Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM Hari, tanggal : Kamis, 26 Februari 2023

MEKANIKA FLUIDA Dosen : Dr. Ir. Desrial M.Eng.


Asisten :
1. Fauzi Rafi Yudhistra (F1401201030)

PENERAPAN HUKUM KESEIMBANGAN


ENERGI PADA ALIRAN UDARA DI
DALAM RUANG PENGERING

Oleh Kelompok 1
Anggota :

1. Muhammad Wildan Bagir H F1401211044


2. Azzahra Laila Idfinaya F1401211034
3. Kurniawan Prawira F1401211051
4. Aditya Sarendra Rachman F1401211104
5. Khalif Alfikri Waskita F1401211111
6. Muhammad Daffa Faiz Amsari F1401211091

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
IPB UNIVERSITY

2023
Pendahuluan

Panas merupakan energi yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari


antara lain adalah untuk pengeringan. Pengeringan dikenal sebagai proses yang dekat
dengan energi. Pada umumnya metode pendekatan yang dipakai dalam menganalisis
proses pengeringan didasarkan pada keseimbangan energi (hukum pertama
termodinamika) (Hermawan dan Mulia 2015). Hukum termodinamika pertama merupakan
salah satu kaidah alam yang paling mendasar yaitu prinsip kekekalan energi (energy
conservation principle). Kaidah tersebut menyatakan bahwa energi dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi jumlah energinya tetap sama. Secara matematis
dinyatakan bahwa energi dari suatu sistem sama dengan selisih antara energi masuk dan
keluar.
Salah satu pengaplikasian prinsip keseimbangan tersebut adalah kipas dalam
ruang pengering. Kipas merupakan suatu sistem pemompaan udara, dimana dalam bekerja
akan mengkonsumsi daya. Dalam sistem pengering tipe konveksi, kipas berguna untuk
meratakan udara panas. Daya kipas harus dapat mengatasi kehilangan head yang terjadi di
dalam ruang pengering. Pada pengering tumpukan, daya kipas harus dapat mengatasi
kehilangan head pada saluran dan terutama pada tumpukan produk yang dikeringkan
(gesekan antara udara pengering dengan biji-bijian). Oleh karena itu pada pengering tipe
ini biasanya digunakan kipas sentrifugal, karena dapat mengatasi tekanan tinggi pada
debit rendah hingga sedang. Pada prinsipnya kekentalan pada fluida akan menyebabkan
terjadinya tegangan geser pada waktu fluida bergerak. Tegangan geser yang ini akan
mengubah sebagian energi aliran menjadi bentuk energi lain seperti panas, suara dan
sebagainya. Pengubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan
energi (Waspodo 2017).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan:


1. Headloss pada tumpukan produk yang dikeringkan dalam pengering tipe tumpukan
2. Debit udara pengering (debit di titik 1)

Data
Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan

No Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

1 Ketebalan tumpukan gabah (m) 0.49 0.49 0.49

2 z1 (m) 0.68 0.68 0.68

3 z2 (m) 1.57 1.57 1.57

4 Beda elevasi titik 1 dan 2 (m-udara) 0.89 0.89 0.89

5 Kecepatan udara (m/dt) di titik 1 15.44 16 16.19


6 Kecepatan udara (m/dt) di titik 2 0.83 0.75 0.87
7 Luas penampang 1 (m2 ) 0.00317 0.00317 0.00317

8 Luas penampang 2 (m2 ) 0.0625 0.0625 0.0625


9 Suhu udara di titik 1 27.4 27.5 27.5

10 Suhu udara di titik 2 27.5 27.4 27.3

11 Head tekanan (m-air) di titik 1 7.53 7.23 7.02

12 Head tekanan (m-air) di titik 2 0.16 0.04 0.05

13 Head tekanan (m-udara) di titik 1 6275 6025 5850

14 Head tekanan (m-udara) di titik 2 133.333 33.333 41.667

15 Massa jenis udara di titik 1 (kg/m3) 1.2 1.2 1.2

16 Massa jenis udara di titik 2 (kg/m3) 1.2 1.2 1.2


17 Debit udara di titik 2 (m3) 0.0519 0.0469 0.0544

18 Debit udara pengering (titik 1) (m3) 0.0489 0.0506 0.0512

19 Headloss pada titik 1-2 (m-udara) 10.059 16.855 20.103

Contoh Perhitungan
a) Menghitung beda elevasi titik 1 dan 2 (m-udara)
Menggunakan data elevasi 1 (z1) dan elevasi 2 (z2). Beda elevasi titik 1 dan
2 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

∆𝑧 = 𝑧2 − 𝑧1 = 1. 57 𝑚 − 0. 68 𝑚 = 0. 89 𝑚

b) Menghitung luas penampang 1 (tabung)


Berdasarkan pengukuran didapatkan hasil diameter tabung sebesar 6.25 inch.
Konversi satuan inch ke meter, maka didapatkan hasil diameter sebesar 0.0635 m.
Luas penampang 1 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

2 0.0635 2 2
𝐴1 = π × 𝑟 = 3. 14 × ( 2
) = 0. 00317 𝑚

c) Menghitung luas penampang 2 (balok)


Berdasarkan pengukuran didapatkan hasil panjang sisi dalam balok sebesar
25 cm. Konversi satuan cm ke meter, maka didapatkan hasil panjang sisi dalam
sebesar 0.25 m. Luas penampang 2 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
2
𝐴2 = 𝑠 × 𝑠 = 0. 25 × 0. 25 = 0. 0625 𝑚

d) Menghitung head tekanan (m-udara) di titik 1 pada ulangan 1


Menggunakan data head tekanan (m-air) pada titik 1. Head tekanan
(m-udara) di titik 1 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

ρ𝑎𝑖𝑟× 𝑔 × ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑎𝑖𝑟


ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎−1 = ρ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 × 𝑔
1000 × 9.81 ×7.53
ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎−1 = 1.2 × 9.81
ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎−1 = 6275 𝑚

e) Menghitung head tekanan (m-udara) di titik 2 pada ulangan 1


Menggunakan data head tekanan (m-air) pada titik 2. Head tekanan
(m-udara) di titik 2 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

ρ𝑎𝑖𝑟× 𝑔 × ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑎𝑖𝑟


ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎−2 = ρ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 × 𝑔
1000 × 9.81 ×0.16
ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎−2 = 1.2 × 9.81
ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎−2 = 133. 33 𝑚

f) Menghitung debit udara pengering di titik 2 pada ulangan 1


Menggunakan data kecepatan udara di titik 2 dan luas penampang 2. Debit
udara di titik 2 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

3
𝐷2 = 𝑉2 × 𝐴2 = 0. 83 × 0. 0625 = 0. 0519 𝑚

g) Menghitung debit udara pengering di titik 1 pada ulangan 1


Menggunakan data kecepatan udara di titik 1 dan luas penampang 1. Debit
udara di titik 1 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

3
𝐷1 = 𝑉1 × 𝐴1 = 15. 44 × 0. 00317 = 0. 0489 𝑚

h) Menghitung tekanan di titik 1 pada ulangan 1


Menggunakan data massa jenis udara dan suhu di titik 1. Tekanan di titik 1
dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

𝑃1 = ρ × 𝑅 × 𝑇 = 1. 2 × 289 × (27. 4 + 275) = 104872. 32 𝑃𝑎


i) Menghitung tekanan di titik 2 pada ulangan 1
Menggunakan data massa jenis udara dan suhu di titik 1. Tekanan di titik 1
dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

𝑃2 = ρ × 𝑅 × 𝑇 = 1. 2 × 289 × (27. 5 + 275) = 104907 𝑃𝑎

j) Menghitung headloss pada titik 1-2 (m-udara) pada ulangan 1


Headloss di titik 1-2 dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

2 2
𝑃1−𝑃2 𝑉1 −𝑉2
ℎ𝐿 = ρ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑔
+ 2𝑔
+ (𝑧2 − 𝑧1)

2 2
104872.32 − 104907 (15.44) −(0.83)
ℎ𝐿 = 1.2 × 9.81
+ 2 × 9.81
+ (1. 57 − 0. 68)

ℎ𝐿 = 10. 059 𝑚

Pembahasan

Berdasarkan hasil dari data percobaan di atas pada data tabel 1 hasil pengukuran dan
perhitungan dengan beberapa parameter yang digunakan, hasil perhitungan beda elevasi
titik 1 dan 2 (m-udara) menggunakan data elevasi 1 (z1=0,68 m) dan elevasi 2 (z2=1,57 m)
didapatkan beda elevasinya adalah 0,89 m, Perhitungan luas penampang 1 pada tabung
2
dengan diameter 0,0635 m didapatkan luas penampang tabungnya 0,00317 𝑚 , luas
penampang 2 pada balok dengan panjang sisi dalam 0,25 m didapatkan luas penampang
2
baloknya 0,0625 𝑚 . Lalu menghitung head tekanan (m-udara) di titik 1 menggunakan data
head tekanan (m air = 7,53) pada titik 1 didapatkan hasil head tekanan (m-udara) sebesar
6275 m, menghitung head tekanan (m-udara) di titik 2 menggunakan data head tekanan (m
air = 0,16) pada titik 2 didapatkan hasil head tekanan (m-udara) sebesar 133,33 m.
Selanjutnya perhitungan debit udara pengering di titik 1 menggunakan data kecepatan udara
di titik 1 = 15,44 dan luas penampang 1 = 0,00317 didapatkan debit udaranya pada titik 1
3
adalah 0,0489 𝑚 , perhitungan debit udara pengering di titik 2 menggunakan data kecepatan
udara di titik 2 = 0,83 dan luas penampang 2 = 0,0625 didapatkan debit udaranya pada titik
3
2 adalah 0,0519 𝑚 . Lalu perhitungan tekanan pada titik 1 menggunakan data massa jenis
udara = 1,2 dan suhu di titik 1 = 27, 4 didapatkan hasil tekanan pada titik 1 adalah
104872. 32 𝑃𝑎, perhitungan tekanan pada titik 2 menggunakan data massa jenis udara = 1,2
dan suhu di titik 1 = 27, 5 didapatkan hasil tekanan pada titik 1 adalah 104907 𝑃𝑎. Terakhir
perhitungan headloss pada titik 1 dan 2 (m-udara) didapatkan hasil 10. 059 𝑚.
Pada tekanan di titik 1 memiliki nilai sebesar 15.44, sedangkan pada titik 2 memiliki
nilai sebesar 0.83. Dari perbedaan data diatas menandakan bahwa perbedaan tekanan pada
titik 1 dan 2 berbeda. Hal tersebut dapat terjadi karena pada titik 1 pengeringan aliran udara
tidak ada tahanan yang menghambat udara keluar kecuali besi penyaring, sedangkan pada
titik 2 pengeringan aliran udara terdapat tahanan berupa gesekan tambahan antara fluida
dengan permukaan bahan pengering (gabah) yang diletakan di dalam pengering, sehingga
terdapat lebih banyak headloss yang menyebabkan tekanan berkurang. Berdasarkan hasil
pengukuran, didapatkan nilai suhu untuk titik 1 dan 2 yang relatif sama, sehingga dapat
diasumsikan bahwa fluida merupakan fluida incompressible. Hal tersebut yang membuat
data massa jenis udara (ρ) di titik 1 dan 2 sama. Hasil pengukuran dan perhitungan debit
udara yang relatif sama di titik 1 dan 2 juga menunjukkan bahwa fluida tersebut
incompressible.

Jawaban Pertanyaan :

1. Bagaimana hubungan antara besarnya headloss dengan tebal tumpukan?

Jawaban :
Headloss (kehilangan tekanan) adalah penurunan tekanan yang terjadi ketika fluida
mengalir melalui suatu media seperti pipa, selang, atau benda padat lainnya.
Penurunan tekanan ini disebabkan oleh adanya hambatan atau gesekan antara fluida
dengan permukaan media yang dilalui. Semakin besar hambatan atau gesekan yang
terjadi, maka semakin besar pula headloss yang akan terjadi. Jika kita mengalirkan
fluida melalui tumpukan gabah padi, maka akan terjadi penurunan tekanan akibat
gesekan fluida dengan permukaan gabah. Besarnya headloss ini akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah tebal tumpukan gabah padi. Semakin tebal
tumpukan gabah padi, maka akan semakin banyak permukaan yang bersentuhan
dengan fluida, sehingga gesekan akan semakin besar dan menyebabkan headloss yang
lebih tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan langsung
antara besarnya headloss dengan tebal tumpukan gabah padi. Namun, perlu dicatat
bahwa hubungan ini tidak bersifat linear atau proporsional secara langsung. Ada faktor
lain yang juga mempengaruhi besarnya headloss, seperti kecepatan aliran fluida,
viskositas fluida, serta ukuran dan bentuk partikel gabah padi. Oleh karena itu, untuk
mengetahui secara pasti hubungan antara besarnya headloss dengan tebal tumpukan
gabah padi, perlu dilakukan pengukuran dan analisis secara cermat dan tepat.

2. Mengapa headloss sangat penting dalam perancangan sistem pengering?

Jawaban :
Headloss adalah faktor penting dalam perancangan sistem pengering karena dapat
mempengaruhi performa pengeringan dan efisiensi energi yang dicapai oleh sistem.
Dalam sistem pengering, fluida seperti udara atau gas dialirkan melalui suatu media
yang mengandung material yang akan dikeringkan. Selama aliran fluida, terjadi
hambatan atau gesekan antara fluida dan permukaan media, yang menyebabkan
headloss atau penurunan tekanan. Semakin besar headloss yang terjadi, semakin besar
pula energi yang dibutuhkan untuk memompa fluida melalui sistem pengering. Oleh
karena itu, perancangan sistem pengering harus memperhitungkan headloss yang
terjadi agar energi yang dibutuhkan dalam pengeringan dapat ditekan sekecil mungkin.
Selain itu, headloss juga dapat mempengaruhi laju aliran fluida dalam sistem, sehingga
mempengaruhi distribusi udara atau gas dalam media pengering. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas pengeringan dan konsistensi produk yang dihasilkan. Dengan
mempertimbangkan headloss yang terjadi, perancangan sistem pengering dapat
dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai performa pengeringan yang
optimal dan efisiensi energi yang tinggi.

3. Berdasarkan nilai massa jenis udara pada titik 1 dan 2, dapatkah kita mengasumsikan
bahwa udara pengering dalam percobaan ini sebagai fluida incompressible. Apa
pengaruhnya terhadap debit udara di sepanjang ruang pengering. Berapa debit aliran
udara di titik 1?

Jawaban :
Fluida incompressible adalah jenis fluida yang memiliki sifat tidak dapat
dikompres atau ditekan menjadi lebih kecil volume spesifiknya dengan peningkatan
tekanan. Artinya, ketika fluida incompressible dipaksa mengalami peningkatan
tekanan, volume spesifiknya tidak berubah atau berubah hanya sedikit. Contoh dari
fluida incompressible adalah air, minyak, dan beberapa jenis cairan lainnya. Ketika
fluida incompressible mengalir melalui pipa atau saluran yang mengalami perubahan
bentuk atau diameter, maka tidak akan terjadi perubahan volume spesifik yang
signifikan karena sifatnya yang tidak dapat dikompres. secara umum, udara dianggap
sebagai fluida compressible atau fluida yang dapat dikompres karena udara memiliki
volume spesifik yang dapat berubah dengan perubahan tekanan dan suhu. namun,
dalam mesin pengering, udara akan dianggap sebagai fluida incompressible. ketika
udara dialirkan dalam mesin pengering, perubahan tekanan yang terjadi relatif lebih
kecil dan perubahan suhu cenderung tetap stabil. oleh karena itu, karena perubahan
volume spesifiknya dianggap kecil dan dapat diabaikan dalam sebuah analisis,
sehingga pada konteks mesin pengering, udara sering dianggap sebagai fluida
incompressible. Namun, perlu dicatat bahwa sifat incompressible udara ini hanya
berlaku dalam konteks tertentu, yaitu ketika perubahan tekanan dan suhu relatif kecil
dan stabil. Pada kondisi yang berbeda, misalnya dalam penggunaan udara pada mesin
turbin gas, sifat incompressible udara tidak dapat diabaikan dan tetap harus
diperhitungkan. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan didapatkan bahwa nilai
3
rata-rata debit aliran udara di titik 1 sebesar 0.05023 𝑚 .

4. Bagaimana cara menentukan head kipas dan daya kipas pada sistem pengering di atas?

Jawaban :
Head kipas merupakan kerja yang digunakan oleh kipas, untuk menentukan head
kipas dapat menggunakan persamaan:

( ) ( )
2 2
𝑃1 𝑉1 𝑃2 𝑉2
ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠 + ρ𝑔
+ 2𝑔
+ 𝑧1 = ρ𝑔
+ 2𝑔
+ 𝑧2 + ℎ𝑙
( ) ( )
2 2
𝑃2 𝑉2 𝑃1 𝑉1
ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠 = ρ𝑔
+ 2𝑔
+ 𝑧2 + ℎ𝑙 − ρ𝑔
+ 2𝑔
+ 𝑧1

( )
2 2
𝑃2−𝑃1 𝑉2 − 𝑉1
ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠 = ρ𝑔
+ 2𝑔
+ (𝑧2 − 𝑧1) + ℎ𝑙

Setelah mendapatkan nilai ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠 dari persamaan di atas, daya kipas pada sistem
pengering dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝐷𝑎𝑦𝑎 = 𝑄 × ρ × ℎ𝑘𝑖𝑝𝑎𝑠

Kesimpulan

Headloss pada tumpukan produk yang dikeringkan dalam pengering dipengaruhi


oleh tebalnya tumpukan gabah padi, semakin banyak permukaan yang bersentuhan,
gesekan fluida semakin membesar dan menyebabkan nilai headloss yang tinggi. Besarnya
nilai headloss dapat mempengaruhi kualitas kerja pengeringan, konsistensi produk, dan
efisiensi energi sistem pengering. Sehingga, dengan mempertimbangkan headloss yang
terjadi pada perancangan kerja sistem alat/mesin dapat mencapai kualitas, konsistensi, dan
efisiensi produk yang tinggi.

Daftar Pustaka

Hermawan I, Mulia. 2015. Analisis energi dan eksergi pengeringan pisang memanfaatkan
panas dari kondensor ac (air conditioner). Jurnal Teknovasi. 2(2):63-72.

Waspodo. 2017. Analisa head loss sistem jaringan pipa pada sambungan pipa kombinasi
diameter berbeda. Jurnal suara Teknik. 8(1):1-12.

Anda mungkin juga menyukai