Anda di halaman 1dari 15

Tanggal : 24 September 2014

Asisten : Heny Mariati


Lira Siti Zahara

EVAPOTRANSPIRASI

Nama : Restiana

NIM : J3M213113

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Evaporasi adalah proses dimana air dalam bentuk cair dikonversi menjadi uap air
(vaporization) dan dipindahkan dari permukaan penguapan (vapour removal). Air dapat
terevaporasi dari berbagai permukaana seperti danau, sungai, tanah dan vegetasi hijau. Faktor-
faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara (atmosfir), kelembaban,
kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari. Pada waktu pengukuran evaporasi,
kondisi/keadaan iklim ketika itu harus diperhatikan, mengingat faktor itu sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan (Sosrodarsono dan Takeda, 1983).
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman
yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel.Laju
transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban
dan tersedianya air tanah (Asdak, C. 1995).Transpirasi pada dasarnya merupakan proses dimana
air menguap dari tanaman melalui daun ke atmosfer. Sistem perakaran tanaman mengadopsi air
dalam jumlah yang berbeda-beda dan ditransmisikan melalui tumbuhan dan melalui mulut daun..
Ada dua bentuk transpirasi yaitu :
a. Transpirasi stomata, dimana air lepas melalui pori-pori pada stomata daun
b. Transpirasi kutikular, dimana air menguap dari permukaan daun ke atmosfir melalui kutikula.
Proses transpirasi meliputi penguapan cairan (air) yang terkandung pada jaringan
tanaman dan pemindahan uap ke atmosfir. Tanaman umumnya kehilangan air melalui stomata.
Stomata merupakan saluran terbuka pada permukaan daun tanaman melalui proses penguapan dan
perubahan wujud menjadi gas. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transpirasi adalah suhu,
kecepatan angin, kelembaban tanah, sinar matahari, gradien tekanan uap dan juga dipengaruhi oleh
faktor karakteristik tanaman dan kerapatan tanaman.
Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan transpirasi. Evaporasi
adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan badan-badan air (abiotik), sedangkan
transpirasi adalah proses keluarnya air dari tanaman (boitik) akibat proses respirasi dan
fotosistesis. Kombinasi dua proses yang saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan
tanah melalui proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses transpirasi disebut
sebagai evapotranspirasi (ET). Pendekatan perhitungan maupun estimasi evapotranspirasi baik
potensial maupun aktual telah banyak dilakukan. Penman (1948) telah mengembangkan model
untuk estimasi evapotranspirasi potensial dengan menggunakan unsur-unsur iklim seperti suhu,
udara, radiasi panas matahari, kelembaban dan kecepatan angin. Thornthwaite dan Mather (1957)
juga telah mengembangkan perhitungan evapotranspirasi menggunakan suhu udara.
Pengetahuan mengenai evapotranspirasi sangat berguna untuk berbagai tujuan
penggunaan seperti perhitungan neraca air, keseimbangan energi, pembelajaran klimatologi
maupun meteorologi dan estimasi produksi tanaman (Hurtado, 1994). Evapotranspirasi sangat
bervariasi menurut ruang dan waktu. Oleh karena itu maka pemahaman mengenai distribusi ruang
dan waktu tentang evapotranspirasi merupakan faktor kunci dalam keberhasilan mengoptimalkan
model keseimbangan air dan pengaturan air irigasi pertanian (Yang, 1996).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menghitung nilai evaporasi, evapotranspirasi potensial


dengan metode Penman dan metode Thornthwaite.

Manfaat

Manfaat dari praktikum evapotranspirasi yaitu praktikan dapat mengetahui dan


menghitung besarnya evaporasi dan evapotranspirasi potensial (Etp) dengan menggunakan metode
penman dan metode thornthwaite.
METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk menghitung evapotranspirasi yaitu alat


tulis dan kalkulator. Bahan-bahan yang digunakan yaitu data tabel 1, data tabel 2
dan data iklim 1987-1992 di Stasiun Rahadi Usman, Ketapang Kalimantan Barat.

Prosedur

1. Perhitungan Evaporasi

Langkah awal yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Nilai es
dan ea dihitung dengan menggunakan data pada tabel 1. Nilai es dapat dicari dengan membaca
tabel 1 dan menggunakan suhu air. Nilai es dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

(T . air – T 1) ( x−e 1)
=
(T 2−T 1) (e 2−e 1)

Sedangkan nilai ea dapat dihitung dengan membaca tabel 1 dan menggunakan suhu udara. Nilai ea
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

ea = e0* RH
Nilai evaporasi yang komponennya telah ditentukan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

E = k(es-ea)*(1+Vangin/10)

2. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (Etp)

A. Metode Penman
Nilai T rata-rata dari (Tmax + Tmin)/2 dihitung, Vangin (km/hari) dihitung, Qn, Δ, f(u), es, ea, dan λ
dihitung dengan rumus :

0.1 exp(21.555 – 5304/(T+273.1)) x {5304/(T+273.1)2}

fff + 0.0742 u
f(u) = 4.84

es = 0.6108 x exp(17.27 T/(T+237.3))

Nilai ETp harian maupun bulanan dapat ditentukan dengan rumus :


Nilai ETp tiap bulan = nilai ETp yang didapatkan dikalikan jumlah hari pada tiap bulan.
B. Metode Thornthwaite
Perhitungan dengan metode Thornthwaite dilakukan dengan cara mencari nilai i, A dan ETp.
Rumus yang digunakan yaitu:

A=(6.75x10-7 i3) – (7.71x10-5 i2) + (1.79x10-2 i) + 0.4424

ETp = 16 x L/12 x N/30x (10T / I)A

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Daftar suhu dan tekanan uap

1. Cara perhitungan nilai es dengan menggunakan tabel 1 (suhu air)

63−60 es−0.52
=
70−60 0.74−0.52
3 es−0.52
=
10 0.22
es−0.52
0.3=
0.22
(0.3 × 0.22)=es−0.52
0.066 = es – 0.52
es = 0.066 + 0.52
es = 0.586 in Hg
2. Cara perhitungan ea dengan menggunakan tabel 1 (suhu udara)

(7) (e 0−1.03)
=
(10) ( 0,39)

2,73 = 10 e0 −12,73 = 10e0 = 1,303


ea = e0 × RH
ea = 1,303 ×20% = 0,2606 inHg

3. Nilai Evaporasi
E=k ( es – ea) x (1+V angin/10)

E=0.36(0.3254 )x (2)
Tabel 2. Hasil Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Metode Penman

VVVVT unsur iklim J F M A M J J A S O N D


o 30,1 30,3 30,8 31,4 31,6 31,6 31,4 31,4 31,4 31,3 30,7 30,0
Tmax ( C)
T min 24,4 24,1 24,6 24,2 24,2 23,6 23,1 23,7 23,3 23,5 23,9 24,1
T rata-rata 27,15 27,2 27,7 27,8 27,9 27,6 27,25 27,55 27,35 27,4 27,3 27,05
Vangin (m/s) 2,2 1,8 1,6 1,5 1,9 2,0 3,2 3,5 2,2 2,1 1,6 2,0
Vangin (km/hari) 190,08 155,52 138,24 129,6 164,16 172,8 276,4 302,4 190,08 181,44 138,24 172,8
Qs 14,9 16 16,4 15,9 15,5 15,3 15,5 16,8 16,7 15,7 15,2 14,6
Qn 10,78 11,6 11,9 11,53 11,225 11,075 11,23 12,2 12,125 11,13 11 10,55
∆ 0,28 0,29 0,29 0,297 0,299 0,2945 0,2914 0,2938 0,291 0,287 0,289 0,2852
F (u) 18,94 16,38 15,09 10,28 17,02 17,66 25,35 27,27 18,94 18,3 15,1 17,30
es 3,59 3,60 3,68 3,73 3,75 3,69 3,62 3,68 3,62 3,64 3,62 3,57
ea 3,02 3,08 3,08 3,01 3,02 2,91 2,82 2,93 2,85 2,87 2,96 3,00
λ 2,43 2,43 2,43 2,43 2,43 2,43 2,43 2,43 2,43 2,43 2,43 2,43
4,39 4,63 4,72 4,65 4,71 4,75 5,28 5,64 5,17 4,88 4,44 4,298
136,09 129,64 146,32 139,4 146,03 142,5 163,80 174,71 160,31 151,28 133,2 133,26
Contoh Perhitungan :

Bulan Januari

T max+ T min 30,1+ 24,1 54,3


 T . rata−rata= = = =27,15
2 2 2
 V.angin (km/hari) = 2,2 c× 0,001 × 86400 = 190,08 km/hari
 Qs =
 Qn = (0,75×Qs) – 0,4 = (0,75 × 14,9)- 0,4 = 10,78
 ∆ =0,1 ¿
= 0,1 exp (21,555 – 17,66 ) × 0,058
= 0,1 × 49,15 × 0,058
= 0,28
 F(u) = 4,84 +(0,0742 × V(km/hari))
= 4,84 + (0,0742 × 190,08)
= 4,84 + 14,10 = 18,94
17,27 ×T . rata−rata
 Es = 0,6108 exp ( )
( T . rata−rata+273,3 )
17,27 × 27,15
= 0,6108 exp ( ( 27,15+237,3 ) )
468,88
= 0,6108 exp ( 264,45 )
= 0,6108 *exp 1,773
= 0,6108 × 5,88
= 3,59
17,27 ×T . min
 Ea = 0,6108 exp ( ( T . min+273,3 ) )
17,27 × 24,2
= 0,6108 exp ( )
( 24,2+237,3 )
417,934
= 0,6108 exp ( 261,5 )
= 0,6108 *exp 1,60
= 0,6108 × 4,95 = 3,02
 λ = 2,50025 – 0,002365 × T.rata-rata
 = 2,50025 – 0,002365 × 27,15
= 2,50025 – 0,064 = 2,43
 ETP harian = {¿ ¿
= {¿ ¿
= {¿ ¿
10,67
= {¿ ¿ = = 4,39 mm/hari
2,43
 ETP bulanan = ETP harian × 31 hari
= 4,39 × 31= 136,09 mm/bulan
Tabel 3. Hasil Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Metode Thornthwaite

J F M A M J J A S O N D
Jumlah Hari 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
T.rata-rata 27,15 27,2 27,7 27,8 27,9 27,6 27,25 27,55 35 27,4 27,3 27,5
i 13,53 13,57 13,96 14,04 14,11 13,88 13,61 13,84 13,69 13,73 13,65 13,46
A 4,3314 4,3314 4,3314 4,331 4,331 4,3314 4,3314 4,331 4,3314 4,331 4,3314 4,3314
4 4 4 4 Contoh
ETP 142,73 129,95 150,67 158,1 155,4 153,28 145,02 152,0 142,59 148,5 141,47 140,47 Perhitungan :
5 5 7 2 Bulan Januari

 i= ( T5 ) ( 27,15
1,54

5 )
= 1,54
= 13,53

 A = (6,75 ×10-7 × I3 ) – (7,71 × 10-5 I2)+(1,79 × 10-2I)+ 0,4424

= (6,75 ×10-7) ×4497844,67 ) – (7,71 × 10-5 × 27248,10)+(1,79 × 10-2× 165,07)+ 0,4424

= (3,0360) – (210,08 × 10-2) + (295,47 × 10-2) + 0,4424

= 4,3314

L N
 ETP = 16 × × × ¿ )A
12 30

12 31
= 16 × × × ¿)4,3314
12 30
= 16 ×1×1,033×(1,64475) 4,3314 = 142,73
Grafik 1. Hubungan Suhu dan Tekanan Uap

2.5

1.5

tekanan uap
1

0.5

0
32 40 50 60 70 80 90 100

Grafik 2. Evapotranspirasi Metode Penman

200

180

160

140

120

100
evapotranspirasi potensial
80

60

40

20

0
J F M A M J J A S O N D
Grafik 3. Evapotranspirasi Metode Thornthwaite

180

160

140

120

100
evapotranspirasi metode
80 thornthwaite
60

40

20

0
J F M A M J J A S O N D

Grafik 4. Evapotranspirasi Metode Penman dan Metode Thornthwaite

200
180
160
140
120
evapotransirasi metode
100 thornthwaite
evapotranspirasi metode
80 penman
60
40
20
0
J F M A M J J A S O N D

Pembahasan
Evaporasi merupakan faktor penting dalam siklus hidrologi, evaporasi sangat
mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi,
penggunaan konsumtif untuk tanaman. Beberapa faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya
tingkat evaporasi :
1. Radiasi matahari
evaporasi adalah proses perubahan air dengan wujud cair menjadi wujud gas. Proses ini
terjadi di siang hari dan kerap kali juga di malam hari. Perubahan dari wujud cair menjadi gas,
memerlukan energi berupa panas. Sumber energi utama proses evaporasi adalah sinar
matahari, dan proses tersebut terjadi semakin besar pada saat penyinaraan langsung dari
matahari. Awan merupakan penghalang proses evaporasi, yang mengurangi input energi
matahari.
2. Angin
ketika air menguap ke atmosfir, maka lapisan batas antara tanah dengan udara menjadi jenuh
dengan uap air, sehingga proses evaporasi berhenti. Agar proses evaporasi dapat terus
berjalan, maka udara tersebut haruslah diganti dengan udara kering. Pergantian tersebut dapat
dimungkinkan jika terjadi angin, jadi kecepatan angin memegang peranan dalam proses
evaporasi.
3. Kelembaban relatif
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaban relatif udara. Jika kelembaban
relatif ini naik, kemampuannya untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju
evaporasinya akan menurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan
udara yang sama kelembaban relatifnya tidak akan menolong untuk memperbesar laju
evaporasi.
4. Suhu
Seperti disebutkan di atas suatu input energi sangat diperlukan agar evaporasi berjalan terus.
Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasi akan berjalan lebih cepat
dibandingkan jika suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas tersedia.

Berdasarkan soal perhitungan evaporasi yang terdapat pada modul panduan praktikum,
diketahui suhu udara 87 ºF, suhu air 63ºF, kecepatan angin 10 mph dan kelembaban relatif 20%.
Parameter yang tertera pada tabel 1 adalah suhu (ºF) dan tekanan uap (e) (in.Hg). Berdasarkan
data-data yang telah diketahui tersebut, maka nilai ea, nilai es dan nilai evaporasi dapat dihitung
menggunakan rumus yang ada. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, nilai es
diperoleh sebesar 0,586 in.Hg. Nilai ea diperoleh sebesar 0,2606 in.Hg. Setelah nilai es dan nilai
ea diketahui maka nilai evaporasi dapat dihitung. Hasil perhitungan nilai evaporasi adalah sebesar
0,2342 in.Hg.
Berdasarkan grafik 1. Hubungan Suhu dengan Tekanan Uap, dapat diketahui bahwa nilai
suhu dan tekanan uap berbanding lurus. Semakin besarnya suhu maka tekanan uap juga akan
semakin besar. Menurut Soemarto (1987), Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses
evaporasi akan berjalan lebih cepat dibandingkan jika suhu udara dan tanah rendah, karena adanya
energi panas tersedia. Hal ini disebabkan karena kemampuan udara untuk menyerap uap air akan
naik jika suhunya naik, maka suhu udara memiliki efek ganda terhadap besarnya evaporasi,
sedangkan suhu tanah dan air mempunyai efek tunggal. Terjadi evaporasi bila ada perbedaan uap
air antara permukaan dan udara diatasnya.Bila kelembaban relatif ini naik, kemampuannya untuk
menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya akan menurun.
Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian hidrometeorologi.
Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air maupun permukaan lahan yang
luas akan mengalami banyak kendala. Maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan
menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi.
Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor pembatas, maka evapotranspirasi yang
terjadi akan mencapai kondisi yang maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi
potensial tercapai atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan berlangsung bila pasokan
air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah.
Evaporasi potensial (ETP) menggambarkan laju maksimum kehilangan air dari suatu lahan
bertanaman yang ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan penutupan tajuk tanaman pendek
yang rapat dengan penyediaan air yang cukup. Besarnya laju Evapotranspirasi Potensial (ETP)
dapat diduga melalui persamaan Blaney-Criddle, Thornthwaite, Radiasi, Penman, Panci, Penman-
Monteith. Masing-masing persamaan membutuhkan ketersedian data metereologi yang berbeda-
beda. Metode yang digunakan pada praktikum analisis evapotranspirasi potensial kali ini adalah
metode Penman dan metode Thornthwaite.
Praktikum kali ini analisis yang digunakan adalah analisis evapotranspirasi potensial
metode Penman dan metode Thornthwaite. Berdasarkan tabel 2 menunjukkan nilai ETp dengan
menggunakan metode Penman didapatkan nilai evapotranspirasi pada bulan Januari sebesar
136,09 mm/bulan, bulan Februari sebesar 129,64 mm/bulan, bulan Maret sebesar 146,32
mm/bulan, bulan April sebesar 139,4 mm/bulan, bulan Mei sebesar 146,03 mm/bulan, bulan Juni
sebesar 142,5mm/bulan, bulan Juli sebesar 163,80 mm/bulan, bulan Agustus sebesar 174,71
mm/bulan, bulan September sebesar 160,31 mm/bulan, bulan Oktober sebesar 151,28 mm/bulan,
bulan November sebesar 133,2 mm/bulan, bulan Desember sebesar 133,26 mm/bulan. Nilai
evapotranspirasi menggunakan metode Penman yang terbesar terjadi pada bulan Agustus yaitu
174,71 mm/bulan, sedangkan nilai evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Februari yaitu
129,64 mm/bulan.
Metode Thornthwaite telah mengembangkan suatu metode untuk memperkirakan besarnya
evapotranspirasi potensial dari data klimatologi. Evapotranspirasi potensial (ETp) tersebut
berdasarkan suhu udara rerata bulanan dengan standar 1 bulan 30 hari, dan lama penyinaran
matahari 12 jam sehari. Data yang diperlukan dalam metode Thornthwaite ini adalah suhu rata-rata
bulanan yang didapat dari suhu rata-rata harian. Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai
indeks ketersediaan energi panas untuk berlangsungnya proses evapotranspirasi (ET) dengan
asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang
mengendalikan proses evapotranspirasi (ET).
Berdasarkan tabel 3 menunjukan nilai ETp bulanan dengan menggunakan metode
Thornthwaite didapatkan nilai evapotranspirasi pada bulan Januari sebesar 142,73 mm/bulan,
Februari sebesar 129,95 mm/bulan, bulan Maret sebesar 150,67 mm/bulan, bulan April sebesar
158,15 mm/bulan, bulan Mei sebesar 155,45 mm/bulan, bulan Juni sebesar 153,28 mm/bulan,
bulan Juli sebesar 145,02 mm/bulan, bulan Agustus sebesar 152,07 mm/bulan, bulan September
sebesar 142,59 mm/bulan, bulan Oktober sebesar 148,52 mm/bulan, bulan November sebesar
141,47 mm/bulan dan bulan Desember sebesar 140,4 mm/bulan. Nilai evapotranspirasi
menggunakan metode Thornthwaite yang terbesar terjadi pada bulan April yaitu 158,15 mm/bulan,
sedangkan nilai evapotranspirasi menggunakan metode Thornthwaite yang terkecil terjadi pada
bulan Februari yaitu 129,95 mm/bulan.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan dua metode yang berbeda di
dapatkan hasil yang berbeda. Perhitungan nilai evapotranspirasi harian dengan metode Penman
pada bulan Januari didapatkan hasil sebesar 4,39 mm/hari, sedangkan nilai Etp bulanan
didapatkan hasil sebesar 136,09 mm/bulan. Perhitungan nilai evapotranspirasi harian dengan
metode Thornthwaite pada bulan Januari didapatkan hasil sebesar 142,732 mm/hari. Parameter
yang digunakan dalam perhitungan dengan metode Thornthwaite lebih sedikit dibandingkan
dengan metode Penman.
Berdasarkan Grafik 4. Evapotranspirasi Metode Penman dan Metode Thornthwaite, dapat
diketahui bahwa nilai evapotranspirasi dari kedua metode tersebut mempunyai nilai yang
mengalami peningkatan dan penurunan. Dapat dilihat bahwa pada bulan Agustus terjadi
evapotranspirasi maksimal. Nilai evapotranspirasi pada bulan Agustus menggunakan metode
Penman hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan metode Thornthwaite.
Sedangkan pada bulan Februari terjadi evapotransprasi minimum. Nilai evapotranspirasi pada
bulan Februari menggunakan metode Penman lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan
metode Thornthwaite,.
Hasil nilai perhitungan pada metode Penman umumnya lebih besar dari pada metode
Thornthwaite karena penguapan atau evapotranspirasi cenderung lebih banyak dari perairan
terbuka dengan metode Penman ini seperti sungai, laut dan sebagainya. Sehingga berpengaruh
pada laju evapotranspirasi tumbuhan dan tanaman. maka semakin tinggi suhu udara dan suhu
permukaan yang berevaporasi semakin tinggi pula pengaruh pada evapotranspirasi.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa evaporasi dapat
dipengaruhi berbagai faktor seperti suhu, angin, tekanan udara dll. Hasil perhitungan nilai
evaporasi adalah sebesar 0,2342 in.Hg. Perhitungan evapotranspirasi potensial (ETp) dapat
dilakukan dengan metode Penman dan Metode Thornthwaite. Hasil perhitungan evapotranspirasi
potensial (ETp) kedua metode memiliki hasil yang berbeda.

Daftar Pustaka

Asdak, Chay.1995. Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
Press.

Doorenbos J., A.H Kassam. 1979.Yield Respons to Water, FAO, Rome.

Penman, H.L. 1948. Natural Evaporation From Open Water, Bare Soil And Grass.Proc. R. Soc.
London, Ser. A, 193: 120-146.

Sosrodarsono, S., dan Takeda. 1983. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta (ID) : PT. Pradnya
Paramita.

Soemarto CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.

Thornwaite and Mather. 1957. Instruction and Tables for Computing Potensial
Evapotranspiration and Water Balance. Conterton, New Jersey.

Yang, Xihua, Zhou, Q., and Melville M.D. 1996. Estimation Local Sugarcane TM Imagery,
Proceeding of 8th Australian Remote Sensing Conferrence, Vol. 2 Pp 262-269. Canberra.
Australia.

Anda mungkin juga menyukai