berlawanan arah).
Bahan Pengisi.
Hampir seluruh menara menggunakan bahan pengisi (terbuat dari
plastik
atau kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan
kontak udara dan air. Terdapat dua jenis bahan pengisi:
Bahan pengisi berbentuk percikan/Splash fill: air jatuh diatas lapisan yang
berurut daribatang pemercik horisontal, secara terus menerus pecah menjadi
tetesan yang lebih kecil,sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan
pengisi percikan dari plastic memberikan perpindahan panas yang lebih baik
daripada bahan pengisi percikan darikayu.
Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan plastik tipis dengan
jarak yangberdekatan dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk
lapisan film yang tipisdan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya
dapat berbentuk datar,bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis
bahan pengisi film lebih efisien danmemberi perpindahan panas yang sama
dalam volume yang lebih kecil daripada bahanpengisi jenis splash.
A. Materi
I. Perlengkapan penyediaan air panas.
1. Tangki air panas.
2. Panaskan listrik tercelup ( 3 KW x2 ).
3. Unit Otomatis pengontrolan suhu.
4. Distribusi air panas.
5. Penampungan Air panas.
II. Perlengkapan Udara Dingin.
1. Blower dan motor penggerak ( 0,75 KW ).
2. Unit pemanasan Udara ( 3 KW ).
3. Unit Otomotis Pengontrol suhu,
4. Penapis dan proyektor radiasi.
5. “ Drift water eliminator”
III. Unit Transfer massa dan Transfer panas
1. Kayu bahan isian.
2. Jendela transfarans.
3. Perlengkapan bahan isihan yang dapat ditukar dengan cepat.
IV. Panel dan Instrument.
1. Thermometer and meansuring position selector.
a. Suhu air didalam tangki air panas.
b. Suhu air dingin didalam tangki penyimpanan.
c. Suhu udara pendinginan didalam pipa saluran ( duct ).
2. Higrometer .
“ Dry Bulb and wet Bulb Thermometer inlet of duct and ambled
conditioning”
3. Flow meter.
Rotameter air ( maksimum 1.000 l/jam )
4. “ Dial Indicator and Pressure measuring top selector “
a. “ Pressure drop across orifice plate”
b. “ Pressure drop across mass and heat transfer unit”
c. “ Static pressure in air duct “
5. Saklat Tenaga.
a. Penyediaan sumber tenaga ( utama ).
b. Blower
c. Pompa dan Pemanas.
B. Metoda
Prosedur Percobaan :
A. Prosedur Menghidupkan Alat
1. Tangki air diisi hingga penuh dan kran air dimatikan jika sudah
penuh.
2. Katup merah dibuka hingga setengah pembukaan.
3. Unit cooling tower disambungkan ke sumber arus
4. Switch on kan pada sumber arus
5. Power suplay di hidupkan
6. Pompa di hidupkan
7. Laju alir rotameter diatur pada posisi 150
8. Temperatur control diatur pada posisi 40oC
9. Heater dihidupkan
10. Suhu pada thermometer digital ditunggu hingga mencapai sushu
40oC
11. Blower dibuka dengan % hisap blower sebesar 50% dan di tunggu
proses pendinginan dengan interval waktu selama 7 menit dengan
bantuan alat ukur stopwatch .
12. Setelah 7 menit blower dihidupkan dan data yang di butuhkan dan
data yang di butuhkan diambil dan dicatat
13. Percobaaan diulang dengan mengatur laju alir menjadi laju alir
menjadi 200,300,400
B. Prosedur mematikan alat
1.Setelah percobaan selesai,blower dimatikan dan ditutup kembali bukaan
isap blower
2.Rotameter diatur pada posisi nol
3.Thermometer kontrol diatur pada posisi nol
4.Heater dimatikan
5.Pompa dimatikan
6.Power suplay dimatikan
7.Switch pada sumber arus di offkan
8.Unit cooling water diputus sambungannya dari sumber.
He In duck UdaraPendingin
Laj
ad
u
N Ta Ho Hdo T T P1 P2
Air To T2 T1
O nk mm mm w2 w1 mm mmH
°C °C °C
L/J (°C H2O H2O °C °C H2O 2O
am )
32 28 28 28 28
1 100 40 62 12 14 37
,3 ,1 ,1 ,5 ,5
33 28 28 28 28
2 200 40 60 14 13 29
,1 ,3 ,3 ,7 ,1
33 28 28 28 28 32
3 300 40 57 16 12
,3 ,5 ,5 ,9 ,9
33 28 28
4 400 40 52 17 29 29 10 34
,4 ,8 ,7
B. Pembahasan
DATA I
Pn = (Pa × 13,6) + ho
Diketahui : Pa = 760 mmHg = 1 Kg/cm2
= 1000 Kg/cm2
Ho = 60 mmH2O
Ditanya : Pn………..?
Jawab : Pn = (Pa × 13,6) + ho
Pn =( 760× 13,6 )mmH2O+ 60 mmH2O
= 10396 mmH2O
= 1396 Kg/m2
Tn = 273 + To
Diketahui : To = 31,20C
Ditanya : Tn………..?
Jawab : Tn = 273 + 33,1
= 273 + 33,1
= 306,1 0K
= 10369Kg/m2
29,46m/°K x 306,10K
= 1,1526Kg/m
Ω
A = x D2
4
3,14
A = x (0,1053 m)2
4
A = 0,785 x 0,01108809 m2
A = 0,0087 m2
G = 3600 × α × ε × A√ 2 ghdoγn
= 3600 x 0,8013 m x 1 x 0,0087 m2√2 2 x 9,8 x 14 x 1.1528
= 25,096 sm 2/jam x √2 316,3283 kg/m 4 . s 2
= 446,3479 kg/jam
446,3479 kg / jam
V=
3600 . ¿¿ ¿
V= 212917183,1 m/detik
MENCARI DENSITY
x−x 1 y− y 1 33,1℃−0℃ y – 1,293
= = => =
x2 −x1 y− y 1 50 ℃ −0 ℃ 1,093−1,293
33,1 y – 1,293
=
50 −0,2
50y-64,65 = -6,62
50y = 58,03
Y = 1,1606
ρ.D.∇
Rd =Rd = μ
kg
1.1606 x 0.1053 m x 5,55287 m/s
m3
¿
18,7152kg /m3
= 36260
Reynold Air
L
∇=
A
1 m3 1 jam 1dm 3
L= 200 L/jam x x x
1000 dm 3600 s 1l
L = 0,0000555 m3/s
0,0000555 m3 /s
∇=
0.0087 m 3
= 0.06379 m/s
d.∇
Rd =
μ
0.00755 m x 0.0235 m/ s
= 0.000000663
=1685,40
C. Grafik
Grafik Phsycometric cahrt Q1
33, 28,
3 300 40 57 16 28,5 28,5 28,9 12 32
3 9
33,
4 400 40 52 17 28,8 28,7 29 29 10 34
4
NO Pn Tn Γn G V udara V air
Re udara Re air
Kg/m2 °K Kg/m3 Kg/Jam m/s m/s
1 1039,9640 305,3 1,1554 516,5472 14,2578 0,0235 95959,6284 1026968,326
2 10396 306,1 1,1528 446,3479 212917183,1 0,0235 1205,216 36107
3 10393 306,3 1,1517 172,5932 6,4186 0,0235 42511,71 1160338,5
4 1038,9698 306,4 1,1502 613,24 17,0152 0,0235 113169,75 1120320,9
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Densitas udara yang mengalir berbanding terbalik terhadap temperatur
statis udara dan berbanding lurus dengan tekanan statis udara.
2. Semakin besar density udara yang mengalir melalui blower maka
semakin besar laju udara yang dihasilkan.
3. Bilangan reynold udara yang yang didapat adalah 108974,5609
sedangkan bilangan reynold air yang diperoleh adalah 16850,40.
103
DAFTAR PUSTAKA
104
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“Fluidisasi ( fluidization)”
B. Tujuan Percobaan
a. Mempelajari pengaruh kehilangan tekanan ( pressure loss) pada fixed dan
fluidized bed, mengukur pororitas ( voidage) dan mengamati keadaan
fluidiasasi
b. Mempelajari kecepatan fluidisasi minimum(umf ¿
C. Latar Belakang
Perkembangan industri dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Khususnya industri pabrik yang telah banyak menggunakan teknologi
modern. Mesin-mesin produksi yang digunakan dalam sebuah industry
menggunakan metode-metode pengoperasian yang sangat bervariasi. Salah
satu contoh metode yang digunakan adalah fluidisasi.. Fluidisasi itu sendiri
adalah proses yang sama dengan pencairan dimana bahan butiran dikonversi
dari solid state seperti statis ke keadaan cairan seperti dinamis. Proses ini
terjadi ketika sebuah fluida (cairan atau gas) dilewatkan ke atas melalui bahan
granular. Pada keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan
satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada
kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu
cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk
mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan
halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas),
pelapisan plastik pada permukaan logam, proses drying dan sizing
pada pembakaran.
105
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Percobaan
Pengeringan secara fluidisasi banyak digunakan untuk pengeringan
butiran padatan seperti biji-bijian, pupuk, bahan kimia, obat-obatan dan
mineral. Pada pengering jenis ini, bahan padatan yang akan dikeringkan
dikontakkan dengan udara pengering yang bergerak dengan laju tertentu
sehingga padatan terfluidisasi yaitu udara dan padatan bergerak sebagai satu
sistem yang dianggap sebagai seperti fluida (fluid like). Pengeringan dengan
metode ini mempunyai keunggulan utama yaitu laju transfer panas dan massa
antara fase padat dan gas yang relatif tinggi dibanding metode lain.
(Srinivasakannan, 2002)
Pengeringan didefinisikan sebagai suatu operasi teknik yang
mengubah air dalam suatu padatan atau bahan semi padat menjadi hasil
dengan kadar air yang sangat rendah. Perbedaan antara penguapan
(evaporation) dan pengeringan adalah pengeringan menghilangkan sejumlah
air yang relatif banyak dari pada penguapan. Pada penguapan, air dihilangkan
pada titik didihnya, sedangkan pada pengeringan air dapat dihilangkan dengan
menggunakan media pembawa berupa gas. Pengeringan terjadi karena adanya
daya dorong (driving force) yang berupa perbedaan konsentrasi air pada
bagian dalam dengan bagian luar padatan, dan perbedaan konsentrasi air pada
lapisan udara di permukaan padatan yang jenuh dengan uap air dengan udara
luar yang tidak jenuh. (Treybal, 1985)
Ada beberapa mekanisme yang dapat terjadi pada saat bahan basah
dikeringkan sampai mempunyai kandungan air tertentu yang cukup rendah.
Hal itu dapat diketahui dari kurva pengeringan. Kurva pengeringan
menunjukkan hubungan antara kandungan air di dalam padatan sebagai fungsi
waktu. Selain itu dapat pula dinyatakan dalam hubungan antara laju
pengeringan dan kandungan air. Secara umum kurva pengeringan terdiri atas
dua bagian, yaitu periode laju pengeringan konstan dan periode laju
pengeringan menurun. (Treybal, 1985)
106
Laju pengeringan pada unggun terfluidisasi sangat dipengaruhi oleh
karakteristik bahan dan kondisi operasi fluidisasi. Bahan dengan struktur yang
berpori mengalami pengeringan dengan laju konstan dan menurun. Sebaliknya
bahan tidak berpori hanya memiliki laju pengeringan konstan. Pengetahuan
tentang kinetika pengeringan sangatlah penting untuk memperkirakan waktu
pengeringan yang diperlukan untuk menurunkan kadar air sampai tingkat yang
diinginkan dan untuk menentukan kondisi operasi pengeringan yang optimal.
Model laju pengeringan biasanya didasarkan pada mekanisme pergerakan air
secara difusi intrapartikel menurut persamaan difusi Fick. (Srinivasakannan,
2002).
Fluidisasi dipakai untuk menerangkan atau menggambarkan salah satu
cara mengontakkan butiran-butiran padat dengan fluida (gas atau cair).
Sebagai ilustrasi dengan apa yang dinamakan fluidisasi ini, kita tinjau suatu
bejana dalam air di dalam mana ditempatkan sejumlah partikel padat
berbentuk bola, melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dengan
arah aliran dari bawah ke atas. Pada laju al ir yang cukup rendah partikel padat
akan diam. Keadaan yang demikian disebut sebagai unggun diam atau”fixed
bed”. Kalau laju alir gas dinaikkan, maka akan sampai pada suatu keadaan
dimana unggun padatan tadi tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya.
Pada kondisi partikel yang mobil ini, sifat unggun akan menyerupai sifat-sifat
suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya ada kecenderungan untuk
mengalir, mempunyai sifat hidrostatik. Keadaan demikian disebut “fluidized
bed”.
107
di dalam suatu sistem unggun diperoleh melalui metode-metode yang bersifat
semi empiris dengan menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi.
Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh
“viscous loses”, Blake memberikan hubungan sebagai berikut :
108
Untuk aliran turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi,
sehingga Ergun (1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana kehilangan
tekanan digambarkan sebagai hubungan dari : “viscous losses” dan “kinetic
energy losses”.
109
Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan
superficial fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa
diperoleh dengan
mengkombinasikan persamaan (6) dengan persamaan (8)
B. Proses Fluidisasi
Bila suatu zat cair dilewatkan melalui hamparan lapisan partikel padat
pada kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak. Jika kecepatan
fluida berangsur-angsur dinaikan, partikel-partikel itu akhirnya akan mulai
bergerak dan melayang di dalam fluida. Istilah “fluidisasi” (fluidization) dan
“hamparan fluidisasi” (fluidized bed) bhias digunakan untuk keadaan partikel
yang seluruhnya dianggap melayang, karena suspense ini berperilaku seakan-
akan fluida rapat. Jika hamparan itu dimiringkan, permukaan atasnya akan
tetap horizontal, dan benda-benda besar akan mengapung atau tenggelam di
dalam hamparan itu bergantung pada perbandingan densitasnya terhadap
suspense. Zata padat yang terfluidisasi dapat dikosongkan dari hamparannya
melalui pipa dan katub sebagaimana halnya suatu zat cair, dan sifat fluiditas
ini merupakan keuntungan utama dari penggunaan fluidisasi untuk menangani
zat padat
C. Jenis-jenis Fluidisasi
a. Fluidisasi partikulat
Dalam fluidisasi air dan pasir, partikel-partikel itu bergerak
menjauh satu sama lain dan gerakannya bertambah hebat dengan
bertambahnya kecepatan, tetapi densitas hamparan rata-rata pada suatu
kecepatan tertentu sama disegala arah hamparan. Proses ini disebut “
110
Fluidisasi partikulat” yang bercirikan ekspansi hamparan yang cukup
besar tetapi seragam pada kecepatan yang tinggi.
Ketika fluida cairan seperti air dan padatannya berupa kaca,
gerakan partikel pada saat terfluidisasi terjadi dalam ruanng sempit dalam
hamparanSeiring dengan bertambahnya kecepatan fluida dan penurunan
tekanan, maka hamparan akan terekspansi dan gerakan dan pergerakan
partikel semakin cepat. Jalan bebas rata-rata suatu partikel diantara
tubrukan-tubrukan dengan partikel akan bertambah besar dengan
meningkatnya kecepatan fluida, dan akibatnya porositas hamparan akan
meningkat pula. Ekspansi dari hamparan ini akan di ikuti dengan
meningkatnya kecepatan fluida samapi setiap partikel bertindak sebagai
suatu individu.
b. Fluidisasi Gelembung
Hamparan zat padat yang terfluidisasi di dalam udara biasanya
menunjukan fluidisai yang dikenal sebagia fluidisasi agregativ. Fluidisasi
ini terjadi jika kecepatan superficial gas diatas kecepatan fluidisasi
minimum. Bila kecepatan superficial gas diatas kecepatan jauh lebih
besar dari Umf kebanyakan gas itu mengalir melalui hamparan dalam
bentuk gelembung, dan hannya sebagian kecil gas itu mengalir dalm
saluran-saluran yang terbentuk diantara partikel. Partikel itu bergerak
tanpa aturan dan didukung oleh fluida tetapi diruang-ruang antara
gelembung fraksi kosong kira-kira sama dengan kondisi awal fluidisasi .
Gelembung yang terbentuk berperilaku hamper seperti gelembung udara
dalam air, atau gelembung uap dalam zat cair yang mendidih (hamparan
didih).
111
BAB III
MATERI DAN METODA PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Peralatan :
1. Kompresor udara/blower.
2. Orifice meter.
3. Manometer H 2O.
4. Kolom Fuidized Bed.
5. Berapa buah valve.
6. Timbangan.
7. Stop watch.
8. Gelas ukur.
Bahan-bahan :
1. Pasir kwarsa.
2. Pellet plastic.
B. Prosedur Kerja
a. Mengukur Porositas Bahan
1) Gelas ukur yang kosong ditimbang, dicatat sebagai m1
2) Salah satu gelas ukur diisi pasir kwarsa sebanyak 15 ml, dicatat sebagai v1
3) Aquadest sebanyak 15 ml diukur dan dicatat sebagai v2
4) Gelas ukur yang berisi pasir kwarsa ditimbang, dicatat sebagai m2
5) Aquadest sebanyak 15 ml dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi
pasir kwarsa, kemudian dicatat volumenya sebagai Vt
6) Porositas bahan dan Density bahan dihitung dari data yang didapat
b. Percobaan Fluidisasi
Penentuan Kecepatan Fluidisasi minimum (Umf)
1. Cock saklar dihubungkan ke sumber arus
2. Catu daya sumber arus di ON kan
3. Percobaan Fixed Bed dan Fluidized Bed dilakukan
112
a. Percobaan Fixed Bed
1. Blower dihidupkan dan ditunggu sampai udara keluar terasa
hangat
2. Katub 1 terbuka setengah, katub 2 pada posisi tertutup, katub 3
pada posisi terbuka dan katub 6 pada posisi terbuka
3. Tekanan Manometer U dibaca dan dicatat
4. Suhu pada Thermometer dibaca dan dicatat
5. Tinggi pasir kwarsa dicatat
b. Percobaan Fluidized Bed
1. Posisi katub 1 terbuka setengah, katub 3 pada posisi terbuka
dan katub 6 pada posisi terbuka
2. Laju alir udara diatur dengan membuka perlahan katub 2
sampai loncatan pasir kwarsa setinggi 25 cm
3. Tekanan Manometer pipa U dibaca dan dicatat
4. Suhu udara dicatat pada Thermometer
5. Percobaan diulangi untuk loncatan dengan tinggi masing-
masing 30, 35, dan 40 cm
113
C. Gambar Rangkaian Percobaan
114
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kerja Praktek
N T Manome Air L Note
O emp ter ∆P1 Volume (m3/s) (cm)
(oC) (mmHg)
1 3 1 2,383 x 10- 22 Fixed Bed
3
. 2
2 5 3 2,567 x 10- 28 Fluidized Bed
3
. 2
3 5 4 2,583 x 10- 30 Fluidized Bed
3
. 6
4 5 6 2,667 x 10- 32 Fluidized Bed
3
. 6
5 5 6 2,767 x 10- 36 Fluidized Bed
3
. 8
M1 : 123,4 gr
M2 : 137,7 gr
V1 : 10 ml ( Pasir kwarsa )
V2 : 10 ml ( Aquadest )
Vt : 18 ml
D1 : 56,30 mm
Dp : 0,39 mm
ℇo : 0,1
ρp : 1,7875 gr/ml
115
B. Pembahasan (data no 1 dan no 2)
1. Menghitung porositas bahan (Ɛ 0)
( v 1 + v 2) −v tot
Ɛ 0=
v 1+ v 2
(10+ 10 ) ml−18 ml
¿
(10+10 ) ml
= 0,1
2. Menghitung density bahan ρ p (gr/ml)
(M 2−M 1)
ρp=
(v tot −v 1 )
(137,7−123,4 ) gr
¿
( 18−10 ) ml
¿ 1,7875 gr /ml
3. Menghitung laju alir udara Vs (m/s)
Data 1 = Fixed Bed
π 3,14
A= D 2 = ( 0,0563 m )2
4 4
= 0,002488 m2
m3
0,00238
V s
Vs= =
A 0,00248 m2
¿ 0,9596m/sec
4. Menghitung Fixed bed ( saat aliran )
a. VLo= A . Lo
116
¿ 0,00248 m 2 x 0,22m
¿ 0,0005456 m3
b. V udara=Ɛ 0 .VLo
¿ 0,1 x 0,0005456 m3
¿ 0,00005456 m 3
c. V partikel=VLo−V udara
¿ 0,0065456 m3−0,00005456 m3
¿ 0,00049104 m 3
d. ΔP=150. ¿ ¿
Interpolasi vudara pada temperature 32 oC
x− x 1 y− y 1
=
x 2−x 1 y 2− y 1
32−0 y −17,10
=
50−0 19,54−17,10
32 y −17,10
=
50 2,44
78,08 = 50y - 855
kg
y=18,6616
m. s
kg
μ=18,6616
m.s
ΔP=150. ¿ ¿
¿ 150. ¿¿
` 1508115,694 kg/m2
117
( 6,7 x 10−5 −4,9 x 10−5 ) m3
¿
( 6,7 x 10−5 ) m3
= 0,268
1
c. Um F= . g.¿¿
150
kg
¿ 1,323 x 10−6
s2
d . ΔPf =L1 ( ρ p− ρudara ) (1−Ɛ mf )
kg
(
¿ 0,28 m (1787,5−0,173)
m3 2 )
(1−0,268)
kg
¿ 336,3305
m2
118
C. Grafik
Laju Alir ∆ P vs Air Volume
119
120
D. Tabulasi Data
N Temp Monometer Air volume L Note Ɛo ρp VLo Vudara Vparti ∆p
O kel
(0C) ΔP1 (m3/s) (cm) (gr/ml) (m3) (m3) (kg/
(m3) m2)
(mmHg)
1 32 1 2,383 x 10-3 22 Fixed 0,23 2,53 0,00032 0,00005 0,0000 1501
. Bed 8 2 476 8125,
694
2 52 3 2,567 x 10-3 28 Fluidized 0,23 2,53 - - - -
. Bed
3 56 4 2,583 x 10-3 30 Fluidized 0,23 2,53 - - - -
. Bed
4 56 6 2,667 x 10-3 32 Fluidized 0,23 2,53 - - - -
. Bed
5 58 6 2,767 x 10-3 36 Fluidized 0,23 2,53 - - - -
. Bed
121
VL ε mf Umf ∆Pf
M1 : 125,1 gr
(m3) (kg/s2) (kg/m2)
M2 : 123,4 gram
- - - -
V1 : 10 ml ( Pasir kwarsa )
V2 : 10 ml ( Aquadest )
6,7 x 10-3 0,268 81,323 x 336,3305
Vt : 18 ml
10-6
D1 : 56,30 mm
7,2 x 10-3 0,338 1,032 x 10-6 354,7645
Dp : 0,39 mm
: 0,1
2
7,68 x 10 0,380 1,5713 x 39,7645
10-6
ℇo
-3
8,928 x 10 0,4500 2,9382 x 353,7688
10-6
122
BAB V
KESIMPULAN
123
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta.
124
BAB I
PENDAHULUAN
E. Judul Percobaan :
Reaktor Tangki Berpengaduk
F. Tujuan Percobaan :
4. Mempelajari bagaimana metoda menentukan persamaan kecepatan
reaksi dengan data-data yang diukur pada Reaktor.
5. Mempelajari bagaimana menerapkan persamaan kecepatan reaksi dalam
industri.
6. Mempelajari pengetahuan dasar untuk merancang Reaktor Batch.
G. Latar Belakang
125
jumlah reaktan yang masuk kedalam reaktan harus sesuai dengan jumlah
produk yang dihasilkan (the flow rate in must equal to the mass flow rate
out).
126
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
127
Gambar Peralatan yang Digunakan.
Fungsi dari masing-masing alat yang diperlihatkan pada Gambar tersebut adalah
sebagai berikut :
128
gula aren 100 gram dalam air. Campuran kemudian didiamkan sampai suhu
kamar. Kemudian ditambahkan sebanyak 40 mL Effective Microorganisms ke
dalam campuran. Campuran tersebut ditutup rapat dan disimpan dalam ruang
sejuk dan gelap selama 72 jam.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini yaitu mula mula campuran bakteri
sebanyak 2 liter dimasukkan kedalam tangki. Kemudian ditambahkan sebanyak 2
liter campuran limbah dan air dengan perbandingan 1:4 ke dalam tangki dan
dihidupkan pengaduk dengan kecepatan putaran sebesar 10 rpm pada tangki
pertama dan 20 rpm pada tangki kedua. HRT awal dimulai dengan HRT 40 hari.
Prosedur diulang hingga mencapai target HRT yaitu HRT 10 hari.
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Semakin tinggi kecepatan putaran pengaduk yang digunakan, maka nilai
VSS yang diperoleh cenderung menurun.
2. Nilai VSS baik tanpa maupun dengan menggunakan EM4 cenderung
menurun seiring bertambahnya hari.
3. Nilai VSS yang diperoleh dengan penggunaan EM4 cenderung lebih
rendah daripada tanpa menggunakan EM4.
129
bersamaan mengeluarkan sejumlah produk dari reaktor. Pengaduk dalam tangki
berpengaduk dirancang sedemikian rupa sehingga campuran reaktan akan teraduk
dengan sempurna dan reaksi berlangsung seoptimal mungkin. Hal ini sangat
penting karena ketika beroperasi dalam kondisi steady state, jumlah reaktan yang
masuk kedalam reaktan harus sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan (the
flow rate in must equal to the mass flow rate out).
Tangki Berpengaduk yang dilengkapi dengan pengaduk sistem gas
inducing juga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif peralatan absorbsi,
menjadikan peralatan ini sangat efektif, praktis, dan efisien untuk digunakan di
bidang industri. Selain itu, biaya perawatan dan operasionalnya pun relatif hemat.
Industri yang ingin lebih menghemat biaya, bisa mengoperasikan Tangki
Berpengaduk berukuran lebih kecil yang disusun secara seri, daripada
menggunakan tangki/reaktor tunggal yang besar. Cara ini telah terbukti dapat
memangkas biaya secara signifikan, karena reaktor yang pertama akan memiliki
komposisi produk yang lebih besar ketimbang reaktor di depannya sehingga
tingkat reaksi (reaction rate) bisa lebih dimaksimalkan.
RATB dikenal juga sebagai RTIK (Reaktor Tangki Ideal Kontinu). Di
RATB, satu atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana berpengaduk dan
bersamaan dengan itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan dari reaktor.
Pengaduk dirancang sehingga campuran teraduk dengan sempurna dan diharapkan
reaksi berlangsung secara optimal. Waktu tinggal dapat diketahui dengan
membagi volum reaktor dengan kecepatan volumetrik cairan yang masuk reaktor.
Dengan perhitungan kinetika reaksi, konversi suatu reaktor dapat diketahui.
Beberapa hal penting mengenai RATB:
130
Dengan asumsi ini, komposisi keluar reaktor selalu sama dengan bahan di
dalam reaktor.
Seringkali, untuk menghemat digunakan banyak reaktor yang disusun
secara seri daripada menggunakan reaktor tunggal yang besar. Sehingga
reaktor yang di belakang akan memiliki komposisi produk yang lebih
besar dibanding di depannya.
Dapat dilihat, bahwa dengan jumlah RATB kecil yang tak terbatas model
perhitungan akan menyerupai perhitungan untuk RAP.
Contoh kasus rekator kontinyu ada reaksi antara KOH dan propil asetat
yang direaksikan dalam suatu rekator kontinyu. Reaksi ini dibiarkan selama
selang waktu tertentu. Lalu ambillah beberap ml volume larutan campuran
tersebut. Larutan kemudian dititrasi dengan Asam sulfat. Untuk mengetahui
konsentrasi basa sisa (yaitu konsentrasi basa yang tidak bereaksi dengan propil
asetat), yaitu menggunakan perhitungan matematis. Perhitungan ini sering dikenal
dengan nama Runge kutta. Karean dihitung secara matematis/teori, maka
konsentrasi ini dianggap pada kondisi ideal. Dimana kondisi pada semua bagian
reaktor(semua titik ) berada pada keadaan homogen. Kondisi ideal tidak akan
berubah dari waktu ke waktu, pada suhu dan tekanan tertentu. Sehingga bisa
dijadikan acuan.
Contoh kasus yang lain adalah tahap pelaksanaan percobaan :
1. Pengambilan sampel air baku yang diambil dari air permukaan selokan
mataram, Yogyakarta
2. Air baku dari bak penampung dialirkan kedalam kolom bak secara
gravitasi dengan kecepatan konstan.
3. Air dibiarkan mengalir terus–menerus dengan arah aliran dari atas ke
bawah.
4. Effluent hasil penyaringan diambil, kemudian diukur kadar warna dan
TDS.
131
RAP dikenal juga sebagai RAS (Reaktor aliran Sumbat). Dalam RAP, satu
atau reaktan dipompa ke dalam suatu pipa. Biasanya reaksi yang menggunakan
RAP adalah reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa sehingga
semakin panjang pipa konversi akan semakin tinggi. Namun tidak semudah ini
menaikkan konversi, dalam RAP konversi terjadi secara gradien, pada awalnya
kecepatan reaksi berlangsung secara cepat namun setelah panjang pipa tertentu
jumlah reaktan akan berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih lambat dan
akan makin lambat seiring panjangnya pipa. Artinya, untuk mencapai konversi
100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.
Reaktor Semi-Batch
Reaktor jenis berlangsung secara batch dan kontinyu secara bersamaan.
Contoh paling sederhana misalnya tangki fermentor, ragi dimasukkan sekali ke
dalam tangki (secara batch) namun CO2 yang dihasilkannya dikeluarkan secara
kontinyu. Contoh lainnya adalah klorinasi, suatu reaksi cair-gas, gas
digelembungkan secara kontinyu dari dasar tangki agar bereaksi dengan cairan di
tangki yang diam (batch).
Macam - macam reaktor
Dalam teknik kimia, Reaktor kimia adalah suatu bejana tempat
berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak
132
variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia
harus mengutamakan efisiensi kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil produk
dibandingkan masukan (input) yang besar dengan biaya yang minimum.
Etanol atau ethyl alcohol (C2H5OH) termasuk kelompok hydroksil yang
memberikan polaritas pada molekul dan mengakibatkan meningkatnya ikatan
hidrogen intermolekuler. Etanol ini merupakan cairan yang mudah menguap,
mudah terbakar, jernih, dan tidak berwarna. Etanol memiliki massa jenis 0.7893
g/mL. Titik didih etanol pada tekanan atmosfir adalah 78.32 °C. Indeks bias dan
viskositas pada temperatur 20 °C adalah 1,36143 dan 1,17 cP (Kirk dan Othmer,
1965). Etanol digunakan pada berbagai produk meliputi campuran bahan bakar,
produk minuman, penambah rasa, industri farmasi, dan bahan-bahan kimia.
Dalam proses pembuatannya, etanol dapat diproduksi dengan 2 cara, yaitu
secara sintetik melalui reaksi kimia dan fermentasi. Proses fermentasi etanol dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara curah (batch) dan sinambung (continue).
Kedua metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan.
Proses pembuatan etanol dari fermentasi glukosa ini dilakukan secara
sinambung dalam Bioreaktor tangki berpengaduk. Mikroorganisme (ragi) yang
digunakan adalah Schizosaccharomyces pombe yang ditambatkan (immobilized
cell).
Bahan penambat yang digunakan dalam proses ini adalah batu apung
dengan menggunakan metode adsorpsi. Alasan pemilihan batu apung sebagai
media penambat yang digunakan dalam teknik penambatan sel ini, karena
porositas yang dimiliki batu apung yang cukup besar sehingga diharapkan
mudahnya mengadsorpsi ragi. Ukuran batu apung 30/40 mesh
Sedangkan variabel yang berubah pada penelitian ini adalah:
- Jenis pengaduk (impeller), Paddle, Turbine, Propeller
- Kecepatan pengaduk: 100, 150 rpm
Peralatan Proses
133
1. Bioreaktor tangki berpengaduk
2. Termometer
3. Motor Pengaduk
4. Leher angsa
5. Baffle
6. Pengaduk
7. Screen support
8. Tangki produk
9. Water bath
10. Thermostat
11. Pompa
13. Lubang
134
14. valve
BAB II
C. Materi :
Alat :
Bahan :
- As fleksibel
- Metyl Asetat(CHCOOCH3)
- HCL (cair) 0,5 N
- Ba(OH) (cair) 0,1 N
135
D. Metode / Prosedur kerja :
a. Prosedur Pembuatan Larutan HCl 0,4 N dalam Labu Ukur 250 mL
1. Alat dan bahan dipersiapkan
2. Larutan HCl 0,4 N dituang kedalam beaker glass, lalu dipipet
sebanyak 8,2 mL
3. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL
4. Aquadest ditambahkan kedalam labu ukur 250 mL sampai tanda
batas
5. Larutan dihomogenkan
b. Prosedur Pembuatan Larutan Ba(OH)2 dalam 1 Liter
1. Serbuk Ba(OH)2 ditimbang sebanyak 15,75 g menggunakan kaca
arloji pada neraca analitik
2. Serbuk Ba(OH)2 yang sudah ditimbang dilarutkan dalam labu ukur
1000 mL dengan menggunakan Aquadest sampai tanda batas
3. Larutan dihomogenkan, setelah homogen larutan Ba(OH)2
dimasukkan kedalam buret 50 mL sebagai larutan peniter
c. Prosedur Percobaan
1. LarutannHCl 0,4 N sebanyak 250 mL dituang kedalam reaktor
2. Reaktor dimasukkan kedalam waterbath dimana suhu air
dipertahankan 30o C
3. Bila suhu larutan HCl sudah sama dengan suhu waterbath. 25 ml
etil asetat dimasukkan kedalam reaktor dan segera diaduk
4. Aquadest dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 50 ml lalu
dituangkan kedalam beaker glass
136
5. Setelah sampel homogen, sampel dari reaktor sebanyak 5 ml dan
dicampur dalam beakerglass berisi Aquadest 50 ml lalu diaduk
sampai larutan homogen
6. Larutan yang berada didalam beakerglass ditambah 10 ml,
dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditambahkan 3 tetes
indikator PP
7. Larutan sampel dititrasi dengan larutan Ba(OH)2 sampai mencapai
warna titik akhir titrasi berwarna lembayung. Volume Ba(OH) 2
yang terpakai diamati dan dicatat dilembar pengamatan
E. Gambar Percobaan
1. Pendingin leibigh 2. Reactor
137
Gambar rangkaian
138
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Etil Asetat = 25 ml
Volume aquadest = 50 ml
Titrasi
Sampel Time Reac Ba (OH)2 Consumption (ml)
1 2 3 ∆V
No (menit) Temp
(oC)
1 0 30 4,0 4,0 4,1 4,03
2 5 30 4,0 4,1 4,0 4,03
3 10 30 4,1 4,1 4,0 4,07
4 15 30 4,1 4,2 4,3 4,2
5 20 30 4,5 4,1 4,3 4,3
6 25 30 4,4 4,3 4,2 4,3
7 30 30 4,3 4,2 4,4 4,3
8 35 30 4,4 4,5 4,4 4,43
Konsentrasi HCl = 0,4 N
HCl yang dipipet = 8,2 ml
Kons Ba(OH)2 = 0,1 N
V. Etil asetat = 25 ml
139
Berat Ba(OH)2 = 15,75 g
Volume HCl = 250 ml
BAB V
440,3
=
36,5
= 12,06 N
V1 . N1 = V2. N2
V1 = 8,29 ml
140
Jadi Volume HCl 0,4 N dipipet sebanyak 8,2 ml
2. Menghitung gr Ba(OH)2
BM Ba ( OH ) 2
BE Ba(OH)2 = gr = N x BE x V
VALENSI
315 g /mol
= = 0,1 Ek/L x 157,5 gr/Ek x
2 Ek /mol
1L
Menit ke 0
V1.N1 = V2.N2
5
10 ml . 5 /55 N1 = 4,03 ml . 0,1 N
55
N1 = 0,403 N/0,9090
N1 = 0,4433 N
Menit ke 5
V1 . N1 = V2.N2
10 ml . 5/55 N1 = 4,03 ml . 0,1 N
N1 = 0,403 N/0,9090
N1 = 0,4433 N
Menit ke 10
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 5/55 N1 = 4,07 ml . 0,1 N
141
N1 = 0,407 N/0,9090
N1 = 0,4477 N
Menit ke 15
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 5/55 N1 = 4,2 ml . 0,1 N
N1 = 0,42 N/0,9090
N1 = 0,4620 N
Menit ke 20
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 5/55 N1 = 4,3 ml . 0,1 N
N1 = 0,43 N/0,9090
N1 = 0,4730 N
Menit ke 25
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 5/55 N1 = 4,3ml . 0,1 N
N1 = 0,43 N/0,9090
N1 = 0,4730 N
Menit ke 30
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 5/55 N1 = 4,3ml . 0,1 N
N1 = 0,43 N/0,9090
N1 = 0,4730 N
Menit ke – 35
V1 . N1 = V2 . N2
10 ml . 5/55 N1 = 4,43 ml . 0,1 N
N1 = 0,443 N/0,9090
N1 = 0,4873 N
142
= 0N
143
5. Mencari konsentrasi etil Asetat dalam 25 ml
Dik ; BJ = 0,897 g/ml BM = (4.Ar C + 2.Ar O + 8.Ar H)
= (4 . 12 + 2 . 16 + 8 . 1)
= (48 + 32 + 8)
= 88 g/mol
V etil Asetat = 25 ml
N = BJ x V / BM
N = 0,897 gr/ml x 25 ml / 88 g/Ek
N = 0,2548 N
144
Ca = NEA menit 0 – menit 20
= (0,9265 – 0,0297) g. mol/L
= 0,8968 g. mol/L
Menit ke 25
Ca = NEA menit 0 – menit 25
= (0,9265 – 0,0297) g. mol/L
= 0,8968 g. mol/L
Menit ke - 30
Ca = NEA menit 0 – menit 30
= (0,9265 – 0,0297) g. mol/L
= 0,8968 g. mol/L
Menit ke - 35
Ca = NEA menit 0 – menit 35
= (0,9265 – 0,044) g. mol/L
= 0,8825 g. mol/L
N ea menit ke 10 60 menit
Menit ke 10 = x
Waktu 1 Jam
0,0044 N 60 menit
= x
5 menit 1 Jam
= 0,0528 N/ Jam
145
N ea menit ke 15 60 menit
Menit ke 15 = x
Waktu 1 Jam
0,0187 N 60 menit
= x
5 menit 1 Jam
= 0,2244 N/ Jam
N ea menit ke 20 60 menit
Menit ke 20 = x
Waktu 1 Jam
0,0297 N 60 menit
= x
5 menit 1 Jam
= 0,3564 N/ Jam
N ea menit ke 20 60 menit
Menit ke - 25 = x
Waktu 1 Jam
0,0297 N 60 menit
= x
5 menit 1 Jam
= 0,3564 N/ Jam
N ea menit ke 20 60 menit
Menit ke - 30 = x
Waktu 1 Jam
0,0297 N 60 menit
= x
5 menit 1 Jam
= 0,3564 N/ Jam
N ea menit ke 20 60 menit
Menit ke - 35 = x
Waktu 1 Jam
0,044 N 60 menit
= x
5 menit 1 Jam
= 0,528 N/ Jam
146
r menit 0
K=
Camenit 0
0,0000 N /Jam
=
0,9265 g . mol / L
= 0 Jam
Menit ke 5
r menit 5
K=
Camenit 5
0,0000 N /Jam
=
0,9265 g . mol / L
= 0 Jam
Menit ke 10
r menit 10
K=
Camenit 10
0,0528 N /Jam
=
0,9221 g . mol /L
= 0,0572 Jam
Menit ke 15
r menit 15
K=
Camenit 15
0,2244 N / Jam
=
0,9078 g . mol /L
= 0,2474 Jam
Menit ke 20
r menit 20
K=
Camenit 20
0,3564 N / Jam
=
0,8968 g . mol /L
= 0,3974 Jam
147
Menit ke 25
r menit 25
K=
Camenit 25
0,3564 N / Jam
=
0,8968 g . mol /L
= 0,3974 Jam
Menit ke 30
r menit 30
K=
Camenit 30
0,3564 N / Jam
=
0,8968 g . mol /L
= 0,3974 Jam
Menit ke 35
r menit 35
K=
Camenit 35
0,528 N /Jam
=
0,8825 g . mol / L
= 0,5983Jam
Camenit 5+ Camenit 10
Menit ke 10 =
2
0,9265+0,9221
=( ) g. mol/L
2
= 0,9243 g. mol/L
148
Camenit 10+ Camenit 15
Menit ke 15 =
2
0,9221+ 0,9078
=( ) g. mol/L
2
= 0,91495 g. mol/L
149
B. Grafik
150
151
152
C. TABULASI DATA
NO Waktu Temp Titration Ba(OH)2 Cont Cont K.Reaksi Cont Konstanta Average
(menit) (o C) Total As.asetat etil asetat etil asetat (Jam) Cont.
(N) (N) (N/ Jam) (g mol/ J) Reaktor
(g.mol/l)
1 2 3 ΔV
V. Etil asetat = 25 ml
BAB VI
153
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
154
Kurniawan, Rony, dkk. 2011. Pengaruh Jenis dan Kecepatan Pengaduk pada
Fermentasi Etanol Secara Sinambung dalam Bioreaktor Tangki
Berpengaduk Sel Tertambat. Bandung: Fakultas Teknologi
Industri Itenas
155