Anda di halaman 1dari 28

Pengeringan Zat Padat#1

Pertemuan ke-1
Mata Kuliah: Operasi Teknik Kimia III Dosen Pengampu:
Program Studi D-III Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia Nurfatihayati, S.T., M.T
Fakultas Teknik Universitas Riau
Capaian Pembelajaran

Mahasiswa memahami:
 Pengertian, tujuan, cara pengeringan
 Prinsip dasar pengeringan
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan
 Klasifikasi pengering
 Cara penanganan zat padat dalam pengering adiabatik dan
nonadiabatik
 Komponen-komponen yang mempengaruhi pengeringan
 Pola suhu dalam pengering batch dan continue
 Kadar air dalam bahan
 Kelembaban (humidity)
Apa itu pengeringan (drying)?
Pengertian dan Tujuan Pengeringan Zat Padat

Pengeringan zat padat:


Pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai
yang dapat diterima.

Pengeringan biasanya merupakan alat terakhir dari sederetan operasi, dan


hasil pengeringan biasanya siap untuk dikemas.

Tujuan pengeringan antara lain:


 Agar produk dapat disimpan lebih lama
 Mempertahankan daya fisiologi bahan
 Mendapatkan kualitas yang lebih baik
 Volume bahan menjadi lebih kecil
 Menghemat biaya pengangkutan dan biaya produksi
Cara Pengeringan Zat Padat
Pengeringan alami
Pengeringan buatan
Mengeringkan suatu bahan dari kondisi segar menuju
 Dilakukan dengan menggunakan
kadar kering dengan bergantung pada gaya-gaya alam di
pemanasan dari hasil pembakaran.
dalam proses pengeringan, seperti energi matahari, awan,
 Media udara dihembuskan melalui
hujan dan angin
pemanas atau kontak langsung ke
produk yang dikeringkan.
 Pemanasan udara dapat dilakukan
secara langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect)

Bentuk-bentuk zat padat yang akan dikeringkan:


 Serpih (flake)
 Bijian (granule)
 Kristal (crystal)
 Serbuk (powder)
 Lempeng (slab)
 Lembaran sinambung (sheet)
Prinsip Dasar Pengeringan Zat Padat

Proses pemindahan dari media


pemanas ke bahan yang
dikeringkan melalui 2 tahapan
proses selama pengeringan, yaitu:
a. Proses perpindahan panas
terjadinya penguapan air dari
bahan yang dikeringkan
b. Proses perubahan air yang
terkandung dalam media yang
dikeringkan menguapkan air
Prinsip pengeringan biasanya melibatkan 2 kejadian:
menjadi gas
1. Panas harus diberikan pada bahan
2. Air harus dikeluarkan dari bahan

Kedua fenomena ini menyangkut perpindahan panas ke


dalam dan perpindahan massa keluar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan

1. Luas permukaan
Mekanisme proses pengecilan ukuran bahan 2. Perbedaan suhu sekitar
yang akan dikeringkan (diiris, dipotong atau  Umumnya semakin besar perbedaan suhu
digiling) dapat mempercepat proses antara medium pemanas dengan bahan,
pengeringan: semakin cepat pindah panas ke bahan dan
a. Pengecilan ukuran memperluas permukaan semakin cepat pula penguapan air dari
bahan bahan
b. Luas permukaan yang tinggi juga  Semakin tinggi suhu udara, semakin
menyebabkan air lebih mudah berdifusi banyak uap air yang dapat ditampung oleh
atau menguap dari bahan sehingga udara tersebut sebelum terjadi kejenuhan
kecepatan penguapan air lebih cepat dan
bahan menjadi lebih cepat kering
c. Ukuran yang kecil menyebabkan 3. Kecepatan aliran udara
penurunan jarak yang harus ditempuh oleh Semakin cepat pergerakan atau sirkulasi udara,
panas  panas bergerak menuju pusat proses pengeringan akan semakin cepat
bahan yang dikeringkan. Jarak pergerakan
air dari pusat bahan ke permukaan bahan
menjadi lebih pendek
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan (lanjutan)

4. Kelembaban udara
 Jika udara di sekitar bahan pengering 5. Lama pengeringan
tersebut mengandung uap air tinggi atau  Lama pengeringan menentukan lama
lembab, maka kecepatan penyerapan kontak bahan dengan panas
uap air oleh bahan tersebut akan  Pengeringan dengan suhu yang tinggi dan
semakin cepat waktu yang pendek dapat lebih menekan
 Proses penyerapan akan terhenti sampai kerusakan bahan dibandingkan dengan
kesetimbangan kelembaban nisbi bahan waktu pengeringan yang lama dan suhu
tersebut tercapai lebih rendah
 Kesetimbangan kelembaban nisbi bahan
adalah kelembaban pada suhu tertentu
dimana tidak terjadi penguapan air dari
bahan ke udara dan tidak terjadi
penyerapan air dari udara oleh bahan
Klasifikasi Pengering

Pengering adiabatik (adiabatic dryer) atau pengering langsung


(direct dryer)
Pengering-pengering dimana zat padat bersentuhan langsung dengan gas
panas (biasanya udara)

Pengering non-adiabatik (non-adiabatic dryer) atau pengering


tak langsung (indirect dryer)
Pengering-pengering dimana kalor berpindah ke zat padat dari suatu
medium luar, contoh: uap yang kondensasi, biasanya melalui permukaan
logam yang bersentuhan dengan zat padat itu
Cara Penanganan Zat Padat dalam Pengering Adiabatik

2. Pengeringan sirkulasi tembus


1. Pengeringan dengan sirkulasi silang
(through-circulation drying)
(cross-circulation drying)  Gas ditiupkan melalui hamparan zat
Gas ditiupkan melintas permukaan hamparan padat butiran kasar yang ditempatkan
atau lembaran zat padat atau melintas satu di atas ayak pendukung
atau kedua sisi lembaran atau film sinambung  Kecepatan gas harus rendah untuk
mencegah terjadinya pembawaikutan
terhadap partikel zat padat
Cara Penanganan Zat Padat dalam Pengering Adiabatik (lanjutan)

3. Zat padat disiramkan 4. Gas dialirkan melalui 5. Zat padat


ke bawah melalui suatu zat padat dengan seluruhnya dibawa
arus yang bergerak kecepatan yang cukup ikut dengan arus gas
perlahan-lahan ke atas, untuk memfluidisasikan kecepatan tinggi dan
kadang-kadang dalam hal hamparan dan terjadi diangkat secara
ini terdapat pembawaikutan pembawaikutan partikel- pnematik dari peranti
yang tidak dikehendaki dari partikel yang halus pencampuran ke
partikel halus oleh gas pemisah mekanik
Cara Penanganan Zat Padat dalam Pengering Non-adiabatik

Satu-satunya gas yang harus dikeluarkan ialah uap air atau uap zat pelarut, walaupun
kadang-kadang sejumlah kecil “gas penyapu” (biasanya udara atau nitrogen) dilewatkan
melalui unit itu.

1. Zat padat dihamparkan 2. Zat padat bergerak di 3. Zat padat penggelincir


di atas suatu permukaan atas permukaan panas dengan gaya gravitasi di
horizontal yang stasioner yang biasanya atas permukaan panas yang
atau bergerak lambat dan berbentuk silinder, miring atau dibawa naik
“dimasak” hingga kering. dengan bantuan bersama permukaan itu
Pemanasan permukaan pengaduk atau konveyor selama suatu waktu tertentu
dapat dilakukan dengan sekrup (screw conveyor) dan kemudian diluncurkan
listrik atau dengan fluida atau konveyor dayung lagi ke suatu lokasi baru,
perpindahan kalor (uap (paddle conveyor) contoh: pengering putar
atau air panas)
Komponen yang Mempengaruhi Pengeringan

 Kecepatan aliran udara


Udara pengering  Temperatur
 Kelembaban udara

 Ukuran bahan
Sifat bahan  Kadar air bahan
 Tekanan parsial uap air dalam bahan
Metode Umum Pengeringan

Pengeringan Batch: pengeringan dimana bahan yang dikeringkan dimasukkan ke dalam


alat pengering dan didiamkan selama waktu yang ditentukan

Pengeringan Continue: pengeringan dimana bahan basah masuk secara sinambung


dan bahan kering keluar secara sinambung dari alat pengering

Pengeringan Kontak Langsung; menggunakan udara panas sebagai medium pengering


pada tekanan atmosferik. Pada proses ini uap yang terbentuk terbawa oleh udara

Pengeringan Vakum; menggunakan logam sebagai medium pengontak panas atau


menggunakan efek radiasi. Pada proses ini penguapan air berlangsung lebih cepat pada
tekanan rendah

Pengeringan beku (freeze drying); pengeringan yang melibatkan proses sublimasi air
dari material yang dibekukan dengan tekanan yang sangat rendah dan dihasilkan
kualitas produk dari pengeringan yang tinggi
Pola Suhu di dalam Pengering Batch

 Dalam pengering batch yang menggunakan medium


pemanas dengan suhu tetap, suhu zat padat yang
basah itu meningkat dengan cepat dari nilai awal Tsa
menjadi suhu penguapan Tv.
 Pada pengering nonadiabatik yang tidak menggunakan
gas penyapu, Tv sama dengan titik didih zat cair pada
tekanan yang terdapat dalam pengering.
 Pada pengering adiabatik yang menggunakan gas
penyapu, Tv mendekati suhu cembul-basah gas (sama
dengan suhu jenuh adiabatik jika gasnya adalah udara
dan zat cair yang diuapkan adalah air).
 Penguapan berlangsung pada Tv selama beberapa
waktu, artinya Sebagian besar zat cair itu diuapkan
pada suhu jauh di bawah suhu medium pemanas.
 Menjelang tahap akhir pemanasan, suhu zat padat
naik sampai Tsb yang bisa lebih tinggi sedikit atau
bahkan jauh lebih tinggi dari Tv.
Pola Suhu di dalam Pengering Continue

 Setiap partikel atau elemen zat padat mengalami suatu


siklus yang sama dengan pola suhu pengering batch,
selama dalam perjalanannya dari masuk pengering
sampai keluar.
 Zat padat mengalami pemanasan cepat dari suhu Tsa
ke Tv. Tv juga konstan karena suhu cembul-basah tidak
berubah.
 Gas panas masuk pengering pada suhu Tha, biasanya
dengan kelembaban rendah. Kelembaban meningkat
dengan teratur karena makin banyaknya zat cair yang
menguap ke dalam gas.
Keseimbangan Fase

 Bila suatu zat padat basah dikontakkan


dengan udara yang kelembabannya (humidity)
lebih rendah dari kandungan kebasahan
(moisture) zat padat, zat padat itu akan
melepaskan sebagian dari kebasahannya dan
mongering sampai seimbang dengan udara.
 Bila udara itu lebih lembab dari zat padat
yang berada dalam keseimbangan dengan
udara itu, zat padat akan menyerap
kebasahan dari udara, sehingga tercapailah
keseimbangan.
 Perhitungan-perhitungan pengeringan selalu
dinyatakan dalam massa air per satuan massa
zat padat kering tulang (bone-dry solid).

Kurva keseimbangan-kebasahan pada suhu 25 oC


Kebasahan-Keseimbangan dan Kebasahan-Bebas

Udara yang memasuki pengering jarang sekali berada dalam keadaan benar-benar
kering, tetapi selalu mengandung kebasahan dan mempunyai kelembaban relatif
tertentu.

Kebasahan keseimbangan (equilibrium moisture): bagian air yang terdapat di dalam


zat padat yang basah yang tidak dapat dikeluarkan oleh udara masuk karena udara
masuk ini mengandung kelembaban juga.

Air bebas: selisih antara kandungan air total dalam zat padat dan kandungan air
keseimbangan
X = XT – X*
dimana:
X = kandungan kebasahan bebas (free moisture)
XT = kandungan kebasahan total
X* = kandungan kebasahan keseimbangan
Air Terikat dan Air Tak Terikat

Udara yang memasuki pengering jarang sekali berada dalam keadaan benar-benar
kering, tetapi selalu mengandung kebasahan dan mempunyai kelembaban relatif
tertentu.

Kebasahan keseimbangan (equilibrium moisture): bagian air yang terdapat di dalam


zat padat yang basah yang tidak dapat dikeluarkan oleh udara masuk karena udara
masuk ini mengandung kelembaban juga.

Air bebas: selisih antara kandungan air total dalam zat padat dan kandungan air
keseimbangan
X = XT – X*
dimana:
X = kandungan kebasahan bebas (free moisture)
XT = kandungan kebasahan total
X* = kandungan kebasahan keseimbangan
Kadar Air dalam Bahan

Jika suatu padatan basah dikontakkan dengan arus udara pada kelembaban tertentu
dan jumlah yang cukup, maka pada suatu saat (waktu yang cukup lama), kadar air di
dalam bahan akan mencapai kadar tertentu dan konstan.

Kadar air di atas kadar kesetimbangannya disebut kadar air bebas yang relatif mudah
dihilangkan dengan proses pengeringan.

Pada proses pengeringan kadar air dalam bahan padat (X) biasanya dinyatakan dalam
satuan kg air/kg padatan kering (dry basis).

Air terikat pada suatu bahan padat relatif lebih sulit untuk dipisahkan dari bahan
padat.
Perhitungan Kadar Air

Kadar air basis basah Kadar air basis kering Hubungan kadar air basis
Kadar suatu bahan biasanya Bobot air yang diuapkan basah dan basis kering:
dinyatakan dalam persentase dibagi bobot bahan setelah
Kbb =
bobot terhadap bahan basah pengeringan
Contoh: dalam gram air untuk Jumlah air yang diuapkan
setiap 100 gram bahan disebut adalah bobot bahan sebelum Kbk =
kadar air berat basah atau basis pengeringan dikurangi bobot
basah (bb) bahan setelah pengeringan
Persentase susut
Persentase jumlah air yang
Kbb = x 100% Kbk = x 100% diuapkan karena proses
pengeringan
dimana: dimana:
Kbb = kadar air basis basah (%) Kbk = kadar air basis kering (%) % susut = 100 - x 100%
Ba = bobot air dalam bahan (g) Ba = bobot air dalam bahan (g)
Bk = bobot bahan kering mutlak Bk = bobot bahan kering dimana:
(g) mutlak (g) Ka1 = kadar air awal (%)
Ka2 = kadar air akhir (%)
Contoh Soal Perhitungan Kadar Air

Soal 1:
Dari 100 kg gabah yang dikeringkan diperoleh data bobot air 20 kg dan bobot bahan
kering 80 kg.
Berapa kadar air basis basah dan basis keringnya?

Diketahui: Penyelesaian:

Berat air (Ba) = 20 kg Kadar air basis basah:


Berat kering (Bk) = 80 kg Ka = x 100% = 20%

Kadar air basis kering:


Ka = x 100% = 25%
Contoh Soal Perhitungan Kadar Air

Soal 2:
50 kg bahan pangan mempunyai kadar air 35% (basis kering). Berapakah kadar
airnya bila dinyatakan dalam basis basah (bb) dan berapa banyak massa air yang
terkandung dalam bahan pangan tersebut?

Penyelesaian:
Massa air dalam bahan pangan:
Basis basah (bb) bahan:
, Ka =
Kbb = = ,
= 0,2592 atau 25,92% bb

Ba = Ka x Btotal

Ba = 0,2592 x 50 kg = 12,96 kg
Contoh Soal Perhitungan Kadar Air
Soal 3:
Sebanyak 1 ton kayu dengan kadar air Berat bahan kering
awal 25% (bb) dikeringkan sampai kadar = berat bahan awal – berat air awal
air 14% (bb). Hitung jumlah air yang = 1000 kg – 250 kg = 750 kg
diuapkan dan bobot keringnya!
Ka2 = x 100%
Diketahui:
Berat bahan awal = 1 ton = 1000 kg
Kadar air awal (Ka1) = 25% 14% =  Ba = 122 kg
Kadar air akhir (Ka2) = 14%
Berat bahan akhir = Bk + Ba
= 750 kg + 122 kg
Penyelesaian:
= 872 kg
Berat air awal = Ka1 x berat bahan awal
= 25% x 1000 kg = 250 kg
Jumlah air yang diuapkan
= 1000 kg – 872 kg = 128 kg
Kelembaban (Humidity)

Kelembaban H (specific humidity) suatu campuran uap udara-air adalah kg uap air
dalam 1 kg udara kering.

Kelembaban hanya tergantung pada tekanan parsial (pA) uap air dalam udara dan
tekanan total P (asumsi P = 101,325 kPA, 1,0 atm abs atau 760 mmHg), BM air (A) =
18,02 dan udara = 28,97

𝟏𝟖,𝟎𝟐 𝐩𝐀
Kelembaban H  H = 𝟐𝟖,𝟗𝟕 𝐏 𝐩𝐀

Udara jenuh adalah udara dimana uap air dalam keseimbangan dengan cairan air pada
kondisi suhu dan tekanan yang diberikan

𝟏𝟖,𝟎𝟐 𝐩𝐀𝐬
Kelembaban jenuh (saturation humidity) Hs  Hs =
𝟐𝟖,𝟗𝟕 𝐏 𝐩𝐀𝐬
Kelembaban (Humidity)

Persentase kelembaban (HP) adalah 100 dikali dengan kelembaban H udara aktual
dibagi dengan kelembaban jenuh (saturation humidity) Hs
𝐇
HP = 100 𝐇𝐬

Persentase kelembaban relatif (HR)


𝐩𝐀
HR = 100 𝐩𝐀𝐬
Contoh Soal Perhitungan Kelembaban
Penyelesaian:
Soal: Dari tabel uap pada 26,7 OC, tekanan uap air adalah pAs = 3,50 kPa (0,507
Udara dalam suatu ruangan psia), pA = 2,76 kPa dan P = 101,3 kPa (14,7 psia)
pada suhu 26,7 oC (80 oF) dan
tekanan 101,325 kPa dan a. Kelembaban H
, , ,
mengandung uap air dengan H= , = , , ,
= 0,01742 kg H2O/kg udara
tekanan parsial pA = 2,76 kPa.
Hitunglah: b. Kelembaban jenuh Hs
a. Kelembabab, H Hs = ,
, , ,
= 0,02226 kg H2O/kg udara
b. Kelembaban jenuh, Hs dan , , ,

pensentase kelembaban, HP
c. Persentase kelembaban Persentase kelembaban HP
,
relatif, HR HP = 100 ,
= 78,3%

c. Persentase kelembaban relatif HR


,
HR = 100 = 100 = 78,9%
,
Contoh Soal Perhitungan Kelembaban

Tekanan uap pada suhu 26,7 oC dapat


diperoleh dengan cara interpolasi.

,
pAs = 3,169 + (3,567 – 3,169)

pAs = 3,50

Anda mungkin juga menyukai