Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

TEKNIK KIMIA I

Percobaan I

FLUIDISASI

Dosen Pengampu :

Dr. Fadil ST.,MT

Kelompok II

Agus Parlindungan Pasaribu 2007035935

Daniel Andica Siahaan 2007036669

Oktavia Dewa Yani 2007026602

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
Lembar Pengesahan Laporan Praktikum

Laboratorium Instruksional Teknik Kimia I

Fluidisasi

Dosen pengampu Praktikum dengan ini menyatakan bahwa :

Kelompok II

Agus Parlindungan Pasaribu 2007035935

Daniel Andica Siahaan 2007036669

Oktavia Dewa Yani 2007026602

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh dosen


pengampu/asisten praktikum.
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum kinetika reaksi dari
praktikum Laboratorium Instruksional Teknik Kimia I yang disetujui oleh
dosen pengampuasisten praktikum.

Catatan Tambahan :

Pekanbaru, 20 November 2021

Dosen pengampu

Dr. Fadil ST.,MT


ABSTRAK

Fluidisasi merupakan operasi dimana partikel padat ditransformasikan menjadi


seperti fluida melalui suspensi dalam gas atau cairan. Penggunaan fuidisasi secara
ekstensif dimulai pada industri pengolahan minyak bumi, yaitu dengan
dikembangkannya proses perekahan katalitik hamparan/fluidisasi (fluid-bed
catalytic cracking). Fluidisasi digunakan juga di dalam proses katalitik lainnya,
seperti sintesis akronitril dan untuk melaksanakan reaksi zat padat-gas. Praktikum
ini bertujuan untuk menjelaskan prinsip kerja fluidisasi, menghitung penurunan
tekanan, serta mengamati fenomena fluidisasi yang terjadi. Langkah pertama yang
dilakukan adalah memasukkan bahan ke dalam kolom kemudian dicatat tinggi
unggun, penurunan tekanan, dan kondisi unggun setiap flow rate yang ditugaskan.
Berdasarkan percobaan nilai pressure drop semakin besar jika diameter kolom
kecil, tinggi unggun besar, dan flow rate yang digunakan lebih besar. Pressure
drop terbesar terjadi pada zeolit dengan kolom berdiameter 2,6 m dan tinggi
unggun 0,02 m yaitu 30.189.760,9 kg/m.s2, dan pressure drop terkecil dengan
diameter kolom 0,06 dan tinggi unggun 0,02 m yaitu 1,8 kg/m.s2. Hal ini
dikarenakan semakin besar partikel maka semakin besar tekanan untuk menaikkan
unggun, maka semakin besar tekanan yang dibutuhkan untuk menaikkan unggun
akan menurunkan nilai pressure drop.

Kata kunci : flow rate, fluida, fluidisasi, pressure drop, unggun

i
ABSTRAC

Fluidization is an operation in which solid particles are transformed into a fluid-


like state through suspension in a gas or liquid. Extensive use of fluidization
began in the petroleum processing industry, with the development of fluid-bed
catalytic cracking (fluid-bed catalytic cracking). Fluidization is also used in other
catalytic processes. such as acetonitrile synthesis and carrying out solid-gas
reactions. This practicum aims to explain the working principle of fluidization,
calculate pressure drop, and observe the fluidization phenomenon that occurs. The
first step is to enter the material into the column and then record the height, bed,
pressure drop, and bed condition of each assigned flavonoid. Based on the
experiment, the pressure drop value gets bigger if the column diameter is small.
the height of the bed is large, and the flow rate used is greater. The largest
pressure drop occurs in the zeolite with a column diameter of 2.6 m and a bed
height of 0.02 m, namely 30 189.760.9 kg/ms and the smallest pressure drop with
a column diameter of 0.06 and the height of the bed is 0.02 m which is 1.8 kgs
This is because the larger the particles, the greater the pressure to raise the bed,
the greater the pressure required to raise the bed will reduce the pressure drop.

Keywords : flow rate, mulching fluid, bed pressure drop

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRAC .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum ......................................................................................1
1.2 Landasan Teori ..........................................................................................1
1.3 Fenomena ..................................................................................................2
1.4 Evaluasi Parameter-parameter di dalam Peristiwa Fluidisasi ...................7
1.5 Persamaan Ergun .......................................................................................8
BAB II PERCOBAAN ...........................................................................................10
2.1 Bahan .......................................................................................................10
2.2 Alat ..........................................................................................................10
2.3 Rangkaian Alat Fluidisasi ........................................................................10
2.4 Prosedur praktikum .................................................................................11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................12
3.1 Data dan Hasil Pembahasan .....................................................................12
3.2 Pembahasan ..............................................................................................13
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................24
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................24
4.2 Saran ........................................................................................................24
BAB V DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................25
LAMPIRAN A PROSES PERCOBAAN ..............................................................26
LAMPIRAN B PERHITUNGAN ..........................................................................27
LAMPIRAN C TABEL HASIL PERHITUNGAN ...............................................42

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Menjelaskan prinsip kerja fluidisasi
2. Menjelaskan operasi fluidisasi gas dan cair
3. Menghitung pressure drop, porositas, dan kecepatan superfisial
4. Mengetahui cara pembuatan kurva karakteristik

1.2 Landasan Teori


Fluidisasi merupakan operasi dimana partikel padat ditransformasikan
menjadi seperti fluida melalui suspensi dalam gas atau cairan. Metode ini
memiliki beberapa karakteristik yang tidak biasanya dan para ahli teknik kimia
menggunakan prinsip ini dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan
fluidisasi. Fluidisasi juga salah satu teknik pengontakan fluida baik gas maupun
cairan dengan butiran padat. Pada fluidisasi kontak antara fluida dan partikel
padat terjadi dengan bauj jarena permukaan kontak yang luas dan unggun berisi
butiran padat bersifat seperti fluida karena dialiri fluida (Hans Cristian, 2008).
Didalam suatu bed, kualitas dari fluidisasi tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat
solid dab fluidisasinya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti
bentuk geometris bejana, tipe distributor, dari fluida aliran gas, adanya
perlengkapan lain seperti baffle, atau heat exchanger (Kartika, 2013).

Fenomena fluidisasi terjadi pada media yang disebut dengan fluidized bed.
Dimana fluidized bed merupakan suatu bejana yang berisi partikel padat yang
dialiri fluida dari bawah bejana. Proses fluidisasi terjadi ketika gaya drag dari
partikel sebagai akibat dari aliran fluida yang mengalir ke atas melebihi gaya
gravitasi dan gaya antar partikel. Secara prinsip ada 4 aspek keunggulan yang
dimiliki oleh fluidized bed jika dibanding dengan teknologi kontak yang lainnya
yaitu : (1) pada aspek kemampuan untuk mengontrol temperatur, (2) kemampuan
beroperasi secara kontinu, (3) keunggulan dalam persoalan perpindahan kalor dan
(4) keunggulan dalam proses katalisis. Karena keunggulan tersebut, fluidisasi
banyak dikembangkan untuk proses di industri, misalnya untuk proses catalitic
cracking, pembakaran batubara, gasifikasi batubara, insinerasi limbah padat,

1
pelapisan permukaan logam, pengering dan lain sebagainya ( Zenz, 1960).
Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik fluidisasi antara lain :
kecepatan aliran fluida, ukuran partikel, sifat fisik fluida dan partikel serta
distribusi partikel, porositas unggun, distribusi aliran, diameter kolom, tinggi
unggun. Besarnya koefisien laju perpindahan massa adsorsi kd didalam kolom
unggun terfluidisasi didekati dengan persamaan analisa dimensi. Untuk partikel
bergerak tunggal berbentuk bola tunggal dengan kecepatan relatif yang melalui
fluida adalah sebagai berikut ; (Levenspiel, 1969)
1.3 Fenomena

Jika suatu fluida melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka
aliran tersebut memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan
menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika
kecepatan superficial naik. Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang
terfluidisasi dapat diilustrasikan dengan fenomena yang terjadi saat adanya
perubahan laju alir gas seperti pada Gambar 1.2 di bawah ini (Wiranata, 2011).

Gambar 1.1 Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas


(Wiranata,2011).

2
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada
gambar berikut ini (Wiranata, 2011) :

Gambar 1.2 Fenomena Fluidisasi pada Sistem Gas-Padat


(Wiranata,2011)

Pada kecepatan superficial rendah, unggun mula-mula diam. Jika


kecepatan superficial dinaikkan, maka pada suatu saat gaya seret fluida
menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil,
sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel
unggun mulai bergerak dan kondisi ini disebut minimum fluidization. Kecepatan
superficial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut minimum
fluidization velocity (V’mf). Sedangkan porositas dari unggun ketika fluidisasi
benar-benar terjadi dinamakan minimum fluidization porosity (ɛmf). Sementara itu
pressure drop sepanjang unggun akan tetap walaupun kecepatan superficial
dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas (Levenspiel,
1969). Menurut Zenz (1960) ada fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada
proses fluidisasi antara lain :
1.3.1 Fenomena Fixed Bed
Terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang dibutuhkan
untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam. Kondisi
ini ditunjukkan pada Gambar 1.3 sebagai berikut :

3
Gambar 1.3 Fenomena Fixed Bed (Zens,
1960).

1.3.2 Fenomena Minimum Or Incipient Fluidization


Terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan
untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi.
Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1.4 sebagai berikut :

Gambar 1.4 Fenomena Minimum Or Incipient Fluidization

(Zens, 1960).

1.3.3 Fenomena Smooth Or Homogenously Fluidization


Terjadi saat kecepatan dan distribusi aliran fluida merata, densitas dan
distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga ekspansi pada
setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1.5 sebagai
berikut :

4
Gambar 1.5 Fenomena Smooth Or Homogrnously Fluidization

(Zens, 1960).

1.3.4 Fenomena Bubbling Fluidization


Terjadi ketika gelembung–gelembung pada unggun terbentuk akibat
densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini ditunjukkan pada
Gambar 1.6 sebagai berikut :

Gambar 1.6 Fenomena bubbling fluidization


(Zens, 1960).

1.3.5 Fenomena Slugging Fluidization


Terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang mencapai lebar dari
diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi ini terjadi
penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini dapat
dilihat pada Gambar 1.7 sebagai berikut :

5
Gambar 1.7 Fenomena Slugging Fluidization

(Zens, 1960).

1.3.6 Fenomena Chanelling Fluidization


Terjadi ketika dalam unggun partikel padatan terbentuk saluran-saluran
seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1.8 sebagai berikut :

Gambar 1.8 Fenomena Chanelling Fluidization


(Zens, 1960).

1.3.7 Fenomena Disperse Fluidization


Terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan maksimum aliran
fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran fluida dan
berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1.9

Gambar 1.9 Fenomena Disperse Fluidization

(Zens, 1960).

6
1.4 Evaluasi Parameter-parameter di dalam Peristiwa Fluidisasi

Parameter dalam peristiwa fluidisasi adalah (Putra, 2011) :

1.4.1 Densitas Partikel


Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang masih dan tidak
menyerap air atau zat cair lain, bisa dilakukan dengan memakai piknometer.
Sedang untuk partikel berpori, cara diatas akan menimbulkan kesalahan yang
cukup besar karena air atau cairan akan memasuki pori-pori didalam partikel,
sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel (berikut pori-porinya) seperti
yang diperlukan dalam persamaan di muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak
termasuk pori- pori didalamnya). Untuk partikel-artikel yang demikian ada cara
lain yang biasa digunakan, yaitu dengan metode yang diturunkan Ergun.
1.4.2 Bentuk Partikel
Dalam persamaan yang telah diturunkan, partikel padatnya dianggap
sebagai butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel
bentuk lain, harus ada koreksi yang menyatakan bentuk partikel sebenarnya.

= = pada volume sama...................................(1.1)

1.4.3 Ukuran partikel


Jika suatu pasir dengan menggunakan proses pengayakan (sleving)
memiliki ukuran partikel yang terdistribusi dari beberapa ukuran partikel dpi,
maka ukuran partikel pengayakan rata-rata (mean sieve size) dp :
dp = ...........................................................................................(1.2)

Yang mana x adalah fraksi berat partikel pada masing-masing ukuran


partikel.Definisi ukuran partikel rata-rata memberikan penekanan yang
sebenarnya terhadap pentingnya pengaruh ukuran kehalusan suatu partikel pasir
(Brown, 1985).

1.4.4 Porositas Unggun

Porositas unggun menyatakan fraksi kosong didalam unggun yang secara


matematik bisa ditulis sebagai berikut :

7
..............................................................................................(1.3)

Dimana :

= Porositas Unggun

Vu = Volume Unggun

Vp = Volume Partikel Total

Harga porositas unggun ini sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri


butiran padat yang membentuk unggun tersebut, atau dengan perkataan lain,
porositas unggun merupakan fungsi dari faktor bentuk atau derajat kebolaan
partikel-partikelnya (Herri, 1986).
1.5 Persamaan Ergun

Bila kecepatan fluida yang melewati unggun dinaikkan maka perbedaan


tekanan di sepanjang unggun akan meningkat pula. Pada saat perbedaan tekanan
sama dengan berat unggun dibagi luas penampang. Pada saat tersebut unggun
akan mulai bergerak dan melayang-layang ke atas. Partikel-partikel padat ini akan
bergerak-gerak dan mempunyai perilaku sebagai fluida. Keadaan unggun seperti
ini dikenal sebagai unggun terfluidakan (fluidized bed). Persamaan Ergun dapat
dicari dengan persamaan berikut (Zenz, 1960) :

8
+ 1.75

Dimana :

viskositas

Vmf = kecepatan superfisial

= fraksi kosong, bergantung distribusi ukuran dan bentuk partikel

= perubahan tinggi unggun

= densitas

9
BAB II
PERCOBAAN

2.1 Bahan

1. Liquid
2. Zeolit

2.2 Alat
1. Penggaris
2. Serangkaian alat fluidisasi

2.3 Rangkaian Alat Fluidisasi


Alat yang digunakan merupakan rangkaian alat fludisasi yang terdiri dari :

1. Alat Fluidisasi
2. Kolom I ( 53cm )
3. Kolom II ( 65cm )
4. Valve
5. Flow regulator valve
6. Pikmometer
7. Jangka sorong

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Percobaan Fluidisasi

10
2.4 Prosedur praktikum
2.4.1 Liquid

1. Masukkan zeolit ke dalam kolom fluidisasi hingga ketinggian 2 cm


2. Menyalakan pompa dan mengisi air ke kolom fluidisasi dengan flowrate
10,20,30,40, dan 50
3. Mengukur tinggi unggun pasir yang bergerak keatas
4. Percobaan diulang dengan tinggi unggun 4 cm
5. Percobaan diulang seperti langkah 1,2,3

2.4.2 Gass
1. Memasukkan bahan zeloit ke dalam kolom 1 hingga ketinggian 2 cm.
2. Menghidupkan kompresor dengan switch.
3. Membuka flow regulator valve dan diatur pada flowrate 10,20,30,40, dan
50 mencatat pressure drop dan tinggi unggun untuk setiap flowrate.
4. Percobaan diulang dengan tinggi unggun 4 cm
5. Percobaan diulang seperti langkah 1,2,3

11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data dan Hasil Pembahasan


Percobaan fluidisasi pada praktikum ini bertujuan menghitung dan
mencari perbandingan hasil data percobaan yang telah dilakukan, menentukan
kurva karakteristik fluidisasi, mengetahui kecepatan minimum fluidisasi dari
kurva tersebut, dan mengetahui fenomena yang terjadi pada setiap percobaan
fluidisasi. Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan bahan padat zeolit,
menggunakan fluida cair dan fluida gas serta tinggi unggun yang berbeda.

3.1.1 Data Hasil Percobaan

Tabel 3.1 Fenomena Unggun di Tinggi Unggun Awal 2 cm pada Fluida Gas

Flow Tinggi Tinggi Pressure Fenomena


Rate Awal Akhir Drop
(Lpm) (cm) (cm) (Kg/ms2)
10 2 2 0.5 Fixed bed
20 2 2 1.2 Fixed bed
30 2 2 2 Fixed bed
40 2 2 2.8 Fixed bed
50 2 2 14.8 Fixed bed

Tabel 3.2 Fenomena Unggun di Tinggi Unggun Awal 2 cm pada Fluida Gas

Flow Tinggi Tinggi Pressure Fenomena


Rate Awal Akhir Drop
(Lpm) (cm) (cm) (Kg/ms2)
10 4 4 0.8 Fixed bed
20 4 4 1.5 Fixed bed
30 4 4 2.3 Fixed bed
40 4 4 3.6 Fixed bed
50 4 4 4.2 Fixed bed

12
Tabel 3.3 Fenomena Unggun di Tinggi Unggun Awal 2 cm pada Fluida Cair

Flow Tinggi Tinggi Pressure Fenomena


Rate Awal Akhir Drop
(Lpm) (cm) (cm) (Kg/ms2)
1 2 2.5 1.8 Fixed bed
2 2 6 2.3 Minimum
3 2 9 2.4 Bubbling
4 2 17 2.5 Slugging
5 2 20 2.6 Channeling

Tabel 3.4 Fenomena Unggun di Tinggi Unggun Awal 4 cm pada Fluida Cair

Flow Tinggi Tinggi Pressure Fenomena


Rate Awal Akhir Drop
(Lpm) (cm) (cm) (Kg/ms2)
1 4 4 2 Fixed bed
2 4 6 2.2 Minimum
3 4 8 2.2 Minimum
4 4 11.5 2.2 Bubbling
5 4 16 2.4 Slugging

3.2 Pembahasan
Menurut Widayati (2010), Fluidisasi merupakan salah satu teknik
pengontakan fluida baik gas maupun cairan dengan butiran padat. Pada fluidisasi
kontak antara fluida gas partikel padat terjadi dengan baik karena permukaan
kontak yang luas. Fluidisasi digunakan juga di dalam proses katalitik lainnya,
seperti sintetis akronitril dan untuk melaksanakan reaksi zat padat‐ gas. Dalam
percobaan ini, digunakan jenis partikel yaitu zeolit. Tinggi unggun awal pada
fluida gas yaitu 2 cm dan 4 cm, dan tinggi unggun awal pada fluida cair yaitu 2
cm dan 4 cm dengan diameter kolom fluidisasi yaitu 6 cm.

Dari tabel 3.1 diatas, untuk fluida gas dengan tinggi awal unggun 2 cm,
pada flow rate 10 – 50 L/menit terlihat tidak terjadi kenaikan unggun, maka

13
fenomena yang terjadi adalah fixed bed, fenomena ini terjadi ketika flowrate yang
diberikan kurang dari laju alir minimum untuk proses fluidisasi dan juga
dikarenakan jenis fluida yang digunakan yaitu fluida gas. Fluida gas tidak
mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, gas akan berkembang mengisi
seluruh wadah (Darni et al., 2016). Hal ini juga terjadi pada tinggi awal unggun 4
cm pada tabel 3.2 terlihat bahwa tidak terjadinya kenaikan unggun sehingga
fenomena yang terjadi adalah fixed bed, fenomena ini terjadi ketika flowrate yang
diberikan kurang dari laju alir minimum untuk proses fluidisasi dan juga
dikarenakan jenis fluida yang digunakan yaitu fluida gas. Fluida gas tidak
mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, gas akan berkembang mengisi
seluruh wadah (Darni et al., 2016).

Dari tabel 3.3 diatas, untuk fluida cair dengan tinggi awal unggun 2 cm,
pada flow rate 1 L/menit terjadi kenaikan unggun dan partikel belum mulai
terekspansi sehingga terjadi fenomena fixed bed. Pada flow rate 2 L/menit terjadi
kenaikan unggun dan partikel mulai terekspansi sehingga terjadi fenomena
minimum or incipient fluidization. Fenomena ini terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Hal ini
mengakibatkan terjadinya perubahan penurunan tekanan yang merupakan hasil
dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir melalui tabung. (Jalaluddin et
al., 2019). Pada flow rate 3 – 5 L/menit terjadi fenomena Bubbling, Slugging,
Channeling, terjadi ketika kecepatan dan distribusi aliran fluida tidak merata,
densitas dan distribusi partikel dalam unggun tidak sama sehingga ekspansi pada
setiap pratikel padatan berbeda.

Dari tabel 3.4 diatas, untuk fluida cair dengan tinggi awal unggun 4 cm,
pada flow rate 1 L/menit tidak terjadi kenaikan unggun dan partikel belum mulai
terekspansi sehingga terjadi fenomena fixed bed. Pada flow rate 2 – 3 L/menit
terjadi kenaikan unggun dan partikel mulai terekspansi sehingga terjadi fenomena
minimum fluidization, fenomena ini terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju
alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi (Darni et al., 2016). Pada
flow rate 4 – 5 L/menit terjadi fenomena Slugging, Channeling, terjadi ketika
kecepatan dan distribusi aliran fluida tidak merata, densitas dan distribusi partikel
dalam unggun tidak sama sehingga ekspansi pada setiap pratikel padatan berbeda.

14
Dilihat dari tabel 3.1, 3.2, 3.3, dan 3.4 seperti yang diketahui, semakin
tinggi kenaikan partikel maka akan terjadi fenomena – fenomena fluidisasi.
Namun, pada fluida gas hanya terjadi fixed bed pada tinggi unggun awal 2 cm
maupun 4 cm, sedangkan pada fluida cair juga terjadi Fixed bed, Minimum,
Bubbling, Slugging, Channeling. Hal ini dikarenakan berat jenis partikel yang
mempengaruhi gerak kenaikan tinggi partikel dan jenis fluida nya. Semakin besar
berat jenis partikel maka semakin lambat juga pergerakan fluida tersebut. Fluida
gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, gas akan berkembang
mengisi seluruh wadah. Sedangkan fluida cair hanya mengikuti bentuk wadahnya
dan volumenya dapat diubah (Darni et al., 2016).

3.2.1 Flow rate terhadap Pressure Drop pada Kolom ID 6 cm pada Zeolit
a. Tinggi Unggun (Lo) 2 cm pada Fluida Gas
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan variasi jenis bahan zeolit
pada kolom ID sebesar 6 cm dengan tinggi awal unggun 2 cm pada fluida gas,
didapat grafik seperti dibawah ini.
16
14
Pressure Drop

12
10
8
6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60

Flow rate

Gambar 3. 1 Pengaruh Flow rate Vs Pressure Drop pada Fluida Gas

Berdasarkan Gambar 3.1 pada percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin
tinggi laju aliran fluida maka semakin besar nilai pressure drop, hal ini
dikarenakan jika laju aliran fluida (aliran gas) dinaikkan, maka pressure drop oleh
tahanan partikel padat juga meningkat (∆P meningkat). Jika laju alir fluida terus
ditingkatkan, partikel padat mulai bergerak dan terangkat sampai terjadi suspensi
sempurna (fluidized bed) (Widjanarko et al., 2012). Pada variasi unggun zeolit ID

15
6 cm Lo 2 cm, fenomena yang terjadi yaitu fixed bed. Pada flow rate 10-50
L/menit terjadi fenomena fixed bed, yaitu unggun masih dalam keadaan diam dan
tidak bergerak sama sekali. Menurut Darni et al (2016), fenomena ini terjadi
ketika flow rate yang diberikan kurang dari laju alir minimum untuk proses
fluidisasi dan juga dikarenakan jenis fluida yang digunakan yaitu fluida gas.
Fluida gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, gas akan
berkembang mengisi seluruh wadah.
b. Tinggi Unggun (Lo) 4 cm pada Fluida Gas
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan variasi jenis bahan zeolit
pada kolom ID sebesar 6 cm dengan tinggi awal unggun 4 cm pada fluida gas,
didapat grafik seperti dibawah ini.
4.5
4
Pressure Drop

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60

Flow rate

Gambar 3. 2 Pengaruh Flow rate Vs Pressure Drop pada Fluida Gas

Berdasarkan Gambar 3.2 pada percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin
tinggi laju aliran fluida maka semakin besar nilai pressure drop, hal ini
dikarenakan jika laju aliran fluida (aliran gas) dinaikkan, maka pressure drop oleh
tahanan partikel padat juga meningkat (∆P meningkat). Pada variasi unggun zeolit
ID 6 cm Lo 4 cm, dan pada flow rate 10-50 L/menit terjadi fenomena fixed bed,
yaitu unggun masih dalam keadaan diam dan tidak bergerak sama sekali.
c. Tinggi Unggun (Lo) 2 cm pada Fluida Cair
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan variasi jenis bahan zeolit
pada kolom ID sebesar 6 cm dengan tinggi awal unggun 2 cm pada fluida cair,
didapat grafik seperti dibawah ini.

16
3

2.5

Presure Drop
2

1.5

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6

Flow rate

Gambar 3. 3 Pengaruh Flow rate Vs Pressure Drop pada Fluida Cair

Berdasarkan Gambar 3.3 pada percobaan ini didapat bahwa pada variasi
unggun zeolit ID 6 cm Lo 3 cm pada flulida cair, fenomena yang terjadi yaitu
Fixed bed, Minimum, Bubbling, Slugging, Channeling. Pada flow rate 2 L/menit
fenomena yang terjadi yaitu minimum fluidization yaitu ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Hal ini
menyebabkan partikel padatan didalam unggun mulai terekspansi (Geankoplis,
1993). Selanjutnya laju aliran fluida diperbesar lagi dari 3-5 L/menit, dan didapat
fenomena yang terjadi yaitu Bubbling, Slugging, Channeling dimana partikel
padat berupa zeolit tersebut terekspansi secara meningkat, densitas dan distribusi
partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel
padatan meningkat.
d. Tinggi Unggun (Lo) 4 cm pada Fluida Cair
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan variasi jenis bahan zeolit
pada kolom ID sebesar 6 cm dengan tinggi awal unggun 4 cm pada fluida cair,
didapat grafik seperti dibawah ini.

17
2.45
2.4

Pressure Drop
2.35
2.3
2.25
2.2
2.15
2.1
2.05
2
1.95
0 1 2 3 4 5 6

Flow rate

Gambar 3. 4 Pengaruh Flow rate Vs Pressure Drop pada Fluida Cair

Berdasarkan Gambar 3.4 pada percobaan ini didapat bahwa pada variasi
unggun zeolit ID 6 cm Lo 4 cm pada flulida cair, fenomena yang terjadi yaitu
Fixed bed, Minimum, Bubbling, Slugging. Pada flow rate 2-3 L/menit fenomena
yang terjadi yaitu minimum fluidization yaitu ketika laju alir fluida mencapai laju
alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Hal ini menyebabkan
partikel padatan didalam unggun mulai terekspansi (Geankoplis, 1993).
Selanjutnya laju aliran fluida diperbesar lagi dari 4-5 L/menit, dan didapat
fenomena yang terjadi yaitu Bubbling, Slugging dimana partikel padat berupa
zeolit tersebut terekspansi secara meningkat, densitas dan distribusi partikel dalam
unggun meningkat sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan meningkat.

18
3.2.2 Flow rate terhadap Porositas pada Kolom ID 6 cm pada Zeolit
a. Tinggi Unggun (Lo) 2 cm pada Fluida Gas
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60
-1.00E-02
Porositas -2.00E-02
-3.00E-02
-4.00E-02
-5.00E-02
-6.00E-02
-7.00E-02
-8.00E-02
Flow rate

Gambar 3. 5 Pengaruh Flow Rate Vs Porositas pada Fluida Gas

Berdasarkan pada grafik diatas menunjukkan bahwa tidak adanya


pengaruh porositas seiring dengan bertambahnya flow rate. Porositas adalah fraksi
kekosongan dalam unggun, akibatnya bila flow rate semakin besar maka akan
menyebabkan unggun terangkat dan partikel zeolit akan berjauhan satu sama lain
sehingga fraksi kosong (porositas) dalam unggun semakin besar (Darni et al.,
2016). Pada flow rate 1-5 kondisi ini menandakan belum terjadinya kondisi
minimum dan masih dalam kondisi fix bed karena partikel belum terfluidisasi
(Ardani, 2013).
b. Tinggi Unggun (Lo) 4 cm pada Fluida Gas
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60
-5.00E-03
-1.00E-02
Porositas

-1.50E-02
-2.00E-02
-2.50E-02
-3.00E-02
-3.50E-02
-4.00E-02
Flow rate

Gambar 3. 6 Pengaruh Flow Rate Vs Porositas pada Fluida Gas

19
Berdasarkan pada grafik diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh
porositas seiring dengan bertambahnya flow rate. Porositas tetap walaupun flow
rate bertambah, karena tinggi unggun akan mempengaruhi porositas seiring
dengan penambahan flow rate. Pada gambar 3.6 ini tinggi unggun 4 cm dan flow
rate 10-50 L/menit terjadi fenomena fixed bed, dimana porositas yang dihasilkan
tidak berubah pada flow rate 10-50 L/menit, Jadi dengan tidak terangkatnya
unggun dan porositas yang tetap mengakibatkan pressure drop yang sangat
meningkat karena kuatnya daya tarik menarik partikel seiring bertambahnya flow
rate dan kondisi ini menandakan belum terjadinya kondisi minimum dan masih
dalam kondisi fix bed karena partikel belum terfluidisasi (Ardani, 2013).
c. Tinggi Unggun (Lo) 2 cm pada Fluida Cair
1.00E+00

9.90E-01
Porositas

9.80E-01

9.70E-01

9.60E-01

9.50E-01

9.40E-01
0 1 2 3 4 5 6

Flow rate

Gambar 3. 7 Pengaruh Flow Rate Vs Porositas pada Fluida Cair

Berdasarkan pada grafik diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh


porositas seiring dengan bertambahnya flow rate. Pada gambar 3.7 ini tinggi
unggun 2 cm dan flow rate 2 L/menit fenomena yang terjadi adalah fenomena
minimum or incipient fluidization dan pada flow rate 3-5 L/menit fenomena yang
terjadi adalah Minimum, Bubbling, Slugging, Channeling, dari gambar dapat
dilihat terjadi peningkatan porositas seiring bertambahnya flow rate.

20
d. Tinggi Unggun (Lo) 4 cm pada Fluida Cair
9.95E-01
9.90E-01
9.85E-01

Porositas 9.80E-01
9.75E-01
9.70E-01
9.65E-01
9.60E-01
0 1 2 3 4 5 6

Flow rate

Gambar 3. 8 Pengaruh Flow Rate Vs Porositas pada Fluida Cair

Berdasarkan pada grafik diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh


porositas seiring dengan bertambahnya flow rate. Pada gambar 3.8 ini tinggi
unggun 4 cm dan flow rate 2-3 L/menit fenomena yang terjadi adalah fenomena
minimum or incipient fluidization dan pada flow rate 4-5 L/menit fenomena yang
terjadi adalah Bubbling, Slugging dari gambar dapat dilihat terjadi peningkatan
porositas seiring bertambahnya flow rate.
3.2.3 Pressure Drop terhadap Porositas pada Kolom ID 6 cm pada Zeolit
a. Tinggi Unggun (Lo) 2 cm pada Fluida Gas
0.00E+00
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-1.00E-02
-2.00E-02
Porositas

-3.00E-02
-4.00E-02
-5.00E-02
-6.00E-02
-7.00E-02
-8.00E-02
Pressure Drop

Gambar 3. 9 Pengaruh Pressure Drop Vs Porositas pada Fluida Gas

Berdasarkan gambar 3.9 tinggi unggun 2 cm dan flow rate 1-5 L/menit
fenomena yang terjadi adalah fenomena fixed bed. Apabila nilai kecil, maka

21
pressure drop (∆P) lebih kecil dan nilai diameter sebanding dengan nilai volume
bed dimana volume bed digunakan untuk nilai porositas (Widjanarko et al., 2012).
b. Tinggi Unggun (Lo) 4 cm pada Fluida Gas
0.00E+00
0 1 2 3 4 5
-5.00E-03
-1.00E-02
Porisitas

-1.50E-02
-2.00E-02
-2.50E-02
-3.00E-02
-3.50E-02
-4.00E-02
Pressure Drop

Gambar 4. 10 Pengaruh Pressure Drop Vs Porositas pada Fluida Gas

Berdasarkan gambar 3.10, tinggi unggun 4 cm dan flow rate 1-5 L/menit
fenomena yang terjadi adalah fenomena fixed bed. Apabila nilai kecil, maka
pressure drop (∆P) lebih kecil dan nilai diameter sebanding dengan nilai volume
bed dimana volume bed digunakan untuk nilai porositas (Widjanarko et al., 2012).

c. Tinggi Unggun (Lo) 2 cm pada Fluida Cair


1.00E+00

9.90E-01
Porositas

9.80E-01

9.70E-01

9.60E-01

9.50E-01

9.40E-01
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Pressure Drop

Gambar 3. 11 Pengaruh Pressure Drop Vs Porositas pada Fluida Cair

Berdasarkan gambar 3.11, tinggi unggun 2 cm dan flow rate 2 L/menit


fenomena yang terjadi adalah fenomena minimum or incipient fluidization dan
pada flow rate 3-5 L/menit fenomena yang terjadi adalah Minimum, Bubbling,

22
Slugging, Channeling. Dari gambar dapat dilihat bahwa pressure drop terus
meningkat hal ini menunjukkan bahwa nilai porositas berbanding lurus dengan
pressure drop dimana semakin besar porositas, maka semakin besar pressure drop
yang didapatkan (Hakim, dkk., 2019). Apabila nilai kecil, maka pressure drop
(∆P) lebih kecil dan nilai diameter sebanding dengan nilai volume bed dimana
volume bed digunakan untuk nilai porositas (Widjanarko et al., 2012).

d. Tinggi Unggun (Lo) 4 cm pada Fluida Cair


9.95E-01
9.90E-01
9.85E-01
Porositas

9.80E-01
9.75E-01
9.70E-01
9.65E-01
9.60E-01
1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5

Pressure Drop

Gambar 3. 12 Pengaruh Pressure Drop Vs Porositas pada Fluida Cair

Berdasarkan gambar 4.12, tinggi unggun 4 cm dan flow rate 2-3 L/menit
fenomena yang terjadi adalah fenomena minimum or incipient fluidization dan
pada flow rate 4-5 L/menit fenomena yang terjadi adalah Bubbling, Slugging. Dari
gambar dapat dilihat bahwa pressure drop terus meningkat hal ini menunjukkan
bahwa nilai porositas berbanding lurus dengan pressure drop dimana semakin
besar porositas, maka semakin besar pressure drop yang didapatkan (Hakim, dkk.,
2019). Apabila nilai kecil, maka pressure drop (∆P) lebih kecil dan nilai
diameter sebanding dengan nilai volume bed dimana volume bed digunakan untuk
nilai porositas (Widjanarko et al., 2012).

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

1. Dapat disimpulakan dari percobaan bahwa pressure drop


berpemgaruh terhadap tinggi unggun, semakin besar perubahan
tinggi unggun maka semakin besar pressure drop yang dihasilkan.
Sedangkan pengaruh porositas terhadap perubahan flow rate adalah
semakin tinggi perubahan flow rate maka semakin besar juga
porositas pada fluida cair, sedangkan pada fluida gas tidak
mengalami perubahan pada porositas.

2. Semakin besar flow rate maka tinggi unggun akan semakin


bertambah.
3. Pada percobaan fluida gas fenomena yang dihasilkan adalah fixed
bed pada tinggi unggun awal 2 cm dan 4 cm sedangkan pada
percobaan cair dengan tinggi unggun awal 2 cm dan 4 cm fenomena
yang dihasilkan fixed bed, minimum, bubbling, slugging, chaaneling.
4.2 Saran
1. Praktikan lebih teliti dan berhati-hati dalam membuka dan menutup
kran.
2. Praktikan lebih teliti dalam mengamati penurunan tekanan (∆P).
3. Praktikan lebih teliti dalam mengamati volume air yang keluar saat
proses fluidisasi

24
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Brown, G.(1985). Unit Operation. John Willey E. Sons Inc., New York

Herri. (1986) Operasi Teknik Kimia I. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi
Industri Institut Teknologi Bandung : Bandung
Kartika, Udayani. (2013). Adsorpsi Deterjen dalam Air menggunakan Adsorben
Karbon aktif pada kolom fluidisasi, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknologi Industri ITATS: Surabaya

Kunii, D. and Levenspiel, O. (1969). Fluidization Engineering, John Wiley and


Sons: New York.

Mc Cabe. (1985). Unit Operation Of Chemical Engineering. Mc Graw Hill : New


York

Zenz. F.A. and Othmer F.D., (1960). Fluidization and Fluid Particle Systems.

Reinhold Publishing Corporation: New York.

25
LAMPIRAN A
PROSES PERCOBAAN

A.1 mengatur flow meter A.2 Pengukuran tinggi unggun

A.3 Mengukur Pressure Drop A.4 Fenomena slugging pada fluida cair

26
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B.1 Menentukan Densitas Partikel
B.1.1 Zeolit

Berat pikno kosong = 17.83 gram = 0.01783 Kg


Berat Pikno + air = 26.65 gram = 0.02665 Kg
Berat Pikno + partikel = 27.31 gram = 0.02731 Kg
Berat pikno + air + partikel = 32.22 gram = 0.03222 Kg
Berat air = (berat pikno + air) – (berat pikno kosong)

= (0.02665 – 0.01783)Kg = 0.00882 Kg

Volume Piknometer =

= 8.8508E-06 m3

Berat Partikel = (berat pikno + partikel) – (berat pikno kosong)


= (0.02731 – 0.01783) Kg

= 0.00948 Kg

Volume air dalam partikel basah =

= 4.92715E-06 m3

Volume partikel = Volume piknometer – Volume air dalam partikel basah

= 8.8508E-06 m3 - 4.92715E-06 m3 = 3.92365E-06 m3

Densitas partikel

27
B.2 Menentukan Porositas
Tinggi Unggun Awal : 0.02 m

B.2.1 Zeolit ( Fluida Cair ) 10 LPM


Tinggi unggun = 0.025 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.025 = 7.065000E-05 m3

= = 9,444636E-01

B.2.2 Zeolit (Fluida cair) 20 LPM

Tinggi unggun = 0.06 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.06= 0.00016956 m3

= = 9,768598E-01

Zeolit (Fluida cair) 30 LPM


Tinggi unggun = 0.09 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.09 = 0.00025434 m3

28
= = 9,845732E-01

B.2.3 Zeolit (Fluida cair) 40 LPM

Tinggi unggun = 0.17 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.17 = 0.00048042 m3

= = 9,918329E-01

B.2.4 Zeolit (Fluida cair) 50 LPM

Tinggi unggun = 0.2 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.2 = 0.0005652 m3

= = 9,930579E-01

B.2.5 Zeolit ( Fluida Gas ) 10 LPM – 50 LPM


Tinggi unggun = 0.02 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.02 = 5.652000E-05 m3

= = -6,936404E-02

29
Tinggi unggun awal 0,04 m

B.2.6 Zeolit ( Fluida cair ) 10 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.04 = 0.0011304 m3

= = 9,652897E-01

B.2.7 Zeolit (Fluida cair) 20 LPM

Tinggi unggun = 0.06 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.06= 0.00016956 m3

= = 9,768598E-01

B.2.8 Zeolit (Fluida cair) 30 LPM

Tinggi unggun = 0.08 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.08 = 0.00022608 m3

= = 9,826449E-01

30
B.2.9 Zeolit (Fluida cair) 40 LPM

Tinggi unggun = 0.115 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.115 = 0.00032499 m3

= = 9,879269E-01

B.2.10 Zeolit (Fluida cair) 50 LPM

Tinggi unggun = 0.16 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.16 = 0.00045216 m3

= = 9,913224E-01

B.2.11 Zeolit ( Fluida Gas ) 10 LPM – 50 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

Volume partikel = 3.92365E-06 m3

Volume unggun =

= 3.14 x 0.032 x 0.04 = 5.652000E-05 m3

= = -3,459724E-02

31
B.3 Menentukan derajat kebolaan
Tinggi Unggun Awal : 0,02 m

B.3.1 Zeolit (Fluida gas) 10 LPM – 50 LPM


Tinggi unggun = 0,02 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= (-6,936404E-02)) = 2,111853E+03

B.3.2 Zeolit (Fluida cair) 10 LPM


Tinggi unggun = 0,025 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,444636E-01) = 6,404332E-09

B.3.3 Zeolit (Fluida cair) 20 LPM


Tinggi unggun = 0,06 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

32
Φs

= 9,768598E-01) = 2,668472E-09

B.3.4 Zeolit (Fluida cair) 30 LPM


Tinggi unggun = 0,09 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,845732E-01) = 1,778981E-09

B.3.5 Zeolit (Fluida cair) 40 LPM


Tinggi unggun = 0,17 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,918329E-01) = 9,418136E-10

B.3.6 Zeolit (Fluida cair) 50 LPM


Tinggi unggun = 0,2 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

33
Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,930579E-01) = 8,005415E-10

Tinggi Unggun Awal : 0,04 m

B.3.7 Zeolit (Fluida gas) 10 LPM – 50 LPM


Tinggi unggun = 0,04 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= (-3,459724E-02)) = 2,043193E+03

B.3.8 Zeolit (Fluida cair) 10 LPM


Tinggi unggun = 0,04 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,652897E-01) = 4,002708E-09

B.3.9 Zeolit (Fluida cair) 20 LPM

Tinggi unggun = 0,06 m

34
Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,768598E-01) = 2,668472E-09

B.3.10 Zeolit (Fluida cair) 30 LPM


Tinggi unggun = 0,08 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,826449E-01) = 2,001354E-09

B.3.11 Zeolit (Fluida cair) 40 LPM


Tinggi unggun = 0,115 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,879269E-01) = 1,392246E-09

B.3.12 Zeolit (Fluida cair) 50 LPM

35
Tinggi unggun = 0,16 m

Diameter Partikel = 0,00156 m

Volume Partikel = 3.92365E-06 m3

Sp = = 3,14 x 0,001562 = 7,6415E-06 m2

Φs

= 9,913224E-01) = 1,000677E-09

B.4 Menghitung kecepatan superficial


Tinggi Unggun Awal : 0,02 m

B.4.1 Zeolit (Fluida gas) 10 LPM – 50 LPM


Tinggi unggun = 0,02 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.91038E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.2 Zeolit (Fluida cair) 10 LPM


Tinggi unggun = 0.025 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.3 Zeolit (Fluida cair) 20 LPM


Tinggi unggun = 0.06 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.4 Zeolit (Fluida cair) 30 LPM

36
Tinggi unggun = 0.09 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.5 Zeolit (Fluida cair) 40 LPM


Tinggi unggun = 0.17 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.6 Zeolit (Fluida cair) 50 LPM


Tinggi unggun = 0.2 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

Tinggi Unggun Awal : 0,04 m

B.4.7 Zeolit (Fluida gas) 10 LPM – 50 LPM


Tinggi unggun = 0,04 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.91038E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.8 Zeolit (Fluida cair) 10 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.9 Zeolit (Fluida cair) 20 LPM

37
Tinggi unggun = 0.06 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.10 Zeolit (Fluida cair) 30 LPM


Tinggi unggun = 0.08 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.11 Zeolit (Fluida cair) 40 LPM


Tinggi unggun = 0.115 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.4.12 Zeolit (Fluida cair) 50 LPM


Tinggi unggun = 0.16 m

A unggun = = ¼ . 3,14 . 0.001562 = 1.9104E-06 m2

Usuperficial = = = 8.72394 m/s

B.5 Menentukan
Tinggi Unggun Awal : 0,02 m

B.5.1 Zeolit (Fluida gas) 10 LPM – 50 LPM


Tinggi unggun = 0.02 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.02 m

= -6,936404E-02) = - 0,069364

38
B.5.2 Zeolit (Fluida cair) 10 LPM
Tinggi unggun = 0.02 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.025 m

= 9,444636E-01 = 0,955571

B.5.3 Zeolit (Fluida cair) 20 LPM


Tinggi unggun = 0.02 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.06 m

= 9,768598E-01 = 0,0992287

B.5.4 Zeolit (Fluida cair) 30 LPM


Tinggi unggun = 0.02 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.09 m

= 9,845732E-01 = 0,996572

B.5.5 Zeolit (Fluida cair) 40 LPM


Tinggi unggun = 0.02 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.17 m

= 9,918329E-01 = 0,999039

B.5.6 Zeolit (Fluida cair) 50 LPM


Tinggi unggun = 0.02 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.2 m

= 9,930579E-01 = 0,999306

39
Tinggi Unggun Awal : 0,04 m

B.5.7 Zeolit (Fluida gas) 10 LPM – 50 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.04 m

= -3,459724E-02) = - 0,0345972

B.5.8 Zeolit (Fluida cair) 10 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.04 m

= 9,652897E-01 = 0,96529

B.5.9 Zeolit (Fluida cair) 20 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.06 m

= 9,768598E-01 = 0,984573

B.5.10 Zeolit (Fluida cair) 30 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.08 m

= 9,826449E-01 = 0,991322

B.5.11 Zeolit (Fluida cair) 40 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.115 m

40
= 9,879269E-01 = 0,995801

B.5.12 Zeolit (Fluida cair) 50 LPM


Tinggi unggun = 0.04 m

Tinggi unggun saat terfluidakan = 0.16 m

= 9,913224E-01 = 0,997831

41
LAMPIRAN C
TABEL HASIL PERHITUNGAN
C.1 Hasil Perhitungan Zeolit

Jenis Partikel : Zeolit

Jenis Fluida : Air dan Gas

Tinggi Unggun : 2 cm = 0,02 m dan 4 cm = 0,04 m

Diameter Partikel : 0,00156 m

V partikel : 3,92365E-06 m3

partikel : 2416.11499

udara : 1,2

µ udara : 0,0000187 kg/m.s

Diameter kolom : 6 cm = 0,06 m

A kolom : 0,0028 m2

Jenis Fluida AIR

Tabel C.1 Hasil Perhitungan Zeolit Tinggi Unggun 2 cm

Flow A Q v Ls Volume Porositas v'mf ΔP Φs


(L/ja (m2) (m3/s) (m/s) (m) unggun (ɛ) (m/s)
m) (m3)
10 0,002 0,1666 58,976173 0,02 7,065000E 9,444636E 5,5700 9,6610 4,002708E
83 7 63 5 -05 -01 85E+01 98E+06 -09
20 0,002 0,3333 117,95234 0,06 1,695600E 9,768598E 1,1522 1,5977 2,668472E
83 3 73 -04 -01 29E+02 58E+07 -09
30 0,002 0,5000 176,92852 0,09 2,543400E 9,845732E 1,7419 240213 2,001354E

42
83 0 09 -04 -01 91E+02 44,31 -09
40 0,002 0,6666 235,90469 0,17 4,804200E 9,918329E 2,3397 227153 1,392246E
83 7 45 -04 -01 80E+02 04,04 -09
50 0,002 0,8333 294,88086 0,2 5,652000E 9,930579E 2,9283 301897 1,000677E
83 3 81 -04 -01 38E+02 60,9 -09

Tabel C.2 Hasil Perhitungan Zeolit Tinggi Unggun 4 cm

Flow A Q v Ls Volume Porositas v'mf ΔP Φs


(L/ja (m (m3/s (m/s) (m) unggun (ɛ) (m/s)
m) 2) ) (m3)
10 0,0 0,166 58,97617 0,0 1,130400 9,652897 5,692909 6,04328 4,002708E-
02 67 363 4 E-04 E-01 E+01 4E+06 09
83
20 0,0 0,333 117,9523 0,0 1,695600 9,768598 1,152229 1,59775 2,668472E-
02 33 473 6 E-04 E-01 E+02 8E+07 09
83
30 0,0 0,500 176,9285 0,0 2,260800 9,826449 1,738579 2698630 2,001354E-
02 00 209 8 E-04 E-01 E+02 6,19 09
83
40 0,0 0,666 235,9046 0,1 3,249900 9,879269 2,330566 3347459 1,392246E-
02 67 945 15 E-04 E-01 E+02 5,66 09
83
50 0,0 0,833 294,8808 0,1 4,521600 9,913224 2,923220 3768218 1,000677E-
02 33 681 6 E-04 E-01 E+02 9,05 09
83

43
Jenis Fluida GAS

Tabel C.1 Hasil Perhitungan Zeolit Tinggi Unggun 2 cm

Flow A Q v Ls Volume Porosit v'mf (m/s) ΔP Φs


(L/ja (m2) (m3/s) (m/s) (m) unggun as (ɛ)
m) (m3)
10 0,002 0,1666 58,97617 0,02 5,652000 - - 7,1925 2,111853
83 7 363 E-05 6,9364 4,090826E+0 88E+10 E+03
04E-02 0
20 0,002 0,3333 117,9523 0,02 5,652000 - - 1,4385 2,111853
83 3 473 E-05 6,9364 8,181651E+0 17E+11 E+03
04E-02 0
30 0,002 0,5000 176,9285 0,02 5,652000 - - 2,1577 2,111853
83 0 209 E-05 6,9364 1,227248E+0 8E+11 E+03
04E-02 1
40 0,002 0,6666 235,9046 0,02 5,652000 - - 2,8770 2,111853
83 7 945 E-05 6,9364 1,636330E+0 3E+11 E+03
04E-02 1
50 0,002 0,8333 294,8808 0,02 5,652000 - - 3,5962 2,111853
83 3 681 E-04 6,9364 2,045413E+0 91E+11 E+03
04E-02 1

44
Tabel C.2 Hasil Perhitungan Zeolit Tinggi Unggun 4 cm

Flow A Q v Ls Volume Porosit v'mf (m/s) ΔP Φs


(L/ja (m2) (m3/s) (m/s) (m) unggun as (ɛ)
m) (m3)
10 0,002 0,1666 58,97617 0,04 1,130400 - - 2,7062 2,043193
83 7 363 E-04 3,4597 2,040413E+0 17E+11 E+03
24E-02 0
20 0,002 0,3333 117,9523 0,04 1,130400 - - 5,4124 2,043193
83 3 473 E-04 3,4597 4,080826E+0 34E+11 E+03
24E-02 0
30 0,002 0,5000 176,9285 0,04 1,130400 - - 8,1186 2,043193
83 0 209 E-04 3,4597 6,121238E+0 5E+11 E+03
24E-02 0
40 0,002 0,6666 235,9046 0,04 1,130400 - - 1,0824 2,043193
83 7 945 E-04 3,4597 8,161651E+0 9E+12 E+03
24E-02 0
50 0,002 0,8333 294,8808 0,04 1,130400 - - 1,3531 2,043193
83 3 681 E-04 3,4597 1,020206E+0 08E+12 E+03
24E-02 1

45

Anda mungkin juga menyukai