M R.T.D. 2 Fricillia
TEMPERATURE
N Muhammad Syauqi
CONTROLLER
ION EXCHANGER
O Rizky Alif Firdaus
APPARATUS
PROSES KONTROL
P Yola Syafera
PEMANAS KOIL
Q ALAT PENUKAR PANAS Muhammad Samudra Wibisono
DRYING
(A)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui hubungan antara kandungan air dalam bahan (X) dengan waktu
pengeringan (t) untuk balok kayu dan serbuk kayu.
2. Mengetahui hubungan antara kecepatan pengeringan (N) dengan waktu
pengeringan (t) untuk balok kayu dan serbuk kayu.
3. Mengetahui hubungan antara kecepatan pengeringan (N) dengan kandungan air
dalam bahan (X) untuk balok kayu dan serbuk kayu.
4. Menentukan harga koefisien perpindahan massa H 2O dari zat ke udara (Ky) pada
periode kecepatan pengeringan tetap untuk balok kayu dan serbuk kayu.
5. Menentukan waktu pengeringan pada kecepatan pengeringan tetap.
Keterangan:
1. Blower 8. Tombol heater 1
2. Koil pemanas 9. Tombol heater 2
3. Tray dryer 10. Tombol heater 3
4. Termometer bola kering 11. Sekring pengaman alat dryer
5. Termometer bola basah 12. Balok kayu
6. Pengatur blower 13. Wadah alumunium + serbuk
7. Tombol power kayu
C. Cara Kerja
1. Tahap penimbangan balok kayu awal
a. Timbang balok kayu yang akan digunakan dalam percobaan.
b. Ukur dimensi balok kayu dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong.
c. 2 jam sebelum praktikum, balok kayu direndam dalam air dengan ditahan
menggunakan batu sehingga balok kayu benar-benar tenggelam.
d. Timbang balok kayu yang sudah basah.
dengan,
N = kecepatan pengeringan pada periode pengeringan konstan gH2O/cm2 .menit
Ky = koefisien transfer massa fase gas, g/cm 2.menit. ∆𝑦
y’s = kelembaban jenuh permukaan bahan pada suhu bola basah, g uap air/g udara
kering
y’ = kelembaban gas pengering, g uap air/g udara kering
Nilai y’s dan y dapat dicari dengan metode persamaan empiris dan grafis
Metode Persamaan empiris
Kelembaban jenuh permukaan (y’s) dapat ditentukan dengan persamaan
𝑃𝑎𝑠
𝑦′𝑠 = 0,622 (6)
(𝑃𝑡−𝑃𝑎𝑠)
(Treyball, 1981)
dengan, y’s = kelembaban gas pengering, g uap air/g udara kering
Pas = tekanan uap jenuh air pada suhu bola basah, mmHg
Pt = tekanan total system, mmHg
Tekanan uap jenuh air (Pas) dapat ditentukan dengan persamaan Antoine
𝐵
log(𝑃𝑎𝑠) = 𝐴 − (7)
(𝑇𝑤−𝐶)
sehingga diperoleh
(hg)(Td − Tw) = −𝑘𝐺 (𝑃𝐴 − 𝑃𝐴𝑊) 𝑀𝑎 𝜆𝑤 (10)
𝑃𝑎𝑀𝑎
nilai y′ = (11)
𝑃𝑏𝑀𝑏
sehingga
𝜆𝑤
(Td − Tw) = (𝑦 ′ 𝑤 − 𝑦 ′ ) (17)
𝐶𝑠
Untuk system udara air berlaku nilai
𝐶𝑠 = 0.24 + 0.45 𝑦 (18)
dengan,
Cs = humid heat, panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 lb udara kering, Btu
0,24 = nilai dari specific heat udara
0,45 = nilai dari specific heat uap air
(Badges and Bahero, 1955)
y’w = y’s karena menunjukkan kelembaban pada Tw berarti menunjukkan kelembaban
absolut jenuh
Substitusi persamaan (18) ke (15), sehingga
𝜆𝑤 𝑦 ′ 𝑠 − 0.24 (𝑇𝑑−𝑇𝑤)
y= (19)
𝜆𝑤 𝑦 ′ 𝑠 + 0.45 (𝑇𝑑−𝑇𝑤)
Nilai 𝜆𝑤 dapat dicari dengan metode regresi linear dengan data Tw dan λw dari steam
table (Smith, 1981)
𝜆𝑤 = 𝑎𝑥 + 𝑏 (20)
dengan,
Σ𝑥Σ𝑦−𝑛Σ𝑥𝑦
𝑎= (Σ𝑥)^2−𝑛Σ𝑥^2
(21)
Σ𝑦−𝑎Σ𝑥
y= (22)
𝑛
dengan,
hg = koefisien transfer panas konduksi dan konveksi, Btu/jam.ft2.oF
hr = koefisien transfer panas radiasi, Btu/jam.ft2.oF
Td = suhu bola kering, oF
Tw = suhu bola basah, oF
NA = kecepatan transfer massa uap air ke udara, lbmol air/j.ft2
MA = berat molekul air, 18,02 lb/lbmol
MB = berat molekul udara kering, 28,97 lb/lbmol
Ky = koefisien transfer massa gas dasar beda kelembaban, lbmol/j.ft2. ∆y
kG = koefisien transfer massa gas dasar beda tekanan, lbmol/j.ft2. ∆P
λw = panas laten peguapan air pada suhu bola basah Tw, Btu/lb
Cs = panas lembab udara jenuh, Btu campuran/ lb udara kering. oF
y’ = kelembaban absolut masa bulk, lb uap air/lb udara kering
y’s = y’w = kelembaban absolut masa jenuh, lb uap air/lb udara kering
PAO = tekanan parsial uap air pada Td, atm
PAW = tekanan parsial uap air jenuh pada Tw, atm
PA = tekanan parsial uap air, atm
PB = tekanan parsial udara kering, atm
Ingat : satuan harus setara, data 𝜆𝑤 biasanya dalam kJ/kg sehingga harus diubah
menjadi Btu/lb
Harga koefisien perpindahan massa (Ky) pada kecepatan pengeringan tetap
dinyatakan sebagai nilai rata-rata yaitu:
Ky1+Ky2+Ky3+⋯…..Kyn
Ky = (23)
𝑛
Metode Grafis
Menggunakan humidity chart sebagai berikut:
1. Menentukan titik Tw dengan menarik garis lurus hingga memotong kelembaban
100% kemudian dari titik potong tersebut (A) ditarik ke kanan hingga diperoleh y’s.
2. Menentukan titik Td kemudian menarik garis ke atas. Dari titik A ditarik garis menurut
garis kejenuhan adiabatis (adiabatic cooling line) hingga memotong garis dari titik Td
sambil berpotongan di titik B. Dari titik B ditarik garis mendatar ke kanan hingga
diperoleh y’.
Waktu pengeringan saat kecepatan konstan dapat ditentukan secara analitis dan visual
Secara Analitis
Ls ∆𝑥
tc = (24)
𝐴 𝑁𝑐
dengan,
tc = waktu pengeringan, menit
Ls = berat padatan kering, gram
A = luas pengeringan efektif
Nc = kecepatan pengeringan konstan, gram H2O/cm2.menit
∆x = perubahan kandungan air dalam padatan, gram H2O/gram bahan kering
Secara Visual
Cara visual dilakukan dengan mengevaluasi grafik waktu pengeringan (t) versus
kecepatan pengeringan (N) yang diperoleh.
Hari/Tanggal :
Nama Praktikan :
1.
2.
3.
Asisten : Dwi Linda Karina
o
Suhu kamar : C
o
Suhu tray dryer : C
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
Asisten Jaga, Praktikan,
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN
DRYING (A)
DRYING Nilai
TUJUAN /5
METODOLOGI PERCOBAAN /10
Bahan
Alat
Cara Kerja
HASIL DAN PEMBAHSAN /45
Pengertian drying, dry bulb
dan wet bulb temperature
Tipe kandungan cairan
Tahap-tahap pengeringan
Proses terjadinya drying
Asumsi yang digunakan
Pembahasan hasil percobaan
dan grafik
Faktor yang memengaruhi N
Faktor yang memengaruhi
Ky
Faktor yang memengaruhi
jenis alat drying
Aplikasi drying di industri
kimia
KESIMPULAN /10
DAFTAR PUSTAKA /5
LAMPIRAN /25
Data Percobaan
Analisis Data
Perhitungan
TOTAL
Grafik Percobaan:
Grafik hubungan X vs t untuk serbuk kayu
Grafik hubungan N vs t untuk serbuk kayu
Grafik hubungan N vs X untuk serbuk kayu
Grafik hubungan X vs t untuk balok kayu
Grafik hubungan N vs t untuk balok kayu
Grafik hubungan N vs X untuk balok kayu
Lampiran grafik humidity chart untuk perhitungan Ky secara grafis
ALIRAN FLUIDA
(B)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan karakteristik elbow.
2. Menentukan karakteristik kran.
3. Menentukan karakteristik orificemeter dengan membuat grafik hubungan antara
coefficient of discharge orificemeter (Co) dengan bilangan Reynolds (Reo).
4. Menentukan karakteristik venturimeter dengan membuat grafik hubungan antara
coefficient of discharge venturimeter (Cv) dengan bilangan Reynolds (Rev).
5. Menghitung nilai-nilai konstanta C1, C2, C3, dan K pada persamaan aliran air di
dalam pipa horizontal yang dinyatakan sebagai:
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀 𝐶3
(− ) = 𝐾 ( ) ( ) ( )
𝜌𝑣 2 𝜇 𝐷 𝐷
Bila 2100 < Re < 3000, maka harga f dapat dibaca pada Appendix dari
literature (Foust,1980)
0.5
Bila Re > 3000 (turbulen), maka 𝑓 = 0,0055 +
𝑅𝑒 0.32
Kecepatan alir (v) dapat dihitung dengan cara:
𝑉
𝑄=
𝑡
𝑄
𝑣=
𝐴
3
Dengan, 𝑄 = 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 , 𝑐𝑚 ⁄𝑠
𝑉 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖, 𝑐𝑚3
𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛, 𝑠
3
𝐴 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡𝑖 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛, 𝑐𝑚 ⁄𝑠
3. Menghitung panjang ekivalen kran
2. (−𝛥𝑃)
𝑣1 =
√ 𝐷 4
𝜌. [( 1 ) − 1]
𝐷𝑜
D2 sulit untuk dihitung, sehingga didekati dengan Do. Adanya asumsi dan D2
= Do menimbulkan penyimpangan yang harus dikoreksi dengan faktor koreksi
Co.
2. (−𝛥𝑃)
𝑣1 = 𝐶𝑜 .
√ 𝐷 4
𝜌. [( 1 ) − 1]
𝐷𝑜
𝑣1
𝐶𝑜 =
2. (−𝛥𝑃)
√ 𝐷 4
𝜌. [( 1 ) − 1]
𝐷𝑜
5. Menghitung Coefficient of discharge untuk venturimeter
2. (−𝛥𝑃)
𝑣1 =
√ 𝐷1 4
𝜌. [( ) − 1]
𝐷𝑣
2. (−𝛥𝑃)
𝑣1 = 𝐶𝑣 .
√ 𝐷 4
𝜌. [( 1 ) − 1]
𝐷𝑣
𝑣1
𝐶𝑣 =
2. (−𝛥𝑃)
√ 𝐷 4
𝜌. [( 1 ) − 1]
𝐷𝑣
∆𝑃 ′
𝜌𝑣𝐷 𝐶1
(− 2 ) = 𝑘 . ( )
𝜌𝑣 𝜇
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷
𝑙𝑜𝑔 (− 2 ) = log(𝑘 ′ ). 𝐶1 . 𝑙𝑜𝑔 ( )
𝜌𝑣 𝜇
𝜌𝑣𝐷
𝑥 = log ( )
𝜇
𝜀𝑥. 𝜀𝑦 − 𝑛𝜀(𝑥. 𝑦)
𝐴 = 𝐶1 =
(𝜀𝑥)2 − 𝑛. 𝜀𝑥 2
𝜀𝑦 − 𝑛. 𝜀𝑥
𝐵 = log 𝑘′ =
𝑛
Karena variable yang digunakan hanya bilangan Reynolds saja dan regresi yang
dilakukan untuk tiap pipa, maka didapatkan 3 data C1
∑ 𝐶1
𝐶1 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
7. Menentukan konstanta C2 pada persamaan umum pressure drop
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀 𝐶3
(− 2 ) = 𝐾 ( ) ( ) ( )
𝜌𝑣 𝜇 𝐷 𝐷
Nilai C3 dapat diturunkan dengan memvariasikan bilangan Reynolds dan jenis
pipa.
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀 𝐶3
(− 2 )( ) ( ) = 𝐾( )
𝜌𝑣 𝜇 𝐷 𝐷
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀
𝑙𝑜𝑔 [(− 2 ) ( ) ( ) ] = log(𝐾) + 𝐶3 . 𝑙𝑜𝑔 ( )
𝜌𝑣 𝜇 𝐷 𝐷
Dengan Regresi liner diperoleh:
𝑦 = 𝐴. 𝑥 + 𝐵
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2
Dengan, 𝑦 = 𝑙𝑜𝑔 [(− 2 )( ) ( ) ]
𝜌𝑣 𝜇 𝐷
𝜀
𝑥 = 𝑙𝑜𝑔 ( )
𝐷
𝜀𝑥. 𝜀𝑦 − 𝑛𝜀(𝑥. 𝑦)
𝐴 = 𝐶3 =
(𝜀𝑥)2 − 𝑛. 𝜀𝑥 2
𝜀𝑦 − 𝑛. 𝜀𝑥
𝐵 = log 𝐾 =
𝑛
Nilai variable x pada setiap pipa sama, sehingga nilai y pada setiap pipa dirata
rata. Regresi linier dilakukan dengan 3 buah data x dan y.
9. Menghitung kesalahan relatif rata rata
∆𝑃 ∆𝑃
(− ) − (− 2 )
𝜌𝑣 2 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝜌𝑣 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = . 100%
∆𝑃
(− 2 )
[ 𝜌𝑣 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 ]
∆𝑃 𝜌𝑣𝐷 𝐶1 𝐿 𝐶2 𝜀 𝐶3
Dengan, (− ) = 𝐾( ) ( ) ( )
𝜌𝑣 2 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝜇 𝐷 𝐷
∆𝑃 𝑔. 𝛥ℎ
(− 2 ) = 2
𝜌𝑣 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 𝑣
∑ 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑛
LAPORAN SEMENTARA
ALIRAN FLUIDA (B)
Hari/tanggal :
Praktikan : 1. NIM :
2. NIM :
3. NIM :
Asisten : Miranda Maya Wijaya
DATA PERCOBAAN
Suhu percobaan : °C
Suhu air : °C
Suhu aquadest : °C
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer + air : gram
Berat piknometer + aquadest : gram
Diameter dalam pipa : 2,75 cm
Diameter orificemeter : 2,50 cm
L pipa terukur (pipa) : 152 cm
L pipa terukur (elbow) : 18 cm
L pipa terukur (kran) : 23 cm
Waktu alir air : 1. detik
2. detik
3. detik
Waktu alir aquadest : 1. . detik
2. detik
3. detik
2 1/5
3 2/5
4 3/5
5 4/5
2. Tabel hubungan antara debit pompa (Q) dan sudut putar kran pengatur debit (α)
untuk penentuan Le kran
No. Sudut putar Sudut putar Waktu,detik ∆h, cm
kran no. 8 kran no. 11 (α)
1/5
1/5 + 1/2
1 0 2/5
2/5 + 1/2
3/5
1/5
1/5 + 1/2
2 1/5 2/5
2/5 + 1/2
3/5
1/5
1/5 + 1/2
3 2/5 2/5
2/5 + 1/2
3/5
3. Tabel hubungan antara beda elevasi manometer (∆h), diameter (D), dan debit (Q)
untuk penentuan persamaan umum pressure drop
0/5
1/5
1 3,6 2/5
3/5
4/5
0/5
1/5
2 2,75 2/5
3/5
4/5
0/5
1/5
3 2,15 2/5
3/5
4/5
4. Tabel hubungan antara sudut putar kran pengatur (α) dan beda elevasi (∆h)
manometer venturimeter dan manometer orificemeter.
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN
ALIRAN FLUIDA (B)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan harga difusivitas asam asetat
(CH3COOH) dalam air dengan prinsip hitung integral dan menentukan konsentrasi
asam asetat (CH3COOH) sisa dalam pipa kapiler pada berbagai waktu.
B. Rangkaian Alat
Rangkaian alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukan pada Gambar 1.
Keterangan :
1. Tangki penyimpan air
2. Selang air
3. Katup pengatur aliran air
4. Bahan isian
5. Aliran laminar overflow
6. Pipa kapiler
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Asam Asetat
Sebanyak 10 mL larutan asam asetat 96% diencerkan dengan
aquadest hingga volumenya 100 mL.
2. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Sebanyak 12,5 mL larutan NaOH 2 N diencerkan dengan aquadest
hingga volumenya 250 mL.
3. Standardisasi Larutan NaOH
a. Sebanyak 0,63 gram asam oksalat dihidrat dilarutkan dalam 100 mL
aquadest.
b. Sebanyak 10 mL larutan asam oksalat dititrasi dengan larutan NaOH
menggunakan Indikator Phenolphtalein hingga diperoleh tiga data.
4. Pengukuran Densitas dan Waktu Alir Asam Asetat, Air Kran dan
Aquadest
Densitas diukur dengan piknometer, sedangkan waktu alir diukur
dengan Viskosimeter Ostwald.
5. Pengukuran Diameter Selang, Diameter Pipa Kapiler, Debit Aliran,
Volume Air dalam Wadah Packing
a. Diameter dalam selang dan diameter dalam pipa kapiler diukur dengan
penggaris.
b. Tangki diisi dengan air hingga overflow.
c. Aliran air yang keluar diatur agar laminer dan ditampung dalam gelas ukur
100 mL, kemudian debitnya diukur sebanyak dua kali.
d. Tampung air dalam wadah packing yang telah overflow dengan gelas ukur
dan kemudian catat volume yang tertampung.
6. Perhitungan Konsentrasi Asam Asetat Sebelum Difusi
a. Panjang pipa kapiler diukur dan dicuci dengan aquadest sebanyak tiga
kali.
b. Larutan asam asetat dimasukkan ke pipa kapiler hingga penuh.
c. Larutan asam asetat dikeluarkan ke Erlenmeyer 50 mL, kemudian
dilakukan titrasi dengan larutan NaOH menggunakan Indikator
Phenolphtalein.
7. Perhitungan Konsentrasi Asam Asetat Setelah Difusi
a. Larutan asam asetat dimasukkan ke pipa kapiler hingga penuh.
b. Pipa kapiler disusun sejajar dalam wadah packing.
c. Wadah packing dialiri air dari tangki hingga overflow.
d. Pipa kapiler dipastikan terbenam seluruhnya dan tegak lurus arah aliran.
e. Setelah 15 menit, pipa kapiler pertama diambil. Larutan asam asetat
dikeluarkan ke Erlenmeyer 50 mL dan dilakukan titrasi dengan larutan
NaOH menggunakan Indikator Phenolphtalein.
f. Langkah e dilakukan tiap 15 menit untuk pipa kapiler yang lain.
III. ANALISIS DATA
1. Perhitungan Normalitas Larutan NaOH
𝑚𝑎𝑠.𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000
𝑁𝑎𝑠.𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = ×
𝑀𝑟𝑒𝑘 𝑉
𝑁𝑎𝑠.𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝑉𝑎𝑠.𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
dengan, m : massa asam oksalat, g
Mrek : berat molekul ekuivalen asam oksalat, g/mol
V : volume larutan asam oksalat, mL
Nas.oksalat : normalitas larutan asam oksalat, N
NNaOH : normalitas larutan NaOH, N
Vas.oksalat : volume larutan asam oksalat untuk titrasi, mL
VNaOH : volume larutan NaOH untuk titrasi, mL
2. Perhitungan Densitas dan Viskositas Asam Asetat, Air Kran, dan Aquadest
𝑚𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝜌𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = × 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛 = × 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝜌𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝜇𝑎𝑠.𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = × × 𝜇𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛
𝜇𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑟𝑎𝑛 = × × 𝜇𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑡𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
dengan, ρas.asetat : densitas asam asetat, g/cm3
ρair kran : densitas air kran, g/cm 3
ρaquadest : densitas aquadest pada suhu aquadest, g/cm3
mas.asetat : massa asam asetat, g
mair kran : massa air kran, g
maquadest : massa aquadest, g
μas.asetat : viskositas asam asetat, g/cm/s
μair kran : viskositas air kran, g/cm/s
μaquadest : viskositas aquadest pada suhu aquadest, g/cm/s
tas.asetat : waktu alir asam asetat, s
tair kran : waktu alir air kran, s
taquadest : waktu alir aquadest, s
3. Penentuan Jenis Aliran Air
4𝜌𝑄
𝑅𝑒 =
𝜋𝐷µ
dengan, Re : bilangan Reynolds
ρ : densitas air kran, g/cm 3
Q : debit rerata aliran, cm3/s
D : diameter selang, cm
μ : viskositas air kran, g/cm/s
Keterangan jenis aliran air :
Re < 2100 : laminer
2100 ≤ Re < 4000 : kritis
4000 ≤ Re < 10000 : transisi
Re ≥ 10000 : turbulen
Praktikan : 1. NIM :
2. NIM :
3. NIM :
Hari/Tanggal :
Asisten : M. Luthfi Fahrul Fahmi / Laila Refiana
DATA PERCOBAAN
o
Suhu percobaan : C
o
Suhu aquadest : C
Diameter selang : cm
Diameter Pipa Kapiler : cm
Debit air overflow : 1. mL/s
2. mL/s
Volume air dalam wadah packing : mL
Waktu alir larutan asam asetat : 1. s
2. s
Waktu alir aquadest : 1. s
2. s
Waktu alir air kran : 1. s
2. s
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer + lar.asam asetat : gram
Berat piknometer + aquadest : gram
Berat piknometer + air kran : gram
Berat asam oksalat : gram
Yogyakarta, 2019
Asisten, Praktikan,
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN LAPORAN
DIFUSIVITAS INTEGRAL (C)
Nama/NIM :
Nilai Nilai Nilai
Poin Penilaian
Sementara Revisi Maksimal
Tujuan Percobaan 3
Metodologi Percobaan 7
Hasil dan Pembahasan 50
Definisi difusi
Jenis difusi berdasarkan gerakan fluida
dan tipe difusi apa yang digunakan dalam 7
percobaan ini
Faktor yang mempengaruhi difusi
Penjelasan ringkas cara kerja (hanya proses
difusi) mencakup :
o Alasan menggunakan pipa kapiler
o Alasan menggunakan asam asetat
o Alasan pemasangan pipa kapiler tegak 10
lurus aliran
o Alasan aliran air harus laminar dan
overflow
o Asumsi yang digunakan
Penjelasan metode penentuan koefisien
difusivitas
Tabel mengenai syarat penggunaan,
kelebihan dan kekurangan untuk rumus
empiris
o Wilke-Chang (Treybal, 1981)
10
o Wilke-Chang (Perry, 2008)
Metode Analitis
o Gambar sistem, inkremen, neraca
massa pada elemen volume, dan
kaitan hukum Fick hingga didapat PD
parsial orde 2 serta IC dan BC
Pembahasan hasil
Nilai difusivitas dari referensi dan hasil
perhitungan ketiga metode
Fitting data percobaan terhadap
perhitungan dengan grafik t/L^2 vs
E(%),serta penjelasannya
23
Grafik t/L^2 vs E(%) untuk rumus empiris
dan referensi, serta perbandingan dengan
data percobaan
Grafik hubungan konsentrasi asam asetat
sisa dalam pipa kapiler dan waktu difusi
Penjelasan penyimpangan (jika ada)
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran 25
Total 100
SEDIMENTASI
(D)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kecepatan sedimentasi pada berbagai konsentrasi padatan dengan
membuat grafik hubungan antara kecepatan sedimentasi dengan konsentrasi
padatan pada lapisan batas.
2. Mencari persamaan kurva 𝑍𝐿 dan 𝜃𝐿 untuk fase free settling dan hindered
settling.
Keterangan:
𝐶 = konsentrasi pada lapisan, g/L
𝑣 = kecepatan sedimentasi, cm/s
𝑣̅𝐿 = kecepatan naiknya lapisan, cm/s
𝑐 − 𝑑𝑐 = konsentrasi padatan masuk lapisan, g/L
𝑣 + 𝑣̅𝐿 = kecepatan padatan keluar terhadap
permukaan lapisan, cm/s
𝑣 + 𝑑𝑣 = kecepatan padatan masuk ke dalam
lapisan terhadap permukaan lapisan, cm/s
sehingga,
𝑣 = 𝐶𝑓 ′ 𝐶 − 𝑓(𝐶) (9)
Karena C konstan untuk percobaan ini, maka 𝑓 ′ 𝐶 dan 𝑓𝐶 juga konstan sehingga
𝑣̅𝐿 konstan. Nilai 𝑣̅𝐿 yang konstan ini dapat dipakai untuk menentukan
konsentrasi padatan pada batas atas dari suatu lapisan batas pada percobaan.
𝑧𝑖 = 𝑧𝐿 + 𝜃𝐿 𝑣𝐿 (16)
𝑧0 𝐶0
𝐶𝐿 = (17)
𝑧𝑖
dengan,
𝑧𝑖 = intersep dari garis singgung kurva pada titik (𝜃𝐿 , 𝑧𝐿 )
Perhitungan selanjutnya menghasilkan data untuk grafik hubungan 𝑣𝐿 dan 𝐶𝐿 .
b. Cara Numeris
i. Keadaan kecepatan sedimentasi tetap (free settling)
𝑧𝐿1 −𝑧𝐿2
𝑣𝐿 = − (18)
𝜃𝐿1 −𝜃𝐿2
𝑑𝑧𝐿
𝑣𝐿 = − = konstan (19)
𝑑𝜃𝐿
dengan,
𝑣𝐿 = kecepatan sedimentasi, cm/detik
𝑧𝐿 = tinggi lapisan batas, cm
𝜃𝐿 = waktu sedimentasi, detik
(Brown, 1950)
Persamaan diintegralkan :
∫ 𝑑𝑧𝐿 = ∫ −𝑣𝐿 𝑑𝜃𝐿 (20)
∫ 𝑑𝑧𝐿 = −𝑣𝐿 ∫ 𝑑𝜃𝐿 (21)
𝑧𝐿 = −𝑣𝐿 𝜃𝐿 + 𝑐1 (22)
Jika persamaan ditulis dalam bentuk 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏, maka dapat digunakan
metode least square untuk mencari a dan b.
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏 (23)
dengan,
𝑦 = 𝑧𝐿
𝑥 = 𝜃𝐿
𝑑𝑧𝐿
𝑎 = −𝑣𝐿 =
𝑑𝜃𝐿
𝑏 = 𝑐1
Pada free settling, kurva 𝜃𝐿 vs 𝑧𝐿 berbentuk garis lurus, 𝑧𝑖 = 𝑧0 , sehingga,
𝑧0 𝐶0 𝑧0 𝐶0
𝐶𝐿 = = (24)
𝑧𝑖 𝑧0
𝐶𝐿 = 𝐶0 (25)
dengan,
𝐶𝐿 = konsentrasi slurry pada 𝜃𝐿 , gram/L
𝐶0 = konsentrasi slurry awal, gram/L
dengan,
𝑧𝐿 = tinggi lapisan batas pada 𝜃𝐿 , g/L
𝑧∞ = tinggi lapisan batas saat 𝜃 = 𝜃∞ , cm
𝑘 = konstanta untuk sistem sedimentasi partikel
(Brown, 1950)
Persamaan diintegralkan,
𝑧
𝐿 𝑑𝑧𝐿 𝜃
∫𝑧 − (𝑧 = ∫0 𝐿 𝑘𝑑𝜃𝐿 (27)
𝑐 𝐿 −𝑧∞ )
𝑧𝐿 −𝑧∞
𝑙𝑛 = −𝑘𝜃𝐿 (28)
𝑧𝑐 −𝑧∞
𝑧𝐿 −𝑧∞
= 𝑒 −𝑘𝜃𝐿 (29)
𝑧𝑐 −𝑧∞
dengan,
𝑥 = porositas cake
𝐶0 = konsentrasi mula-mula padatan dalam slurry, g/cm3
𝐴 = luas penampang, cm 2
𝑧0 = tinggi slurry sebelum sedimentasi, cm
𝑧𝑐 = tinggi cake, cm
𝜌𝐶𝑎𝐶𝑂3 = densitas CaCO3, g/cm3
𝜌 = densitas air, g/cm3
𝑥𝑠 = kadar CaCO3 dalam suspensi (g CaCO3/g slurry), fraksi massa
Kadar padatan dihitung dengan persamaan :
𝐶0 𝑉0
𝑥𝑠 = 𝐶0 𝑉0 (44)
𝑉0 − 𝜌+𝐶0 𝑉0
𝜌𝐶𝑎𝐶𝑂
3
dengan,
𝑉0 = volume larutan konstan, cm 3
d. Menentukan Densitas Beningan
Densitas beningan dapat dihitung dengan persamaan :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑏𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑏 = × 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 (45)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
DATA PERCOBAAN
Massa CaCO3 : 1. 2. gram
Suhu percobaan : °C
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer + air kran : gram
Berat piknometer + aquadest : gram
Berat piknometer + beningan : 1. Konsentrasi awal 40 g/L : gram
2. Konsentrasi awal 60 g/L : gram
Waktu alir kran : 1. 2. 3. detik
Waktu alir aquadest : 1. 2. 3. detik
Waktu alir beningan :
a. Konsentrasi awal 40 g/L : 1. 2. 3. detik
b. Konsentrasi awal 60 g/L : 1. 2. 3. detik
1. Konsentrasi awal 40 g/L
Massa CaCO3 : gram
Asisten, Praktikan,
1.
2.
POIN PENILAIAN
SEDIMENTASI (D)
Nama :
NIM : 17 /
Poin
Komponen Penilaian Poin Poin
Max
Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan
A. Bahan
10
B. Alat
C. Cara Kerja
Hasil dan Pembahasan
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi sedimentasi
2. Alasan mengapa praktikum ini dilakukan dengan
sedimentasi batch
3. Penjelasan free settling dan hindered settling
4. Pengertian koagulasi dan flokulasi serta
perbedaannya
5. Aplikasi sedimentasi di dunia industri dan sebutkan
contoh alatnya
45
6. Asumsi yang digunakan
7. Penjelasan hasil percobaan
8. Perbandingan perhitungan dengan metode visual
dan pemrograman secara komputer. Grafik –
grafik :
a. Grafik 𝑧𝐿 vs 𝜃𝐿 percobaan
b. Grafik 𝑧𝐿 vs 𝜃𝐿 pemrograman komputer
c. Grafik 𝑣𝐿 vs 𝐶𝐿 percobaan dan persamaan
d. Grafik 𝑣𝐿 vs 𝐶𝐿 pemrograman komputer
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran
A. Data Percobaan
25
B. Analisis Data
C. Perhitungan
Total 100
FILTRASI
(E)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan Percobaan filtrasi adalah:
1. Membuat grafik hubungan antara Δtf / ΔV dengan V rata-rata pada operasi dengan
pressure drop konstan.
2. Membuat grafik hubungan antara konstrasi zat warna dalam air pencuci (Cw)
dengan volume air pencuci (Vw) pada operasi filtrasi dengan pressure drop
kosntan.
3. Menentukan harga kosntanta filtrasi (Cv).
4. Menentukan harga volume ekivalen (Ve).
5. Menentukan waktu siklus optimum (ts optimum).
6. Menentukan volume filtrat optimum (V optimum).
7. Menentukan volume air pencuci optimum (Vw optimum).
dengan (2)
∆𝑡𝑓 2𝐶𝑣 2𝐶𝑣𝑉𝑒
= 2 𝑉+ 2
∆𝑉 𝐴 (−∆𝑃) 𝐴 . (−∆𝑃)
∆𝑡𝑓
Jika persamaan (2) dipakai untuk membuat grafik hubungan antara dengan V,
∆𝑉
sebagai berikut
a) Untuk data awal dipakai first forward difference:
∆𝑡𝑓 −3𝑡𝑛 + 4𝑡𝑛+1 − 𝑡𝑛+2
( ) = (4)
∆𝑉 𝑛 2(∆𝑉)
b) Untuk data tengah dipakai first central difference:
∆𝑡𝑓 𝑡𝑛+1 − 𝑡𝑛−1
( ) = (5)
∆𝑉 𝑛 2(∆𝑉)
c) Untuk data akhir dipakai first backward difference:
∆𝑡𝑓 3𝑡1 − 4𝑡𝑛−1 + 𝑡𝑛−2 (6)
( ) =
∆𝑉 𝑛 2(∆𝑉)
Harga konstanta B dan D dihitung dengan metode least – square:
∑ X ∑ 𝑌 − 𝑛 ∑ 𝑋𝑌
𝐵= (7)
(∑ 𝑋)2 − 𝑛 ∑ 𝑋2
∑𝑌 − 𝐵∑𝑋
𝐷= (8)
𝑛
Dengan n = jumlah data
𝐶𝑠𝑜 ℎ𝑤 (9)
𝐶𝑤 =
𝑛 ℎ𝑠
Dengan n = 2x
Dengan membuat grafik hubungan antara Cw dan Vw, harga Vw dapat diketahui yaitu
pada saat Cw konstan atau mendekati konstan, yaitu saat kurva Cw vs Vw
mendatar.
𝐴2 (−∆𝑃) 𝑡𝑝 (10)
𝑉=√
𝐶𝑣 1 + 2𝑘
𝑉𝑤
Dengan 𝑘 =
𝑉
Praktikan : 1. NIM:
2. NIM:
3. NIM:
Hari/Tanggal :
Asisten : Albertus Alphero Tangkilisan
DATA PERCOBAAN
Massa CaCO3 : gram Ukuran frame : x cm2
Waktu bongkar
Volume air : menit detik
: L pasang
Zat Warna : gram Jumlah filter cloth : lembar
Konsentrasi larutan
: 0,36 gram / 0,3 L air Pressure drop : bar
standar
Asisten, Praktikan,
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN
FILTRASI
(E)
Nama :
NIM :
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menghitung nilai faktor koreksi terhadap waktu pengosongan tangki dengan
cara membandingkan waktu efflux pengamatan terhadap waktu efflux teoritis.
Kode G2: untuk poin B.4, larutan garam yang dimasukkan ke dalam tangki
mencapai ketinggian lebih dari 17,5 cm dan untuk poin B.6, menggunakan
interval penurunan cairan 2,5 cm (∆h = 2,5 cm).
III. ANALISIS DATA
1. Menentukan densitas larutan garam
(−∆𝑃) = 𝜌 × 𝑔 × ℎ (7)
𝜌×𝑣×𝐷𝑝
𝑅𝑒 = (8)
𝜇
𝑄
𝑣= (9)
𝐴𝑝
𝜋 ∆𝐻
𝑄 = × 𝐷𝑡 2 × (10)
4 𝑡𝑠
𝜋
𝐴𝑝 = 𝑥𝐷𝑝 2 (11)
4
64
𝑓=
𝑅𝑒
(14)
b. Untuk aliran transisi, 2100 < Re < 4000
4×(0.0791)
𝑓=
𝑅𝑒 0.25
(15)
c. Untuk aliran turbulen, Re > 4000
0.25
𝑓= 2 (16)
𝜀
(𝑙𝑜𝑔(3.71𝐷))
𝑡𝑠
ɳ= (17)
𝑡𝑡
A. Data Percobaan
Konsentrasi larutan garam : .………………… Gram/ …………. Liter
Suhu larutan : …………………. o
C
Berat piknometer kosong : …………………. Gram
Berat piknometer + aquadest : …………………. Gram
Berat piknometer + larutan garam : …………………. Gram
Waktu alir aquadest : 1 ………………. Detik
2 ………………. Detik
Waktu alir larutan garam : 1 …….………… Detik
2 ………………. Detik
Diameter tangki : …………………. cm
5
C. Data untuk Variasi Panjang Pipa
No L, cm Dp, cm ts, detik
Asisten, Praktikan,
1.
2.
3.
POIN PENILAIAN
EFFLUX TIME (G)
NAMA :
NIM :
PARAMETER MAKS NILAI
Cover dan Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan
- Bahan 2
- Rangkaian alat (gambar sendiri) 3
- Metodologi percobaan 5
Hasil dan Pembahasan
1. Pengertian efflux time
2. Penjelasan peristiwa terjadinya efflux
time
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efflux time
4. Penjelasan persamaan Bernoulli
55
5. Pengertian vortex
6. Pengertian faktor koreksi dalam efflux
time
7. Asumsi
8. Aplikasi effux time dalam industri
9. Kesimpulan dari data percobaan
dibandingkan dengan teori
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran
A. Data Percobaan 2
B. Analisis Data 3
C. Perhitungan 3
D. Pemrograman 4
E. Laporan Sementara 2
Total 100
Grafik Percobaan:
1. Hubungan antara faktor koreksi dengan diameter pipa pada L (panjang) tetap
2. Hubungan antara faktor koreksi dengan panjang pipa pada D p (diameter) tetap
3. Hubungan antara ln(faktor koreksi) dengan ln(L/Dp) pada L (panjang) tetap
4. Hubungan antara ln(faktor koreksi) dengan ln(L/D p) pada Dp (diameter) tetap
H.E.T.P.
(H)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan nilai H.E.T.P. (Height Equivalent to a
Theoritical Plate) yaitu tinggi packing (bahan isian) yang ekivalen dengan satu plate
teoritis, atau yang memberikan perubahan komposisi yang sama dengan perubahan
komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis.
Keterangan:
1. Pendingin
2. Aliran air pendingin
3. Termometer suhu atas
4. Statif
5. Kran distilat
6. Klem
7. Kolom distilasi
8. Termometer suhu bawah
9. Labu leher tiga
10. Batu didih
11. Pemanas mantel
12. Pengungkit
13. Knop pengatur ketinggian
B. CARA KERJA
1. Tahap Distilasi
a. Membuat larutan umpan dengan komposisi 150 mL etanol dan 150 mL aquadest
menggunakan labu ukur.
b. Pada waktu awal ambil larutan umpan sedikit dan ukur indeks bias dengan
refraktometer.
c. Masukkan larutan umpan ke labu leher tiga dan tambah batu didih.
d. Rangkai alat distilasi.
e. Pemanas mantel dan pendingin balik dihidupkan.
f. Kran distilat dipastikan terbuka.
g. Tunggu hingga mendidih dan suhu atas dan bawah konstan.
h. Saat ada tetesan pertama pada distilat ubah kran menjadi refluks total.
i. Setiap 15 menit ambil sampel 2 mL dan ukur indeks bias serta waktu
penampungan.
j. Setiap pengambilan sampel ukur suhu atas dan suhu bawah.
k. Lakukan pengambilan sampel hingga diperoleh 5 data.
l. Matikan pemanas dan ukur indeks bias residu.
Karena etanol yang digunakan tidak murni 100%, maka persamaan menjadi
𝜌𝑎 .𝑉𝑎 .𝐾
𝑛𝑎 = (7)
𝜇𝑎
Hukum Raoult-Dalton
𝑃𝑖 = 𝑥𝑖 . 𝑃𝑖 ° = 𝑦𝑖 . 𝑃𝑡 (11)
𝑦𝑖
𝑃𝑖 = × 𝑃𝑡 (12)
𝑥𝑖
Maka,
𝑦𝐴
𝑃𝐴 ° = × 𝑃𝑡 (13)
𝑥𝐴
𝑦𝐵
𝑃𝐵 ° = × 𝑃𝑡 (14)
𝑥𝐵
Sehingga,
𝑃𝐴 ° 𝑦𝐴 𝑥𝐵
= (15)
𝑃𝐵 ° 𝑥𝐴 𝑦𝐵
𝑃𝐴 °
Karena yB = 1 – yA; xB = 1 – xA ; dan 𝛼 = maka persamaan (15) menjadi:
𝑃𝐵 °
𝑦𝐴 (1−𝑥𝐴 )
𝛼= (16)
𝑥𝐴 (1−𝑦𝐴 )
𝑦𝐴 𝛼 𝑥𝐴
= (17)
(1−𝑦𝐴 ) (1−𝑥𝐴 )
Keterangan:
R = Refluks
F = kecepatan umpan
B = kecepatan residu
D = kecepatan distilat
Xf = komposisi umpan
XD = komposisi distilat
XB = komposisi bawah
qc = beban condenser
qr = beban reboiler
Pada refluks total garis operasi berimpit dengan garis diagonal, sehingga y N =
xN-1 atau yB = xN
𝑦𝐵 = 𝑥𝑁 (19)
Sehingga persamaan (18) menjadi:
𝑥𝑁 𝛼𝐵 𝑥𝐵
= (20)
(1−𝑥𝑁 ) (1−𝑥𝐵)
dengan 𝛼1 ≈ 𝛼2 ≈ 𝛼3 ≈ ⋯ ≈ 𝛼𝑁 ≈ 𝛼𝐵 ≈ 𝛼𝑎𝑣𝑔
sehingga:
(𝛼𝑎𝑣𝑔 )𝑁𝑚 +1 = 𝛼1 . 𝛼2 . 𝛼3 … … … 𝛼𝑁 𝛼𝐵 (25)
Pada kondenser total berlaku:
𝑦1 = 𝑥𝐷 (26)
Persamaan (25) dan (26) disubstitusi ke persamaan (24):
𝑥𝐷 𝑥𝐵
= (𝛼𝑎𝑣𝑔 )𝑁𝑚 +1 (27)
1−𝑥𝐷 (1−𝑥𝐵)
Sehingga diperoleh :
𝑥
𝐷 )( 1−𝑥
𝐵 )]
𝑙𝑜𝑔𝑙𝑜𝑔 [(1−𝑥
𝐷 𝑥𝐵
𝑁𝑚+1 = (28)
𝑙𝑜𝑔𝑙𝑜𝑔 𝛼𝑎𝑣𝑔
` Sehingga,
1−𝑦𝐴 1−𝑥𝐴
𝛼𝐴𝐵 = (38)
𝑦𝐴 𝑥𝐴
𝑥𝐴
𝑦𝐴 = 𝛼𝐴𝐵 (39)
1+(𝛼𝐴𝐵 −1)𝑥𝐴
Setelah diperoleh nilai xA dan yA, dibuat grafik xA vs yA dan xA=yA. Dari grafik
tersebut dapat dihitung jumlah stage yang dibutuhkan dalam distilasi. Tarik
garis horizontal pada titik xD di x=y line. Lalu tabrakkan ke vapor-liquid
equilibrium line. Lakukan terus sampai melewati xB. segitiga terakhir dihitung
dengan membandingkan luas segitiga kecil dan besar. Ilustrasi perhitungan
stage adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Perhitungan Jumlah Stage
Terlihat bahwa segitiga terakhir tidak dihitung sebagai satu stage melainkan
dihitung dengan mengukur dimensi segitiga kecil dan besar yang terbentuk
pada segitiga terakhir. Misal :
1
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑐𝑏
2
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = = 1 (40)
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑑
2
𝑋
𝑊𝑒 = 𝑊 (44)
1−𝑋 𝑎𝑞
𝑋 . 𝐵𝑀𝑎𝑞
𝑥𝐴 = (46)
𝐵𝑀𝑒 +(𝐵𝑀𝑎𝑞 −𝐵𝑀𝑒 )𝑋
Yogyakarta,
2.
POIN PENILAIAN
H.E.T.P. (H)
Nama :
NIM :
Komponen Penilaian Max. Poin Poin
Tujuan Percobaan 5
Metode Percobaan 10
Hasil dan Pembahasan
1. Penjelasan umum terkait percobaan yang
dilakukan:
A. Penjelasan singkat tujuan praktikum
(mengenai apa yang dicari)
B. Penjelasan tentang menara bahan isian
C. Penjelasan tentang HETP dan hal yang
mempengaruhi
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memperoleh data keseimbangan pada temperatur tetap dari sistem biner etanol
air yang dihubungkan dengan tekanan total (P) pada berbagai komposisi fase
cair (x).
2. Mengevaluasi berbagai model koefisien aktivitas sistem biner dan parameternya
untuk sistem etanol-air.
3. Menggunakan parameter-parameter tersebut untuk meramal kesetimbangan
sistem biner dan membandingkannya dengan data hasil percobaan.
Keterangan:
1. Lensa okuler
2. Penutup
3. Termometer
4. Pengatur fokus
5. Pengatur skala
6. Tempat sampel
7. Lampu
8. Steker
9. Lensa bias
Keterangan:
Heater
Temperature Controller
Vacuum
Saluran Inlet
Barometer
Saluran Outlet
Steker
Data yang diperoleh dari hasil percobaan adalah suhu (T), tekanan (P),
dan indeks bias (y). Parameter tekanan merupakan parameter yang
paling mungkin dihubungkan dengan koefisien aktivitas yaitu melalui
persamaan Barker sebagai berikut.
P=x1ϒ1P1sat+ x2ϒ2P2sat
Nilai x1 dan x2 diperoleh dari indeks bias hasil percobaan, nilai ϒ1 dan
ϒ2 diperoleh melalui korelasi Wilson atau NRTL dan nilai P sat diperoleh
dengan persamaan Antoine. Dengan demikian, nilai tekanan hasil
perhitungan dapat dihitung menggunakan persamaan Barker dan
dibandingkan dengan tekanan hasil percobaan untuk memperoleh
konstanta yang memberikan SSE minimun.
LAPORAN SEMENTARA
KESETIMBANGAN FASA (I)
Hari/tanggal :
A. Data Percobaan
o
Suhu Percobaan : C
Berat piknometer kosong : gram
Berat piknometer berisi akuades : gram
Berat piknometer berisi etanol : gram
o
Suhu refraktometer : C
2.
POIN PENILAIAN
KESETIMBANGAN FASA (I)
Lampiran Grafik (Boleh hasil MATLAB / Excel)
Nama:
Nilai
Parameter Penilaiain NA
Max.
Tujuan 5
Metodologi Percobaan
Bahan 3
Alat 3
Cara Kerja 4
Hasil dan Pembahasan
Pembahasan Terkait Teori
Pengertian dan syarat kesetimbangan fase 3
Jenis larutan berdasarkan perilakunya saat kesetimbangan fase terjadi (sifat, 3
persamaan kesetimbangan, contoh)
Konsep fugasitas untuk kesetimbangan fase 2
Konsep Gibbs free energy excess (gE) untuk kesetimbangan fase 2
Korelasi antara gE dan sistem VLE dengan model local composition 5
untuk memprediksi kesetimbangan fase
- Model Wilson
- Model NRTL
beri penjelasan singkat tentang kapan model tersebut digunakan serta
kelebihan dan kekurangannya
Kesetimbangan fase dengan metode Barker: beri penjelasan secara umum 3
dan penjelasan mengapa metode ini umum dipakai
Penerapan konsep kesetimbangan fase di industri 2
Pembahasan Terkait Hasil Percobaan
Asumsi yang diambil 2
Pembahasan hubungan fraksi mol solut (x1) dengan indeks bias larutan (y)* 5
Pembahasan hasil percobaan model Wilson* dan NRTL* 9
penjelasan umum terkait hasil perhitungan
Bagaimana algoritma berpikir untuk penentuan parameter model Wilson dan 3
NRTL: lihat di bagian analisis data, jelaskan kembali dengan pemahaman
Anda masing-masing
Justifikasi terkait model yang lebih sesuai untuk sistem etanol-air: pilih yang 3
lebih sesuai disertai alasan dengan meninjau teori dan hasil perhitungan
Pembahasan hubungan fraksi mol solut dengan tekanan total sistem 3
berdasarkan hasil percobaan: dibandingkan dengan teori yang ada, sudah
sesuai belum, kalo belum kenapa
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran
Data Percobaan 2
Analisis Data 8
Perhitungan 15
EKSTRAKSI
(J)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Memahami prinsip kesetimbangan fasa cair-cair.
2. Mampu menerapkan perhitungan jumlah stage pada ekstraksi multistage.
3. Menentukan efisiensi overall dari operasi ekstraksi.
4. Menentukan persentase recovery dari operasi ekstraksi.
5. Menentukan jumlah stage teoretis secara grafis untuk dibandingkan dengan jumlah
stage percobaan sehingga efisiensi overall dapat dihitung.
∑ NNaOH
NNaOH rata-rata =
n
dengan, NNaOH rata-rata : normalitas larutan NaOH rata-rata, N
n : jumlah data
DATA PERCOBAAN
Suhu percobaan : ̊C
Volume larutan umpan :
1. Asam asetat : mL
2. Aquadest : mL
Berat larutan umpan : gram
Volume dietil eter tiap stage : mL
Berat solven : 1. gram
2. gram
3. gram
Volume rafinat akhir : mL
Massa rafinat akhir : gram
Yogyakarta,
1.
2.
POIN PENILAIAN
EKSTRAKSI (J)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Memahami prinsip perpindahan massa dalam sistem gas-cair.
2. Menghitung L/G minimum.
3. Menghitung koefisien perpindahan massa keseluruhan (Kya) dalam sistem gas-
cair.
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan massa dalam sistem
gas-cair.
5. Mempelajari desain proses absorpsi dalam dunia industri.
Keterangan:
1. Bak penampung
2. Kran pengatur debit air
3. Bak overflow
4. Saluran overflow
5. Flowmeter
6. Menara bahan isian
7. Kompresor
8. Botol penampung umpan
9. Manometer gas
C. Cara Kerja.
1. STANDARDISASI LARUTAN HCl
Buatlah larutan HCl 0,1 N sebanyak 100 mL dan larutan HCl 0,002 N sebanyak
500 mL. Larutan HCl 0,1 N distandardisasi menggunakan larutan boraks 0,1 N
dengan menggunakan indikator methyl orange. Larutan HCl 0,002 N
distandardisasi menggunakan larutan boraks 0,001 N dengan menggunakan
indikator methyl orange. Standardisasi kedua larutan tersebut dilakukan sebanyak
dua kali dengan perubahan warna dari oranye menjadi merah muda.
2. MENENTUKAN DENSITAS DAN WAKTU ALIR LARUTAN UMPAN AWAL
SERTA AQUADEST
Piknometer kosong beserta tutupnya ditimbang dengan Neraca Analitis
Digital. Larutan umpan diambil dengan pipet ukur dari dalam botol penampung
umpan. Larutan diambil 25 mL ke dalam piknometer, dan massa piknometer
ditimbang. Viskosimeter Ostwald diisi hingga ½ bola penuh dengan larutan
umpan. Larutan disedot dengan penghisap asam hingga tanda batas. Waktu alir
larutan umpan diukur dengan stopwatch dan dicatat. Demikian juga dilakukan
untuk aquadest.
3. MENENTUKAN NORMALITAS LARUTAN UMPAN AWAL
Larutan umpan diambil 10 mL untuk dititrasi dengan HCl 0,1 N
menggunakan indikator phenolphthalein. Perubahan warna terjadi dari ungu
menjadi bening. Penentuan normalitas dilakukan sebanyak 2 kali.
4. PROSES ABSORPSI DAN ANALISIS LARUTAN SAMPEL
Kran dinyalakan, bak penampung diisi hingga overflow. Air dialirkan ke bak
overflow setelah bak penampung hampir penuh. Floatmeter dijaga konstan pada
ketinggian 5;5.5, dan 6 cm (tergantung sesi), sedangkan skala beda ketinggian
kaki manometer diatur menurut skala 3;3,5;4;4,5;5;5,5 cm setiap 15 menit.
Setiap 15 menit sampel diambil didasar menara dengan Erlenmeyer
kemudian diambil sebanyak 10 mL untuk dititrasi dengan HCl 0,002 N
menggunakan indikator phenolphthalein. Perubahan warna terjadi dari ungu
menjadi bening. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali untuk masing-masing skala
beda ketinggian manometer.
Sampel yang diambil didasar menara juga diuji densitasnya menggunakan
piknometer serta waktu alirnya menggunakan viskosimeter Ostwald seperti pada
analisis larutan umpan awal dan aquadest.
5. MENENTUKAN NORMALITAS LARUTAN UMPAN AKHIR
Setelah proses absorpsi selesai, larutan umpan dalam botol diambil
sebanyak 10 mL kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan
indikator phenolphthalein. Perubahan warna terjadi dari ungu menjadi bening.
Penentuan normalitas dilakukan 2 kali.
Pada persamaan ini, titik (x1,y1) yaitu (0,0) yang menggambarkan suatu
keadaan di mana tidak ada ammonia di aliran cairan, sedangkan titik (x 2,y2)
diambil dari data konsentrasi umpan mula mula x2 dalam fraksi mol dikonversikan
ke x2 dlam fraksi massa dengan persamaan :
𝑁𝑁𝐻3 . 𝐵𝑀𝑁𝐻3
𝑥2 =
𝜌𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 . 1000
Selanjutnya dari titik x2 ditarik garis vertikal memotong equilibrium
construction line pada 14,7 psia (1 atm). Dari perpotongan tersebut, ditarik garis
horizontal sampai memotong saturated vapor pada 14,7 psia. Selanjutnya dibaca
nilai y2 pada fraksi massa ammonia. Dari kedua titik tersebut, diperoleh
persamaan:
𝑦 ∗ − 𝑦1 𝑥 ∗ − 𝑥1
=
𝑦2 − 𝑦1 𝑥2 − 𝑥1
Kemudian dimasukkan data-data berikut
𝑥1 = 0 𝑥2 = 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑦1 = 0 𝑦2 = 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
Sehingga menghasilkan
𝑦∗ 𝑥∗
=
𝑦2 − 𝑦1 𝑥2 − 𝑥1
𝑦2 − 𝑦1 ∗
𝑦∗ = 𝑥
𝑥2 − 𝑥1
𝑦 ∗ = 𝑚. 𝑥 ∗
Persamaan di atas dalam basis fraksi massa, selanjutnya dikonversi
menjadi fraksi mol dengan persamaan :
1 1
𝑦 ∗. 17.0307 = 𝑚. 𝑥 ∗ . 17.0307
1 1
28.84 18.0254
18.0254
𝑦∗ = . 𝑚. 𝑥 ∗
28.84
18.0254
𝑦∗ = . 𝑚. 𝑥
28.84
𝑦 ∗ = 𝑚′. 𝑥
Dengan basis mol bebas solut, maka :
𝑦∗ 𝑥
∗ = 𝑚′.
1+𝑦 1+𝑥
Re-arranging menghasilkan
𝑥
𝑚′ .
𝑦∗ = 1 + 𝑥
′ 𝑥
1−𝑚 .
1+𝑥
𝑚′ . 𝑥
𝑦∗ =
1 + (1 − 𝑚′ ). 𝑥
Hubungan x dengan y juga dapat dibalik
1
𝑚 ′ .𝑦
𝑥∗ =
1
1 + (1 − ′ ) . 𝑦
𝑚
9. Menentukan Ls dan Gs
𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝐿
𝐿𝑠 = = .𝜌
𝑠 𝐵𝑀𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒
𝐺𝑠 =
𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 . 𝑠
Karena P = 1 atm, maka campuran gas dapat dianggap ideal, sehingga:
𝑃. 𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
𝑅. 𝑇
𝐺. 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐺𝑠 =
𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 . (1 + 𝑦0 )
Nilai y0 adalah nilai solut yang terkandung dalam aliran gas pada dasar
menara yang berkesetimbangan dengan solut di larutan umpan. Nilai y0 ini dapat
diperoleh dari persamaan kesetimbangan x0 dengan y0. Nilai x0 sudah dihitung
dan nilainya sama dengan nilai x2 pada langkah (8).
14. Menentukan Koefisien Transfer Massa NH3 dalam Fasa Gas (Kya) pada berbagai
kecepatan aliran udara
Neraca Maasa NH3 kondisi steady state pada elemen volume ∆z
𝐺𝑠. 𝑦|𝑧 − 𝐺𝑠. 𝑦|𝑧+∆𝑧 − 𝐾𝑦. 𝑎. 𝐴. ∆𝑧. (𝑦 − 𝑦 ∗ ) = 0
𝑦|𝑧 − 𝑦|𝑧+∆𝑧 𝐾𝑦. 𝑎
lim = . 𝐴. (𝑦 − 𝑦 ∗ )
∆𝑧→0 ∆𝑧 𝐺𝑠
𝑑𝑦 𝐾𝑦. 𝑎
− = . 𝐴. (𝑦 − 𝑦 ∗ )
𝑑𝑧 𝐺𝑠
𝑦=𝑦ℎ 𝑧=ℎ
𝐺𝑠 𝑑𝑦
− ∫ = ∫ 𝑑𝑧
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐴 𝑦=𝑦0 (𝑦 − 𝑦 ∗ ) 𝑧=0
𝐺𝑠 𝑦=𝑦ℎ 𝑑𝑦
𝐾𝑦. 𝑎 = − ∫
𝐴. ℎ 𝑦=𝑦0 (𝑦 − 𝑦 ∗ )
Adapun nilai integrasi dilakukan secara numeris dengan metode Simpson
Rule 10 titik.
15. Menetukan Konstanta Hasil Analisis Dimensi
Berdasarkan analisis dimensi dan satuan, diperoleh:
𝑎2
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇 𝜌𝑙 . 𝐷𝑝 . 𝑣𝑙 𝑎1 𝜌𝑔 . 𝐷𝑝 . 𝑣𝑔
[ ] = 𝐾. [ ] .[ ]
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃 𝜇𝑙 𝜇𝑔
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇 𝑎2
[ ] = 𝐾. [𝑅𝑒𝑙 ]𝑎1 . [𝑅𝑒𝑔 ]
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃
𝜌𝑔 . 𝐷𝑝 . 𝑣𝑔
𝑅𝑒𝑔 =
𝜇𝑔
𝜌𝑙 . 𝐷𝑝 . 𝑣𝑙
𝑅𝑒𝑙 =
𝜇𝑙
Kecepatan aliran konstan, sehingga nilai a1 = 0, dan persamaan menjadi :
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇 𝑎2
[ ] = 𝐾. [𝑅𝑒𝑔 ]
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇
log ([ ]) = log 𝐾 + 𝑎2 . log([𝑅𝑒𝑔 ])
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃
Untuk menghitung 𝑅𝑒𝑔 , maka harus dicari nilai, 𝑣𝑔 , 𝜇𝑔 , dan 𝜌𝑔 .
4. 𝐺
𝑣𝑔 =
𝜋. 𝐷𝑝 2
𝑃. 𝐵𝑀𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑣𝑔 =
𝑅. 𝑇
𝜇𝑔 = 𝜇𝑎𝑚𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 . 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 + (1 − 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 ). 𝜇𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐵𝑀𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑔𝑎𝑠 = 𝐵𝑀𝑎𝑚𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 . 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 + (1 − 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 ). 𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐵𝑀𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑔𝑎𝑠 = 17.0307. 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 + (1 − 𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 ). 28.84
𝑦𝑜 + 𝑦ℎ
𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
2
dengan,
Dp = diameter packing, cm
𝐾𝑦. 𝑎 = Koefisien transfer massa ammonia overall, mol/(cm 3.s)
P = Tekanan kolom, atm
R = konstanta gas ideal, cm 3.atm/(mol.K)
T = suhu gas, K
G = debit gas, mL/sekon
𝐷𝐴−𝑈 = difusivitas ammonia melalui udara, cm 2/detik
𝜌𝑔 = densitas gas, g/cm 3
𝜇𝑔 = viskositas gas, g/(cm.s)
𝑣𝑔 = kecepatan linier gas, cm/detik
𝜌𝐿 = densitas cairan, g/cm 3
𝜇𝐿 = viskositas cairan, g/(cm.s)
𝑣𝐿 = kecepatan linier cairan, cm/detik
𝑅𝑒𝑔 = bilangan Reynolds di fase gas.
𝑅𝑒𝑙 = bilangan Reynolds di fase cair
𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = fraksi mol ammonia rerata (basis basah), gmol
ammonia/(gmol udara+ammonia)
𝑦0 = fraksi mol ammonia di dasar kolom (basis basah), gmol
ammonia/(gmol udara+ammonia)
𝑦ℎ = fraksi mol ammonia di atas kolom (basis basah), gmol
ammonia/(gmol udara+ammonia)
Nilai 𝜇𝑎𝑚𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 dan 𝜇𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 dapat dicari dari referensi pada suhu dan tekanan
tertentu. Nilai konsentrasi ammonia perlu direrata antara bagian atas dan bawah
kolom sehingga menghasilkan konsentrasi ammonia rerata (𝑦𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 ).
Linearisasi persamaan di atas akan mendapat nilai k dan a2 dengan metode
regresi linear.
𝑦 = 𝑎. 𝑥 + 𝑏
𝑛. ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 . ∑ 𝑦
𝑎=
𝑛. ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
∑ 𝑦 − 𝑎. ∑ 𝑥
𝑏=
𝑛
dengan,
𝐾𝑦. 𝑎. 𝐷𝑝 2 . 𝑅. 𝑇
𝑦 = log ([ ])
𝐷𝐴−𝑈 . 𝑃
𝑥 = log([𝑅𝑒𝑔 ])
𝑎 = 𝑎2
𝑏 = log 𝐾
𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 = 6
16. Menghitung Kesalahan Relatif Pengukuran Ky a dan kesalahan relatif rata-rata
|𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 − 𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
%𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟𝑖 = . 100%
𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛
∑𝑛𝑖 %𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟𝑖
%𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 =
𝑛
%𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟𝑖 = Kesalahan relatif untuk setiap percobaan
𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 = nilai koefisien transfer massa overall yang diperoleh
dari persamaan kelompok tak berdimensi.
𝐾𝑦. 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = nilai koefisien transfer massa overall yang diperoleh
dari eksperimen dan persamaan desain tinggi absorber
n = jumlah percobaan
VI. Perhitungan
Bagian ini berisi seluruh perhitungan dari analisis data poin pertama hingga ke-
17. Adapun dalam perhitungan perlu melampirkan seluruh tabel dan minimal satu
contoh perhitungan dalam satu rumus. Grafik tidak perlu ditempel pada bagian ini,
melainkan pada bagian pembahasan saja. Setiap referensi sifat fisis dalam bentuk tabel
dan grafik perlu dilampirkan. Dan tabel tersebut antara lain
Data Percobaan
Suhu C Waktu alir aquadest s
Tekanan atm Waktu alir umpan s
Berat piknometer g Tinggi kolom 103 cm
kosong
Berat piknometer + g Diameter kolom 5,5 cm
aquadest
Berat piknometer + g Diameter packing 0,2 cm
umpan
5. Volume titrasi larutan umpan dengan larutan HCl (sebelum pengenceran) setelah
proses absorpsi selesai
Volume larutan umpan setelah Volume larutan HCl, mL
absorpsi, mL
Yogyakarta, 2019
Asisten Jaga, Praktikan,
1
3
POIN PENILAIAN
ABSORBSI (K)
Konten Nilai
Cover+Tujuan (5)
Metodologi
Bahan (1)
Alat (4)
Cara Kerja (5)
Hasil dan Pembahasan
Pengertian Absorpsi (3)
Faktor faktor yang mempengaruhi absorpsi (3)
Teori 2 lapisan film (3)
Deskripsi singkat mengenai POTK (3)
Asumsi–asumsi yang digunakan dalam praktikum (3)
Fenomena flooding dan loading dalam tower. (3)
Penjelasan (Ls/Gs) minimum, dan hasil perhitungan Ls/Gs minimum. (3)
Algoritma mendesain absorber. Penurunan persamaan tinggi kolom absorber.
(3)
Macam-macam alat transfer massa gas-cair di Industri secara umum, beserta
gambar dari alat tersebut (gambar skema dan bukan foto alat) (3)
Aplikasi Absorpsi di Industri (3)
Grafik persamaan garis operasi pada berbagai kecepatan gas (5)
Grafik hubungan antara nilai Kya dengan tinggi Manometer (5)
Grafik antara Kecepatan gas dengan Kya (5)
Kesimpulan (10)
Daftar Pustaka (5)
Lampiran
Data Percobaan (5)
Analisis Data (5)
Perhitungan (15)
TOTAL (100)
RESIDENCE TIME DISTRIBUTION (RTD) TANGKI BERPENGADUK
(L)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari ketidakidealan pola aliran fluida dalam suatu reaktor alir tangki
berpengaduk dengan variasi ketinggian pengaduk sehingga diperoleh model tangki ideal
yang mendekati pola airan fluida.
c. CARA KERJA
1. Pembuatan Tracer Component NaCl
a. Timbang NaCl sebanyak 10 gram ke dalam gelas beker 100 mL dengan
menggunakan neraca analitis digital.
b. Larutkan NaCl dengan air ledeng sebanyak 100 mL dengan bantuan gelas
pengaduk hingga homogen.
c. Ulangi langkah percobaan di atas hingga diperoleh 2 larutan tracer component
NaCl.
NB:
1. Praktikan hari selasa ketinggian pengaduk H = 8 cm, dan H = 16 cm
2. Praktikan hari rabu ketinggian pengaduk H = 8 cm, dan H = 24 cm
3. Praktikan hari jumat ketinggian pengaduk H = 16 cm, dan H = 24 cm
III. ANALISIS DATA
1. Standardisasi debit aliran
𝑉
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 = 𝑄 = (1)
𝑡
𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3
𝑄 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 = (2)
3
dengan, Q = debit aliran fluida, mL/s
V = volume air tertampung, mL
t = waktu, s
2. Membuat kurva standar konduktivitas
𝑚
𝐶= (3)
𝑉
dengan, C = konsentrasi larutan, g/L
m = massa NaCl, gram
V = volume larutan NaCl, L
3. Mencari konsentrasi NaCl setiap saat dari kurva standar
Didapat dari persamaan kurva standar dan didekati dengan metode regresi linier
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏 (4)
dengan, y = konduktivitas larutan, S
x = konsentrasi NaCl, gram
a,b = konstanta
4. Mencari luasan di bawah kurva CA vs t
1
𝐴𝑖 = (𝑡 − 𝑡𝑛−1 )(𝐶𝐴𝑛 + 𝐶𝐴𝑛−1 ) (5)
2 𝑛
dengan, A = luasan bawah kurva ke-i, g.s/L
tn = waktu ke-n, s
tn-1 = waktu ke n-1, s
Ca n = konsentrasi NaCL saat waktu ke-n, g/L
Ca n-1 = konsentrasi NaCl saat waktu ke n-1, g/L
5. Mencari distribusi waktu tinggal
𝐶𝐴𝑖 𝐶𝐴𝑖
𝐸= = (6)
𝐴𝑡 𝐶𝐴 . 𝑑𝑡
dengan, At = luasan bawah kurva total, g.s/L
E = distribusi waktu tinggal
CA = konsentrasi NaCl
dt = perubahan waktu, s
6. Menentukan distribusi kumulatif fraksi massa terhadap waktu
𝑡𝑖
𝑁𝑖 ∫0 𝐶𝐴 𝑄 𝑑𝑡 𝐶𝐴𝑖 𝑄 ∆𝑡𝑖
𝐹= = ~ = (7)
𝑁𝑡 ∫0 𝐶𝐴 𝑄 𝑑𝑡 𝛴 𝐶𝐴𝑖 𝑄 ∆𝑡𝑖
Yogyakarta, 2019
Asisten Jaga, Praktikan,
1
3
POIN PENILAIAN
Residence Time Distribution (RTD) Tangki Berpengaduk (L)
Nama :
NIM :
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari ketidakidealan pola aliran fluida dalam suatu packed bed reactor
dengan variasi debit aliran sehingga diperoleh model packed bed ideal yang mendekati
pola aliran fluida yang diperoleh dalam percobaan.
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎
Q = (1)
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑄1 + 𝑄2 +𝑄3
Qrerata = (2)
3
dengan, Q = debit aliran, mL/s
Qrerata = rata-rata debit aliran, mL/s
2. Pembuatan Kurva Standar
Kurva standar dibuat dari data konduktivitas larutan standar dengan
menggunakan metode regresi linier
y = ax + b (3)
dengan, y = konduktivitas larutan
x = konsentrasi NaCl
a, b = konstanta
3. Perhitungan Konsentrasi Tracer Component
Dari kurva standar yang didapat pada perhitungan poin (2), didapatkan nilai
konsentrasi tracer component (C) untuk setiap putaran kran pada tiap waktu.
4. Menentukan Distribusi Waktu Tinggal
Luas area di bawah kurva konsentrasi versus waktu adalah sebagai berikut.
~
A = ∫0 𝐶 𝑑𝑡 (4)
A = ∑~
0 𝐶 𝑑𝑡 (5)
Nilai A dapat dicari menggunakan persamaan trapezoidal, yaitu:
∆𝑡
A = (𝐶𝐴0 + 2(𝐶𝐴1 + 𝐶𝐴2 + 𝐶𝐴3 + ⋯ + 𝐶𝐴𝑖−1 ) + 𝐶𝐴𝑖 ) (6)
2
dengan, E = distribusi waktu tinggal cairan pada kolom bahan isian setiap saat
F = distribusi kumulatif massa terhadap waktu
C = konsentrasi tracer component keluaran
i = data ke-i
n = jumlah data total
5. Perhitungan
Menghitung dan menganalisis data yang diperoleh dari percobaan untuk
kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau grafik yang dicantumkan di dalam
pembahasan.
LAPORAN SEMENTARA
RTD 2 (PACKED BED REACTOR) (M)
Sudut Putaran
No. Volume Air, mL Waktu, s
Kran
1
2 /8
3
4
5 /8
6
7
8 /8
9
C. DATA KONDUKTIVITAS
Sudut Putaran Kran
Waktu, s /8 /8 /8
Konduktivitas, S/m
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
270
280
290
300
Yogyakarta,
Asisten Jaga, Praktikan,
1.
2.
( ) 3.
Poin - Poin Penilaian Poin - Poin Penilaian
RTD 2 (PACKED BED REACTOR) (M) RTD 2 (PACKED BED REACTOR) (M)
Nama : Nama :
NIM : NIM :
Penilaian Nilai Max Penilaian Nilai Max
Tujuan Percobaan 5 Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan 10 Metodologi Percobaan 10
Hasil dan Pembahasan 45 Hasil dan Pembahasan 45
Penjelasan singkat Penjelasan singkat
mengenai ketidakidealan mengenai ketidakidealan
2 2
pola aliran fluida dan pola aliran fluida dan
kaitannya dengan RTD. kaitannya dengan RTD.
Penjelasan singkat Penjelasan singkat
mengenai tracer mengenai tracer
component dan metode 3 component dan metode 3
penginjeksian tracer penginjeksian tracer
component. component.
Alasan pemilihan NaCl Alasan pemilihan NaCl
2 2
sebagai tracer component. sebagai tracer component.
Asumsi-asumsi yang Asumsi-asumsi yang
digunakan selama 3 digunakan selama 3
percobaan. percobaan.
Pembahasan data Pembahasan data
percobaan berupa grafik percobaan berupa grafik
hubungan konduktivitas 7 hubungan konduktivitas 7
dan konsentrasi dari dan konsentrasi dari
larutan standar. larutan standar.
Pembahasan grafik Pembahasan grafik
hubungan sudut putar kran 5 hubungan sudut putar kran 5
dengan debit aliran. dengan debit aliran.
Pembahasan grafik Pembahasan grafik
hubungan antara hubungan antara
konsentrasi tracer 5 konsentrasi tracer 5
component terhadap component terhadap
waktu. waktu.
Pengertian distribusi Pengertian distribusi
kumulatif massa, grafik kumulatif massa, grafik
hubungan antara distribusi hubungan antara distribusi
kumulatif massa (F) 6 kumulatif massa (F) 6
terhadap waktu dan terhadap waktu dan
pembahasan grafik pembahasan grafik
tersebut. tersebut.
Pembahasan grafik Pembahasan grafik
hubungan antara distribusi hubungan antara distribusi
waktu tinggal cairan pada 7 waktu tinggal cairan pada 7
kolom bahan isian (E) kolom bahan isian (E)
terhadap waktu. terhadap waktu.
Hasil perhitungan variance Hasil perhitungan variance
dan hubungannya dengan 5 dan hubungannya dengan 5
pola aliran ideal. pola aliran ideal.
Kesimpulan 10 Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5 Daftar Pustaka 5
Lampiran 25 Lampiran 25
Total 100 Total 100
TEMPERATURE CONTROLLER
(N)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mempelajari pengendalian proses pada controller jenis on/off
2. Menyajikan kasus pada praktikum dalam bentuk pemodelan matematis
3. Menentukan model yang tepat untuk menemukan panas yang hilang (Qloss)
dalam percobaan pengendalian proses
2. Debit Rata-rata
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 = (4)
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 1+𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 2+𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 3
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = (5)
3
3. Perhitungan Qloss
Perhitungan Qloss dilakukan menggunakan aplikasi matlab dengan algoritma
sebagai berikut
Penurunan persamaan yang digunakan dalam perhitungan
Qloss konstan dan Qloss fungsi suhu terhadap waktu diselsesaikan menggunakan
software MATLAB dengan menggunakan toolbox fminsearch SSE, yakni dengan
mencari nilai SSE minimum melalui trial Qloss jika Qloss konstan dan trial UA dan n
untuk Qloss fungsi suhu.
Nilai SSE dicari dengan rumus berikut
2
𝑆𝑆𝐸 = [∑(𝑇𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑇𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 )] (11)
Dengan SSE = Sum Square of Error
LAPORAN SEMENTARA
TEMPERATURE CONTROLLER (N)
Praktikan : 1. NIM :
2. NIM :
Hari/Tanggal :
DATA PERCOBAAN
1. Penentuan Sifat Fisis Cairan
Berat piknometer kosong :
Berat piknometer + aquadest :
Berat piknometer + air ledeng :
2. Penentuan Debit
No Volume air, mL Waktu, s
1
2
3
3. Pengukuran Suhu Umpan
Tin = ℃
4. Pengukuran Suhu Lingkungan
Tu = ℃
5. Suhu Operasi
Suhu, oC
No
Batas Bawah Batas Atas
1
2
Asisten Jaga Yogyakarta,
Praktikan
1.
2.
POIN PENILAIAN
TEMPERATURE CONTROLLER (N)
Nama :
NIM :1 /
Poin
Komponen Penilaian Poin Poin
Max
Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan
A. Bahan
10
B. Alat
C. Cara Kerja
Hasil dan Pembahasan
1. Definisi pengendalian proses
2. Penjelasan prinsip kerja temperature controller
on/off
3. Asumsi yang digunakan dalam praktikum ini
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya Qloss
dan penjelasannya
5. Penjelasan algoritma metode Qloss konstan dan
Qloss fungsi suhu
6. Kelebihan penggunaan matlab untuk model Qloss
7. Grafik dan penjelasan: 45
a. Grafik Trial Qloss ΔT=3℃, penjelasan dan
pembahasan grafik
b. Grafik Trial Qloss ΔT=5℃, penjelasan dan
pembahasan grafik
c. Grafik Trial UA ΔT=3℃, penjelasan dan
pembahasan grafik
d. Grafik Trial UA ΔT=5℃, penjelasan dan
pembahasan grafik
e. Hubungan besarnya ΔT dengan Qloss untuk
metode Qloss konstan dan Qloss fungsi suhu
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran
A. Data Percobaan
B. Analisis Data
C. Perhitungan: 25
1. Densitas
2. Debit Rata-rata
3. Perhitungan Qloss
Total 100
ADSORPSI MEGGUNAKAN ACTIVATED CARBON
PADA PACKED BED COLUMN
(O)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Membuat kurva breakthrough Ct/C0 versus waktu dan Ct/C0 versus volume larutan masuk
kolom packed bed.
2. Mengetahui pengaruh debit aliran umpan masuk terhadap performa proses adsorpsi
menggunakan activated carbon.
3. Menghitung kapasitas adsorpsi dinamis activated carbon (N0, g/L) dan konstanta
kecepatan kecepatan adsorpsi (Ka, L/g/menit) untuk model BDST (Bed Depth Service
Time).
II. METODOLOGI PERCOBAAN
A. BAHAN
Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Asam asetat 96%(w/w)
2. Aquadest
B. RANGKAIAN ALAT
Rangkaian alat utama yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan pada gambar
berikut.
Aquadest
1. 10
2. 15
3. 20
3. Adsorpsi Asam Asetat
Diameter dalam kolom :
Tinggi activated carbon :
Waktu, Flowmeter 10 cm3/min Flowmeter 15 cm3/min Flowmeter 20 cm3/min
menit Volume, Konduktansi, Volume, Konduktansi, Volume, Konduktansi,
mL S/m mL S/m mL S/m
0 0 - 0 - 0 -
10
12
14
16
GRAFIK PERCOBAAN
1. Kurva standar konduktansi versus konsentrasi
2. Kurva breakthrough Ct/C0 versus waktu
3. Kurva breakthrough Ct/C0 versus volume larutan
4. Kurva BDST untuk tiap debit aliran
Yogyakarta, 2019
Asisten Jaga, Praktikan,
1.
( ) 2.
POIN PENILAIAN
ADSORPSI MENGGUNAKAN ACTIVATED CARBON PADA PACKED BED COLUMN
(O)
Komponen Penilaian Max. POIN POIN
Tujuan Percobaan 5
Metodologi Percobaan 10
Hasil dan Pembahasan
1. Pengertian adsorpsi
2. Komponen proses adsorpsi
3. Mekanisme adsorpsi secara umum
4. Macam-macam proses adsorpsi, serta proses adsorpsi jenis
apa yang diterapkan mata praktikum ini
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses adsorpsi
dan penjelasan perubahan faktor tersebut terhadap proses
adsorpsi (misal semakin tinggi faktor X, proses adsorpsi yang
terjadi akan semakin…)
6. Alasan penggunaan activated carbon sebagai adsorben
(berikan juga contoh adsorben lainnya yang dapat digunakan)
7. Asumsi yang digunakan dalam percobaan
8. Alasan dilakukannya peneraan flowmeter 45
9. Penjelasan mengenai kurva breakthrough
10. Kurva breakthrough variasi debit larutan masuk (ketiga debit
dijadikan satu grafik)
11. Penentuan waktu breakthrough dan kaitannya dengan
performa adsorpsi activated carbon
12. Kurva Model BDST (masing-masing model dibuat dalam 1
kurva)
13. Pembahasan mengenai kapasitas adsorpsi dinamis (No, g/L)
serta konstanta kecepatan adsorpsi (Ka, L/g/menit) yang
diperoleh
14. Pengaruh debit larutan umpan terhadap kapasitas adsorpsi,
konstanta kecepatan adsorpsi, dan waktu breakthrough
15. Aplikasi proses adsorpsi pada industri masa kini
16. Manajemen limbah praktikum pasca digunakan
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran 25
Total 100
PROSES KONTROL PEMANAS KOIL
(P)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk
1. Menganalisis proses pemanasan air dalam bejana yang dilengkapi dengan
pemanas listrik dan sistem aliran air dalam koil.
2. Menganalisis proses pengendalian suhu air dalam bejana yang dilengkapi dengan
pemanas listrik dan sistem aliran air dalam koil.
3. Menganalisis dinamika suhu air dalam bejana terhadap perubahan setpoint dan
disturbances serta pengaruh parameter PID.
T2 T3
T1
PSV
Controller
Persamaan PID
𝑡 𝑑𝑒(𝑡)
𝑚𝑣(𝑡) = 𝐾𝑝 . 𝑒(𝑡) + 𝐾𝑖 . ∫0 𝑒(𝑡). 𝑑𝑡 + 𝐾𝑑 . (4)
𝑑𝑡
dimana
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑇𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎 − 𝑇𝑠𝑝 (7)
𝑑𝑇1
= 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 (8)
𝑑𝑡
𝑑𝑇2 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟−𝑒𝑟𝑟
= (9)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡 = 𝑇1 (10)
𝑒𝑟𝑟 = 𝑇2 (11)
Persamaan berikut diselesaikan dengan cara simultan untuk memperoleh nilai Tair
bejana dengan menggunakan ode15s
𝑑𝑇1
= 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 (12)
𝑑𝑡
𝑑𝑇2 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟−𝑒𝑟𝑟
= (13)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
d(Tair bejana ) 1
= {Q − a. F b . (Tair bejana − Tair pendingin )} (14)
dt ρ.V.cp
Hari/Tanggal :
Nama Praktikan : 1. NIM: 1.
2. 2.
Asisten : Yola Syafera
Data Percobaan
Suhu Ruangan :
Variabel
Proses Variable (PV) Manipulated Variable (MV) Disturbances Variable (DV)
Setpoint Change
PID Controller P = ....... I = ....... D = ........
PSV = ......
T setpoint = ......
Data ke .. Waktu (s) T1 T2 T3 Flowrate
1
........ (terakhir)
Disturbances Rejection
PID Controller P = ....... I = ....... D = ........
PSV = ......
T setpoint = ......
Data ke .. Waktu (s) T1 T2 T3 Flowrate
........ (awal
disturbances
rejection)
........ (terakhir)
Setpoint Change
PID Controller P = ....... I = ....... D = ........
PSV = ......
T setpoint = ......
Data ke .. Waktu (s) T1 T2 T3 Flowrate
........ (awal set
point change)
........ (terakhir)
Disturbances Rejection
PID Controller P = ....... I = ....... D = ........
PSV = ......
T setpoint = ......
Data ke .. Waktu (s) T1 T2 T3 Flowrate
........ (awal
disturbances
rejection)
........ (terakhir)
Yogyakarta, 2019
2.
POIN PENILAIAN
PROSES KONTROL PEMANAS KOIL (P)
Nama :
NIM :
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh perubahan kecepatan aliran fluida panas dan dingin
terhadap beberapa parameter pada alat penukar panas (∆TLMTD, Uc, Ud, Rd, ∆P)
2. Mengetahui pengaruh perubahan beda suhu fluida panas dan dingin terhadap
beberapa parameter pada alat penukar panas (∆TLMTD, Uc, Ud, Rd, ∆P)
3. Mengetahui pengaruh perubahan tipe aliran (Countercurrent dan Cocurrent)
terhadap beberapa parameter pada alat penukar panas (∆TLMTD, Uc, Ud, Rd, ∆P)
2. Tahap Percobaan
a. Atur pemanas fluida fluida panas pada suhu 50 oC dengan mode pemanasan
“Automatic” Pastikan dengan menekan tombol ”Apply” dan kemudian “OK”.
b. Atur prosentase debit aliran fluida dingin hingga debit aliran menunjukan 2
liter/menit.
c. Setelah suhu yang diukur stabil (tunggu selama 5 menit), tekan tombol “Setting”
untuk mengatur interval waktu pengambilan data, atur interval pengambilan data
untuk setiap 1 menit, kemudian tekan tombol “OK” dan tombol “GO” untuk
merekam data (T1, T2, T3, T4, Fm-hot, Fm-cold)
d. Catat data yang terekam selama 7 menit pada laporan sementara dengan variasi
variabel percobaan seperti pada laporan sementara.
e. Setelah selesai, atur pemanas fluida panas pada keadaan “Off”.
f. Atur debit aliran fluida panas pada 0 liter/menit dan kemudian tekan mode “Off”.
Pastikan dengan menekan tombol “Apply” dan kemudian “OK”.
g. Atur bukaan kran aliran fluida dingin hingga fluida dingin tidak mengalir ke
rangkaian alat.
h. Atur prosentase debit aliran fluida dingin pada 0 %.
i. Tekan tombol “Power On” Pada software hingga tanda hijau hilang.
j. Untuk mengubah aliran ganti software dan pilih “Co-current exercise”
k. Tutup software HT33.
∆t1 = T1 − T4 (6)
∆t 2 = T2 − T3 (7)
𝐴 = π × OD𝑡 × 𝐿 × 𝑛𝑡 (8)
2 o
Dengan, Ud = Koefisien Transfer Panas Keseluruhan , Btu/jam.ft . F
∆T𝐿𝑀𝑇𝐷 = Log Mean Temperature Difference, oF
A = Luas Permukaan Transfer Panas, ft2
nt = jumlah tube
L = Panjang tube, ft
Nilai Ud rata - rata untuk tiap variasi percobaan dihitung dengan persamaan
berikut:
∑ 𝑈𝑑
𝑈𝑑 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = (9)
𝑛
𝜇 0.14 𝑘
h𝑜 = 𝑗𝐻−𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 (𝑃𝑟)1/3 ( ) ( ) (13)
𝜇𝑤 𝐷𝑒
𝜇
Diambil asumsi nilai ( )=1
𝜇𝑤
Dengan, jH-tube = Faktor transfer panas fluida pada tube (fig. 24 Kern)
jH-shell = Faktor transfer panas fluida pada shell (fig. 28 Kern)
k = koefisien transfer panas konduksi untuk fluida pada suhu
tertentu, Btu/hr ft2 oF/ft
IDt = Diameter dalam tube, ft
De = Diameter ekivalen shell, ft
𝜌𝑡.𝑣𝑡.𝐼𝐷𝑡
Re𝑡 = (14)
𝜇𝑡
𝜌𝑠.𝑣𝑠.𝐷𝑒
Re𝑠 = (15)
𝜇𝑠
𝜇.𝑐𝑝
𝑃𝑟 = (16)
𝑘
2
1 1 𝑂𝐷
4×(2𝑃𝑇 ×0.86𝑃𝑇 −2𝜋 4 𝑡 )
𝐷𝑒 = 1 (17)
𝜋𝑂𝐷𝑡
2
𝐹𝑣ℎ𝑜𝑡
v𝑡 = 𝜋 2 (18)
𝐼𝐷 ×𝑛𝑡
4 𝑡
𝐹𝑣𝑐𝑜𝑙𝑑
v𝑠 = 𝜋 (19)
𝐷𝑒 2
4
Nilai ρ, μ, cp dan k dievaluasi pada suhu rata-rata fluida dingin dan fluida panas.
Nilai sifat fisis fluida dapat diambil dari Holman, J. P. Heat Transfer (Appendix A).
Praktikan : 1. NIM:
2. NIM:
Hari/Tanggal :
Asisten : Muhammad Samudro Wibisono
Data Percobaan
Penentuan Sifat Fisis Cairan:
Berat Piknometer : gram
Berat Piknometer + aquadest : gram
Berat Piknometer + air ledeng : gram
Waktu Alir ledeng : 1. 2. 3. Detik
Waktu Alir aquadest : 1. 2. 3. Detik
Diameter dalam tube (IDt) = 0.0168 ft
Diameter luar tube (ODt) = 0.0208 ft
Diameter ekivalen shell (De) = 0.0649 ft
Panjang tube = 0.4133 ft
Jumlah tube =7
Lebar pitch (PT) = 0.0404 ft
Daftar I. Data untuk tipe aliran HE counter-current
Variasi : Heater (T = 50 oC) Fhot = 2 l/min Fcold = 2 l/min
T1 (oC) T2 (oC) T3 (oC) T4 (oC) Fhot Fcold
(l/min) (l/min)
2.
POIN PENILAIAN
ALAT PENUKAR PANAS
Heat Exchanger
(Q)
Nama :
NIM :
Poin Penilaian Max. Poin Poin
Tujuan Percobaan 5
Metode Percobaan 10
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 5
Lampiran 25
Total 100