Oleh Kelompok 1
Anggota :
2023
Pendahuluan
Tujuan
Data
Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan
Contoh Perhitungan
a) Menghitung beda elevasi titik 1 dan 2 (m-udara)
Menggunakan data elevasi 1 (z1) dan elevasi 2 (z2). Beda elevasi titik 1 dan
2 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
∆𝑧 = 𝑧2 − 𝑧1 = 1. 57 𝑚 − 0. 68 𝑚 = 0. 89 𝑚
2 0.0635 2 2
𝐴1 = π × 𝑟 = 3. 14 × ( 2
) = 0. 00317 𝑚
3
𝐷2 = 𝑉2 × 𝐴2 = 0. 83 × 0. 0625 = 0. 0519 𝑚
3
𝐷1 = 𝑉1 × 𝐴1 = 15. 44 × 0. 00317 = 0. 0489 𝑚
2 2
𝑃1−𝑃2 𝑉1 −𝑉2
ℎ𝐿 = ρ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑔
+ 2𝑔
+ (𝑧2 − 𝑧1)
2 2
104872.32 − 104907 (15.44) −(0.83)
ℎ𝐿 = 1.2 × 9.81
+ 2 × 9.81
+ (1. 57 − 0. 68)
ℎ𝐿 = 10. 059 𝑚
Pembahasan
Berdasarkan hasil dari data percobaan di atas pada data tabel 1 hasil pengukuran dan
perhitungan dengan beberapa parameter yang digunakan, hasil perhitungan beda elevasi
titik 1 dan 2 (m-udara) menggunakan data elevasi 1 (z1=0,68 m) dan elevasi 2 (z2=1,57 m)
didapatkan beda elevasinya adalah 0,89 m, Perhitungan luas penampang 1 pada tabung
2
dengan diameter 0,0635 m didapatkan luas penampang tabungnya 0,00317 𝑚 , luas
penampang 2 pada balok dengan panjang sisi dalam 0,25 m didapatkan luas penampang
2
baloknya 0,0625 𝑚 . Lalu menghitung head tekanan (m-udara) di titik 1 menggunakan data
head tekanan (m air = 7,53) pada titik 1 didapatkan hasil head tekanan (m-udara) sebesar
6275 m, menghitung head tekanan (m-udara) di titik 2 menggunakan data head tekanan (m
air = 0,16) pada titik 2 didapatkan hasil head tekanan (m-udara) sebesar 133,33 m.
Selanjutnya perhitungan debit udara pengering di titik 1 menggunakan data kecepatan udara
di titik 1 = 15,44 dan luas penampang 1 = 0,00317 didapatkan debit udaranya pada titik 1
3
adalah 0,0489 𝑚 , perhitungan debit udara pengering di titik 2 menggunakan data kecepatan
udara di titik 2 = 0,83 dan luas penampang 2 = 0,0625 didapatkan debit udaranya pada titik
3
2 adalah 0,0519 𝑚 . Lalu perhitungan tekanan pada titik 1 menggunakan data massa jenis
udara = 1,2 dan suhu di titik 1 = 27, 4 didapatkan hasil tekanan pada titik 1 adalah
104872. 32 𝑃𝑎, perhitungan tekanan pada titik 2 menggunakan data massa jenis udara = 1,2
dan suhu di titik 1 = 27, 5 didapatkan hasil tekanan pada titik 1 adalah 104907 𝑃𝑎. Terakhir
perhitungan headloss pada titik 1 dan 2 (m-udara) didapatkan hasil 10. 059 𝑚.
Pada tekanan di titik 1 memiliki nilai sebesar 15.44, sedangkan pada titik 2 memiliki
nilai sebesar 0.83. Dari perbedaan data diatas menandakan bahwa perbedaan tekanan pada
titik 1 dan 2 berbeda. Hal tersebut dapat terjadi karena pada titik 1 pengeringan aliran udara
tidak ada tahanan yang menghambat udara keluar kecuali besi penyaring, sedangkan pada
titik 2 pengeringan aliran udara terdapat tahanan berupa gesekan tambahan antara fluida
dengan permukaan bahan pengering (gabah) yang diletakan di dalam pengering, sehingga
terdapat lebih banyak headloss yang menyebabkan tekanan berkurang. Berdasarkan hasil
pengukuran, didapatkan nilai suhu untuk titik 1 dan 2 yang relatif sama, sehingga dapat
diasumsikan bahwa fluida merupakan fluida incompressible. Hal tersebut yang membuat
data massa jenis udara (ρ) di titik 1 dan 2 sama. Hasil pengukuran dan perhitungan debit
udara yang relatif sama di titik 1 dan 2 juga menunjukkan bahwa fluida tersebut
incompressible.
Jawaban Pertanyaan :
Jawaban :
Headloss (kehilangan tekanan) adalah penurunan tekanan yang terjadi ketika fluida
mengalir melalui suatu media seperti pipa, selang, atau benda padat lainnya.
Penurunan tekanan ini disebabkan oleh adanya hambatan atau gesekan antara fluida
dengan permukaan media yang dilalui. Semakin besar hambatan atau gesekan yang
terjadi, maka semakin besar pula headloss yang akan terjadi. Jika kita mengalirkan
fluida melalui tumpukan gabah padi, maka akan terjadi penurunan tekanan akibat
gesekan fluida dengan permukaan gabah. Besarnya headloss ini akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah tebal tumpukan gabah padi. Semakin tebal
tumpukan gabah padi, maka akan semakin banyak permukaan yang bersentuhan
dengan fluida, sehingga gesekan akan semakin besar dan menyebabkan headloss yang
lebih tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan langsung
antara besarnya headloss dengan tebal tumpukan gabah padi. Namun, perlu dicatat
bahwa hubungan ini tidak bersifat linear atau proporsional secara langsung. Ada faktor
lain yang juga mempengaruhi besarnya headloss, seperti kecepatan aliran fluida,
viskositas fluida, serta ukuran dan bentuk partikel gabah padi. Oleh karena itu, untuk
mengetahui secara pasti hubungan antara besarnya headloss dengan tebal tumpukan
gabah padi, perlu dilakukan pengukuran dan analisis secara cermat dan tepat.
Jawaban :
Headloss adalah faktor penting dalam perancangan sistem pengering karena dapat
mempengaruhi performa pengeringan dan efisiensi energi yang dicapai oleh sistem.
Dalam sistem pengering, fluida seperti udara atau gas dialirkan melalui suatu media
yang mengandung material yang akan dikeringkan. Selama aliran fluida, terjadi
hambatan atau gesekan antara fluida dan permukaan media, yang menyebabkan
headloss atau penurunan tekanan. Semakin besar headloss yang terjadi, semakin besar
pula energi yang dibutuhkan untuk memompa fluida melalui sistem pengering. Oleh
karena itu, perancangan sistem pengering harus memperhitungkan headloss yang
terjadi agar energi yang dibutuhkan dalam pengeringan dapat ditekan sekecil mungkin.
Selain itu, headloss juga dapat mempengaruhi laju aliran fluida dalam sistem, sehingga
mempengaruhi distribusi udara atau gas dalam media pengering. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas pengeringan dan konsistensi produk yang dihasilkan. Dengan
mempertimbangkan headloss yang terjadi, perancangan sistem pengering dapat
dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai performa pengeringan yang
optimal dan efisiensi energi yang tinggi.
3. Berdasarkan nilai massa jenis udara pada titik 1 dan 2, dapatkah kita mengasumsikan
bahwa udara pengering dalam percobaan ini sebagai fluida incompressible. Apa
pengaruhnya terhadap debit udara di sepanjang ruang pengering. Berapa debit aliran
udara di titik 1?
Jawaban :
Fluida incompressible adalah jenis fluida yang memiliki sifat tidak dapat
dikompres atau ditekan menjadi lebih kecil volume spesifiknya dengan peningkatan
tekanan. Artinya, ketika fluida incompressible dipaksa mengalami peningkatan
tekanan, volume spesifiknya tidak berubah atau berubah hanya sedikit. Contoh dari
fluida incompressible adalah air, minyak, dan beberapa jenis cairan lainnya. Ketika
fluida incompressible mengalir melalui pipa atau saluran yang mengalami perubahan
bentuk atau diameter, maka tidak akan terjadi perubahan volume spesifik yang
signifikan karena sifatnya yang tidak dapat dikompres. secara umum, udara dianggap
sebagai fluida compressible atau fluida yang dapat dikompres karena udara memiliki
volume spesifik yang dapat berubah dengan perubahan tekanan dan suhu. namun,
dalam mesin pengering, udara akan dianggap sebagai fluida incompressible. ketika
udara dialirkan dalam mesin pengering, perubahan tekanan yang terjadi relatif lebih
kecil dan perubahan suhu cenderung tetap stabil. oleh karena itu, karena perubahan
volume spesifiknya dianggap kecil dan dapat diabaikan dalam sebuah analisis,
sehingga pada konteks mesin pengering, udara sering dianggap sebagai fluida
incompressible. Namun, perlu dicatat bahwa sifat incompressible udara ini hanya
berlaku dalam konteks tertentu, yaitu ketika perubahan tekanan dan suhu relatif kecil
dan stabil. Pada kondisi yang berbeda, misalnya dalam penggunaan udara pada mesin
turbin gas, sifat incompressible udara tidak dapat diabaikan dan tetap harus
diperhitungkan. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan didapatkan bahwa nilai
3
rata-rata debit aliran udara di titik 1 sebesar 0.05023 𝑚 .
4. Bagaimana cara menentukan head kipas dan daya kipas pada sistem pengering di atas?
Jawaban :
Head kipas merupakan kerja yang digunakan oleh kipas, untuk menentukan head
kipas dapat menggunakan persamaan:
( ) ( )
2 2
𝑃1 𝑉1 𝑃2 𝑉2
ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠 + ρ𝑔
+ 2𝑔
+ 𝑧1 = ρ𝑔
+ 2𝑔
+ 𝑧2 + ℎ𝑙
( ) ( )
2 2
𝑃2 𝑉2 𝑃1 𝑉1
ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠 = ρ𝑔
+ 2𝑔
+ 𝑧2 + ℎ𝑙 − ρ𝑔
+ 2𝑔
+ 𝑧1
( )
2 2
𝑃2−𝑃1 𝑉2 − 𝑉1
ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠 = ρ𝑔
+ 2𝑔
+ (𝑧2 − 𝑧1) + ℎ𝑙
Setelah mendapatkan nilai ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠 dari persamaan di atas, daya kipas pada sistem
pengering dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
𝐷𝑎𝑦𝑎 = 𝑄 × ρ × ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Hermawan I, Mulia. 2015. Analisis energi dan eksergi pengeringan pisang memanfaatkan
panas dari kondensor ac (air conditioner). Jurnal Teknovasi. 2(2):63-72.
Waspodo. 2017. Analisa head loss sistem jaringan pipa pada sambungan pipa kombinasi
diameter berbeda. Jurnal suara Teknik. 8(1):1-12.