Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA INSTRUMEN

KONDUKTOMETER

Dosen Pengampu :
Dra. Silvia Reni Yenti, M.Si

Disusun oleh :
Kelompok V
Agung Trisno (2007026479)
Eka Selphia Riyanti (2007026454)
Sri Rahayu Sinaga (2007036672)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam –


macam titrasi. Didalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari
titrasi – titrasi yang lainya, yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana
cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Titik ekivalen dapat kita
ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah
konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen dan titrasi ini juga tidak perlu
menggunakan indikator (Khopkar, 2003).

1.1.1 Konduktometri

Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi


bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti
reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah
penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang
berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi
larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya
tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi (Khopkar, 2003).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis
dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari
tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm – 1
(Khopkar, 2003).
Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda,
maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda
(A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda.
1.1.2 Konduktivitas (Hantaran)

Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya


bergantung pada ion - ion yang ada, dan konsentrasi ion - ion tersebut. Ini
sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek - efek antar ionik untuk
elektrolit - elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit –
elektrolit lemah (Basset, 1994).
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah
sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan
yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida
standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan
resistansnya diukur. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus
dikalikan faktor 1000. Nilai d/a = S merupakan faktor geometri selnya dan
nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel (Basset,
1994).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion - ion yang ada, dan konsentrasi ion - ion tersebut. Bila
larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit
ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh
antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk
mencakup seluruh larutan (Basset, 1994).
Konduktansi akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar
disebabkan oleh berkurangnya efek - efek antar - ionik untuk elektrolit - elektrolit
kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit - elektrolit lemah. Metode
konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara
konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen (Khopkar,
1990).
Menurut hukum Ohm I = E / R, dimana I adalah arus dalam ampere, E
adalah tegangan dalam volt, dan R adalah tahanan dalam ohm. Hukum ini berlaku
bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan
sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran
(konduktansi) adalah mho (Khopkar, 1990).
1.1.3 Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah

Daya hantar listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan


konsentrasinya. Beberapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
dengan baik meskipun konsentrasinya kecil, larutan ini dinamakan elektrolit kuat.
Sedangkan larutan elektrolit yang mempunyai daya hantar lemah meskipun
konsentrasinya tinggi dinamakan elektrolit lemah (Sinaga, 2010).

1.1.4 Pengukuran Daya Hantar Listrik

Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan


larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan :

1. Sumber listrik Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari baterai)
melalui larutan merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi
terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi
elektro kimia pada elektroda-elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik
bukan akibat proses Faraday.
2. Tahanan Jembatan Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang
digunakan untuk pengukuran daya hantar.
3. Sel Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa
logam yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan
elektroda.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menggunakan alat konduktometer
2. Mahasiswa dapat melakukan titrasi dan netralisasi secara konduktometri
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat – alat yang digunakan


Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Conductivity Meters Orion Model 125.
2. Buret dan Statif.
3. Corong.
4. Erlenmeyer.
5. Gelas Piala 100 ml.
6. Labu Ukur 100 ml.
7. Gelas Ukur 10 ml.
8. Pipet Tetes.
9. Batang Pengaduk.
10. Cawan Petri.

2.2 Bahan – bahan yang digunakan


Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini sebagai berikut :
1. Aquades
2. Larutan HCl 0,001 N
3. Larutan NaOH 0,001 N

2.3 Prosedur Percobaan


Berikut adalah prosedur percobaan pada praktikum ini :
A. Pembuatan Larutan NaOH 0,001 N
1. NaOH diambil sebanyak 1 ml, lalu masukkan kedalam labu ukur 100
ml.
2. Aquadest ditambahkan kedalam labu ukur sampai tanda batas. Kocok
larutan dengan cara membolak – balik labu ukur minimal 13 kali.

3. Tutup botol reagen dan simpan.


B. Pembuatan Larutan HCl 0,001 N
1. HCl 0,1 N diambil sebanyak 1 ml, masukkan kedalam labu ukur 100
ml.
2. Tambahkan aquadest sampai tanda batas. Kocok larutan dengan cara
membolak – balik labu ukur minimal 13 kali.
3. Tutup botol reagen dan simpan.

C. Titrasi Netralisasi
1. Masukkan 100 ml aquadest ke dalam gelas piala dan celupkan sel
hantaran kondukto ke dalam aquadest.
2. Dengan bantuan buret, kedalam air suling ini ditambahkan larutan
HCl 0,00 1 N dimana penambahan dilakukan tiap-tiap 0,1 ml
sampai volume 1 ml dan selanjutnya penambahan dilakukan tiap 0,5
ml sampai penambahan keseluruhan tepat 3 ml. Setiap penambahan,
larutan diaduk dan dibaca hantaran jenisnya.
3. Dengan bantuan buret satu lagi yang berisi larutan NaOH 0,001 N,
larutan asam diatas dititrasi dan penambahan NaOH tiap 0,1 ml
sampai volume total NaOH 4 ml. Setiap penambahan NaOH catat
hantaran jenisnya. Tentukan normalitas larutan NaOH dan HCl
4. Dari data percobaan ini buatlah grafik antara k Vs ml pentiter.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Pengukuran Konduktivitas pada larutan HCl 0,001 N


Dari percobaan yang telah dilakukan pada saat penambahan HCl 0,001 N
kedalam aquades 100 ml didapat hantaran jenis sebagai berikut :
Tabel 3.1 Hantaran Jenis saat penambahan HCl 0,001 N
Volume HCl (ml) Hantaran Jenis (μs/cm)

0 0,124

0,1 0,124

0,2 0,124

0,3 0,124

0,4 0,124

0,5 0,124

0,6 0,124

0,7 0,124

0,8 0,125

0,9 0,125

1 0,125

1,5 0,125

2 0,126

2,5 0,126

3 0,126
3.1.2 Pengukuran Konduktivitas pada titrasi HCl dengan NaOH

Dari percobaan yang telah dilakukan saat mentitrasi HCl menggunakan


NaOH 0,001 N mendapatkan hantaran jenis sebagai berikut:
Tabel 3.2 Hantaran Jenis saat titrasi HCl oleh NaOH 0,001 N
Volume Larutan NaOH (ml) Hantaran Jenis (μs/cm)

0,1 0,126

0,2 0,126

0,3 0,126

0,4 0,126

0,5 0,126

0,6 0,126

0,7 0,126

0,8 0,126

0,9 0,126

1 0,126

1,1 0,126

1,2 0,126

1,3 0,126

1,4 0,126

1,5 0,126

1,6 0,126

1,7 0,126

1,8 0,125

1,9 0,125

2 0,125
2,1 0,125

2,2 0,125

2,3 0,125

2,4 0,125

2,5 0,125

2,6 0,125

2,7 0,125

2,8 0,125

2,9 0,125

3 0,125

3,1 0,125

3,2 0,125

3,3 0,125

3,4 0,124

3,5 0,124

3,6 0,124

3,7 0,124

3,8 0,124

3,9 0,124

4 0,124

3.2 Pembahasan
Titrasi konduktometri didasarkan pada metode analisa kuantitatif yang
memanfaatkan daya hantar listrik suatu larutan. Besarnya daya hantar yang
diperoleh bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah partikel –
partikel bermuatan dalam larutan, jenis ion yang ada, suhu, gaya tarik menarik ion
dan jarak elektroda. Titrasi kondukometri dapat digunakan untuk menentukan titik
ekuivalen suatu titrasi (Svehla, 1990).
Pada praktikum ini menggunakan metode titrasi konduktometri, dimana
tujuan percobaan konduktometri ini untuk mengetahui daya hantar listrik suatu
larutan. Pada percobaan ini dilakukan penentuan daya hantaran listrik antara asam
kuat (HCl) dengan basa kuat (NaOH) dimana kedua lautan ini merupakan
penghantar listrik yang baik. Berikut merupakan reaksi titrasi antara HCl dengan
NaOH :
HCl+ NaOH → NaCl+ H 2 O

3.2.1 Penentuan Hantaran Jenis pada Larutan HCl 0,001 N


Sebelum kita menentukan hantaran jenis dari HCl yang dititrasi oleh
NaOH, pertama kita tentukan hantaran jenis dari larutan HCl itu sendiri. Berikut
grafik dari hantaran jenis HCl dengan konsentrasi 0,001 N :

Grafik Hantaran Jenis HCl (μs/cm)


Hantaran Jenis (μs/cm)

0.1265
0.126
0.1255
0.125
0.1245
0.124
0.1235
0.123
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Volume HCl (ml)

Gambar 3.1 Grafik Hantaran Jenis larutan HCl

Pada gambar 3.1 diatas menunjukkan hubungan antara volume HCl dan
Hantaran jenis, dimana hantaran jenis maksimum terjadi pada saat penambahan
volume HCl sebanyak 2 ml. Pada percobaan ini, sebelum dilakukan penentuan
hantaran jenis HCl nya. Pertama dilakukan pembacaan hantaran jenis pada
aquades 100 ml. Setelah didapat hantaran jenis aquades, aquades ditambahkan
larutan HCl dengan konsentrasi 0,001 N sebanyak 3 ml dengan cara penambahan
0,1 ml sebanyak 10 kali, dan 0,5 ml sebanyak 2 ml. Tujuan dilakukannya
penambahan secara bertahap yaitu agar kita bisa mengetahui hantaran jenisnya
pada setiap penambahan. Berikut reaksi penambahan HCl dengan air :
−¿¿
+¿+C l ¿
HCl+ H 2 O → H 3 O

Pada penambahan larutan HCl dengan aquadest dapat dilihat, semakin


banyak penambahan HCl semakin tinggi pula hantaran jenisnya. Ini disebabkan
saat larutan asam (HCl) yang dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion H +
sehingga dapat menghantarkan listrik.

3.2.2 Penentuan Hantaran Jenis pada titrasi HCl meggunakan NaOH


Adapun pengaruh hantaran jenis HCl saat dititrasi dengan NaOH, berikut
grafik pengaruh hantaran jenis pada titrasi HCl menggunakan NaOH 0,001 N :

Grafik Penambahan NaOH


12
Hantaran Jenis (μs/cm)

10

0
0 2 4 6 8 10 12

Penambahan NaOH (ml)

Gambar 3.2 Grafik Hantaran Jenis titrasi larutan HCl dengan NaOH

Berdasarkan gambar 3.2 diatas menunjukkan pengaruh hantaran jenis HCl


saat dititrasi dengan NaOH. Pada titrasi sampel HCl dengan titran NaOH,
penambahan ion Na +¿¿ kedalam anilit akan menggantikan ion H +¿¿ yang awalnya
terdapat dalam larutan, karena ion Na +¿¿ lebih besar dari pada ion H +¿¿ dengan
besar muatan yang sama maka nilai hantaran pada larutan akan berkurang. Inilah
penyebab kurva titrasi akan menurun (Dwiputra, 2015). Hantaran jenis tertinggi
yang dicapai pada titrasi HCl menggunakan NaOH sebesar 0,126 (μs/cm).
Sedangkan hantaran jenis terendah yang dicapai pada titrasi HCl menggunakan
NaOH sebesar 0,124 (μs/cm).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Setelah dilakukannya percobaan Konduktometer, mahasiswa dapat


mengoperasikan alat dengan baik dan benar.

2. Didapat hantaran jenis HCl tertinggi sebesar 0,126 (μs/cm).

3. Hubungan antara hantaran jenis dengan larutan HCl berbanding lurus, dimana
semakin banyak penambahan HCl semakin tinggi hantaran jenis yang
didapat.

4.2 Saran
1. Diharapkan untuk praktikan yang melakukan percobaan agar lebih berhati –
hati dalam menggunakan alat yang dipinjam.
2. Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti agar mendapatkan hasil yang
sesuai.
3. Diharapkan kepada praktikan agar selalu membersihkan alat sesudah atau
sebelum digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. (1994). Buku ajar vogel kimia analisa kuantitatif anorganik. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Dwiputra, N. (2015). Laporan praktikum K12221 cara pemisahan dan


elektrometri. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Khopkar. (1990). Konsep dasar kimia analitik. Jakarta: UI Press.

Khopkar, S. M. (2003). Konsep dasar kimia analitik terjemahan. Jakarta: UI


Press.

Nugroho, A. (2010). Larutan elektrolit kimia fisika . Medan: Universitas Sumatera


Utara.

Sinaga. (2010). Studi flowmeter magnetik. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Svehla, G. (1990). Buku teks analisis anorganik kuantitatif makro dan semimakro
Edisi II. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai