I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui hubungan antara kandungan air dalam bahan (X) dengan waktu
pengeringan (t) untuk balok kayu dan serbuk kayu.
2. Mengetahui hubungan antara kecepatan pengeringan (N) dengan waktu
pengeringan (t) untuk balok kayu dan serbuk kayu.
3. Mengetahui hubungan antara kecepatan pengeringan (N) dengan kandungan air
dalam bahan (X) untuk balok kayu dan serbuk kayu.
4. Menentukan harga koefisien perpindahan massa H2O dari zat ke udara (Ky) pada
periode kecepatan pengeringan tetap untuk balok kayu dan serbuk kayu.
5. Menentukan waktu pengeringan pada kecepatan pengeringan tetap.
C. Cara Kerja
1. Tahap penimbangan balok kayu awal
a. Timbang balok kayu yang akan digunakan dalam percobaan.
b. Ukur dimensi balok kayu dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong.
c. 2 jam sebelum praktikum, balok kayu direndam dalam air dengan ditahan
menggunakan batu sehingga balok kayu benar-benar tenggelam.
d. Timbang balok kayu yang sudah basah.
dengan,
N = kecepatan pengeringan pada periode pengeringan konstan,gH2O/cm2 .menit
Ky = koefisien transfer massa fase gas, g/cm2.menit. ∆𝑦
y’s = kelembaban jenuh permukaan bahan pada suhu bola basah, g uap air/g udara
kering
y’ = kelembaban gas pengering, g uap air/g udara kering
Nilai y’s dan y dapat dicari dengan metode persamaan empiris dan grafis
(Treyball, 1981)
dengan, y’s = kelembaban gas pengering, g uap air/g udara kering
Pas = tekanan uap jenuh air pada suhu bola basah, mmHg
Pt = tekanan total system, mmHg
Tekanan uap jenuh air (Pas) dapat ditentukan dengan persamaan Antoine
𝐵
log(𝑃𝑎𝑠) = 𝐴 − (𝑇𝑤−𝐶) (7)
sehingga diperoleh
(hg)(Td − Tw) = −𝑘𝐺 (𝑃𝐴 − 𝑃𝐴𝑊) 𝑀𝑎 𝜆𝑤 (10)
𝑃𝑎𝑀𝑎
nilai y′ = 𝑃𝑏𝑀𝑏 (11)
sehingga
𝜆𝑤
(Td − Tw) =
𝐶𝑠
(𝑦 ′ 𝑤 − 𝑦′) (17)
Nilai 𝜆𝑤 dapat dicari dengan metode regresi linear dengan data Tw dan λw dari steam
table (Smith, 1981)
𝜆𝑤 = 𝑎𝑥 + 𝑏 (20)
dengan,
Σ𝑥Σ𝑦−𝑛Σ𝑥𝑦
𝑎= (Σ𝑥)^2−𝑛Σ𝑥^2
(21)
Σ𝑦−𝑎Σ𝑥
y= 𝑛
(22)
dengan,
hg = koefisien transfer panas konduksi dan konveksi, Btu/jam.ft2.oF
hr = koefisien transfer panas radiasi, Btu/jam.ft2.oF
Td = suhu bola kering, oF
Tw = suhu bola basah, oF
NA = kecepatan transfer massa uap air ke udara, lbmol air/j.ft2
MA = berat molekul air, 18,02 lb/lbmol
MB = berat molekul udara kering, 28,97 lb/lbmol
Ky = koefisien transfer massa gas dasar beda kelembaban, lbmol/j.ft2. ∆y
kG = koefisien transfer massa gas dasar beda tekanan, lbmol/j.ft2. ∆P
λw = panas laten peguapan air pada suhu bola basah Tw, Btu/lb
Cs = panas lembab udara jenuh, Btu campuran/ lb udara kering. oF
y’ = kelembaban absolut masa bulk, lb uap air/lb udara kering
y’s = y’w = kelembaban absolut masa jenuh, lb uap air/lb udara kering
PAO = tekanan parsial uap air pada Td, atm
PAW = tekanan parsial uap air jenuh pada Tw, atm
PA = tekanan parsial uap air, atm
PB = tekanan parsial udara kering, atm
Ingat : satuan harus setara, data 𝜆𝑤 biasanya dalam kJ/kg sehingga harus diubah
menjadi Btu/lb
Harga koefisien perpindahan massa (Ky) pada kecepatan pengeringan tetap
dinyatakan sebagai nilai rata-rata yaitu :
Ky1+Ky2+Ky3+⋯…..Kyn
Ky = 𝑛
(23)
Metode Grafis
Menggunakan humidity chart sebagai berikut :
1. Menentukan titik Tw dengan menarik garis lurus hingga memotong kelembaban
100% kemudian dari titik potong tersebut (A) ditarik ke kanan hingga diperoleh y’s.
2. Menentukan titik Td kemudian menarik garis ke atas. Dari titik A ditarik garis menurut
garis kejenuhan adiabatis (adiabatic cooling line) hingga memotong garis dari titik Td
sambil berpotongan di titik B. Dari titik B ditarik garis mendatar ke kanan hingga
diperoleh y’.
D. Menentukan Waktu Pengeringan pada Periode Kecepatan Pengeringan Tetap (tc)
Waktu pengeringan saat kecepatan konstan dapat ditentukan secara analitis dan visual
Secara Analitis
Ls ∆𝑥
tc = 𝐴 𝑁𝑐
(24)
dengan,
tc = waktu pengeringan, menit
Ls = berat padatan kering, gram
A = luas pengeringan efektif
Nc = kecepatan pengeringan konstan, gram H2O/cm2.menit
∆x = perubahan kandungan air dalam padatan, gram H2O/gram bahan kering
Secara Visual
Cara visual dilakukan dengan mengevaluasi grafik waktu pengeringan (t) versus
kecepatan pengeringan (N) yang diperoleh.
Hari/Tanggal :
Nama Praktikan :
1.
2.
3.
Asisten : Brilian Ryan Sadewo
o
Suhu kamar : C
o
Suhu tray dryer : C
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
Asisten Jaga, Praktikan,
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN
DRYING (A)
DRYING Nilai
TUJUAN /5
METODOLOGI PERCOBAAN /10
Bahan
Alat
Cara Kerja
HASIL DAN PEMBAHSAN /45
Pengertian drying, dry bulb
dan wet bulb temperature
Tipe kandungan cairan
Tahap-tahap pengeringan
Proses terjadinya drying
Asumsi yang digunakan
Pembahasan hasil percobaan
dan grafik
Faktor yang memengaruhi N
Faktor yang memengaruhi
Ky
Faktor yang memengaruhi
jenis alat drying
Aplikasi drying di industri
kimia
KESIMPULAN /10
DAFTAR PUSTAKA /5
LAMPIRAN /25
Data Percobaan
Analisis Data
Perhitungan
TOTAL
Grafik Percobaan :
Grafik hubungan X vs t untuk serbuk kayu
Grafik hubungan N vs t untuk serbuk kayu
Grafik hubungan N vs X untuk serbuk kayu
Grafik hubungan X vs t untuk balok kayu
Grafik hubungan N vs t untuk balok kayu
Grafik hubungan N vs X untuk balok kayu
Lampiran grafik humidity chart untuk perhitungan Ky secara grafis
ALIRAN FLUIDA (B)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan karakteristik elbow.
2. Menentukan karakteristik kran.
3. Menentukan karakteristik orificemeter dengan membuat grafik hubungan antara
coefficient of discharge orificemeter (Co) dengan bilangan Reynolds (Reo).
4. Menentukan karakteristik venturimeter dengan membuat grafik hubungan antara
coefficient of discharge venturimeter (Cv) dengan bilangan Reynolds (Rev).
5. Menghitung nilai-nilai konstanta C1, C2, C3, dan K pada persamaan aliran air di
dalam pipa horizontal yang dinyatakan sebagai:
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀 𝐶3
(− 2 ) = 𝐾 ( ) ( ) ( )
𝜌𝑣 𝜇 𝐷 𝐷
II. CARA KERJA
1. Amati suhu percobaan pada temperatur ruangan dan catat.
2. Ukur suhu air ledeng dan aquadest dengan termometer alkohol.
3. Timbang air ledeng dan aquadest dalam piknometer dengan neraca analitis
digital.
4. Ukur waktu alir air ledeng dan aquadest dengan viskosimeter Ostwald.
5. Pengukuran Le elbow
a. Pasang selang yang telah tersambung dengan manometer di antara
elbow yang akan diukur.
b. Isi tangki 2 hingga ketinggian tertentu (Ketinggian minimal harus lebih
dari 10 cm).
c. Atur kran 11 pada keadaan terbuka penuh (0).
d. Samakan ketinggian air pada manometer sebelum percobaan dimulai.
e. Mulailah percobaan setelah tangki 2 mencapai ketinggian tertentu
dengan membuka semua kran yang melewati elbow.
f. Nyalakan pompa.
g. Penurunan ketinggian air di tangki 2 dilihat hingga beda 10 cm dari
ketinggian awal diukur dari penurunan konstan air.
h. Catat waktu yang dibutuhkan dan beda ketinggian pada manometer
i. Matikan pompa.
j. Ulangi langkah percobaan untuk kran 11 pada keadaan terbuka 1/5, 2/5,
3/5, dan 4/5.
Kran yang dibuka: 4, 9, 8, 11, 13, 1, dan 6.
Kran yang ditutup: 2, 3, 7, 10, 12, 14, 15, dan 5.
Kran yang divariasi : 11
6. Pengukuran Le kran
a. Pasang selang yang telah tersambung dengan manometer di antara
kran 11, kran 9 diatur pada keadaan terbuka 4/5+1/2 (selalu).
b. Semua kran dibuka penuh pada aliran yang diukur, kecuali kran 9.
c. Atur kran 8 pada keadaan terbuka penuh (0) dan kran 11 pada keadaan
(1/5).
d. Penurunan ketinggian air di tangki 2 dilihat hingga beda 10 cm dari
ketinggian awal diukur dari penurunan konstan air.
e. Catat waktu yang dibutuhkan dan beda ketinggian pada manometer.
f. Ulangi langkah percobaan untuk kran 8 terbuka penuh (0) dengan kran
11 diatur pada keadaan terbuka 1/5 + 1/2, 2/5, 2/5 + 1/2, dan 3/5.
Dilakukan juga saat kran 8 dibuka 1/5 dan 2/5, sehingga diperoleh 15
data.
- Pipa 2
i. Kran yang dibuka: 4, 9, 8, 7, 10, 6, dan 1.
ii. Kran yang ditutup: 2, 3, 11, 12, 13, 14, 15, dan 5.
iii. Kran yang divariasi : 9
- Pipa 3
i. Kran yang dibuka: 1, 4, 8, 9, 11, 13, dan 6.
ii. Kran yang ditutup: 2, 3, 5, 15, 12, 7, dan 10.
iii. Kran yang divariasi : 9
- Pipa 4
i. Kran yang dibuka: 1, 4, 6, 9, 12, 13, dan 14
ii. Kran yang ditutup: 2, 3, 5, 8, 11, 10, 15, dan 7.
iii. Kran yang divariasi : 9
Dengan, 𝛥𝑃 = 𝜌. 𝑔. 𝛥ℎ
𝐿𝑒 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤, 𝑐𝑚
𝐷 = 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑖𝑝𝑎, 𝑐𝑚
𝑓 = 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑓𝑟𝑖𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑝𝑎
𝛥ℎ = 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟, 𝑐𝑚
𝑔
𝑔 = 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 = 981 ⁄ 2
𝑐𝑚
𝛥𝑧 = 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 = 8 𝑐𝑚
𝐿𝑒𝑝𝑖𝑝𝑎 = 18 𝑐𝑚
Faktor friksi merupakan fungsi bilangan Reynolds dan dapat diketahui dengan:
𝜌. 𝑣. 𝐷
𝑅𝑒 =
𝜇
64
Bila Re < 2100 (laminar), maka 𝑓 =
𝑅𝑒
Bila 2100 < Re < 3000, maka harga f dapat dibaca pada Appendix dari
literature (Foust,1980)
0.5
Bila Re > 3000 (turbulen), maka 𝑓 = 0,0055 + 𝑅𝑒 0.32
2. (−𝛥𝑃)
𝑣1 =
√ 𝐷 4
𝜌. [(𝐷1 ) − 1]
𝑜
D2 sulit untuk dihitung, sehingga didekati dengan Do. Adanya asumsi dan D2
= Do menimbulkan penyimpangan yang harus dikoreksi dengan faktor koreksi
Co.
2. (−𝛥𝑃)
𝑣1 = 𝐶𝑜 .
√ 𝐷 4
𝜌. [(𝐷1 ) − 1]
𝑜
𝑣1
𝐶𝑜 =
2. (−𝛥𝑃)
√ 𝐷 4
𝜌. [( 1 ) − 1]
𝐷𝑜
2. (−𝛥𝑃)
𝑣1 =
√ 𝐷 4
𝜌. [(𝐷1 ) − 1]
𝑣
2. (−𝛥𝑃)
𝑣1 = 𝐶𝑣 .
√ 𝐷 4
𝜌. [(𝐷1 ) − 1]
𝑣
𝑣1
𝐶𝑣 =
2. (−𝛥𝑃)
√ 𝐷 4
𝜌. [( 1 ) − 1]
𝐷𝑣
∆𝑃 ′
𝜌𝑣𝐷 𝐶1
(− ) = 𝑘 . ( )
𝜌𝑣 2 𝜇
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷
𝑙𝑜𝑔 (− 2
) = log(𝑘 ′ ). 𝐶1 . 𝑙𝑜𝑔 ( )
𝜌𝑣 𝜇
𝜌𝑣𝐷
𝑥 = log ( )
𝜇
𝜀𝑥. 𝜀𝑦 − 𝑛𝜀(𝑥. 𝑦)
𝐴 = 𝐶1 =
(𝜀𝑥)2 − 𝑛. 𝜀𝑥 2
𝜀𝑦 − 𝑛. 𝜀𝑥
𝐵 = log 𝑘′ =
𝑛
Karena variable yang digunakan hanya bilangan Reynolds saja dan regresi yang
dilakukan untuk tiap pipa, maka didapatkan 3 data C1
∑ 𝐶1
𝐶1 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀 𝐶3
(− ) = 𝐾 ( ) ( ) ( )
𝜌𝑣 2 𝜇 𝐷 𝐷
Nilai C3 dapat diturunkan dengan memvariasikan bilangan Reynolds dan jenis
pipa.
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀 𝐶3
(− ) ( ) ( ) = 𝐾 ( )
𝜌𝑣 2 𝜇 𝐷 𝐷
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀
𝑙𝑜𝑔 [(− 2 ) ( ) ( ) ] = log(𝐾) + 𝐶3 . 𝑙𝑜𝑔 ( )
𝜌𝑣 𝜇 𝐷 𝐷
Dengan Regresi liner diperoleh:
𝑦 = 𝐴. 𝑥 + 𝐵
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2
Dengan, 𝑦 = 𝑙𝑜𝑔 [(− 2 )( ) ( ) ]
𝜌𝑣 𝜇 𝐷
𝜀
𝑥 = 𝑙𝑜𝑔 ( )
𝐷
𝜀𝑥. 𝜀𝑦 − 𝑛𝜀(𝑥. 𝑦)
𝐴 = 𝐶3 =
(𝜀𝑥)2 − 𝑛. 𝜀𝑥 2
𝜀𝑦 − 𝑛. 𝜀𝑥
𝐵 = log 𝐾 =
𝑛
Nilai variable x pada setiap pipa sama, sehingga nilai y pada setiap pipa dirata
rata. Regresi linier dilakukan dengan 3 buah data x dan y.
9. Menghitung kesalahan relatif rata rata
∆𝑃 ∆𝑃
(− 2 ) − (− 2 )
𝜌𝑣 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝜌𝑣 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = . 100%
∆𝑃
(− 2 )
[ 𝜌𝑣 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 ]
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀 𝐶3
Dengan, (− 𝜌𝑣 2 ) = 𝐾( 𝜇
) (𝐷) (𝐷)
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛
∆𝑃 𝑔. 𝛥ℎ
(− ) =
𝜌𝑣 2 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 𝑣2
∑ 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑛
LAPORAN SEMENTARA
ALIRAN FLUIDA (B)
Hari/tanggal :
Praktikan : 1. NIM :
2. NIM :
3. NIM :
Asisten : Kresnadeva Ihza Saputra
DATA PERCOBAAN
Suhu percobaan : °C
Suhu air : °C
Suhu aquadest : °C
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer + air : gram
Berat piknometer + aquadest : gram
Diameter dalam pipa : 2,75 cm
Diameter orificemeter : 2,50 cm
L pipa terukur (pipa) : 152 cm
L pipa terukur (elbow) : 18 cm
L pipa terukur (kran) : 23 cm
Waktu alir air : 1. detik
2. detik
3. detik
Waktu alir aquadest : 1. . detik
2. detik
3. detik
2 1/5
3 2/5
4 3/5
5 4/5
2. Tabel hubungan antara debit pompa (Q) dan sudut putar kran pengatur debit (α)
untuk penentuan Le kran
No. Sudut putar Sudut putar Waktu,detik ∆h, cm
kran no. 8 kran no. 11 (α)
1/5
1/5 + 1/2
1 0 2/5
2/5 + 1/2
3/5
1/5
1/5 + 1/2
2 1/5 2/5
2/5 + 1/2
3/5
1/5
1/5 + 1/2
3 2/5 2/5
2/5 + 1/2
3/5
3. Tabel hubungan antara beda elevasi manometer (∆h), diameter (D), dan debit (Q)
untuk penentuan persamaan umum pressure drop
0/5
1/5
1 3,6 2/5
3/5
4/5
0/5
1/5
2 2,75 2/5
3/5
4/5
0/5
1/5
3 2,15 2/5
3/5
4/5
4. Tabel hubungan antara sudut putar kran pengatur (α) dan beda elevasi (∆h)
manometer venturimeter dan manometer orificemeter.
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN
ALIRAN FLUIDA (B)
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran 25
Total 100
DIFUSIVITAS INTEGRAL (C)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan harga difusivitas asam asetat
(CH3COOH) dalam air dengan prinsip hitung integral.
Keterangan :
1. Tangki penyimpan air
2. Selang air
3. Katup pengatur aliran air
4. Bahan isian
5. Aliran laminar overflow
6. Pipa kapiler
2. Perhitungan Densitas dan Viskositas Asam Asetat, Air Kran, dan Aquadest
𝑚𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝜌𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = × 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛 = × 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝜌𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝜇𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = × × 𝜇𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛
𝜇𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛 = × × 𝜇𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Praktikan : 1. NIM :
2. NIM :
3. NIM :
Hari/Tanggal :
Asisten : Wilianto Kurniawan / Alfian Yudha Prihatmoko
DATA PERCOBAAN
o
Suhu percobaan : C
o
Suhu aquadest : C
Diameter selang : cm
Debit air overflow : 1. mL/s
2. mL/s
Waktu alir larutan asam asetat: 1. s
2. s
Waktu alir aquadest : 1. s
2. s
Waktu alir air kran : 1. s
2. s
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer + lar.asam asetat : gram
Berat piknometer + aquadest : gram
Berat piknometer + air kran : gram
Berat asam oksalat : gram
Yogyakarta, 2018
Asisten, Praktikan,
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN LAPORAN
DIFUSIVITAS INTEGRAL (C)
Nama/NIM :
Nilai Nilai Nilai
Poin Penilaian
Sementara Revisi Maksimal
Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan 10
Hasil dan Pembahasan 45
Definisi difusi
Jenis difusi berdasarkan gerakan fluida
dan tipe difusi apa yang digunakan 7
dalam percobaan ini
Faktor yang mempengaruhi difusi
Penjelasan ringkas cara kerja (hanya proses
difusi) mencakup :
o Alasan menggunakan pipa kapiler
o Alasan pemasangan pipa kapiler tegak
8
lurus aliran
o Alasan aliran air harus laminar dan
overflow
o Asumsi yang digunakan
Penjelasan metode penentuan koefisien
difusivitas
Tabel mengenai syarat penggunaan,
kelebihan dan kekurangan untuk rumus
empiris
o Wilke-Chang (Treybal, 1981)
10
o Wilke-Chang (Perry, 2008)
Metode Analitis
o Gambar sistem, inkremen, neraca
massa pada elemen volume, dan
kaitan hukum Fick hingga didapat PD
parsial orde 2 serta IC dan BC
Pembahasan hasil
Nilai difusivitas dari referensi dan hasil
perhitungan ketiga metode
Fitting data percobaan terhadap
perhitungan dengan grafik t/L^2 vs
20
E(%),serta penjelasannya
Grafik t/L^2 vs E(%) untuk rumus
empiris dan referensi, serta
perbandingan dengan data percobaan.
Penjelasan penyimpangan (jika ada)
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran 25
Total 100
SEDIMENTASI
(D)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kecepatan sedimentasi pada berbagai konsentrasi padatan dengan
membuat grafik hubungan antara kecepatan sedimentasi dengan konsentrasi
padatan pada lapisan batas.
2. Mencari persamaan kurva 𝑍𝐿 dan 𝜃𝐿 untuk fase free settling dan hindered
settling.
Keterangan:
𝐶 = konsentrasi pada lapisan, g/L
𝑣 = kecepatan sedimentasi, cm/s
𝑣̅𝐿 = kecepatan naiknya lapisan, cm/s
𝑐 − 𝑑𝑐 = konsentrasi padatan masuk lapisan, g/L
𝑣 + 𝑣̅𝐿 = kecepatan padatan keluar terhadap
permukaan lapisan, cm/s
𝑣 + 𝑑𝑣 = kecepatan padatan masuk ke dalam
lapisan terhadap permukaan lapisan, cm/s
sehingga,
𝑣 = 𝐶𝑓 ′ 𝐶 − 𝑓(𝐶) (9)
Karena C konstan untuk percobaan ini, maka 𝑓 ′ 𝐶 dan 𝑓𝐶 juga konstan
sehingga 𝑣̅𝐿 konstan. Nilai 𝑣̅𝐿 yang konstan ini dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi padatan pada batas atas dari suatu lapisan
batas pada percobaan.
𝑧𝑖 −𝑧𝐿
𝑣𝐿 = tg 𝛼 = (15)
𝜃𝐿
𝑧𝑖 = 𝑧𝐿 + 𝜃𝐿 𝑣𝐿 (16)
𝑧0 𝐶0
𝐶𝐿 = (17)
𝑧𝑖
dengan,
𝑧𝑖 = intersep dari garis singgung kurva pada titik (𝜃𝐿 , 𝑧𝐿 )
Perhitungan selanjutnya menghasilkan data untuk grafik hubungan 𝑣𝐿
dan 𝐶𝐿 .
b. Cara Numeris
i. Keadaan kecepatan sedimentasi tetap (free settling)
𝑧𝐿1 −𝑧𝐿2
𝑣𝐿 = − 𝜃 (18)
𝐿1 −𝜃𝐿2
𝑑𝑧𝐿
𝑣𝐿 = − 𝑑𝜃 = konstan (19)
𝐿
dengan,
𝑣𝐿 = kecepatan sedimentasi, cm/detik
𝑧𝐿 = tinggi lapisan batas, cm
𝜃𝐿 = waktu sedimentasi, detik
(Brown, 1950)
Persamaan diintegralkan :
∫ 𝑑𝑧𝐿 = ∫ −𝑣𝐿 𝑑𝜃𝐿 (20)
∫ 𝑑𝑧𝐿 = −𝑣𝐿 ∫ 𝑑𝜃𝐿 (21)
𝑧𝐿 = −𝑣𝐿 𝜃𝐿 + 𝑐1 (22)
Jika persamaan ditulis dalam bentuk 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏, maka dapat
digunakan metode least square untuk mencari a dan b.
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏 (23)
dengan,
𝑦 = 𝑧𝐿
𝑥 = 𝜃𝐿
𝑑𝑧𝐿
𝑎 = −𝑣𝐿 =
𝑑𝜃𝐿
𝑏 = 𝑐1
Pada free settling, kurva 𝜃𝐿 vs 𝑧𝐿 berbentuk garis lurus, 𝑧𝑖 = 𝑧0 ,
sehingga,
𝑧0 𝐶0 𝑧0 𝐶0
𝐶𝐿 = = (24)
𝑧𝑖 𝑧0
𝐶𝐿 = 𝐶0 (25)
dengan,
𝐶𝐿 = konsentrasi slurry pada 𝜃𝐿 , gram/L
𝐶0 = konsentrasi slurry awal, gram/L
dengan,
𝑧𝐿 = tinggi lapisan batas pada 𝜃𝐿 , g/L
𝑧∞ = tinggi lapisan batas saat 𝜃 = 𝜃∞ , cm
𝑘 = konstanta untuk sistem sedimentasi partikel
(Brown, 1950)
Persamaan diintegralkan,
𝑧𝐿 𝑑𝑧𝐿 𝜃𝐿
∫𝑧 − (𝑧 −𝑧 ) = ∫0 𝑘𝑑𝜃𝐿 (27)
𝑐 𝐿 ∞
𝑧𝐿 −𝑧∞
𝑙𝑛 𝑧 −𝑧 = −𝑘𝜃𝐿 (28)
𝑐 ∞
𝑧𝐿 −𝑧∞
= 𝑒 −𝑘𝜃 𝐿
(29)
𝑧𝑐 −𝑧∞
𝑧𝐿 = 𝑧∞ + (𝑧𝑐 − 𝑧∞ )𝑒 −𝑘𝜃 𝐿
(30)
dengan,
𝑧𝑐 = fungsi daerah kompresi pada konsentrasi kritis, cm
Persamaan (28) dapat ditulis dalam bentuk :
ln(𝑧𝐿 − 𝑧∞ ) = ln(𝑧𝑐 − 𝑧∞ ) − 𝑘𝜃𝐿 (31)
Persamaan (31) ditulis dalam bentuk linier :
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏 (32)
dengan,
𝑦 = ln(𝑧𝐿 − 𝑧∞ )
𝑥 = 𝜃𝐿
𝑎 = −𝑘
𝑏 = ln(𝑧𝑐 − 𝑧∞ )
Kesalahan relatif untuk n data dihitung dengan persamaan :
1 𝑧𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 −𝑧𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Kesalahan relatif = 𝑛 [∑ | |] × 100% (33)
𝑧𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
(37)
Massa air, 𝑚𝑎 = 𝐴𝑧𝑐 𝜌𝑥 + 𝐴(𝑧0 − 𝑧𝑐 )𝜌
(38)
Massa total,
𝑚𝑡 = 𝑚𝑝 + 𝑚𝑎 = 𝐴𝑧𝑐 𝜌𝐶𝑎𝐶𝑂 1 − 𝑥 + 𝐴𝑧𝑐 𝜌𝑥 + 𝐴(𝑧0 − 𝑧𝑐 )𝜌 (39)
3
dengan,
𝑥 = porositas cake
𝐶0 = konsentrasi mula-mula padatan dalam slurry, g/cm3
𝐴 = luas penampang, cm2
𝑧0 = tinggi slurry sebelum sedimentasi, cm
𝑧𝑐 = tinggi cake, cm
𝜌𝐶𝑎𝐶𝑂3
= densitas CaCO3, g/cm3
𝜌 = densitas air, g/cm3
𝑥𝑠 = kadar CaCO3 dalam suspensi (g CaCO3/g slurry), fraksi
massa
Kadar padatan dihitung dengan persamaan :
𝐶0 𝑉0
𝑥𝑠 = 𝐶𝑉 (44)
𝑉0 − 0 0 𝜌+𝐶0 𝑉0
𝜌𝐶𝑎𝐶𝑂3
dengan,
𝑉0 = volume larutan konstan, cm3
DATA PERCOBAAN
Massa CaCO3 : 1. 2. gram
Suhu percobaan : °C
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer + air kran: gram
Berat piknometer + aquadest : gram
Berat piknometer + beningan : 1. Konsentrasi awal 40 g/L : gram
2. Konsentrasi awal 60 g/L : gram
Waktu alir kran : 1. 2. 3. detik
Waktu alir aquadest : 1. 2. 3. detik
Waktu alir beningan :
a. Konsentrasi awal 40 g/L : 1. 2. 3. detik
b. Konsentrasi awal 60 g/L : 1. 2. 3. detik
1. Konsentrasi awal 40 g/L
Massa CaCO3 : gram
Asisten, Praktikan,
1.
2.
POIN PENILAIAN
SEDIMENTASI (D)
Nama :
NIM : 16 /
Poin
Komponen Penilaian Poin Poin
Max
Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan
A. Bahan
10
B. Alat
C. Cara Kerja
Hasil dan Pembahasan
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi
sedimentasi
2. Alasan mengapa praktikum ini dilakukan
dengan sedimentasi batch
3. Penjelasan free settling dan hindered settling
4. Pengertian koagulasi dan flokulasi serta
perbedaannya
5. Aplikasi sedimentasi di dunia industri dan
sebutkan contoh alatnya
45
6. Asumsi yang digunakan
7. Penjelasan hasil percobaan
8. Perbandingan perhitungan dengan metode
visual dan pemrograman secara komputer.
Grafik – grafik :
a. Grafik 𝑧𝐿 vs 𝜃𝐿 percobaan
b. Grafik 𝑧𝐿 vs 𝜃𝐿 pemrograman komputer
c. Grafik 𝑣𝐿 vs 𝐶𝐿 percobaan dan
persamaan
d. Grafik 𝑣𝐿 vs 𝐶𝐿 pemrograman komputer
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran
A. Data Percobaan
25
B. Analisis Data
C. Perhitungan
Total 100
FILTRASI
(E)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan Percobaan filtrasi adalah
1. Membuat grafik hubungan antara Δtf / ΔV dengan V rata-rata pada operasi dengan
pressure drop konstan.
2. Membuat grafik hubungan antara konstrasi zat warna dalam air pencuci (Cw)
dengan volume air pencuci (Vw) pada operasi filtrasi dengan pressure drop
kosntan.
3. Menentukan harga kosntanta filtrasi (Cv).
4. Menentukan harga volume ekivalen (Ve).
5. Menentukan waktu siklus optimum (ts optimum).
6. Menentukan volume filtrat optimum (V optimum).
7. Menentukan volume air pencuci optimum (Vw optimum).
dengan (2)
∆𝑡𝑓 2𝐶𝑣 2𝐶𝑣𝑉𝑒
= 2 𝑉+ 2
∆𝑉 𝐴 (−∆𝑃) 𝐴 . (−∆𝑃)
∆𝑡𝑓
Jika persamaan (2) dipakai untuk membuat grafik hubungan antara ∆𝑉
dengan V,
sebagai berikut
a) Untuk data awal dipakai first forward difference:
∆𝑡𝑓 −3𝑡𝑛 + 4𝑡𝑛+1 − 𝑡𝑛+2
( ) = (4)
∆𝑉 𝑛 2(∆𝑉)
b) Untuk data tengah dipakai first central difference:
∆𝑡𝑓 𝑡𝑛+1 − 𝑡𝑛−1
( ) = (5)
∆𝑉 𝑛 2(∆𝑉)
c) Untuk data akhir dipakai first backward difference:
∆𝑡𝑓 3𝑡1 − 4𝑡𝑛−1 + 𝑡𝑛−2 (6)
( ) =
∆𝑉 𝑛 2(∆𝑉)
𝐶𝑠𝑜 ℎ𝑠 (9)
𝐶𝑤 =
𝑛 ℎ𝑤
Dengan n = 2x
Dengan membuat grafik hubungan antara Cw dan Vw, harga Vw dapat diketahui yaitu
pada saat Cw konstan atau mendekati konstan, yaitu saat kurva Cw vs Vw
mendatar.
3. Menentukan Volume Filtrat Optimum dan Waktu Siklus Filtrasi Optimum
Untuk menentukan volume filtrat optimum ( Vopt ) dan waktu siklus filtrasi optimum
(tsopt) digunakan persamaan :
𝐴2 (−∆𝑃) 𝑡𝑝
𝑉=√ (10)
𝐶𝑣 1 + 2𝑘
𝑉𝑤
Dengan 𝑘 = 𝑉
Praktikan : 1. NIM:
2. NIM:
3. NIM:
Hari/Tanggal :
Asisten : Handika Muhammad Prabu
DATA PERCOBAAN
Massa CaCO3 : gram Ukuran frame : x cm2
Volume Waktu bongkar deti
air : L pasang : menit k
Zat lemba
Warna : gram Jumlah filter cloth : r
Konsentrasi lar.
standar : 0,36 gram / 0,3 L air Pressure drop : bar
Asisten, Praktikan,
1.
2.
POIN PENILAIAN
FILTRASI
(E)
Nama :
NIM :
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menghitung nilai faktor koreksi terhadap waktu pengosongan tangki dengan
cara membandingkan waktu efflux pengamatan terhadap waktu efflux teoritis.
II. CARA KERJA
A. Penentuan Sifat Fisis
1. Timbang garam dapur sebanyak 250 gram, kemudian dilarutkan dalam 8 liter
air ledeng.
2. Ukur densitas aquadest dan larutan garam dengan menggunakan piknometer
dengan menimbang berat masing-masing cairan dalam pikometer di neraca
analitis digital.
3. Hitung viskositas aquadest dan larutan garam dengan menggunakan
viskosimeter Ostwald dengan mengukur waktu alirnya.
Kode G2: untuk poin B.4, larutan garam yang dimasukkan ke dalam tangki
mencapai ketinggian lebih dari 17,5 cm dan untuk poin B.6, menggunakan
interval penurunan cairan 2,5 cm (∆h = 2,5 cm).
III. ANALISIS DATA
1. Menentukan densitas larutan garam
(−∆𝑃) = 𝜌 × 𝑔 × ℎ (7)
3. Menentukan efflux time teoritis
𝜌×𝑣×𝐷𝑝
𝑅𝑒 = (8)
𝜇
𝑄
𝑣=𝐴 (9)
𝑝
𝜋 ∆𝐻
𝑄 = 4 × 𝐷𝑡 2 × 𝑡𝑠
(10)
𝜋
𝐴𝑝 = 4 𝑥𝐷𝑝 2 (11)
64
𝑓=
𝑅𝑒
(14)
b. Untuk aliran transisi, 2100 < Re < 4000
4×(0.0791)
𝑓= 𝑅𝑒 0.25
(15)
c. Untuk aliran turbulen, Re > 4000
0.25
𝑓= 2 (16)
𝜀
(𝑙𝑜𝑔( ))
3.71𝐷
𝑡
ɳ = 𝑡𝑠 (17)
𝑡
A. Data Percobaan
Konsentrasi larutan garam : .………………… Gram/ …………. Liter
Suhu larutan : …………………. o
C
Berat piknometer kosong : …………………. Gram
Berat piknometer + aquadest : …………………. Gram
Berat piknometer + larutan garam : …………………. Gram
Waktu alir aquadest : 1 ………………. Detik
2 ………………. Detik
Waktu alir larutan garam : 1 …….………… Detik
2 ………………. Detik
Diameter tangki : …………………. cm
H1 = …………….. cm H4 = ………….…. cm
H2 = …………….. cm H5 = …………...... cm
H3 = …………….. cm H6 = …………….. cm
B. Data untuk Variasi Diameter Pipa
No L, cm Dp, cm ts, detik
Asisten, Praktikan,
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN
EFFLUX TIME (G)
NAMA :
NIM :
PARAMETER MAKS NILAI
Cover dan Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan
- Bahan 2
- Rangkaian alat (gambar sendiri) 3
- Metodologi percobaan 5
Hasil dan Pembahasan
1. Pengertian efflux time
2. Penjelasan peristiwa terjadinya efflux
time
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efflux time
4. Penjelasan persamaan Bernoulli
55
5. Pengertian vortex
6. Pengertian faktor koreksi dalam efflux
time
7. Asumsi
8. Aplikasi effux time dalam industri
9. Kesimpulan dari data percobaan
dibandingkan dengan teori
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran
A. Data Percobaan 2
B. Analisis Data 3
C. Perhitungan 3
D. Pemrograman 4
E. Laporan Sementara 2
Total 100
Grafik Percobaan:
1. Hubungan antara faktor koreksi dengan diameter pipa pada L (panjang) tetap
2. Hubungan antara faktor koreksi dengan panjang pipa pada Dp (diameter) tetap
3. Hubungan antara ln(faktor koreksi) dengan ln(L/Dp) pada L (panjang) tetap
4. Hubungan antara ln(faktor koreksi) dengan ln(L/Dp) pada Dp (diameter) tetap
H.E.T.P.
(H)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai H.E.T.P. (Height Equivalent to a
Theoritical Plate) yaitu tinggi packing (bahan isian) yang ekivalen dengan satu plate
teoritis, atau yang memberikan perubahan komposisi yang sama dengan perubahan
komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis.
Keterangan:
1. Pendingin
2. Aliran air pendingin
3. Termometer suhu atas
4. Statif
5. Kran distilat
6. Klem
7. Kolom distilasi
8. Termometer suhu bawah
9. Labu leher tiga
10. Batu didih
11. Pemanas mantel
12. Pengungkit
13. Knop pengatur ketinggian
B. CARA KERJA
1. Tahap Distilasi
a. Membuat larutan umpan dengan komposisi 150 mL etanol dan 150 mL aquadest
menggunakan labu ukur.
b. Pada waktu awal ambil larutan umpan sedikit dan ukur indeks bias dengan
refraktometer.
c. Masukkan larutan umpan ke labu leher tiga dan tambah batu didih.
d. Rangkai alat distilasi.
e. Pemanas mantel dan pendingin balik dihidupkan.
f. Kran distilat dipastikan terbuka.
g. Tunggu hingga mendidih dan suhu atas dan bawah konstan.
h. Saat ada tetesan pertama pada distilat ubah kran menjadi refluks total.
i. Setiap 15 menit ambil sampel 2 mL dan ukur indeks bias serta waktu
penampungan.
j. Setiap pengambilan sampel ukur suhu atas dan suhu bawah.
k. Lakukan pengambilan sampel hingga diperoleh 5 data.
l. Matikan pemanas dan ukur indeks bias residu.
2. Penentuan Kurva Standar
a. Campur etanol dan aquadest dengan perbandingan 9:0, 8:1, 7:2, 6:3, 5:4, 4:5, 3:6,
2:7, 1:8, dan 0:9.
b. Ukur indeks bias tiap perbandingan campuran dengan refraktometer.
3. Pengukuran Densitas Aquadest dan Etanol
a. Timbang piknometer kosong.
b. Isi piknometer dengan aquadest, lalu ditimbang.
c. Isi piknometer dengan etanol, lalu ditimbang.
Karena etanol yang digunakan tidak murni 100%, maka persamaan menjadi
𝜌𝑎 .𝑉𝑎 .𝐾
𝑛𝑎 = 𝜇𝑎
(7)
Maka,
𝑦𝐴
𝑃𝐴 ° = 𝑥𝐴
× 𝑃𝑡 (13)
𝑦𝐵
𝑃𝐵 ° = 𝑥𝐵
× 𝑃𝑡 (14)
Sehingga,
𝑃𝐴 ° 𝑦𝐴 𝑥𝐵
𝑃𝐵 °
= 𝑥𝐴 𝑦𝐵
(15)
𝑃 °
Karena yB = 1 – yA; xB = 1 – xA ; dan 𝛼 = 𝑃𝐴 ° maka persamaan (15) menjadi:
𝐵
𝑦𝐴 (1−𝑥𝐴 )
𝛼= (16)
𝑥𝐴 (1−𝑦𝐴 )
𝑦𝐴 𝛼 𝑥𝐴
= (17)
(1−𝑦𝐴 ) (1−𝑥𝐴 )
Keterangan:
R = Refluks
F = kecepatan umpan
B = kecepatan residu
D = kecepatan distilat
Xf = komposisi umpan
XD = komposisi distilat
XB = komposisi bawah
qc = beban condenser
qr = beban reboiler
Pada refluks total garis operasi berimpit dengan garis diagonal, sehingga yN =
xN-1 atau yB = xN
𝑦𝐵 = 𝑥𝑁 (19)
Sehingga persamaan (18) menjadi:
𝑥𝑁 𝛼𝐵 𝑥𝐵
= (20)
(1−𝑥𝑁 ) (1−𝑥𝐵 )
dengan 𝛼1 ≈ 𝛼2 ≈ 𝛼3 ≈ ⋯ ≈ 𝛼𝑁 ≈ 𝛼𝐵 ≈ 𝛼𝑎𝑣𝑔
sehingga:
(𝛼𝑎𝑣𝑔 )𝑁𝑚+1 = 𝛼1 . 𝛼2 . 𝛼3 … … … 𝛼𝑁 𝛼𝐵 (25)
Pada kondenser total berlaku:
𝑦1 = 𝑥𝐷 (26)
Persamaan (25) dan (26) disubstitusi ke persamaan (24):
𝑥𝐷 𝑥
1−𝑥𝐷
= (𝛼𝑎𝑣𝑔 )𝑁𝑚+1 (1−𝑥𝐵 (27)
𝐵)
Sehingga diperoleh :
𝑥𝐷 1−𝑥𝐵
𝑙𝑜𝑔𝑙𝑜𝑔 [( )( )]
1−𝑥𝐷 𝑥𝐵
𝑁𝑚+1 = 𝑙𝑜𝑔𝑙𝑜𝑔 𝛼𝑎𝑣𝑔
(28)
𝑃 °
𝛼𝐷 = 𝑃𝐴 ° pada komponen distilat (Treyball) (31)
𝐵
𝑃𝐴 ° 𝑦𝐴 .𝑥𝐵 𝑦𝐴 (1−𝑥𝐴 )
𝛼𝐴𝐵 = 𝑃𝐵 °
= 𝑥𝐴 .𝑦𝐵
= 𝑥𝐴 (1−𝑦𝐴 )
(37)
` Sehingga,
1−𝑦𝐴 1−𝑥𝐴
𝛼𝐴𝐵 = (38)
𝑦𝐴 𝑥𝐴
𝑥𝐴
𝑦𝐴 = 𝛼𝐴𝐵 1+(𝛼 (39)
𝐴𝐵 −1)𝑥𝐴
Setelah diperoleh nilai xA dan yA, dibuat grafik xA vs yA dan xA=yA. Dari grafik
tersebut dapat dihitung jumlah stage yang dibutuhkan dalam distilasi. Tarik
garis horizontal pada titik xD di x=y line. Lalu tabrakkan ke vapor-liquid
equilibrium line. Lakukan terus sampai melewati xB. segitiga terakhir dihitung
dengan membandingkan luas segitiga kecil dan besar. Ilustrasi perhitungan
stage adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Perhitungan Jumlah Stage
Terlihat bahwa segitiga terakhir tidak dihitung sebagai satu stage melainkan
dihitung dengan mengukur dimensi segitiga kecil dan besar yang terbentuk
pada segitiga terakhir. Misal :
1
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑐𝑏
2
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 = 1 (40)
𝑎𝑑
2
𝑋
𝑊𝑒 = 1−𝑋 𝑊𝑎𝑞 (44)
𝑋 . 𝐵𝑀𝑎𝑞
𝑥𝐴 = 𝐵𝑀 (46)
𝑒 +(𝐵𝑀𝑎𝑞 −𝐵𝑀𝑒 )𝑋
Setelah diperoleh nilai xA dan yA, dibuat grafik xA vs yA dan xA=yA. Dari grafik
tersebut dapat dihitung jumlah stage yang dibutuhkan dalam distilasi. Jumlah
stage ditentukan dengan cara yang sama seperti poin 3b. Harga HETP akan
ditentukan dengan persamaan (33). Berikan ilustrasi segitiga terakhir beserta
dimensinya saat menghitung.
4. Menentukan debit aliran distilat rata-rata
Debit aliran distilat dapat dihitung dengan persamaan:
𝑉
𝑄𝑖 = 𝜃𝑖 (49)
𝑖
Yogyakarta,
2.
POIN PENILAIAN
H.E.T.P. (H)
Nama :
NIM :
Komponen Penilaian Max. Poin Poin
Tujuan Percobaan 5
Metode Percobaan 10
Hasil dan Pembahasan
o Penjelasan tentang menara bahan isian
beserta kelebihan dan kekurangan
serta syarat yang harus dipenuhi jenis
bahan isian
o Penjelasan dan hal-hal yang
mempengaruhi HETP
o Alasan digunakan refluks total pada
percobaan
o Asumsi yang digunakan pada
percobaan tiap metode perhitungan 45
o Hubungan fraksi mol etanol dengan
indeks bias
o Hubungan fraksi mol etanol cair-uap
sebagai larutan ideal dan sebagai
larutan sejati
o Hubungan indeks bias umpan, distilat,
dan residu
o Penjelasan hasil perhitungan H.E.T.P
dari masing-masing metode
o Debit aliran distilat
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran 25
Total 100
KESETIMBANGAN FASE (I)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memperoleh data keseimbangan pada temperatur tetap dari sistem biner etanol
air yang dihubungkan dengan tekanan total (P) pada berbagai komposisi fase
cair (x).
2. Mengevaluasi berbagai model koefisien aktivitas sistem biner dan parameternya
untuk sistem etanol-air.
3. Menggunakan parameter-parameter tersebut untuk meramal kesetimbangan
sistem biner dan membandingkannya dengan data hasil percobaan.
II. Metodologi Percobaan
A. Bahan
1. Aquadest
2. Etanol 96%
B. Rangkaian Alat Percobaan
Keterangan:
1. Lensa okuler
2. Penutup
3. Termometer
4. Pengatur fokus
5. Pengatur skala
6. Tempat sampel
7. Lampu
8. Steker
9. Lensa bias
a. Campur aquadest dan etanol dengan rasio volume 9:0 (aquadest:etanol), kemudian
diaduk sampai homogen.
b. Bersihkan kaca sampel pada refraktometer dengan kapas. Teteskan campuran
tersebut ke lensa refraktometer hingga menutup seluruh bagian kaca sampel. Skala
pengukuran gelap terang dikur hingga terlihat daerah gelap terang dengan
perbandingan 1:1. Baca hasil pengukuran indeks bias yang terdapat pada skala di
lensa okuler. Hasil pengamatan dicatat.
c. Ulangi langkah percobaan untuk campuran aquadest-etanol dengan perbandingan
volume 8:1, 7:2, 6:3, 5:4, 4:5, 3:6, 2:7, 1:8, dan 0:9 dan catat hasil pengukuran
indeks biasnya.
a. Campurkan etanol sebanyak 600 mL dengan 600 mL aquadest. Aduk larutan hingga
homogen.
b. Pastikan kran pengeluaran bagian bawah heater telah tertutup. Setelah itu,
masukkan larutan ke dalam heater.
c. Tutup kran saluran inlet dan saluran outlet. Buka kran yang menuju pompa vakum.
Heater kemudian divakum dengan pompa vakum selama 10 detik dan diulangi
sebanyak 3-5 kali. Tutup kembali kran yang menuju pompa vakum.
d. Larutan didistilasi dengan menyalakan temperature controller. Tunggu hingga suhu
yang terbaca pada temperature controller dan tekanan yang terbaca pada
barometer konstan, kemudian catat nilai suhu dan tekanan tersebut.
e. Alat didinginkan dengan kain basah agar suhunya turun dan tekanannya mencapai
0 bar (terbaca pada skala barometer). Setelah tekanan mencapai 0 bar, ambil residu
secukupnya melalui kran saluran outlet.
f. Ukur indeks bias residu tersebut dengan menggunakan refraktometer.
g. Ulangi langkah percobaan dengan penambahan akuades sebanyak 100 mL hingga
diperoleh 5 data percobaan (suhu, tekanan, dan indeks bias).
dengan,
Vet = Volume larutan etanol, mL
Vair = Volume air/aquadest, mL
ρet = Densitas etanol, g/cm3
ρair = Densitas air, g/cm3
BMet = Berat molekul etanol, g/mol
BMair = Berat molekul air, g/mol
x1 = Fraksi mol etanol, mol/mol
x2 = Fraksi mol air, mol/mol = 1 – x1
2. Pembuatan Kurva Standar Fraksi Mol Etanol vs Indeks Bias
Hubungan antara fraksi mol etanol dan indeks bias larutan didekati
dengan persamaan berikut.
y = A exp(B⁄x1 ) +C
dengan,
x1 = fraksi mol etanol, mol/mol
y = indeks bias
A, B, C = konstanta
Nilai konstanta A, B, dan C dicari dengan toolbox fminsearch pada
program MATLAB, sehingga di[eroleh kurva standar dari persamaan
hubungan indeks bias dengan fraksi mol etanol.
Data yang diperoleh dari hasil percobaan adalah suhu (T), tekanan (P),
dan indeks bias (y). Parameter tekanan merupakan parameter yang
paling mungkin dihubungkan dengan koefisien aktivitas yaitu melalui
persamaan Barker sebagai berikut.
P=x1ϒ1P1sat+ x2ϒ2P2sat
Nilai x1 dan x2 diperoleh dari indeks bias hasil percobaan, nilai ϒ1 dan
ϒ2 diperoleh melalui korelasi Wilson atau NRTL dan nilai Psat diperoleh
dengan persamaan Antoine. Dengan demikian, nilai tekanan hasil
perhitungan dapat dihitung menggunakan persamaan Barker dan
dibandingkan dengan tekanan hasil percobaan untuk memperoleh
konstanta yang memberikan SSE minimun.
LAPORAN SEMENTARA
KESETIMBANGAN FASA (I)
Nama Praktikan: 1. NIM :
2. NIM :
3. NIM :
Asisten : Muhammad Rais Kusuma P
Hari/tanggal :
A. Data Percobaan
o
Suhu Percobaan : C
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer berisi akuades : gram
Berat piknometer berisi etanol : gram
o
Suhu refraktometer : C
1.
2.
POIN PENILAIN KESETIMBANGAN FASA (I)
Lampiran Grafik (Boleh hasil MATLAB / Excel)
Nama:
Nilai NA
Parameter Penilaiain
Max.
Tujuan 5
Metodologi Percobaan
Bahan 3
Alat 3
Cara Kerja 4
Hasil dan Pembahasan
Pembahasan Terkait Teori
Pengertian dan syarat kesetimbangan fase 3
Jenis larutan berdasarkan perilakunya saat kesetimbangan fase terjadi 3
(sifat, persamaan kesetimbangan, contoh)
Konsep fugasitas untuk kesetimbangan fase 2
Konsep Gibbs free energy excess (gE) untuk kesetimbangan fase 2
Korelasi antara gE dan sistem VLE dengan model local composition 5
untuk memprediksi kesetimbangan fase
- Model Wilson
- Model NRTL
beri penjelasan singkat tentang kapan model tersebut digunakan serta
kelebihan dan kekurangannya
Kesetimbangan fase dengan metode Barker: beri penjelasan secara umum 3
dan penjelasan mengapa metode ini umum dipakai
Penerapan konsep kesetimbangan fase di industri 2
Pembahasan Terkait Hasil Percobaan
Asumsi yang diambil 2
Pembahasan hubungan fraksi mol solut (x1) dengan indeks bias larutan (y)* 5
Pembahasan hasil percobaan model Wilson* dan NRTL* 9
penjelasan umum terkait hasil perhitungan
Bagaimana algoritma berpikir untuk penentuan parameter model Wilson 3
dan NRTL: lihat di bagian analisis data, jelaskan kembali dengan
pemahaman Anda masing-masing
Justifikasi terkait model yang lebih sesuai untuk sistem etanol-air: pilih yang 3
lebih sesuai disertai alasan dengan meninjau teori dan hasil perhitungan
Pembahasan hubungan fraksi mol solut dengan tekanan total sistem 3
berdasarkan hasil percobaan: dibandingkan dengan teori yang ada, sudah
sesuai belum, kalo belum kenapa
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran
Data Percobaan 2
Analisis Data 8
Perhitungan 15
EKSTRAKSI
(J)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Memahami prinsip kesetimbangan fasa cair-cair.
2. Mampu menerapkan perhitungan jumlah stage pada ekstraksi multistage.
3. Menentukan efisiensi overall dari operasi ekstraksi.
4. Menentukan persentase recovery dari operasi ekstraksi.
5. Menentukan jumlah stage teoretis secara grafis untuk dibandingkan dengan jumlah
stage percobaan sehingga efisiensi overall dapat dihitung.
∑ NNaOH
NNaOH rata-rata =
n
dengan, NNaOH rata-rata : normalitas larutan NaOH rata-rata, N
n : jumlah data
DATA PERCOBAAN
Suhu percobaan : ̊C
Volume larutan umpan :
1. Asam asetat : mL
2. Aquadest : mL
Berat larutan umpan : gram
Volume dietil eter tiap stage : mL
Berat solven : 1. gram
2. gram
3. gram
Volume rafinat akhir : mL
Massa rafinat akhir : gram
Yogyakarta,
1.
2.
POIN PENILAIAN
Ekstraksi
(J)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Memahami prinsip perpindahan massa dalam sistem gas-cair.
2. Menghitung L/G minimum.
3. Menghitung koefisien perpindahan massa keseluruhan (Kya) dalam sistem gas-
cair.
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan massa dalam sistem
gas-cair.
5. Mempelajari desain proses absorpsi dalam dunia industri.
V. ANALISIS DATA
1. Standardisasi larutan HCl
a. Standardisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Boraks 0,1 N
2 . 𝑚𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 =
𝐵𝑀𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 . 𝑉𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 . 𝑉𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝐻𝐶𝑙 =
𝑉𝐻𝐶𝑙
1
𝑁𝐻𝐶𝑙 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = . (𝑁𝐻𝐶𝑙,1 + 𝑁𝐻𝐶𝑙,2 )
2
b. Standardisasi Larutan HCl 0,002N dengan larutan Boraks 0,001 N
2 . 𝑚𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 =
𝐵𝑀𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 . 𝑉𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 . 𝑉𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝐻𝐶𝑙 =
𝑉𝐻𝐶𝑙
1
𝑁𝐻𝐶𝑙 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = . (𝑁𝐻𝐶𝑙,1 + 𝑁𝐻𝐶𝑙,2 )
2
2. Menentukan Normalitas Larutan NH3
a. Larutan Umpan Awal
𝑁𝐻𝐶𝑙 . 𝑉𝐻𝐶𝑙
𝑁𝑁𝐻3 =
𝑉𝑁𝐻3
1
𝑁𝑁𝐻3 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = . (𝑁𝑁𝐻3 ,1 + 𝑁𝑁𝐻3 ,2 )
2
b. Larutan Sampel
𝑁𝐻𝐶𝑙 . 𝑉𝐻𝐶𝑙
𝑁𝑁𝐻3 =
𝑉𝑁𝐻3
1
𝑁𝑁𝐻3 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = . (𝑁𝑁𝐻3 ,1 + 𝑁𝑁𝐻3 ,2 )
2
c. Larutan Umpan Akhir
𝑁𝐻𝐶𝑙 . 𝑉𝐻𝐶𝑙
𝑁𝑁𝐻3 =
𝑉𝑁𝐻3
1
𝑁𝑁𝐻3 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = . (𝑁𝑁𝐻3 ,1 + 𝑁𝑁𝐻3 ,2 )
2
3. Menentukan Densitas Larutan Umpan dan Larutan Sampel
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = (𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 ) − (𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 )
𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 = (𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝+𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 ) − (𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 )
𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = (𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝+𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ) − (𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝 )
𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
𝜌𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 = . 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = . 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Nilai 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 harus dicari dari referensi (misalkan Perry’s Chemical Engineering
Handbook), dengan mengacu suhu dan tekanan percobaan.
4. Menentukan Viskositas Lautan Umpan dan Larutan Sampel
𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 . 𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝜇𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = .𝜇
𝑡𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 . 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 . 𝜌𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
𝜇𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 = .𝜇
𝑡𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 . 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
Nilai 𝜇𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 harus dicari dari referensi (misalkan Perry’s Chemical Engineering
Handbook), dengan mengacu suhu dan tekanan percobaan.
5. Menentukan Kecepatan alir gas
G = C0 + C1 H + C2 H 2 + C3 H 3 + C4 H 4 + C5 H 5
dengan,
G = debit gas, L/s
H = beda tinggi manometer, cm
C0 = -2,225682 x 10-2
C1 = 0,1130436
C2 = -5,845917 x 10-2
C3 = 1,588013 x 10-2
C4 = -1,47744 x 10-3
C5 = 9,203384 x 10-5
6. Menentukan Kecepatan alir cairan
𝐿 = C0 + C1 H + C2 H 2 + C3 H 3 + C4 H 4 + C5 H5 + 𝐶6 𝐻6 + 𝐶7 𝐻 7
dengan,
L = debit cairan, mL/s
H = ketinggian floatmeter, cm
C0 = 2,751086
C1 = -1,566852
C2 = 0,7726046
C3 = -2,302872 x 10-2
C4 = -1,284978 x 10-2
C5 = 3,667250 x 10-3
C6 = -4,421679 x 10-4
C7 = 1,833703 x 10-5
7. Menghitung kadar Ammonia dalam Larutan dan Gas
1
𝑁𝑁𝐻3 . 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 . 1000 . 𝐵𝑀𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑥0 =
1
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 . 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑁𝑁𝐻3 . 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 . 1000 . 𝐵𝑀𝑁𝐻3
dengan,
BM aquadest = 18,0154 gram/gmol
BM NH3 = 17,0307 gram/gmol
Maka persamaan menjadi
𝑁𝑁𝐻3 . 18,0154
𝑥0 =
𝜌𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 . 1000 − 𝑁𝑁𝐻3 . 17,0307
Rasio mol NH3 dalam gas dihitung dengan persamaan :
𝐿𝑠. (𝑥ℎ − 𝑥0 ) = 𝐺𝑠. (𝑦ℎ − 𝑦0 )
Air masuk dari puncak menara absorber dalam kondisi bebas NH3 (xh=0),
sehingga
𝐿𝑠
𝑦ℎ − 𝑦0 = 𝑥ℎ − 𝑥0 . ( )
𝐺𝑠
𝐿𝑠
𝑦ℎ = 𝑦0 − 𝑥0 . ( )
𝐺𝑠
8. Menghitung Persamaan Kurva Setimbang antara Ammonia-Udara pada Suhu dan
Tekanan percobaan
Persamaan kesetimbangan diperoleh dengan membaca dua titik, yaitu
(x1,y1) dan titik (x2,y2) pada literatur (Brown, 1950)
Pada persamaan ini, titik (x1,y1) yaitu (0,0) yang menggambarkan suatu
keadaan di mana tidak ada ammonia di aliran cairan, sedangkan titik (x2,y2)
diambil dari data konsentrasi umpan mula mula x2 dalam fraksi mol dikonversikan
ke x2 dlam fraksi massa dengan persamaan :
𝑁𝑁𝐻3 . 𝐵𝑀𝑁𝐻3
𝑥2 =
𝜌𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 . 1000
Selanjutnya dari titik x2 ditarik garis vertikal memotong equilibrium
construction line pada 14,7 psia (1 atm). Dari perpotongan tersebut, ditarik garis
horizontal sampai memotong saturated vapor pada 14,7 psia. Selanjutnya dibaca
nilai y2 pada fraksi massa ammonia. Dari kedua titik tersebut, diperoleh
persamaan:
𝑦 ∗ − 𝑦1 𝑥 ∗ − 𝑥1
=
𝑦2 − 𝑦1 𝑥2 − 𝑥1
Kemudian dimasukkan data-data berikut
𝑥1 = 0
𝑦1 = 0
𝑥2 = 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑦2 = 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
Sehingga menghasilkan
𝑦∗ 𝑥∗
=
𝑦2 − 𝑦1 𝑥2 − 𝑥1
𝑦2 − 𝑦1 ∗
𝑦∗ = 𝑥
𝑥2 − 𝑥1
𝑦 ∗ = 𝑚. 𝑥 ∗
Persamaan di atas dalam basis fraksi massa, selanjutnya dikonversi
menjadi fraksi mol dengan persamaan :
1 1
∗
𝑦 . 17.0307 = 𝑚. 𝑥 .∗ 17.0307
1 1
28.84 18.0254
18.0254
𝑦∗ = . 𝑚. 𝑥 ∗
28.84
18.0254
𝑦∗ = . 𝑚. 𝑥
28.84
𝑦 ∗ = 𝑚′. 𝑥
Dengan basis mol bebas solut, maka :
𝑦∗ 𝑥
∗
= 𝑚′.
1+𝑦 1+𝑥
Re-arranging menghasilkan
𝑥
𝑚′ . 1 + 𝑥
∗
𝑦 = 𝑥
1 − 𝑚′ .
1+𝑥
𝑚′ . 𝑥
𝑦∗ =
1 + (1 − 𝑚′ ). 𝑥
Hubungan x dengan y juga dapat dibalik
1
𝑚 ′.𝑦
∗
𝑥 =
1
1 + (1 − 𝑚′ ) . 𝑦
9. Menentukan Ls dan Gs
𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝐿
𝐿𝑠 = = .𝜌
𝑠 𝐵𝑀𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒
𝐺𝑠 =
𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 . 𝑠
Karena P = 1 atm, maka campuran gas dapat dianggap ideal, sehingga:
𝑃. 𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
𝑅. 𝑇
𝐺. 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐺𝑠 =
𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 . (1 + 𝑦0 )
Nilai y0 adalah nilai solut yang terkandung dalam aliran gas pada dasar
menara yang berkesetimbangan dengan solut di larutan umpan. Nilai y0 ini dapat
diperoleh dari persamaan kesetimbangan x0 dengan y0. Nilai x0 sudah dihitung
dan nilainya sama dengan nilai x2 pada langkah (8).
10. Menentukan Fraksi Mol Fasa Gas pada Puncak Menara
𝐿𝑠
𝑦ℎ = 𝑦0 − 𝑥0 . ( )
𝐺𝑠
dengan,
Ls = kecepatan alir molar cairan bebas NH3, gmol/s
Gs = kecepatan alir molar gas bebas NH3, gmol/s
x0 = Rasio mol NH3 dalam larutan keluar, gmol NH3/ gmol H2O
y0 = Rasio mol NH3 dalam gas masuk, gmol NH3/gmol udara
yh = Rasio mol NH3 dalam gas keluar, gmol NH3/ gmol udara
11. Menentukan Difusivitas Ammonia-Udara
Pada T= 0°C, difusuvutas ammonia ke udara sebesar 0,198 cm2/detik.
(Perry, 1984). Ammonia dan udara sebagai gas yang bersifat polar, sehingga
difusivitasnya di udara dapat dihitung dengan persamaan :
3 1 1 0.5
0,001858. 𝑇 2 . (𝑀 + 𝑀 )
𝐴 𝑈
𝐷𝐴−𝑈 =
𝑃. 𝜎𝐴𝑀 2 . Ω
( )
dengan,
𝐷𝐴−𝑈 = Diffusivitas ammonia melalui udara, cm2/s
T = Suhu lingkungan, K
MA = Berat molekul ammonia, gram/gmol
MU = Berat molekul udara, gram/gmol
P = Tekanan lingkungan, atm
𝜎𝐴𝑀 = Diameter tumbukan, amstrong
Ω = Integral tumbukan
Persamaan tersbut dapat disederhanakan untuk menghitung difusivitas
pada kondisi gas yang berbeda :
3
𝑇2 2 𝑃1 Ω1 . 𝑇1
𝐷𝐴−𝑈 = (𝐷𝐴−𝑈 𝑃 ,𝑇 ) . ( ) . ( ) . ( )
1 1 𝑇1 𝑃2 Ω2 . 𝑇2
kT
Parameter Ω, ε
, 𝑑𝑎𝑛 𝜎𝐴𝑀 adalah parameter Leonard Jones. Silakan
𝐺𝑠 𝑦=𝑦ℎ 𝑑𝑦
𝐾𝑦. 𝑎 = − ∫
𝐴. ℎ 𝑦=𝑦0 (𝑦 − 𝑦 ∗ )
Adapun nilai integrasi dilakukan secara numeris dengan metode Simpson
Rule 10 titik.
15. Menetukan Konstanta Hasil Analisis Dimensi
Berdasarkan analisis dimensi dan satuan, diperoleh:
𝑎2
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇 𝜌𝑙 . 𝐷𝑝 . 𝑣𝑙 𝑎1 𝜌𝑔 . 𝐷𝑝 . 𝑣𝑔
[ ] = 𝐾. [ ] .[ ]
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃 𝜇𝑙 𝜇𝑔
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇 𝑎2
[ ] = 𝐾. [𝑅𝑒𝑙 ]𝑎1 . [𝑅𝑒𝑔 ]
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃
𝜌𝑔 . 𝐷𝑝 . 𝑣𝑔
𝑅𝑒𝑔 =
𝜇𝑔
𝜌𝑙 . 𝐷𝑝 . 𝑣𝑙
𝑅𝑒𝑙 =
𝜇𝑙
Kecepatan aliran konstan, sehingga nilai a1 = 0, dan persamaan menjadi :
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇 𝑎
[ ] = 𝐾. [𝑅𝑒𝑔 ] 2
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇
log ([ ]) = log 𝐾 + 𝑎2 . log([𝑅𝑒𝑔 ])
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃
Untuk menghitung 𝑅𝑒𝑔 , maka harus dicari nilai, 𝑣𝑔 , 𝜇𝑔 , dan 𝜌𝑔 .
4. 𝐺
𝑣𝑔 =
𝜋. 𝐷𝑝 2
𝑃. 𝐵𝑀𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑣𝑔 =
𝑅. 𝑇
𝜇𝑔 = 𝜇𝑎𝑚𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 . 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 + (1 − 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 ). 𝜇𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐵𝑀𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑔𝑎𝑠 = 𝐵𝑀𝑎𝑚𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 . 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 + (1 − 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 ). 𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐵𝑀𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑔𝑎𝑠 = 17.0307. 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 + (1 − 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 ). 28.84
𝑦𝑜 + 𝑦ℎ
𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
2
dengan,
Dp = diameter packing, cm
𝐾𝑦. 𝑎 = Koefisien transfer massa ammonia overall, mol/(cm3.s)
P = Tekanan kolom, atm
R = konstanta gas ideal, cm3.atm/(mol.K)
T = suhu gas, K
G = debit gas, mL/sekon
𝐷𝐴−𝑈 = difusivitas ammonia melalui udara, cm2/detik
𝜌𝑔 = densitas gas, g/cm3
𝜇𝑔 = viskositas gas, g/(cm.s)
𝑣𝑔 = kecepatan linier gas, cm/detik
𝜌𝐿 = densitas cairan, g/cm3
𝜇𝐿 = viskositas cairan, g/(cm.s)
𝑣𝐿 = kecepatan linier cairan, cm/detik
𝑅𝑒𝑔 = bilangan Reynolds di fase gas.
𝑅𝑒𝑙 = bilangan Reynolds di fase cair
𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = fraksi mol ammonia rerata (basis basah), gmol
ammonia/(gmol udara+ammonia)
𝑦0 = fraksi mol ammonia di dasar kolom (basis basah), gmol
ammonia/(gmol udara+ammonia)
𝑦ℎ = fraksi mol ammonia di atas kolom (basis basah), gmol
ammonia/(gmol udara+ammonia)
Nilai 𝜇𝑎𝑚𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 dan 𝜇𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 dapat dicari dari referensi pada suhu dan tekanan
tertentu. Nilai konsentrasi ammonia perlu direrata antara bagian atas dan bawah
kolom sehingga menghasilkan konsentrasi ammonia rerata (𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 ).
Linearisasi persamaan di atas akan mendapat nilai k dan a2 dengan metode
regresi linear.
𝑦 = 𝑎. 𝑥 + 𝑏
𝑛. ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 . ∑ 𝑦
𝑎=
𝑛. ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
∑ 𝑦 − 𝑎. ∑ 𝑥
𝑏=
𝑛
dengan,
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇
𝑦 = log ([ ])
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃
𝑥 = log([𝑅𝑒𝑔 ])
𝑎 = 𝑎2
𝑏 = log 𝐾
𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 = 6
16. Menghitung Kesalahan Relatif Pengukuran Kya dan kesalahan relatif rata-rata
|𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 − 𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
%𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟𝑖 = . 100%
𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛
∑𝑛𝑖 %𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟𝑖
%𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 =
𝑛
%𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟𝑖 = Kesalahan relatif untuk setiap percobaan
𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 = nilai koefisien transfer massa overall yang
diperoleh dari persamaan kelompok tak berdimensi.
𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = nilai koefisien transfer massa overall yang
diperoleh dari eksperimen dan persamaan desain tinggi absorber
n = jumlah percobaan
17. Menghitung persen kadar ammonia yang terabsorpsi
𝑁𝑁𝐻3 − 𝑁𝑁𝐻3
𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%𝑡𝑒𝑟𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 𝑥100%
𝑁𝑁𝐻3
𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎
A. Perhitungan
Bagian ini berisi seluruh perhitungan dari analisis data poin pertama hingga ke-
17. Adapun dalam perhitungan perlu melampirkan seluruh tabel dan minimal satu
contoh perhitungan dalam satu rumus. Grafik tidak perlu ditempel pada bagian ini,
melainkan pada bagian pembahasan saja. Setiap referensi sifat fisis dalam bentuk tabel
dan grafik perlu dilampirkan. Dan tabel tersebut antara lain
1. Tabel/grafik densitas aquadest
2. Tabel/grafik viskositas aquadest
3. Grafik kesetimbangan biner ammonia-air
4. Grafik viskositas udara dan ammonia
5. Perhitungan integrasi numeris untuk mencari number of transfer unit.
LAPORAN SEMENTARA
ABSORPSI (K)
Praktikan : 1. NIM :
2. NIM :
3. NIM :
Hari/Tanggal :
Asisten : Laurentius Damar Parthasiwi
Data Percobaan
Suhu C Waktu alir aquadest s
Tekanan atm Waktu alir umpan s
Berat piknometer g Tinggi kolom 103 cm
kosong
Berat piknometer + g Diameter kolom 5,5 cm
aquadest
Berat piknometer + g Diameter packing 0,2 cm
umpan
5. Volume titrasi larutan umpan dengan larutan HCl (sebelum pengenceran) setelah
proses absorpsi selesai
Volume larutan umpan setelah Volume larutan HCl, mL
absorpsi, mL
Yogyakarta, 2018
Asisten Jaga, Praktikan,
1
3
POIN PENILAIAN
ABSORBSI (K)
Konten Nilai
Cover+Tujuan (5)
Metodologi
Bahan (1)
Alat (4)
Cara Kerja (5)
Hasil dan Pembahasan
Pengertian Absorpsi (3)
Faktor faktor yang mempengaruhi absorpsi (3)
Teori 2 lapisan film (3)
Deskripsi singkat mengenai POTK (3)
Asumsi–asumsi yang digunakan dalam praktikum (3)
Fenomena flooding dan loading dalam tower. (3)
Penjelasan (Ls/Gs) minimum, dan hasil perhitungan Ls/Gs minimum. (3)
Algoritma mendesain absorber. Penurunan persamaan tinggi kolom absorber.
(3)
Macam-macam alat transfer massa gas-cair di Industri secara umum, beserta
gambar dari alat tersebut (gambar skema dan bukan foto alat) (3)
Aplikasi Absorpsi di Industri (3)
Grafik persamaan garis operasi pada berbagai kecepatan gas (5)
Grafik hubungan antara nilai Kya dengan tinggi Manometer (5)
Grafik antara Kecepatan gas dengan Kya (5)
Kesimpulan (10)
Daftar Pustaka (5)
Lampiran
Data Percobaan (5)
Analisis Data (5)
Perhitungan (15)
TOTAL (100)
RESIDENCE TIME DISTRIBUTION (RTD) TANGKI BERPENGADUK
(L)
I. TUJUAN PEROBAAN
Mempelajari ketidakidealan pola aliran fluida dalam suatu reaktor alir tangki
berpengaduk dengan variasi ketinggian pengaduk sehingga diperoleh model tangki ideal
yang mendekati pola airan fluida.
II. CARA KERJA
1. Pembuatan Tracer Component NaCl
a. Timbang NaCl sebanyak 10 gram ke dalam gelas beker 100 mL dengan
menggunakan neraca analitis digital.
b. Larutkan NaCl dengan air ledeng sebanyak 100 mL dengan bantuan gelas
pengaduk hingga homogen.
c. Ulangi langkah percobaan di atas hingga diperoleh 2 larutan tracer component
NaCl.
2. Penentuan Debit Aliran
a. Periksa rangkaian alat percobaan dengan dengan teliti sehingga tidak ada
kebocoran selama praktikum.
b. Periksa pula tangki overflow berjalan dengan baik.
c. Buka klep pengatur debit aliran dan atur pada tangki overflow, tangki 1, dan tangki
2 sehingga menghasilkan kondisi steady state pada ketinggian yang telah
ditentukan pada alat percobaan.
d. Ambil air yang mengalir dari tangki 2 sebanyak 100 mL dan hitung waktu yang
diperlukan sebanyak 3 kali.
3. Pembuatan Kurva Standar
a. Ukur konduktansi air ledeng dengan konduktometer.
b. Timbang 0,02 gram NaCl dengan bantuan gelas arloji dan neraca analitis digital.
c. Larutkan NaCl tersebut dengan air ledeng sebayak 100 mL dengan bantuan gelas
pengaduk hingga homogen.
d. Ukur konduktansi larutan NaCl tersebut dengan konduktometer.
e. Ulangi langkah percobaan b sampai d untuk massa NaCl 0,04 gram, 0,06 gram,
0,08 gram, 0,1 gram, 0,12 gram, 0,14 gram, 0,16 gram, 0,18 gram, 0,2 gram.
NB:
1. Praktikan hari senin ketinggian pengaduk H = 8 cm, dan H = 16 cm
2. Praktikan hari selasa ketinggian pengaduk H = 8 cm, dan H = 24 cm
3. Praktikan hari jumat ketinggian pengaduk H = 16 cm, dan H = 24 cm
III. ANALISIS DATA
1. Standardisasi debit aliran
𝑉
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 = 𝑄 =
𝑡
𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3
𝑄 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
2. Membuat kurva standar konduktivitas
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙 (𝑚)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝐶) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟 (𝑉)
3. Mencari konsentrasi NaCl setiap saat dari kurva standar
Didapat dari persamaan kurva standar dan didekati dengan metode regresi linier
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏
Dengan, y = konduktivitas larutan
x = konsentrasi NaCl
a,b = konstanta
4. Mencari luasan di bawah kurva CA vs t
1
𝐴= (𝑡 − 𝑡𝑛−1 )(𝐶𝐴𝑛 + 𝐶𝐴𝑛−1 )
2 𝑛
Akan didapat nilai CA.dt yaitu penjumlahan luas tangka.
5. Mencari distribusi waktu tinggal
𝐶𝐴
𝐸=
𝐶𝐴 . 𝑑𝑡
6. Menentukan distribusi kumulatif
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑄. 𝐴
Kumulatif fraksi massa terhadap waktu:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝐹=
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
7. Menghitung t mean dan variance
∼
∫0 𝑡. 𝐶𝐴 𝑑𝑡
𝑡𝑚 = ∼
∫0 𝐶𝐴 𝑑𝑡
∑(𝑡𝑖 − 𝑡𝑚 )2 . 𝐶𝐴𝑖 . ∆𝑡𝑖
𝜎2 ≅
∑ 𝐶𝐴𝑖 . ∆𝑡𝑖
IV. POIN PEMBAHASAN
1. Asumsi yang digunakan
2. Penjelasan tentang pola aliran fluida pada berbagai peralatan industri kimia
3. Penjelasan mengenai fungsi distribusi waktu tinggal
4. Bentuk-bentuk ketidak idealan yang terjadi pada pola aliran fluida dan kaitannya
dengan RTD, penjelasan terkait stagnant region dan dead zone
5. Penjelasan tentang tracer test, dan sifat-sifat yang harus dimiliki tracer component
6. Bentuk-bentuk stimulus response tracer component
7. Grafik dan penjelasan mengenai kurva distribusi waktu tinggal, serta penjabaran
rumus, dan tuliskan teori yang ada dan hasil pembahasan
8. Penjelasan dan pembahasan mean residence time, variance, dan hubungan
keduanya
V. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
CATATAN UNTUK ASISTEN JAGA DAN PRAKTIKAN
1. Apabila praktikan melakukan praktikum kode L dan lantai basah sampai banjir dan
tidak segera dipel, maka praktikan dikenakan inhall kebersihan dengan kredit 1, dan
inhall melakukan tindakan berbahaya dengan kredit 2. Jadi total praktikan
mendapatkan inhall dengan kredit 3.
2. Apabila praktikan melakukan praktikum kode L tapi kondisi air belum steady state
maka praktikan dikenakan inhall prosedur dengan kredit 1.
3. Apabila baffle dalam tangki tidak tercelup semua, maka praktikan dikenakan inhall
prosedur dengan kredit 1.
Yogyakarta, 2018
Praktikan,
Asisten Jaga,
1
3
POIN PENILAIAN
Residence Time Distribution (RTD) Tangki Berpengaduk (L)
Nama :
NIM :
Komponen Penilaian Poin Max Revisi ACC
Tujuan Percobaan 5
Metodologi percobaan 10
Hasil dan pembahasan
1. Asumsi yang digunakan
2. Penjelasan tentang pola aliran fluida pada
berbagai peralatan industri kimia
3. Penjelasan mengenai fungsi distribusi
waktu tinggal
4. Bentuk-bentuk ketidak idealan yang
terjadi pada pola aliran fluida dan
kaitannya dengan RTD, penjelasan
terkait stagnant region dan dead zone
5. Penjelasan tentang tracer test, dan sifat- 45
sifat yang harus dimiliki tracer component
6. Bentuk-bentuk stimulus response tracer
component
7. Grafik dan penjelasan mengenai kurva
distribusi waktu tinggal, serta penjabaran
rumus, dan tuliskan teori yang ada dan
hasil pembahasan
8. Penjelasan dan pembahasan mean
residence time, variance, dan hubungan
keduanya
Kesimpulan 10
Daftar pustaka 5
Lampiran 25
Total 100
RTD 2 (PACKED BED REACTOR) (M)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari ketidakidealan pola aliran fluida dalam suatu packed bed reactor
dengan variasi debit aliran sehingga diperoleh model packed bed ideal yang mendekati
pola aliran fluida yang diperoleh dalam percobaan.
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎
Q = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
(1)
𝑄1 + 𝑄2 +𝑄3
Qrerata = 3
(2)
dengan, E = distribusi waktu tinggal cairan pada kolom bahan isian setiap saat
F = distribusi kumulatif massa terhadap waktu
C = konsentrasi tracer component keluaran
i = data ke-i
n = jumlah data total
5. Perhitungan
Menghitung dan menganalisis data yang diperoleh dari percobaan untuk
kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau grafik yang dicantumkan di dalam
pembahasan.
LAPORAN SEMENTARA
RTD 2 (PACKED BED REACTOR) (M)
Sudut Putaran
No. Volume Air, mL Waktu, s
Kran
1
2 /8
3
4
5 /8
6
7
8 /8
9
C. DATA KONDUKTIVITAS
Sudut Putaran Kran
Waktu, s /8 /8 /8
Konduktivitas, S/m
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
280
290
300
Yogyakarta,
Asisten Jaga, Praktikan,
1.
2.
( ) 3.
Poin - Poin Penilaian Poin - Poin Penilaian
RTD 2 (PACKED BED REACTOR) (M) RTD 2 (PACKED BED REACTOR) (M)
Nama : Nama :
NIM : NIM :
Penilaian Nilai Max Penilaian Nilai Max
Tujuan Percobaan 5 Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan 10 Metodologi Percobaan 10
Hasil dan Pembahasan 45 Hasil dan Pembahasan 45
Penjelasan singkat Penjelasan singkat
mengenai ketidakidealan mengenai ketidakidealan
2 2
pola aliran fluida dan pola aliran fluida dan
kaitannya dengan RTD. kaitannya dengan RTD.
Penjelasan singkat Penjelasan singkat
mengenai tracer mengenai tracer
component dan metode 3 component dan metode 3
penginjeksian tracer penginjeksian tracer
component. component.
Alasan pemilihan NaCl Alasan pemilihan NaCl
2 2
sebagai tracer component. sebagai tracer component.
Asumsi-asumsi yang Asumsi-asumsi yang
digunakan selama 3 digunakan selama 3
percobaan. percobaan.
Pembahasan data Pembahasan data
percobaan berupa grafik percobaan berupa grafik
hubungan konduktivitas 7 hubungan konduktivitas 7
dan konsentrasi dari dan konsentrasi dari
larutan standar. larutan standar.
Pembahasan grafik Pembahasan grafik
hubungan sudut putar kran 5 hubungan sudut putar kran 5
dengan debit aliran. dengan debit aliran.
Pembahasan grafik Pembahasan grafik
hubungan antara hubungan antara
konsentrasi tracer 5 konsentrasi tracer 5
component terhadap component terhadap
waktu. waktu.
Pengertian distribusi Pengertian distribusi
kumulatif massa, grafik kumulatif massa, grafik
hubungan antara distribusi hubungan antara distribusi
kumulatif massa (F) 6 kumulatif massa (F) 6
terhadap waktu dan terhadap waktu dan
pembahasan grafik pembahasan grafik
tersebut. tersebut.
Pembahasan grafik Pembahasan grafik
hubungan antara distribusi hubungan antara distribusi
waktu tinggal cairan pada 7 waktu tinggal cairan pada 7
kolom bahan isian (E) kolom bahan isian (E)
terhadap waktu. terhadap waktu.
Hasil perhitungan variance Hasil perhitungan variance
dan hubungannya dengan 5 dan hubungannya dengan 5
pola aliran ideal. pola aliran ideal.
Kesimpulan 10 Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5 Daftar Pustaka 5
Lampiran 25 Lampiran 25
Total 100 Total 100
TEMPERATURE CONTROLLER
(N)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mempelajari pengendalian proses pada controller jenis on/off
2. Mempelajari proses pengendalian pada controller jenis on/off
3. Menyajikan kasus pada praktikum dalam bentuk pemodelan matematis
4. Menentukan model yang tepat untuk menemukan panas yang hilang (Qloss)
dalam percobaan pengendalian proses
3. Perhitungan Qloss
Perhitungan Qloss dilakukan menggunakan aplikasi matlab dengan algoritma
sebagai berikut
Penurunan persamaan yang digunakan dalam perhitungan
Keterangan:
Fin : debit air masuk tangki
Fout : debit air keluar tangki
T : suhu air dalam tangki
Tin : suhu air masuk tangki
Tout : suhu air keluar tangki
Tud : suhu udara
V : volume air dalam tangki
Qin : panas yang disuplai masuk ke dalam tang
Qout : panas yang hilang bersama air yang keluar
Neraca massa dalam tangki
[Laju massa air masuk] − [Laju massa air keluar] = [Laju massa air akumulasi]
𝐹𝑖𝑛 − 𝐹𝑜𝑢𝑡 = 0
𝐹𝑖𝑛 = 𝐹𝑜𝑢𝑡
Qloss konstan dan Qloss fungsi suhu terhadap waktu diselsesaikan menggunakan
software MATLAB dengan menggunakan toolbox fminsearch SSE, yakni dengan
mencari nilai SSE minimum melalui trial Qloss jika Qloss konstan dan trial UA dan
n untuk Qloss fungsi suhu.
Nilai SSE dicari dengan rumus berikut
2
𝑆𝑆𝐸 = [∑(𝑇𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑇𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 )]
Praktikan : 1. NIM :
2. NIM :
Hari/Tanggal :
DATA PERCOBAAN
1. Penentuan Sifat Fisis Cairan
Berat piknometer kosong :
Berat piknometer + aquadest :
Berat piknometer + air ledeng :
2. Penentuan Debit
No Volume air, mL Waktu, s
1
2
3
3. Pengukuran Suhu Umpan
Tin = ℃
4. Pengukuran Suhu Lingkungan
Tu = ℃
5. Suhu Operasi
Suhu, oC
No
Batas Bawah Batas Atas
1
2
Asisten Jaga Yogyakarta,
Praktikan
1.
2.
POIN PENILAIAN
TEMPERATURE CONTROLLER (N)
Nama :
NIM : 16 /
Poin
Komponen Penilaian Poin Poin
Max
Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan
A. Bahan
10
B. Alat
C. Cara Kerja
Hasil dan Pembahasan
1. Definisi pengendalian proses
2. Penjelasan prinsip kerja temperature controller
on/off
3. Asumsi yang digunakan dalam praktikum ini
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya Qloss
dan penjelasannya
5. Penjelasan algoritma metode Qloss konstan dan
Qloss fungsi suhu
6. Kelebihan penggunaan matlab untuk model Qloss
7. Grafik dan penjelasan: 45
a. Grafik Trial Qloss ΔT=3℃, penjelasan dan
pembahasan grafik
b. Grafik Trial Qloss ΔT=5℃, penjelasan dan
pembahasan grafik
c. Grafik Trial UA ΔT=3℃, penjelasan dan
pembahasan grafik
d. Grafik Trial UA ΔT=5℃, penjelasan dan
pembahasan grafik
e. Hubungan besarnya ΔT dengan Qloss untuk
metode Qloss konstan dan Qloss fungsi suhu
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran
A. Data Percobaan
B. Analisis Data
C. Perhitungan: 25
1. Densitas
2. Debit Rata-rata
3. Perhitungan Qloss
Total 100
ADSORPSI MEGGUNAKAN ACTIVATED CARBON PADA PACKED BED
COLUMN (O)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Membuat kurva breakthrough C/C0 versus waktu dan C/C0 versus volume larutan
masuk kolom packed bed.
2. Mengetahui pengaruh debit aliran umpan masuk terhadap performa proses adsorpsi
menggunakan activated carbon.a
3. Menghitung kapasitas adsorpsi dinamis activated carbon (N0, g/L) dan konstanta
kecepatan ecepatan adsorpsi (k, L/g/menit) untuk model Bed Depth Service Time.
II. CARA KERJA
1. Membuat larutan asam asetat 0,035 N
Buat larutan asam asetat 0,035 N dengan melarutkan 2 mL asam asetat 96% dalam
1 L aquadest menggunakan gelas beker.
2. Membuat kurva standar konduktansi vs konsentrasi
a. Buat larutan asam asetat 0,035 N; 0,025 N; 0,015 N; 0,005 N; 0,0035 N masing-
masing sebanyak 20 mL.
b. Ukur konduktansi larutan blangko dan larutan asam asetat berbagai konsentrasi
di atas.
3. Menyiapkan Kolom Packed Bed
Kolom dicuci dengan membuka kran 12 lalu mengalirkan aquadest dengan debit yang
cukup besar ke dalam kolom dengan menggunakan pompa untuk mencuci karbon aktif
sampai bersih yang ditandai dengan konduktansi larutan keluar kolom sama dengan
konduktansi aquadest.
4. Menera Flowmeter
a. Siapkan aquadest secukupnya, buka kran 12 lalu alirkan aquadest ke kolom
kemudian atur tinggi flowmeter pada ketinggian 10 cm hingga kolom penuh.
Setelah itu, buka kran 12.
b. Tampung aquadest yang keluar dari kran 12 selama 20 detik lalu hitung
volumenya. Percobaan diulangi hingga diperoleh 3 data.
5. Mengukur Konsentrasi Larutan Keluar Kolom
a. Larutan asam asetat 0,035 N diumpankan ke kolom dengan debit diatur tetap
sebesar 10 cm3/min, tunggu hingga overflow baru kemudian kran 12 dibuka. Catat
volume larutan masuk ke kolom tiap selang waktu 2 menit dengan mengukur
volume cairan keluar dari kolom hingga 16 menit.
b. Ambil sampel larutan keluar kolom pada tiap selang waktu 2 menit sebanyak 20
mL.
c. Ukur konduktansi sampel pada berbagai waktu dengan konduktometer.
d. Setelah sampel terakhir diambil, cuci kolom dengan aquadest ditandai dengan
konduktansi larutan keluar kolom sama dengan konduktansi aquadest.
6. Ulangi langkah 1, 3, 4, dan 5 sebanyak 2 kali, masing-masing untuk
ketinggian float 20 cm dan 30 cm pada flowmeter
Nama Praktikum/NIM : 1. /
2. /
Hari/Tanggal Praktikum :
Asisten : Andri Eka Putra
Data Percobaan :
0
Suhu Percobaan : C
1. Pembuatan Kurva Standar Konsentrasi vs Konduktansi
Larutan Konduktansi, S/m
Aquadest
Larutan asam asetat 0,01750 N
1.
2.
3.
3. Adsorpsi Asam Asetat
Diameter dalam kolom :
Tinggi activated carbon :
Waktu Float 10 cm Float 20 cm Float 30 cm
, menit Volume Konduktansi Volume Konduktansi Volume Konduktansi
, mL , S/m , mL , S/m , mL , S/m
0
8
10
12
14
16
GRAFIK PERCOBAAN
1. Kurva standar konduktansi versus konsentrasi
2. Kurva breakthorugh C/C0 versus waktu
3. Kurva breakthorugh C/C0 versus volume larutan
4. Kurva BDST untuk tiap debit aliran
Yogyakarta, 2018
Asisten Jaga Praktikan
1.
( ) 2.
POIN PENILAIAN
ADSORPSI MENGGUNAKAN
ACTIVATED CARBON PADA PACKED BED
(O)
B. Rangkaian Alat
Rangakain alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
IV. LAMPIRAN
A. Data Percobaan
Melampirkan semua data percobaan (Waktu, T1, T2,T3, F)
*diprint
B. Analisis Data
Neraca panas
d(ρ.V.cp.Tair bejana )
Q − UA. (Tair bejana − Tair pendingin ) = (1)
dt
d(Tair bejana )
Q − a. F b . (Tair bejana − Tair pendingin ) = ρ. V. cp. dt
(2)
1 d(Tair bejana )
ρ.V.cp
{Q − a. F b . (Tair bejana − Tair pendingin )} = dt
(3)
Persamaan PID
𝑡 𝑑𝑒(𝑡)
𝑚𝑣(𝑡) = 𝐾𝑝 . 𝑒(𝑡) + 𝐾𝑖 . ∫0 𝑒(𝑡). 𝑑𝑡 + 𝐾𝑑 . 𝑑𝑡
(4)
dimana
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎 − 𝑇𝑠𝑝 (7)
𝑑𝑇1
𝑑𝑡
= 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 (8)
𝑑𝑇2 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟−𝑒𝑟𝑟
𝑑𝑡
= 𝑑𝑡
(9)
𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡 = 𝑇1 (10)
𝑒𝑟𝑟 = 𝑇2 (11)
Persamaan berikut diselesaikan dengan cara simultan untuk memperoleh nilai Tair
bejana dengan menggunakan ode15s
𝑑𝑇1
𝑑𝑡
= 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 (12)
𝑑𝑇2 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟−𝑒𝑟𝑟
𝑑𝑡
= 𝑑𝑡
(13)
d(Tair bejana ) 1
dt
= ρ.V.cp {Q − a. F b . (Tair bejana − Tair pendingin )} (14)
Suhu air bejana diinginkan tetap 400C, untuk itu dilakukan kontrol suhu dengan
memanipulasi heater, dengan nilai Konstanta PID
𝐾𝑝 = 0.4
𝐾𝑖 = 0.2
𝐾𝑑 = 0.5
Buatlah Grafik Hubungan Tair bejana vs t, dengan menggunakan tipe kontrol PID, PI,
dan P.
D. Perhitungan
Setpoint Change
PID P= I= D= PSV =
Data ke .. Waktu (s) T1 T3 Flowrate
1
........ 300
........ (Terakhir)
Disturbances Rejection
PID P= I= D= PSV =
Data ke .. Waktu (s) T1 T3 Flowrate
........ (Awal
Disturbances
Rejection)
........ (Terakhir)
Setpoint Change
PID P= I= D= PSV =
Data ke .. Waktu (s) T1 T3 Flowrate
........ (Awal
Setpoint
Change)
........ (Terakhir)
Disturbances Rejection
PID P= I= D= PSV =
Data ke .. Waktu (s) T1 T3 Flowrate
........ (Awal
Disturbances
Rejection)
........ (Terakhir)
Yogyakarta, 2018
2.
Poin Penilaian
PROSES KONTROL PEMANAS KOIL (P)
Nama :
NIM :
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh perubahan kecepatan aliran fluida panas dan dingin
terhadap beberapa parameter pada alat penukar panas (∆TLMTD, Uc, Ud, Rd, ∆P)
2. Mengetahui pengaruh perubahan beda suhu fluida panas dan dingin terhadap
beberapa parameter pada alat penukar panas (∆TLMTD, Uc, Ud, Rd, ∆P)
3. Mengetahui pengatuh perubahan tipe aliran (Countercurrent dan Cocurrent)
terhadap beberapa parameter pada alat penukar panas (∆TLMTD, Uc, Ud, Rd, ∆P)
2. Tahap Percobaan
a. Atur pemanas fluida fluida panas pada suhu 50 oC dengan mode
pemanasan “Automatic” Pastikan dengan menekan tombol ”Apply” dan
kemudian “OK”.
b. Atur prosentase debit aliran fluida dingin hingga debit aliran menunjukan
2 liter/menit.
c. Atur debit aliran fluida panas pada mode “Automatic” dengan set point 2
liter/menit. Pastikan dengan menekan tombol “Apply” dan kemudian
“OK”.
d. Setelah suhu yang diukur stabil, tekan tombol “Setting” untuk mengatur
interval waktu pengambilan data, atur interval pengambilan data untuk
setiap 1 menit, kemudian tekan tombol “OK” dan tombol “GO” untuk
merekam data (T1, T2, T3, T4, Fm-hot, Fm-cold)
e. Catat data yang terekam selama 8 menit pada laporan sementara
dengan variasi variabel percobaan seperti pada laporan sementara.
f. Setelah selesai, atur pemanas fluida panas pada keadaan “Off”.
g. Atur debit aliran fluida panas pada 0 liter/menit dan kemudian tekan
mode “Off”. Pastikan dengan menekan tombol “Apply” dan kemudian
“OK”.
h. Atur bukaan kran aliran fluida dingin hingga fluida dingin tidak mengalir
ke rangkaian alat.
i. Atur prosentase debit aliran fluida dingin pada 0 %.
j. Tekan tombol “Power On” Pada software hingga tanda hijau hilang.
k. Tutup software HT33.
𝑄𝑒
𝑈𝑑 = (4)
𝐴.∆T𝐿𝑀𝑇𝐷
∆t1 −∆t2
∆T𝐿𝑀𝑇𝐷 = ∆t (5)
ln( 1 )
∆t2
∆t1 = T1 − T4 (6)
∆t 2 = T2 − T3 (7)
𝐴 = π × OD𝑡 × 𝐿 × 𝑛𝑡 (8)
Dengan, Qe = Jumlah Panas yang ditransfer, J
Ud = Koefisien Transfer Panas Keseluruhan , W/m2oC
∆T𝐿𝑀𝑇𝐷 = Log Mean Temperature Difference, oC
A = Luas Permukaan Transfer Panas, m2
nt = jumlah tube
L = Panjang tube, m
Nilai Ud rata - rata untuk tiap variasi percobaan dihitung dengan persamaan
berikut:
∑ 𝑈𝑑
𝑈𝑑 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑛
(9)
Dengan, ∑Ud = Jumlahan semua nilai koefisien transfer panas
keseluruhan
n = Jumlah data
h .h
𝑈𝑐 = h 𝑜+h𝑖𝑜 (10)
𝑜 𝑖𝑜
ID𝑡
h𝑖𝑜 = OD𝑡
. h𝑖
(11)
𝜇 0.14 𝑘
h𝑖 = 𝑗𝐻−𝑡𝑢𝑏𝑒 (𝑃𝑟)1/3 (𝜇 ) (𝐼𝐷𝑡) (12)
𝑤
𝜇 0.14 𝑘
h𝑜 = 𝑗𝐻−𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 (𝑃𝑟)1/3 (𝜇 ) (𝐷𝑒) (13)
𝑤
𝜇
Diambil asumsi nilai (𝜇 ) = 1
𝑤
Dengan, jH-tube = Faktor transfer panas fluida pada tube (fig. 24 Kern)
jH-shell = Faktor transfer panas fluida pada shell (fig. 28 Kern)
k = koefisien transfer panas konduksi untuk fluida pada suhu
tertentu, W/moC
IDt = Diameter dalam tube, m
De = Diameter ekivalen shell, m
𝜌𝑡.𝑣𝑡.𝐼𝐷𝑡
Re𝑡 = 𝜇𝑡
(14)
𝜌𝑠.𝑣𝑠.𝐷𝑒
Re𝑠 = 𝜇𝑠
(15)
𝜇.𝑐𝑝
𝑃𝑟 = 𝑘
(16)
2
1 1 𝑂𝐷𝑡
4×( 𝑃𝑇 ×0.86𝑃𝑇 − 𝜋 )
2 2 4
𝐷𝑒 = 1 (17)
𝜋𝑂𝐷𝑡
2
𝐹𝑣ℎ𝑜𝑡
v𝑡 = 𝜋 2
𝐼𝐷 ×𝑛𝑡
4 𝑡
(18)
𝐹𝑣𝑐𝑜𝑙𝑑
v𝑠 = 𝜋 (19)
𝐷𝑒 2
4
Nilai ρ, μ, cp dan k dievaluasi pada suhu rata-rata fluida dingin dan fluida panas.
Nilai sifat fisis fluida dapat diambil dari Holman, J. P. Heat Transfer (Appendix A
).
U −U
𝑅𝑑 = U𝑐 ×U𝑑
𝑑 𝑐
(20)
Dengan, Rd = Dirt Factor, m2.oC/W
Ud = Koefisien Transfer Panas Keseluruhan, W/m2oC
Uc = Koefisien Transfer Panas Bersih, W/m2oC
Nilai Rd rata - rata untuk tiap variasi percobaan dihitung dengan persamaan
berikut:
∑ 𝑅𝑑
𝑅𝑑 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑛
(21)
Nilai pressure drop pada tube (∆Pt) dihitung dengan persamaan berikut:
𝑓(𝐺𝑡2 )𝐿𝑛
∆P𝑡 =
5.22×1010 (𝐼𝐷𝑡 )(𝑠𝑔)
(22)
Dengan, Gt = Mass Velocity, kg/m2s
sg = specific gravity = 1
L = Panjang Tube, m
n = Jumlah pass
Nilai ∆Pt rata - rata untuk tiap variasi percobaan dihitung dengan persamaan
berikut:
∑ ∆P𝑡
∆P𝑡 = 𝑛
(23)
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran 25
Total 100
LAPORAN SEMENTARA
ALAT PENUKAR PANAS
(Shell and Tube Heat Exchanger)
(Q)
Praktikan : 1. NIM:
2. NIM:
3. NIM:
Hari/Tanggal :
Asisten : 1. Muhammad Stally Argha Pradipta
Data Percobaan
Penentuan Sifat Fisis Cairan:
Berat Piknometer : gram
Berat Piknometer + aquadest : gram
Waktu Alir aquadest : 1. 2. 3. Detik
Diameter dalam tube (IDt) = 0.00515 m
Diameter luar tube (ODt) = 0.00635 m
Panjang tube = 0.126 m
Jumlah tube =7
Lebar pitch (PT) = 0.012325 m
2.
POIN PENILAIAN
ALAT PENUKAR PANAS
Heat Exchanger
(Q)
Nama :
NIM :
Poin Penilaian Max. Poin Poin
Tujuan Percobaan 5
Metode Percobaan 10
Hasil dan Pembahasan
1. Penjelasan tentang heat exchanger jenis shell
and tube.
2. Penjelasan tentang forced convection
3. Alasan mengapa aliran fluida harus turbulen
4. Hal – hal yang mempengaruhi koefisien transfer
panas overall dan pressure drop
5. Asumsi yang digunakan dalam percobaan pada
tiap metode perhitungan
6. Pengaruh debit aliran fluida terhadap koefisien
aliran perpindahan panas keseluruhan (Ud).
7. Grafik hubungan aliran fluida (Ret dan Res) vs
koefisien perpindahan panas
8. keseluruhan (Ud). 45
9. Pengaruh debit aliran fluida terhadap koefisien
perpindahan panas bersih (Uc) terhitung.
10. Grafik hubungan aliran fluida (Ret dan Res) vs
koefisien perpindahan panas bersih (Uc)
terhitung.
11. Pengaruh debit aliran fluida terhadap dirt factor
(Rd) terhitung.
12. Grafik hubungan aliran fluida (Ret dan Res) vs
dirt factor (Rd) terhitung.
13. Pengaruh debit aliran fluida terhadap pressure
drop tube (∆Pt) terhitung.
14. Grafik hubungan aliran fluida (Ret) vs pressure
drop tube (∆Pt) terhitung.
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran 25
Total 100